Anda di halaman 1dari 29

BAB III

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati


3.1.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (disingkat: RSUP Fatmawati) adalah sebuah
rumah sakit milik pemerintah yang terletak di Jakarta, Indonesia. Nama Fatmawati
diambil dari nama mantan ibu negara yakni Ibu Fatmawati Soekarno.

Berawal dari gagasan Ibu Fatmawati Soekarno yang saat itu sebagai ibu Negara
Republik Indonesia – untuk mendirikan Rumah Sakit Tuberkulosa bagi anak – anak,
baik untuk perawatan maupun tindakan rehabilitasinya. Maka pada tanggal 30
Oktober 1953 Ibu Fatmawati menggalang dana sebagai modal pertama pendirian
Yayasan Ibu Soekarno untuk pembangunan rumah sakit tersebut.

Melalui Yayasan Ibu Soekarno dan bantuan dari berbagai pihak antara lain
Departemen Kesehatan, Yayasan Dana Bantuan Departemen Sosial Republik
Indonesia, dan lain – lainnya; pembangunan gedung Rumah Sakit TBC Anak – anak
dimulai dengan peletakan batu pertama pada tanggal 2 Oktober 1954 oleh Ibu
Fatmawati Soekarno.

Pada tanggal 12 Desember 1958 Yayasan Ibu Soekarno menyerahkan proses


pembangunan rumah sakit kepada Departemen Kesehatan R.I, dengan persetujuan
dari Yayasan Dana Bantuan Departemen Sosial R.I. pada tanggal 9 September 1959.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan R.I, tanggal 12 April 1961 fungsi
rumah sakit berubah menjadi rumah sakit umum. Penyelenggaraan, pembiayaan dan
pemeliharaan rumah sakit dilaksanakan oleh dan dengan anggaran Departemen
Kesehatan R.I. Keputusan ini mulai berlaku tanggal 15 April 1961, dan selanjutnya
ditetapkan sebagai Hari Jadi Rumah Sakit.

Atas usulan Dr. R. Soehasim selaku Direktur kepada Ibu Fatmawati Soekarno, maka
pada tanggal 23 Mei 1967 Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin meresmikan perubahan
nama RSU Ibu Soekarno menjadi R.S. Fatmawati sekaligus pemberian nama Jalan R.S.
Fatmawati. Kemudian R.S. Fatmawati mengalami perubahan2 dan peningkatan status,
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan R.I, Undang – undang, Peraturan
Pemerintah dan penghargaan2 berturut-turut sebagai berikut:
1. Tanggal 22 Februari 1979. RS Fatmawati sebagai Rumah Sakit Umum
Pemerintah Kelas B sekaligus sebagai Pusat Rujukan Wilayah Jakarta Selatan.
2. Tanggal 30 Mei 1984, R.S. Fatmawati dipergunakan sebagai tempat pendidikan
calon dokter dan calon dokter sepesialis.
3. Tanggal 13 Juni 1994 R.S. Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum
Pusat Kelas B Pendidikan.
4. Sejak bulan Juli 1997 RSUP Fatmawati mengalami perubahan status dari Unit
Swadana menjadi Instansi Pengguna PNPB ( Penerimaan Negara Bukan Pajak).
5. Tanggal 12 Desember 2000, R.S Fatmawati ditetapkan sebagai Perusahaan
Jawatan Rumah Sakit Fatmawati Jakarta.
6. Tanggal 10 Oktober 2003 mendapatkan Penghargaan Internasional sebagai
The First Problem Solving for Better Health@ Hospital in Indonesia dari The
Dreyfus Health Foundation of New York
7. Pada Konvensi Kinerja Tim Klinis Rumah Sakit dalam rangka Hari Kesehatan
Nasional Penghargaan ke 39 Tahun 2003, R.S. Fatmawati mendapatkan:
8. Sebagai Rumah Sakit Terbaik Kategori Tim Pengendalian Infeksi Nosokomial,
9. Sebagai Rumah Sakit Terbaik Kategori Tim Sosio Klinis Rumah Sakit ( Tim
Kesehatan Remaja ).
10. Tanggal 14 April 2004 memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap
untuk 16 bidang pelayanan Dari hasil survei oleh Komisi Akreditasi Sakit dan
Sarana Kesehatan Lainnya (KARS).
11. Tanggal 6 September 2004 mendapatkan Penghargaan dari Presiden R.I,
berupa Trophy Citra Pelayanan Prima sebagai Unit Kerja Pelayanan
Percontohan Terbaik.
12. Tanggal 25 November 2004 Penghargaan Unit Percontohan “Citra Pelayanan
Prima Bidang Kesehatan” Tahun 2004.
13. Tanggal 11 Agustus 2005, diteiapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Departemen Kesehatan R.I Dengan Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum.
14. Tanggal 2 Desember 2005 Pemenang I Lomba Penilaian Infrastruktur Rumah
Sakit untuk Mendukung Program Pengendalian Resistensi Anti Mikroba Tahun
2005.
15. Tanggal 20 s/d 23 November 2007 dilaksanakan Akreditasi kembali untuk 16
Pelayanan dan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI pada tanggal 25
Januari 2008 berhasil mendapatkan status Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap.

Pada bulan Desember 2008 RSUP Fatmawati mendapatkan Piagam Penghargaan


”Indonesian Hospital Management Award” pada acara PERSI AWARD-IHMA 2008,
sebagai juara Harapan 1 Kategori Human Resources Development Project dengan judul
: ”Fatmawati Award dengan hadiah Umroh 2008”.

Pada tahun 2010, RSUP Fatmawati ditetapkan menjadi Rumah Sakit Kelas A Pendidikan
dan berhasil mendapatkan status Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap untuk ketiga
kalinya. Selain itu, RSUP Fatmawati berhasil mendapatkan MDGs Award dari Wakil
Presiden RI dalam rangka HKN Tahun 2010, serta memperoleh juara ke-2 Persi Award
category Family Planning di bulan November 2010.

Pada tahun 2013 RSUP Fatmawati telah memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit
dan dinyatakan Lulus Tingkat Paripurna oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
Dan pada tahun 2013 RSUP Fatmawati telah terakreditasi oleh Joint Comission
International (JCI).

Pada tahun 2015 RSUP Fatmawati telah memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit
dan dinyatakan Lulus Tingkat Paripurna oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
yang ke 2. Dan pada tahun 2016 RSUP Fatmawati telah terakreditasi oleh Joint
Comission International (JCI) yang ke 2.

Adapun Para Direktur yang memimpin R.S. Fatmawati dari masa ke masa
adalah:
1. Kolonel Dr. Soejoto : 1961 – 1966
2. Dr. R. Soehasim : 1966 – 1971
2. Dr. H.E. Tardan : 1971 – 1983
3. Dr. H. Roeslani, Sp.THT : 1983 – 1988
4. Dr. Adji Muslihuddin, Sp.THT : 1988 – 1993
5. Dr. Heyder Tadjoedin, Sp.PD : 1993 – 1998
6. Dr. Santoso Soeroso, Sp.A (K) MARS : 1998 – 2001
7. Dr. dr. Sutoto, M.Kes : 2001 – 2005
8. Dr. H. Kemas M. Akib Aman, Sp.R, MARS : 2005 – 2008
9. Dr. H. Chairul Radjab Nasution, SpPD,K-GEH,FINASIM,MKes : 2008 – 2010
10. Dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn,KIC,MARS : 2010
11. Dr. Mochammad Syafak Hanung, Sp.A, MPH.

