Anda di halaman 1dari 9

Farmaka

Volume 16 Nomor 2 205

RISIKO PENINGKATAN EFEK SAMPING TERHADAP


INTERAKSI OBAT WARFARIN DENGAN ANTIBIOTIK

Naeli Farhaty, Rano Kurnia Sinuraya


Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor 45363 Telp./Fax. (022) 779 6200
Email: naefarhaty03@gmail.com

ABSTRAK

Interaksi obat adalah salah satu permasalahan utama bagi pasien yang menerima terapi
polifarmasi. Adanya interaksi antar obat menyebabkan terjadinya peningkatan risiko efek
samping dan rawat inap di rumah sakit. Salah satu interaksi obat yang sering terjadi yaitu obat
warfarin dengan antibiotik. Interaksi kedua obat tersebut dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan risiko pendarahan. Antibiotik kuinolon, sulfonamid, dan makrolida dianggap
memiliki risiko tinggi terhadap peningkatan toksisitas warfarin, sedangkan amoksisilin dan
sefaleksin diyakini memiliki risiko yang lebih kecil. Umumnya, mekanisme interaksi antara
kedua obat tersebut dapat melalui penghambatan enzim hati CYP2C9 dan menghambat sintesis
vitamin K dari flora normal usus. Agar efektifitas dari kedua obat tetap sesuai maka diperlukan
penyesuaian dosis dan pemantauan INR (International Normalized Ratio).

Kata kunci : Antibiotik, Efek Samping, Interaksi obat, Warfarin

ABSTRACT

Drug interactions are one of the main problems for patients receiving multidrug therapy. The
interaction between drugs causes an increased risk of adverse effect and hospitalization. One of
the most common drug interactions is warfarin and antibiotics. Both drug interactions may lead
to an increased risk of bleeding. Antibiotics of quinolones, sulphonamides, and macrolides are
considered to have a high risk of increased toxicity of warfarin, while amoxicillin and cephalexin
are believed to have a smaller risk. Generally, the mechanism of interaction between the two
drugs can be through inhibition of the CYP2C9 liver enzyme and inhibit the synthesis of vitamin
K from normal intestinal flora. In order for the effectiveness of the two drugs to remain suitable it
is necessary dose adjustment and monitoring of INR (International Normalized Ratio).

Keywords: Antibiotic, Adverse Effect, Drug Interaction, Warfarin


Diserahkan: 6 Juni 2018, Diterima 7 Agustus 2018

PENDAHULUAN sehingga efek satu obat akan mempengaruhi


Interaksi obat adalah salah satu obat lainnya [2]. Interaksi obat dapat
permasalahan utama bagi pasien yang disebabkan oleh berbagai mekanisme yaitu
menerima terapi polifarmasi [1]. Interaksi interaksi secara farmasetik atau dapat
obat terjadi ketika aktivitas kerja dari dua disebut inkompatibilitas, interaksi secara
obat atau lebih saling tumpang tindih, farmakokinetik (perubahan dalam
Farmaka
Volume 16 Nomor 2 206

