Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam upaya peningkatan mutu dan kualitas sumberdaya manusia
khususnya petani maka diperlukan suatu kegiatan pemberdayaan. Kegiatan
pemberdayaan yang dimaksud disini adalah suatu pembangunan. Pembangunan
dimaksudkan agar petani mampu memanfaatkan sumberdaya alam yang ada
disekitarnya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka miliki sehingga
tercipta pertanian berpola agribisnis, berwawasan lingkungan dan manuju
pertanian tangguh.
Pertanian yang tangguh dicerminkan pada empat aspek pembangunan
pertanian yaitu petani yang mandiri, aparat pertanian yang professional, lembaga
social ekonomi yang mendukung, serta sumberdaya alam yang tetap lestari. Untuk
mewujudkan pertanian yang tangguh tersebut, maka peranan penyuluhan sangat
diperlukan.
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis
dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Dalam meningkatkan
perekonomian pertanian di Indonesia terdapat orang-orang yang pernah menjabat
sebagai Menteri Pertanian dari zaman orde lama sampai zaman reformasi,berikut
di makalah ini akan membahas tentang nama-nama menteri yang menjabat
sebagai menteri pertanian.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Ir. Raden Mas Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo


Ir. Raden Mas Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo atau sering pula dieja
Pandji Surachman Tjokroadisurjo (lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, 30 Agustus
1894 – meninggal di Kota Den Haag, Belanda, 16 November 1952 pada umur 58
tahun) adalah insinyur teknik kimia pribumi pertama yang pernah menjabat
Menteri Kemakmuran pada Kabinet Presidensial, Menteri Keuangan pada Kabinet
Sjahrir I, dan Presiden Universiteit Indonesia yang pertama setelah penyerahan
kedaulatan RI.
Pada waktu Soerachman bekerja di Bandung, banyak mahasiswa dan
tokoh pergerakan yang sering mengadakan hubungan dengannya, salah seorang di
antara mereka ialah Bung Karno. Dengan banyaknya pertemuan yang terjadi antar
dirinya dengan tokoh pergerakan mengundang kecurigaan pihak pemerintah
Hindia Belanda. Akibatnya Soerachman dipindahkan dari Bandung ke
Laboraturium di Kebun Raya Bogor. Setelah 3 tahun ia bertugas di Bogor,
Soerachman kembali dipindahkan tugas, kali ini Ke Yogjakarta. Suatu
keuntungan bagi masyarakat Yogyakarta yang pada waktu itu hanya mengerjakan
batik maupun kerajinan perak berdasarkan pengalaman. Soerachman yang dari
kecil selalu dididik untuk bergaul dengan seluruh lapisan ini banyak membantu
para pengrajin, antara lain dengan membimbing cara memilih warna dan
mencampur bahan-bahan yang dipergunakan, serta pemilihan mori dan bahan-
bahan kimianya. Soerachman bertugas selama kurang lebih 4 tahun di
Yogyakarta, kemudian dipindahkan kembali ke Bogor hingga tahun 1936 sebelum
akhirnya ditempatkan di Departemen Perekonomian di Jakarta.
Karena Soerachman masih berhubungan dengan pemimpin-pemimpn
pergerakan seperti Bung Hatta dan yang lainnya, kedudukannya dalam memimpin
Departemen belum sepenuhnya dipercayakan kepadanya. Walaupun pertemuan-
pertemuan ini selalu ditutup-tutupi, namun pihak pemerintah dapat

2
mengetahuinya yang menyebabkan jabatan Kepala Bagian Departmen tidak
diserahkan kepadanya.
Soerachman sebenarnya ingin berkecimpung dalam pergerakan, namun
karena ia telah terikat oleh tugas sebagai pegawai pemerintah, ditambah lagi
adanya permintaan keluarga, maka ia hanya dapat memberi bantuan kepada
pergerakan dari belakang. Jabatannya dalam Departemen pada waktu itu
merupakan kedudukan yang tinggi bagi penduduk bumiputera. Ketika itu, ia
duduk bersama dengan Ir. Sasrahadikusuma dalam Departemen Perekonomian.Ia
pernah diserahi tugas untuk mengurusi perusahaan-perusahaan Jerman yang
diambil alih oleh pemerintah Belanda yang selanjutnya dikelola oleh badan usaha
bangsa Indonesia sendiri. Dalam penyerahan kepercayaan kepada mereka itu
tidaklah begitu saja, tetapi diseleksi dari Badan yang dapat dipercaya, yaitu dari
golongan menengah. Di antara hasil seleksinya antara lain ialah Raman Tamin,
yaitu suatu usaha dagang yang telah terkenal pada waktu itu diserahi pemintalan
di Jawa Timur. Pemintalan itu diambil dari Belanda lalu diserahkan kepadanya.
Kepercayaan yang sama juga diserahkan kepada Dasaat, yang diambil dari
perusahaan Jerman, selanjutnya dikombinasikan dengan perusahaan Belanda
dengan Mangkunegaran. Pemerintah Mangkunegaran diberinya fasilitas untuk
bekerjasama dengan perusahaan Belanda. Kerjasama ini dapat berjalan lancar
karena pihak Mangkunegaran bersedia menerima saran dan pengarahan demi
kemajuan. Badan usaha gabungan ini bergerak dalam perdagangan mesin-mesin,
tenunan dan penggilingan padi. Badan ini merupakan satu-satunya importir yang
terkuat pada waktu itu.

2. Ir. Zainuddin Rasad


Ir.Zainuddin Rasad adalah seorang ahli pertanian dan politisi Indonesia. Ia
pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian dan Persediaan Republik
Indonesia.Ir.Zainuddin Rasad pernah bertugas sebagai Menteri Pertanian dan
Persediaan pada Kabinet Sjahrir II dari tanggal 12 Maret 1946 sampai 26 Juni
1946. Zainuddin tidak manjalani tugasnya sampai masa kabinet berakhir karena