3.1.2 Visi dan Misi


Visi: Menjadi Rumah Sakit dengan Pelayanan Multidisiplin yang Handal bagi Masyarakat
Misi:
1. Memberikan Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian yang Berkualitas dan
Terintegrasi
2. Meningkatkan Inovasi dan Produktivtas Kinerja Berbasis Kendali Mutu dan Biaya
3. Menyelenggarakan Tata Kelola Klinis dan Manajemen yang Baik
4. Menyeimbangkan Sumber Daya sesuai Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Kesehatan Terkini

3.1.3 Struktur Organisasi


Struktur Organisasi dapat dilihat pada lampiran 1.

3.1.4 Nilai dan Falsafah


Nilai: "Jujur, Profesional, Komunikatif dan Ikhlas, serta Peduli dalam melaksanakan tugas"
Falsafah yang dianut sebagai pegangan dalam menjalankan organisasi
adalah:
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Menjunjung tinggi kehidupan dan nilai-nilai luhur kemanusiaan
3. Menghargai pentingnya persatuan dan kerjasama
4. Menjunjung keseimbangan dan kelestarian lingkungan
5. kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan

3.1.5 Tujuan
1. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi
kaidah keselamatan pasien (Patient Safety)
2. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif yang
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
3. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi
pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian.
4. Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan
pelanggan.
5. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber daya
manusia rumah sakit.

3.1.6 Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit


Dalam ketentuan Pasal 4 UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakitmenyatakan
bahwa Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna.
Dalam ketentuan Pasal 5 UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit menyatakan
bahwa untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit
mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

3.2 Instalasi Farmasi Rumah sakit


3.2.1 Instalasi Farmasi Rumah sakit
Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin,
terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan
kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan
Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi
Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem
satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat
kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent.

Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan


formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien
melalui Instalasi Farmasi. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab
Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi
Farmasi.

Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai satu-
satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan
mendapatkan manfaat dalam hal:
1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
2. Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
3. Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
4. Pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
5. Pemantauan terapi Obat;
6. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alkes, dan
Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
7. Kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang akurat;
8. Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
9. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan
pegawai.

3.2.2 Tugas dan Fungsi


Tugas Instalasi Farmasi, meliputi:
1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional
serta sesuai prosedur dan etik profesi;
2. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;
3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek
terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko;
4. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan
Informasi (KIE) serta memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat
dan pasien;
5. Berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
6. Mmelaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan
Pelayanan Kefarmasian;
7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar
pengobatan dan formularium Rumah Sakit.

Fungsi Instalasi Farmasi, meliputi:


1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
a. Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit;
b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal;
c. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai
ketentuan yang berlaku;
d. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit;
e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku;
f. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;
g. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit;
h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;
i. Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari;
j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan SediaanFarmasi, Alkes,
dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah memungkinkan);
k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
l. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan;
m. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai;
n. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai.

2. Pelayanan farmasi klinik


a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat;
b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. Melaksanakan rekonsiliasi Obat;
d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik berdasarkan
Resep maupun Obat non Resep kepada pasien/keluarga pasien;
e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain;
g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya;
h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
i. Pemantauan efek terapi Obat;
j. Pemantauan efek samping Obat;
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
l. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
m. Melaksanakan dispensing sediaan steril
n. Melakukan pencampuran Obat suntik
o. Menyiapkan nutrisi parenteral
p. Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik
q. Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil
r. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan lain,
pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit;
s. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

3.2.3 Ruang Lingkup


Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus
didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan peralatan. Apoteker dalam
melaksanakan kegiatan Pelayanan Kefarmasian tersebut juga harus
mempertimbangkan faktor risiko yang terjadi yang disebut dengan manajemen risiko.

3.2.4 Penunjang dan Administrasi Umum


1. Pengorganisasian
Pengorganisasian Rumah Sakit harus dapat menggambarkan pembagian tugas,
koordinasi kewenangan, fungsi dan tanggung jawab Rumah Sakit. Berikut
adalah beberapa orang di Rumah Sakit yang terkait dengan kefarmasian:

a. Instalasi Farmasi
Pengorganisasian Instalasi Farmasi harus mencakup penyelenggaraan
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan bersifat
dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga mutu.

b. Komite/Tim Farmasi dan Terapi


Dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentuk Komite/Tim Farmasi
dan Terapi yang merupakan unit kerja dalam memberikan
rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan
penggunaan Obat di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter
yang mewakili semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker
Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan.
Komite/Tim Farmasi dan Terapi harus dapat membina hubungan kerja
dengan komite lain di dalam Rumah Sakit yang berhubungan/berkaitan
dengan penggunaan Obat.
Komite/Tim Farmasi dan Terapi dapat diketuai oleh seorang dokter
atau seorang Apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka
sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila diketuai oleh Apoteker,
maka sekretarisnya adalah dokter.

c. Komite/Tim lain yang terkait


Peran Apoteker dalam Komite/Tim lain yang terkait penggunaan Obat
di Rumah Sakit antara lain:
 Pengendalian Infeksi Rumah Sakit;
 Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
 Mutu Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit;
 perawatan paliatif dan bebas nyeri;
 penanggulangan AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndromes);
 Direct Observed Treatment Shortcourse (DOTS);
 Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA);
 Transplantasi;
 PKMRS; atau
 Terapi Rumatan Metadon.

2. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambunganuntuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.Kegiatan administrasi
terdiri dari:

a. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian,
pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi
dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau
pertahun).
Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan
yang berlaku. Pencatatan dilakukan untuk:
 persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM;
 dasar akreditasi Rumah Sakit;
 dasar audit Rumah Sakit; dan
 dokumentasi farmasi.
Pelaporan dilakukan sebagai:
 komunikasi antara level manajemen;
 penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai
kegiatan di Instalasi Farmasi; dan
 laporan tahunan.

b. Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuangan maka perlu
menyelenggarakan administrasi keuangan.Administrasi keuangan
merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya,
pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan
laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan
Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan,
triwulanan, semesteran atau tahunan.

c. Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian
terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak
memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Standar PKPO 1: Pengorganisasian


Pengorganisasian pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di rumah sakit harus sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan dan diorganisir untuk memenuhi kebutuhan
pasien.

 Maksud dan Tujuan


Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat merupakan bagian penting dalam
pelayanan pasien sehingga organisasinya harus efektif dan efisien, serta bukan hanya
tanggung jawab apoteker, tetapi juga profesional pemberi asuhan dan staf klinis
pemberi asuhan lainnya. Pengaturan pembagian tanggung jawab bergantung pada
struktur organisasi dan staffing. Struktur organisasi dan operasional sistem pelayanan
kefarmasian serta penggunaan obat di rumah sakit mengacu pada peraturan
perundang-undangan. Pelayanan kefarmasian dilakukan oleh apoteker yang
melakukan pengawasan dan supervisi semua aktivitas pelayanan kefarmasian serta
penggunaan obat di rumah sakit.
Untuk memastikan keefektifannya maka rumah sakit melakukan kajian
sekurangkurangnya sekali setahun. Kajian tahunan mengumpulkan semua informasi
dan pengalaman yang berhubungan dengan pelayanan kefarmasian dan penggunaan
obat, termasuk angka kesalahan penggunaan obat serta upaya untuk
menurunkannya. Kajian bertujuan membuat rumah sakit memahami kebutuhan dan
prioritas perbaikan sistem berkelanjutan dalam hal mutu, keamanan, manfaat, serta
khasiat obat dan alat kesehatan.

Kajian tahunan mengumpulkan semua data, informasi, dan pengalaman yang


berhubungan dengan pelayanan kefarmasian serta penggunaan obat, termasuk
antara lain seberapa baik sistem telah bekerja terkait dengan seleksi dan pengadaan
obat; penyimpanan; peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan;
penyiapan dan penyerahan; dan pemberian obat. pendokumentasian dan
pemantauan efek obat; monitor seluruh angka kesalahan penggunaan obat
(medication error) meliputi kejadian tidak diharapkan, kejadian sentinel, kejadian
nyaris cedera, kejadian tidak cedera. dan upaya mencegah dan menurunkannya;
kebutuhan pendidikan dan pelatihan; pertimbangan melakukan kegiatan baru
berbasis bukti (evidence based). Dengan kajian ini rumah sakit dapat memahami
kebutuhan dan prioritas peningkatan mutu serta keamanan penggunaan obat.
Sumber informasi obat yang tepat harus tersedia di semua unit pelayanan.