pengiriman obat ke tempat kerjanya) dan dengan warfarin menduduki peringkat ke-3
interaksi secara farmakodinamik (modifikasi dalam daftar 30 peristiwa merugikan teratas
dari respons target obat) [3,1]. Adanya pada periode Juni 2003-Juli 2006 [7]. Salah
interaksi antar obat atau drug-drug satu interaksi warfarin yaitu dengan
interaction (DDI) sering dihubungkan antibiotik. Antibiotik adalah obat yang dapat
dengan peningkatan risiko terjadinya efek membunuh atau memperlambat
samping dan rawat inap di rumah sakit [4]. pertumbuhan bakteri. Dibalik manfaatnya,
Sebuah studi melaporkan bahwa DDI antibiotik dapat menyebabkan kadar obat
menyebabkan sekitar 2,2% sampai 30% lain yang diresepkan meningkat dan
terjadi pada pasien rawat inap dan 9,2% menciptakan masalah berat [8]. Menurut
sampai 70,3% terjadi pada pasien-pasien Ghaswalla et al, 2012 [7], terdapat beberapa
rawat jalan [4]. DDI berkontribusi pada 3%- antibiotik yang berinteraksi dengan warfarin
4% dari reaksi obat yang merugikan dan yaitu fluoroquinolon, makrolida, tetrasiklin
penyebab kematian keempat sehingga untuk dan penisilin. Interaksi ini dapat
menekan reaksi obat yang merugikan menyebabkan konsentrasi warfarin
sehingga dampaknya dapat dikurangi secara meningkat sehingga terjadi peningkatan efek
signifikan maka World Health Organization samping yaitu pendarahan [9].
(WHO) merekomendasikan untuk Tingginya risiko peningkatan efek
menerapkan perhatian yang teliti terhadap samping dari interaksi warfarin dengan
pasien yang menerima terapi polifarmasi beberapa antibiotik menyebabkan tenaga
atau multidrug [1]. kesehatan terutama dokter dan apotek perlu
Warfarin adalah antikoagulan oral meperhatikan efektivitas terapi agar efek
yang paling banyak digunakan di dunia [5]. obat yang tidak diinginkan dapat dihindari.
Umumnya obat ini diresepkan untuk infark Dengan melakukan review artikel ini,
miokard, stroke iskemik, dan trombosis diharapkan tenaga kesehatan mengetahui
vena, setelah penggantian katup jantung dan informasi terkait interaksi obat warfarin
fibrilasi atrium, baik sebagai terapi maupun dengan antibiotik.
pencegahan. Warfarin termasuk kedalam
METODE
obat indeks terapi sempit sehingga dosis
Metode yang digunakan yaitu
antar pasien dapat berbeda-beda
penelusuran literatur melalui web internet
pemberiannya [6]. Berdasarkan laporan US
ScienceDirect, Pubmed, google scholar dan
Food and Drug Administration’s Adverse
Portalgaruda. Pencarian menggunakan kata
Events Reporting System, interaksi obat
kunci “warfarin”, “interaksi obat”, “interaksi
Farmaka
Volume 16 Nomor 2 207

warfarin dan antibiotik”, “drug-drug antara warfarin dengan obat antibiotik yang
interaction”, “drug interactions of warfarin dapat dilihat pada tabel 1. Diketahui hampir
and antibiotics”. Penelusuran lebih lanjut seluruh antibiotik mempunyai interaksi
dilakukan secara manual pada daftar pustaka dengan warfarin [5,10,11,12]. Kebanyakan
yang relevan. Pustaka diinklusi adalah efek samping interaksi dari kedua obat
sumber primer diatas tahun 2000. Dari tersebut adalah meningkatnya nilai INR atau
pencarian sumber data primer yang terjadinya pendarahan. INR (International
didapatkan 41 data primer. Dari 41 sumber Normalized Ratio) adalah pengukuran
data di eksklusi sebanyak 12, sehingga derajat antikogulasi sesuai parameter waktu
sumber primer yang digunakan sebanyak 29 protrombin [13]. Nilai normal INR berkisar
sumber primer. Kemudian literatur yang 2-3, apabila lebih dari rentang tersebut maka
didapatkan, dibuat suatu ulasan narasi menandakan terjadi pendarahan [14]. Dari
dengan cara meringkas, menafsirkan dan tabel hasil, hanya antibiotik rifampisin yang
meninjau kembali literatur tersebut. interaksinya dapat menurunkan nilai INR
[11,15].
HASIL
Berdasarkan penulusuran pustaka,
didapatkan hasil bahwa terdapat interaksi
Tabel 1. Interaksi Obat Warfarin dengan Antibiotik

