Anda di halaman 1dari 15

TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH

PRINSIP PENGGUNAAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
1. Novelea (332017017)
2. Erika Dwiana (332017018)

Dosen Pengampu:
Dr. Bonita Hirza, M.Pd.
Muslimin, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2020
PRINSIP PENGGUNAAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

A. Pengajaran Matematika Berbasis TIK


Penggunaan teknologi informasi dan komputer (TIK) dalam kelas merupakan
hal yang lumrah. Siswa juga sudah tidak asing dengan teknologi ini. Dalam
matematika, alat ini bisa sangat berguna bagi guru dalam melibatkan siswa terhadap
materi dan pelajaran baru. Situs online dan aplikasi menawarkan kepada guru
berbagai rencana pelajaran Matematika. Akan tetapi dengan begitu banyak pilihan,
kadang sulit untuk menemukan situs maupun aplikasi yang sesuai dengan keperluan
guru maupun siswa.
Mason (1994: 67) dalam [ CITATION Tat10 \l 1033 ] berpendapat bahwa
pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang
memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Penggunaan
IT merupakan salah satu faktor penting yang memungkinkan kecepatan transformasi
ilmu pengetahuan kepada para peserta didik, generasi bangsa ini secara lebih luas.
Dalam konteks yang lebih spesifik, dapat dikatakan bahwa kebijakan
penyelenggararan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, maupun masyarakat harus mampu memberikan akses pemahaman
dan penguasaan teknologi mutakhir yang luas kepada para peserta didik.
Menurut Bates (1995: 266) dalam [ CITATION Tat10 \l 1033 ], teknologi dapat
meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan
dan latihan. Sistem konvensional ini seharusnya sudah ditinggalkan sejak
ditemukannya media komunikasi multimedia. Siswa dapat memanfaatkan program-
program pendidikan yang disediakan di jaringan informasi kapan saja sesuai dengan
waktu luang mereka sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk
mencari sumber belajar dapat teratasi. Pembelajaran berbasis teknologi informasi
adalah solusi untuk mengatasi kejenuhan sistem pembelajaran yang selama ini
dilakukan.
Penelitian oleh Hoyles & Lagrange (2010) yang dikutip oleh [ CITATION
Sus18 \l 1033 ] menemukan bahwa teknologi digital semakin marak penggunaannya
dan paling mempengaruhi sistem pendidikan di dunia. Hal ini mungkin disebabkan
karena efektivitas, efisiensi dan attrativitas yang ditawarkan oleh pembelajaran
berbasis teknologi digital. NCTM (2000) dalam [ CITATION Sus18 \l 1033 ] menegaskan
bahwa integrasi teknologi dalam pembelajaran paling tidak memiliki tiga dampak
yang positif dalam pembelajaran matematika, yaitu teknologi dapat meningkatkan
capaian pembelajaran matematika, teknologi dapat meningkatkan efektivitas
pengajaran matematika, dan teknologi dapat mempengaruhi apa dan bagaimana
matematika itu seharusnya dipelajari dan dibelajarkan.
Di negara-negara maju TIK menjadi sarana penting dalam proses
pembelajaran, termasuk pembelajaran matematika. Sebagai contoh, National Council
of Teachers of Mathematics (NCTM), sebuah kelompok profesional guru-guru
matematika di Amerika Serikat menyatakan bahwa “Teknologi merupakan sarana
yang penting untuk mengajar dan belajar matematika secara efektif; teknologi
memperluas matematika yang dapat diajarkan dan meningkatkan belajar siswa”,
Teknologi merupakan sarana yang penting untuk belajar dan mengajar matematika.
Penting untuk tidak memikirkan teknologi sebagai beban tambahan dari daftar apa-
apa yang akan dicapai di dalam ruangan kelas anda. Sebaliknya teknologi seharusnya
menjadi alat alternatif dari sekian banyak alat yang ada untuk membantu anak belajar
matematika.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa siswa dapat belajar matematika lebih
kaya dan mendalam ketika teknologi digunakan dengan “tepat guna” dalam
pembelajaran matematika. Meskipun berbagai riset menunjukkan dampak positif dari
pengintegrasikan teknologi digital dalam pembelajaran matematika, masih banyak
ditemukan pendidik, peneliti dan praktisi pendidikan matematika lainnya yang
meragukan hal tersebut. Misalnya, ditemukan bahwa guru masih menyimpan
kekhawatiran terkait implementasi teknologi dalam pembelajaran matematika.
Mereka masih berasumsi bahwa teknologi digital dalam pembelajaran matematika
akan memberikan dampak buruk terhadap pembelajaran matematika. Misalnya,
pengenalan mesin kalkulator sebagai alat hitung akan menyebabkan ketergantungan
siswa terhadap mesin hitung tersebut, yang kemudian berakibat pada buruknya
kemampuan siswa dalam melakukan perhitungan. Selain itu, penggunaan teknologi
digital dikhawatirkan disalahgunakan oleh siswa yang akibatnya siswa tidak
mempelajari apa yang seharusnya dipelajari. Misalnya, ketika siswa bekerja dengan
alat pembelajaran berbasis teknologi digital, mereka lebih disibukkan dengan
mencoba-coba fitur pada alat belajar tersebut, bukan pada penemuan konsep-konsep
matematika berbantuan alat tersebut.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Matematika


