LAPORAN
OLEH :
LAPORAN
OLEH :
Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Laboratorium Genetika Molekuler Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Diketahui Oleh,
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karna
atas berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat
pada waktunya.
yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di
penanggung jawab Laboratorium Sitogenetika, yaitu: Ir. Eva Sartini Bayu, MP.,
Ir. Emmy Harso Khardinata, M.Sc., Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP., MP., Dr. Ir
Revandy I.M Damanik, M.Si., M.Sc., Ph.D serta kakak - kakak asisten yang telah
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................1
Tujuan Penulisan..........................................................................................2
Kegunaan Penulisan.....................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
satu dari beberapa teknik pembuatan penanda berbasis DNA dengan melibatkan
berdasarkan perbedaan pada pita DNA yang dapat teramplifikasi dengan random
primer. Pita DNA yang berbeda akan dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui
dan terdapat pada lokasi tertent pada genom, dan dapat diwariskan dari satu
digunakan untuk identifikasi individu atau sel yang membawanya, atau sebagai
Konsentrasi primer yang terlalu rendah atau yang terlalu tinggi menyebabkan
tidak terjadinya amplifikasi. Rasio yang rendah antara primer dan DNA cetakan
dapat menyebabkan produk RAPD yang dihasilkan tidak konsisten. Tiap primer
menghasilkan jumlah pita DNA yang berbeda. Pita yang muncul memiliki ukuran
basa dan intensitas pita yang bervariasi. Perbedaan intensitas pita DNA
2
dipengaruhi oleh sebaran situs penempelan primer pada genom, kemurnian dan
sederhana, cepat dan murah, g) butuh sedikit jaringan dan DNA sampel, h)
organisme. j) data mudah dipertukarkan antar laboratorium. Tidak ada satu jenis
penanda yang dapat memenuhi semua kriteria tersebut, bagaimana pun juga kita
dapat memilih diantara berbagai penanda yang ada dan saling dikombinasikan
penanda morfologi, yaitu stabil dan dapat dideteksi dalam semua jaringan
tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, pertama, penanda DNA tanpa
berdasarkan PCR yang meliputi RAPD, AFLP, SSR, CAPS, SCAR, SSCP dan
Tujuan Praktikum
amplifikasi PCR.
3
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan yaitu sebagai salah satu syarat untuk dapat
TINJAUAN PUSTAKA
RAPD merupakan salah satu penanda DNA yang dapat digunakan untuk
Pita polimorfik adalah pita yang tidak terdapat pada seluruh sampel.
polimorfik yang dihasilkan akan semakin mudah untuk mengamati adanya variasi.
Pita polimorfik terbentuk dari perbedaan ukuran pita yang terbentuk pada setiap
sampel yang diteliti. Pola pita yang terbentuk oleh setiap sampel unik dan
Data pita DNA yang diperoleh pada umumnya akan dianalisa dengan
menggunakan data biner dengan melakukan skoring, yakni skor 1 untuk pita yang
muncul dan skor 0 untuk pita yang tidak muncul. Hal inilah metode penggunaan RAPD
disebut dengan sifat dominan karena hanya mendeteksi alel per lokus. Selanjutnya hasil
pita DNA hasil PCR yang muncul pada elektroforesis gel poliakrilamid
8%. Pita-pita yang terlihat dianggap sebagai satu alel. Pita-pita DNA yang
memiliki laju migrasi yang sama dianggap sebagai lokus yang sama. Pada
laju migrasi yang sama, setiap pita yang terlihat diberi skor 1, pita yang
tidak terlihat diberi skor 0. Sampel yang tidak teramplifikasi diberi skor 9
5
dan dianggap sebagai data yang hilang, sehingga hasil skoring pita berupa
adalah kualitas dan kuantitas DNA, buffer PCR, konsentrasi MgCl2, rasio primer
terhadap template, suhu annealing, enzim Taq polimerase, dan mesin PCR yang
digunakan. Namun untuk mengurangi hal tersebut dapat diatasi dengan memenuhi
optimasi, melakukan seleksi primer dengan reproduksibilitas pita yang tinggi, dan
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 29 April 2020 pada
ketinggian ± 32 m dpl.
