Anda di halaman 1dari 11

Focus:

ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 109 - 119 Juli 2019


Jurnal Pekerjaan Sosial

ANALISIS DAMPAK PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP


ANAK REMAJA

Putri Erika Ramadhani1 , Dra. Hj. Hetty Krisnani, M., Si2


Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
1
putri16012@mail.unpad.ac.id; 2hettykrisnani@yahoo.com

ABSTRAK

Perceraian tidak hanya berdampak bagi yang bersangkutan (suami-isteri), namun juga melibatkan anak
khususnya yang memasuki usia remaja, perceraian merupakan beban tersendiri bagi anak sehingga
berdampak pada psikis. Reaksi anak terhadap perceraian orangtuanya, sangat dipengaruhi oleh cara orang
tua berperilaku sebelum, selama dan sesudah perceraian. Metode dalam penulisan artikel ini menggunakan
studi literatur. Studi literatur yaitu data sekunder yang dilakukan dengan diawali mencari kajian kepustakaan
dari berbagai literatur seperti buku, jurnal ilmiah, artikel, ataupun hasil penelitian sejenis yang telah
dipublikasikan mengenai dampak perceraian orang tua terhadap anak remaja. Hingga saat ini dampak
perceraian orang tua memang dapat memberikan dampak buruk bagi anak, baik fisik maupun psikologis anak.
Sehingga perceraian memang perlu dipertimbangkan matang-matang, dan orang tua harus bisa memberikan
pengertian yang baik kepada anak sehingga dapat mengurangi dan mengatasi dampak buruk pada anak pada
saat perceraian terjadi. Tetapi fungsi keluarga untuk memberikan pengertian dan perhatian pada anak/remaja
ternyata tidak berfungsi dalam kaitannya dengan kasus perceraian. Untuk mengatasi perlakuan salah tersebut,
maka dalam praktik pekerjaan sosial, seorang pekerja sosial harus berupaya mewujudkan ketercapaian akan
kesejahteraan bagi anak. Pekerja sosial dapat melakukan proses pertolongan sesuai dengan tahapan
pertolongan pekerjaan sosial, pekerja sosial memberikan layanan konseling, serta pekerja sosial memberikan
layanan konseling keluarga.

Kata kunci : Remaja , perceraian , orangtua , psikologis

ABSTRACK

Divorce is not only an impact to the concerned, but also involves children, especially those entering
adolescence, divorce is an individual burden to the child so that it affects the psychic. The child's reaction to
the divorce of its parents, is heavily influenced by the way parents behave before, during and after divorce.
The method in writing this article uses literature studies. The study of literature is secondary data conducted
by beginning to seek literature study from various literatures such as books, scientific journals, articles, or
similar research results that have been published regarding the impact of divorce of parents To teenage
children. Until now, the impact of parents ' divorce can adversely affect children, both physical and
psychological. So the divorce does need to be considered mature, and parents should be able to give a good
understanding to the child so as to reduce and overcome the adverse effects on the child at the time of divorce

109
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 109 - 119 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

occurs. But the family function to provide understanding and attention in children/adolescents is not
functioning in relation to divorce cases. To overcome such mistreatment, in the practice of social work, a social
worker must strive to realize the welfare of the children. Social workers can do the relief process in accordance
with the social job relief phases, social workers provide counseling services, as well as social workers to provide
family counseling services.

Keywords: teens, divorce, parenting, psychological

PENDAHULUAN 2. Salah satu pihak selingkuh.