3
pada 26 Juni 1946 ia mengundurkan diri. Ia digantikan oleh Darmawan
Mangunkusumo sebagai Menteri dan Saksono sebagai Menteri Muda dengan
perubahan nama kementerian menjadi Kementerian Kemakmuran. Memasuki
masa sekolah, orang tua Zainuddin memasukkannya ke sekolah rakyat atau
sekolah sekuler. Ia bersama saudaranya, Jamaluddin, Siti Fatimah dan Dahlan
Abdullah kemudian melanjutkan pendidikan ke kota Fort de Kock (Bukittinggi)
sekitar tahun 1908-1913. Bertiga dengan Jamaluddin dan Dahlan Abdullah ia
menempuh pendidikan di Kweekschool, sedangkan adik perempuannya di
Sekolah Keputrian.Selanjutnya, bersama saudaranya, Jamaluddin, ia menempuh
pendidikan di Wagenigen, Belanda. Ia di sekolah tinggi pertanian
Landbouwhoogeschool, sedangkan Jamaluddin mengambil sekolah menengah
pertanian Middelbare Landbouw School di kota yang sama. Zainuddin kemudian
meraih gelar sarjana (insinyur) pertanian dan Jamaluddin meraih gelar sarjana
muda pertanian. Namun sumber berita lain menyebut, Jamaluddin Rasad-lah
sebagai putra Indonesia pertama yang berhasil meraih gelar insinyur pertanian di
Negeri Belanda.

3. Mayjen TNI (Purn) dr. Adhan Kapau Gani


Mayjen TNI (Purn) dr. Adnan Kapau Gani atau biasa disingkat A.K. Gani
(lahir di Palembayan, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda, 16 September 1905
– meninggal di Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia, 23 Desember 1968 pada
umur 63 tahun) adalah seorang dokter, politisi, dan tokoh militer Indonesia. Ia
pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Amir Sjarifuddin I
dan Kabinet Amir Sjarifuddin II.
Setelah proklamasi dan selama masa revolusi fisik, Gani memperoleh
kekuasaan politik dengan bertugas di kemiliteran. Pada tahun 1945, ia menjadi
komisaris PNI dan Residen Sumatera Selatan. Dia juga mengkoordinasikan usaha
militer di provinsi itu. Gani menilai Palembang sebuah lokomotif ekonomi yang
layak untuk bangsa yang baru merdeka. Dengan alasan, bahwa dengan minyak
Indonesia bisa mengumpulkan dukungan internasional. Ia merundingkan

4
penjualan aset-aset pihak asing, termasuk perusahaan milik Belanda Shell. Gani
juga terlibat dalam penyelundupan senjata dan perlengkapan militer. Beberapa
koneksinya di Singapura, banyak membantu dalam tugas ini. Sejak 2 Oktober
1946 hingga 27 Juni 1947, Gani menjabat sebagai Menteri Kemakmuran pada
Kabinet Sjahrir III. Ketika menjabat sebagai Menteri Kemakmuran, ia bersama
dengan Sutan Sjahrir dan Mohammad Roem menjabat sebagai delegasi Indonesia
ke sidang pleno ketiga Perjanjian Linggarjati. Dia juga bekerja untuk membangun
jaringan nasional perbankan serta beberapa organisasi perdagangan. Setelah
jatuhnya Kabinet Sjahrir, ia bersama Amir Sjarifuddin dan Setyadjit Soegondo
menerima mandat untuk membentuk formatur kabinet baru. Dalam kabinet
tersebut, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri
Kemakmuran. Gani adalah anggota kabinet pertama yang ditangkap pada masa
Agresi Militer Belanda I, namun kemudian ia dibebaskan. Dalam Kabinet Amir
Sjarifuddin II, ia juga duduk pada posisi yang sama hingga kejatuhan kabinet ini
pada tanggal 29 Januari 1948. Setelah revolusi berakhir pada tahun 1949, Gani
menjadi Gubernur Militer Sumatera Selatan. Pada tahun 1954, ia diangkat
menjadi rektor Universitas Sriwijaya di Palembang. Ia tetap aktif dan tinggal di
Sumatera Selatan hingga wafat pada tanggal 23 Desember 1968. Dia dimakamkan
di Taman Pemakaman Pahlawan Siguntang di Palembang. Gani meninggalkan
seorang istri Masturah, dan tidak mempunyai anak hingga akhir hayatnya.

4. Mr. Syafruddin Prawiranegara


Syafruddin Prawiranegara atau juga ditulis Sjafruddin Prawiranegara; lahir
di Serang, Banten, 28 Februari 1911 – meninggal di Jakarta, 15 Februari 1989
pada umur 77 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan, Menteri, Gubernur
Bank Indonesia, Wakil Perdana Menteri dan pernah menjabat sebagai Ketua
(setingkat presiden) Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Ia menerima
mandat dari presiden Sukarno ketika pemerintahan Republik Indonesia yang kala
itu beribukota di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda akibat Agresi Militer
Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948. Ia kemudian menjadi Perdana

5
Menteri bagi kabinet tandingan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI) di Sumatera Tengah tahun 1958.
Syafruddin Prawiranegara pernah menjabat sebagai Wakil Perdana
Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Kemakmuran. Ia menjabat sebagai
Wakil Menteri Keuangan pada tahun 1946, Menteri Keuangan yang pertama kali
pada tahun 1946 dan Menteri Kemakmuran pada tahun 1947. Pada saat menjabat
sebagai Menteri Kemakmuran inilah terjadi Agresi Militer II dan menyebabkan
terbentuknya PDRI. Seusai menyerahkan kembali kekuasaan Pemerintah Darurat
RI, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri RI pada tahun 1949, kemudian
sebagai Menteri Keuangan antara tahun 1949-1950. Selaku Menteri Keuangan
dalam Kabinet Hatta, pada bulan Maret 1950 ia melaksanakan pengguntingan
uang dari nilai Rp 5 ke atas, sehingga nilainya tinggal separuh. Kebijaksanaan
moneter yang banyak dikritik itu dikenal dengan julukan Gunting Syafruddin.
Syafruddin kemudian menjabat sebagai Gubernur Bank Sentral Indonesia yang
pertama, pada tahun 1951. Sebelumnya ia adalah Presiden Direktur Javasche
Bank yang terakhir, yang kemudian diubah menjadi Bank Sentral Indonesia.

