Anda di halaman 1dari 11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA PGRI Cianjur


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI/ 1 (satu)
Program : IPA/IPS
Tema : Kehidupan
Aspek Pembelajaran: Berbicara
Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran (2 pertemuan)

A. Standar Kompetensi : 6. Memerankan tokoh dalam pementasan drama            

B. Kompetensi Dasar : 6.2  Mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh protagonis dan
atau antagonis

C. Indikator : 1. Membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan

2. Menghayati watak tokoh yang akan diperankan


3. Mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh protogonis,
antagonis, dan tirtagonis.
4. Mendiskusikan pengekspresian perilaku dan dialog yang
disampaikan teman

D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan
2. Siswa mampu menghayati watak tokoh yang akan diperankan
3. Siswa mampu Mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh protogonis, antagonis, dan
tirtagonis.
4. Siswa mampu Mendiskusikan pengekspresian perilaku dan dialog yang disampaikan
teman

1
E. Materi Pokok
 Protagonis
Protagonis adalah tokoh utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita. Keberadaan
tokoh adalah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ketika mencapai suatu
citacita. Persoalan ini bisa dari tokoh lain, bisa dari alam, bisa juga karena kekurangan
dirinya sendiri. Tokoh ini juga menentukan jalannya cerita.
 Antagonis
Antagonis adalah tokoh lawan, karena dia seringkali menjadi musuh yang menyebabkan
konflik itu terjadi. Tokoh protagonis dan antagonis harus memungkinkan menjalin
pertikaian, dan pertikaian itu harus berkembang mencapai klimaks. Tokoh antagonis
harus memiliki watak yang kuat dan kontradiktif terhadap tokoh protagonis
 Deutragonis
Deutragonis adalah tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis. Tokoh ini ikut
mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protaganis.
 Tritagonis
Tritagonis adalah tokoh penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara
protagonis dan antagonis.
 Foil
Foil adalah tokoh yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi tetapi ia
diperlukan guna menyelesaikan cerita. Biasanya dia berpihak pada tokoh antagonis.
Contoh, tokoh Perwira, Oswald, Curan dalam lakon Raja Lear karya William
Shakespeare.

2
Naskah drama

Seniman Pengkhianat – (naskah drama karya HB. Jassin)

“Orang-orang yang sudah menjual jiwa dan kehormatannya kepada fasis Jepang disingkirkan
dari pimpinan revolusi kita (orang-orang yang pernah bekerja di propaganda polisi rahasia
Jepang, umumnya di dalam usaha kolone 5 Jepang). Orang-orang ini harus dianggap sebagai
pengkhianat perjuangan dan harus diperbedakan dari kaum buruh biasa yang bekerja hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.” (Perjuangan Kita, oleh Sjahrir, h. 24).

X : “Belum juga dia datang. Janjinya pukul sebelas. Sekarang sudah lewat setengah jam.”

Y : “Ah, dia banyak urusannya barangkali. Sandiwara sangat maju.”

X : “Itu dia! Manuskripku sekarang ada padanya.”

Y : “Manuskrip yang mana?”

X : “Sandiwara 4 babak, Kesuma Negara.”

Y : “Oh, yang baru lagi?”

X : “Ya, abis? Kemauan zaman. Kita mesti turut zaman, bukan?”

Y : “Aku heran melihat engkau. Apa saja acaranya, engkau membuatnya menjadi sajak, cerita
pendek, sandiwara, dan sebagainya.”

X : “Apa susahnya. Bikin saja, asal u sama u, a sama a, b sama b, sudah beres. Bikin cerita
pendek syaratnya asal jangan lupa: menghancurkan musuh, musuh jahanam, musuh biadab;
kemenangan tinggal tunggu hari lagi. Pihak kita: kesayangan Tuhan, Tuhan telah menjanjikan
kita kemenangan dan sebagainya yang muluk-muluk, yang jelek-jelek pada pihak lawan.”

Y : “Kuheran. Engkau dapat menulis demikian.”

