Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS KONDISI TROTOAR DAN KERUSAKAN PERKERASAN

PADA BEBERAPA RUAS JALAN DI KOTA MALANG

Nila Puspita Sari


Universitas Negeri Malang
E-mail: nilapuspita.s@gmail.com

ABSTRAK: Kota Malang mempunyai peranan yang cukup penting dalam


menggerakan roda perekonomian dan sosial masyarakat, sehingga perlu didukung
oleh kondisi dan fasilitas jalan yang baik. Penelitian ini menggunakan metode
survey dan bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi trotoar dan
kerusakan perkerasan pada beberapa ruas jalan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa untuk jalan Soekarno-Hatta kerusakan jalan diperkirakan ±40%, Jl.
Bendungan Sutami kerusakann jalan ±31%, Jl. MT. Haryono kerusakan jalan
±34%. Di samping itu, rata-rata untuk kondisi trotoar mengalami pergeseran
fungsi.

Kata kunci : kondisi trotoar, kerusakan perkerasan, ruas jalan

Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam


memperlancar kegiatan hubungan perekonomian, baik antara satu kota dengan
kota lainnya, maupun antara kota dengan desa dan antara satu desa dengan desa
lainnya. Kondisi jalan yang baik akan memudahkan mobilitas penduduk dalam
mengadakan hubungan perekonomian dan kegiatan sosial lainnya. Perkerasan
lentur yang baik, harus mempunyai kualitas dan ketebalan dimana tidak akan
rusak akibat beban kendaraan. Di samping itu, perkerasan harus mempunyai
ketahanan terhadap pengikisan akibat lalu lintas, perubahan cuaca dan pengaruh
buruk lainnya. Begitu pula dengan fasilitas jalan, seperti trotoar. Jika kondisi
trotoar tergolong baik, maka akan terciptanya kenyamanan serta keamanan
pengguna dalam berlalu lintas khususnya pejalan kaki.
Yang dimaksud dengan trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak di
daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari
permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas
kendaraan. Fungsi utama trotoar adalah untuk memberikan pelayanan kepada
pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan
kenyamanan pejalan kaki tersebut. Di samping itu, trotoar juga berfungsi
memperlancar lalu lintas jalan raya karena tidak terganggu atau terpengaruh oleh
lalu lintas pejalan kaki. Ruang di bawah trotoar dapat digunakan sebagai ruang
untuk menempatkan utilitas dan pelengkap jalan lainnya.
1
Kota Malang merupakan salah satu daerah otonom dan merupakan kota
besar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Kota Malang mempunyai
peranan yang cukup penting dalam menggerakan roda perekonomian dan sosial
masyarakat, sehingga perlu didukung oleh kondisi perkerasan lentur yang baik
dan fasilitas jalan yang baik. Perkerasan lentur adalah struktur yang terdiri dari
beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya dukung yang berlainan. Adapun
susunan untuk jenis perkerasan lentur menurut Sukirman (1999) adalah Lapis
Permukaan (Surface course), Lapisan pondasi atas (base course), Lapisan pondasi
bawah (subbase course), dan Tanah dasar (subgrade). Menurut Manual
Pemeliharaan Jalan Nomor : 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga, kerusakan jalan dapat dibedakan atas: Retak (cracking),
Distorsi (distortion), Cacat permukaan, Pengausan, Kegemukan, dan Penurunan
pada bekas penanaman utilitas.
Kondisi berdasarkan data statistik, 2010 menunjukkan kondisi jalan yang
rusak lebih panjang dari kondisi jalan yang baik. Hal ini menunjukkan
pemeliharaan rutin dan berkala yang seharusnya dilaksanakan tiap tahun kurang
berjalan dengan baik. Di samping itu, menurut Sukirman (1999), kerusakan pada
kontruksi perkerasan jalan dapat disebabkan oleh hal-hal berikut, antara lain: Lalu
lintas, yang dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban; Air, yang dapat
berasal dari air hujan, sistim drainase jalan yang tidak baik, naiknya air akibat
sifat kapilaritas; Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan
oleh sifat material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistim pengolahan
bahan yang tidak baik; Iklim, Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan
curah hujan umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab
kerusakan jalan; Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan
oleh sistim pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat
tanah dasarnya yang memang jelek; Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar
yang kurang baik.
Permukaan jalan memburuk akibat kurangnya pemeliharaan dan air yang
tergenang tidak dapat mengalir karena kurangnya sistem drainase yang memadai.
Di samping itu, seiring dengan perkembangan Kota Malang sebagai kota pelajar
yang semakin pesat, jumlah penduduk di Kota Malang juga semakin padat.