5. Mr. Ignasius Joseph Kasimo Hendrowahyono


Mr. Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono (lahir di Yogyakarta, Hindia
Belanda, 10 April 1900 – meninggal di Jakarta, 1 Agustus 1986 pada umur 86
tahun) adalah salah seorang pelopor kemerdekaan Indonesia. Ia juga merupakan
salah seorang pendiri Partai Katolik Indonesia. Selain itu ia juga pernah menjabat
sebagai beberapa Menteri setelah Indonesia merdeka. Ia jugalah yang memberi
teladan bahwa berpolitik itu pengorbanan tanpa pamrih. Berpolitik selalu
memakai beginsel atau prinsip yang harus dipegang teguh. Seperti yang
disampaikan oleh pemimpin umum harian Kompas, Jakob Oetama, ia adalah salah
satu tokoh yang menjunjung tinggi moto salus populi supremalex, yang berarti
kepentingan rakyat, hukum tertinggi, yang merupakan cermin etika berpolitik
yang nyaris klasik dari tangan dirinya.

6
Pada masa kemerdekaan awal, PPKI yang dilarang oleh Jepang
dihidupkan kembali atas gagasan Kasimo dan berubah nama menjadi Partai
Katolik Republik Indonesia. Antara tahun 1947-1949 ia duduk sebagai Menteri
Muda Kemakmuran dalam Kabinet Amir Sjarifuddin, Menteri Persediaan
Makanan Rakyat dalam Kabinet Hatta I dan Hatta II. Dalam kabinet peralihan
atau Kabinet Soesanto Tirtoprodjo ia juga menjabat sebagai menteri. Kasimo pun
juga pernah ikut menjadi anggota Delegasi Perundingan Republik Indonesia. Pada
masa Agresi Militer II (Politionele Actie) ia bersama menteri lainnya yang tidak
dikurung Belanda bergerilya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lalu ketika bisa
kembali ke Yogyakarta ia memprakarsai kerja sama seluruh partai Katolik
Indonesia untuk bersatu menjadi Partai Katolik. Pada masa Republik Indonesia
Serikat (RIS), Kasimo duduk sebagai wakil Republik Indonesia[butuh rujukan]
dan kemudian setelah RIS dilebur sebagai anggota DPR[butuh rujukan]. Dalam
Kabinet Burhanuddin Harahap ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan. Kasimo
juga ikut berjuang merebut Irian Barat. Kasimo menyatakan pendiriannya untuk
menolak gagasan Nasakom yang ditawarkan Bung Karno. Kasimo pun juga
menolak Kabinet yang diprakarsai Soekarno dan terdiri dari empat partai
pemenang pemilu 1955: PNI, Masyumi, NU dan PKI. Kala itu Masyumi dan
Partai Katolik Indonesia yang satu-satunya menolak bekerja sama dengan PKI di
kabinet.

6. Ir. H. Raden Djoeanda Kartawidjaja


Ir. H. Raden Djoeanda Kartawidjaja (EYD: Juanda Kartawijaya, Sunda;
lahir di Tasikmalaya, Hindia Belanda, 14 Januari 1911 – meninggal di Jakarta, 7
November 1963 pada umur 52 tahun) adalah Perdana Menteri Indonesia ke-10
sekaligus yang terakhir. Ia menjabat dari 9 April 1957 hingga 9 Juli 1959. Setelah
itu ia menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Kerja I. Sumbangannya
yang terbesar dalam masa jabatannya adalah Deklarasi Djuanda tahun 1957 yang
menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di
dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI atau dikenal

7
dengan sebutan sebagai negara kepulauan dalam konvensi hukum laut United
Nations Convention on Law of the Sea (UNCLOS). Namanya diabadikan sebagai
nama Bandar Udara di Surabaya, Jawa Timur yaitu Bandar Udara Internasional
Juanda atas jasanya dalam memperjuangkan pembangunan lapangan terbang
tersebut sehingga dapat terlaksana. Selain itu juga diabadikan untuk nama hutan
raya di Bandung yaitu Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, dalam taman ini
terdapat Museum dan Monumen Ir. H. Djuanda. Dan namanya pun juga
diabadikan sebagai nama jalan di Jakarta yaitu JL. Ir. Juanda di bilangan Jakarta
Pusat, dan nama salah satu Stasiun Kereta Api di Indonesia, yaitu Stasiun Juanda.
Djuanda wafat di Jakarta 7 November 1963 karena serang jantung dan
dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI
No.244/1963 Ir. H. Djuanda Kartawidjaja diangkat sebagai tokoh
nasional/pahlawan kemerdekaan nasional.
Pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa jasanya, Pemerintah Republik
Indonesia, mengabadikan Djoeanda di pecahan uang kertas rupiah baru NKRI,
pecahan Rp50.000.Ir. H. Raden Djoeanda Kartawidjaja, Juanda Kartawijaya, lahir
di Tasikmalaya, Hindia Belanda, 14 Januari 1911 – meninggal di Jakarta, 7
November 1963 pada umur 52 tahun) adalah Perdana Menteri Indonesia ke-10
sekaligus yang terakhir. Ia menjabat dari 9 April 1957 hingga 9 Juli 1959. Setelah
itu ia menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Kerja I. Sumbangannya
yang terbesar dalam masa jabatannya adalah Deklarasi Djuanda tahun 1957 yang
menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di
dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI atau dikenal
dengan sebutan sebagai negara kepulauan dalam konvensi hukum laut United
Nations Convention on Law of the Sea (UNCLOS).

7. Eny Karim
Eny Karim (lahir di Batu Sangkar, Sumatera Barat, Hindia Belanda, 27
Oktober 1910) adalah seorang pejuang, politisi dan menteri Indonesia. Dia pernah

8
menjabat sebagai Menteri Pertanian pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dari
tanggal 24 Maret 1956 sampai 14 Maret 1957.

8. Mayjen TNI(Purn).Dr. Abdul Azis Saleh


Abdul Azis Saleh (lahir di Boyolali, Jawa Tengah, 20 September 1914 –
meninggal di Jakarta, 3 April 2001 pada umur 86 tahun) adalah dokter dan
politikus Indonesia yang pernah 9 tahun menjabat sebagai menteri, sejak Kabinet
Djuanda sampai Kabinet Dwikora I. Salah seorang penandatangan Petisi 50 ini
menamatkan pendidikan kedokterannya di Geneeskunde Hogeschool (GHS) pada
tahun 1942.
Ia adalah Wakil Ketua Kwartir Nasional sekaligus Ketua Harian pertama. Ia
menjadi salah satu kunci dari Panitia Lima yang pernah ditugaskan oleh Presiden
Soekarno untuk membentuk Gerakan Pramuka pada tahun 1961.[1] Tahun 1970
menjadi Sekretaris Jendral Gerakan Pramuka. Tahun 1974 menjadi Sekretaris
Mabinas. Keaktifannya di tingkat nasional meredup setelah bergabung di Petisi
50. Setelah reformasi, barulah ia mendapat penghargaan Tunas Kencana yang
merupakan penghargaan tertinggi Gerakan Pramuka, setelah tertunda belasan
tahun.

