Pemeriksaan - Substantif - Terhadap - Perperse 2
Pemeriksaan - Substantif - Terhadap - Perperse 2
DESKRIPSI PERPERSEDIAAN
Perpersediaan merupakan unsur aktiva yang disimpan dengan tujuan untuk dijual dalam kegiatan bisnis
yang normal atau barang-barang yang akan dikonsumsi dalam pengolahan produk yang akan dijual.
Kekayaan perusahaan yang tidak dimasukkan ke dalam kelompok persediaan karena kekayaan tersebut
tidak dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan adalah perpersediaan yang menunggu saat
penjualan dan surat berharga yang disimpan untuk dijual di kemudian hari.
Di dalam perusahaan dagang, perpersediaan terutama terdiri dari perpersediaan barang dagangan.
Dalam perusahaan manufaktur, perpersediaan terdiri dari perpersediaan bahan baku dan bahan
penolong, perpersediaan produk dalam proses, perpersediaan produk jadi, perpersediaan suku cadang,
dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies).
Perpersediaan umumnya mendapat perhatian yang lebih besar dari auditor di dalam auditnya karena
berbagai alasan berikut ini:
1. Umumnya perpersediaan merupakan komponen aktiva lancar yang jumlahnya cukup material dan
merupakan objek manipulasi serta tempat terjadinya kesalahan-kesalahan besar.
2. Penentuan besarnya nilai perpersediaan secara langsung mempengaruhi kos barang yang dijual
(cost of good sold) sehingga berpengaruh pula terhadap perhitungan laba tahun yang bersangkutan.
3. Verifikasi kuantitas, kondisi, dan nilai perpersediaan merupakan tugas yang lebih kompleks dan sulit
dibanding dengan verifikasi sebagian besar unsur laporan keuangan yang lain.
4. Seringkali perpersediaan disimpan di berbagai tempat sehingga menyulitkan pengawasan dan
penghitungan fisiknya.
5. Adanya berbagai macam perpersediaan menimbulkan kesulitan bagi auditor dalam melaksanakan
auditnya.
Rerangka tujuan pengujian substantif terhadap persediaan dilukiskan pada Gambar berikut :
Transaksi yang berkaitan dengan timbul dan berkurangnya persediaan mempunyai pengaruh yang
langsung terhadap perhitungan saldo persediaan pada tanggal neraca, sehingga ketidaktepatan dalam
penetapan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan persediaan akan berdampak langsung
terhadap perhitungan saldo akun persediaan dan kos barang yang dijual (cost of goods sold). Oleh
karena itu, salah satu pengujian substantif untuk membuktikan asersi kelengkapan persediaan adalah
pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan persediaan.
Tgl
Kertas Pelak-
Prosedur audit Pelaksa-
Kerja sana
naan
Prosedur Audit Awal
1.Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun persediaan yang akan
diuji lebih lanjut
a. Usut saldo persediaan yang tercantum di neraca ke saldo akun
persediaan yang bersangkutan di buku besar,
b. Hitung kembali saldo akun persediaan di buku besar.
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan
sumber posting dalam akun Persediaan dan Cadangan
Depresiasinya.
d Usut saldo awal akun Persediaan ke kertas kerja tahun yang lalu.
e Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Persediaan ke
dalam jurnal yang bersangkutan.
f. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol Persediaan dalam bui<u besar
ke buku pembantu persediaan
Prosedur Analitik
2. Lakukan prosedur analitik.
a. Hitung ratio berikut ini:
(1) Tingkat perputaran persediaan
(2) Ratio laba bersih dengan persediaan
(3) Ratio persediaan dengan volume penjualan yang diharapkan
Berikut ini diuraikan lebih rinci prosedur audit awal dalam pengujian substantif terhadap persediaan.
USUT SALDO AWAL AKUN PERSEDIAAN KE KERTAS KERJA TAHUN YANG LALU.
Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun Persediaan, ia
perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal kedua akun tersebut. Untuk mencapai tujuan ini,
auditor melakukan pengusutan saldo awal akun Persediaan ke kertas kerja tahun yang lalu. Kertas kerja
tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor dalam audit
tahun yang lalu, sehingga auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh klien dalam
menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor tersebut.