Risiko Tingkat
Nama Obat Penatalaksanaan
Pendarahan Keparahan
Sefalosporin
Pantau peningkatan INR
- Sefaleksin
(International Normalised Ratio)
- Sefadroxil
Meningkat Moderate dan tanda-tanda perdarahan saat
- Sefaklor
awal penggunaan dan penurunan
- Sefiksim
ketika penggunaan dihentikan.
- Seftriakson
Makrolida Pantau peningkatan INR dan
- Azitromisin Moderate- tanda-tanda perdarahan saat awal
Meningkat penggunaan dan penurunan ketika
- Klaritomisin Major
- Eritromisin penggunaan dihentikan.
Penggantian antibiotik alternatif
atau pertimbangkan pengurangan
Metronidazol Meningkat Major
dosis warfarin empiris sekitar 25-
40.
Farmaka
Volume 16 Nomor 2 208

Risiko Tingkat
Nama Obat Penatalaksanaan
Pendarahan Keparahan

Penisilin

Kebanyakan
interaksi
- Amoksisilin Pantau peningkatan INR dan
dengan
- Amoksisilin/klavulanat tanda-tanda perdarahan saat awal
warfarin dapat
- Ampisilin penggunaan dan penurunan ketika
menyebabkan
penggunaan dihentikan.
peningkatan
pendarahan
Moderate
Monitor INR beberapa hari
Pengecualian setelah mulai pengobatan
- Dikloksasilin untuk antibiotik antibiotik tersebut dan setelah
- Nafsilin tersebut dapat penggunaan dihentikan. Efek
- Kloksasilin menurunkan mungkin bertahan selama
efek warfarin berminggu-minggu setelah
antibiotik dihentikan.
Pantau peningkatan INR dan
Kuinolon tanda-tanda perdarahan saat awal
- Siprofloksasin penggunaan terutama selama
Meningkat Moderate
- Levofloksasin beberapa hari pada awal terapi dan
- Mosifloksasin penurunan ketika penggunaan
dihentikan.
Pantau peningkatan INR dan
Sulfonamid tanda-tanda perdarahan saat awal
- Sulfametoksazol Moderate- penggunaan dan penurunan ketika
Meningkat
- Sulfisoxazol Parah penggunaan dihentikan. Dan
pertimbangkan pengurangan dosis
warfarin empiris sebesar 10-25%.
Tetrasiklin Pantau INR.
Mungkin
- Dosisiklin Moderate
meningkat
- Tetrasiklin
Pantau INR. Pertimbangkan
peningkatan dosis empiris
Moderate- warfarin sekitar 25-50%, dengan
Rifampisin Menurun
Parah potensi kenaikan lebih lanjut
berdasarkan pemantauan INR
mingguan.

PEMBAHASAN vitamin K, dan menghambat isozim


Mekanisme utama yang sering terjadi sitokrom p450 (CYP), yang memetabolisme
pada interaksi obat antibiotik dengan warfarin [16]. Interaksi antara warfarin dan
warfarin biasanya melalui 2 cara yaitu agen antibiotik spesifik telah secara luas
meningkatkan risiko perdarahan melalui dinilai melalui laporan kasus, studi seri
gangguan flora usus yang mensintesis kasus, studi farmakokinetik. Berdasarkan
Farmaka
Volume 16 Nomor 2 209