2
Terutama di Jl. Bendungan Sutami, Jl. Soekarno Hatta, dan Jl. MT Haryono. Di
sekitar ketiga jalan tersebut merupakan daerah kampus yang menjadi tujuan para
pendatang dari luar daerah Malang untuk menuntut ilmu. Hal ini tentunya juga
sangat berpengaruh pada keberadaan trotoar jalan.
Tetapi sayangnya kemajuan Kota Malang yang semakin pesat ini kurang
diimbangi dengan fasilitas dan kondisi jalan yang baik. Dari data Kepolisian
Negara RI Resort Kota Malang jumlah kecelakaan yang terjadi untuk tahun 2010
yakni berjumlah 198, dengan jumlah korban mati sebanyak 76 orang, jumlah
korban luka berat sebanyak 41 orang, dan jumlah korban luka ringan sebanyak
182 orang. Di samping itu, berdasarkan pengamatan yang dilakukan di ketiga titik
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwasanya kondisi jalan di tempat-tempat
tersebut masih dikategorikan kurang baik terutama banyak terjadi kerusakan
perkerasan jalan, serta kondisi trotoar sudah rusak dan masuk dalam kategori tidak
layak pakai. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian dari Pemerintah dalam
mengelola dan memperbaiki kondisi trotoar yang rusak, sehingga fungsi dari
keberadaan trotoar kurang dapat dimanfaatkan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan informasi mengenai kondisi trotoar dan kerusakan perkerasan pada
beberapa ruas jalan kota Malang khususnya di Jl. Bendungan Sutami, Jl. MT
Haryono, serta Jl.Soekarno Hatta, sehingga dapat diketahui apakah pemeliharan
jalan berfungsi secara baik atau tidak, serta dari penelitian ini diharapkan ada
langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Pemerintah daerah setempat agar kondisi
trotoar dan kualitas jalan khususnya di ketiga ruas jalan tersebut dapat diperbaiki.
Hal ini diharapkan dapat meminimalisir kecelakaan lalu lintas dan keamanan
pengguna jalan khususnya pejalan kaki.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Malang dengan mengambil 3 ruas
jalan yang bernaung dibawah pengawasan Dinas Bina Marga Kota Malang. Sampel
jalan yang diambil yaitu: ruas jalan Soekarno-Hatta, ruas jalan Mt. Haryono, serta
ruas jalan Bendungan Sutami. Di sekitar ketiga jalan tersebut merupakan daerah