Menurut [ CITATION Win17 \l 1033 ], ada bebarapa faktor yang mempengaruhi
sukses tidaknya pembelajaran matematika, antara lain kurikulum dan buku teks, guru,
murid, dan orang tua. Sering kali kita temui buku teks pelajaran matematika memiliki
tampilan yang tampil kurang menarik dan menakutkan, dengan fisik yang tebal
berisikan teori-teori dan rumus-rumus. Isi dari buku matematika terasa sangat abstrak
dan kurang ada konteks dengan kasus riil dalam dunia nyata. Misalkan, ketika
membahas tentang limit atau integral langsung saja teori limit dan integral, sehingga
kurang menarik. Seharusnya buku teks disajikan dengan konteks kehidupan sehari-
hari agar seseorang terutama anak bisa merasa terlibat. Guru sebagai ujung tombak
dalam keberhasilan pembelajaran matematika harus mempunyai strategi yang pas
dalam mengajarkan murid-muridnya, sehingga apa yang disampaikan oleh seorang
guru dapat dimengerti oleh mereka.

C. Peranan Teknologi dalam Pembelajaran Matematika


Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi
dirinya melalui proses pembelajaran dan atau acuan cara lain yang dikenal dan diakui
oleh masyarakat. Menurut Gallupe (2003: 116) dalam [ CITATION Tat10 \l 1033 ] , ada 9
tujuan pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran. Tujuan tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Memperbaiki competitive positioning;
b. Meningkatkan brand image;
c. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengajaran;
d. Meningkatkan kepuasan siswa;
e. Meningkatkan pendapatan;
f. Memperluas basis siswa;
g. Meningkatkan kualitas pelayanan;
h. Mengurangi biaya operasi; dan
i. Mengembangkan produk dan layanan baru.
Menurut [ CITATION Sus18 \l 1033 ] Objek kajian matematika secara umum
dapat dikatagorisasi menjadi dua bagian, yaitu objek kajian langsung (direct object)
dan objek kajian tidak langsung (indirect object). Objek langsung matematika (direct
object) adalah pengetahuan konseptual tentang matematika itu sendiri, dimana
pengetahuan ini terdiri atas konsep (ide abstrak sebagai dasar katagorisasi ide
matematika), operasi dan relasi (ide tentang memodifikasi konsep matematika dan
dampak dari modifikasi tersebut), prinsip (ide tentang aturan umum yang berlaku
dalam konsep, operasi dan relasi matematika), dan fakta matematika (ide tentang
simbolisasi atau representasi dari objek abstrak matematika). Sedangkan, objek tidak
langsung dari matematika (indirect object) adalah keterampilan yang didapatkan dari
melakukan kegiatan bermatematika, seperti keterampilan pemodelan masalah,
pemecahan masalah, komunikasi dan representasi ide, dan sebagainnya.
Sejalan dengan objek langsung dan tidak langsung dari matematika, Goos
(2010) dalam [ CITATION Sus18 \l 1033 ] membagi matematika ke dalam dua kategori,
yaitu knowing mathematics dan doing mathematics. Knowing mathematics terkait
dengan pengetahuan tentang matematika sebagai suatu bentuk ilmu pengetahuan.
Sedangkan, doing mathematics terkait dengan kegiatan bermatematika. Dalam hal ini,
Goos memandang bahwa knowing mathematics sama pentingnya dengan doing
mathematics dalam pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan pemahaman
matematika bukanlah pemahaman yang tetap pada diri seseorang, melainkan dibentuk
dan dikembangkan melalui proses konstruksi melalui pengalaman hidup dan
pengalaman belajar.
Terkait dengan kategorisasi matematika tersebut dan hubungannya dengan
teknologi, Olive & Makar (2010) dalam [ CITATION Sus18 \l 1033 ] menegaskan bahwa:
If one considers mathematics to be a fixed body of knowledge to be learned,
then the role of technology in this process would be primarily that of an
efficiency tool, i.e. helping the learner to do the mathematics more efficiently.
However, if we consider the technological tools as providing access to new
understandings of relations, processes, and purposes, then the role of
technology relates to conceptual construction kit. (p.. 138)
Dalam pernyataannya tersebut, Olive & Makar menegaskan bahwa jika