Prosedur Analitik
Prosedur analitik ini merupakan pengecekan secara menyeluruh mengenai kewajaran persediaan yang
disajikan di neraca. Dalam prosedur ini, auditor menghitung berbagai ratio yang bersangkutan dengan
persediaan, misalnya tingkat perputaran berbagai kelompok persediaan, dan jika terdapat fluktuasi ratio
tertentu dari ratio tahun sebelumnya, auditor berkewajiban mendapatkan penjelasan mengenai penyebab
terjadinya fluktuasi ratio tersebut. Hubungan antara tingkat perputaran persediaan, tingkat persediaan
pada tanggal neraca, dan volume penjualan semuanya harus mendukung pengujian-pengujian substantif
yang telah dilakukan oleh auditor.
Ratio berikut ini seringkali digunakan oleh auditor dalam pengujian analitik terhadap persediaan:
Ratio Formula
1. Tingkat perputaran persediaan
Persediaan produk jadi Kos produk yang dijual : Rata-rata saldo persediaan produk jadi
Persediaan produk dalam proses Kos produksi : Rata-rata saldo persediaan produk dalam proses
Persediaan bahan baku Biaya bahan baku : Rata-rata saldo persediaan bahan baku
Persediaan barang dagangan Kos produk yang dijual : Rata-rata saldo persediaan barang
dagangan
2. Ratio persediaan dengan aktiva lancar
Persediaan : Aktiva lancar
3. Ratio laba bruto dengan hasil penjualan
Laba bruto : hasil penjualan bersih
Berbagai ratio tersebut jika dihitung oleh auditor dan kemudian dibandingkan dengan angka harapan
(ratio yang sama dari data masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain) akan dapat
memberikan indikasi bagi auditor ke fokus mana perhatian auditor perlu diarahkan dalam pelaksanaan
pengujian transaksi rinci dan saldo akun rinci.
Misalnya, kenaikan tingkat persediaan produk jadi yang tidak disertai dengan kenaikan pembe lian,
produksi, dan penjualan mungkin sebagai akibat dari salah saji yang berkaitan dengan keberadaan dan
penilaian persediaan produk jadi.
Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Persediaan ke Dokumen yang Mendukung
Timbulnya Transaksi Tersebut
Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu persediaan. Pengujian dilaksa nakan dengan
mengambil sampel berikut ini:
1. Sampel akun persediaan yang akan diperiksa transaksi mutasinya.
2. Sampel transaksi yang dicatat dalam akun persediaan pilihan.
Dari jurnal ini kemudian auditor memeriksa dokumen sumber berupa bukti permintaan dan pemakaian
barang gudang. Untuk mengetahui ketepatan pisah batas yang diterapkan oleh klien terhadap transaksi
pemakaian persediaan, auditor membandingkan tanggal pencatatan di dalam jurnal pemakaian bahan
baku atau jurnal umum dengan tanggal yang tercantum di dalam bukti permintaan dan pengeluaran
barang gudang.
auditor melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan. Prosedur audit yang ditempuh oleh
auditor dalam melaksanakan pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan adalah:
(1) memeriksa instruksi tertulis mengenai penghitungan fisik persediaan,
(2) melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan yang dilakukan oleh klien.
Oleh karena itu, pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan disebut dengan Dual Purpose
Test, yaitu pengujian yang mempunyai tujuan ganda seperti tersebut di atas. Pengamatan terhadap
penghitungan fisik persediaan dalam pengujian substantif ini bertujuan untuk membuktikan bahwa klien
telah mengadjust catatan akuntansinya berdasarkan data hasil penghitungan fisik persediaan yang andal.
Dalam prosedur pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan ini, auditor melakukan kegiatan
berikut ini:
a. Melakukan hitung uji (test count) terhadap penghitungan fisik yang dilakukan oleh klien.