3. Suami tidak memberi nafkah (lahir dan batin)
Perceraian dapat diartikan sebagai berakhirnya
dalam jangka waktu lama.
suatu hubungan suami dan istri yang diputuskan
Pada tahun 1996 George Levinger (Moh. Mahfud.
oleh hukum atau agama (talak) karena sudah tidak
2006:203), menyusun 12 kategori keluhan yang
ada saling ketertarikan, saling percaya dan juga
menyebabkan terjadinya perceraian:
sudah tidak ada kecocokan satu sama lain
1. Karena pasangannya sering mengabaikan
sehingga menyebabkan ketidakharmonisan dalam
kewajiban terhadap rumah tangga dan anak,
rumah tangga. Dalam penelitiannya Priyana
seperti jarang pulang kerumah, tidak ada kepastian
(2011), mengatakan bahwa psikologi
waktu dirumah dan tidak adanya kedekatan
menunjukkan suatu perubahan kepribadian
emosional dengan anak dan pasangannya.
seseorang yang berkaitan dengan mental baik
2. Masalah keuangan (penghasilan yang diterima
normal maupun abnormal dan mencakup beberapa
untuk memenuhi keluarga dan memenuhi
aspek seperti: sikap, karakter, temperaman,
kebutuhan rumah tangga tidak cukup).
rasionalitas, stabilitas emosional dan sosiabilitas.
3. Adanya penyiksaan fisik terhadap pasangan.
Secara psikologis anak yang kedua orang tuanya
4. Pasanganya sering berteriak atau mengeluarkan
bercerai mengalami resiko terhadap tumbuh
kata-kata kasar yang menyakitkan.
kembang jiwanya.
5. Tidak setia, seperti punya kekasih lain dan sering
Tidak ada seseorang yang menginginkan
berzina dengan orang lain.
perceraian dalam perkawinannya. Keutuhan
6. Ketidakcocokan dalam masalah hubungan
keluarga tentu menjadi dambaan bagi siapapun
seksual dengan pasangan, seperti enggan atau
yang secara sengaja memasuki lembah
sering menolak melakukan senggama dan tidak
perkawinan. Namun kerena permasalahan yang
bisa memberikan kepuasan.
dihadapi oleh pasangan suami istri, perceraian
7. Sering mabuk.
dapat dijadikan sebagai sebuah katub pengaman.
8. Adanya keterlibatan atau campur tangan dan
Perceraian hanya dapat dilakukan apabila
tekanan social dari pihak kerabat pasangan.
memenuhi salah satu atau beberapa alasan yang
9. Sering muncul kecurigaan, kecemburuan dan
sah, bahwa suami istri tidak dapat hidup rukun lagi.
ketidakcocokan dengan pasangannya.
Ada beberapa alasan orang bercerai. Alasan
perceraian pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Sudah tidak cocok.

110
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 109 - 119 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

10. Berkurangnya perasaan cinta, sehingga jarang nyata merupakan bahan pelajaran yang akan
berkomunikasi, kurangnya perhatian dan diserap anak.
kebersamaan diantara pasangan. 3. Mendidik anak, yaitu mengajarkan karakter
11. Adanya tuntutan yang dianggap terlalu yang baik dan mendisiplinkan anak berperilaku
berlebihan sehingga pasangannya menjadi tidak sesuai dengan apa yang telah diajarkan.
sabar, tidak ada toleransi dan dirasakan terlalu Dalam keluarga anak akan memilki figure ayah dan
menguasai. Faktor penyebab terjadinya perceraian ibu yang seimbang serta memiliki hubungan
adalah faktor pendidikan, faktor usia dalam emosional yang lebih kuat dengan ayah-ibunya.
perkawinan, faktor ekonomi, faktor Jika ayah-ibu sering berdialog dengan anak, ayah-
perselingkuhan, faktor campur tangan orang tua ibu akan dihormati anak. Semakin besar dukungan
dalam rumah tangga dan faktor perselisihan atau ayah-ibu pada anak akan semakin tinggi perilaku
pertengkaran (KDRT). positif anak.
Perceraian tidak hanya berdampak bagi yang Dengan tidak memperhatikan anak, menyebabkan
bersangkutan (suami-isteri), namun juga anak tidak terpacu semangatnya. Terlebih pada
melibatkan anak khususnya yang memasuki usia anak-anak yang menginjak usia remaja, mereka
remaja (Aminah, Andayani, dan Karyanta, 2014). beresiko mengalami kegagalan akademik,
Perhatian orang tua kepada anak merupakan hal kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba.
yang sangat penting. Pengembangan karakter Disilah peran mantan suami dan istri dalam
anak merupakan upaya yang perlu melibatkan mengesampingkan permasalahan antara keduanya
semua pihak, baik keluarga inti maupun keluarga baik yang terjadi sebelum dan sesudah perceraian.
batin (kakek-nenek), sekolah, masyarakat dan Dengan berusaha melindungi, mengasuh ,
pemerintah. Menurut Gunadi (Character Building memperhatikan, membimbing, dan membina
halaman 111), tiga peranan utama ayah-ibu dalam anaknya. Perceraian merupakan beban tersendiri
mengembangkan karakter anak, antara lain : bagi anak sehingga berdampak pada psikis. Seperti
1. Berkewajiban menciptakan suasana yang perasaan malu, sensitif, dan rendah diri hingga
hangat dan tenteram. menarik diri dari lingkungan. Hal-hal yang biasanya
Tanpa ketenteraman, akan sulit bagi anak ditemukan pada anak ketika orangtuanya bercerai
untuk belajar apapun dan anak akan adalah rasa tidak aman, tidak diinginkan atau
mengalami hambatan dalam pertumbuhan ditolak oleh orangtuanya yang pergi, sedih dan
jiwanya. Ketegangan atau kesulitan adalah kesepian, marah, kehilangan, merasa bersalah,
wadah yang buruk bagi perkembangan menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab orang
karakter anak. tua bercerai.
2. Menjadi panutan positif bagi anak sebab anak Bagaimana anak bereaksi terhadap perceraian
belajar terbanyak dari apa yang dilihatnya, orangtuanya, sangat dipengaruhi oleh cara orang
bukan dari apa yang didengarnya. Karakter tua berperilaku sebelum, selama dan sesudah
orang tua yang diperlihatkan melalui perilaku perceraian. Anak akan membutuhkan dukungan,
kepekaan, dan kasih sayang yang lebih besar untuk

