Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem tenaga listrik yang
menghubungkan gardu induk/pusat pembangkit listrik dengan konsumen. Sedangkan jaringan
distribusi adalah sarana dari sistem distribusi tenaga listrik di dalam menyalurkan energi ke
konsumen.
Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi harus disesuaikan
dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, lokasi beban, perkembangan
dimasa mendatang, keandalan serta nilai ekonomisnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sistim kelistrikan adalah kondisi dari
konstruksi pada Jaringan distribus itenaga listrik yang meliputi Jaringan Tegangan Menengah
(JTM).Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang
digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi criteria enjinering
keamanan ketenaga listrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase
dengan lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan
Saluran Udara atau ketahanan Isolasi jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan
Menengah atau Kabel Bawah Tanah Tegangan Menengah serta kemudahan dalam hal
pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) pada
jaringan utama. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha menjaga keandalan kontinyuitas
pelayanan konsumen. Ukuran dimensikonstruksi selain untuk pemenuhan syarat
pendistribusian daya, juga wajib memperhatikan syarat ketahanan isolasi penghantar untuk
keamanan pada tegangan 20 kV. Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada system
distribusi di Indonesia dimulai dari terminal keluar (out-going) pemutus tenaga dari
transformator penurun tegangan Gardu Indukat autransformator penaik tegangan pada
Pembangkit untuk system distribusi skala kecil, hingga peralatan pemisah/proteksisisi masuk
(in-coming) transformatordistribusi 20 kV - 231/400V

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Jaringan Tenaga Menengah ?
2. Apa Saja Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM) ?
3. Apa Saja Peralatan Yang Diperlukan Dalam Saluran Distribusi Tegangan Menengah ?
4. Bagaimana Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Jaringan Tenaga Menengah
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Kontruksi Jaringan Tenaga Menengah
3. Untuk Mengetahui Peralatan Yang Diperlukan Dalam Saluran Distribusi Tegangan
Menengah
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jaringan Tegangan Menengah

Jaringan tegangan menengah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit
atau gardu induk ke gardu distribusi. Jaringan ini dikenal dengan feeder atau penyulang.
Tegangan menengah yang digunakan PT. PLN adalah 12 kv dan 20 kv antar fasa (V L-L).
standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah
20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi criteria enjinering keamanan ketenaga listrikan,
termasuk didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase dengan lingkungan dan antara
Fase dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan Saluran Udara atau ketahanan
Isolasi jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan Menengah atau Kabel Bawah Tanah
Tegangan Menengah serta kemudahan dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan
Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama. Hal ini dimaksudkan sebagai
usaha menjaga keandalan kontinyuitas pelayanan konsumen.

B. Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

 Konstruksi JTM terdiri dari :

a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian utamanya adalah
tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor. Konduktor yang digunakan adalah aluminium
(AAAC), berukuran 240 mm2, 150 mm2, 70 mm2 dan 35 mm2.

b. Saluran Kabel Tegangan Menegah (SKTM)

Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam langsung di tanah pada
kedalaman tertentu dan diberi pelindung terhadap pengaruh mekanis dari luar. Kabel tanah
ini memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu menahan tegangan tembus yang
ditimbulkan. Dibandingkan dengan kawat pada SUTM maka kabel tanah banyak memiliki
keuntungan diantaranya :

 · Tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang.


 · Tidak merusak estetika (keindahan) kota.
 · Pemeliharaannya hampir tidak ada.