matematika dipandang sebagai kumpulan pengetahuan yang tetap (knowing
mathematics), maka dalam hal ini teknologi berperan sebagai alat yang efisien untuk
mempercepat menyelesaikan masalah matematika, misalnya masalah perhitungan,
dan sebagainya. Sedangkan, jika matematika dipandang sebagai kegiatan
bermatematika (doing mathematics), maka teknologi dalam hal ini berperan sebagai
perangkat pembelajaran untuk membantu siswa menemukan konsep matematika dan
hubungan di dalamnya guna mengembangkan pemahaman konseptual siswa tentang
matematika.
Terkait dengan hubungan teknologi dalam pembelajaran matematika, Goos,
Galbraith, Renshaw and Geiger (2003) dalam [ CITATION Sus18 \l 1033 ] memetafora 4
pandangan siswa dan guru terhadap teknologi dalam pembelajaran matematika, yaitu
teknologi sebagai master (tuan), servant (pembantu), partner (rekan), dan extension
of self (ekstensi tersendiri). Siswa dan guru akan memandang teknologi sebagai
master jika kompetensi matematika mereka terbatas hanya pada pengetahuan tentang
perhitungan matematika. Teknologi akan dipandang sebagai servant oleh siswa dan
guru jika menjadikan teknologi sebagai alternatif pengganti kegiatan pembelajaran
berbasis kertas dan pensil. Akan tetapi jika teknologi dijadikan sebagai perangkat
untuk menemukan perspektif baru dari suatu ide matematika, menyelesaikan masalah
matematika dengan pendekatan yang berbeda dari sebelumnya, membantu
menemukan dan mengembangkan pemahaman konseptual matematika, dan
membantu dalam memediasi diskusi siswa, maka dalam hal ini teknologi berperan
sebagai partner bagi siswa dan guru. Terakhir, jika teknologi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kegiatan bermatematika itu sendiri, maka dalam hal ini
teknologi adalah ekstensi tersendiri (extension of self) dalam pembelajaran tersebut.
Dari perspektif pengalaman belajar, Pope (2013) dalam [ CITATION Sus18 \l
1033 ] mengemukakan hubungan antara matematika dan teknologi, yaitu
pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi, khususnya teknologi digital,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami dan menguasai konsep dan
prinsip matematika melalui eksplorasi dan investigasi feedback (respon balik), pola,
perubahan, dan hubungan. Selain itu, pembelajaran matematika berbasis teknologi
tidak hanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguasai konsep-konsep
matematika, akan tetapi juga memberikan kesempatan siswa untuk memahami sistem
kerja teknologi itu sendiri (misalnya sistem kerja komputer) dan juga kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan spasial siswa.
Dengan mengadaptasi gagasan Drijvers, Boon dan Van Reeuwijk (2010)
dalam [ CITATION Jup18 \l 1033 ], maka secara umum peran atau fungsi teknologi
dalam pendidikan matematika dapat dikategorikan dalam tiga fungsi berbeda.
Pertama, teknologi berfungsi sebagai alat untuk mengerjakan perhitungan
matematika. Kedua, teknologi berfungsi sebagai tempat belajar untuk melatih
penguasaan keterampilan matematis. Dan ketiga, teknologi berfungsi sebagai alat
yang dapat digunakan untuk pengembangan dan pemahaman konsep.
Dalam fungsi teknologi sebagai alat untuk mengerjakan matematika,
pengguna teknologi tidak perlu mengetahui dan tidak pula perlu mengerti bagaimana
teknologi menyelesaikan permasalahan matematika yang dihadapi. Dengan perkataan
lain, proses pemerolehan hasil tidak perlu tampak di mata pengguna. Dalam hal ini,
teknologi hanya berfungsi membantu mengefisienkan waktu penyelesaian masalah.
Pada fungsi sebagai alat untuk melatih penguasaan keterampilan matematis,
teknologi berperan untuk mengasah dan memperkuat keterampilan pengguna dalam
melakukan prosedur penyelesaian permasalahan. Untuk fungsi kedua ini, teknologi
biasanya digunakan untuk menyelesaikan soal-soal yang bersifat rutin.
Pada fungsi sebagai alat untuk pengembangan dan pemahaman konsep,
teknologi berfungsi membantu siswa dalam memahami suatu konsep melalui,
misalnya, proses penyelidikan secara terbimbing.

