Anda di halaman 1dari 3

Nama : St Tafriyyah hm

NIM : G 0218326
Kelas : Akuakultur B 2018
Simbiosis Mutualisme Polip Karang dan Zooxanthellae
(Pembentukan Terumbu Karang)

Dalam kehidupannya karang hermatifik berasosiasi dengan zooxanthellae


(simbiosis mutualisme) yang menghasilkan bahan organik.Disamping itu karang juga
memakan plankton untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Londo 2006). Polip karang
bersimbiosis dengan alga bersel tunggal (monocelluler), yang terdapat dalam jaringan
endoderm karang. Alga ini termasuk dalam dinoflagellata marga symbiodinium yang
mempunyai klorofil untuk proses fotosintesis. Alga ini dapat disebut sebagai
zooxanthellae.  Zooxanthellae mendapatkan keuntungan karena mendapat tempat tinggal
yang aman di dalam tubuh polip karang keras. Sedangkan polip karang keras mendapatkan
keuntungan karena mendapatkan makanan dari hasil fotosintesis alga yaitu oksigen dan
energi.  Hasil metabolisme makanan dari karang diambil zooxanthellae untuk proses
fotosintesis dengan bantuan sinar matahari, kemudian hasilnya dimanfaatkan polip karang.
Dengan demikian keduanya saling ketergantungan dan tidak dapat bertahan hidup tanpa
ada salah satunya (M’Boy 2013).  Zooxanthellae adalah salah satu penyusun karang yang
paling penting. Tanpa peran zooxanthellae terumbu karang tidak akan terbentuk karena
polip karang keras tidak akan dapat hidup tanpa zooxanthellae (Rifky 2008).

Di dalam jaringan hewan karang batu terdapat alga simbiotik (zooxanthellae) yang
hidup dan bekerja sama yang saling menguntungkan (mutualistik) dengan hewan karang,
dimana lewat proses fotosintesa alga tersebut - karang batu dapat bertumbuh dan
menghasilkan kapur (kalsium karbonat) untuk pembentukan terumbu. Untuk melakukan
fotosintesa zooxanthellae membutuhkan cahaya matahari, sehingga ekosistem ini hanya
dapat berkembang di daerah yang beriklim panas dan mempunyai perairan yang jernih
(Azhar 2003).  Terumbu karang dapat mentolerir suhu sekitar 36 - 40ºC (Nybakken 1992). 
Randall (1983) mengemukakan bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan karang berkisar
antara 23 – 30oC, dan di bawah 18oC dapat menghambat pertumbuhan karang bahkan dapat
menyebabkan kematian.

Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih
terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe
terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun
terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk
karang. Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat
sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi,
Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan
perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis pada
tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan
kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu
permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal.

Anda mungkin juga menyukai