111
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 109 - 119 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

membantunya mengatasi kehilangan yang dialami anak dengan orangtua dapat berpengaruh negtif
selama masa sulit setelah orang tuanya bercerai bagi kehidupan remaja. Salah satu bentuk
(Ningrum, 2013). hubungan yang negatif dapat berasal dari
Keluarga sangat dibutuhkan perannya untuk perceraian yang terjadi dalam sebuah keluarga
membentuk suatu kepribadian positif anak. Kondisi (Hurlock, 2012).
keluarga yang tidak harmonis akan membuat anak Beberapa remaja yang orangtua bercerai dan
kehilangan arah. Terlebih apabila kondisi belum dapat menerima perceraian orangtuanya
keluarganya yang bercerai disertai dengan tindak akan memiliki keinginan yang sangat besar untuk
kekerasan. Perceraian sendiri merupakan mewujudkan keluarga menjadi normal kembali
terputusnya ikatan pernikahan dinamik secara dengan membujuk agar kedua orangtuanya rujuk.
hukum dan permanen yang dapat mempengaruhi Pada sebagian remaja mungkin ada yang
pertumbuhan psikologis seseorang. Perceraian melakukan cara-cara yang mengarah pada
sering dipandang sebagai sebuah katub pengaman tindakan merugikan diri sendiri karena merasa
yang mengembalikan otonomi individualitas gagal menyatukan kedua orangtuanya kembali.
mantan suami atau bekas istri. Tetapi banyak Adanya berbagai reaksi pada remaja terhadap
kasus yang terjadi dalam keluarga yang telah perceraian orangtua berkaitan erat dengan
bercerai yaitu mengenai dampak perceraian penerimaan individu terhadap perceraian (Aminah,
terhadap kondisi psikologis dan ekonomis anak. Andayani & Karyanta, 2014).
Remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak
METODE
ke dewasa yang mencakup aspek biologi, kognitif
dan perubahan sosial yang berlangsung antara 10- Metode dalam penulisan artikel ini menggunakan
19 tahun dan belum kawin. Batasan usia remaja studi literatur. Studi literatur yaitu data sekunder
menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Monks yang dilakukan dengan diawali mencari kajian
mengatakan bahwa masa remaja dapat dibagi kepustakaan dari berbagai literatur seperti buku,
menjadi tiga kelompok usia, yaitu: (1). Remaja jurnal ilmiah, artikel, ataupun hasil penelitian
awal (usia 12-15 tahun). (2) Remaja pertengahan sejenis yang telah dipublikasikan mengenai
(usia 15-18 tahun). (3) Remaja akhir, berkisar dampak perceraian orang tua terhadap anak
pada (usia 18-21 tahun). Pada masa ini individu remaja.
mulai merasa stabil. Mulai mengenal dirinya, mulai
PEMBAHASAN
memahami arah hidup, dan menyadari tujuan
hidupnya (Ningrum, 2013). Remaja merupakan Kasus Mengenai Anak Remaja yang Orang
fase yang penting bagi individu untuk Tuanya Bercerai
pembentukan keperibadiannya. Ketika orang-tua Seorang remaja berusia 20 tahun berisinisal SF
dan anak memiliki hubungan yang positif dan yang orang tuanya bercerai kurang lebih sudah 4
adaptif maka akan membantu remaja dalam tahun. SF anak ke 2 dari 4 bersaudara, kakaknya
pencapaian tugas perkembangan yang optimal. sudah berkerja , adik-adiknya masih usia sekolah
Sebaliknya hubungan yang tidak harmonis antara dasar. SF menceritakan bahwa ayahnya memang

