Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit yang
merupakan tempat merawat pasien yang saat ini, semakin kompleks
dengan banyak komorbiditas. Pada waktu tertentu beberapa pasien ini
mungkin memburuk dengan cepat, karena berbagai alasan. Setiap rumah
sakit harus memiliki strategi untuk mengidentifikasi pasien tersebut, dan
mampu memberikan tingkat perawatan yang tepat pada waktu yang tepat.
Intervensi awal pada pasien yang memburuk cenderung meningkatkan
keselamatan pasien (Philips Healthcare, 2012). Di dunia telah
diperkenalkan sistem scoring pendeteksian dini atau peringatan dini untuk
mendeteksi adanya perburukan keadaan pasien atau yang dikenal dengan
penerapan Sistem Early Warning Scores atau EWS.
Early Warning Scores (EWS) atau istilah lain Early Warning Score
System (EWSS) adalah sebuah sistem peringatan dini yang menggunakan
penanda berupa skor untuk menilai perburukan kondisi pasien dan dapat
meningkatkan pengelolaan perawatan penyakit secara menyeluruh. EWSS
dapat mengidentifikasi keadaan pasien yang beresiko lebih awal dan
menggunakan multi parameter. Salah satu parameter yang dinilai adalah
perubahan tanda - tanda vital (Patterson et.al 2011 dalam Suwaryo, Sutopo
& Utoyo, 2019). Penilaian EWS didasarkan pada parameter menggunakan
penilaian pasien respon fisiologis, parameter termasuk respirasi, tekanan
darah sistolik, suhu, nadi, saturasi oksigen, oksigen tambahan, dan tingkat
kesadaran pasien (Duncan & Mc Mullan, 2012).
Pada penelitian Drower, McKeany, Jogia, & Jull (2013) dalam
Subhan, Giwangkencana, Prihartono & Tavianto (2017) menyampaikan
Early warning score dapat memprediksi kejadian henti jantung dalam 48
jam. Penelitian ini dilaksanakan di New Zeland dinyatakan bahwa
implementasi EWS mampu menurunkan angka kejadian henti jantung di
rumah sakit secara signifikan. Sedangkan pada penelitian Wiley & Sons
(2015), Early warning score secara valid untuk mengidentifikasi pasien
yang berisiko meninggal setelah stroke akut dengan tingkat kematian
terendah skor EWS 0 - 1 (2%) dan skor tertinggi EWS ≥ 5 (63%), yang
mana parameter fisiologis tersebut sudah dikonversi menjadi skor tunggal,
yang dapat memandu perawat dan dokter dalam pengambilan keputusan
klinis. Penelitian lain menurut Mitchell (2010) menemukan bahwa
penerapan Early Warning Score menunjukkan adanya penurunan jumlah
pasien yang masuk Intensive Care Unit (ICU) yaitu dari 1,8% menjadi
0,5%,
Ketepatan skor Early Warning Score (EWS) untuk identifikasi
awal pasien yang mengalami penyakit akut dan untuk menilai perubahan
keadaan pasien melalui pengamatan yang sistematis terhadap perubahan
fisiologis pasien. Pada EWS ini lebih berfokus pada keadaan sebelum
terjadi kegawatan, sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang lebih
dini, kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau
bahkan dapat dihindari, dan merespon panggilan Code Blue atau tim
respon cepat sehingga output yang dihasilkan lebih baik. (Firmansyah,
2013).
Early Warning Scores (EWS) ini memiliki kaitannya dengan peran
perawat yang sering melakukan pengkajian dan memonitor keadaan pasien
melalui parameter tanda vital dan kesadaran pasien. Menurut Kolic, Crane,
McCartney, Perkins, & Taylor (2015), 70 pasien (18,9%) skor National
Early Warning Scores (NEWS) dihitung secara tidak benar, ada yang
memburuk dari respon klinis dengan peningkatan skor NEWS, yang
diamati pada 274 pasien (74,1%), angka dari skor NEWS yang salah
dihitung dapat berimplikasi pada tindakan yang ditentukan.
Dalam hal ini bukan hanya ketepatan skoring saja, namun deteksi
pasien berisiko di awal perjalanan penyakit mereka membutuhkan
penilaian teratur dan sistematis. Dengan demikian, pemantauan dapat
didefinisikan sebagai penilaian berkelanjutan pasien atau tindak lanjut
seperti mendeteksi kelainan atau memicu respons ini harus dilakukan
cukup sering untuk mengidentifikasi pasien berisiko pada saat intervensi
dapat membuat perbedaan klinis. Idealnya, ini harus dilakukan cukup
sering untuk mengidentifikasi pasien berisiko pada saat intervensi dapat
membuat perbedaan klinis, pengawasan terus menerus otomatis akan
paling cocok untuk tujuan ini, tetapi teknologi saat ini tidak cukup canggih
untuk mengukur semua parameter yang diperlukan pada pasien rawat jalan
di bangsal umum (Petersen, 2016).
Penerapan EWS tidak terlepas dari faktor – faktor yang
mempengaruhi pelaksanaannnya baik ketepatan skor, dokumentasi dan
Follow up serta monitoring terhadap EWS. Pada pelaksanaan EWS,
tingkat pengetahuan perawat adalah indikator yang penting karena hal ini
akan memengaruhi kemampuan perawat dalam mendokumentasikan EWS
dengan akurat dan memastikan bahwa jumlah skor yang diperoleh sudah
benar agar respon klinik yang diambil sesuai untuk keadaan pasien dan
panggilan Tim Respon Cepat dalam meningkatkan keselamatan pasien.
(Philips Healthcare, 2012). Adapun faktor-faktor lain menurut Luettel,
Beaumont, & Healey (2007) dalam Ravikirti (2016), yang menyatakan
terdapat tujuh faktor yang dapat berpengaruh pada pelaksanaan EWS baik
dalam hal penilaian skoring EWS, pendokumentasian dan penilaian
