Anda di halaman 1dari 33

BIOGRAFI LENGKAP WAKIL PREIDEN REPUBLIK INDONESIA

DARI PERTAMA SAMPAI SEKARANG

Daftar Wakil Presiden Indonesia dan Masa Jabatannya

Nama Wakil Presiden Mulai Menjabat Selesai Menjabat

Mohammad Hatta 18 Agustus 1945 01 Desember 1956 *

Hamengkubuwana IX 24 Maret 1973 23 Maret 1978

Adam Malik 23 Maret 1978 11 Maret 1983

Umar Wirahadikusumah 11 Maret 1983 11 Maret 1988

Soedharmono 11 Maret 1988 11 Maret 1993

Try Sutrisno 11 Maret 1993 11 Maret 1998

BJ Habibie 11 Maret 1998 21 Mei 1998

Megawati Soekarnoputri 20 Oktober 1999 23 Juli 2001

Hamzah Haz 23 Juli 2001 20 Oktober 2004

Muhammad Jusuf Kalla 20 Oktober 2004 20 Oktober 2009

Boediono 20 Oktober 2009 20 Oktober 2014

Muhammad Jusuf Kalla 20 Oktober 2014 Sampai Sekarang


1. Dr. MOHAMMAD HATTA: Wakil Presiden R.l. ke-1 (1945-1956)

Lahir : Bukit Tinggi, Sumatra Barat, 12 Agustus


Meninggal : Jakarta, 14 Maret 1980.
Pendidikan : SD,SMP, (Bukit Tinggi Padang), SMA Jakarta, Sekolah Tinggi Negeri Belanda
Pengalaman : Penulis/Koiumnis, Pejuang Politik Diplomatik, Pendiri PNI baru, Proklamator Rl.

Dr.MOHAMMAD HATTA namanya senantiasa harum sepanjang masa. la termasuk


seorang tokoh yang paling lurus dalam kepemimpinan Indonesia merdeka. Apalagi karya-
karyanya yang besar dan mendasar, tak luntur oleh gesekan kemajuan zaman.

Bung Hatta, demikian ia biasa dipanggil, lahir dari keturunan ulama terkenal di Sumatra
Barat. Nama kecilnya Mohammad Attar. Karena orang Minang umumnya sulit menyebut
huruf ‘r’, panggilan anak yang semula diharapkan menjadi kyai itu berubah jadi Atta, lalu
Hatta.

Sejak sekolah SD di Bukit Tinggi Hatta biasa hemat, cermat dan jujur. Ketika SMP di Padang,
ia mulai belajar berorganisasi dan menulis untuk media massa. Lulus SMP Hatta
melanjutkan ke Sekolah Menengah Dagang di Jakarta, tamat tahun 1921, lalu ke Rotterdam,
Belanda, belajar di Sekolah Tinggi Ekonomi. Bakat organisasinya mengorbitkan dirinya
menjadi ketua himpunan Indonesia (1926-1930). Ketika itulah Hatta dan kawan-kawannya
sempat mempopulerkan nama Indonesia dan

Tahun 1932 Bung Hatta kembali ke tanah air, dan langsung terjun ke dalam kancah politik
untuk kemerdekaan Rl. Ia mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI), tapi kemudian
Belanda menjebloskannya ke penjara Glodok. Dari sana berturut-turut dibuang ke Boven
Digul (Irian Jaya), Bandanaire (Maluku) dan Sukabumi (Jawa Barat), sampai
kemudian Jepang datang di Indonesia.

Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Bung Hatta dan Bung Karno melejit menjadi
tokoh yang terkemuka di Indonesia, karena itulah ia memperoleh mandat mencetuskan
proklamasi 17 Agustus 1945, yang esok harinya Soekarno dan Mohammad Hatta terpilih
menjadi Peresiden dan Wakil Presiden Rl pertama, dan mereka dikenal sebagai DwiTunggal.
Tetapi pada tanggal 1 Desember 1956 Bung Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil
Presiden dengan alasan yang dirahasiakan sampai ia meninggal pada tanggal 14 Maret
1980.

Dr. Mohammad Hatta juga dikenal sebagai tokoh dengan sebutan Bapak Koperasi Indonesia
atas pemikirannya mengenai pasal-pasal UUD 1945, tentang perekonomian yang bertulang
punggung koperasi, berazas kekeluargaan.
HAMENGKU BUWONO IX: Wakil Presiden R.l. ke-2: (1973-1978)

Lahir: Yogyakarta, 12 April 1912


Meninggal: Washington DC, 2 Oktober 1988
Agama: Islam
Pendidikan:SD (Yogya), SMP (Semarang), SMA (Bandung), Universitas (Negeri Belanda).
Pengalaman: Raja Jawa, Gubernur Kepala Daerah, Menteri Kabinet.

Biografi dan Profil Lengkap Sri Sultan Hamengkubuwono IX – Gusti Raden Mas
Dorodjatun atau Sri Sultan Hamengkubuwana IX atau dalam bahasa Jawa Sri Sultan
Hamengkubuwono IX adalah seorang sultan yang pernah memimpin Kasultanan Yogyakarta
(1940–1988) dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah
kemerdekaan Indonesia. Sri Sultan Hamengkubuwono IX juga pernah menjabat sebagai
wakil presiden Indonesia yang kedua (1973–1978), selain itu Ia juga dikenal sebagai Bapak
Pramuka Indonesia dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat pada 12 April 1912 dan
meninggal di Washington, DC, Amerika Serikat pada 2 Oktober 1988 pada umur 76 tahun.

Profil Singkat Sri Sultan Hamengkubuwono IX


Nama: Gusti Raden Mas Dorodjatune
Gelar: Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Lahir: Ngasem, Ngayogyakarta Hadiningrat, Hindia Belanda, 12 April 1912
Meninggal: Washington, D.C., Amerika Serikat, 2 Oktober 1988
Agama : Islam
Pendidikan:
Taman kanak-kanak atau Frobel School asuhan Juffrouw Willer di Bintaran Kidul
Eerste Europeesche Lagere School di Yogyakarta (1925)
Hoogere Burgerschool (HBS, setingkat SMP dan SMU) di Semarang dan Bandung (1931)
Rijkuniversiteit Leiden, jurusan Indologie (ilmu tentang Indonesia) lalu ekonomi

Jabatan:
Kepala dan Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta (1945)
Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 – 27 Juni 1947)
Menteri Negara pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II (3 Juli 1947 – 11 November 1947 dan
11 November 1947 – 28 Januari 1948)
Menteri Negara pada Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 – 4 Agustus 1949)
Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II (4 Agustus
1949 – 20 Desember 1949)
Menteri Pertahanan pada masa RIS (20 Desember 1949 – 6 September 1950)
Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir (6 September 1950 – 27 April 1951)
Ketua Dewan Kurator Universitas Gajah Mada Yogyakarta (1951)
Ketua Dewan Pariwisata Indonesia (1956)
Ketua Sidang ke 4 ECAFE (Economic Commision for Asia and the Far East) dan Ketua
Pertemuan Regional ke 11 Panitia Konsultatif Colombo Plan (1957)
Ketua Federasi ASEAN Games (1958)
Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (5 Juli 1959)
Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata (1963)
Menteri Koordinator Pembangunan (21 Februari 1966)
Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi 11 (Maret 1966)
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1968)
Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia/KONI (1968)
Ketua Delegasi Indonesia di Konferensi Pasific Area Travel Association (PATA) di California,
Amerika Serikat (1968)
Wakil Presiden Indonesia (25 Maret 1973 – 23 Maret 1978)

Biografi Sri Sultan Hamengkubuwono IX


Sri Sultan Hamengkubuwono IX lahir di Ngasem, Ngayogyakarta Hadiningrat pada 12 April
1912 dengan nama lahir Gusti Raden Mas Dorodjatun. Hamengkubuwono IX merupakan
putra dari Sri Sultan Hamengkubuwana VIII dan permaisuri Kangjeng Raden Ayu Adipati
Anom Hamengkunegara.

Pada usia 4 tahun, Hamengkubuwono IX tinggal pisah dari keluarganya. Hamengkubuwono


IX memperoleh pendidikan di Europeesche Lagere School di Yogyakarta. Pada tahun 1925,
ia melanjutkan pendidikannya ke Hoogere Burgerschool di Semarang, dan Hoogere
Burgerschool te Bandoeng (HBS Bandung). Pada tahun 1930-an ia melanjutkan pendidikan
perguruan tingginya di Rijkuniversiteit (sekarang Universiteit Leiden), Belanda.

Pada 18 Maret 1940, Hamengkubuwana IX dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta ke-9


dengan gelar Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan
Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah
ingkang Jumeneng Kaping Sanga ing Ngayogyakarta Hadiningrat.