112
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 109 - 119 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

bekerja sebagai nahkoda untuk suatu pabrik bahwa kebutuhan umum anak adalah
limbah, jadi ayahnya bisa pulang untuk menemui perlindungan (keamanan), kasih sayang,
anak-anaknya hanya 1 tahun sekali , tetapi 2 tahun pendekatan/ perhatian, dan kesempatan untuk
setelah bercerai ayah SF tidak pernah menanyakan terlibat dalam pengalaman positif yang dapat
kabar via telpon atau pun pesan singkat , SF menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan
merasa sedih dan ketika SF melihat kehidupan mental yang sehat. Sedangkan menurut Katz yang
teman-teman dekat disekitarnya yang orangtuanya dikutip oleh Muhidin (2003) menjelaskan jika
utuh , merasakan perhatian full dari seorang ayah kebutuhan dasar yang sangat penting bagi anak
, SF hanya bisa menahan semua kesedihan, adalah hubungan orangtua dan anak yang sehat
kekesalan sendiri. Ayah SF lepas tanggung jawab dimana kebutuhan anak seperti perhatian dan
kepada SF dan adik-adiknya , SF menceritakan kasih sayang yang kontinu, perlindungan,
juga ibunya bekerja keras sebagai single parents dorongan, dan pemeliharaan harus dipenuhi oleh
bekerja di pabrik demi memenuhi kebutuhan anak- orangtua. Selain itu, Hunttman (dalam Huraerah,
anaknya. Terkadang SF mempunyai keinginan 2005) merinci kebutuhan anak menjadi 10, yaitu:
untuk menyatukan kembali orangtuanya karena 1) Kasih sayang orangtua.
kasihan kepada ibu dan adik-adiknya yang masih 2) Stabilitas emosional.
kecil , tetapi kadang ada perasaan tidak ingin 3) Pengertian dan perhatian.
memikirkan ayahnya lagi sampai kapanpun. Lalu 4) Pertumbuhan kepribadian.
pada saat hari lebaran , SF berkunjung ke rumah 5) Dorongan kreatif.
nenek dari ayahnya yang ternyata ayahnya pulang 6) Pembinaan kemampuan intelektual dan
tetapi tidak sendiri , ayahnya mengenalkan keterampilan dasar.
seorang perempuan baru , disitu SF merasa sangat 7) Pemeliharaan kesehatan.
benci kepada ayahnya bahkan tidak mau mengenal 8) Pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian,
ayahnya lagi. SF mengatakan untuk bertanggung tempat tinggal yang sehat dan memadai.
jawab saja tidak, malah mengenalkan perempuan 9) Aktivitas rekreasional yang konstruktif dan
baru kepada SF. Sesudah kejadian itu kurang lebih positif.
6bulan setelahnya, kakak SF tiba-tiba bercerita 10) Pemeliharaan, perawatan, dan
bahwa ayah menelpon tetapi hanya ingin perlindungan.
mendekatkan kakaknya dengan perempuan baru Orangtua harus memenuhi kebutuhan dasar anak
nya, tetapi kakak SF menjawab telponnya hanya dengan sebaik-baiknya supaya pertumbuhan dan
dengan berbicara sedang tidak mau di ganggu. perkembangan anak secara fisik, psikis, intelektual
Dan perasaan SF untuk sangat membenci ayahnya maupun sosialnya berlangsung dengan baik. Kasus
semakin besar. yang dialami SF merupakan bentuk dari
pelanggaran akan pemenuhan kebutuhan anak
Kebutuhan Anak
seperti kasih sayang orangtua, stabilitas
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yang
emosional, pengertian dan perhatian,
mau tidak mau harus dipenuhi. Menurut Brown dan
pertumbuhan kepribadian.
Swanson (dalam Muhidin, 2003) menyatakan

113
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 109 - 119 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