studi, kuinolon, sulfonamid, dan makrolida antibiotik tersebut dapat mengganggu flora
dianggap membawa risiko tertinggi normal usus yang dapat memproduksi
toksisitas warfarin, sedangkan amoksisilin sejumlah besar vitamin K sehingga semakin
dan sefaleksin diyakini memiliki risiko yang memperparah risiko pendarahan, oleh karena
lebih sederhana [5]. Pembahasan interaksi itu diperlukan penambahan vitamin K
warfarin dan beberapa golongan antibiotik sebesar 90 mg untuk orang dewasa [20].
adalah sebagai berikut: Saat ini, belum ada literatur yang
1. Interaksi Obat Warfarin dengan menjelaskan mengenai tingkat interaksi
Sefalosporin penggunaan warfarin dengan berbagai
Sefalosporin merupakan kelompok generasi sefalosporin [20]. Namun, Saum
antibiotik beta-lactam terbesar. Mekanisme and Balmat (2014) [20] menyebutkan bahwa
kerja dari seflosporin yaitu dengan sefalosporin generasi pertama dapat
menghambat sintesa dinding sel mikroba, direkomendasikan sebagai pilihan yang lebih
yang dihambat ialah reaksi transpeptidase baik dalam kelas sefalosporin yang sesuai
tahap ketiga dalam rangkaian reaksi dengan data kerentanan regional. Namun
pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif ditemukan data bahwa sefaleksin sebagai
terhadap bakteri gram positif maupun gram sefalosporin generasi pertama memiliki
negatif tetapi spektrum antimikroba berbeda peningkatan risiko pendarahan mayor secara
untuk masing-masing derivatnya. konsisten. Oleh karena itu, jika substitusi
Sefalosporin memiliki golongan beragam terapeutik tidak mungkin, maka dilakukan
dan dikelompokkan menjadi beberapa pemantauan ketat INR [5].
“generasi” berdasarkan spectrum aktivitas 2. Interaksi Obat Warfarin dengan
antimikroba [17]. Salah satunya yaitu Antibiotik Golongan Makrolida.
seftriakson yang termasuk kedalam Menurut Lane et al [6], golongan
golongan sefalosporin generasi ketiga [18]. makrolida seperti azitromisin, eritromisin
Berdasarkan studi kasus, ditemukan dan klaritomisin mempunyai risiko tinggi
bahwa seftriakson berinteraksi dengan terhadap peningkatan risiko pendarahan.
warfarin yang dibuktikan dengan Penggunaan azitromisin atau eritromisin dan
peningkatan INR pasien menjadi 11 setelah warfarin secara bersamaan akan
mengkonsumsi kedua obat secara bersamaan mengakibatkan terjadinya penurunan
[19]. Mekanisme interaksi antara seftriakson metabolisme warfarin dengan cara
dan warfarin saat ini belum dapat dijelaskan menghambat enzim hati sehingga
dengan baik. Akan tetapi, diketahui bahwa bioavabilitas dan efek dari warfarin
Farmaka
Volume 16 Nomor 2 210

meningkat menjadi lebih besar dan lebih pada bakteri yang pasif (tidak aktif
lama [21,12]. Pengunaan dari kedua obat membelah) yaitu bakteriostatik [25].
tersebut perlu dilakukan pemantauan INR Menurut Ghaswalla et al [7], penelitian
saat memulai terapi antibiotik dan setelah untuk menilai risiko perdarahan antara
penghentian penggunaan antibiotik [22]. warfarin dengan amoksisilin tidak
3. Interaksi Obat Warfarin dengan menemukan hubungan antara risiko
Metronidazol perdarahan dan penggunaan warfarin-
Metronidazol merupakan obat yang amoksisilin atau kombinasi warfarin-
dijadikan sebagai pilihan terapi untuk sepsis ampisilin. Sedangkan berdasarkan studi
karena profil keamanan dan efek samping kasus pada pemberian antibiotik kloksasilin
yang tidak begitu parah [23]. Antibiotik ini dan warfarin terjadi penurunan efek
memiliki interaksi dengan warfarin yaitu antikoagulan warfarin. Hal ini dapat terjadi
dengan menghambat enzim CYP2C9 karena antibiotik golongan penicillinase-
sehingga terjadi peningkatan konsentrasi resistant penicillins (PRP) seperti
plasma S-warfarin, yang potensinya lima dikloksasilin, nafisilin, fluklosasilin, dan
kali lebih kuat daripada R-warfarin. Selain kloksasilin dapat menginduksi jalur
itu, terdapat laporan kasus yang metabolism CYP3A4 dan menginduksi
menunjukkan signifikansi klinis dari enzim lain secara tidak spesifik, dengan
interaksi kedua obat tersebut terhadap demikin maka dapat berpotensi menginduksi
seorang wanita yang menggunakan terapi metabolisme warfarin. Walaupun interaksi
warfarin secara teratur. Hasil dari interaksi warfarin dan antibiotik PRP dianggap
tersebut yaitu menghasilkan waktu sebagai interaksi yang ringan dan tidak
prothrombin tujuh kali lebih tinggi dari batas mungkin terjadi, pemantauan INR tetap
normal [24]. Efek pendarahan akan lebih perlu dilakukan agar pengobatan warfarin
parah dengan adanya gangguan flora usus dan antibiotik dapat efektif [26].
yang mensintesis vitamin K [11]. 5. Interaksi Obat Warfarin dengan
4. Interaksi Obat Warfarin dengan Antibiotik Golongan Kuinolon
Antibiotik Golongan Penisilin Pemberian antibiotik seperti
Antibiotik golongan penisilin adalah obat levofloksasin, siprofloksasin, mosifloksasin
yang sering diresepkan karena memiliki dapat meningkatkan nilai INR selama
indeks terapi yang luas. Golongan ini penggunaan warfarin dengan cara
kebanyakan bersifat bakterisid pada bakteri menghambat CYP1A2 yang merupakan
yang sedang aktif membelah sedangkan sifat salah satu enzim utama yang bertanggung
Farmaka
Volume 16 Nomor 2 211