Ia merupakan sultan yang menentang penjajahan Belanda dan mendorong kemerdekaan


Indonesia. Selain itu, Ia juga mendorong agar pemerintah RI memberi status khusus bagi
Yogyakarta dengan predikat “Istimewa”. Sebelum dinobatkan, Sultan yang berusia 28 tahun
bernegosiasi secara alot selama 4 bulan dengan diplomat senior Belanda Dr. Lucien Adam
mengenai otonomi Yogyakarta.

Pada masa Jepang, Sultan melarang pengiriman romusha dengan mengadakan proyek lokal
saluran irigasi Selokan Mataram. Sultan bersama Paku Alam IX merupakan penguasa lokal
pertama yang menggabungkan diri ke Republik Indonesia. Sultan pulalah yang mengundang
Presiden untuk memimpin dari Yogyakarta setelah Jakarta dikuasai Belanda dalam Agresi
Militer Belanda I. Sultan Hamengkubuwana IX tercatat sebagai Gubernur terlama yang
menjabat di Indonesia antara 1945-1988 dan Raja Kesultanan Yogyakarta terlama antara
1940-1988.
Peranan Sri Sultan Hamengkubuwana IX Dalam Mempertahankan Keutuhan Bangsa
dan Negara Indonesia
Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, keadaan perekonomian sangat buruk. Kas
negara kosong, pertanian dan industri rusak berat akibat perang. Blokade ekonomi yang
dilakukan Belanda membuat perdagangan dengan luar negeri terhambat. Kekeringan dan
kelangkaan bahan pangan terjadi di mana-mana, termasuk di Yogyakarta.Untuk menjamin
agar pemerintahan RI tetap berjalan, Sultan Hamengkubuwana IX menyumbangkan
kekayaannya sekitar 6.000.000 Gulden, untuk membiayai pemerintahan, kebutuhan hidup
para pemimpin dan para pegawai pemerintah lainnya.

Setelah Perundingan Renville, pada 19 Desember 1948 Belanda melakukan Agresi Militer
ke-2. Sasaran penyerbuan yaitu Ibukota Yogyakarta. Selanjutnya, pada 22 Desember 1948
Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Sutan Syahrir dan para pembesar
lainnya di tangkap Belanda dan diasingkan ke Pulau Bangka. Sementara, Sultan
Hamengkubuwana IX tidak di tangkap karena kedudukannya yang istimewa, dikhawatirkan
akan mempersulit keberadaan Belanda di Yogyakarta. Selain itu, pada waktu itu Belanda
sudah mengakui Yogyakarta sebagai kerajaan dan menghormati kearifan setempat. Namun,
Sultan menolak ajakan Belanda untuk bekerja sama.

Sultan Hamengkubuwana IX menulis surat terbuka yang disebarluaskan ke seluruh daerah


Yogyakarta. Dalam surat tersebut, Sultan menyatakan mengundurkan diri sebagai Kepala
Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengunduran diri tersebut kemudian diikuti oleh Sri Paku
Alam. Hal ini dilakukan agar masalah keamanan di wilayah Yogyakarta menjadi beban
tentara Belanda. Selain itu, Sultan tidak akan bisa diperalat untuk membantu musuh.
Sementara itu, secara diam-diam Sultan membantu para pejuang RI, dengan memberikan
bantuan logistik kepada para pejuang, pejabat pemerintah RI dan orang-orang Republiken.

Peranan Sultan Hamengkubuwana IX dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 oleh TNI masih
tidak singkron dengan versi Soeharto. Menurut Sultan, beliaulah yang melihat semangat
juang rakyat melemah dan menganjurkan serangan umum. Sedangkan menurut Pak Harto,
beliau baru bertemu Sultan malah setelah penyerahan kedaulatan. Sultan menggunakan
dana pribadinya (dari istana Yogyakarta) untuk membayar gaji pegawai republik yang tidak
mendapat gaji semenjak Agresi Militer ke-2.

Sejak 1946, Hamengkubuwana IX pernah beberapa kali menjabat menteri pada kabinet
yang dipimpin Presiden Soekarno. Jabatan resminya pada tahun 1966 yaitu Menteri Utama
di bidang Ekuin. Pada tahun 1973 beliau diangkat sebagai wakil presiden. Pada akhir masa
jabatannya pada tahun 1978, beliau menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden
dengan alasan kesehatan. Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa alasan sebenarnya ia
mundur karena tak menyukai Presiden Soeharto yang represif seperti pada Peristiwa Malari
dan hanyut pada KKN.

Hamengkubuwana IX ikut menghadiri perayaan 50 tahun kekuasaan Ratu Wilhelmina di


Amsterdam, Belanda pada tahun 1938.

Bapak Pramuka Indonesia


Sejak usia muda Hamengkubuwana IX telah aktif dalam organisasi pendidikan kepanduan.
Menjelang tahun 1960-an, Hamengkubuwana IX menjadi Pandu Agung (Pemimpin
Kepanduan).

Pada 9 Maret 1961, Presiden Sukarno membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka.
Panitia tersebur beranggotakan Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Prof. Prijono (Menteri P
dan K), Dr.A. Azis Saleh (Menteri Pertanian), dan Achmadi (Menteri Transmigrasi, Koperasi
dan Pembangunan Masyarakat Desa).
Pada 14 Agustus 1961 (Hari Pramuka), selain dilakukan penganugerahan Panji
Kepramukaan dan defile, juga dilakukan pelantikan Mapinas (Majelis Pimpinan Nasional),
Kwarnas dan Kwarnari Gerakan Pramuka. Sri Sultan Hamengkubuwana IX menjabat sebagai
Ketua Kwarnas sekaligus Wakil Ketua I Mapinas (Ketua Mapinas adalah Presiden RI).

Pada Musyawarah Nasional (Munas) Gerakan Pramuka tahun 1988 yang berlangsung di Dili
(Ibukota Provinsi Timor Timur, sekarang negara Timor Leste), mengukuhkan Sri Sultan
Hamengkubuwana IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Pengangkatan ini tertuang dalam
Surat Keputusan nomor 10/MUNAS/88 tentang Bapak Pramuka.

Wafatnya Sri Sultan Hamengkubuwana IX


Pada minggu malam 2 Oktober 1988, Hamengkubuwana IX wafat di George Washington
University Medical Centre, Amerika Serikat dan kemudian dimakamkan di pemakaman para
sultan Mataram di Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Indonesia.

Pada 8 Juni 2003, Sri Sultan Hamengkubuwana IX diangkat menjadi pahlawan nasional
Indonesia oleh presiden Megawati Sukarnoputri.
ADAM MALIK: Wakil Presiden R.l. ke-3: (29 Maret 19/8-15 Maret 1983)

Lahir : Pematang Siantar, Sumatra Utara, 22 Juli 1917.


Meninggal: Jakarta, 5 September 1984
Agama: Islam.
Pendidikan :Belajar sendiri (Otodidak)
Pengalaman: Ketua MPR / DPR; Ketua Majelis Umum PBB.

ADAM MALIK, hanya berpendidikan formal SD (HIS) dan Madrasah Ibtidaiyah, selanjutnya
belajar sendiri. Dari kecil cita-citanya ingin menjadi politisi, hal itu berbenturan dengan
kehendak ayah, H. Abdul Malik Batubara, yang mengharapkan Adam jadi pedagang. Maka
seringkali malam-malam Adam menyelinap keluar rumah hanya untuk mendengarkan
pembicaraan politik.

Tokoh penyandang julukan kancil ini terus merenda karir, hingga berhasil menduduki kursi
Partindo Pematang Siantar pada usia 17 tahun (1934-1935). Adam kian mengorbit di zaman
Kemerdekaan, ia terpilih menjadi ketua III KNIP (1945-1947), setelah mendirikan Partai
Rakyat (1946). Partai Murba (1946-1948), dan juga dipercaya sebagai ketua Delegasi Rl
dalam perundingan Indonesia-Belanda, mengenai Irian Barat (1962).

Putra Pematang Siantar itu pada tahun 1966 berturut-turut menjadi Wakil Perdana Menteri
II / Menlu ad Interim, Waperdam II urusan Sosial dan Politik / Menlu RI, Menteri Presidium
Urusan Politik dan Menlu RI. Jabatan Menlu bahkan terus menerus dipercayakan kepadanya
sampai tahun 1977, diantara masa itu pula ia jadi Ketua Majelis Umum PBB ke 26, di New
York (1971). Ia satu-satunya orang Indonesia yang pernah menduduki jabatan itu.
Ketika terpilih sebagai ketua DPR/MPR hanya dijalani 5 bulan, keburu mendapat
kepercayaan sebagai Wakil Presiden RI menggantikan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Wafatnya Adam Malik Dan Penghargaan Yang Diberikan Padanya

H.Adam Malik meninggal dunia di Bandung pada 5 September 1984 karena kanker lever
yang dideritanya. Jasad Adam Malik kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kalibata.