 Adapun elemen penilaian diuraikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1 Elemen Penilaian Standar PKPO 1


Elemen Penilaian PKPO 1 Implementasi
Ada regulasi organisasi yang  RSUP Fatmawati memiliki Instalasi
mengelola pelayanan kefarmasian dan Farmasi Rumah Sakit (IFRS) yang
penggunaan obat yang menyeluruh bertugas untuk mengelola pelayanan
atau mengarahkan semua tahapan kefarmasian dan penggunaan obat
pelayanan kefarmasian serta secara menyeluruh sesuai dengan PMK
penggunaan obat yang aman sesuai No. 72 Tahun 2016 tentang Standar
dengan peraturan perundang- Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit.
undangan. (R)  Pengelolaan sediaan farmasi dilakukan
dengan sistem “Satu Pintu” sesuai
dengan UU No. 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit.
Ada bukti seluruh apoteker memiliki  Apoteker dan TTK yang bekerja di RSUP
izin dan melakukan supervisi sesuai Fatmawati memiliki STRA/STRTTK dan
dengan penugasannya. (D,W) SIPA sebagai bukti legalitas dalam
menjalankan tugasnya dalam pelayanan
kefarmasian
 Ada bukti regulasi bahwa seluruh
Apoteker dan TTK melakukan
supervisi (HK.01.07/VIII.1/513/2018)
dan kredensial
(HK.01.07/VIII.1/471/2018)
Ada bukti pelaksanaan sekurang-  Dilakukan rapat koordinasi rutin untuk
kurangnya satu kajian pelayanan membahas tentang pelayanan
kefarmasian dan penggunaan obat kefarmasian serta terkait masalah-
yang didokumentasikan selama 12 masalah yang ada
bulan terakhir. (D,W)  Dilakukan pelaporan tahunan yang
disusun oleh Kepala Instalasi Farmasi
yang berisi tentang dua aspek yaitu
aspek managerial dan pelayanan klinik
yang telah dilakukan di RSUP
Fatmawati
Ada bukti sumber informasi obat yang  RSUP Fatmawati menyediakan beberapa
tepat, terkini, dan selalu tersedia bagi sumber informasi yang dapat digunakan
semua yang terlibat dalam oleh semua Farmasis dan tenaga klinik
penggunaan obat. (D,O,W) yang lain yaitu ruang PIO, buku cetak
dan formularium yang ada di setiap
depo, dan Medical Science Center.
Terlaksana pelaporan kesalahan  Terdapat pelaporan ketika terjadi
penggunaan obat sesuai dengan insiden oleh staf satuan kerja kepada
peraturan perundang-undangan. kepala satuan kerja yang kemudian akan
(D,W) dilakukan grading untuk menentukan
tindak lanjut yang tepat.
Terlaksana tindak lanjut terhadap  Melakukan pemantauan atau
kesalahan penggunaan obat untuk Monitoring Efek Samping Obat
memperbaiki (MESO) serta kejadian Medication
sistem manajemen dan penggunaan Error.
obat sesuai dengan peraturan  Pembaharuan SPO.
perundangundangan. (D,W)  Pembaharuan Formularium RS setiap
3 tahun sekali dengan adendum setiap 6
bulan sekali
4. 2 Standar PKPO 2 : Seleksi dan Pengadaan

Ada proses seleksi obat dengan benar yang menghasilkan formularium yang senantiasa
tersedia dalam stok di rumah sakit atau sumber di dalam atau di luar rumah sakit dan
digunakan untuk permintaan obat serta instruksi pengobatan.

 Maksud dan Tujuan

Rumah sakit harus menetapkan formularium obat yang mengacu pada peraturan
perundang-undangan. Formularium ini didasarkan atas misi rumah sakit, kebutuhan
pasien, dan jenis pelayanan yang diberikan. Seleksi obat adalah suatu proses kerja
sama yang mempertimbangkan baik kebutuhan dan keselamatan pasien maupun
kondisi ekonominya. Apabila terjadi kehabisan obat karena keterlambatan
pengiriman, stok nasional kurang, atau sebab lain yang tidak diantisipasi sebelumnya
maka tenaga kefarmasian harus menginformasikan kepada profesional pemberi
asuhan dan staf klinis pemberi asuhan lainnya tentang kekosongan obat tersebut
serta saran substitusinya atau mengadakan perjanjian kerjasama dengan pihak luar.

 Adapun elemen penilaian diuraikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2 Elemen Penilaian Standar PKPO 2

Elemen Penilaian Implementasi


Ada regulasi tentang organisasi yang Penerapan sesuai :
menyusun formularium RS berdasarkan Terdapat surat keputusan yang mengatur
kriteria yang disusun secara kolaboratif pembentuukan Tim Farmasi dan Terapi.
sesuai peraturan perundang-undangan.
Terdapat uraian tugas TFT, salah satunya
adalah menyusun formularium.

TFT RSUP Fatmwati diketuai oleh seorang


dokter dan sekretarisnya adalah apoteker.
Ada bukti pelaksanaan apabila ada obat Penerapan sesuai :
yang baru ditambahkan dalam Pemantauan dilakukan dengan melihat
formularium, maka ada proses untuk laporan penjualan obat untuk melihat
memantau bagaimana penggunaan obat penggunaan obat, berdasarkan laporan
tersebut dan bila terjadi efek obat yang MESO, dan memantau efek samping dan
tidak diharapkan, efek samping serta medication error melalui laporan
medication error. pemantauan terapi obat.
Ada bukti implementasi untuk memantau Penerapan sesuai :
kepatuhan terhadap formularium baik dari TFT menargetkan kepatuhan resep dokter
persediaan maupun penggunaanya. terhadap FORNAS > 80%. Data kepatuhan
diambil dari sistem informasi rumah sakit
untuk dilaporkan.

IFRS senantiasa menjamin ketersediaan


stok obat yang tercantum dalam
formularium.
Ada bukti pelaksanaan formularium Penerapan tidak sesuai :
sekurang-kurangnya dikaji setahun sekali Masa berlaku Formularium di RSUP
berdasarkan informasi tentang keamanan Fatmawati selama 3-5 tahun. Belum
dan efektivitas. memenuhi ketentuan PKPO dimana
formularium harus diperbaharui setahun
sekali, walaupun RSUP Fatmawati sudah
melaksanakan addendum setiap 6 bulan
sekali.

4.2.1. Standar PKPO 2.1 :


Rumah sakit menetapkan proses pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan berkhasiat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

• Maksud dan Tujuan PKPO 2.1 sampai dengan PKPO 2.1.1


Rumah sakit menetapkan regulasi dan proses pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan peraturan
perundangundangan. Ada kalanya sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai tidak ada dalam stok atau tidak tersedia saat dibutuhkan. Rumah sakit
harus menetapkan regulasi dan proses untuk pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, serta
berkhasiat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Tabel 4.3 Elemen Penilaian Standar PKPO 2.1


Elemen Penilaian Implementasi
Ada regulasi pengadaan sediaan Penereapan sesuai:
farmasi, alat kesehatan, dan Terdapat standar prosedur operasional
bahan medis habis pakai yang terkait pengelolaan perbekalan farmasi,
aman, bermutu, bermanfaat, serta alkes dan BMHP dengan nomor dokumen
berkhasiat sesuai dengan HK.01.07/VIII.1/473/2018 (025/FAR).
peraturan perundang-undangan
Pengadaan sesuai dengan alur resmi,
terdapat kontrak, dan garansi keaslian
obat.
Ada bukti bahwa manajemen Penerapan sesuai :
rantai pengadaan (supply chain Petugas penerimaan melakukan
management) dilaksanakan sesuai pengecekan jenis, spesifikasi, jumlah,
dengan peraturan perundang- mutu, waktu penyerahan, dan harga sesuai
undangan dengan kontrak dan fraktur pemesanan.