Dampak Perceraian Pada Anak penguasaan anak pengadilan memberikan


Perceraian mempunyai akibat pula, bahwa keputusan.
kekuasaan orang tua berakhir dan berubah 2. Bapak bertanggung jawab atas semua biaya
menjadi “perwalian” (voogjid), Subekti 1992:44. pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan
Mereka yang putus perkawinan karena perceraian anak, bilamana bapak dalam kenyataannya tidak
memperoleh status perdata dan kebiasaan sebagai dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan
berikut: memutuskan ibu ikut memikul biaya tersebut.
(1) keduanya tidak terikat lagi dalam tali 3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas
perkawinan, menjadi bekas suami berstatus duda suami untuk memberikan biaya penghidupan
dan menjadi bekas istri menjadi janda. dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas
(2) keduannya bebas melangsungkan perkawinan istri.
dengan pihak lain dengan ketentuan pihak mantan Dampak terhadap anak bila pasangan suami istri
istri sudah melewati masa iddah, yang bercerai sudah mempunyai anak yaitu
(3) kedua belah pihak diperkenakan menikah dampak psikologisnya, apabila anak tersebut masih
kembali diantara mereka sepanjang tidak kecil maka tidak baik terhadap perkembangan jiwa
bertentangan dan dilarang oleh Undangundang si anak, misalnya dalam bergaul dengan teman
dan norma agama mereka (Moh. Mahfud, sebayanya anak merasa malu, minder dan
2006:210). sebagainya. Bila anak berumur kurang dari 11
Menurut Leslie, trauma yang dialami anak karena tahun maka hak asuhnya diputuskan oleh
perceraian orang tua berkaitan dengan kualitas pengadilan, sedangkan anak yang berumur lebih
hubungan dalam keluarga sebelumnya. Apabila dari 11 tahun maka anak tersebut berhak memilih
anak merasakan adanya kebahagiaan dalam sendiri atau menentukan sendiri akan ikut siapa.
kehidupan rumah sebelumnya maka mereka akan Anak-anak dalam keluarga yang bercerai kurang
meraskan trauma yang sangat berat. Sebaliknya mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari
bila anak merasakan tidak ada kebahagiaan orang tuanya, sehingga mereka merasa tidak
kehidupan dalam rumah, maka trauma yang aman, mudah marah, sering merasa tertekan
dihadapi anak sangat kecil dan malah perceraian (depresi), bersikap kejam atau saling mengganggu
dianggap sebagai jalan keluar terbaik dari konflik orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap
terus menerus yang terjadi antara ayah dan ibu ( binatang ( hewan), menunjukkan kekhawatiran
T.O Ihromi, 2004:160). dan kecemasan, dan merasa kehilangan tempat
Menurut Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang berlindung dan tempat berpijak. Dikemudian hari
perkawinan, pasal 41 disebutkan : akibat putusnya dalam diri mereka akan membentuk reaksi dalam
perkawinan karena perceraian ialah : bentuk dendam dan sikap bermusuh dengan dunia
1. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban luar. Anak-anak tadi mulia menghilang dari rumah,
memelihara dan mendidik anak-anaknya, bilamana lebih suka bergelandang dan mencari kesenangan
ada perselisihan mengenai hidup di tempat lain.

114
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 109 - 119 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

Menurut Dadang Hawari anak-anak yang disayangi, dilindungi rasa aman dan dihargai telah
dibesarkan dalam keluarga yang mengalami tereduksi bersamaan dengan peristiwa perceraian
disfungsi, mempunyai resiko yang lebih besar orang tuanya. Keluarga yang tidak harmonis, tidak
untuk bergantung tumbuh kembang jiwanya stabil atau berantakan (broken home) merupakan
(misal, kepribadian anti social) dibandingkan anak- faktor penentu bagi perkembangan kepribadian
anak yang dibesarkan dalam keluarga yang anak yang tidak sehat. Aspek-aspek yang berkaitan
harmonis dan utuh atau sakinah. Salah satu ciri dengan kepribadian itu sendiri antara lain :
disfungsi adalah perceraian orang tuanya. (1) Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam
Perceraian tersebut ternyata memberi dampak mematuhi etika perilaku, konsisten atau
yang kurang baik terhadap perkembangan tidaknya dalam memegang pendirian atau
kepribadian anak. Dalam penelitian ahli seperti: MC pendapat.
Dermott, Moorison Offord dkk, Sugar, Westman (2) Temperamen, yaitu disposisi reaksi seseorang
dan Kalter yaitu bahwa remaja yang orang tuanya atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
bercerai cenderung menunjukan: (1) berperilaku rangsangan yang datang dari lingkungan.
nakal. (2) mengalami depresi. (3) melakukan (3) Sikap, yaitu sambutan terhadap objek (orang,
hubungan seksual secara aktif. (4) kecenderungan benda, peristiwa, dan sebagainya) yang
terhadap obat-obat terlarang (Syamsu Yusuf LN, bersifat positif, negative atau ambivalen (ragu-
2009:43-44). ragu).
Akibat perceraian akan sangat dirasakan adalah : (4) Stabilitas Emosional, yaitu kadar kestabilan
- Perasaan kehilangan arti keluarga reaksi emosional terhadap rangsangan dari
(Kondisi ini anak merasa diabaikan , kesepian). lingkungan. Seperti : mudah tidaknya
- Kualitas hubungan dengan orang tua menurun tersinggung, marah, sedih atau putus asa.
(anak lebih menutup diri untuk membatasi (5) Responsibilitas, yaitu kesiapan untuk
hubungan dengan orang tua) menerima resiko dari tindakan atau perbuatan
- Membenci Orang tua yang dilakukan.
- Rasa tidak aman (6) Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang
- Sedih yang mendalam berkaitan dengan hubungan interpersonal.
- Kesepian Seperti pribadi yang terbuka atau tertutup,
- Marah/kesal kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
- Menyendiri (Syamsu Yusuf, 127:2009).
Perasaan tersebut yang dapat menyebabkan Hubungan interpersonal dalam keluarga yang
perubahan pada kondisi kepribadian remaja. patologis atau tidak sehat telah memberikan
Remaja yang orang tuanya bercerai akan kontribusi yang sangat besar terhadap sikap
mengalami kebingungan dalam mengambil mental seseorang.
keputusan, apakah akan mengikuti ayah atau ibu. Dalam penelitian Leslie menunjukan bahwa lebih
Ia cenderung mengalami frustasi karena dari separuh anak yang berasal dari keluarga yang
kebutuhan dasarnya, seperti perasaan ingin tidak bahagia, memandang perceraian sebagai