Sepeninggalannya, Istri dan juga anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan


Museum bernama Museum Adam Malik. Pemerintah juga memberikan berbagai tanda
kehormatan. Atas jasa-jasanya, Adam Malik dianugerahi berbagai macam penghargaan, di
antaranya adalah Bintang Mahaputera kl. IV pada tahun 1971, Bintang Adhi Perdana kl.II
pada tahun 1973, dan diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1998.

Karir Adam malik

 Wakil Ketua III Komite Nasional Indonesia Pusat (29 Agustus 1945 – Februari 1950)
 Menteri Perdagangan Indonesia ke-15 (13 November 1963 – 27 Agustus 1964)
 Menteri Luar Negeri Indonesia ke-11 (28 Maret 1966 – 23 Maret 1978)
 Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ke-7 (1977–1978)
 Wakil Presiden Indonesia ke-3 (23 Maret 1978 – 11 Maret 1983)

Penghargaan Adam Malik

 Bintang Mahaputera kl. IV pada tahun 1971


 Bintang Adhi Perdana kl.II pada tahun 1973
 Pahlawan Nasional pada tahun 1998

Pendidikan Adam Malik

 Hollandsch-Inlandsche School Pematangsiantar


 Sekolah Agama Parabek di Bukittinggi
UMAR WIRAHADIKUSUMA Wakil Presiden R.l. ke-4 : (19 Maret 1983-1988)

Lahir: Situraja, Sumedang, Jawa Barat, 10 Oktober 1924.


Agama : Islam.
Pendidikan : SD, SMP, SMA, Unpad, Seskoad.
Pengalaman : Pangdam V/JayaKasad, Ketua BPK.

JEND. (PURN) UMAR WIRAHADIKUSUMAH, memulai pendidikan ketentaraan pada zaman


Jepang di Seinendojo, Tangerang, Jawa Barat, kemudian ke Peta. Awal tahun berikutnya
sebagai Wakil Kepala Staf Resimen X, Tasikmalaya dengan pangkat Kapten, sehingga
menjabat sebagai ajudan. Setelah itu Pengawal Divisi Siliwangi, hingga menjadi Komandan
Resimen X / Galuh Divisi Siliwangi.

Ia juga pernah menjabat Komandan Pusat Kavaleri, dan Pangdam XV/Patimura di Maluku,
ketika berpangkat Letkol sebagai Komandan Resimen Tempur Siliwangi (1958), selanjutnya
menjadi Komandan KMKB (Komando Meliter Kota Besar) Jakarta Raya, pangkatnya naik
menjadi Kolonel dan 2 minggu kemudian menjabat Pangdam Jaya.

Umar dinilai sukses menumpas G.30 S/PKI (1965) ketika menjadi Pangdam V/Jaya, karena
itu ia diangkat menjadi Pangkostrad menggantikan Mayjend Soeharto. Beberapa waktu
kemudian diberi tugas baru sebagai Pangkolaga (Panglima Komando Mandata Siaga).
Tugasnya berhasil, sehingga kemudian Umar diorbitkan sebagai Wakil Kasad, dan 2 tahun
kemudian menjadi Kasad (1969-1973).

Selepas dari Kasad sudah disiapkan tugas baru bagi Umar, memimpin Badan Remeriksa
Keuangan (BPK). Banyak kasus yang ditangani BPK ketika dibawah kepemimpinannya.
Tetapi karena Umar tak suka gembar- gembor sehingga keberhasilannya itu hanya sedikit
orang yang tahu. Yang jelas, orang yang menempatkannya di sana yakin benar akan prestasi
Umar. Itulah sebabnya setelah masa tugas BPK habis (1983), Umar Wirahadikusuma dipilih
menjadi Wakil Presiden R.l. ke IV.
SUDHARMONO: Wakil Presiden R.l. ke-5: (1988-1993)

Lahir : Gresik, Jawa Timur, 12 Maret 1927


Agama : Islam
Pendidikan : SD, SMP, SMA, PTHM/FH Ul Lulus (1962).
Pengalaman: Menteri Sekretaris Negara (15 Tahun), Ketua Golkar (5 Tahun).

LET JEND. (PUR) H, SUDHARMONO, S.H, menjadi yatim piatu sejak kecil. Ibundanya, Ny.
Sukarsi, meninggal ketika melahirkan adik bungsu Sudharmono (1930). Ayahnya, R
Wirodirejo, menyusul 6 bulan kemudian. Bersama dua saudaranya, Soenar dan Siti Sukarni,
Sudharmono lalu ikut pamannya yang menjadi juru tulis desa di Jombang.

Pada tahun 1937, Sudharmono pindah ke Rembang, Jawa Tengah, tinggal bersama
kakeknya, R. Soemodihardjo, pensiunan asisten Wedana. DHAR, panggilan Sudharmono
lulus SD (HIS) tinggal bersama pakdenya di Semarang, lalu melanjutkan SMP Pendrik.
Sudharmono menempuh SMAnya sambil berjuang, kemudian ia masuk Akademi Hukum
Militer / Perguruan Tinggi Militer (AHM/PTHM), lalu Fakultas Hukum Universitas Indonesia
(lulus 1962). Menjadi jaksa tentara di Medan merangkap perwira staf Penguasa Perang
Tertinggi.

Sudharmono menjabat Sekretaris Kabinet merangkap Sekretaris Stabilitas Ekonomi (1966-


1972). Selama di pemerintahan tak suka mengesankan dirinya paling dekat dengan
Presiden atau juga dengan rakyat. Semangat kerjanya yang dibina sejak kecil tak kunjung
pupus. Sudharmono selalu ingat, semula tak punya apa-apa, bahkan yatim piatu sejak
berumur 3 tahun, dan pindah-pindah orang tua asuh. Tetapi dengan kerja keras, tekun,
cermat dan senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga berhasil
menjadi Wakil Presiden Rl ke V setelah Umar Wirahadikusuma.

Sebagai seorang Wakil Presiden, Soedarmono sangat aktif. Beliau sering berkunjung ke
berbagai provinsi RI dan ke beberapa Departemen, Kantor Negara, dan Lebaga Departemen
Non Pemerintah. Dan yang menonjol pada saat itu adalah Soedharmono membentuk Tromol
Pos 5000 dimana di situ orang-orang bisa mengirim saran dan keluhan kepada Pemerintah
mereka. Soedarmono sendiri adalah seorang spesialis di bidang bantuan administratif.
Dengan kehalian ini, Soedharmono juga diberi tugas oleh Soeharto untuk mengawasi
birokrasi di dalam Pemerintah.

Profil dan Biodata Soedharmono

 Nama Lengkap : Sudharmono


 Alias : Pak Dar | Soedharmono
 Profesi : Tokoh Militer
 Agama : Islam
 Tempat Lahir : Cerme, Gresik, Jawa Timur
 Tanggal Lahir : Sabtu, 12 Maret 1927
 Zodiac : Pisces
 Warga Negara : Indonesia
 Ayah : R. Wiroredjo
 Ibu : Soekarsi
 Istri : Emma Norma

Riwayat Pendidikan Soedharmono

 HIS (Hollands Inlandsche School)


 SMP 2 Semarang (1943)
 Akademi Hukum Militer (1956)
 Perguruan Tinggi Hukum Militer (lulus 1962)

Riwayat Karir

Karir :
– Komandan Pasukan Divisi Ronggolawe (1945-1949)
– Perwira Staf Pusdik Perwira AD (1950-1952)
– Jaksa Tentara, merangkap Perwira Staf Penguasa Perang Pusat, Medan (1957-1961)
– Jaksa Tentara Tinggi, merangkap Perwira Staf Penguasa Perang Tertinggi (Peperti)
– Asisten Bidang Sosial Sekretariat Pembantu Pimpinan Revolusi
– Wakil Ketua II Gabungan 5 Koti
– Ketua Tim Penertiban Personil Pusat (1962-1966)
– Sekretaris Kabinet, merangkap Sekretaris Dewan Stabilisasi Ekonomi (1966-1972)
– Menteri Sekretaris Negara (1973-1988)
– Wakil Presiden RI (1988-1993)

Organisasi :
– Ketua Umum DPP Golongan Karya (1983-1988)
– Koordinator Yayasan-yayasan yang didirikan Pak Harto (1998 s/d sekarang)

KEISTIMEWAAN:
- Sudhrmono pandai menghitung perkalian dan pembagian dengan cepat.
ALASAN:
– Karena Sudharmono memiliki kemampuan yang berbeda dengan sanak saudaranya.

TINDAKAN YANG PATUT DICONTOH:


– Sudaharmono memiliki sifat yang Pendiam, tanggp, ulet, terampil, dan berbadan
yang tegap.
– Membela bangsa dan Negara.
– Mengabdi kepada pemeritahan Indonesia.