Petugas mengecek kondisi fisik barang


(suhu/stabilitas) sebelum diterima.

IFRS berwenang untuk mengecek


pekerjaan distributor sewaktu-waktu untuk
menjamin kualitas sediaan.

IFRS memastikan bahwa vaksin dan


sediaan yang harus disimpan dalam suhu
beku dalam pendistribusiannya sesuai
dengan kadai cold chain management.
.Ada bukti pengadaan obat Penerapan sesuai :
berdasar atas kontrak Terdapat kontrak untuk pengadaan
perbekalan farmasi antara RSUP Fatmawati
dengan PBF kecuali obat hibah (program).

Pengadaan di RSUP Fatmawati dilakukan melalui tiga jalur yaitu pembelian, produksi
dan sumbangan. Pengadaan dengan cara pembelian dapat dilaksanakan secara rutin
ataupun CITO.

Pembelian rutin dilaksanakan melalui jalur resmi. Perencaan disusun oleh IFRS
kemudian akan dilaporkan kepada direktur medik dan keperawatan, setelah mendapat
persetujuan akan diteruskan kepada direktur keuangan dan direktur utama.
Persetujuan direktur utama diperlukan selaku kuasan pengguna anggaran. Kemudian,
dari direktur utama akan diteruskan kepada Pejabat Pembuat Keputusan (PPK). PPK
akan mengambil keputusan bergantung kepada nilai rupiah perencanaan. Untuk item
yang bernilai lebih dari 200 juta rupiah, pengadaan akan dilakukan oleh Unit Layanan
Pengadaan (ULP), dan untuk item yang bernilai kurang dari 200 juta rupiah pengadaan
akan dilakukan oleh Pejabat Pengadaan Medik (PPM).

Proses ini dilaksanakan satu kali dalam setahun. Sehingga, IFRS sudah mendapatkan
nilai anggaran untuk tahun tersebut. Obat yang tidak terdapat dalam e-katalog akan
dilelang oleh ULP. Proses pelelangan yang dilakukan ULP kemudian akan direkapitulasi
berdasarkan harga dan diberikan kepada IFRS. Pihak IFRS akan memilih pemenang
lelang dengan juga mempertimbangkan tanggapan dokter. Setelah pemanang lelang
terpilih akan dibuat kontrak, kemudian pihak IFRS akan menyampaikan kepada PPK.

Kontrak antara RSUP Fatmawati dan PBF resmi bersifat mengikat untuk harga satuan
tetapi tidak mengikat untuk jumlah. Pihak RSUP Fatmwati dapat memesan obat
dengan jumlah kurang dari yang tertera dalam kontrak. Apabila RSUP Fatmwati
membutuhkan perbekalan farmasi dengan jumlah lebih besar dari 10% dari yang
tertera dalam kontrak maka akan dibuat kontrak baru. Apabila pihak PBF tidak
sanggup menyediakan perbekalan farmasi selama periode kontrak maka pemenang
lelang akan dialihkan ke pemenang kedua.

Terdapat pula alur pengadaan CITO dimana IFRS akan membuat disposisi dengan
persetujuan Direktur Medik dan Keperawatan menggunakan kas kecil PPM. Alur
pengadaan CITO ini hanya diperuntukan untuk sediaan yang bersifat life saving.

Pengadaan hanya dilakukan dari PFF resmi terdaftar. IFRS juga dapat melakukan
pengecekan sewaktu-waktu kepada PBF dan industri untuk menjamin keaslian obat.

Pengadaan dengan cara produksi dilakukan untuk sediaan yang tidak tersedia di
pasaran, lebih murah apabila diproduksi sendiri, volume yang tersedia di pasaran
terlalu besar sehingga perlu dilakukan repacking. Beberapa sediaan yang diproduksi di
RSUP Fatmawati antara lain : kapsul CaCO 3, Kemicetin Zalf 2%, 10% lanolin-vaselin,
obat batuk hitam (OBH), handrub, betadine gargle, rivanol 200 mL, garam inggris 30 g,
carbo gliserin 10% 20 mL.
Alur pengadaan di RSUP Fatmawati juga didapat dari sumbangan/hibah (obat
program) dari pemerintah. Beberapa obat program yang diterima oleh RSUP
Fatmawati di antaranya adalah obat-obatan untuk tuberkulosis, HIV, Hepatitis C, kusta,
dan ketergantungan obat (metadon).

4.2.2. Standar PKPO 2.1.1


Rumah sakit menetapkan regulasi untuk mendapatkan obat bila sewaktu-waktu obat tidak
tersedia.

Tabel 4. 4 Elemen Penilaian Standar PKPO 2.1.1


Elemen Penilaian Impelementasi
Ada regulasi pengadaan bila Penerapan sesuai :
sediaan farmasi, alat kesehatan, Terdapat regulasi IFRS SPO dengan
dan bahan medis habis pakai nomor dokumen :
tidak ada dalam stok atau tidak HK.01.07.VII.1/498/2018 (025/FAR) tentang
tersedia saat dibutuhkan. Penyampaian Informasi Stok Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) Kosong atau Tidak Tersedia.

Terdapat SPO no :
HK.01.07/VII.1./499/2018
(025/FAR) tentang Pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) CITO

Ada bukti pemberitahuan kepada Penerapan sesuai :


staf medis serta saran Apabila obat yang diresepkan tidak tersedia,
substitusinya. TTK/apoteker dapat mengganti obat dengan
ketentuan :
Apabila obat setara generik maka tidak perlu
konfirmasi ke dokter

Apabila obat setara terapi maka akan


diberikan saran subtitusi kepada dokter

Apabila penggantian obat setara terapi maka


TTK/apoteker akan mengisi kolom konfirmas
pada resep dengan metode SBAR (Situation,
Background, Assessment, Recommendation)
untuk pemberitahuan kepada staf medis
serta saran subtitusinya.

Apabila obat tidak dapat digantikan, staf


yang bertugas duty farmasi harus
membelikan obat dari luar apabila obat
tersebut merupakan obat FORNAS, apabila
obat merupakan obat NON FORNAS petugas
dapat membuatkan copy resep.
Ada bukti bahwa staf memahami Penerapan sesuai :
dan mematuhi regulasi tersebut. Apabila obat yang diresepkan tidak tersedia,
TTK/apoteker dapat mengganti obat dengan
ketentuan :

Apabila obat setara generik maka tidak perlu


konfirmasi ke dokter. Apabila obat setara
terapi maka akan diberikan saran subtitusi
kepada dokter

Apabila obat tidak dapat digantikan, staf yang


bertugas duty farmasi harus
membelikan obat dari luar apabila obat
tersebut merupakan obat FORNAS, apabila
obat tersebut merupakan obat NON FORNAS
petugas dapat membuatkan copy resep.

Penerapan tidak sesuai :


Tidak ditemukan formulir konfirmasi obat
kosong. Tidak ditemukan catatan/laporan
obat kosong.

Dalam pengamatan, terdapat periode


kekosongan sehingga pasien tidak mendapat
obat. Tidak terdapat subtitusi dan juga
petugas duty farmasi tidak
membelikan obat dari luar.

4.2. Standar PKPO 3: Penyimpanan


Rumah sakit menetapkan tata laksana pengaturan penyimpanan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang baik, benar, serta aman.