3
kampus yang menjadi tujuan para pendatang dari luar daerah Malang untuk
menuntut ilmu.
Terdapat dua jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu: data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan
pengamatan pada beberapa ruas jalan di Kota Malang, antara lain di Jl. Mt.
Haryono, Jl. Soekarno Hatta, dan Jl. Bendungan Sutami, meliputi pengamatan
kondisi kerusakan perkerasan jalan, dan pengamatan kndisi trotoar. Sedangkan
data sekunder yaitu data yang berasal dari BPS Kota Malang yaitu Kota Malang
dalam angka tahun 2011.
Penelitian ini menggunakan metode survey lapangan yang dilakukan pada
beberapa ruas jalan yang ada di Kota Malang sebagai titik sampel penelitian.
Survei kondisi adalah survey yang dimaksudkan untuk menentukan kondisi
perkerasan jalan dan kondisi trotoar pada waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
- Melakukan studi pustaka.
- Mengumpulkan data primer dan data sekunder.
- Menganalisis data tersebut dengan cara menentukan bagaimana kondisi
kerusakan perkerasan jalan dan kondisi trotoar yang terdapat di ketiga titik
penelitian tersebut.
- Setelah mendapatkan hasil, maka dilakukan pembahasan, kemudian
menyimpulkan hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Kondisi umum
a. Jalan Soekarno Hatta
Jalan Soekarno Hatta merupakan jalan arteri di Kota Malang, karena
jalan merupakan salah satu jalan alternatif menuju Surabaya. Jalan
Soekarno Hatta terletak di kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru,
Kodya Malang. Sebelah utara berbatasan dengan lahan kosong, sebelah
selatan berbatasan dengan jl. Soekarno-Hatta, sebelah timur berbatasan
dengan lahan kosong, dan sebelah barat berbatasan dengan kali Brantas.

4
Keterangan :
: Jalan Soekarno-Hatta
Keberadaan jalan Soekarno-Hatta memiliki beberapa kelebihan antara
lain:
- Jalan tersebut letaknya strategis dan mudah dikenali, karena
memiliki karakteristik khusus dan unik, seperti adanya bundaran
pesawat di utara jalan yang merupakan salah satu identitas dari jalan
ini.
- Aksesbilitas yang mudah baik dari dalam kota maupun wisatawan
domestik.
- Memiliki infrastruktur yang baik (lebar jalan, fasilitas listrik, dan air
yang memadai).
- Terletak di kawasan ramai pemukiman, perdagangan, serta
edukasi/sekolah dan terletak di area yang strategis untuk area
komersial.
- Banyak fasilitas umum dan banyak dilewati kendaraan umum,
sehingga lokasinya mudah untuk dicapai.
- Daerah jalan Soekarno-Hatta dapat dikategorikan sebagai daerah
yang ramai pengunjung baik dari dalam maupun luar kota Malang,
sebab merupakan daerah perumahan, daerah kampus, serta daerah

5
pusat perniagaan kecil berupa ruko, cafe, dll. Di samping itu, juga
terdapat tempat wisata salah satunya adalah Taman Krida Budaya.
Namun, kelebihan dan fungsi yang kompleks dari keberadaan jalan ini
belum diimbangi oleh kondisi jalan dan trotoar yang baik. Di sebagian
lokasi, masih banyak terlihat kerusakan jalan, pengalihfungsian
keberadaan trotoar sebagai tempat jualan oleh pedagang kaki lima,
bahkan keberadaan trotoar hampir tidak ada di wilayah jalan tersebut.
Hal ini berakibat pada kurangnya keamanan khususnya bagi pejalan kaki,
serta kurangnya kenyamanan dalam berkendara sebab di beberapa bagian
jalan banyak terjadi kerusakan.
b. Jalan Bendungan Sutami
Jalan Bendungan Sutami terletak di Kecamatan Lowok Waru, Kota
Malang dengan letak astronomisnya 7.9o LS dan 112.61o BT. Jalan
tersebut membentang sepanjang +/- 778 meter (2552 ft) dan diapit oleh
dua jalan yaitu Jalan Sumber Sari di sebelah utara dan Jalan Galunggung
disebalah selatan. Jalan Bendungan Sutami rata-rata memiliki lebar +/- 3
meter yang merupakan jalan arteri.