ALASAN:
– Karena aku ingin memiliki badan yang tegap dan sifat-sifat yang dimiliki Beliau

Wafat

Pada hari Rabu, tanggal 25 Januari 2006 sekitar pukul 19.40 WIB, Sudharmono meninggal
dunia setelah menjalani perawatan selama dua pekan di Rumah Sakit Metropolitan Medical
Centre (MMC), Jakarta, sejak 10 Januari 2006.

Sudharmono meninggal akibat infeksi paru dan komplikasi penyakit lain. Sebelumnya
beberapa lama dirawat di Singapura. Setahun sebelumnya juga menjalani perawatan di
Jepang. Saat itu, almarhum dinyatakan mengalami gejala parkinson.
TRY SOETRISNO: Wakil Presiden R.l. Ke-6: (1993-1996)

Kehidupan Awal

Try Sutrisno lahir pada 15 November 1935 di Surabaya, Jawa Timur. Setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, Belanda kembali untuk mengklaim kembali Indonesia sebagai
koloni mereka. Try Sutrisno dan keluarganya pindah dari Surabaya ke Mojokerto. Ayahnya
bekerja sebagai petugas medis untuk Batalyon Angkatan Darat Poncowati.

Pada usia 13, Try Sutrisno ingin bergabung dengan Batalyon Poncowati dan dipekerjakan
sebagai kurir. Tugas Try Sutrisno adalah untuk mencari informasi ke daerah-daerah yang
diduduki oleh tentara Belanda serta mengambil obat untuk Angkatan Darat Indonesia.
Akhirnya pada tahun 1949, Belanda mundur dan mengakui kemerdekaan Indonesia. Try
Sutrisno dan keluarganya kemudian kembali ke Surabaya di mana ia menyelesaikan
pendidikannya pada tahun 1956.

Setelah lulus dari SMA, Try Sutrisno ingin mendaftar di ATEKAD (Akademi Teknik Angkatan
Darat). Dia berpartisipasi dan lulus dalam ujian masuk, sebelum gagal dalam pemeriksaan
fisik. Meskipun demikian, Mayor Jenderal GPH Djatikusumo tertarik dengan Try dan
memanggilnya kembali. Try Sutrisno berpartisipasi dalam pemeriksaan psikologis di
Bandung, Jawa Barat, dan ia diterima di ATEKAD.

Masa di Kesatuan

Di ATEKAD, Try mengikuti pendidikan pada pengkhususan Zeni, ketika berpangkat Kopral
Taruna beliau mendapatkan tugas di daerah Aceh. kemudian pada saat menjadi Sersan
Taruna, dia bersama angkatannya dikirim ke daerah Operasi Penumpasan Pemberontakan
PRRI/Permesta di daerah Sumbar. Mayjen TNI GPH Djatikusumo yang saat itu menjabat
sebagai Direktur Zeni Angkatan Darat (Dirziad) memang sengaja mengirimkan para taruna
ke daerah operasi yang sebenarnya, agar mereka memiliki bekal pengalaman nyata pada
pelaksanaan tugasnya kelak, pengalaman yang tak mungkin didapatkan di Lembaga
Pendidikan

Lulus dari Akademi pada tahun 1959, dengan pangkat Letda Czi, ia ditugaskan pertama kali
di Kodam IV /Sriwijaya sebagai Dan Ton Zipur. Kemudian pada tahun 1962 ditugaskan pada
Yon Zikon Komando Mandala di Kendari. Seusai tugas Mandala, ia yang waktu itu sudah
berpangkat Lettu Czi kembali ke satuan Induknya Kodam IV/Sriwijaya sebagai Dan Kima
Yon Zikon-2/Dam IV SWJ.

Tahun 1965 ia pindah ke Jakarta sebagai Dan Ki Dump Truck. Setelah lulus mengikuti
pendidikan Kupaltu di tahun 1965, ia dilantik menjadi Kapten pada 1 Januari 1966 dan
diangkat menjadi Dan Ki I/Dump Truck, kemudian menjadi Wadan Denma Ditziad. Pada
tahun 1967 Kapten Try Sutrisno ini sempat mengikuti Latihan MOS Amfibi. Kemudian dari
Ditziad tahun 1968, ia dipindahtugaskan ke Bandung sebagai Wadan Yonzipur-9/Para.
Tahun itu pula ia mengikuti tugas belajar di Suslapa Zeni.

Pada tahun 1970 naik pangkat menjadi Mayor Czi, dan dipercaya memimpin
Yonzipur/Amfibi di Pasuruan. Tahun 1972 seusai mengikuti pendidikan Seskoad, ia naik
pangkat menjadi Letkol Czi dan pindah ke Mabesad Jakarta sebagai Karo Binlatsat Staf
Operasi TNI AD. Pada tahun 1977 ia dikirim ke Bandung untuk mengikuti pendidikan
Seskogab ABRI.

Menikah Dengan Pujaan Hati

Tuti Sutiawati namanya, seorang mojang Bandung, puteri pertama dari pasangan Sukarna -
Hj. Hasanah. Pak Sukarna ini adalah seorang guru.

Pada tanggal 5 Februari 1961, Try resmi menikah dengan Tuti Sutiawati dan kemudian
telah melahirkan baginya 4 orang putera dan 3 orang puteri.

Dari 4 orang puteranya, seorang mengabdikan diri sebagai anggota Polri, dan yang seorang
lagi mengabdikan diri sebagai anggota TNI AD mengikuti jejaknya. Sementara puteri
sulungnya yang berprofesi sebagai dokter gigi, bersuamikan seorang anggota TNI AD juga,
Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu dan juga ada Naka kelima mereka yang bernama ISfan
Fajar Satrio yang kelak menikahi seorang bekas model, Sarah Dharmawan

Karir Melesat

Nasib baik akhirnya menghampiri Try Sutrisno, pada saat ia berpangkat Letkol. Pada tahun
1974 ia ditugaskan menjadi Ajudan Presiden RI, jabatan ini konon merupakan salah satu
jabatan wajib jika ingin menjadi Wakil Presiden di Indonesia yang saat itu sangat mustahil
untuk menggeser Soeharto sebagai Presiden RI.
Selang dua tahun, ia naik pangkat menjadi Kolonel Czi. Banyak pengalaman berharga yang
berhasil dia timba selama dirinya bertugas sebagai Ajudan Presiden. Ia mengetahui tentang
aturan protokoler, etiket kalangan atas, pergaulan dengan para pejabat tinggi negara, sistem
pengamanan VVIP, sistem administrasi level puncak, mekanisme pengambilan keputusan
dalam berbagai masalah kenegaraan, kesibukan tugas seorang Kepala Negara, bagaimana
cara Pejabat Tinggi membagi waktu, sikap Pemimpin Negara dalam menghadapi situasi
kritis.

Dua tahun sesudah menyandang pangkat Kolonel, tepatnya pada tahun 1978, ia ditugaskan
menjabat sebagai Kasdam XVI/Udayana yang bermarkas di Denpasar, mendampingi Mayjen
TNI Dading Kalbuadi yang kala itu menjabat Pangdam.

Setahun kemudian yakni tahun 1979, ketika masih menjabat sebagai Kasdam XVI/Udayana,
pangkatnya dinaikkan menjadi Brigjen TNI, dan tak lama kemudian diangkat menjadi
Pangdam IV/Sriwijaya. Pada saat menjabat Pangdam IV/Swj itu ia melaksanakan Operasi
Ganeca, yakni sebuah operasi lingkungan hidup berupa pengembalian gajah-gajah ke
habitatnya. Selain itu, ia yang sekaligus bertindak selaku Laksusda Sumatera Selatan, juga
giat menjalankan operasi pemberantasan penyelundupan timah, dan pemberantasan
kriminalitas yang amat meresahkan masyarakat setempat pada masa itu. Dan pada saat
menjabat Pangdam itu pulalah yakni pada tahun 1980, ia diangkat menjadi Anggota MPR RI
Utusan Daerah Sumatera Selatan.

Pada 1 Desember 1982, ia diangkat menjadi Pangdam V/Jaya hingga tahun 1985 dan
pangkatnya juga naik menjadi Mayjen TNI. Di masa pengabdiannya memimpin Kodam
V/Jaya inilah Try dihadapkan dengan beberapa peristiwa gangguan kemanan ibu kota yang
cukup menyita perhatian. Di antaranya, yaitu peristiwa terbakarnya Toserba Sarinah,
peristiwa Tanjung Priok, dan peristiwa peledakan bom di sebuah Kantor Cabang Bank BCA.

Agustus 1985 pangkatnya dinaikkan lagi menjadi Letjen TNI sekaligus diangkat menjabat
Wakasad mendampingi Kasad. Jenderal TNI Rudhini ketika itu.

Tak lama menjabat sebagai Wakasad, pada bulan Juni tahun 1986 atau sepuluh bulan sejak
diangkat menjadi Wakasad, ia pun kemudian diangkat menjadi Kasad menggantikan
Jenderal TNI Rudhini.