jawab untuk metabolism warfarin [12]. diperlukan pada beberapa pasien untuk
Menurut O’Connor and O’Mahony (2003) mempertahankan tingkat antikoagulasi
[27] efek penghambat enzim yang paling terapeutik.
kuat adalah enosasin, cukup kuat adalah 7. Interaksi Obat Warfarin dengan
siprofloksasin dan peflokasin, dan tidak Rifampisin
signifikan adalah norfoksasin dan ofloksasin. Rifampisin memiliki interaksi dengan
Enosasin dilaporkan dapat menyebabkan warfarin dengan cara menginduksi aktivitas
penurunan clearance warfarin dengan CYP2C9 sehingga efek pendarahan warfarin
menghambatjalur metabolik (R)-6- dapat berkurang [11] dan dosis terapetik
hydroxywarfarin. warfarin menjadi berkurang sehingga perlu
6. Interaksi Obat Warfarin dengan dilakukan modifikasi dosis. Menurut Kim et
Trimetroprim-Sulfametoksazol al (2007) [30], ketika memulai terapi
Interaksi antara antibiotik trimetroprim- warfarin oral setelah setidaknya 3 sampai 4
sulfametoksazol dengan warfarin, dapat hari terapi rifampisin, tenaga kesehatan
meningkatkan nilai INR dengan tingkat yang dapat mempertimbangkan dosis awal yang
sangat tinggi hanya dalam waktu tiga hari lebih tinggi (misalnya, 20-30 mg warfarin)
setelah inisiasi terapi, peningkatan nilai INR selama 2 hari pertama. Jika rifampisin
secara signifikan pada 69% pasien [28] dimulai pada pasien yang sudah menerima
sehingga beberapa ahli merekomendasikan terapi warfarin, peningkatan dosis warfarin
pengurangan dalam dosis warfarin pada saat (5%-20%) biasanya terbukti tidak efektif.
pengobatan antibiotik tersebut dimulai. Minimal, peningkatan 2 sampai 3 kali lipat
Berdasarkan penelitian dari Ahmed et al dalam dosis warfarin mungkin diperlukan
(2008) [29], pengurangan dosis sekitar 10- dalam satu minggu setelah memulai
20% warfarin menjadi strategi yang sangat rifampisin. Untuk mencapai dan
efektif untuk mempertahankan tingkat mempertahankan terapi antikoagulan yang
terapeutik antikoagulan pada pasien yang adekuat sulit dilakukan pada kombinasi ini.
memulai pengobatan dengan trimetorpim- SIMPULAN
sulfametoksazol. Namun, 25% dari pasien Interaksi antar obat dapat
yang diobati dengan trimetorpim- menyebabkan peningkatan risiko terjadinya
sulfametoksazol dalam kelompok dose efek samping dan rawat inap di rumah sakit.
reduce sekitar 10-20% mempunyai nilai Salah satu inteaksi yang sering terjadi yaitu
INR>4.0, yang diartikan bahwa pengurangan antara obat warfarin dan antibiotik dimana
yang lebih besar dalam dosis warfarin warfarin memiliki indeks terapi yang sempit
Farmaka
Volume 16 Nomor 2 212

sehingga membutuhkan penyesuaian dosis 8. Wright, J. and D. S. Paauw. 2013.