Gambar : Peta Jalan Bendungan Sutami


Keberadaan jalan tersebut sangat berfungsi sebagai jalan
penghubung antara jalan satu ke jalan yang lainnya. Hubungan antar

6
jalan tersebut dapat mengurangi waktu tempuh berkendara yang
mengarah kepada kelancaran berlau lintas. Kelancaran berlalu lintas juga
berkaitan dengan kondisi jalan. Kondisi jalan haruslah baik dari segala
aspek pendukungnya agar pengguna jalan merasa aman dan senang
apabila melewati jalan tersebut. Kondisi jalan tersebut meliputi rusak
atau tidaknya, kelengkapan sarana lalu lintas seperti zebra cross, lampu
jalan, lampu merah, dan juga trotoar.
c. Jalan MT. Haryono
Jalan MT. Terletak di Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota
Malang. Letak geografis jalan MT. Haryono yaitu 7°56’34,71” S dan
112°36’36,99” T. Jalan ini memanjang dari Utara Kampus Universitas
Brawijaya sampai Kelurahan Landngsari. Di sepanjang jalan MT.
Haryono terdapat dua universitas yakni, Universitas Brawijaya, dan
Universias Islam Malang (UNISMA). Jalan MT. Haryono juga
merupakan jalan utama menuju Kota Batu, sehingga lalu lintas di jalan
ini sangat padat. Hal ini berpengaruh pada kondisi jalan. Kondisi jalan
MT. Haryono umumnya masuk dalam kategori kurang baik, dimana pada
sebagian badan jalan masih banyak terdapat kerusakan. Di samping itu,
keberadaan jalan ini tidak didukung oleh kelengkapan sarana dan
prasarana, salah satunya trotoar.

Keterangan : : Jalan MT. Haryono

7
2. Jenis kerusakan perkerasan jalan
Jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada pengambilan sampel ruas jalan
di Kota Malang yaitu di Jl. Soekarno-Hatta, Jl. Bendungan Sutami, dan Jl.
MT. Haryono, antara lain:
- Retak susut (shrinkage cracks). Retak yang saling bersambungan
membentuk kotak-kotak besar dengan sudut tajam. Retak disebabkan oleh
perubahan volume pada lapisan permukaan yang memakai aspal dengan
penetrasi rendah, atau perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah
dasar. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran
aspal cair dan pasir dan dilapisi dengan burtu.
- Kegemukan (bleeding). Kegemukan (bleeding) dapat disebabkan
pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian
terlalu banyak aspal pada pekerjaan prime coat atau tack coat. Dapat
diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau
lapis aspal diangkat dan kemudian diberi lapisan penutup.
- Retak halus (hair cracking). Lebar celah lebih kecil atau sama dengan 3
mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau
bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil. Retak halus ini
dapat meresapkan air ke dalam lapis permukaan.
- Retak memanjang. Retak ini disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari
arah samping, drainase kurang baik, terjadinya penyusutan tanah, atau
terjadinya settlement dibawah daerah tersebut.
- Lubang (Potholes). Lubang ini menampung dan meresapkan air ke dalam
lapis permukaan yang menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.
Cara perbaikannya yakni dibongkar dan dilapis kembali.
- Retak kulit buaya (alligator crack). Lebar celah lebih besar atau sama
dengan 3 mm. Saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil
yang menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan
yang kurang baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian
perkerasan dibawah lapis permukaan yang kurang stabil, atau bahan lapis
pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah naik).