X : “Mengapa heran? Engkau juga bisa, kalau engkau mau.”

Y : “Biarpun aku meu, aku tidak bisa.”

X : “Bohong! (berbisik). Mengapa engkau begini bodoh? (sambil menunjuk ke sepatu Y). Lihat!
Sepatumu sudah ternganganganga.

Bajumu telah berjerumat. Kalau Kamu mau… kantor kami selalu akan menerima kamu.”

Y : “Kerjaku menjadi apa?”

3
X : “Biasa. Seperti aku sekarang. Sekali-sekali ada bestelan sajak, atau cerita pendek, atau
sandiwara, atau lelucon.”

Y : “Lantas kalau ada bestelen, engkau yang bikin?”

X : “Mau apa lagi?”

Y : “Engkau bisa tulis?”

X : “Bisa.”

Y : “Wah! Engkau ini orang aneh. Misalkan, pemerintah memerlukan rambutan untuk santapan
serdadunya. Lantas dia menginginkan rambutan yang jitu, temponya tiga hari, engkau bisa
bikin?”

X : “Gampang, tiga hari terlalu lama. Pukul sebelas dibestel jam dua belas sharp, tanggung siap.”

Y : “Tapi engkau toh mengerti, bahwa pekerjaan yang demikian tidak ada jiwanya?”

X : “Jiwa? Perlu apa jiwa sekarang? Jiwa diobral di medan perang.

Hanya engkau yang meributkan perkara jiwa.”

Y : “Bukan demikian. Padaku sesuatu itu mesti ada ‘aku’-ku di dalamnya. Kalau tidak, aku tidak
puas.”

X : “Kalau sekarang engkau hendak memasukkan ‘aku’–mu ke dalam suatu pekerjaan, nanti
engkau akan mendapat panggilan dari Gambir Barat1.

Y : “Oleh karena itulah, engkau tidak bisa menulis seperti kehendakmu itu.”

X : “Bung! Aku bilang saja terus terang.

Gerak gerikmu sekarang diamat-amati oleh Gambir Barat.”

Y : “Aku sudah tahu lama. Tapi itu aku tidak ambil perduli.”

X : “Engkau harus hati-hati. Omonganmu jangan terlalu lancang.”

Y : “Aku tahu. Aku lemah. Aku tidak punya karaben. Tapi, kalau aku disuruhnya menulis-
menulis, seperti yang engkau laksanakan, lebih baik aku makan tanah.”

X : “Apa hinanya? Dia kuanggap majikan, aku buruh. Aku makan gaji. Apa yang dia suruh, toh
aku mesti bikin?”

Y : “Engkau mesti ingat. Engkau bukan buruh biasa. Engkau seorang seniman.”

4
X : “Tidak! Aku tidak pernah bilang aku seorang seniman. Aku orang biasa. Namaku X.”

Y : “Tapi pekerjaanmu? Pekerjaanmu mempropaganda ini itu kepada rakyat.”

X : “Rakyat toh mesti diberi penerangan?”

Y : “Betul! Tapi bukan penerangan yang menjerumuskan itu, kalau engkau bikin propaganda
tentang laut, misalnya.”

X : “Aku tidak tahu.”

Y : “Memang. Engkau tidak tahu. Tapi mereka, anak-anak muda yang terpedaya oleh ajak, atau
cerita pendek, atau sandiwaramu tentang laut, apa engkau bisa tanggung?”

X : “Mereka mesti tahu sendiri.”

“Sobat! Engkau bangsa apa?”

X : “Aku bangsa Indonesia.”

Y : “Tulen?”

X : “Tulen!”

Y : “Tidak ada campuran?”

X : “Tidak! Ibu bapak 100% bangsa Indonesia.”

Y : “Kalau begitu aku tidak tahu, mengapa engkau mau menggali kubur untuk bangsamu
sendiri.”

X : “Aku tidak menggali kubur. Aku makan gaji.”