9. Fransiscus Xaverius Seda


Franciscus Xaverius Seda (lahir di Flores, Nusa Tenggara Timur, 4 Oktober
1926 – meninggal di Jakarta, 31 Desember 2009 pada umur 83 tahun) adalah
seorang politikus, menteri, tokoh gereja, pengamat politik, dan pengusaha
Indonesia.
Dalam pemerintahan, posisi yang pernah diembannya antara lain adalah
Menteri Perkebunan dalam Kabinet Kerja IV (1963-1964) dan Menteri Keuangan
(1966-1968) sewaktu awal Orde Baru, serta Menteri Perhubungan (1968-1973)
dalam Kabinet Pembangunan I.
Setelah Indonesia merdeka, jabatan tinggi di pemerintahan dipegangnya,
seperti pada masa Presiden Soekarno ia menjabat Menteri Perkebunan RI (1964-
1966) pada usia 38 tahun dan selanjutnya menjadi Menteri Pertanian (1966).

9
Kemudian pada masa Presiden Soeharto, ia memegang jabatan Menteri Keuangan
(1966-1968) dalam keadaan keuangan Republik Indonesia di awal Orde Baru
yang sangat tidak baik. Prestasi Frans Seda yang layak diapresiasi pada masa ini
adalah bahwa Frans Seda mampu membawa ekonomi Indonesia ke arah yang
lebih stabil setelah didera inflasi hingga 650%, mengarahkan Indonesia kembali
dalam pergaulan masyarakat internasional, menerapkan kesatuan penganggaran
Pemerintah pada Kementerian Keuangan serta menerapkan model anggaran
penerimaan dan belanja yang berimbang; dua hal penting yang hingga kini masih
diterapkan dalam dunia keuangan Indonesia. Inilah yang menurut pendapat Emil
Salim, salah satu sahabat dekatnya adalah tidak berlebihan apabila kita
menyebutnya sebagai Pahlawan Keuangan Indonesia. Selanjutnya, Frans Seda
dipercaya sebagai Menteri Perhubungan (Pengangkutan, Komunikasi, Pariwisata,
1968-1973) dimana ia kemudian merintis penerbangan dan pelayaran perintis di
berbagai daerah di Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Timur, serta
beberapa kawasan wisata unggulan seperti di Nusa Dua, Bali.
Sesudahnya Frans Seda kemudian mendapatkan sederet jabatan di
berbagai bidang, seperti: Duta Besar Republik Indonesia di Brussels untuk
Masyarakat Ekonomi Eropa, Kerajaan Belgia dan Luksemburg (1973-1976;
anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (1976-1978; dan
anggota Dewan Penasihat Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DP-
KTI) di bawah pimpinan Presiden Soeharto kemudian dilanjutkan oleh Presiden
B.J. Habibie (1996). Ia pun pernah menjadi Penasihat Presiden B.J. Habibie untuk
bidang ekonomi (1998) dan selanjutnya pada tahun 1999 menjadi Penasihat Wakil
Presiden Megawati Soekarnoputri yang kemudian menjadi Presiden Republik
Indonesia.
Dalam bidang politik, ia pernah menjadi Ketua Umum Partai Katolik
(1961-1968), anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), mewakili golongan Katolik (1960-
1964), dan anggota Dewan Penasehat Partai Demokrasi Indonesia (PDI) sejak
1971 (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dan selanjutnya sejak 1997
menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDI Perjuangan.

10
10. Ir. Soetjipto Soedjono
Ir. Soetjipto Soedjono (lahir di Trenggalek, 13 Agustus 1945 – meninggal
di Surabaya, 24 November 2011 pada umur 66 tahun), merupakan tokoh teknik
sipil dan politisi terkemuka di Indonesia. Sutjipto juga merupakan mantan calon
Gubernur Jawa Timur dalam Pilkada Jatim 2008 yang diusung PDI Perjuangan
yang berpasangan dengan Ridwan Hisjam.
Ia memimpin kader dan simpatisian PDI di Jawa Timur melawan campur
tangan pemerintah dalam tubuh PDI. Dia pun memindahkan markas PDI ke
kantor CV. Bumi Raya, perusahaan jasa konstruksi miliknya. Sebab kantor lama
masih dikuasai kubu Latief Pudjosakti. Sebuah bentuk perlawanan kepada
pemerintah yang otoriter sekaligus sebagai wujud dukungan kepada
kepemimpinan Megawati yang didukung oleh arus bawah. Pilihannya membela
dan menjunjung demokrasi itu, telah mengantarkan lulusan Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) yang kemudian menemukan teknik fondasi sarang laba-
laba, ini menjadi seorang politisi kaliber nasional. Ahli konstruksi yang
temuannya antara lain dipakai di Bandara Hang Nadim, Batam, ini akhir lebih
mengalir bicara politik ketimbang bidang konstruksi yang juga digelutinya.
Memang, kehidupan politik (berorganisasi) bukan hal baru baginya. Sejak
di SMA tahun 1964, ia sudah aktif di Gerakan Siswa Nasional Indonesia.
Kemudian saat kuliah di ITS, ia aktif di Komisariat Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia, hingga menjabat menjabat wakil sekretariat GMNI Jawa Timur (1971).
Pada tahun 1986, ia pun mulai aktif di PDI. Lalu, dua tahun kemudian terpilih
sebagai bendahara PDI Jawa Timur.

11. Thoyib Hadiwijaja


Thoyib Hadiwidjaja (lahir di Ciamis, Jawa Barat, 12 Mei 1919 –
meninggal di Bogor, Jawa Barat, 12 Desember 2002 pada umur 83 tahun) adalah
Menteri Pertanian dalam Kabinet Pembangunan I dan Kabinet Pembangunan II
dengan masa bakti mulai tahun 1968 hingga tahun 1978. Ia juga pernah menjabat
sebagai Menteri Perkebunan pada tahun 1967 hingga tahun 1968 dan Menteri

11
Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Indonesia pada tahun 1962 hingga 1964,
selain itu ia juga pernah menjabat Duta Besar Indonesia untuk Luksemburg pada
tahun 1965 hingga tahun 1966.