D. Prinsip Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran Matematika


Prinsip dasar penggunaan teknologi digital dalam pembelajaran matematika
adalah menghindari kemungkinan teknologi tersebut mengakibatkan tidak
tercapainya pemahaman konseptual dan buruknya kemampuan intuisi siswa dalam
bermatematika. Terkait dengan hal ini, NTCM (2000) dalam [ CITATION Sus18 \l 1033 ]
menegaskan bahwa technology should not be used as a replacement for basic
understandings and intuitions; rather, it can and should be used to foster those
understandings and intuitions, yaitu penggunaan teknologi seharusnya tidak
digunakan sebagai pengganti penggunaan pemahaman konseptual dan intuisi
bermatematika, akan tetapi teknologi justru sebalikanya berfungsi untuk
meningkatkan penguasaan pemahaman konseptual tersebut dan mengembangkan
kemampuan intuisi siswa dalam bermatematika.
Terkait dengan hal tersebut, Drijvers, Boon, and Van Reeuwijk (2010) dalam [
CITATION Sus18 \l 1033 ] mengemukakan tiga fungsi dedaktik dari teknologi dalam
pembelajaran matematika, yaitu:
a. Technology for doing mathematics, yaitu teknologi digital yang berfungsi sebagai
alternatif alat pengganti media kertas dan pensil untuk melakukan kegiatan
bermatematika.
b. Technology for practicing skills, yaitu teknologi digital yang berfungsi sebagai
lingkungan belajar untuk mengasah keterampilan matematika tertentu.
c. Technology for developing conceptual understanding, yaitu teknologi digital yang
berfungsi sebagai lingkungan belajar untuk mengembangkan pemahaman
konseptual tentang matematika.
Penerapan teknologi digital dalam pembelajaran matematika yang ideal
adalah ketika teknologi yang diterapkan memberikan ruang dan kesempatan kepada
siswa untuk menduga (conjecturing), menguji kebenaran dugaannya tersebut
(justifying), dan menggunakan dugaannya tersebut dalam konteks matematika yang
lebih luas (generalizing) guna mengembangkan pemahaman konseptual dan intuisi
matematika siswa.
Dengan memperhatikan prinsip dasar penggunaan teknologi seperti yang
dijelaskan di atas, Drijvers (2013) dalam [ CITATION Sus18 \l 1033 ] mengemukakan
tiga faktor yang perlu diperhatikan terkait dengan pengembangan dan integrasi
teknologi digital dalam pembelajaran matematika, yaitu: faktor desain rancangan
teknologi, faktor peranan guru dalam penerapan teknologi tersebut, dan faktor
konteks pendidikan dimana teknologi tersebut diterapkan.
Yang termasuk dalam faktor desain rancangan teknologi adalah terkait dengan
pertanyaan-pertanyaan berikut ini: Apakah desain teknologi dapat digunakan dengan
mudah oleh pengguna? Apakah desain teknologi efektif digunakan untuk mencapai
tujuan? Apakah desain teknologi valid secara isi dan konstruksi berdasarkan teori
pembelajaran terkait?
Sedangkan, faktor peranan guru menyangkut dengan besarnya peranan guru
dalam mensuskseskan integrasi teknologi dalam pembelajaran. Dalam hal ini, perlu
ada kejelasan peranan guru dalam pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran
matematika, yaitu kejelasan apa yang harus dilakukan guru dan bagaimana
melakukannya. Dengan demikian, keberhasilan integrasi teknologi dalam
pembelajaran menyangkun tingkat kemampuan atau profesionalisme guru dalam
mengorkestrasi kegiatan pembelajaran matematika berbasis integrasi teknologi.
Dalam hal ini, perlu ada kegiatan pelatihan profesionalisme guru dalam menerapkan
teknologi dalam pembelajaran.
Faktor konteks pendidikan menyangkut tentang situasi dimana teknologi
pembelajaran tersebut digunakan, yaitu diantaranya apakah teknologi tersebut dapat
memotivasi ketertarikan siswa untuk belajar, apakah sistem pendidikan seperti
evaluasi pendidikan sejalan dengan paradigma pembelajaran berbasis teknologi atau
tidak dan sebagainya.
Berkaitan dengan syarat-syarat penggunaan teknologi informasi dalam dunia
pendidikan, berdasarkan Anonim (2009b: 44) dalam [ CITATION Tat10 \l 1033 ]
menjabarkan bahwa pendidikan teknologi informasi harus: (1) memperluas landasan
intelektual yang melatar belakangi desain, manufuktur, konstruksi, komunikasi,
transportasi, engineering dan arsitektur; (2) menjelaskan secara detail praktek agar
mudah dikenali dan difahami sebagi basis sumber perencanaan pembelajaran; (3)
menyusun strategi kurikulum yang komprehensif dan unik dengan mengintegrasikan
praktik dan pengetahuan; (4) mengekplorasi perbedaan individual dan kelompok,
sehingga program yang tepat mungkin didesain sesuai dengan kultural dan individual
siswa; dan (5) mengkaji konstribusi teknologi di dalam masyarakat secara jelas untuk
mencapai kualitas generasi masa depan yang lebih baik.