115
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 109 - 119 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

solusi yang terbaik. Sedangkan anak-anak dari tersebut karena ia merasa apabila orang tuanya
keluarga bahagia lebih dari separuhnya menikah lagi, ia akan merasa tersisihkan dan tidak
menyatakan kesedihan dan bingung menghadapi dipedulikan lagi.
perceraian orang tuanya. Dampak negatif atau
Pertolongan Untuk Dampak Perceraian Pada
buruk lebih dialami anak-anak yang orang tuanya Anak
bercerai. Leslie mengungkapkan bahwa anak-anak Dukungan sosial yang dibutuhkan remaja adalah
yang orang tuanya bercerai sering hidup menderita orang tua. Pengasuhan yang dilakukan oleh orang
khususnya dalam hal keuangan dan secara tua bergantung pada cara interaksi antara
emosional kehilangan rasa aman (Moh. Mahfud, keduanya (orang tua-anak). Rohner mengatakan
2006:211). Anak-anak yang orang tuanya faktor yang memengaruhi hubungan orang tua dan
bercerai umumnya merasa malu dan menjadi anak adalah pengasuhan yang dipenuhi kasih
inferior terhadap anak-anak yang lain. Gluecks sayang dan kehangatan. Hasil penelitian Lila,
menyakini bahwa perceraian juga turut memberi Garcia, dan Gracia menunjukkan bahwa
kontribusi terhadap tingkat delikuensi dikalangan pengasuhan orang tua yang dipenuhi kehangatan
remaja. Temuan Gluecks tidak jauh berbeda dan kasih sayang berhubungan positif dengan
dengan hasil penelitian Browning yang perkembangan anak. Eunjung menambahkan,
menunjukkan anak-anak delikuesi cenderung pada keluarga yang mengalami perceraian dan
berasal dari keluarga yang tidak harmonis yang memiliki tekanan yang mengakibatkan depresi dan
orang tuanya bercerai (Moh. Mahfud, 2006:211). stres baik ayah maupun ibu berpengaruh positif
Adakalanya anak-anak secara terang-terangan tehadap perilaku pengasuhan penolakan (agresi),
menunjukan ketidakpuasan terhadap orang pengabaian, dan perasaan tidak sayang (Asilah
tuanya, mulai melawan atau memberontak, sambil dan Hastuti, 2014). Sebagian remaja yang di asuh
melakukan perbuatan kriminal baik terhadap orang dan tinggal dengan salah satu orang tuanya
tua maupun terhadap dunia luar yang kelihatan mengalami beberapa peristiwa yang kurang
tidak ramah baginya. Sehingga anak merasa penuh menyenangkan, hal ini membuat remaja menjadi
dengan konflik batin serta mengalami frustasi murung dan tidak mampu menerima kenyataan
selain itu anak juga memiliki perasaan peka dari bahwa orang tuanya telah bercerai, remaja juga
pada anak-anak yang lain, disebabkan perasan kurang percaya diri ketika mengemukakan
malu, minder, dan merasa kehilangan. pendapat juga merasa malu dengan keadaanya,
Secara psikologi setelah perceraian orang tua akan hal ini mengakibatkan remaja sulit bergaul dengan
merasa bersalah terhadap anak-anak mereka, orang lain, ketidakmampuan remaja dalam
sehingga mereka memanjakannya. Akibatnya anak mengendalikan emosi ketika melampiasakan
merasa bahwa orang tuanya adalah merasa milik amarah membuat remaja sulit dalam
mereka sendiri dan sulit membuatnya untuk menyesuaikan diri dengan keadaan disekitarnya.
berbagi. Hal tersebut terlihat ketika salah satu Pekerja sosial dengan anak merupakan sebuah
anggota ingin membuat anggota baru, maka anak pelayanan yang dilakukan untuk membantu anak
tersebut akan menolak dan menentang keras hal agar dapat meningkatkan keberfungsian sosialnya.