Selama menjadi Kasad, yang hanya sekitar satu setengah tahun, karena pada awal tahun
1988 ia dipromosikan menjadi Pangab menggantikan Jenderal TNI LB. Moerdani.

Wakil Presiden

Majelis Permusyawaratan Rakyat masa bakti 1992 � 1997 melalui Sidang Umumnya pada
tahun 1993, akhirnya memilih Try Soetrisno menjadi Wakil
Presiden RI mendampingi HM. Soeharto, presiden terpilih saat itu. Adalah Fraksi ABRI MPR-
RI yang lebih dahulu mencalonkannya, mendahului pilihan terbuka dari Presiden Soeharto
ketika itu. Suatu hal yang tidak lazim pada era Orde Baru itu. Konon, Presiden Soeharto
merasa di-fait accompli.

Pada tahun 1998 tugasnya sebagai Wapres berakhir, dan kemudian digantikan oleh BJ.
Habibie pada Sidang Umum MPR 1998.

Informasi Pribadi Try Sutrisno

 Nama Lengkap : Try Sutrisno


 Tanggal Lahir : 15 November 1935 (umur 81)
 Tempat Lahir : Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
 Partai politik : Golkar, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
 Suami/istri : Tuti Sutiawati
 Agama : Islam

Perjalanan Karir try Sutrisno

Wakil Presiden Indonesia ke-6

 Masa jabatan : 11 Maret 1993 – 10 Maret 1998


 Presiden : Soeharto
 Didahului oleh : Sudharmono
 Digantikan oleh : Bacharuddin Jusuf Habibie

Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ke-7

 Masa jabatan : 27 Februari 1988 – 19 Februari 1993


 Presiden : Soeharto
 Didahului oleh : L.B. : Moerdani
 Digantikan oleh : Edi Sudrajat

Dinas militer

 Pengabdian : Indonesia
 Dinas/cabang : TNI Angkatan Darat
 Masa dinas : 1959–1993
 Pangkat : Jenderal TNI
 Unit : Zeni
Biografi B.J. Habibie

Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden ketiga Republik Indonesia yang biasa dipanggil B.J.
Habibie ;lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak
keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini
Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei
1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.

Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat
tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang
punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia
pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya
meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare
School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-
pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.

Kisah hidupnya penuh inspirasi. Ia menjadi kebanggaan anak-anak Indonesia karena


kecerdasannya.Ia ahli pembuat pesawat terbang dari Indonesia yang diakui dunia
internasional. Tak hanya soal teknologi, ia juga menjadi orang nomor satu di republik ini.

Ia menjadi presiden pertama sejak lahirnya Era Reformasi.Keahliannya dalam tekonologi


inilah yang mengantarkannya ke dunia teknokrat. Mulai dari penasehat presiden hingga
menjadi menteri riset dan wakil presiden pada masa Presiden Soeharto. Puncaknya, ia
menjadi Presiden RI ke-3 menggantikan Soeharto yang mundur di tengah jalan karena
tuntutan Reformasi.

Bacharuddin Jusuf Habibie atau lebih dikenal dengan nama B.J. Habibie menjadi presiden
pada usia 62 tahun. Ia lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni 1936. Ia anak
keempat dari delapan bersaudara dari pasangan pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A.
Tuti Marini Puspowardojo. Sang ayah merupakan seorang ahli pertanian dari Gorontalo dan
memiliki keturunan Bugis. Sedangkan sang ibu asal Jawa dan merupakan anak dari dokter
spesialis mata di Yogyakarta.

Habibie sudah menunjukkan kecerdasannya sejak dini. Ia memiliki ketertarikan khusus


dengan fisika. Dalam hal pendidikan, pernah bersekolah di SMAK Dago, Bandung, dan
meneruskan kuliah selama 6 bulan di Institut Teknologi Bandung dengan studi Teknik
Mesin pada tahun 1954. Setahun kemudian, Ia melanjutkan studi teknik penerbangan
selama 10 tahun di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule (RWTH), Aachen, Jerman
dengan dibiayai oleh ibunya. Habibie meraih 2 gelar sekaligus yaitu Diplom Ingenieur pada
tahun 1960 dan Doktor Ingenieur pada tahun 1965 dengan predikat summa cum laude.

Di sela-sela kuliahnya, Habibie muda sempat kembali ke tanah air. Selain menziarahi makam
almarhum sang ayah di Ujung Pandang, Ia sempat pula pulang ke Bandung dan bertamu ke
rumah tetangganya yang tak lain merupakan keluarga Ainun. Mereka sebetulnya sudah
kenal sejak di bangku sekolah. Bahkan, Habibie mengakui pernah beberapa kali pacaran
dengan wanita Jerman sebelum akhirnya ia berlabuh ke hati Ainun. Kedekatan mereka pun
berlanjut ke pelaminan tepat pada tanggal 12 Mei1962. Mereka dikarunia 2 anak yaitu
Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie dan 6 cucu.

Habibie dan istrinya pun tinggal di Jerman. Habibie harus bekerja keras untuk membiayai
rumah tangga dan biaya kuliah doktoralnya. Ia juga mendalami teknik dan konstruksi
pesawat terbang.

Setelah lulus, B.J. Habibie bekerja di perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg,
Jerman, yaitu Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) pada 1965-1969 sebagai Kepala
Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian
menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan
militer dari tahun 1969 hingga 1973.

Atas kinerja dan kredibelitasnya, ia pun dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur
Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihat Senior bidang teknologi
untuk Dewan Direktur MBB (1978). Dialah satu-satunya orang Asia yang menduduki
jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini.

KELUARGA
Orang Tua : Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo
Pasangan : Hasri Ainun Besari
Anak : Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie

PENDIDIKAN
SMAK Dago, Bandung
S1,Teknik Mesin, ITB, Bandung (1954)
S1-S3, Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule, Aachen, Jerman (1955 – 1965)

KARIER
Messerschmitt-Bölkow-Blohm, Hamburg, Jerman (1965 – 1978)
Penasehat Presiden RI (1974 – 1978)
Menteri Negara Riset dan Teknologi (1978 – 1998)
Ketua Umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia)
Wakil Presiden RI (1998)
Presiden RI (1998 – 1999)
Penasehat Presiden era SBY
Komisaris Utama dari PT. Regio Aviasi Industri

PENGHARGAAN
Edward Warner Award dan Award von Karman
Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana dari Institut Teknologi Bandung

KARYA
Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of
Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical
Institute;

Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986


Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen
Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada
Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH
Aachen, 1965
Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of
technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen,
Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der
Putri Proklamator, Megawati Soekarnoputri

 Nama: Dyah Permata Megawati Setyawati Sukarnoputri


 Nama panggilan: Megawati
 Lahir: Yogyakarta, 23 Januari 1947
 Ayah : Ir.Soekarno
 Ibu : Fatmawati
 Suami: Surindro Supjarso (1968-1971; alm.), Hassan Gamal A. Hasan (1972; dibatalkan oleh
PTA), Taufiq Kiemas (1973-2013; alm.)
 Anak: Mohammad Rizki Pratama, Mohammad Prananda, Puan Maharani

Sejarah kepemimpinan:

 Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (Bandung), (1965)


 Anggota DPR/MPR RI (1999)
 Anggota DPR/MPR RI (1987-1992)
 Ketua DPC PDI Jakarta Pusat, Anggota FPDI DPR-RI, (1987-1997)
 Ketua Umum PDI versi Munas Kemang (1993-sekarang) PDI yang dipimpinnya berganti
nama menjadi PDI Perjuangan pada 1999-sekarang
 Wakil Presiden RI, (Oktober 1999-23 Juli 2001)
 Presiden RI ke-5, (23 Juli 2001-2004)

Riwayat pendidikan:

 SD Perguruan Cikini Jakarta, (1954-1959)


 SLTP Perguruan Cikini Jakarta, (1960-1962)
 SLTA Perguruan Cikini Jakarta, (1963-1965)
 Fakultas Pertanian UNPAD Bandung (1965-1967), (tidak selesai)
 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), (tidak selesai)
Penghargaan yang pernah diterima:

 Priyadarshini Award dari lembagai Priyadarshni Academy, Mumbai India


 Doctor Honoris Causa dari Universitas Waseda

Sebagai anak presiden pertama, tentunya masa kecil Megawati banyak dihabiskan di
lingkungan istana. Ia memulai pendidikan dasar hingga pendidikan menengah atasnya di
perguruan Cikini. Sedangkan pendidikan tingginya pernah ditempuh di dua universitas
berbeda namun tidak menyelesaikannya. Dari tahun 1965-1967, Megawati kuliah di
Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran dan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
pada tahun 1970 hingga 1972. Dia meninggalkan kedua universitas tersebut karena
keadaan negara yang kacau pada saat itu.