12. Wardojo
Wardojo (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 20 Agustus 1933 – meninggal
di Jakarta, 27 Juli 2008 pada umur 74 tahun) adalah Menteri Pertanian Indonesia
pada Kabinet Pembangunan V pada tahun 1988 hingga tahun 1993 pada masa
pemerintahan Presiden Soeharto. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai sebagai
Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Tanaman Keras pada Kabinet
Pembangunan IV tahun 1983 hingga tahun 1988.[1] Wardojo yang menerima
bintang Mahaputra Utama dan Adipradana ini dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata. Wardojo menyelesaikan sekolah atasnya di SMA Negeri 1
Surakarta.

13. Prof. Dr. Sjarifuddin Baharsjah, M.Sc


Sjarifuddin Baharsjah, M.Sc adalah seorang tokoh pertanian Indonesia
serta akademisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Ia pernah menjabat sebagai
Menteri Pertanian Indonesia dan Ketua Independen Food and Agriculture
Organisation (FAO). Disamping sebagai Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian di
Institut Pertanian Bogor (IPB), Sjarifuddin juga pernah dipercaya sebagai Menteri
Pertanian Indonesia, yaitu pada 1993-1998 dalam Kabinet Pembangunan VI
dimasa pemerintahan Orde Baru. Sebelumnya, ia menjabat Menteri Muda
Pertanian dari tahun 1988-1993 pada Kabinet Pembangunan V.
Di tingkat dunia, Prof. Sjarifuddin juga dipercaya oleh lembaga
internasional sehingga sampai dua periode (1997-1999 dan 1999-2001) menjabat
sebagai Ketua Independen Food and Agriculture Organisation (FAO), suatu
lembaga di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
berkedudukan di Roma, Italia.

12
Karena dedikasi dan kontribusinya pada bidang pembangunan pertanian
dan pedesaan di Indonesia, Prof. Sjarifuddin Baharsjah menerima penghargaan
bergengsi Dioscoro L. Umali Achievement Award atau disebut juga Umali Award
dalam bidang pertanian dari SEARCA (Southeast Asian Regional Center for
Graduate Study and Research in Agriculture), dalam acara yang dilangsungkan di
New World Makati Hotel, Makati City, Manila, Filipina. Ia terpilih di antara
sekian banyak kandidat, tokoh dan ilmuwan pertanian di Asia Tenggara, dan
merupakan orang Indonesia pertama yang menerima penghargaan tersebut.
SEARCA adalah suatu lembaga yang didirikan pada tanggal 27 November
1966 oleh Dioscoro Luna Umali, seorang tokoh Filipina yang terkemuka dalam
bidang pertanian, yang juga dijuluki sebagai Bapak Pengembangan Pertanian
Filipina. Lembaga ini juga diberi mandat untuk memperkuat kapasitas
kelembagaan dalam pembangunan pertanian dan pedesaan di Asia Tenggara.

14. Prof. Dr. Hj. Justika Baharsjah


Justika Baharsjah (lahir di Cianjur, Jawa Barat, 7 Mei 1937; umur 81
tahun) adalah seorang aktivis, pengajar dan mantan menteri Indonesia. Ia pernah
menjabat Menteri Pertanian pada Kabinet Pembangunan VII dan Menteri Sosial
pada Kabinet Reformasi Pembangunan. Justika juga dikenal sebagai seorang
akademisi yang mengajar di Institut Pertanian Bogor. Sebagai seorang aktivis,
Justika aktif di beberapa organisasi, di antaranya sebagai Ketua Umum
Perhimpunan Ahli Meteorologis Pertanian serta Independent Chairman (Ketua
Badan Pengawas) di Food and Agriculture Organisation (FAO).
Justika Baharsjah lahir pada 7 Mei 1937 di Cianjur, Jawa Barat. Ia
menikah pada tahun 1962 dengan Sjarifuddin Baharsjah, yang juga mantan
Menteri Pertanian Indonesia pada Kabinet Pembangunan VI. Pernikahan mereka
telah dikaruniai dua orang anak, yakni Gita Indah Sari dan Antin. Pada tanggal 14
Maret 1998, Justika dilantik sebagai Menteri Pertanian, menggantikan suaminya.
Namun, tumbangnya Orde Baru membuat jabatannya hanya berlangsung selama

13
dua bulan. Pada Kabinet Reformasi Pembangunan, ia dipilih menjadi Menteri
Sosial.

15. Prof. Dr. Ir. Soleh Solahudin


Prof. Dr. Ir. Soleh Solahudin (lahir di Tanjung Karang, 12 Februari 1949 –
meninggal di Bogor, 17 November 2014 pada umur 65 tahun) adalah akademisi
bidang pertanian dan politisi. Ia adalah mantan Menteri Pertanian periode 1998 -
1999 pada Kabinet Reformasi Pembangunan, setelah itu dia digantikan oleh
Muhammad Prakosa, pada masa pemerintahan B.J. Habibie. Setelah tak menjabat
lagi sebagai Menteri ia menjabat sebagai Menteri ia berprofesi sebagai Guru Besar
/ Dosen Fakultas Pertanian, IPB, Soleh Salahuddin pernah menjadi Ketua ICMI
untuk daerah Lampung. Beliau pernah menjabat sebagai Dosen Fakultas
Pertanian, Direktur PT Semen Baturaja,Rektor Institut Pertanian Bogor,Menteri
Pertanian,Ketua Ormas Nasional Demokrat Jawa Barat.

16. Mohammad Prakosa


Mohamad Prakosa (lahir di Yogyakarta, 4 Maret 1960; umur 58 tahun) adalah
Menteri Pertanian pada Kabinet Gotong Royong. Ia adalah lulusan tahun 1982
dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dan meraih gelar doktor di
bidang Resource Economics and Policy dari University of California, Amerika
Serikat pada tahun 1994. Prakosa dikenal juga sebagai politikus dari Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan.Beliau pernah menjabat sebagai Anggota DPR
RI dari Fraksi PDIP,Menteri Pertanian Kabinet Persatuan Nasional,Menteri
Kehutanan Kabinet Gotong Royong.
Adapun kebijakan menurut Menteri Pertanian Mohammad Prakosa adalah:
Pertama, pemerintah harus menghilangkan ego sektoral antarkementerian dan
harus fokus pada kepentingan rakyat. Kedua, menetapkan payung kebijakan yang
rfokus pada pertanian. Ketiga, menghilangkan kepentingan oknum-oknum yang
menginginkan keuntungan, baik oknum pemerintah maupun swasta di balik
kebijakan impor pangan.