Complication of Antibiotic Therapy.
dan pemantauan INR agar dampak dari
Med Clin North Am. 97(4): 667-79.
interaksi tersebut tidak mempengaruhi 9. Michael dan Z. M Ramadhania. 2017.
Obat Penginduksi Perdarahan. Farmaka.
efektifitas obat.
15(4): 33-40
10. Therapeutic Research Center. 2012.
Antimicrobial Drug Interaction and
DAFTAR PUSTAKA Warfarin. Stockton: Pharmacist’s
Letter/Prescriber’s Letter
1. Subramanian, A., M. Adhimoolam., and 11. Juurlink, D. N. 2007. Drug Interaction
S. Kannan. 2018. Perspect Clin Res. With Warfarin: What Clinicians Need
9(1): 9-14 To Know. CMAJ. 177(4): 369-371
2. Corrie, K and J. G. Hardman. 2017. 12. Farida, Y., dan A. D. Soleqah. 2016.
Mechanisms of Drug Interactions: Identifikasi Potensi Interaksi Obat-
Pharmacodynamics and Antibiotika Pada Peresapan Pneumonia.
Pharmacokinetics. Anaesthesia & Jurnal of Pharmaceutical Science and
Intensive Care Medicine. 18(7): 331- Clinical Research. 1: 90-101
334 13. Putri, N. A., K. Lestari., A. Dianti., dan
3. Gitawati, R. 2008. Interaksi Obat dan T. Rusdiana. 2012. Monitoring Terapi
Beberapa Implikasinya. Media Litbang Warfarin Pada Pasien Pelayanan
Kesehatan. 18(4): 175-184 Jantung Pada Rumah Sakit di Bandung.
4. Herdaningsih, S., A. Muhtadi., K. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia.
Lestari., dan N. Annisa. 2016. Potensi 1(3):110-116
Interaksi Obat-Obat Pada Resep 14. Agustini, T. T., H. Arifin., A. M. Habif.
Polifarmasi: Studi Restropektif Pada 2016. Perbandingan Dosis Warfarin
Salah Satu Apotek di Kota Bandung. Terhadap Durasi Tercapainya Target
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 5(4): INR Pada Pasien CHF Dengan Fibrilasi
288-292 Atrial. Jurnal Sains Farmasi & Klinik.
5. Baillargeon, J., H. M. Holmes., Y. Lin., 2(2): 162-170
Mukaila., Raji., G. Sharma., Y. Kuo. 15. Maina, M. W., S.D. Pastakia., I. Manji.,
2012. Concurrent Use of Warfarin and N. Kirui., C. Kirwa., R. Karwa. 2013.
Antibiotics and the Risk of Bleeding in Describing the Profile of Patients on
Older Adults. The American Journal of Concurrent Rifampicin and Warfarin
Medicine. 125(2): 183-189 Therapy in Western Kenya: A Case
6. Lane, M. A., A. Zeringue., and J. R Series. Drug R D. 13: 191-197
McDonald. 2014. Serious Bleeding 16. Granowitz, E. V., and R. B. Brown.
Events Due To Warfarin and Antibiotic 2008. Antibiotic Adverse Reaction and
Co-prescription In A Cohort of Drug Interaction. Critical Care Clinics.
Veterans. The American Journal of 24(2): 421-442
Medicine. 127(7): 657-663 17. Suardi, M., Raveinal., L. O. Sari.,
7. Ghaswalla, P. K., S. E. Harpe., D. Lailaturrahmi. 2017. Tinjauan
Tassone., P. W. Slattum. 2012. Akumulasi Seftriakson Pada Pasien
Warfarin-Antibiotic Interaction in Order Gangguan Fungsi Ginjal Stadium Tiga.
Adults of an Outpatien Anticoagulation Jurnal Ipteks Terapan. 11(1): 43-54
Clinic. The American Journal of 18. Bijie, Kulpradist, Manalaysay,
Geriatric Pharmacotherapy. 10(6): 352- Soebandrio. 2005. In Vitro Activity,
360 Pharmacokinetics, Clinical Efficacy,
Safety and Pharmacoeconomics of
Farmaka
Volume 16 Nomor 2 213