E. Tantangan Pembelajaran Matematika Berbasis TIK


Menurut [ CITATION Win17 \l 1033 ], ada beberapa tantangan pembelajaran
Matematika berbasis TIK. Tantangan tersebut adalah sebgai berikut.
a. Mayoritas aplikasi yang tersedia untuk membantu pengajaran matematika tersedia
dalam bahasa Inggris, sehingga diperlukan usaha ekstra baik oleh guru maupun
siswa untuk memanfaatkan aplikasi-aplikasi ini.
b. Penguasaan materi oleh guru mempengaruhi bagaimana TIK digunakan. Oleh
karena itu, agar pengajaran matematika berbasis TIK dapat berjalan secara efektif,
penguasaan materi dan TIK oleh guru harus ditingkatkan. Pemilihan dan
penerapan sumber daya TIK harus dilakukan agar sesuai dengan kebutuhan
materi yang diajarakan.
c. Penggunaan TIK dalam pembelajaran matematika menuntut perubahan peran dan
cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dengan prinsip belajar
konstruktivisme guru diharapkan berfungsi sebagai fasilitator siswanya, baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Kemajuan TIK diharapkan dapat dimanfaatkan
guru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran yang dilaksanakan.
Paradigma baru menuntut pembelajaran berpusat pada siswa, interaktif, bersifat
menyelidiki, konteks dunia nyata, berbasis tim (kooperatif), stimulasi ke segala
indera, dan alat multimedia dengan memanfaatkan berbagai teknologi pendidikan.
d. Penggunaan TIK memerlukan perubahan dalam tujuan, isi, dan aktivitas
pembelajaran, serta cara penilaian hasil belajar siswa. Tantangan mendasar pada
pembelajaran matematika adalah implementasi kurikulum baru, yang memiliki
konteks ke dunia nyata, dan menerapkan TIK dalam pembelajaran.
Sedangkan menurut Hachbarth (1996: 171) dalam [ CITATION Tat10 \l 1033 ] ,
ada tiga tantangan yang harus dihadapi jika akan menerapkan pendekatan teknologi
informasi. Tantangan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pendidikan teknologi dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk melayani peserta
didik yang dilandasi dengan norma-norma agama, etika dan moral bangsa.
Teknologi itu harus dapat memenuhi harapan orang tua, peserta didik dengan
program teknologi yang kongkret, nyata, bermanfaat dan dekat dengan kehidupan
mereka.
b. Lingkungan harus mendukung untuk menciptakan pendidikan terbaik. Pendidikan
berbasis teknologi memberikan peluang bagi peserta didik agar melakukan
akivitas dengan menerapkan pengetahuan untuk memecahkan maslah-masalah
praktis dan teknologis.
c. Membutuhkan dukungan dari semua stakeholder sekolah tentang pentingnya
pendidikan teknologi sebagai bagian bangunan pendidikan.