14
17. Prof. Dr. Bungaran Saragih
Prof. Dr. Bungaran Saragih (lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara, 17
April 1945; umur 73 tahun) adalah Menteri Pertanian pada Kabinet Gotong
Royong. Ia lulus S1 pada tahun 1971 dari Institut Pertanian Bogor dan meraih
gelar doktor di bidang ekonomi dari North Carolina State University, Amerika
Serikat pada tahun 1980. Di universitas yang sama penulis menyelesaikan
pendidikan Ph.D. bidang Ekonomi (mayor) dan Sosiologi (minor) (1980). Penulis
juga telah mengikuti berbagai penataran, baik berskala nasional maupun
internasional.
Pengalaman organisasi atau pengelolaan penelitian yang dimiliki oleh
penulis di antaranya Kepala Pusat Studi Pembangunan IPB; Staf Ahli
Kompartemen, Kompartemen Pertanian, Agroindustri dan Agribisnis KADIN;
dan Anggota Tim Nasional Pengkajian dan Perkoperasian dan Pengusaha Kecil,
Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. Kiprahnya pun merambah
hingga dunia politik dengan menjadi Menteri Pertanian pada dua kabinet, yaitu
Kabinet Persatuan (26 Agustus 2000 - 23 Juli 2001) dan Kabinet Gotong Royong
(2001 - 2004). Pengalaman penulis dalam organisasi profesi di antaranya adalah
Ketua II Pengurus Pusat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia, Ketua
Dewan Pakar Perhimpunan Manajemen Agribisnis Indonesia (PMAI), dan
Anggota Agribusiness Club.
Penulis telah dianugerahi berbagai penghargaan. Penghargaan tersebut
antara lain Cited for Distinguished Academic Performance, Economic Institute,
Boulder, Colorado, USA (1975); Cited for Distinguished Academic Performance,
International Honor Society of Agriculture, GAMMA SIGMA DELTA (1979);
dan Dosen Terbaik Program Magister Manajemen Agribisnis, IPB (1991 - 1993).
Penulis menjadi peserta aktif dalam berbagai ceramah, seminar, lokakarya,
konferensi, dan simposium di dalam dan luar negeri. Sebagai seorang pakar,
pendapatnya kerap dimuat dalam media massa, baik cetak maupun eletronik.
Beberapa judul publikasi ilmiah penulis adalah Indonesian Coffee: Performance,
Problems, and Prospects; Rice-Based Farming Systems As A Reflection of
Diversfield Farming on Paddy Lands in Indonesia: Economic Significance,

15
Future, Prospects, and Problems; dan Multi-Dimensional Aspects of Rice Farming
Diversification in Indonesia.
Adapun kebijakan dari Menteri Pertanian Bungaran Saragih adalah:
Deptan saat ini mulai digalakkan pemanfaatan lahan pasang surut yang luasnya
mencapai jutaan hektar dan tersebar di timur Sumatera dan pesisir Kalimantan.
Menurut Mentan, Deptan sudah melakukan percobaan pada ribuan hektar lahan
pasang surut di Sumatera dengan menggunakan benih unggul, pupuk berimbang
yang tepat, dan teknik tata air yang baik. Menaikkan harga komoditas pertanian,
Saragih menegaskan, telah ada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2001
yang khusus mengatur harga dasar gabah, beras untuk penduduk miskin dan tarif.
Tampaknya tarif yang diberlakukan sudah mulai membantu petani.

18. Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS


Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS (lahir di Serang, 5 Oktober 1959; umur 59
tahun) adalah Menteri Pertanian dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Ia adalah staf
pengajar di Institut Pertanian Bogor (IPB) sejak tahun 1982 hingga 2011. Anton
merupakan alumni Universitas Reading di Inggris dengan gelar S3 jurusan Kimia
Pangan. Anton adalah pakar di bidang kimia pangan, khususnya flavor. Pemegang
hak paten yang berjudul “Composition and Process Fried Chicken Flavor For
Instant Noodles” terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia
pada tahun 2007. Lebih dari seratus judul karya ilmiah telah terbit dalam bentuk
jurnal, prosiding, maupun buku. Terlibat aktif dalam berbagai organisasi profesi
seperti Indonesian Society of Natural Products Chemistry (Himpunan Kimia
Bahan Alam Indonesia), Himpunan Toksikologi Indonesia, International Union of
Food Science and Technology, American Chemical Society, serta Persatuan Ahli
Teknologi Pangan Indonesia.
Anton adalah seorang profesional & pakar di bidang kima pangan dan
flavor. Rekam jejak-nya dalam keilmuan ini didukung oleh pendidikan yang
memadai (S1, S2 dan S3 di bidang tersebut) serta praktik langsung di industri
pangan yang ditekuninya. Berikut adalah pengalaman ia dalam keilmuan pangan:

16
 Cross appointment, 1982–1988, Pusat Pengembangan Teknologi Pangan,
Bogor, Indonesia.
 Konsultan R & D, 1993, PT Indofood, Indonesia.
 Konsultan Mutu dan Pengembangan, 1994-1995, PT Unggul Rasa,
Indonesia.
 Konsultan R & D, 1997-1998, PT ADA., Indonesia.
 Cross appointment, 1986-1999, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi ,
Institut Pertanian Bogor, Indonesia.
 Cross appointment, 1999 - 2004, Pusat Studi Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor, Indonesia.
 Cross appointment, 1998 - 2004, Pusat Studi Biofarmaka, Institut
Pertanian Bogor, Indonesia.
 Peneliti Tamu, 1998-1999, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,
Universitas Reading, Inggris.
 Dosen Tamu, 2002, Departemen Kimia, Program Ilmu dan Teknologi
Pangan, Universitas Nasional Singapura, Singapura.
 Dosen Tamu Senior, 2004, Departemen Kimia, Program Ilmu dan
Teknologi Pangan, Universitas Nasional Singapura, Singapura.
 Menteri Pertanian Republik Indonesia, 2004 - 2009, Kabinet Indonesia
Bersatu I, Indonesia.
 Dosen, 1982 – 2010, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Indonesia.
 President Director, 2010 – 2011, PT Indomineral Multi Pratama, Jakarta,
Indonesia
 Advisor, 2010 - 2011, PT Asia Natural Resources Tbk, Indonesia
 Konsultan, 2009 - 2010, PT SANBE FARMA, Bandung, Indonesia.
 Konsultan dan Komisaris, 2010 - sekarang, PT INFIAD, Jakarta,
Indonesia
 Komisaris Independen, 2010 - sekarang, PT Bakrie Sumatera Plantations
Tbk, Jakarta, Indonesia.