 Maksud dan Tujuan


Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai disimpan di
tempat yang sesuai, dapat di gudang logistik, di instalasi farmasi, atau di satelit
atau depo farmasi serta diharuskan memiliki pengawasan di semua lokasi
penyimpanan.

Tabel 4. 5 Elemen Penilaian Standar PKPO 3


Elemen Penilaian PKPO 3 Implementasi
Ada regulasi tentang pengaturan Penerapan sesuai.
penyimpanan sediaan farmasi, alat Terdapat SPO dengan nomor dokumen
kesehatan, dan bahan medis habis HK.01.07/VIII.1/478/2018 tentang
pakai yang baik, benar, dan aman. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) Berdasarkan Kondisi
dan Stabilitasnya
Ada bukti obat dan zat kimia yang Penerapan sesuai.
digunakan untuk mempersiapkan obat Terdapat label yang berisi: nama obat/isi
diberi label yang terdiri atas isi/nama obat, tanggal kadaluarsa, peringatan
obat, tanggal kadaluarsa, khusus.
dan peringatan khusus.
Ada bukti implementasi proses Penerapan sesuai.
penyimpanan obat yang tepat agar Terdapat lembar pemantauan suhu dan
kondisi obat tetap stabil, termasuk obat kelembapan untuk memastikan kondisi
yang disimpan di luar instalasi farmasi. obat tetap dalam kondisi stabil.
Namun sebaiknya ditambahkan detail
waktu pengecekan.
Terdapat palet untuk mencegah
kemasan tersier (dus) obat tidak
menyentuh lantai secara langsung.
Terdapat lemari es dan pemantau suhu
untuk memastikan sediaan dengan
kebutuhan penyimpanan khusus
berada pada suhu yang tepat.
Ada bukti pelaksanaan dilakukan Penerapan sesuai
supervisi secara teratur oleh Terdapat formulir supervisi
apoteker untuk memastikan yang digunakan untuk memastikan
penyimpanan obat dilakukan penyimpanan obat dilakukan dengan
dengan baik baik.
Ada bukti pelaksanaan obat Penerapan sesuai
dilindungi dari kehilangan serta Terdapat kartu persediaan stock untuk
pencurian di semua tempat memantau persediaan obat secara
penyimpanan dan pelayanan. manual.
Terdapat data online di SIRS
mengenai jumlah persediaan untuk
memantau persediaan obat secara
otomatis.
Dilakukan pembagian pekerjaan untuk
melakukan stock opname guna
memantau jumlah persediaan obat
secara manual.
Akses menuju Gudang terbatas, harus
menggunakan sidik jari atau kata sandi.
Terdapat CCTV untuk memantau
pergerakan dan pendistribusian barang
di sekitar gudang.

Terdapat beberapa implementasi yang tidak sesuai yaitu desain gudang farmasi tidak
terbebas dari cahaya dan panas matahari. Sehingga sebaiknya diberi gorden untuk
menghindari masuknya cahaya dan panas matahari. Selain itu, ditemukan alat
pengukur kelembaban yang tidak akurat.

Penyimpanan perbekalan farmasi disusun berdasarkan bentuk sediaan dan jenis


sediaan. Penyusunan secara alfabetis telah diterapkan namun terdapat area palet yang
tidak tersusun secara alfabetis.

Penyimpanan obat High Alert pada lemari bertanda khusus (list merah dan stiker high
alert) dan setiap obat diberi stiker high alert double check. Namun, terdapat lemari
high alert tidak memadai untuk menampung semua obat high alert sehingga terdapat
obat yang diletakan di palet terdekat di gudang farmasi.
Gudang penyimpanan gas medis dibuka pada pukul 07.30. Seluruh petugas ruangan
dapat menyimpan tabung gas medis yang sudah kosong dan mengambil tabung gas
medis yang masih berisi. Petugas Gudang akan mencatat stok yang terpakai pada
pukul 10.00 kemudian mengunci Gudang gas medis.

4.2.1 Standar PKPO 3.1


Rumah sakit mengatur tata kelola bahan berbahaya, serta obat narkotika dan
psikotropika yang baik, benar, dan aman sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

 Maksud dan Tujuan


Beberapa macam obat seperti obat radioaktif dan obat yang dibawa pasien
sebelum rawat inap mungkin memiliki risiko keamanan. Obat program
pemerintah atau obat darurat dimungkinkan ada kesempatan penyalahgunaan
atau karena ada kandungan khusus (misalnya nutrisi), memerlukan ketentuan
khusus untuk menyimpan dan mengawasi penggunaannya. Rumah sakit
menetapkan prosedur yang mengatur tentang penerimaan, identifikasi,
tempat penyimpanan, dan distribusi macam obat-obat ini.

Tabel 4. 6 Elemen Penilaian Standar PKPO 3.1


Elemen Penilaian PKPO 3.1 Implementasi
Ada regulasi pengaturan tata kelola Penerapan Sesuai
bahan berbahaya, serta obat narkotika Terdapat Standar Prosedur Operasional
dan psikotropika yang baik, benar, dan tentang :
aman sesuai dengan peraturan • Bahan Berbahaya dan Beracun 
perundang- undangan. HK.01.07/VIII.1/484/2018 (025/FAR)
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3)
• Narkotika dan Psikotropika 
HK.01.07/VIII.1/502/2018 (025/FAR)
Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika
Ada bukti penyimpanan bahan Penerapan Sesuai
berbahaya yang baik, benar, dan aman  Penyimpanan pada ruang khusus B3 dan
sesuai dengan regulasi ruang penyimpanan gas medis (terpisah)
 Ruang dilengkapi dengan alat pemadam
api dan pendingin ruangan → ruang
khusus B3 di gudang
 Lemari penyimpanan ditempel label B3
sesuai sifat bahan
 Penyimpanan dipisahkan berdasarkan
sediaan B3, untuk B3 cair di ruang khusus
B3 (gudang farmasi) dan B3 gas medis di
ruang terbuka khusus gas medis
(di luar gudang farmasi)
Ada bukti penyimpanan obat narkotika Penerapan sesuai
serta psikotropika yang baik, benar,  Penyimpanan di gudang farmasi
dan aman sesuai dengan regulasi Narkotika
- Menggunakan lemari khusus double lock
dan double door
- Lemari dikelilingi pagar besi
- Kunci disimpan oleh pegawai khusus
- Dilengkapi kartu stok
Psikotropika
- Menggunakan lemari khusus double lock
- Kunci disimpan oleh pegawai khusus
- Dilengkapi kartu stok

Penyimpanan di depo farmasi


- Narkotika dan psikotropika disimpan di
satu lemari yang sama (terdapat sekat)
- Lemari double lock dan double door (untuk
narkotika) dan double lock (untuk
psikotropika)
- Lemari tertanam ke dinding
Ada bukti pelaporan obat narkotika Penerapan sesuai
serta psikotropika secara akurat sesuai  Pelaporan dilakukan setiap bulan secara:
dengan peraturan dan perundang- Online dan terintegrasi melalui aplikasi
undangan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
(SIPNAP) di website sipnap.kemkes.go.id

Terdapat beberapa implementasi yang tidak sesuai dengan peraturan tentang


penyimpanan narkotika dan psikotropika pada gudang farmasi di RSUP Fatmawati
diantaranya terdapat label bertuliskan NARKOTIKA. Seharusnya tidak perlu diberi label,
memudahkan apabila terdapat pihak yang hendak melakukan pencurian. Seharusnya
lemari narkotika tertanam pada lantai atau dinding sehingga tidak dapat dipindahkan.