Kisah Cinta dan Pernikahan


Pada 1 Juni 1968 Megawati menikah dengan Letnan Satu (Penerbang) Surindro Supjarso,
seorang pilot pesawat AURI dan perwira pertama di Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Udara (TNI-AU) Republik Indonesia. Surindo adalah sahabat Guntur Soekarnoputra, kakak
Megawati . Pernikahan Megawati dan Surindro dikaruniai dua orang putera Mohammad
Rizki Pratama dan Mohammad Prananda Prabowo.

Pada 22 Januari 1971, Megawati harus kehilangan suaminya. Pesawat Skyvan T-701 yang
diawakinya hilang di perairan Biak, Irian Jaya. Saat itu Megawati sedang mengandung anak
keduanya. Surindro Supjarso hilang bersama dengan tujuh orang rekannya.

Pernikahan kedua Megawati tidak berjalan mulus. Rumah tangganya dengan Hassan Gamal
A.H, mantan diplomat Mesir, hanya bertahan tiga bulan. Fatmawati, tidak menyetujui
pernikahan tersebut, karena beranggapan Surindro belum tentu meninggal. Akhirnya
keluarga Soekarno menyewa pengacara, Sumadji, untuk membatalkan pernikahan tersebut.
Dan pernikahan tersebut dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi Agama Jakarta.

Megawati menemukan kembali tambatan hatinya. Ia bertemu dengan teman lama sewaktu
aktif di GMNI. Adalah Moh. Taufiq Kiemas yang menjadi suami ketiganya. Mereka menikah
pada akhir Maret 1973 dan dikaruniai satu orang puteri, Puan Maharani.

Perjalanan Karir Politik


Walaupun Megawati keturunan dari politikus handal, tapi ia tidak mahir dalam dunia
politik. Ia dianggap anak bawang oleh kawan maupun lawan politiknya. Awal Megawati
terjun ke dunia politik adalah saat PDI ingin menaikkan popularitasnya. PDI beranggapan
dengan menempatkan Megawati sebagai calon legislatif akan mendulang suara bagi PDI.
Benar saja, pada tahun 1987 Megawati akhirnya menjadi anggota DPR/MPR, dari daerah
pemilihan Jawa Tengah. Di tahun yang sama, Megawati terpilih sebagai Ketua DPC PDI
Jakarta Pusat.

Kehadiran Megawati di gedung parlemen kurang mendapat respon yang positif. Dan ia tahu
bahwa ia berada di bawah tekanan. Megawati memilih untuk tidak terlalu menonjol tetapi
tetap melakukan lobi politik di luar gedung parlemen. Bintangnya pun mulai bersinar
dengan terpilih sebagai ketua umum PDI pada tahun 1993. Hal ini membuat pemerintah
berkuasa tercengang. Megawati terpilih secara aklamasi dalam kongres luar biasa PDI yang
diselenggarakan di Surabaya. Pemerintah sendiri mendukung Budi Hardjono untuk
menggantikan Soerjadi.
Posisi Megawati sebagai ketua umum mulai diusik oleh pemerintah. Pemerintah menolak
dan menganggapnya ilegal. Akhirnya, atas dukungan pemerintah, Fatimah Ahmad cs,
menyelenggarakan kongres PDI di Medan pada tahun 1996. Pada kongres tersebut Soerjadi
terpilih kembali menjadi ketua PDI. Megawati tidak mengakui kongres Medan dan
menyatakan dirinya sebagai ketua umum yang sah dan markas markas DPP PDI di Jalan
Diponegoro, berada dibawah kendali Megawati.
Soerjadi pun tidak tinggal diam. Ia menebar ancaman akan merebut kantor DPP. Soerjadi
pun melancarkan aksinya dan berhasil menduduki markas PDI pada tanggal 27 Juli 1996.
Dan aksi ini sekarang lebih dikenal dengan peristiwa 27 Juli.

Megawati terus berjuang. Ia pun menempuh lewat jalur hukum. Tapi harus terhenti di meja
pengadilan. Walaupun pemerintah mendukung Soerjadi tapi massa tetap berpihak kepada
Megawati. Akhirnya terjadi dualisme kepemimpinan. PDI di bawah Soerjadi dan PDI
pimpinan Mega. PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut pemilu 1997. Perolehan suara PDI
pimpinan Soerjadi pun merosot tajam.
HAMZAH HAZ: Wakil Presiden R.l. ke-9: (2001-2004)

Lahir : Ketapang, Kalimantan Barat, 15 Pebruari 1940.


Agama : Islam.
Pendidikan : SMP, Pontianak, SMEA, Akademi Koperasi Negara, Yogyakarta (1962), Jurusan
Ekonomi Perusahaan, Fakultas Ekonomi Universitas Tanjung Pura, Pontianak (tingkat V,
1970).
Pengalaman : Wartawan di Pontianak (1960-1961), Ketua PMII (Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia), Ketua Presidium KAMI konsulat Pontianak Asisten dosen di Universitas
Tanjung Pura Pontianak(1968- 1.971). Anggota DPR-RI (1971)KomisiAPBN DPR-RI.

HAMZAH HAZ, ketika duduk di bangku SMP Pontianak, kalimantan Barat, ia aktif di
organisasi siswa. Menamatkan SMEA di kota yang sama, dan kemudian bekerja. Hamzah Haz
menjadi wartawan harian bebas di Pontianak, tetapi hanya 1 tahun, lalu mengikuti ayahnya,
anggota koperasi kopra yang mendapat tugas belajar di Akademi Koperasi juga. la lalu
mendirikan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di kampusnya, Hamzah Haz
terpilih menjadi ketuanya.

Setelah meraih gelar sarjana muda, Hamzah kembali ke Pontianak (1965). Kuliahnya
diteruskan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ilmu Perusahaan Universitas Tanjung Pura.
Sempat menjadi asisten dosen, kemudian dosen di Fakultas itu. Hamzah cenderung
menekuni organisasi sebagai ketua Presidium KAMI Konsulat Pontianak, kemudian
mewakili angkatan 66 di DPRD Pontianak. Karier ini kemudian membawanya ke Jakarta,
Hamzah mewakili NU, kemudian PPP di DPR sejak 1971 hingga sekarang. Perjalanan
kariernya itu yang membuat Hamzah menjadi orang yang terpenting di dalam
kepemerintahan. Menjadi Wakil Presiden Rl mendampingi Ibu Megawati pada kabinet
Gotong Royong 2001 – 2004.
Riwayat pendidikan Hamzah Haz:

 Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) di Pontianak


 Jurusan Ilmu Perusahaan Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura

Riwayat karir Hamzah Haz

 Wakil Ketua DPW Nahdlatul Ulama (NU) Kalimantan Barat (1971)


 Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) (1998-2007)
 Menteri Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) (1998-
1999)
 Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (1999).
 Wakil Presiden Republik Indonesia (2001-2004)

Fakta unik Hamzah Haz:

1. Setelah lulus SMEA, Hamzah Haz pernah menjadi wartawan di Surat Kabar Pontianak Bebas
selama 1 tahun.
2. Beliau pernah menjadi dosen di Universitas Tanjungpura tempatnya dulu menuntut ilmu
3. Karirnya sebagai menteri berhenti karena ia mengundurkan diri dengan alasan ingin
mengurus partainya. Pengunduran diri beliau sebagai Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat (1999) adalah aksi pengunduran diri pertama dalam kabinet
Persatuan Nasional.
4. Masa jabatan Hamzah Haz sebagai menteri cukup singkat. Beliau hanya menjabat Menteri
Negara Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal selama satu tahun kurang 5
hari (23 Mei 1998 – 18 Mei 1999). Jabatanya sebagai Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat jauh lebih singkat lagi, hanya satu bulan (26 Oktober 1999 – 26
November 1999).
5. Hamzah Haz adalah wakil presiden pertama yang naik ke jabatannya karena wakil presiden
sebelumnya, Megawati, ditunjuk menjadi presiden.
6. Beliau merupakan wakil presiden dengan jabatan tersingkat ketiga setelah B. J. Habibie (2
bulan dan 10 hari) dan Megawati (1 tahun, 2 bulan dan 27 hari). Hamzah Haz menjabat
sebagai wakil presiden selama 3 tahun, 2 bulan dan 26 hari.
7. Tahun 2004 Hamzah Haz pernah mengajukan diri sebagai calon presiden bersama dengan
Agum Gumelar calon wakil presiden. Pasangan ini akhirnya dikalahkan pasangan SBY-JK.
8. Tahun 2014, beliau pernah menyarankan pada Jokowi untuk memilih calon wakil presiden
dari kalangan agamawan saat mencalonkan diri di pemilu 2014.
Drs.H. Muhammad Yusuf Kalla Wakil Presiden R.l. ke 10:(2004-2009)

Lahir:di Watampone, 15 Mei 1942.