17
 Governing Board Member, 2010 - sekarang, PT TUV Rheinhald
International Indonesia, Indonesia.
 Anggota Komite, 2010 – 2014, Komite Inovasi Nasional, Jakarta,
Indonesia
 Komisaris Utama, 2011 - sekarang, PT Pertani (persero), Jakarta,
Indonesia
 Anggota Dewan Penyantun dan Dosen, 2012 – sekarang, Universitas
Bakrie, Jakarta, Indonesia
 Komisaris, 2011 – 2012, PT Dunia Pangan, Jakarta, Indonesia
 Presiden Komisaris, 2012 - sekarang, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk, Jakarta,
Indonesia
 Presiden Komisaris PT. JSB. 2015 – sekarang.
 Berbagai penghargaan telah diperoleh, di antaranya: bintang medali
Mahaputera Adipradana dari pemerintah Republik Indonesia pada 2010,
dan penerima beasiswa Bank Dunia pada tahun 1988-1992. Aktivitas
sebagai konsultan untuk berbagai perusahaan pangan banyak digeluti.
Anton, tercatat sebagai Presiden Komisaris PT. Pertani dan PT. TPS Foods
Tbk, komisaris PT. Dunia Pangan, anggota Governing Board of TUV
Rheinhald International Indonesia, dan Komisaris Independen pada Bakrie
Sumatera Plantation.
 Menjabat sebagai Menteri Pertanian, Anton Apriyantono secara umum
mengangkat tiga program pertanian, yaitu: 1) Peningkatan ketahanan
pangan, 2) peningkatan kesejahteraan petani, dan 3) meningkatkan nilai
tambah produk pertanian.

19. Ir. H. Suswono, MMA


Ir. H. Suswono, MMA (lahir di Tegal, Jawa Tengah, 20 April 1959; umur
59 tahun) adalah politikus yang menjabat Menteri Pertanian Indonesia sejak 22
Oktober 2009. Sebelumnya ia menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI
untuk periode 2004-2009 dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera. Suswono menjadi

18
anggota DPR-RI melalui Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Tengah IX (Kab. Tegal,
Kota Tegal, Kab. Brebes) dan dipercaya membidangi Bidang Pangan, Pertanian,
Kehutanan, Perikanan, dan Kelautan di Komisi IV. Beliau juga menjabat sebagai
Tenaga Ahli Menteri Kehutanan tahun 1999-2001, Anggota DPR RI Periode
2004-2009, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI 2005-2009, Menteri Pertanian -
Kabinet Indonesia Bersatu II 2009-2014.
Adapun kebijakan yang diambil oleh Menteri Pertanian Suswono adalah: Kita
masih akan mengkaji soal PPN 10% ini karena memang produk pertanian itu kan
sangat banyak dan beragam, mulai dari pangan, hortikultura, dan perkebunan.
Penerapan PPN10% terhadap komoditas pertanian mulai berlaku pada 25 Juli
2014. Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-24/-
PJ/2014, sekaligus memperkuat Keputusan MA Nomor 70/P/-HUM/2013 yang
menegaskan bahwa semua komoditas pertanian, perkebunan, dan kehutanan
dikenakan PPN 10%.

20. Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, MP


Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, MP (lahir di Bone, 27 April 1968; umur
50 tahun) adalah Menteri Pertanian dalam Kabinet Kerja 2014–2019. Sosok Andi
Amran Sulaiman dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan jujur. Selain itu, ia
dikenal mempunyai kemampuan dalam bidang pertanian yang cukup mumpuni
dan mempunyai daya pikir yang maju. Pendidikan Amran Sulaiman diperoleh dari
sekolah dasar di SD Impres 10 Mappesangka, Bone, lalu melanjutkan
pendidikannya ke sekolah menengah pertama, SMP Negeri Ponre, Bone. Ia lulus
dengan baik kemudian dapat melanjutkan ke SMA Negeri Lappairiaja, Bone.
Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikan ke Fakultas Pertanian
Universitas Hasanudin tahun 1988-1993. Ia menyandang gelas sarjana dari
fakultas tersebut dan kemudian tidak berhenti melanjutkan pendidikan. Ia
meneruskan pendidikannya ke program pasca sarjana Pertanian Unhas tahun
2002-2003. Lima tahun kemudian, dia baru melanjutkan pendidikan untuk meraih
gelar doktor. Tahun 2008 ia tercatat sebagai mahasiswa Program Doktor Ilmu
Pertanian Unhas, kemudian ia lulus pada tahun 2012. Untuk menunjang