4.2.2 Standar PKPO 3.2


Rumah sakit mengatur tata kelola penyimpanan elektrolit konsentrat yang baik, benar,
dan aman sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
 Maksud dan Tujuan
Jika ada pasien emerjensi maka akses cepat ke tempat obat yang diperlukan
menjadi sangat penting dan obat harus siap pakai bila sewaktu-waktu
diperlukan. Setiap rumah sakit harus membuat rencana lokasi penyimpanan
obat emerjensi, contoh troli obat emerjensi yang tersedia di berbagai unit
pelayanan, obat untuk mengatasi syok anafilatik di tempat penyuntikan, dan
obat untuk pemulihan anestesi ada di kamar operasi. Obat emerjensi dapat
disimpan di lemari emerjensi, troli, tas/ransel, kotak, dan lainnya sesuai
dengan kebutuhan di tempat tersebut. Rumah sakit diminta menetapkan
prosedur untuk memastikan ada kemudahan untuk mencapai dengan cepat
tempat penyimpanan obat emerjensi jika dibutuhkan, termasuk obat selalu
harus segera diganti kalau digunakan, bila rusak atau kadaluarsa, selain itu
keamanan obat emergensi harus diperhatikan.

Tabel 4. 7 Elemen Penilaian Standar PKPO 3.2


Elemen Penilaian PKPO 3.2 Implementasi
Ada regulasi rumah sakit tentang proses Penerapan sesuai
larangan menyimpan elektrolit  Terdapat SPO →
konsentrat di tempat rawat inap HK.01.07/VII.1/505/2018 (025/FAR)
kecuali bila dibutuhkan secara klinis Identifikasi, Penandaan, dan
dan apabila terpaksa disimpan di area Penyimpanan Obat High Alert
rawat inap harus diatur keamanannya  Elektrolit pekat KCL injeksi dan NaCl
untuk menghindari kesalahan 3% hanya disimpan di Instalasi Farmasi
(gudang dan depo) dan dalam trolley
emergensi ruangan khusus (IBS, ICU,
ICCU, NICU, PICU, resusitasi IGD, IGD
Kebidanan)
Ada bukti penyimpanan elektrolit Penerapan sesuai
konsentrat yang baik, benar, dan Elektrolit konsentrat termasuk
aman sesuai dengan regulasi ke dalam daftar obat-obat yang harus
diwaspadai (high alert medications)
→ penyimpanan sesuai dengan obat high
alert (lemari bertanda khusus (list merah
dan stiker high alert)
Elektrolit konsentrat diberi label obat Penerapan sesuai
yang harus diwaspadai (high alert) Obat high alert diberi label “High Alert
sesuai dengan regulasi Medications

4.2.3 Standar PKPO 3.3

Rumah sakit menetapkan pengaturan penyimpanan dan pengawasan penggunaan


obat tertentu. Seperti produk nutrisi, obat dan bahan radioaktif, obat yang dibawa
pasien sebelum rawat inap, obat program atau bantuan pemerintah/pihak lain, dan
obat yang digunakan untuk penelitian

 Maksud dan Tujuan


Beberapa macam obat memerlukan ketentuan khusus untuk menyimpan dan
mengawasi penggunaannya seperti produk nutrisi; obat dan bahan radioaktif;
obat yang dibawa pasien sebelum rawat inap mungkin memiliki risiko terhadap
keamanan; obat program atau bantuan pemerintah/pihak lain; dan obat yang
digunakan untuk penelitian. Rumah sakit menetapkan prosedur yang mengatur
penerimaan, identifikasi, tempat penyimpanan, dan distribusi macam obat-
obat ini.

Tabel 4. 8 Elemen Penilaian Standar PKPO 3.3

Elemen Penilaian PKPO 3.3 Implementasi


Ada regulasi pengaturan Penerapan sesuai
penyimpanan obat dengan ketentuan  Terdapat SPO:
khusus - Produksi nutrisi 
HK.01.07/VIII.1/506/2018 (025/FAR)
Penyimpanan Sediaan Farmasi Nutrisi
- Obat program/bantuan pemerintah/
pihak lain HK.01.07/VIII.1/474/2018
(025/FAR) Pengelolaan Sediaan
Farmasi (Obat), Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai Program
Pemerintah, Sumbangan/Hibah
- Obat yang digunakan untuk
penelitian HK.01.07/VIII.1/507/2018
(025/FAR) Pengelolaan Produk Sampel
Penelitian
- Obat yang dibawa pasien
HK.01.07/VIII.1/509/2018 (025/FAR)
Pengelolaan Obat Bawaan Pasien
Ada bukti penyimpanan produk nutrisi Penerapan sesuai
yang baik, benar, dan aman sesuai Penyimpanan produk dalam kardus/box
dengan regulasi original dan diletakan di atas palet di
gudang farmasi. Jumlah dikontrol
dengan kartu stok dan data pada ISIRS
Penyimpanan produk dalam kardus/box
original serta rak obat yang terpisah dari
sediaan lain di depo farmasi.
Ada bukti penyimpanan obat dan bahan Tidak terdapat obat dan bahan radioaktif
radioaktif yang baik, benar, di RSUP Fatmawati
dan aman sesuai dengan regulasi
Ada bukti penyimpanan obat yang Ditemukan obat yang dibawa pasien
dibawa pasien sebelum rawat inap sebelum perawatan di rumah sakit
yang baik, benar, dan aman sesuai dan masih dilanjutkan untuk
dengan regulasi. perawatan yang disimpan di dalam
laci perawat sehingga tidak dilakukan
penyiapan dengan sistem unit daily
dose (UDD). Seharusnya obat yang
dibawa oleh pasien tersebut disimpan
di depo farmasi dan dikemas dengan
sistem unit daily dose (UDD).

Ada bukti penyimpanan obat program Penerapan sesuai


atau bantuan pemerintah/pihak lain Obat program HIV, TB, Kusta, Hepatitis C
yang baik, benar, dan aman sesuai di simpan khusus di depo farmasi IRJ
dengan regulasi. Lantai 3
Obat program rumatan methadon
disimpan di PTRM (Program Terapi
Rumatan Methadone)
Penyimpanan disesuaikan dengan
bentuk sediaan dan jenis program
Ada bukti penyimpanan obat yang Penerapan sesuai
digunakan untuk penelitian yang baik,
benar, dan aman sesuai dengan regulasi

4.2.4 Standar PKPO 3.4


Rumah sakit menetapkan regulasi untuk memastikan obat emergensi yang tersimpan di
dalam maupun diluar unit farmasi tersedia, tersimpan aman, dan dimonitor.

 Maksud dan Tujuan


Jika ada pasien emergensi maka akses cepat ke tempat obat yang diperlukan
menjadi sangat penting dan obat harus siap pakai bila sewaktu-waktu
diperlukan. Setiap rumah sakit harus membuat rencana lokasi penyimpanan
obat emergensi, contoh troli obat emergensi yang tersedia di berbagai unit
pelayanan, obat untuk mengatasi syok anafilatik di tempat penyuntikan, dan
obat untuk pemulihan anestesi ada di kamar operasi. Obat emergensi dapat
disimpan di lemari emergensi, troli, tas/ransel, kotak, dan lainnya sesuai dengan
kebutuhan di tempat tersebut. Rumah sakit diminta menetapkan prosedur
untuk memastikan ada kemudahan untuk mencapai dengan cepat tempat
penyimpanan obat emergensi jika dibutuhkan, termasuk obat selalu harus
segera diganti kalau digunakan, bila rusak, atau kadaluarsa. Selain itu, keamanan
obat emergensi harus diperhatikan.

