B. Kompetensi Dasar : 6.2 Mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh protagonis dan
atau antagonis
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu membaca dan memahami teks drama yang akan diperankan
2. Siswa mampu menghayati watak tokoh yang akan diperankan
3. Siswa mampu Mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh protogonis, antagonis, dan
tirtagonis.
4. Siswa mampu Mendiskusikan pengekspresian perilaku dan dialog yang disampaikan
teman
1
E. Materi Pokok
Protagonis
Protagonis adalah tokoh utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita. Keberadaan
tokoh adalah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ketika mencapai suatu
citacita. Persoalan ini bisa dari tokoh lain, bisa dari alam, bisa juga karena kekurangan
dirinya sendiri. Tokoh ini juga menentukan jalannya cerita.
Antagonis
Antagonis adalah tokoh lawan, karena dia seringkali menjadi musuh yang menyebabkan
konflik itu terjadi. Tokoh protagonis dan antagonis harus memungkinkan menjalin
pertikaian, dan pertikaian itu harus berkembang mencapai klimaks. Tokoh antagonis
harus memiliki watak yang kuat dan kontradiktif terhadap tokoh protagonis
Deutragonis
Deutragonis adalah tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis. Tokoh ini ikut
mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protaganis.
Tritagonis
Tritagonis adalah tokoh penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara
protagonis dan antagonis.
Foil
Foil adalah tokoh yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi tetapi ia
diperlukan guna menyelesaikan cerita. Biasanya dia berpihak pada tokoh antagonis.
Contoh, tokoh Perwira, Oswald, Curan dalam lakon Raja Lear karya William
Shakespeare.
2
Naskah drama
“Orang-orang yang sudah menjual jiwa dan kehormatannya kepada fasis Jepang disingkirkan
dari pimpinan revolusi kita (orang-orang yang pernah bekerja di propaganda polisi rahasia
Jepang, umumnya di dalam usaha kolone 5 Jepang). Orang-orang ini harus dianggap sebagai
pengkhianat perjuangan dan harus diperbedakan dari kaum buruh biasa yang bekerja hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.” (Perjuangan Kita, oleh Sjahrir, h. 24).
X : “Belum juga dia datang. Janjinya pukul sebelas. Sekarang sudah lewat setengah jam.”
Y : “Aku heran melihat engkau. Apa saja acaranya, engkau membuatnya menjadi sajak, cerita
pendek, sandiwara, dan sebagainya.”
X : “Apa susahnya. Bikin saja, asal u sama u, a sama a, b sama b, sudah beres. Bikin cerita
pendek syaratnya asal jangan lupa: menghancurkan musuh, musuh jahanam, musuh biadab;
kemenangan tinggal tunggu hari lagi. Pihak kita: kesayangan Tuhan, Tuhan telah menjanjikan
kita kemenangan dan sebagainya yang muluk-muluk, yang jelek-jelek pada pihak lawan.”
X : “Bohong! (berbisik). Mengapa engkau begini bodoh? (sambil menunjuk ke sepatu Y). Lihat!
Sepatumu sudah ternganganganga.
Bajumu telah berjerumat. Kalau Kamu mau… kantor kami selalu akan menerima kamu.”
3
X : “Biasa. Seperti aku sekarang. Sekali-sekali ada bestelan sajak, atau cerita pendek, atau
sandiwara, atau lelucon.”
X : “Bisa.”
Y : “Wah! Engkau ini orang aneh. Misalkan, pemerintah memerlukan rambutan untuk santapan
serdadunya. Lantas dia menginginkan rambutan yang jitu, temponya tiga hari, engkau bisa
bikin?”
X : “Gampang, tiga hari terlalu lama. Pukul sebelas dibestel jam dua belas sharp, tanggung siap.”
Y : “Tapi engkau toh mengerti, bahwa pekerjaan yang demikian tidak ada jiwanya?”
Y : “Bukan demikian. Padaku sesuatu itu mesti ada ‘aku’-ku di dalamnya. Kalau tidak, aku tidak
puas.”
X : “Kalau sekarang engkau hendak memasukkan ‘aku’–mu ke dalam suatu pekerjaan, nanti
engkau akan mendapat panggilan dari Gambir Barat1.
Y : “Oleh karena itulah, engkau tidak bisa menulis seperti kehendakmu itu.”
Y : “Aku sudah tahu lama. Tapi itu aku tidak ambil perduli.”
Y : “Aku tahu. Aku lemah. Aku tidak punya karaben. Tapi, kalau aku disuruhnya menulis-
menulis, seperti yang engkau laksanakan, lebih baik aku makan tanah.”
X : “Apa hinanya? Dia kuanggap majikan, aku buruh. Aku makan gaji. Apa yang dia suruh, toh
aku mesti bikin?”
Y : “Engkau mesti ingat. Engkau bukan buruh biasa. Engkau seorang seniman.”
4
X : “Tidak! Aku tidak pernah bilang aku seorang seniman. Aku orang biasa. Namaku X.”
Y : “Betul! Tapi bukan penerangan yang menjerumuskan itu, kalau engkau bikin propaganda
tentang laut, misalnya.”
Y : “Memang. Engkau tidak tahu. Tapi mereka, anak-anak muda yang terpedaya oleh ajak, atau
cerita pendek, atau sandiwaramu tentang laut, apa engkau bisa tanggung?”
Y : “Tulen?”
X : “Tulen!”
Y : “Kalau begitu aku tidak tahu, mengapa engkau mau menggali kubur untuk bangsamu
sendiri.”
X : “Pekerjaanku ini seperti titik dalam lautan. Tidakkan menambah dan tidak akan
mengurangi.”