19
pengalaman dan kemampuan, ia sering mengikuti berbagai macam kursus dan
seminar. Terutama topik-topik yang berunsurkan dunia pertanian, termasuk
pemeliharaan dan pengembangannya. Ia pernah mengikuti seminar presentase
Pengendalian Hama Tikus di Istana Presiden, Jakarta 1999, SUSKALAK-PIM di
Pakkatto, Gowa, Sulsel, 1997, Presentase Pengendalian Hama Tikus untuk
Kalteng di Istana presiden, Jakarta, 1999, mengikuti Studi Banding di Singapura
tahun 2002, ikut Seminar Internasional Palm Oil Belt di Malaysia tahun2002,
menjadi peserta Studi Banding di Bangkok, Thailand tahun 2009, dan menjadi
salah satu anggota melakukan kunjungan ke Sutech Engineering Co. Ltd
(Perusahaan perakitan mesin pabrik gula) untuk transaksi pembelian Pabrik Gula
dan Erawan Power (Pabrik Gula Terbesar di Thailand) pada tahun 2014.
Menteri Pertanian Republik Indonesia ke-26 ini mengoleksi dua
penghargaan penting di rumahnya. Penghargaan tersebut antara lain Tanda
Kehormatan Satyalancana Pembangunan di Bidang Wirausaha Pertanian dari
Presiden RI, diberikan pada tahun 2007 dan Penghargaan FKPTPI Award tahun
2011 di Bali. Bila menelisik garis keturunan keluarga, diketahui bahwa Amran
Sulaiman memiliki darah kerutunan dari Raja Bone. Garis keturunan ini berasal
dari pihak ayah. Amran Sulaiman merupakan keturunan dari La Pawawoi Arung
Sumaling, yang diketahui sebagai anak ke-4 La Tenri Tappu Raja Bone ke-23. La
Pawawoi Arung Sumaling memiliki putra bernama Andi Baco Gangka Petta Teru.
Anak laki-lakinya itu kemudian menikah dengan Karaeng Beja. Karaeng Beja
adalah anak keturunan Karaeng Bantaeng/Karaeng Bore yang berdomisili di
Bantaeng. Dari pernikahan inilah, sosok Amran Sulaiman dilahirkan ke dunia.
Amran Sulaiman dikenal cerdas dan jujur. Di sampingnya ada seorang wanita
bernama IR. Hj. Martati, seorang istri yang setia. Pernikahan mereka dikarunia
empat orang anak yaitu Andi Amar Ma'ruf, Andi Athira, Andi Muh. Anugrah, dan
Andi Humairah.
Amran mengawali karir dengan membangun dan membesarkan empat
belas perusahaan yang tergabung dalam kelompok Tiran Group. Empat belas
perusahaan terkati bergerap di beberapa bidang unit usaha, antara lain di bidang
tambang emas, tambang nikel, proyek gula, proyek perkebunan kelapa sawit,

20
SPBU, distributor unilever, distributor semen, produsen pestisida, dan usaha
lainnya.
Nama Amran Sulaiman telah tercatat dalam PTPN Perkebunan dan selama
kurang lebih enam tahun, Amran Sulaiman sudah mengantongi promosi naik
jabatan empat kali, itu artinya kemampuan Amran Sulaiman cukup dapat
diperhitungkan untuk membangun pertanian dan perkebunan. Sosok ini tak lama
kemudian dicap sebagai sosok pembaharu sektor pertanian di saat ia berani
memangkas anggaran perjalanan dinas sebesar Rp 4,6 Trilliun. Ia mengalihkan
dana segar tersebut untuk merawat pertanian dengan membangun jaringan irigasi
tersier dan sebagian lagi digunakan untuk pengadaan pupuk. Dalam waktu kurang
dari satu tahun, menteri ini sudah melakukan peninjauan langsung ke 300
kabupaten/kota di seluruh Indonesai. Kota-kota yang pernah dikunjunginya mulai
dari Aceh sampai Papua. Ketika sampai di salah satu kota, Amran selalu
memberikan sambutan hangat pada penduduk setempat. Tak lupa ia menyisipkan
pesan-pesan singkat untuk masyarakat dan pejabat setempat. Doktor Ilmu
Pertanian ini memiliki satu tekad agar program kerja mencapai hasil. Ia ingin
masyarakat Indonesai dapat berswasembada pangan dalam dua atau paling lambat
tiga tahun ke depan.
Kader Partai PDIP ini terlihat selalu mengenakan kemeja putih, kadang
dibalut jaket hitam dan selalu bercelana panjang hitam. Dengan itu ia menjadi
semakin nampak tegas, meski begitu ia ramah pada semua orang. Ketika terdengar
kabar bahwa Presiden dan Wakil Presiden akan melakukan reshuffle susunan
kabinet, terdengar kabar bahwa posisi Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian
akan digantikan. Setelah dilakukan pertemuan dengan Ketu Umum Partai PDIP,
Megawati Soekarnoputri, calon pengganti Amran Sulaiman ialah Mindo Sianipar.
Mindo merupakan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP bidang buruh tani
dan nelayan. Akan tetapi, kenyataan memperlihatkan bahwa kedudukan Menteri
Pertanian Kabiner Kerja Jokowi JK masih Amran Sulaiman, pebisnis yang sudah
sukses sejak usia muda.

21
Adapun beberapa kebijakan yang diambil oleh menteri pertanian Amran
Sulaiman sebagai berikut:
 Pertama, merevisi Perpres 172 tahun 2014 tentang tender penyediaan
benih dan pupuk menjadi penunjukkan langsung atau e-katalog sehingga
turun tepat waktu menjelang masa tanam.
 Kedua, refocusing anggaran 2015 hingga 2017 sebesar Rp 12,2 triliun dari
perjalanan dinas, rapat, rehab gedung direvisi menjadi rehab irigasi, alat
mesin pertanian, cetak sawah dan lainnya untuk petani.
 Ketiga, lanjut Amran, bantuan benih yang disalurkan ke petani tidak di
lahan existing, sehingga bantuan berdampak pada luas tambah tanam.
 Keempat, pengawalan program Upaya Khusus (UPSUS) dan evaluasi
harian.
 Kelima, kebijakan kementerian pertanian fokus juga pada pengendalian
impor dan mendorong ekspor dan deregulasi perijinan dan investasi serta
penyaluran asuransi usaha pertanian.

TUGAS DAN FUNGSI

A. TUGAS
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun
2015, Kementerian Pertanian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.

B. FUNGSI
Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Pertanian menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penyediaan prasarana dan sarana
pertanian, peningkatan produksi padi, jagung, kedelai, tebu, daging, dan
pertanian lainnya, serta peningkatan nilai tambah, daya saing, mutu, dan
pemasaran hasil pertanian;

22
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan prasarana dan sarana pertanian,
peningkatan produksi padi, jagung, kedelai, tebu, daging, dan pertanian
lainnya, serta peningkatan nilai tambah, daya saing, mutu, dan pemasaran hasil
pertanian;
3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan di bidang
penyediaan prasarana dan sarana pertanian, peningkatan produksi padi, jagung,
kedelai, tebu, daging, dan pertanian lainnya, serta peningkatan nilai tambah,
daya saing, mutu, dan pemasaran hasil pertanian;
4. Pelaksanaan penelitian, pengembangan dan inovasi di bidang pertanian;
5. Penyelenggaraan penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia
dibidang pertanian;
6. Koordinasi dan pelaksanaan diversifikasi dan pemantapan ketahanan pangan;
7. Pelaksanaan perkarantinaan pertanian dan pengawasan keamanan hayati;
8. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif pada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Pertanian;
9. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Kementerian
Pertanian.

23

Anda mungkin juga menyukai