Tabel 4. 9 Elemen Penilaian Standar PKPO 3.4


Elemen Penilaian PKPO 3.4 Implementasi
Ada regulasi pengelolaan obat emergensi Penerapan sesuai
yang tersedia di unit-unit layanan Terdapat SPO 
agar dapat segera dipakai untuk HK.01.07/VIII.1/490/2018
memenuhi kebutuhan darurat serta (025/FAR) Pengelolaan Sediaan
upaya pemeliharaan dan pengamanan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
dari kemungkinan pencurian dan Medis Habis Pakai (BMHP) Emergensi.
kehilangan. Paket emergensi → trolley, kit
Ada bukti persediaan obat Penerapan sesuai
emergensi lengkap dan siap pakai Terdapat formulir pemantauan obat
emergensi
Dilakukan pengecekan trolley
emergensi dengan frekuensi dan
waktu yang berbeda-beda untuk setiap
ruangan

Namun pada pengecekan expired


date obat pada trolley petugas
hanya melakukan sampling, tidak
mengecek seluruh obat yang
terdapat pada trolley.
Ada bukti pelaksanaan supervisi terhadap Penerapan sesuai
penyimpanan obat emergensi dan Dilakukan melalui formulir Supervisi
segera diganti apabila dipakai, Pekerjaan Kefarmasian Instalasi
kadaluwarsa, atau rusak. Farmasi
Obat emergensi segera diganti →
waktu penggantian tercantum pada
kolom Jam Mulai Pemantauan dan Jam
Selesai Penggantian pada Formulir
Pemantauan Obat Emergensi

4.2.5 Standar PKPO 3.5


 Maksud dan Tujuan
Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali (recall), pemusnahan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tidak layak digunakan
karena rusak, mutu substandar, atau kadaluwarsa. Rumah sakit menetapkan
dan melaksanakan identifikasi dalam proses penarikan kembali (recall) oleh
Pemerintah, pabrik, atau pemasok. Rumah sakit juga harus menjamin bahwa
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis yang tidak layak pakai
karena rusak, mutu substandard,atau kadaluwarsa tidak digunakan serta
dimusnahkan.

Tabel 4. 10 Elemen Penilaian Standar PKPO 3.5


Elemen Penilaian PKPO 3.5 Implementasi
Ada regulasi penarikan kembali Penerapan sesuai
(recall) dan pemusnahan sediaan farmasi, Terdapat SPO HK.01.07/VIII.1/482/2018
alat kesehatan, dan bahan medis (025/FAR) Pengelolaan Sediaan Farmasi,
habis pakai yang tidak layak pakai Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
karena rusak, mutu substandar, atau Pakai (BMHP) Recall
kadaluwarsa
Ada bukti pelaksanaan penarikan kembali Penerapan sesuai
(recall) sesuai dengan regulasi yang
ditetapkan
Ada bukti pelaksanaan Penerapan sesuai
pemusnahan sesuai dengan Terdapat berita acara pemusnahan
regulasi yang ditetapkan. jika terdapat obat yang harus
dilakukan pemusnahan.

4.4 Standar PKPO 4: Peresepan Dan Penyalinan


Ada regulasi peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan.
 Maksud dan Tujuan
Rumah sakit menetapkan staf medis yang kompeten dan berwenang untuk
melakukan peresepan atau permintaan obat serta instruksi pengobatan. Staf
medis dilatih untuk peresepan atau permintaan obat dan instruksi
pengobatan dengan benar. Peresepan atau permintaan obat dan instruksi
pengobatan yang tidak benar, tidak terbaca, dan tidak lengkap dapat
membahayakan pasien serta menunda kegiatan asuhan pasien. Rumah sakit
memiliki regulasi peresepan atau permintaan obat serta instruksi pengobatan
dengan benar, lengkap, dan terbaca tulisannya.

Rumah sakit menetapkan proses rekonsiliasi obat, yaitu proses


membandingkan daftar obat yang dipergunakan oleh pasien sebelum dirawat
inap dengan peresepan atau permintaan obat dan instruksi pengobatan yang
dibuat pertama kali sejak pasien masuk, saat pemindahan pasien antarunit
pelayanan (transfer), dan sebelum pasien pulang.

Tabel 4. 11 Elemen Penilaian Standar PKPO 4


Elemen Penilaian PKPO 4 Implementasi
Ada regulasi  Terdapat SPO HK 01.07/VIII.1/487/2018 tentang
peresepan/ permintaan Pengkajian dan Pelayanan Resep untuk menjamin
obat dan instruksi ketepatan pelayanan resep.
pengobatan secara benar,  Rumah sakit menetapkan staf medis yang
lengkap, dan terbaca, kompeten dan berwenang untuk melakukan
serta menetapkan staf peresepan/permintaan obat serta instruksi
medis yang kompeten dan pengobatan. Staf medis dilatih untuk
berwenang untuk peresepan/permintaan obat dan instruksi
melakukan peresepan/ pengobatan dengan benar.
permintaan obat dan Peresepan/permintaan obat dan instruksi
instruksi pengobatan. (lihat pengobatan yang tidak benar, tidak terbaca, dan
juga PAP 2.2 EP 1; AP 3 EP 1; tidak lengkap dapat membahayakan pasien serta
dan SKP 2 EP 1). (R) menunda kegiatan asuhan pasien.

Ada bukti peresepan/ Terdapat identitas lengkap dari dokter, termasuk SIP
permintaan obat dan dokter terutama untuk resep obat narkotik danatau
instruksi pengobatan psikotropik;serta identitas dokter pada copy resep.
dilaksanakan oleh staf medis
yang kompeten serta
berwenang. (D,O,W)

Ada bukti pelaksanaan 


Terdapat SPO HK 01.07/VIII.1/509/2018 tentang
apoteker melakukan Pengelolaan Obat Bawaan Pasien (rekonsiliasi
rekonsiliasi obat pada saat obat).
pasienmasuk, pindah unit  Terdapat Formulir Rekonsiliasi Obat.
pelayanan, dan sebelum  Rekonsiliasi obat dilakukan dengan mencatat data
pulang. (D,W) obat (dari daftar penggunaan obat pada Rekam
Medis) yang sedang dan akan digunakan pasien,
meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute, Obat
mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan
dihentikan, riwayat alergi
pasien.
 Rekonsiliasi obat dilakukan saat Pasien masuk
rumah sakit (Admisi); Pasien pindah ruangan
(Transfer); dan Pasien pulang (Discharge)
Rekam medis memuat Bukti riwayat penggunaan obat pasiendicatat dalam
riwayat penggunaan obat satu daftar di rekam medis untuk setiap pasien berisi:
pasien. (D,O) nama obat, dosis, rute pemberian,
waktu pemberian.

4.4.1 Standar PKPO 4.1

Rumah sakit menetapkan persyaratan atau elemen penting kelengkapan suatu resep
atau permintaan obat dan instruksi pengobatan yang bertujuan untuk menghindari
keragaman dan menjaga keselamatan pasien. Persyaratan atau elemen kelengkapan
paling sedikit meliputi:
1) Data identitas pasien secara akurat (dengan stiker);
2) Elemen pokok di semua resep atau permintaan obat atau instruksi
pengobatan;
3) Kapan diharuskan menggunakan nama dagang atau generik;
4) Kapan diperlukan penggunaan indikasi seperti pada prn (pro re nata atau “jika
perlu”) atau instruksi pengobatan lain;
5) Jenis instruksi pengobatan yang berdasar atas berat badan seperti untuk anak-
anak, lansia yang rapuh, dan populasi khusus sejenis lainnya;
6) Kecepatan pemberian (jika berupa infus);
7) Instruksi khusus, sebagai contoh: titrasi, tapering, rentang dosis.