F. Perangkat Berbasis TIK yang Digunakan dalam Pembelajaran Matematika


Pendekatan berbasis teknologi dapat memberikan manfaat yang jelas bagi
pengembangan pembelajaran. Penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran
Matematika semakin mendesak karena pembelajaran Matematika merupakan proses
belajar yang berkesinambungan dalam membentuk sumber daya manusia yang
tangguh dan penuh imajinasi sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan daya cipta.
Penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran matematika tentu saja
membutuhkan perangkat-perangkat tambahan. Beberapa perangkat lunak (software)
penting teknologi informasi di antaranya adalah: GSP (Geometer’s Sketchpad);
Autograph (UK); Cabri (Perancis); dan Geogebra. Dalam tingkat yang sederhana,
kalkulator dapat juga dimanfaatkan selama proses pembelajaran matematika agar para
siswa dapat melakukan eksplorasi. Karenanya, beberapa perangkat lunak (software),
maupun program-program pembelajaran hasil karya guru yang menggunakan
program Microsoft Power Point dapat digunakan untuk membantu siswa mencapai
lima tujuan pelajaran matematika tersebut (Anas, Mursidin, dan Firdaus, 2008: 6)
dalam [ CITATION Tat10 \l 1033 ].
Teknologi informasi di bidang internet juga mulai dikembangkan untuk
mendukung pembelajaran matematika. Sistem pendidikan yang menggunakan
aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet,
jaringan komputer, maupun komputer standart. Teknologi telekomunikasi dan
teknologi internet memungkinkan adanya terobosan baru dalam belajar secara mobile
yang disebut mobile learning (m-learning). PPPPTK Matematika saat ini sedang
mengembangkan program MML (Mathematics Mobile Laerning) sebagai upaya
pemanfaatan perangkat seluler sebagai alternatif media pembelajaran (Anonim, 2007:
51) dalam [ CITATION Tat10 \l 1033 ].
Pemanfaatan sarana TIK dalam pembelajaran matematika menurut [ CITATION
Suy13 \l 1033 ] adalah sebagai berikut.
a. Kalkulator dalam Pembelajaran Matematika
Banyak guru dan orang tua siswa yang belum sepaham terhadap penggunaan
kalkulator dalam pelajaran matematika di sekolah dasar dan menengah. Mereka yang
tidak setuju dengan penggunaan kalkulator umumnya khawatir bahwa kalkulator
dapat merusak pemahaman siswa terhadap matematika. Alasan ini benar apabila
kalkulator tidak tepat penggunaannya. Bagi mereka yang mempunyai pemahaman
yang benar mereka akan mendukung penggunaan kalkulator di sekolah dasar dan
sekolah menengah.
b. Komputer Sebagai Media Pembelajaran Matematika
Komputer dan software-software tertentu merupakan sarana yang sangat
bermanfaat untuk proses pembelajaran matematika. Software standar yang biasanya
terinstall pada sebuah komputer/laptop adalah Microsoft Office yang di dalamnya
antara lain memuat Microsoft Word, Microsoft Power Point, dan Microsoft Excel, dan
lain-lain.
Microsoft Word utamanya akan membantu guru dalam pengetikan naskah-
naskah, termasuk naskah matematika. Dengan Microsoft word guru dapat dengan
mengembangkan bahan ajar, lembar kerja siswa, instrumen evaluasi dan lain-lain.
Microsoft Power Point memberikan kemudahan bagi guru untuk membuat bahan