116
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 109 - 119 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

Pekerja sosial berusaha untuk mampu 3) Memberikan fasilitas interaksi dengan sistem-
meningkatkan kemampuan anak dalam memenuhi sistem sumber.
kebutuhan hidupnya, mampu meningkatkan 4) Mempengaruhi kebijakan sosial.
kemampuan anak dalam menjalankan peran sesuai 5) Memeratakan atau menyalurkan sumber-
dengan status dan tahap perkembangannya, serta sumber material.
mampu meningkatkan kemampuan anak dalam b. Peranan pekerja sosial anak
memecahkan masalahnya. Dalam bekerja dengan 1) Sebagai sumber pemercepat perubahan
anak, seorang pekerja sosial harus mendasarkan (enabler)
intervensinya kepada kepentingan terbaik untuk Sebagai enabler, seorang pekerja sosial anak
anak. membantu individu-individu, kelompok-kelompok,
Sebagaimana yang disebutkan dalam Konvensi dan masyarakat dalam mengakses sistem sumber
Hak Anak PBB pada tahun 1989 dikutip oleh Buttler yang ada, mengidentidikasi masalah dan
& Roberts (2004: 41), bahwa: mengembangkan kapasitasnya agar dapat
“In all actions concerning children, whether mengatasi masalah untuk pemenuhan
undertaken by public or private social welfare kebutuhannya.
institutions, courts of law, administrative 2) Peran sebagai perantara (broker)
authorities or legislative bodies, the best interests Peran sebagai broker yaitu menghubungkan
of the child shall be a primary consideration.” individu-individu, kelompok-kelompok, dan
Yang artinya dalam semua tindakan tentang anak- masyarakat dengan lembaga pemberi pelayanan
anak, apakah dilakukan oleh lembaga-lembaga masyarakat dala hal ini, Dinas Sosial dan
publik atau swasta kesejahteraan sosial pengadilan Pemberdayaan Masyarakat serta Pemerintah, agar
hukum, pemerintah maupun badan legislatif, dapat memnberikan pelayanan kepada individu-
kepentingan terbaik anak harus menjadi individu, kelompok-kelompok dan masyarakat
pertimbangan utama. yang membutuhkan bantuan atua layanan
Didalam peran dan fungsi pekerja sosial dengan masyarakat.
anak menurut (Heru Sukoco, 1995:22-27)
menjelaskan fungsi dan peran pekerja sosial 3) Peran sebagai pendidik (educator)
sebagai berikut: Dalam menjalankan peran sebagai educator,
a. Fungsi Pekerja sosial anak community worker diharapkan mempunyai
1) Membantu orang meningkatkan dan kemampuan menyampaikan informasi dengan baik
menggunakan kemampuannya secara efektif untuk dan benat serta mudah diterima oleh individu-
melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan individu, kelompok-kelompok, dan masyarakat
memecah masalah-masalah sosial yang mereka yang menjadi sasaran perubahan.
alami. 4) Peran sebagai tenaga ahli (expert)
2) Mengkaitkan orang dengan sistem-sistem Dalam kaitannya sebagai expert, pekerja sosial
sumber. dapat memberikan masukan, saran, dan dukungan