berkelanjutan pasien atau follow up yaitu beban kerja, faktor komunikasi,
faktor sosial, faktor ketersediaan peralatan, faktor kebijakan dan prosedur,
faktor pengetahuan dan pelatihan serta faktor lingkungan.
Sejumlah penelitian telah membahas hambatan dalam tindak lanjut
khususnya untuk panggilan tim darurat medis, karena tidak kompeten,
sejumlah penelitian telah membahas hambatan panggilan tim darurat
medis tidak kompeten. Beberapa penelitian telah membahas hambatan
panggilan tim darurat medis, tetapi hanya sedikit penelitian yang secara
khusus membahas kepatuhan dengan protokol EWS. Secara umum, faktor-
faktor seperti kepegawaian, pelatihan, pendidikan, dukungan oleh
kepemimpinan, dan profesionalisme dilaporkan mempunyai hubungan
dengan kepatuhan terhadap pedoman, tetapi sulit untuk menarik
kesimpulan tegas tentang faktor mana yang paling penting, karena hasil
yang bertentangan dan heterogenitas dalam desain studi (Petersen, 2018)..
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, beberapa
perawat Rumah Sakit Panti Rapih, informasi yang melakukan pada
skoring EWS sudah dilakukan tetapi scoring ini dilakukan karena rutinitas
saja, di mana perawat memasukkan parameter yang diukur. Setelah
melakukan scoring dan sudah melakukan pendokumentasian namun
terkadang tidak konsisten dan melakukan dokumentasi tidak semua
lengkap menuliskn parameternya, karena dokumentasi dengan Elektronic
Medical Record (ERM), sehingga penghitungan scoring tidak dilakukan
manual, akibatnya perawat tidak menyadari scoring akhir pasien tersebut,
imbasnya tidak dilakukan follow up sehingga follow up sehingga skoring
EWS masih belum sesuai nilai scoring. Perawat belum bisa konsisten
dalam melaksanakan protocol sesuai hasil scoring, misalnya pasien skor
merah, penilaian ulang harusnya 30 menit, tetapi tidak dilakukan karena
beban kerja, sehingga pelaksanaan EWS secara keseluruan belum
dilakukan dengan konsisten.
Dalam hal ini peneliti tertarik untuk meneliti tentang pelaksanaan
Early Warning Scores khususnya dalam hal follow up/timdak lanjut
dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Perawat
Dalam Pelaksanaan Tindak Lanjut Atau Follow Up Hasil Skoring Early
Warning Scores Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang
dapat diambil adalah “Apakah terdapat pengaruh antara faktor
pengetahuan dan faktor beban kerja dengan faktor - faktor yang
mempengaruhi kemampuan perawat dalam pelaksanaan tindak lanjut atau
follow up hasil skoring early warning scores di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta ?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan proposal skripsi ini adalah untuk
mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi kemampuan
perawat dalam pelaksanaan tindak lanjut atau follow up hasil
skoring early warning scores di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan proposal skripsi ini yaitu :
a. Mengidentifikasi adanya pengaruh faktor pengetahuan
yang mempengaruhi kemampuan perawat dalam
pelaksanaan tindak lanjut atau follow up hasil skoring
early warning scores di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta.
b. Mengidentifikasi adanya pengaruh faktor beban kerja
yang mempengaruhi kemampuan perawat dalam
pelaksanaan tindak lanjut atau follow up hasil skoring
early warning scores di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta.
c. Menganalisa faktor - faktor yang mempengaruhi
kemampuan perawat dalam pelaksanaan tindak lanjut atau
follow up hasil skoring early warning scores di Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Akademis
Diharapkan Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu
pengetahuan khususnya dan memberikan informasi mengenai
faktor - faktor yang mempengaruhi kemampuan perawat dalam
pelaksanaan tindak lanjut atau follow up hasil skoring early
warning scores di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan untuk peningkatan atau perbaikan protokol early
warning scores bagi rumah sakit sehingga dapat membantu
dalam meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
di rumah sakit.
1.4.2.2 Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
sarana sumber referensi atau bahan bacaan untuk institusi dan
mahasiswa keperawatan dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
1.4.2.3 Bagi perawat
Hasil penelitian ini diharapkan perawat mampu
mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi
kemampuan perawat dalam pelaksanaan tindak lanjut atau
follow up hasil skoring early warning scores sehingga
kedepannya follow up skoring pada Early Warning Score dapat
dilakukan dengan semestinya sesuai protokol yang berlaku

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


1.5.1 Bidang Keilmuan
Pada penelitian ini termasuk kedalam bidang keilmuaan kesehatan
dan keperawatan
1.5.2 Sasaran
Pada penelitian yang menjadi sasaran ini adalah perawat PK II dan
perawat PK III di Rumah Sakit Panti Rapih
1.5.3 Tempat
Lokasi penelitian ini dilkukan di bangsal perawatan Rumah Sakit
Panti Rapih
1.5.4 Waktu
Pelaksaaan penelitian ini dilakukan pada bulan september 2020

Anda mungkin juga menyukai