Anda di halaman 1dari 1

BERITA TERKINI

Ulkus Diabetik

D
iabetes melitus tipe 2 adalah salah satu gejala insufisiensi arteri seperti klaudikasio lain yang sering digunakan antara lain
penyakit kronik yang paling banyak intermiten, nyeri iskemik saat istirahat, ataupun klasifikasi SAD atau klasifikasi PEDIS.3
terjadi. Menurut International Diabetes nyeri pada ulkus. Pada pemeriksaan fisik
Satu hal yang penting dan jangan dilupakan
Ferderation, diperkirakan pada tahun 2030 penting untuk melakukan evaluasi neuropati
adalah evaluasi kondisi sistemik. Apabila
jumlah seluruh pasien diabetes di seluruh menggunakan tes monofilamen Semmes-
gula darah tidak terkontrol, dengan kadar
dunia akan mencapai 366 juta orang. Pasien Weinstein. Perlu dilakukan evaluasi sirkulasi
HbA1c masih tinggi tentu akan menghambat
yang menderita diabetes tipe 2 berisiko arterial dengan cara meraba denyut nadi pada
penyembuhan luka. Selain itu, juga perlu
tinggi untuk mengalami beberapa komplikasi arteri dorsalis pedis serta arteri tibialis posterior.
dievaluasi kondisi nutrisi pasien.2
yang berbahaya, misalnya nefropati diabetik, Apabila nadi teraba lemah, perlu dipastikan
retinopati diabetik, dan ulkus diabetik. Di apakah ada insufisiensi arteri perifer dengan Pengobatan ulkus diabetes bersifat holistik,
antara seluruh pasien diabetes, diperkirakan menggunakan pemeriksaan ankle-brachial dengan sangat memperhatikan 3 hal, yaitu:
sebanyak 15% di antaranya akan mengalami index dengan menggunakan tensimeter dan kondisi sistemik, komplikasi neuropati atau
ulkus diabetes. Ulkus diabetes adalah penyakit Doppler untuk membandingkan tekanan aterosklerosis, dan klasifikasi luka. Pengobatan
yang berbahaya karena bila tidak dirawat darah sistolik pada ankle dibandingkan pada sistemik bertujuan untuk mengontrol kadar
dengan baik, dapat menyebabkan amputasi. lengan.2 gula darah dan HbA1c serta mengoptimalkan
Sebanyak 12 – 24% pasien yang mengalami kondisi nutrisi pasien. Apabila terjadi
Evaluasi pada ulkus diabetes dapat dimulai
ulkus diabetes berakhir dengan amputasi.1,2 insufisiensi arteri, maka perlu pengobatan/
dengan mengklasifikasikan berat-ringannya
tindakan untuk memperbaiki sirkulasi darah.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ulkus diabetes. Ada 2 klasifikasi ulkus diabetes
Apabila ada gangren, maka perlu dievaluasi
terjadinya ulkus diabetes, yaitu: aterosklerosis yang banyak dipakai, yaitu: klasifikasi Wagner-
apakah ada indikasi amputasi.2
(makroangiopati dan mikroangiopati), Meggitt serta klasifikasi Texas. Menurut
neuropati, deformitas kaki, dan pressure. klasifikasi Wagner-Meggitt, ulkus diabetes Perawatan luka pada ulkus diabetes,
Aterosklerosis menyebabkan menurunnya ada 6 grade yaitu: grade 0 (kulit intak), grade dilakukan seperti halnya perawatan luka
sirkulasi darah ke kaki, baik sumbatan pada 1 (ulkus superfisial mencapai dermis atau kronik pada umumnya, yaitu melibatkan 3
pembuluh darah arteri yang besar, misalnya hipodermis), grade 2 (ulkus dalam mencapai tahap: cleansing (mencuci), debridement, dan
sumbatan pada arteri poplitea atau arteri tendon, tulang, atau sendi), grade 3 (ulkus dressing (menggunakan dressing luka dengan
dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior dalam disertai abses atau osteomielitis), tepat). Untuk pemilihan dressing luka, dapat
(makroangiopati), maupun sumbatan pada grade 4 (gangren pada forefoot), dan grade 5 dilakukan menggunakan konsep TIME (tissue,
pembuluh darah kapiler yang kecil.2 (gangren pada sebagian besar kaki).2 infection/inflammation, moisture, dan edge)
untuk memilih dan menggunakan modern
Neuropati berakibat pada hipestesi/baal pada Klasifikasi Texas sedikit lebih kompleks karena
dressing dengan tepat.2
telapak kaki dan jari-jari, sehingga bila terjadi melihat 2 parameter, yaitu: kedalaman dan
luka tidak disadari oleh pasien. Selain itu, komplikasi. Berdasarkan kedalaman: grade Apabila ulkus diabetes sudah sembuh,
kaki pasien diabetes seringkali mengalami 0 (kulit intak), grade 1 (ulkus superfisial maka pasien perlu melakukan usaha untuk
deformitas. Salah satu deformitas yang paling mencapai dermis atau hipodermis), grade 2 mencegah terjadinya ulkus diabetes. Beberapa
banyak terjadi dikenal dengan nama Charcot (ulkus dalam mencapai tendon atau kapsul), tindakan yang perlu dilakukan oleh pasien,
Foot. Charcot Foot membuat telapak kaki dan grade 3 (ulkus dalam mencapai tulang misalnya pengobatan dan pengawasan untuk
pasien menjadi lebih datar, akibatnya tekanan atau sendi). Berdasarkan komplikasi: stage A mengontrol gula darah dan HbA1c, selalu
menjadi besar pada telapak kaki. Tekanan (luka bersih), stage B (luka terinfeksi), stage C menggunakan sepatu dan kaus kaki saat
(pressure) yang besar dapat berakibat pada (iskemi), dan stage D (infeksi dan iskemi). Luka keluar rumah, mencuci kaki menggunakan
luka.2 kemudian diklasifikasikan dengan contoh air dan sabun setiap hari, menggunting kuku
sebagai berikut: ulkus diabetes grade 3B seminggu sekali, serta setiap hari meluangkan
Pada pasien ulkus diabetes, penting untuk
(artinya mencapai tulang, dengan komplikasi waktu untuk memeriksa kondisi kaki di depan
menganamnesis gejala-gejala neuropati,
infeksi), atau ulkus diabetes grade 2C (artinya cermin. Jika ada luka, segera berobat ke
misalnya hipestesi, hiperestesi, parestesi, serta
mencapai tendon atau kapsul, dengan fasilitas kesehatan yang melakukan perawatan
penting untuk menanyakan mengenai gejala-
komplikasi iskemi). Ada beberapa klasifikasi luka.2 (NNO)
REFERENSI:
1. Khardori R. Type 2 diabetes mellitus: Practice essentials, background, pathophysiology. Medscape [Internet]. 2017 May 3. Available from: http://emedicine.
medscape.com/article/117853-overview?pa=a2GJXM1%2F5Vu9ydvnt%2BTU%2Fbt8Bc9Hr0hjS19w%2F7ubra5zzzK%2FOdxOgTMb%2BkebqvVT8%2FoHaG%2Fy
eKvvbBKLG5%2Fra%2BejCO3Rk4DWsD37DrSZWvU%3D#a5
2. Rowe VL. Diabetic ulcers: Practice essentials, pathophysiology, etiology. Medcsape [Internet]. 2017 Mar 27. Available from: http://emedicine.medscape.com/
article/460282-overview
3. Doupis J, Veves A. Classification, diagnosis, and treatment of diabetic foot ulcers. WOUNDS [Internet]. 2008 [cited 2017 Jul 20]. Available from: http://www.
woundsresearch.com/article/8706

CDK-256/ vol. 44 no. 9 th. 2017 641

Anda mungkin juga menyukai