Adapun alat yang digunakan selama praktikum yaitu, alat tulis untuk
Prosedur Praktikum
- Ditentukan keragaman alel RAPD dari perbedaan migrasi alel pada gel dari
- Diterjemahkan profil pita berdasarkan ada atau tidaknya pita kedalam data
biner.
- Diberi kode -1 (ada) dan -0 (tidak ada) pada pita yang muncul
Ukuran fragmen basa (pasangan basa = bp) produk PCR ditentukan dengan
Hasil
8
9
10
11
Ket :
Pembahasan
Skoring adalah suatu teknik dalam penentuan atau pemberian kode pada
pita yang muncul. Berdasarkan pada atau tidaknya pita, profil pita diterjemahkan
kedalam data biner. Pita yang muncul diberi kode 1 dan 0 jika tidak ada. Hal ini
sesuai dengan literatur Sembiring (2015) yang menyatakan bahwa Teknik PCR-
13
bisa dikarenakan adanya peristiwa delesi maupun inersi pada DNA. Hal ini sesuai
dengan literatur Sondur (1996) yang menyatakan bahwa Penanda molekuler ini
dapat dideteksi dalam semua jaringan tanaman, serta tidak dipengaruhi oleh
lingkungan.
yangsama yang teramplifikasi. Perubahan kondisi reaksi dan intensitas pita yang
dihasilkan bervariasi sehingga menyulitkan dalam skoring pola pita. Hal ini
dari perbedaan ukuran pita yang terbentuk pada setiap sampel yang diteliti. Pola
Berdasarkan ada atau tidaknya pita, profil pita diterjemahkan kedalam data
biner. Pita yang muncul diberi kode 1 (ada) dan 0 (tidak ada). Penanda
ini sesuai literatur Weising (2005) yang menyatakan bahwa Data pita DNA yang
diperoleh pada umumnya akan dianalisa dengan menggunakan data biner dengan
melakukan skoring, yakni skor 1 untuk pita yang muncul dan skor 0 untuk pita
Faktor yang mempengaruhi pita DNA yang terlalu tipis atau tidak begitu
jelas dikarenakan pada saat proses PCR kurang optimal. Hal ini sesuai literatur
Lynch dan Milligan (1994) yang menyatakan bahwa Beberapa faktor yang
DNA, buffer PCR, konsentrasi MgCl2, rasio primer terhadap template, suhu
KESIMPULAN
1. Skoring adalah suatu teknik dalam penentuan atau pemberian kode pada pita
yang muncul.
komponen nukleotida.
3. Pita monomorfik adalah pita yang menunjukkan adanya sekuen DNA yang
4. Berdasarkan ada atau tidaknya pita, profil pita diterjemahkan kedalam data
biner. Pita yang muncul diberi kode 1 (ada) dan 0 (tidak ada).
5. Faktor yang mempengaruhi pita DNA yang terlalu tipis atau tidak begitu jelas
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, A. 2009. Perbandingan Pola Pita Amplifikasi Dna Daun, Bunga Kelapa
Sawit Normal dan Abnormal. Institut Pertanian Bogor . Bogor.
Wibowo, C. H. 2010. Andaliman, Rempah Tradisional Sumatera Utara Dengan
Aktivitas Antioksidan dan Antimikroba. Bul. Teknol. Dan Industri
Pangan.
Sondur, S.N., R.M. Manshardt, and J.I. Stiles. 1996. A genetic linkage map of
papaya based on randomly amplified polymorphic DNA markers.
Theoretical and Applied Genetics.
Lynch, M. and B.G. Milligan. 1994. Analysis of population genetic structure with
RAPD markers. Molecular Ecology.
Nugroho, K., Rerenstradika, T.T., Reflinur, Asadi dan Puji, L. 2017. Analisis
Keragaman Genetik Kedelai Introduksi Menggunakan Marka
Mikrosatelit. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.