Agama: Islam.
Pendidikan:Fakultas Ekonomi Universitas Hasa- nudin Makasar 1967. The European Institute
Of Business Administration Fountainebleu, Prancis(1977).
Pengalaman: Wakil Presiden RI ke 10 untuk periode 2004-2009, Menteri Perindustrian dan
Perdagangan RI, Direktur Utama NV. Hadji Kalla, Direktur Utama PT Bumi Karsa, Komisaris
Utama PT. Bukaka Teknik Utama, Direktur Utama PT. Bumi Sarana Utama, Komisaris Utama
PT. Kalla Inti Karsa, Komisaris Utama PT. Bukaka Singtel International

Peluang Kalla cukup terbuka menjadi calon presiden, terutama setelah Ketua Umum DPP
Partai Golkar Akbar Tandjung mengatakan calon presiden dari Partai Golkar tidak harus
ketua umumnya. Namun terbuka bagi semua kader Partai Golkar untuk diseleksi menjadi
calon presiden. Segera gayung bersambut. Beberapa nama kemudian muncul ke permukaan.
Salah satu nama yang paling mencuat saat itu adalah Muhammad Jusuf Kalla, kader Golkar
yang tengah menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Kabinet
Gotong-royong.

Bebepara pengamat dan kader Golkar pun menilai, pengusaha sukses dan berpenampilan
simpatik, ini sangat berpeluang memenangkan persaingan calon presiden dari Partai Golkar.
Meskipun, pria yang juga anggota Dewan Penasehat ISEI Pusat ini menolak sempat menolak
membicarakan persolan tersebut.

Sebelum didaulat sebagai menteri pada pemerintahan Megawati, dia dipercaya memimpin
Departemen Prindustrian dan Perdagangan. Kendati hanya enam bulan pada masa
pemerintahan Gus Dur. Kalla bersama Meneg BUMN Laksamana Sukardi dipecat dengan
alasan yang tidak jelas.

Awalnya alasan pemecatannya disebut karena keduanya tidak bisa bekerjasama dengan tim
ekonomi lainnya. Kemudian dalam rapat tertutup dengan DPR, Gus Dur menyebut alasan
pemberhentiannya karena KKN. Namun semua tuduhan itu dibantah Jusuf Kalla dan
Laksamana Sukardi. Dan Gus Dur sendiri tak bisa membuktikannya.

Pemecatan kader Golkar dan kader PDIP ini diyakini banyak pihak sebagai kesalahan politik
terbesar Gus Dur, yang secara langsung berpengaruh pada proses politik yang bermuara
pada tergulingnya Gus Dur dari singgasana Presiden.

Mengenai bidang tugasnya sebagai Menko Kesra. Sesaat setelah dilantik 19 Juli 2001, Kalla
mengatakan tujuan kita berbangsa dan bernegara ialah kesejahteraan rakyat (kesra). Akan
tetapi, katanya, janganlah selalu memaknakan kesra itu dalam konteks bencana: gempa
bumi, longsor, banjir dan gelombang pengungsian. Kesra yang dia maksudkan, jauh lebih
luas dari itu, yakni membangun cita-cita berbangsa yang bermuara kepada kesejahteraan
rakyat secara menyeluruh.

Dia juga menekankan masalah kebersihan aparat, di lingkungan kerja Menteri Koordinator
Kesra. “Aparat yang korup, mengomersialkan jabatan, KKN, atau melakukan tindak
kejahatan lainnya, tidak akan saya tolerir. Saya pun akan mengajak aparat menciptakan
suasana kondusif, misalnya dengan meningkatkan solidaritas pada golongan ekonomi
lemah. Solidaritas itu, misalnya, bisa berupa mengurangi kebutuhan sekunder dan tersier,”
janji menteri yang berlatarbelakang pengusaha sukses ini.

Kiprahnya dibidang perdamaian


Selain kiprhnya di bilang politik, dia juga sukses meletakkan kerangka perdamaian di
daerah konflik Poso dan Ambon. Melalui pertemuan Malino I, dia berhasil meredakan
konflik di Poso. Kalla pun kemudian memprakarsai pertemuan Malino II.

Dalam pertemuan ini, dia bisa mengajak kelompok Islam dan Kristen yang bertikai di
Ambon untuk menghentikan pertikaian.

Dengan merendah, ia mengatakan upayanya dalam perjanjian Malino adalah sebagian dari
tugasnya sebagai seorang menteri, pembantu presiden, dan untuk mengatasi masalah
konflik dan kesejahteraan rakyat.

Dia melihat konflik dan perselisihan akan menyebabkan kemiskinan, baik dalam bentuk
materi ataupun non materi. Sehingga, kepada mereka yang bertikai, harus diberikan
kesadaran untuk menghentikan konflik dengan cara damai bukan melalui perang.

Kendati ia yakin bahwa konflik di Maluku bukanlah konflik agama, tapi awalnya dipicu oleh
persoalan ekonomi. Bahwa akhirnya tampak sentimen agamanya yang dominan,
menurutnya, itu karena orang tidak menelisiknya dari awal.

Dalam menangani konflik Poso dan Ambon, kalla termasuk berani mempersalahkan kedua
belah pihak. Ia tidak hanya memuji dan membujuk mereka yang bertikai. Bahkan, “saya
marah kepada keduabelah pihak itu,” katanya tulus.

Mengenai keyakinannya bahwa konflik Ambon bukan dipicu oleh urusan agama melainkan
urusan ekonomi, ia mengatakan, sebanyak 75 persen konflik di dunia ini gara-gara masalah
ketidakadilan dan kemiskinan.
Itulah sebabnya sebagian besar konflik terjadi di negara-negara yang tingkat pendapatan
per kapitanya rendah, seperti Malaysia, Filipina, India, atau Sri Lanka.

Interaksinya bersama kelompok masyarakat


Ia memang dikenal sebagai seorang anak bangsa, penganut agama Islam, yang berjiwa
kebangsaan. Itulah sebabnya ia bisa dengan berani berbicara dengan kelompok-kelompok
bertikai di Poso dan Ambon. Ia tidak berpihak kepada salah satu kelompok. Keikhlasan dan
kejujurannya sudah dikenal oleh masyarakat setempat. Ia orang yang biasa menghargai
orang lain, termasuk orang yang berbeda pandangan dan keyakinan dengannya.

ia pernah juga diisukan aktip dalam diskusi pembentukan kaukus Islam. “Ini perlu
diluruskan. Pertemuan itu bukanlah kaukus. Kami cuma berdiskusi agar tokoh-tokoh Islam
dapat memahami berbagai masalah secara fair dan mendalam. Pers yang sibuk sendiri,
menafsirkan terlalu jauh, sama dengan isu darurat militer di Ambon. Padahal, kami tak
merasa membicarakan itu,” kata tokoh berlatarbelakang pengurus masjid, HMI, KAHMI dan
ICMI ini.
#484848; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">

Kiprahnya didunia usaha


Dari kecil ia memang sudah diasuh orang tuanya untuk hidup jujur dan menghargai orang
lain. “Prinsip yang ditanamkan oleh orangtua saya sebenarnya sangat sederhana, yaitu
menjadi orang yang bekerja sebaik-baiknya (bekerja keras), jujur dan menghormati orang
lain. Salah satu dari sikap jujur itu adalah tidak menjadi orang yang melupakan janji atau
mencederai janji.

Ayahnya, H Kalla, seorang pengusaha. Usaha yang dirintis orang tuanya ini kemudian
berkembang di tangan generasi keduanya yang dinakhodai Jusuf Kalla. Lulusan S1 Fakultas
Ekonomi, Universitas Hasanudin Makasar, 1967, ini dari sejak usia muda memang sudah
sering diikutsertakan dalam usaha, membantu orangtua. Sehingga ia dapat mengerti
persoalan dalam dunia usaha.

Dalam dunia usaha, ia juga telah dididik untuk menjadi orang yang ulet, jujur,
memperhatikan langganan, mempunyai visi ke depan dalam menjalankan usaha bersama
karyawan-karyawan yang lain. Itulah yang mengantarkannya mampu mengendalikan
sejumlah perusahaan di antaranya sebagai Direktur Utama NV. Hadji Kalla, PT Bumi Karsa,
PT. Bumi Sarana Utama, PT. Kalla Inti Karsa dan Komisaris Utama PT. Bukaka Singtel
International dan PT. Bukaka Teknik Utama sampai tahun 2001 sebelum ia menjadi
menteri.

Nama :

Drs. H. M Jusuf Kalla

Lahir:
Watampone, 15 Mei 1942

Jabatan Kenegaraan:
Wakil Presiden RI (2004-2009)
Menteri Koordinator Kesejahteraan Sosial Kabinet Gotong Royong (2001-2004)
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Kabinet Persatuan Nasional (1999-2000)
Isteri:
Ny. Mufidah Jusuf (Lahir di Sibolga, 12 Februari 1943)

Anak:
1. Muchlisa Jusuf,
2. Muswirah Jusuf,
3. Imelda Jusuf,
4. Solichin Jusuf,
5. Chaerani Jusuf.

