Simbiosis Mutualisme Polip Karang Dan Zooxanthellae
Simbiosis Mutualisme Polip Karang Dan Zooxanthellae
NIM : G 0218326
Kelas : Akuakultur B 2018
Simbiosis Mutualisme Polip Karang dan Zooxanthellae
(Pembentukan Terumbu Karang)
Di dalam jaringan hewan karang batu terdapat alga simbiotik (zooxanthellae) yang
hidup dan bekerja sama yang saling menguntungkan (mutualistik) dengan hewan karang,
dimana lewat proses fotosintesa alga tersebut - karang batu dapat bertumbuh dan
menghasilkan kapur (kalsium karbonat) untuk pembentukan terumbu. Untuk melakukan
fotosintesa zooxanthellae membutuhkan cahaya matahari, sehingga ekosistem ini hanya
dapat berkembang di daerah yang beriklim panas dan mempunyai perairan yang jernih
(Azhar 2003). Terumbu karang dapat mentolerir suhu sekitar 36 - 40ºC (Nybakken 1992).
Randall (1983) mengemukakan bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan karang berkisar
antara 23 – 30oC, dan di bawah 18oC dapat menghambat pertumbuhan karang bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih
terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe
terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun
terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk
karang. Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi,
Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan
perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis pada
tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan
kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu
permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal.