Anda di halaman 1dari 3

REVIEW CASE STUDY

KELOMPOK 10

VINA DWI KRISTANTY 041811433095

ANNISA SAVIERA M. P. 041811433110

FUIS SUKMA AYU 041811433119

VINKA ANGGRAINI S. 041811433135

ARDHANIA HIMAS P. 041811433188

EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2020
KASUS

Klaim Bengkak Rp 9,6 T, Bagaimana Bumiputera Membayarnya?

Masalah Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 kembali mendapat sorotan
publik di tengah persoalan PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Jika Jiwasraya gagal bayar dan
disidik dugaan korupsi, Bumiputera dihadapkan kewajiban adanya potensi klaim di 2019 dan
2020 yang mencapai Rp 9,6 triliun. Direktur Utama AJB Bumiputera Dirman Pardosi
mengatakan saat ini perusahaan masih berkutat menyelesaikan masalah likuiditas dan
permodalan perusahaan untuk jangka pendek, menengah dan panjang. Bahkan rencananya
pembayaran akan dilakukan dengan mencicil kepada nasabah.

"Itu bukan potensi gagal bayar. Itu potensi klaim 2020 + os claim [case outstanding,
premi yang belum terbayar tertanggung] 2019. Tidak ada yang gagal bayar. Kami punya
rencana semua akan dibayar. Hanya sistemnya yang harus antri karena saat ini masih
kesulitan likuiditas," kata Dirman kepada CNBC Indonesia, Senin (20/1/2020). Masalah
selanjutnya yang masih akan ditangani perusahaan adalah memenuhi tingkat solvabilitas yang
masih rendah. Bumiputera menargetkan, risk based capital (RBC) perusahaan akan dapat
berada di posisi 100% pada 2034 mendatang, kendati memang RBC minimal perusahaan
asuransi yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada level 120%.

Berdasarkan siaran pers resmi Bumiputera pada 1 Oktober 2019, manajemen


Bumiputera menegaskan pada 2018, total klaim yang dibayarkan AJB Bumiputera 1912
adalah sebesar Rp 3,9 triliun dan di tahun 2019 sampai dengan 25 September 2019 sebesar
Rp 2,1 triliun. Sebelumnya, Bumiputera berencana untuk melakukan penjualan asetnya
dengan nilai mencapai Rp 2 triliun untuk melakukan pembayaran klaim asuransi kepada
nasabahnya. Penjualan aset ini menjadi salah satu langkah perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan pendanaan.

Risiko yang dihadapi oleh Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera:

1. Resiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/ atau dari aset likuid
berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan Bank. Sebagaimana yg terdapat dalam kasus tsb, bahwa Direktur Utama
AJB Bumiputera Dirman Pardosi mengatakan saat ini perusahaan masih berkutat
menyelesaikan masalah likuiditas dan permodalan perusahaan untuk jangka pendek,
menengah dan panjang. Bahkan rencananya pembayaran akan dilakukan dengan
mencicil kepada nasabah.

Solusi:

2. Risiko Pembiayaan
Ketika akan mengeksekusi kredit macetnya, namun tidak memperoleh hasil yang
memadai, karena jaminan yang ada tidak sebanding dengan besarnya pembiayaan
yang diberikannya. Pada akhirnya mengalami kesulitan likuiditas yang berat, terutama
ketika ia mempunyai pembiayaan macet yang cukup besar. Dalam kasus tersebut
tertulis: “Itu bukan potensi gagal bayar. Itu potensi klaim 2020 + os claim [case
outstanding, premi yang belum terbayar tertanggung] 2019. Tidak ada yang gagal
bayar. Kami punya rencana semua akan dibayar. Hanya sistemnya yang harus antri
karena saat ini masih kesulitan likuiditas," kata Dirman kepada CNBC Indonesia,
Senin (20/1/2020).

Solusi:

Anda mungkin juga menyukai