117
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 109 - 119 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

informasi dalam berbagai area (individu-individu, Anak beserta keluarga terdekat korban diharapkan
kelompok-kelompok dan masyarakat). terlibat aktif dalam proses intervensi yang akan
5) Peran sebagai perencanaan sosial (social dilakukan, supaya mampu mencapai tujuan yang
planner) dikehendaki. Dalam kasus yang dialami korban
Seorang social planner, mengumpulkan data berinisial SF, pekerja sosial dapat melakukan
mengenai masalah sosial yang dihadapi individu- proses pertolongan sesuai dengan tahapan
individu, kelompok-kelompok, dan masyarakat. pertolongan pekerjaan sosial, pekerja sosial
6) Peran sebagai fasilitator memberikan layanan konseling, serta pekerja
Peran pekerja sosial sebagai fasilitator, dalam sosial memberikan layanan konseling keluarga.
peran ini berkaitan dengan menstimulasi atau Semua upaya tersebut melibatkan berbagai pihak
mendukung masyarakat. Peran ini dilakukan untuk untuk turut serta aktif antara lain klien, keluarga,
mempermudah proses perubahan individu- masyarakat, dan pekerja sosial.
individu, kelompok-kelompok dan masyarakat,
DAFTAR PUSTAKA
menjadi katalis untuk bertindak dan menolong
sepanjang proses pengambangan. Aminah, Andayani, & Karyanta. 2014. Proses
Penerimaan Anak (Remaja Akhir)
SIMPULAN
Terhadap Perceraian Orangtua Dan
Hingga saat ini dampak perceraian orang tua Konsekuensi Psikososial Yang
memang dapat memberikan dampak buruk bagi Menyertainya. Jurnal. Fakultas Kedokteran
anak, baik fisik maupun psikologis anak. Sehingga Program Studi Psikologi Universitas
perceraian memang perlu dipertimbangkan Sebelas Maret. <http://www.ejurnal.
matang-matang, dan orang tua harus bisa com/2014/12/Proses-Penerimaan-
memberikan pengertian yang baik kepada anak AnakRemaja-Akhir. html>
sehingga dapat mengurangi dan mengatasi
Asilah & Hastuti,Dwi. 2014.Hubungan Tingkat
dampak buruk pada anak pada saat perceraian
Stres Ibu Dan Pengasuhan Penerimaan
terjadi. Tetapi fungsi keluarga untuk memberikan
Penolakan Dengan Konsep Diri Remaja
pengertian dan perhatian pada anak/remaja
Pada Keluarga Bercerai. Jurnal. Fakultas
ternyata tidak berfungsi dalam kaitannya dengan
Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
kasus perceraian. Untuk mengatasi perlakuan
Jur. Ilm. Kel. & Kons., Januari 2014, p : 10-
salah tersebut, maka dalam praktik pekerjaan
18 Vol. 7, No. 1 ISSN : 1907 – 6037
sosial, seorang pekerja sosial harus berupaya
https://scholar.google.com/scholar?q=HU
mewujudkan ketercapaian akan kesejahteraan
BUNGAN+TINGKAT+STRES+IBU+DA
bagi anak . Anak yang mendapatkan perlakuan
N+PENGASUHAN+PENERIMAANPENOLAK
salah dari keluarganya memerlukan layanan yang
AN+DENGAN+KONSEP+DIR
tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi harus juga
I+REMAJA+PADA+KELUARGA+BERC
dilakukan pada keluarganya. Berbagai upaya
ERAI&btnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5&as_
petolongan dapat dilakukan oleh pekerja sosial.
ylo=2013&as_vis=1

118
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 109 - 119 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

Dewi, P.S & Utami, M.S. 2015. Subjective Well


Being Anak Dari Orang Tua Yang Bercerai.
Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada. Vol. 35, NO. 2, 194 – 212
ISSN: 0215-8884

Ningrum, P.Rosalia. 2013. Perceraian Orang Tua


Dan Penyesuaian Diri Remaja. eJournal
Psikologi, 2013, 1 (1): 69-79 ISSN 0000-
0000, ejournal.psikologi.fisipunmul.org.

Priyana, D. 2011. Dampak Perceraian Terhadap


Kondisi Psikologis Dan Ekonomis Anak
(Studi Kasus Pada Keluarga Yang Bercerai
Di Desa Logede Kecamatan Sumber
Kabupaten Rembang). Skripsi. Jakarta:
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang

Ismaluka, 2016. Peran Pekerja Sosial di Lembaga


Konsultasi Kesejahteraan Keluarga
Yogyakarta Dalam Intervensi Mikro.
http://digilib.uin-
suka.ac.id/23575/1/12250122_BAB-I_IV-
atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

119

Anda mungkin juga menyukai