8
- Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks), adalah retak
memanjang yang terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan
perkerasan pelebaran. Hal ini disebabkan oleh perbedaan daya dukung
dibawah bagian pelebaran dan bagian jalan lama, dapat juga disebabkan
oleh ikatan antara sambungan tidak baik. Perbaikan dilakukan dengan
mengisi celah-celah yang timbul dengan campuran aspal cair dan pasir.
- Retak pinggir (edge crack), Retak memanjang jalan, dengan atau tanpa
cabang yang mengarah ke bahu dan terletak dekat bahu jalan. Retak ini
disebabkan oleh tidak baiknyasokongan dari arah samping, drainase
kurang baik, terjadinya penyusutan tanah, atau terjadinya settlement
dibawah daerah tersebut. Akar tanaman yang tumbuh ditepi perkerasan
dapat pula menjadi sebab terjadinya retak pinggir ini. Di lokasi retak, air
dapat meresap yang dapat semakin merusak lapis permukaan.
- Retak refleksi (reflection cracks), retak memanjang, melintang, diagonal,
atau membentuk kotak. Untuk retak memanjang, melintang, dan diagonal,
perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal
cair dan pasir. Untuk retak berbentuk kotak perbaikan dilakukan dengan
membongkar dan melapis kembali dengan bahan yang sesuai.
- Amblas (grade depressions), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak.
Amblas dapat terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Air tergenang
ini dapat meresap kedalam lapisan perkerasan yang akhirnya menimbulkan
lubang.
Adapun jenis kerusakan di setiap segmen jalan dijabarkan di bawah ini.
a) Jalan Soekarno-Hatta
Tabel jenis kerusakan di Jalan Soekarno-Hatta
No. Jenis kerusakan Gambar Prosentase kerusakan

1. Retak susut ± 10% dari


(shrinkage keseluruhan jalan
cracks)

9
3. Lubang ± 5% dari
(Potholes) keseluruhan jalan

4. Retak kulit ± 10% dari


buaya (alligator keseluruhan jalan
crack)

5. Retak Halus ± 3% dari


(hair cracking) keseluruhan jalan

6. Retak ± 2% dari
sambungan keseluruhan jalan
pelebaran jalan
(widening
cracks)

7. Retak pinggir ± 5% dari


(edge crack) keseluruhan jalan

8. Retak refleksi ± 5% dari


(reflection keseluruhan jalan
cracks)

10
Dari tabel mengenai kerusakan jalan di atas, dapat disimpulkan bahwa ±
40% jalan Soekarno-Hatta mengalami kerusakan yang bervariasi. Dari
kerusakan yang berupa retak, sampai kepada kerusakan yang berupa
lubang pada beberapa bagin jalan. Artinya ± 60 % jalan Soekarno-Hatta
masih dalam kondisi baik, dan masih layak untuk digunakan. Hanya pada
beberapa titik dari keseluruhan jalan yang mengalami kerusakan parah
khususnya pada bagian pinggir jalan yang jenis kerusakannya adalah
terdapatnya lubang, serta genangan air yang ada di lubang-lubang
tersebut menandakan bahwasanya sistem drainase jalan di wilayah
tersebut masih buruk.

Gambar1 dan 2 : Bagian pinggir jalan yang rusak


dan Sistem drainase yang kurang baik
b) Jalan Bendungan Sutami
Tabel jenis kerusakan di Jalan Bendungan Sutami
No. Jenis kerusakan Gambar Prosentase kerusakan

1. Retak halus ± 3% dari keseluruhan


(hair cracking) jalan

2. Lubang ± 5% dari keseluruhan


(Potholes) jalan

11
3. Retak pinggir ± 3% dari keseluruhan
(edge crack) jalan

4. Retak kulit ± 10% dari


buaya (alligator keseluruhan jalan
crack)

5. Retak ± 3% dari keseluruhan


sambungan jalan
pelebaran jalan
(widening
cracks)

6. Retak refleksi ± 5% dari keseluruhan


(reflection jalan
cracks)

7. Amblas (grade ± 2% dari keseluruhan


depressions) jalan

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwasanya ± 31% jalan


Bendungan Sutami mengalami kerusakan pada beberapa titik. Kondisi
jalan Bendungan Sutami rata-rata fisik jalannya masih dalam kondisi
baik, walaupun dibeberapa titik di dekat jalan Galunggung terdapat
beberapa lubang di badan jalan. Walaupun jumlah kerusakan jalan tidak
12
parah, namun hal ini sedikit mengganggu pengendara sehingga
menyebabkan kendaraan yang lewat harus menghindari jalan yang rusak
tersebut. Beberapa badan jalan yang rusak tersebut harus segera
diperbaiki untuk mengurangi resiko kecelakaan dan menjaga
kenyamanan dalam berlalu lintas.