presentasi yang baik yang dapat memperjelas penyajian suatu materi pelajaran.
Dengan PowerPoint dimungkinkan untuk menyajikan bahan presentasi berupa objek
teks (termasuk rumus-rumus matematika), grafik, video, suara, dan objek-objek
lainnya. Program animasi dalam PowerPoint juga sangat bermanfaat bagi proses
pembelajaran matematika, misalnya dalam geometri. Sedangkan, Microsoft Excel
merupakan sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheetyang memiliki fitur
kalkulasi dan pembuatan grafik. Microsoft Excel menyediakan banyak formula yang
terkait dengan matematika sekolah seperti aljabar, trigonometri, ilmu bilangan,
matriks, statistik, dan lain-lain. Microsoft Excel akan berguna sebagai alat bantu
untuk menjelaskan konsep atau pemecahan masalah.
Selain Microsoft Office, software yang berguna untuk pembelajaran
matematika adalah MAPLE, MATLAB, GEOGEBRA, SPSS, dan lain-lain. MAPLE
memiliki keunggulan untuk matematika simbolik, sedangkan MATLAB mempunyai
keunggulan numerik, GEOGEBRA berguna untuk geometri dan aljabar, dan SPSS
lebih sesuai untuk statistik. Software SPSS dapat membantu siswa memahami
konsep-konsep statistika.
c. Internet Sebagai Media Pembelajaran Matematika
Internet memberi sumber yang kaya akan materi pembelajaran matematika
sekolah. Banyak diantaranya dapat didownload secara bebas untuk diadopsi atau
diadaptasi sebagai bahan ajar matematika di sekolah. Banyak pula aplikasi berbasis
internet atau applet yang dapat diakses melalui web browser. Apabila guru menguasai
TIK maka ia akan dapat memberi petunjuk kepada siswanya dan siswa biasanya akan
dengan cepat dapat menggunakan sumber-sumber yang ada.
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Matematika lebih kaya dan mendalam ketika teknologi digunakan dengan
“tepat guna” dalam pembelajaran matematika. Menurut [ CITATION Win17 \l 1033 ] , ada
bebarapa faktor yang mempengaruhi sukses tidaknya pembelajaran matematika,
antara lain kurikulum dan buku teks, guru, murid, dan orang tua. Dengan
mengadaptasi gagasan Drijvers, Boon dan Van Reeuwijk (2010) dalam [ CITATION
Jup18 \l 1033 ], maka secara umum peran atau fungsi teknologi dalam pendidikan
matematika dapat dikategorikan dalam tiga fungsi berbeda. Pertama, teknologi
berfungsi sebagai alat untuk mengerjakan perhitungan matematika. Kedua, teknologi
berfungsi sebagai tempat belajar untuk melatih penguasaan keterampilan matematis.
Dan ketiga, teknologi berfungsi sebagai alat yang dapat digunakan untuk
pengembangan dan pemahaman konsep.
Prinsip dasar penggunaan teknologi digital dalam pembelajaran matematika
adalah menghindari kemungkinan teknologi tersebut mengakibatkan tidak
tercapainya pemahaman konseptual dan buruknya kemampuan intuisi siswa dalam
bermatematika. Ada beberapa tantangan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran
matematika, salah satunya adalah lingkungan harus mendukung untuk menciptakan
pendidikan terbaik.
Pemanfaatan sarana TIK dalam pembelajaran matematika menurut [ CITATION
Suy13 \l 1033 ] adalah sebagai berikut: (1) Kalkulator dalam Pembelajaran
Matematika; (2) Komputer Sebagai Media Pembelajaran Matematika; dan (3) Internet
Sebagai Media Pembelajaran Matematika.