Y : “Tapi gajimu berlumuran darah bangsamu sendiri.”

X : “Tidak dengan pekerjaanku, bangsa kita toh sudah berlumuran darah.”

Y : “Jadi engkau hendak menambahnya lagi?”

X : “Pekerjaanku ini seperti titik dalam lautan. Tidakkan menambah dan tidak akan
mengurangi.”

Y : “Oleh sebab itu, engkau kerjakan?”

X : “Mengapa aku saja yang engkau terkam?”

5
Y : “Karena aku anggap engkau wakil dari gerombolanmu.”

X : “Bukan golonganku saja yang diperbudak. Semua golongan, tidak ada terkecualinya.”

Y : “Aku juga tahu. Yang menjerit-jerit berteriak-teriak di lapangan besar, seperti orang edan,
juga bangsa kita. Juga tukang tipu rakyat.”

X : “Nah. Itu dia. Jadi bukan aku saja.”

Y : “Itu bukan alasan untuk melakukan pekerjaanmu seperti sekarang ini.”

X : “Lantas maumu aku mesti makan angin?”

Y : “Bukan. Engkau dapat bekerja di lapangan lain. Pendidikanmu cukup.”

X : “Maaf. Tapi aku tidak dapat hidup seperti engkau.”

Y : “Engkau mempunyai cita-cita?”

X : “Penuh.”

Y : “Cita-citamu akan dapat menahan segala deritaan.”

X : “Aku tidak bisa. Tinggal di gubuk rebeh seperti engkau, maaf saja. Aku biasa tinggak di
Laan. Baju mesti saban hari ganti, sepatu mesti necis, jangan sampai ternganga. Jajan tidak bisa
di pinggir jalan, nongkrong seperti engkau. Aku bisa duduk di Oen.”

Y : “Tapi jangan anggap, buah penamu telah kercap seni. Di luar kantomu ini, masih banyak
pemuda-pemuda yang benar-benar berdarah seni, 100% lebih bersih dari darahmu. Mereka
sekarang gelisah menanti akhirnya penindasan ini. Tapi dalam sementara itu, mereka menangis
melihat kelakuan gerombolanmu yang melontekan diri sebagai alat propaganda.”

X : “Engkau cemburu melihat kedudukanku sekarang ini. Itu sebabnya engkau caci-caci aku.”

Y : “Aku tidak ingin kedudukanmu. Aku tidak ingin menjadi beo.

Aku tidak ingin menjadi ekor. Aku tidak ingin menjadi lonte seperti engkau.”

X : “Kalau tidak ingin, engkau boleh tutup mulutmu.”

Y : “Aku tidak akan menutup mulutku.Aku akan meneriak-neriakkan pengkhianatanmu terhadap


bangsamu sendiri, yang engkau jadikan mangsa kebengisan tokehmu dan yang engkau coba
meliputinya dengan tulisan-tulisanmu, untuk kepentingan kantongmu sendiri. Seandainya
leherku yang kurus ini engkau suruh penggal pada tokehmu, aku akan terus berteriak:
meneriakkan pengkhianatanmu selama ini!”