Gambar 3 : Badan dan Sisi Jalan yang Rusak


c) Jalan MT. Haryono
Tabel jenis kerusakan di Jalan MT. Haryono
No. Jenis kerusakan Gambar Prosentase Kerusakan

1. Kegemukan ± 3% dari keseluruhan


(bleeding) jalan

2. Retak halus ± 3% dari keseluruhan


(hair cracking) jalan

3. Lubang ± 10% dari


(potholes) keseluruhan jalan

13
4. Retak ± 5% dari keseluruhan
sambungan jalan
pelebaran jalan
(widening
carcks)

5. Retak kulit ± 10% dari


buaya (alligator keseluruhan jalan
crack)

6. Amblas (grade ± 3% dari keseluruhan


depressions) jalan

Dari tabel mengenai kerusakan jalan di atas, dapat disimpulkan bahwa ±


34% jalan MT. Haryono mengalami kerusakan yang bervariasi, mulai
dari adanya retak sampai kepada amblas, dan terdapat lubang di beberapa
bagian jalan. Artinya ± 66 % jalan MT. Haryono masih dalam kondisi
baik, dan masih layak untuk digunakan. Hanya pada beberapa titik dari
keseluruhan jalan yang mengalami kerusakan parah khususnya pada
bagian pinggir jalan yang jenis kerusakannya adalah terdapatnya lubang,
serta genangan air yang ada di lubang-lubang tersebut menandakan
bahwasanya sistem drainase jalan di wilayah tersebut masih buruk.
Selain itu, dapat diidentifikasikan walaupun jumlah kerusakan jalan tidak
parah, namun hal ini sedikit mengganggu pengendara sehingga
menyebabkan kendaraan yang lewat harus menghindari jalan yang rusak
tersebut. Beberapa badan jalan yang rusak tersebut harus segera
diperbaiki untuk mengurangi resiko kecelakaan dan menjaga
kenyamanan dalam berlalu lintas.

14
Gambar 4 dan 5: Bagian pinggir jalan yang rusak
dan Sistem drainase yang kurang baik
3. Kondisi Trotoar
Sebagai salah satu kota pendidikan di Indonesia Kota Malang memiliki
tingkat aktifitas kehidupan masyarakat yang termasuk kategori cukup tinggi.
Di Kota Malang aktifitas masyarakat untuk menjangkau tempat-tempat
(lokasi) pusat kegiatan, bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
memakai alat transportasi kendaraan bermotor, dan dengan berjalan kaki.
Bagi para pengguna kendaraan telah disediakan jalur-jalur lalu lintas jalan
yang diatur sedemikian tertib. Begitu pula bagi para pejalan kaki, telah ada
jalur trotoar yang disediakan secara khusus. Akan tetapi pada kenyataannya
sekarang ini trotoar sudah tidak lagi difungsikan sebagaimana idealnya.
Kebanyakan trotoar-trotoar di Kota Malang telah beralih fungsi. Hal ini dapat
dicontohkan pada beberapa ruas jalan yang ada di Kota Malang, seperti di Jl.
Soekarno-Hatta, Jl. MT. Haryono, dan Jl. Bend.Sutami. Adapun kondisi
trotoar pada beberapa ruas jalan di Kota Malang, sebagai berikut.
a) Jalan Soekarno-Hatta
Trotoar yang terdapat di Jalan Soekarno-Hatta saat ini digolongkan
dalam kondisi kritis. Hal ini disebabkan trotoar di ruas jalan tersebut
banyak dipenuhi oleh bangunan-bangunan kecil yang bersifat permanen
dan nonpermanen, seperti kios atau gerai pedagang kaki lima, pot
tanaman taman kota, penempatan poster dan papan reklame, parkir
kendaraan, kotak surat, pos polisi, dan berbagai jenis bangunan lain.
Adapun prosentase dari terdapatnya fasilitas trotoar di Jl. Soekarno-Hatta
hanya sekitar 10% dari keseluruhan jalan, dan itupun hanya terdapat pada
beberapa titik saja, seperti di depan Politeknik Negeri Malang, di depan