B. Saran
Penulis menyarankan agar pembaca dapat menerapkan prinsip-prinsip
penggunaan teknologi dalam pembelajaran matematika agar pembelajaran dapat
berjalan efektif dan mencapai hasil maksimal. Penulis juga berharap pembaca tidak
henti-hentinya menambah pengetahuan dan wawasan terkait penggunaan teknologi
dalam pembelajaran matematika. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca seklaian, agar kedepannya penulis bisa membuat makalah dengan lebih
baik.
DAFTAR RUJUKAN

Irawati, T. (2010). Pengelolaan Pembelajaran Matematika Berbasis Teknologi


Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dimensi Tiga di SMK
Negeri 1 Sawit Boyolali. Retrieved from
http://eprints.ums.ac.id/9602/1/Q100070560.pdf
Jupri, A. (2018). Peran Teknologi dalam Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Matematika Realistik. Prosiding Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika UIN Raden Intan Lampung, 303-314. Retrieved
from
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/pspm/article/download/2630/1922
Putrawangsa, S. (2018). Peranan dan Prinsip Integrasi Teknologi Digital dalam
Pembelajaran Matematika. Retrieved from
http://repository.uinmataram.ac.id/id/eprint/66
Suyono. (2013, Januari 4). Peranan TIK dalam Proses Pembelajaran Matematika di
Sekolah. Retrieved from Prodi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad
Dahlan: https://pmat.uad.ac.id/peranan-tik-dalam-proses-pembelajaran-
matematika-di-sekolah.html
Winarko, E. (2017). Pembelajaran Matematika Berbasis TIK untuk Meningkatkan
Literasi Matematika: Peluang dan Tantangan. Seminar Matematika dan
Pendidikan Matematika UNY 2017. Retrieved from
http://seminar.uny.ac.id/semnasmatematika/sites/seminar.uny.ac.id.semnasmat
ematika/files/full/U-1.pdf

Anda mungkin juga menyukai