C. Peralatan Saluran Distribusi Tegangan Menengah


Ditinjau dari jenis konstruksinya, sistem distribusi listrik dapat dibedakan atas dua jenis yaitu
sistem distribusi dengan saluran udara dan sistem distribusi dengan saluran bawah tanah.
Namun pada laporan kali ini hanya akan membahas tentang sistem distribusi dengan saluran
udara. Konstruksi dan struktur jaringan sistem distribusi yang akan digunakan dalam sistem
distribusi merupakan kompromi antara kepentingan teknis disatu pihak dan alasan ekonomi
dilain pihak. Secara teknis, konstruksi dan struktur dari jaringan yang akan digunakan harus
memenuhi syarat keandalan minimum jaringan.
Konstruksi jaringan distribusi dengan saluran udara terdiri dari beberapa komponen peralatan
utama, yaitu :
1. Tiang
Tiang listrik merupakan salah satu komponen utama dari konstruksi jaringan distribusi
dengan saluran udara. Pada jaringan distribusi tiang yang biasa digunakan adalah tiang beton.
Tiang listrik harus kuat karena selain digunakan untuk menopang hantaran listrik juga
digunakan untuk meletakan peralatan-peralatan pendukung jaringan distribusi tenaga listrik
tegangan menengah. Penggunaan tiang listrik disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Tiang listrik yang dipakai dalam distribusi tenaga listrik harus memiliki sifat-sifat antara
lain :
a. Kekuatan mekanik yang tinggi
b. Perawatan yang mudah
c. Mudah dalam pemasangan konduktor saluran dan perlengkapannya
2. Isolator
Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor atau
penghantar dengan tiang listrik. Menurut fungsinya, isolator dapat ditinjau dari dua segi yaitu
:
a. Fungsi dari segi elektris : Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat fasa dengan tanah
dan kawat fasa lainnya.
b. Fungsi dari segi mekanis : Menahan berat dari konduktor / kawat penghantar, mengatur
jarak dan sudut antar konduktor / kawat penghantar serta menahan adanya perubahan pada
kawat penghantar akibat temperatur dan angin.

Bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator yang banyak digunakan pada sistem
distribusi tenaga listrik adalah isolator dari bahan porselin / keramik dan isolator dari bahan
gelas. Kekuatan elektris porselin dengan ketebalan 1,5 mm dalam pengujian memiliki
kekuatan 22 sampai 28 kVrms/mm. Kekuatan mekanis dengan diameter 2 cm sampai 3 cm
mampu menahan gaya tekan 4,5 ton/cm².
Kegagalan kekuatan elektris sebuah isolator dapat terjadi dengan jalan menembus bahan
dielektrik atau dengan jalan loncatan api (flashover) di udara sepanjang permukaan isolator.
Kasus pertama dapat diatasi dengan cara memilih kualitas bahan isolator dan
pengolahan/perawatan yang baik. Kasus ke dua dapat diatasi dengan memperbaiki tipe atau
konstruksi dari isolatornya. Pada umumnya semua konstruksi isolator direncanakan untuk
tegangan tembus yang lebih tinggi dari tegangan flashover, sehingga biasanya kekuatan
elektrik isolator dikarakteristikan oleh tegangan flashovernya
Ada beberapa jenis konstruksi isolator dalam sistem distribusi, antara ain :
a. Isolator gantung ( suspension type insulator )
b. Isolator jenis pasak ( pin type insulator )
c. Isolator batang panjang ( long rod type insulator )
d. Isolator jenis post saluran ( line post type insulator )
Gambar 3.5. Isolator Gantung (Suspension Type Insulator)

Gambar 3.6. Isolator Jenis Post Saluran (Pin Post Type Insulator)

3. Penghantar
Penghantar pada sistem jaringan distribusi berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dari
suatu bagian keinstalasi atau bagian yang lain. Penghantar ini harus memiliki sifat-sifat
sebagai berikut :
a. Memiliki daya hantar yang tinggi
b. Memilki kekuatan tarik yang tinggi
c. Memiliki berat jenis yang rendah
d. Memiliki fleksibilitas yang tinggi
e. Tidak cepat rapuh
f. Memiliki harga yang murah
Jenis-jenis bahan penghantar, antara lain :
a. Kawat logam biasa, contohnya AAC ( All Alumunium Conductor ).
b. Kawat logam campuran, contohnya AAAC ( All Alumunium Alloy Conductor ).

Gambar 3.7. Pengahntar AAAC


4. Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya atau
energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu
gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Dengan alat yang
bernama trafo maka pilihan tegangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan tegangan pada
pelanggan.

Gambar 3.8. Trafo Distribusi Satu Fasa


Gambar 3.9. Trafo Distribusi Tiga Fasa

5. Fuse Cut Out (FCO)

Gambar 3.10. Fuse Cut Out Gambar 3.11. Fuse Link

Fuse Cut Out (FCO) adalah sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada
jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari komponenya (fuse link)
yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya. FCO ini terdiri dari :
1. Rumah Fuse (Fuse Support)
2. Pemegang Fuse (Fuse Holder)
3. Fuse Link
Berdasarkan sifat pemutusanya Fuse Link terdiri dari 2 tipe yaitu :
1. Tipe K (pemutus cepat)
2. Tipe T (pemutus lambat)
FCO pada jaringan Distribusi digunakan sebagai pengaman percabangan 1 phasa maupun
sebagai pengaman peralatan listrik (trafo Distribusi non CSP, kapasitor).
6. Auto Voltage Regulator (AVR)
Gambar 3.12. Auto Voltage Regulator