6
F. Strategi Pembelajaran
1. Tatap Muka
Memerankan tokoh dalam pementasan drama.
2. Terstruktur.
Mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh protaganis dan atau antagonis
3. Mandiri.
Siswa Mampu mendiskusikan pengekspresian perilaku dan dialog yang disampaikan
teman.
G. Kegiatan Pembelajaran
Pembukaan (25 menit)
Apersepsi dan Motivasi
 Mengucapkan salam dan membaca do’a dipimpin oleh ketua kelas
 Mengecek kehadiran peserta didik.
 Mengingat kembali materi pertemuan sebelumnya yaitu materi mengenai menulis resensi
novel
 Guru menanyakan kepada siswa siapa yang sudah pernah mementaskan sebuah drama
Kegiatan Inti (90 menit)
Eksplorasi
 Siswa diminta membaca dan memahami naskah drama yang di berikan oleh guru
 Guru memakai alat / media pembelajaran berupa naskah drama yang akan diperakan
 Guru memfasilitasi siswa untuk saling berdiskusi tentang pengekspresian perilaku dan
dialog tokoh baik protagonis, antagonis atau tirtagonis.
Elaborasi
 Membiasakan siswa untuk saling berdiskusi tentang teks drama dan cara peranannya
 Setelah membaca dan memahami teks drama tersebut, siswa dibagi dalam beberapa
kelompok.
 Setiap kelompok membagi peran untuk menjadi salah satu tokoh yang ada dalam teks
drama.
 Setiap tokoh diminta untuk menghayati watak tokoh yang akan diperankan.
7
 Guru menugaskan siswa untuk menghapal dialog masing-masing peran, dan melakukan
persiapan untuk melakukan pementasan pada pertemuan selanjutnya.
Konfirmasi
 Peserta didik melakukan refleksi mengenai hal-hal yang belum diketahui mengenai drama
 Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
Penutup (25 menit)
 Peserta didik diajak merefleksikan nilai-nilai serta kecakapan hidup (live skil) yang bisa
dipetik dari pembelajaran.
 Guru memberikan kesimpulan dari hasil pembelajaran

H. Metode, Sumber, Alat Belajar


Metode :
Ceramah, Diskusi kelompok, Presentasi, dan Role play
Sumber :
1. Buku paket
Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia hal. 199 - 204
Kompeten Berbahasa Indonesia hal. 148-151

2. Internet
https://ramadhanniefitrapangesti.wordpress.com/2016/04/14/naskah-drama-komedi-
pergaulan-gado-gado-lengkap-dengan-narasi/
https://pastiguna.com/contoh-naskah-drama/

I. Penilaian
Teknik dan Bentuk :
1. Penilaian proses/pengamatan
2. Tes tulis

8
Bentuk Instrumen :

1. Penilaian Proses
Kelas: :
Tanggal Penilaian :
KD :
Aspek yang Teknik Waktu Instrumen Keterangan
No
dinilai Penilaian Penilaian Penilaian
1. Religius Pengamatan Proses Lembar Hasil penilaian
2. Tanggung jawab
Pengamatan nomor 1 dan 2
3. Peduli
4. Responsif untuk masukan
5. Santun pembinaan dan
informasi bagi
Guru Agama
dan Guru PKn

Lembar pengamatan sikap

No Nama siswa Religius Tanggun Peduli Responsif Santun


g Jawab

Keterangan
80 - 95 = sangat baik
70 – 79 = baik
60 – 69 = sedang
50 – 59 = kurang

2. Penilaian Hasil
Nama Siswa

9
No Absen

SKOR
KOMPONEN
1 2 3 4 5
1. Ucapan(terdengar jelas oleh penonton)
2. Intonasi(bervariasi sesuai tuntutan naskah)
3. Pengaturan jeda
4. Intensitas dan kelancaran berbicara (konsisten)
5. Kemunculan pertama(mantap dan memberikan kesan
yang baik)
6. Pemanfaatan ruang yang ada untuk memposisikan
tubuh(blocking)
7. Ekspresi dialog untuk menggambarkan karakter
tokoh (sesuai dengan karakter tokoh)
8. Ekspresi wajah mendukung ekspresi dialog (sesuai
dengan karakter tokoh)
9. Pandangan mata dan gerak anggota tubuh untuk
mendukung ekspresi dialog (sesuai karakter tokoh)
10. Gerakan (bersifat alamiah dan tak dibuat-buat)

Keterangan :
1 : Kurang Sekali
2 : Kurang
3 : Sedang
4 : Baik
5 : Baik Sekali

Cianjur, 07 November 2017


Mengetahui
Guru Pamong Mahasiswa PPL

10
Tati Mulyati, S.Pd, M.Pd Tantri Agustianti Rahmah
NIP. 19700717 200801 2004 NPM. 8820114067

11

Anda mungkin juga menyukai