Pendidikan :
Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanudin Makasar, 1967
The European Institute of Business Administration Fountainebleu, Prancis (1977)

Pekerjaan
Agustus 2001 – 2004 : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
1999 – 2000 : Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI
1968 – 2001 : Direktur Utama NV. Hadji Kalla
1969 – 2001 : Direktur Utama PT. Bumi Karsa
1988 – 2001 : Komisaris Utama PT. Bukaka Teknik Utama
1988 – 2001 : Direktur Utama PT. Bumi Sarana Utama
1993 – 2001 : Direktur Utama PT. Kalla Inti Karsa
1995 – 2001 : Komisaris Utama PT. Bukaka Singtel International

Organisasi
2000 – sekarang : Anggota Dewan Penasehat ISEI Pusat
1985 – 1998 : Ketua Umum KADIN Sulawesi Selatan
1994 – sekarang : Ketua Harian Yayasan Islamic Center AI-Markaz
1992 – sekarang : Ketua IKA-UNHAS
1988 – 2001 : Anggota MPR-RI
2004-2009: Ketua Umum DPP Partai Golkar
Boediono Wakil Presiden R.l. ke 10:(2009-2014)

Nama Lengkap : Boediono


Agama : Islam
Tempat Tanggal Lahir : Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943
Warga Negara : Indonesia
Istri : Herawati Boediono
Anak : Ratriana Ekarini, Dios Kurniawan
Pendidikan:
Bachelor of Economics (Hons.) dari Universitas Western Australia (1967)
Master of Economics dari Universitas Monash (1972)
(Ph.D.) dalam bidang ekonomi dari Wharton School, Universitas Pennsylvania (1979)
Pengalaman:
Executive Board for Asia – Wharton Advisory Boards, The Wharton School of the University of
Pennsylvania
Commissioner of Commission on Growth and Development
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Kabinet Reformasi Pembangunan)
1998
Menteri Keuangan (Kabinet Gotong Royong) 2001
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (2005)
Gubernur Bank Indonesia (2008)
Wakil Presiden Indonesia (2009)
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (sampai sekarang)

Boediono adalah Wakil Presiden RI tahun 2009 – 2014. Saat nama Boediono diresmikan
sebagai Wakil Presiden Indonesia mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono, sejumlah pro-
kontra mewarnainya. Kurangnya latar belakang dan pengalaman di bidang politik
membuatnya dianggap tak pantas menjadi ‘orang kedua’ di Indonesia, walau akhirnya
prestasi Boediono-lah yang meredam semua pro-kontra ini.
Tak bisa dipungkiri, karir dan pengalaman pria kelahiran 1943 ini di bidang ekonomi-lah
yang membawanya ke kursi wakil presiden. Namanya tercatat sebagai Wakil Presiden
kedua yang berlatar belakang ekonomi dan non-partisan, setelah Wakil Presiden pertama
Indonesia, Mohammad Hatta.

Nama Boediono sendiri sudah lama terdengar sebelum dirinya menjabat sebagai Wakil
Presiden. Pendidikan ekonomi yang didapatkannya dari Universitas Western Australia,
Universitas Monash, dan Wharton School Universitas Pennsylvania diterapkan di bidang
akademis sekaligus praktis. Suami Herawati ini aktif mengabdikan diri di bidang akademis
dengan menjadi Executive Board for Asia – Wharton Advisory Boards di almamaternya,
Wharton School of the University of Pennsylvania. Di dalam negeri, Boediono juga masih
aktif mengajar sebagai Guru Besar di Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.

Tak hanya berkutat di lingkup universitas, ayah dua anak ini mulai mempraktikkan ilmunya
di tahun 1998. Dirinya diangkat sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan di Kabinet
Reformasi Pembangunan yang dipimpin oleh Presiden BJ Habibie. Sayangnya, satu tahun
kemudian Boediono terpaksa meninggalkan jabatan pemerintahan karena digantikan oleh
Kwik Kian Gie saat Presiden Abdurrahman Wahid menjabat.

Terbukti, dirinya tak pernah bisa jauh dari jabatan pemerintahan. Walau sempat tak
menjabat, pria yang berdomisili di Yogyakarta ini kembali ditarik menjadi Menteri
Keuangan di Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati di tahun 2001. Prestasi
dan kecemerlangannya mulai tampak dengan jabatan ini, salah satunya adalah dengan
melepaskan Indonesia dari ketergantungan pada bantuan Dana Moneter Internasional
sekaligus mengakhiri kerjasama yang selama ini menjadi beban besar negara. Sejak krisis
moneter di tahun 1998, makroekonomi Indonesia masih belum bisa disebut stabil. Boediono
dan Dorodjatun Kuntjoro-Jakti (Menteri Koordinator Perekonomian)-lah yang akhirnya
berhasil menstabilkan kurs rupiah di angka Rp.9000 per dolar AS. Prestasi ini membuat
keduanya disebut sebagai The Dream Team oleh BusinessWeek.

Dengan prestasi besarnya, Boediono diperkirakan akan tetap bertahan dan menjabat
sebagai Menteri Keuangan di tahun 2004. Ternyata, dirinya digantikan oleh Jusuf Anwar
saat Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai Presiden. Keputusan ini bukan semata-
mata berasal dari SBY, namun justru karena Boediono memilih untuk beristirahat dan
kembali aktif di bidang akademis.

Tak perlu menunggu terlalu lama, setahun kemudian, nama pria berdarah Jawa ini kembali
berada di jajaran Menteri, menggantikan Aburizal Bakrie sebagai Menteri Koordinator
bidang Perekonomian saat SBY mereshuffle kabinetnya. Penggantian Ical, begitu ia biasa
disapa, disambut positif oleh pasar, dengan indikasi menguatnya IHSG dan mata uang
rupiah. Hal ini menunjukkan harapan besar pada Boediono, yang dianggap mampu sekali
lagi menguatkan stabilitas makro-ekonomi Indonesia.

Karir Boediono di bidang ekonomi semakin meningkat. Dirinya resmi menjabat sebagai
Gubernur Bank Indonesia di tahun 2008. Sepertinya hampir tak ada kontra atas
pengangkatan Boediono, dengan dukungan berbagai pihak, termasuk Sang Presiden,
pendahulunya Burhanuddin Abdullah, Menteri Keuangan Sri Mulyani, KADIN, serta seluruh
fraksi di DPR kecuali PDIP.
Kiprahnya sebagai Gubernur Bank Indonesia tak bertahan lama. Boediono digaet Susilo
Bambang Yudhoyono pada Pemilu 2009. Dengan dukungan berbagai partai, termasuk Partai
Demokrat dan 23 lainnya, pasangan tokoh militer-politik dan ekonom ini melangkah
mantap, yang akhirnya resmi menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia
sejak 20 Oktober 2009.

Sang Presiden punya alasan tersendiri dalam menggaet Boediono sebagai wakilnya. Sebagai
non partisan, pria berkacamata ini dianggap bebas kepentingan, sehingga mampu
melakukan reformasi di bidang ekonomi sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.

Sayangnya, pendapat ini berseberangan dengan banyak pihak, yang beranggapan Boediono
tak cukup pantas berada di kursi pemerintahan tertinggi setelah Presiden, mengingat latar
belakang politiknya yang minim. Boediono juga dianggap sebagai sosok yang cukup
kontroversial, bahkan disebut sebagai antek IMF, karena jumlah utang negara yang
bertambah secara nominal. Pria ini juga sempat disorot karena penentangannya terhadap
subsidi sembako yang dianggapnya sebagai candu yang terus memanjakan rakyat.

Tak hanya kontra yang menemani naiknya Boediono sebagai Wakil Presiden. Sebagian
pihak justru mengagumi prestasinya sebagai ekonom, terutama kala dirinya menjabat
sebagai Menteri. Walau secara nominal jumlah hutang bertambah, secara rasio hutang
negara justru menurun drastis. Pria ini juga menjadi panutan karena berhasil mewujudkan
Undang-Undang Surat Berharga Syariah dan Perbankan Syariah. Anggapan sebagai antek
IMF pun disangkal banyak pihak, karena Boediono adalah salah satu pihak yang dekat
dengan gagasan ekonomi kerakyatan yang diwujudkannya dalam buku Ekonomi Pancasila.
TUGAS SEJARAH INDONESIA

BIOGRAFI LENGKAP WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


DARI PERTAMA SAMPAI SEKARANG

DISUSUN OLEH

Pungut Pitaloka
Kelas XI IPS 4

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LAMPUNG UTARA


SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 KOTABUMI
TAHUN PELAJARAN.2018-2019

Anda mungkin juga menyukai