5
Y : “Karena aku anggap engkau wakil dari gerombolanmu.”
X : “Bukan golonganku saja yang diperbudak. Semua golongan, tidak ada terkecualinya.”
Y : “Aku juga tahu. Yang menjerit-jerit berteriak-teriak di lapangan besar, seperti orang edan,
juga bangsa kita. Juga tukang tipu rakyat.”
X : “Penuh.”
X : “Aku tidak bisa. Tinggal di gubuk rebeh seperti engkau, maaf saja. Aku biasa tinggak di
Laan. Baju mesti saban hari ganti, sepatu mesti necis, jangan sampai ternganga. Jajan tidak bisa
di pinggir jalan, nongkrong seperti engkau. Aku bisa duduk di Oen.”
Y : “Tapi jangan anggap, buah penamu telah kercap seni. Di luar kantomu ini, masih banyak
pemuda-pemuda yang benar-benar berdarah seni, 100% lebih bersih dari darahmu. Mereka
sekarang gelisah menanti akhirnya penindasan ini. Tapi dalam sementara itu, mereka menangis
melihat kelakuan gerombolanmu yang melontekan diri sebagai alat propaganda.”
X : “Engkau cemburu melihat kedudukanku sekarang ini. Itu sebabnya engkau caci-caci aku.”
Aku tidak ingin menjadi ekor. Aku tidak ingin menjadi lonte seperti engkau.”
6
F. Strategi Pembelajaran
1. Tatap Muka
Memerankan tokoh dalam pementasan drama.
2. Terstruktur.
Mengekspresikan perilaku dan dialog tokoh protaganis dan atau antagonis
3. Mandiri.
Siswa Mampu mendiskusikan pengekspresian perilaku dan dialog yang disampaikan
teman.
G. Kegiatan Pembelajaran
Pembukaan (25 menit)
Apersepsi dan Motivasi
Mengucapkan salam dan membaca do’a dipimpin oleh ketua kelas
Mengecek kehadiran peserta didik.
Mengingat kembali materi pertemuan sebelumnya yaitu materi mengenai menulis resensi
novel
Guru menanyakan kepada siswa siapa yang sudah pernah mementaskan sebuah drama
Kegiatan Inti (90 menit)
Eksplorasi
Siswa diminta membaca dan memahami naskah drama yang di berikan oleh guru
Guru memakai alat / media pembelajaran berupa naskah drama yang akan diperakan
Guru memfasilitasi siswa untuk saling berdiskusi tentang pengekspresian perilaku dan
dialog tokoh baik protagonis, antagonis atau tirtagonis.
Elaborasi
Membiasakan siswa untuk saling berdiskusi tentang teks drama dan cara peranannya
Setelah membaca dan memahami teks drama tersebut, siswa dibagi dalam beberapa
kelompok.
Setiap kelompok membagi peran untuk menjadi salah satu tokoh yang ada dalam teks
drama.
Setiap tokoh diminta untuk menghayati watak tokoh yang akan diperankan.
7
Guru menugaskan siswa untuk menghapal dialog masing-masing peran, dan melakukan
persiapan untuk melakukan pementasan pada pertemuan selanjutnya.
Konfirmasi
Peserta didik melakukan refleksi mengenai hal-hal yang belum diketahui mengenai drama
Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
Penutup (25 menit)
Peserta didik diajak merefleksikan nilai-nilai serta kecakapan hidup (live skil) yang bisa
dipetik dari pembelajaran.
Guru memberikan kesimpulan dari hasil pembelajaran
2. Internet
https://ramadhanniefitrapangesti.wordpress.com/2016/04/14/naskah-drama-komedi-
pergaulan-gado-gado-lengkap-dengan-narasi/
https://pastiguna.com/contoh-naskah-drama/
I. Penilaian
Teknik dan Bentuk :
1. Penilaian proses/pengamatan
2. Tes tulis
8
Bentuk Instrumen :
1. Penilaian Proses
Kelas: :
Tanggal Penilaian :
KD :
Aspek yang Teknik Waktu Instrumen Keterangan
No
dinilai Penilaian Penilaian Penilaian
1. Religius Pengamatan Proses Lembar Hasil penilaian
2. Tanggung jawab
Pengamatan nomor 1 dan 2
3. Peduli
4. Responsif untuk masukan
5. Santun pembinaan dan
informasi bagi
Guru Agama
dan Guru PKn
Keterangan
80 - 95 = sangat baik
70 – 79 = baik
60 – 69 = sedang
50 – 59 = kurang
2. Penilaian Hasil
Nama Siswa
9
No Absen
SKOR
KOMPONEN
1 2 3 4 5
1. Ucapan(terdengar jelas oleh penonton)
2. Intonasi(bervariasi sesuai tuntutan naskah)
3. Pengaturan jeda
4. Intensitas dan kelancaran berbicara (konsisten)
5. Kemunculan pertama(mantap dan memberikan kesan
yang baik)
6. Pemanfaatan ruang yang ada untuk memposisikan
tubuh(blocking)
7. Ekspresi dialog untuk menggambarkan karakter
tokoh (sesuai dengan karakter tokoh)
8. Ekspresi wajah mendukung ekspresi dialog (sesuai
dengan karakter tokoh)
9. Pandangan mata dan gerak anggota tubuh untuk
mendukung ekspresi dialog (sesuai karakter tokoh)
10. Gerakan (bersifat alamiah dan tak dibuat-buat)
Keterangan :
1 : Kurang Sekali
2 : Kurang
3 : Sedang
4 : Baik
5 : Baik Sekali
10
Tati Mulyati, S.Pd, M.Pd Tantri Agustianti Rahmah
NIP. 19700717 200801 2004 NPM. 8820114067
11