Tabel 4. 12 Elemen Penilaian Standar PKPO 4.1

Elemen Penilaian PKPO 4.1 Implementasi

Ada regulasi syarat elemen  Terdapat SPO HK 01.07/VIII.1/487/2018


resep lengkap yang tentang kriteria penulisan dan komponen
meliputi butir 1 sampai resep.
dengan 7pada maksud dan  Pada resep terdapat elemen berikut:
tujuan serta penetapan dan a) Administrasi (identitas pasien, identitas
penerapan langkah dokter);
langkahuntuk pengelolaan b) Kajian Farmasetis (nama obat, dosis, aturan
peresepan/permintaan obat, pakai, cara penggunaan dan jumlah obat);
instruksi pengobatan yang c) Verifikasi setiap langkah dispensing;
tidakbenar, tidak d) Pengkajian resep secara farmakologi;
lengkap, dan tidak terbaca
e) Konfirmasi.
agar hal tersebut tidak
terulang kembali. (R)
Ada bukti pelaksanaan Belum terdapat pelaporan evaluasi khusus untuk
evaluasi syarat elemen resep syarat resep lengkap meliputi butir1 sampai dengan 7.
lengkap yang meliputi butir1
sampai dengan 7 pada
maksud dan
tujuan. (D,W)
Ada bukti pelaksanaan  Apabila terdapat resep yang kurang lengkap atau
proses pengelolaan resep tidak terbaca, maka apoteker atau farmasi akan
yang tidak benar, mengkonfrmasikan ke dokter penulis resep.
tidaklengkap, dan tidak  Konfirmasi dan klarifikasi dilakukan dengan
terbaca. (D,W) metode SBAR yaitu Situation, Background,
Assesment, dan Recommendation.
 Selain itu, dicatat pula tanggal dan waktu
konfirmasi, lalu ditandatangan petugas farmasi
yang mengkonfirmasi sebagai tanda bahwa telah
dilakukan konfirmasi.
 Terdapat pelaporan Medication Error jika terjadi
kesalahan pada penulisan resep
(prescribing dan transcribing error).
Ada bukti pelaksanaan Setiap penggunaan obat dan peresepan obat
proses untuk mengelola resep akan di review oleh apoteker penanggung jawab
khusus, seperti  Segala tindakan yang perlu dilakukan mengenai
darurat,standing order, pengonsumsian obat akan tertulis di formulir
berhenti automatis penggunaan obat pada instruksi harian
(automatic stop order),  Jika obat dirasa sudah tidak sesuai dengan
tapering, dan lainnya. (D,W) keadaan pasien sesuai pemantauan atau evaluasi
yang dilakukan, maka akan dilakukan stop order
berdasar konfirmasi staf medik dan klinik lainya
sesuai SPO HK 01.07/VIII.1/486/2018
 Sementara untuk resep cito atau resep khusus,
saat ini belum ada, masih menggunakan resep
yang sama, namun biasanya akan ada tanda
tulisan CITO, dan disampaikan secara langsung
saat perawat memberikan resep ke farmasi.
 Instruksi pengobatan secara lisan atau melalui
telepon wajib dilakukan tulislengkap, baca ulang,
dan meminta konfirmasi (SPO HK 01.07/VIII.
1/491/2018)
4.4.2 Standar PKPO 4.2
Rumah sakit menetapkan individu yang kompeten yang diberi
kewenangan untukmenulis resep/permintaan obat atau instruksi pengobatan.
Tabel 4. 13 Elemen Penilaian Standar PKPO 4.2

Elemen Penilaian PKPO 4.2 Implementasi


Ada daftar staf medis yang  Terdapat daftar staf medis yang kompeten dan
kompeten dan berwenang berwenang membuat atau menulis resep yang
membuat atau menulisresep tersedia di semua unit pelayanan.
yang tersedia di semua unit  Dokter yang berwenang menulis resep adalah
pelayanan. (D) dokter yang memiliki kompetensi yang
bersangkutan.
 Dalam situasi darurat maka rumah sakit
menentukan tambahan PPA yang diberi izin
untuk membuat atau menulis resep atau
permintaan obat dan instruksi pengobatan.
 Biasanya daftar dokter ini terdapat di depo
farmasi untuk mencegah adanya
penyalahgunaan resep terutama untuk resep
narkotika psikotropika.
Ada bukti pelaksanaan rumah  Rumah sakit membatasi penulisan resep
sakit menetapkan dan meliputi jenis dan jumlah obat oleh staf medis,
melaksanakan proses misalnya resep obat berbahaya, obat
untukmembatasi jika kemoterapi, obat radioaktif, dan obat untuk
diperlukan jumlah resep atau keperluan investigasi.
jumlah pemesanan obat  Rumah sakit memilki formularium, dimana di
yangdapat dilakukan oleh staf formularium ini tercantum identitas obat dan
medis yang diberi restriksi dalam penggunaanya
kewenangan. (lihat juga KKS  Formularium ini disosialisasikan ke staf
10 EP 1). (R) medis untuk menjamin kesesuaian resep sesuai
restriksi dan formularium

Ada bukti staf medis yang Terdapat bukti staf medis yang kompeten dan
kompeten dan berwenang berwenang membuat atau menulis resep atau
membuat atau menulis memesan obat dikenal dan diketahui oleh unit
resepatau memesan obat layanan farmasi atau oleh lainnya yang menyalurkan
dikenal dan diketahui oleh obat. Salah satu bukti yaitu
unit layanan farmasi atau terdapat daftar nama dokter, nomor telepon,
olehlainnya yang beserta tanda tangan atau paraf.
menyalurkan obat. (D)

4.4.4 Standar PKPO 4.3


Obat yang diresepkan dan diberikan tercatat di rekam medis pasien.

Tabel 4. 14 Elemen Penilaian Standar PKPO 4.3


Elemen Penilaian PKPO 4.3 Implementasi
Ada bukti pelaksanaan obat Terdapat bukti pelaksanaan obat yang diberikan
yang diberikan dicatat dalam dicatat dalam satu daftar di rekam medis untuk setiap
satu daftar di rekammedis pasien, yaitu pada lembar:
untuk setiap pasien berisi:  Instruksi medik farmakologis dan pemantauan
identitas pasien, nama obat, pemberian obat pasien
dosis, rutepemberian, waktu  Instruksi harian
pemberian, nama dokter dan
keterangan bila perlu Bukti pelaksanaan obat yang diberikan dicatat dalam
taperingoff, titrasi, dan rentang satu daftar di rekam medis untuk setiap pasien berisi:
dosis. (D) identitas pasien, nama obat, dosis, rute pemberian,
waktu pemberian, nama dokter dan keterangan bila
perlu tapering off, titrasi, dan
rentang dosis.
Ada bukti pelaksanaan daftar  Pencatatan juga termasuk obat yang diberikan
tersebut di atas disimpan dalam “jika perlu”/prorenata. Pencatatan dibuat di
rekam medis pasiendan formulir obat yang tersendiri dan dimasukkan ke
menyertai pasien ketika pasien dalam berkas rekam medis serta disertakan pada
dipindahkan. Salinan daftar waktu pasien pulang dari rumah sakit atau
tersebutdiserahkan kepada dipindahkan.
pasien saat pulang. (D)  Terdapat bukti pelaksanaan daftar pelaksanaan
obat yang diberikan disimpan dalam rekam medis
pasien dan menyertai pasien ketika pasien
dipindahkan  Pada Catatan Pasien Pindah Ruang
Rawat / Dokter
 Salinan daftar resep obat pulang kepada pasien
dalam formulir ringkasan pulang
LAMPIRAN 1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Fatmawati

116
LAMPIRAN 2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RS Fatmawati

Direktur Utama

Direktur Medik dan Keperawatan

Kepala Instalasi Farmasi

Koordinator Koordinator Koordinator Mutu,


Pelayanan Perencanaan dan Penunjang,
Kefarmasian Logistik Instalasi Administrasi Umum
(Farmasi Klinik) Farmasi dan SDM

Penaggung Jawab Penaggung Jawab Penaggung Jawab


Instalasi Farmasi Instalasi Farmasi Instalasi Farmasi

Anda mungkin juga menyukai