15
cafe Kopja, dsb. Namun, sayangnya ketersediaan trotoar di beberapa titik
pada ruas jalan tersebut tidak diimbangi dengan perawatan yang baik dari
dinas perhubungan sehingga kondisinya sudah rusak parah. Selain itu,
meningkatnya jumlah pedagang kaki lima di trotoar-trotoar di jalan
tersebut, menyebabkan terjadinya perubahan fungsi trotoar dari jalur
pejalan kaki menjadi tempat kegiatan perdagangan.

Gambar 6 : Kondisi trotoar yang mengalami kerusakan

Gambar 7: Trotoar yang dialihfungsikan untuk perdagangan

b) Jalan Bendungan Sutami


Di sepanjang jalan Bendungan Sutami hanya bagian pertokoan di depan
Sumber Sari Gang VI yang memiliki trotoar, dan selebihnya tidak
memiliki trotoar sehingga menyebabkan pejalan kaki harus ketar ketir
ketika berjalan di sisi jalan. Batas jalan langsung berbatasan dengan
bangunan dan halamannya tanpa adanya trotoar yang membatasi. Tak
jarang juga fungsi trotoar tergeser menjadi tempat parkir kendaraan,
seperti gambar dibawah ini.

16
Gambar 8 : Pergeseran Fungsi Trotoar
Trotoar harus ada disetiap jalan agar esensi dari trotoar tersebut juga
memberikan manfaat bagi penggunanya. Tidak hanya dilihat sebagai
pelengkap saja, namun trotoar sangatlah penting untuk melindungi
pejalan kaki dari bahaya pengguna jalan yang menggunakan kendaraan
sehingga kecelakan terhindari. Selain itu fungsi trotoar juga menjadi
tempat refresing bagi orang-orang sambil menikmati suasana kota dan
ramainya kendaraan.

c) Jalan MT. Haryono


Di sepanjang jalan MT. Haryono hanya bagian depan Universitas Islam
Malang dan di sekitar Pertigaan lampu merah saja yang memiliki trotoar.
Selebihnya tidak memiliki trotoar sehingga menyebabkan pejalan kaki
harus ketar ketir ketika berjalan di sisi jalan. Batas jalan langsung
berbatasan dengan bangunan dan halamannya tanpa adanya trotoar yang
membatasi. Tak jarang juga fungsi trotoar tergeser menjadi tempat parkir
kendaraan, seperti gambar dibawah ini.

Gambar 9 : Pergeseran Fungsi Gambar 10 : Kondisi trotoar yang mengalami


Trotoar kerusakan

17
Hal lain yang perlu menjadi perhatian khusus oleh dinas perhubungan,
yakni mengenai kondisi trotoar yang mengalami kerusakan pada
beberapa titik, yakni di sekitar pertigaan Dinoyo (lihat gambar 10).
Kerusakan-kerusakan tersebut hendaknya harus segera ditangani agar
trotoar yang fungsi awalnya yakni digunakan bagi pejalan kaki dapat
dipulihkan dan dimaksimalkan kembali. Di samping itu, untuk beberapa
titik yang tidak memiliki totoar hendaknya dilengkapi dengan fasilitas
tersebut, agar keselamatan dan kenyamanan dari pengguna sara lalu
lintas seperti pejalan kaki dapat terjaga dengan baik.