Auto Voltage Regulator (AVR) merupakan auto transformer yang berfungsi untuk
mengatur/menaikan tegangan secara otomatis. Rangkaian dari regulator ini terdiri dari auto
transformer penaik tegangan.
7. Meter Expor-Impor

Gambar 3.13. Meter Expor-Impor

Meter Kirim – Terima disini berfungsi untuk mengetahui berapa kWH yang dikirim dan
diterima antar UPJ.
Pada Meter Ex-Im terdapat CT dan PT yang berfungsi untuk mentransformasikan tegangan
dan arus dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah untuk proses pengukuran.
8. Peralatan Hubung
Yang termasuk dalam peralatan hubung antara lain ABSw, LBS, Recloser, Sectionaliser, dan
lain sebagainya.

 Peralatan Kontruksi Untuk SKTM

Kabel
Jenis kabel tegangan menengah adalah :

a. Poly Vinil Chlorida (PVC)

Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah sampai 12 KV.

b. Poly Ethylene (PE)

Digunakan untuk tegangan diatas 10 KV.

Contoh : CPT dan VIC

c. X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE)

Contoh : CVC5ZV, Jointing, Termination, Sepatu kabel (Schoen cable), Instalasi Pembumian

D. Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi

Yang dimaksud dengan prosedur operasi pengaturan dan pengusahaan jaringan tegangan
menengah adalah usaha menjamin kelangsungan penyaluran tenaga listrik, mempercepat
penyelesaian gangguan – gangguan yang timbul, serta dilain pihak menjaga keselamatan baik
petugas pelaksana operasi maupun instalasinya sendiri.
Pengoperasian jaringan distribusi tegangan menengah tersebut dilaksanakan dengan :
1. Memanuver atau memanipulasi jaringan, dengan menggunakan telekontrol maupun
dilapangan.
2. Menerima informasi - informasi mengenai keadaan jaringan dan kemudian membuat
penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
3. Menerima besaran-besaran pengukuran pada jaringan yang kemudian membuat penilaian
(observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
4. Mengkoordinasikan pelaksanaanya dengan pihak - pihak lain yang bersangkutan.
5. Mengawasi jaringan secara kontinyu.
6. Mengusut dan melokalisir gangguan jaringan.
7. Mendeteksi gangguan jaringan sehingga titik gangguannya dapat ditemukan untuk
diperbaiki.
Kegiatan operasi distribusi ini dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan normal dan
keadaan gangguan. Operasi sistem distribusi juga tergantung dari beberapa hal, antara lain
berdasarkan pada konfigurasi dan pola jaringan sistem distribusi yang digunakan.
Dalam operasi sistem distribusi, setiap alur tugas dari pekerjaan ditentukan oleh prosedur
tetap yang biasa disebut Standing Operation Procedure ( SOP ), dimana SOP adalah prosedur
yang dibuat berdasarkan kesepakatan / ketentuan yang harus dipatuhi oleh seseorang atau tim
untuk melaksanakan tugas / fungsinya agar mendapatkan hasil yang optimal dan untuk
mengantisipasi kesalahan manuver, kerusakan peralatan dan kecelakaan manusia.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jaringan tegangan menengah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit
atau gardu induk ke gardu distribusi. Jaringan ini dikenal dengan feeder atau penyulang.
Tegangan menengah yang digunakan PT. PLN adalah 12 kv dan 20 kv antar fasa (V L-L).
Standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah
20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi criteria enjinering keamanan ketenaga listrikan,
termasuk didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase dengan lingkungan dan antara
Fase dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan Saluran Udara atau ketahanan
Isolasi jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan Menengah atau Kabel Bawah Tanah
Tegangan Menengah serta kemudahan dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan
Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama. Hal ini dimaksudkan sebagai
usaha menjaga keandalan kontinyuitas pelayanan konsumen.

B. SARAN
Dari pembahasan makalah tentang Jaringan Distribusi Tenaga Menengah, kami sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Har Suhardi, Bambang t, Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid I, Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Depdiknas, 2008
http://bloggs-catar.blogspot.com/2014/09/sekilas-tentang-jaringan-distribusi.htm
http://rahmanta13.files.wordpress.com/2011/09/2a.png
http://POWER POINT/Makalah-jdtr.htm
http://kask.us/6962328

Anda mungkin juga menyukai