Penghitungan uji ini dilakukan untuk mengecek ketelitian penghitungan fisik yang dilakukan oleh
klien.
b. Melakukan compilation test, yaitu pengujian penyalinan data di dalam kartu penghitungan fisik
(inventory tags) ke dalam daftar hasil penghitungan fisik (inventory summary sheets). Prosedur audit
ini dimaksudkan untuk mengecek ketelitian penyalinan data dari kartu penghitungan fisik ke dalam
daftar hasil penghitungan fisik.
c. Melakukan pricing test, yaitu pengujian pencantuman kos per satuan setiap jenis persediaan yang
dicantumkan di dalam daftar hasil penghitungan fisik dan perkalian kos per satuan tersebut dengan
kuantitas hasil penghitungan fisik persediaan. Prosedur audit ini dimaksudkan untuk mengecek
ketelitian pencantuman harga per satuan dan hasil perkalian kos per satuan tersebut dengan
kuantitas persediaan yang dicantumkan di dalam daftar hasil penghitungan fisik.
d. Melakukan adjustment test, yaitu pengujian adjustment yang dilakukan oleh klien terhadap data
persediaan di dalam kartu persediaan atas dasar data yang tercantum di dalam daftar hasil
penghitungan fisik. Prosedur audit ini dimaksudkan untuk mengecek apakah catatan akuntansi
persediaan telah di-adjust dengan data yang benar dari hasil penghitungan fisik persediaan.
Persediaan yang dicantumkan di neraca perlu diverifikasi hak kepemilikannya, karena adakalanya di
gudang klien terdapat persediaan yang merupakan barang titipan milik perusahaan lain, atau terdapat
persediaan klien yang dititipkan kepada perusahaan lain sebagai barang konsinyasi, atau persediaan
klien yang dicantumkan di neraca telah digadaikan dalam penarikan utang. Untuk memverifikasi hak
pemilikan klien terhadap persediaan yang disajikan di neraca, auditor melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen pendukung pemerolehan persediaan, meminta informasi dari klien mengenai barang titipan
milik perusahaan lain yang ada di tangan klien dan barang konsinyasi klien yang dititipkan perusahaan
lain, serta meminta informasi dari klien mengenai persediaan yang dijaminkan dalam penarikan utang.
Mintalah informasi mengenai barang-barang klien yang dijual secara konsinyasi dan barang-
barang titipan yang ada di tangan klien
Informasi mengenai barang titipan milik perusahaan lain yang ada di tangan klien dan barang milik klien
yang dititipkan perusahaan lain sebagai barang konsinyasi dapat diperoleh auditor dengan cara
mewawancarai manajer bagian pemasaran dan memeriksa arsip korespondensi antara klien dengan
perusahaan yang menitipkan barang kepada klien dan perusahaan yang dititipi barang oleh klien.
Laporan penjualan barang konsinyasi yang diterima oleh klien dari perusahaan yang dititipi barang
merupakan sumber informasi untuk mengetahui persediaan klien yang berada di tangan perusahaan lain.
Copy laporan penjualan barang titipan yang dibuat oleh klien untuk perusahaan yang menitipkan barang
merupakan sumber informasi untuk mengetahui persediaan yang ada di tangan klien namun bukan
merupakan milik klien.
Langkah permulaan untuk memverifikasi penilaian persediaan adalah meminta informasi mengenai
metode penilaian persediaan yang digunakan oleh klien dalam menyajikan persediaannya di neraca.
Dalam prosedur audit ini, auditor, di samping mengumpulkan informasi mengenai metode penilaian
persediaan yang digunakan oleh kliennya, juga menilai apakah metode penilaian persediaan yang
digunakan oleh klien cocok dengan kondisi persediaannya.
PERIKSA CATATAN PENDUKUNG YANG BERSANGKUTAN DENGAN DATA KOS PER SATUAN
PERSEDIAAN.
Untuk persediaan bahan baku, persediaan suku cadang, dan persediaan bahan habis pakai pabrik,
data kos per satuan dapat diverifikasi oleh auditor dengan memeriksa kartu persediaan yang
bersangkutan.