KESIMPULAN
1) Jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada pengambilan sampel ruas jalan di
Kota Malang antara lain: Retak susut (shrinkage cracks), Kegemukan
(bleeding), Retak halus (hair cracking), Lubang (Potholes), Retak kulit buaya
(alligator crack), Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks), Retak
pinggir (edge crack), Retak refleksi (reflection cracks), dan Amblas (grade
depressions).
2) Untuk jalan Soekarno-Hatta, ±40% jalan mengalami kerusakan yang
bervariasi. Dari kerusakan yang berupa retak, sampai kepada kerusakan yang
berupa lubang pada beberapa bagin jalan. Di samping itu, Trotoar yang
terdapat di Jalan Soekarno-Hatta saat ini digolongkan dalam kondisi kritis.
Hal ini disebabkan trotoar di ruas jalan tersebut banyak dipenuhi oleh
bangunan-bangunan kecil yang bersifat permanen dan nonpermanen
3) Untuk Jl. Bendungan Sutami, ± 31% jalan mengalami kerusakan pada
beberapa titik. Sementara itu, di sepanjang jalan Bendungan Sutami hanya
bagian pertokoan di depan Sumber Sari Gang VI yang memiliki trotoar, dan
selebihnya tidak memiliki trotoar sehingga menyebabkan pejalan kaki harus
ketar ketir ketika berjalan di sisi jalan.
4) Untuk Jl. MT. Haryono, ± 34% jalan mengalami kerusakan yang bervariasi,
mulai dari adanya retak sampai kepada amblas, dan terdapat lubang di
beberapa bagian jalan. Sementara itu, pada sepanjang jalan MT. Haryono
hanya bagian depan Universitas Islam Malang dan di sekitar Pertigaan lampu
merah saja yang memiliki trotoar. Selebihnya tidak memiliki trotoar. Selain
18
jarangnya fasilitas trotoar, kondisi trotoar pun kurang terjaga dengan baik di
ruas jalan ini. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya kerusakan pada trotoar yang
terjadi di ruas jalan MT. Haryono.

KAJIAN PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Malang. 2011. Malang Dalam Angka 2011. Malang:
Badan Pusat Statistik Kota Malang.
Departemen Perhubungan. 2010. Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan
Jalan. Jakarta: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Djalante, Susanti. 2012. Majalah Ilmiah Mektek. Evaluasi Kondisi Dan
Kerusakan Perkerasan Lentur Di Beberapa Ruas Jalan Kota Kendari, 14:
hlm.1 dan 6, (Online),
(https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&ved=0CC0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fjurnal.untad.ac.id%2F
jurnal%2Findex.php%2FMektek%2Farticle%2Fdownload%2F558%2F481
&ei=rcdsUcWXEor_rAe5nICQAg&usg=AFQjCNE3eHGScdPBBZ51C-
dYgR5ziFqkKQ&sig2=pPaG9JQjV7hVkkUHd3uIjA&bvm=bv.45175338,d
.bmk), diakses 16 April 2013.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1990. Petunjuk Perencanaan Trotoar, (Online),
(http://binamarga.pu.go.id/referensi/nspm/standar6110.pdf), diakses 4 April
2013.
Universitas Kristen Petra. 2011. Perencanaan Tapak, (Online),
(http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=5&submit.y=18&submit=pre
v&page=5&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fars
4%2F2011%2Fjiunkpe-ns-s1-2011-22407098-21196-citywalk-
chapter2.pdf), diakses 10 April 2013.
Universitas Kristen Petra. 2011. BAN IV Perancangan, (Online),
(http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=23&submit.y=16&submit=pr
ev&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fa
rs4%2F1995%2Fjiunkpe-ns-s1-1995-22490007-19094-pasar_bunga-
chapter4.pdf), diakses 10 April 2013.

19
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:
UM Press.
Saputro, Dian Agung, dkk. 2011. Evaluasi Kondisi Jalan Dan Pengembangan
Prioritas Penanganannya (Studi Kasus Di Kecamatan Kepanjen
Kabupaten Malang). 83: hlm.77, (Online),
(http://rekayasasipil.ub.ac.id/index.php/rs/article/view/178), diakses 16
April 2013.
Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Nova.
Yunus, Hadi Sabari. 2012. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wikipedia. Tanpa tahun. Trotoar, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Trotoar),
diakses 4 April 2013.

20

Anda mungkin juga menyukai