Ceftriaxone Compared With Third and American Journal of Geriatric


Fourth Generation Cephalosporins: Pharmacotherapy. 6(1): 33-36
Review. Journal of Chemotherapy 25. Lisni, I., S. O. Iriani., dan E. Sutrisno.
17(1):3-24 2015. Evaluasi Penggunaan Antibiotika
19. Taussaint, K. A and J. C. Gallagher. pada Pasien Faringitis di Suatu Rumah
2008. Penicillins, Cephalosporins, Other Sakit di Kota Bandung. Jurnal Farmasi
Beta-Lactam Antibiotics, and Galenika. 2(1): 43-52
Tetracyclines. Side Effect of Drugs 26. Khalili, H., N. Nikvarz., F. Najmeddin.,
Annual. 30:280-296 S. Dashti-Khavidaki. 2013. A Proble
20. Saum, L. M and R. P. Balmat. 2014. Clinically Significant Interaction
Ceftriaxone Potentiates Warfarin Between Warfarin and Cloxacillin:
Activity Greater Than Other Antibiotics Three Case Report. Eur J Clin
in the Treatment of Urinary Tract Pharmacol. 69: 721-724
Infections. Journal of Pharmacy 27. O’Connor, K. A., and D. O’Mahony.
Practice. 29(2): 121-4 2003. The Interaction of Mexifloxacin
21. Horn, J. R. 2010. Analysis of Purported and Warfarin in Three Erderly Patients.
Erythromycin-Warfarin Interaction. Am European Journal of Internal Medicine.
J Health-Syst Pharm. 77: 966-967 14: 255-257
22. Shrader, S. P., J. D. Fermo., A. L. 28. Powers, A., E. B. Loesch., A. Weiland.,
Dzikowski. 2004. Azithromycin and N. Fiorawati., D. Lucius. 2017.
Warfarin Interaction. Pharmacotherapy. Preempative Warfarin Dose Reduction
24(7): 945-949 After Initiation of Sulfamethoxazole-
23. Purwanti, O. S., R. Abdulah, I. S Trimethroprim or Metronidazole. J
Pradipta., C. Rahayu. 2014. Analisis Thromb Thrombolysis. 44(1):88-93
Minimalisasi Biaya Penggunaan 29. Ahmed, A., J. C. Stephens., C. A. Kaus.
Antibiotik Empirik Pasien Sepsis 2008. Impact of Preemptive Warfarin
Sumber Infeksi Pernafasan. Jurnal Dose Reduction on Anticoagulation
Farmasi Klinik Indonesia. 3(1): 10-17 After Initiation of Trimethoprim-
24. Howard-Thompson, A., A. C Hurdle., Sulfamethoxazole or Lecofloxacin. J
L. B. Arnold., C. K. Finch., C. Sands., Thromb Thrombolysis. 26(1):44-8
T. H. Self. 2008. Intracerebral 30. Kim, K. Y., K. Epplen., F. Foruhari., H.
Hemorrhage Secondary to a Warfarin- Alexandropoulos. 2007. Update on
Metronidazole Interaction. The Interaction of Rifampin and Warfarin.
Prog Cardiovasc Nurs. 22(2):97-100

Anda mungkin juga menyukai