Untuk persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi, data kos per satuannya dapat
diverifikasi oleh auditor dengan memeriksa kartu persediaan dan kartu kos produk yang bersangkutan
(jika perusahaan menggunakan metode kos pesanan/job order cost method) atau ke laporan kos
produksi (jika perusahaan menggunakan metode kos proses/process cost method).
BANDINGKAN LABA BRUTO TAHUN YANG DIAUDIT DENGAN LABA BRUTO TAHUN
SEBELUMNYA.
Pembandingan laba bruto tahun yang diaudit dengan laba bruto tahun sebelumnya digunakan sebagai
dasar untuk menilai kewajaran nilai persediaan barang dagangan dengan menggunakan metode laba
bruto (gross profit method).
Sebagai contoh, misalnya rata-rata persentase laba bruto tahun yang lalu sebesar 30%. Jika diketahui
persediaan awal tahun yang diaudit sebesar Rp 60.000.000, pembelian dalam tahun yang diaudit
sebesar Rp 200.000.000, dan hasil penjualan dalam tahun tersebut Rp 280.000.000, maka persediaan
barang dagangan pada akhir tahun dapat diperkirakan seperti tercantum pada Gross Profit Test
berikut ini :
Angka taksiran persediaan akhir tersebut kemudian dibandingkan dengan angka persediaan yang
dicantumkan oleh klien di neracanya untuk menilai kewajaran penilaiannya.
HPP setahun
Inventory turnover barang jadi = ------------------------------------------
Persediaan rata-rata setahun
Menghitung kecepatan peredarannya yaitu dengan membagi 365 hari : inventory turnover
LAKUKAN PENGAMATAN TERHADAP PERSEDIAAN YANG LAMBAT PEMAKAIANNYA
ATAU PENJUALANNYA.
Persediaan yang lambat penjualan dan pemakaiannya akan mempunyai nilai yang berkurang dari kos
pemerolehannya. Oleh karena itu, dalam pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan auditor
melakukan pengamatan terhadap barang-barang yang lambat penjualannya dan pemakaiannya.
LATIHAN AUDITING
Laporan Rugi laba dari PT. HARMU, tahun 2007 menunjukkan kerugian sebesar Rp 245.000.000,- Kesalahan
tersebut berikut ini baru diketahui dalam pemeriksaan akuntan pada tahun 2008, yang berkaitan dengan
persediaan barang dagangan sbb :
1. Barang dagangan dengan harga pokok Rp 150.000.000,- dicatat sebagai pembelian pada
akhir tahun 2007, tetapi barang tersebut baru diterima pada tanggal 9 januari 2008 beserta
fakturnya.
2. 700 unit barang dagangan dengan harga pokok perunit Rp 650.000,- dicatat dengan harga
pokok Rp 560.000,- perunit pada saat perhitungan persediaan akhir.
3. Barang-barang dengan harga pokok Rp 31.500.000,- diterima pada tahun 2007 dan
termasuk persediaan akhir, tetapi pembeliannya baru dicatat pada tanggal 5 januari 2008
ketika fakturnya diterima.
4. Barang yang dikonsinyasikan dengan harga pokoknya Rp 600.000.000 termasuk dalam
persediaan akhir, tetapi diantaranya telah terjual dengan harga pokoknya Rp 145.000.000,-
pada tanggal 31 desember 2007. penjualan tersebut tidak dicatat sampai dengan tanggal 31
desember 2007, tetapi baru dicatat setelah menerima uang dari consignee sebesar Rp
175.000.000,- pada tanggal 12 januari 2007.
5. Barang dagangan dengan harga pokok Rp 35.000.000 dijual Rp 45.000.000, dan dikirim
pada tanggal 31 desember 2007, tidak termasuk dalam persediaan akhir. Tetapi penjualan
tersebut baru dicatat pada tanggal 15 januari 2008 ketika langganan membayar.
Diminta :
a. Hitunglah Rugi Laba yang benar PT. HARMU untuk tahun 2007
b. Buatlah jurnal koreksi yang diperlukan dlm tahun 2007 untuk membetulkan rekening.