Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

 Nama: Qistontiyah zamrud


 Kelas:2A
 Absensi: 2019010008

Jawaban:
1. yang mendasari pembentukan HAM ialah:
•Penindasan atas kaum yang lemah
•Ketidak adilan atas beberapa hal
•Dikriminasi terhadap orang yang tidak mampu,
menderitanya orang orang yang dikucilkan atas perbedaannya
serta diberlakukannya hukum yang kuat yang berkuasa yang
memelaratkan banyak orang. Sehingga dibentuklah HAM untuk menjaga
dan membatasi seseorang melakukan hal" yg merugikan dan penindasan
terhadap sesama
2. Pertama, Papua, di mana kondisi hak-hak sosial, keamanan dan sipil
masih buruk. Index Pembangunan Manusia di Papua masih dan tetap
yang terendah sepanjang 10 tahun terakhir (BPS, 2017). Segelintir respon
Pemerintah hanya upaya pembangunan ekonomi, membangun jalan dan
rekonsiliasi melalui bakar batu.
Kedua, masalah hak sosial dan ekonomi. Hak atas pekerjaan, pendidikan,
kesehatan dan ketimpangan menjadi daftar masalah, termasuk ketiadaan
informasi kepada masyarakat atas berbagai jaminan dan bantuan hak
sosial tersebut. Berbagai bantuan cenderung tidak tepat sasaran dan
jumlahnya cenderung tidak tepat sesuai janji. Kondisi ekonomi juga masih
rentan, dimana terdapat ketimpangan yang cukup serius, di mana
kekayaan 4 orang kaya setara dengan akumulasi kekayaan 100 orang
miskin di Indonesia. Situasi ini berpotensi pada pelemahan kohesi sosial
(Infid dan Oxfam, 2017).
Ketiga, masalah hak partisipasi, terutama dalam dua soal, partisipasi
dalam kegiatan politik seperti pemilihan kepada daerah yang semakin
subur dengan kampanye identitas ras atau kepercayaan. Selama ini
pendidikan elektoral hanya sebatas tata cara memilih, tidak ada yang
serius untuk mendidik substansi para calon. Persoalan lain adalah
partisipasi dalam kontrol kebijakan publik di mana masyarakat sering
tidak mendapatkan informasi yang baik serta dibatasi perannya, bahkan
dipidanakan, selain juga diteror.
Keempat, masalah klasik yang tak satupun pemerintahan di masa
reformasi ini berhasil menanganinya, yaitu, Pelanggaran HAM Berat, dan
terjadi di masa lalu, yang belum diselesaikan hingga saat ini. Sembilan
berkas penyelidikan Komnas HAM, secara jelas dan sengaja tak satu pun
ditindaklanjuti oleh Kejaksaan Agung (KontraS, 2ditero
Kelima, masalah hak atas lingkungan hidup, hak atas tanah, air dan
Pengakuan (hak) Masyarakat Adat. Masalah ini bisa dikatakan masalah
yang meningkat tajam dalam 5 tahun terakhir. Hal ini diakibatkan
liberalisasi izin pemerintah daerah yang dimanfaatkan oleh kepentingan
bisnis eksploitatif perusahaan lokal, nasional maupun internasional.
situasi ini semakin diperparah dengan gaya kebijakan pembangunan
pemerintah, baik di tingkat nasional maupun di tingkat lokal. Jutaan
hektar tanah masyarakat adat telah dikuasai oleh swasta, berakibat pada
jutaan warga sipil, khususnya masyarakat adat harus keluar dari wilayah
adatnya (KPA, 2016).
Keenam, adalah masalah integritas personal dan kebebasan sipil warga
negara. Berbagai pembatasan berkumpul, berekspresi dan
menyampaikan informasi berujung dengan pemidanaan dan persekusi.
Dalam tiga tahun terakhir angka penyiksaan, pembunuhan di luar proses
hukum, eksekusi hukuman mati serta proses peradilan yang sesat tumbuh
subur.
Kategori hak ini sering diserang oleh para politisi, pengambil kebijakan
dan kelompok massa tertentu sebagai ciri hak individualis, seolah bukan
ciri hak ‘ke-Indonesia-an’. Terlebih mereka yang menjadi korban dari hak
ini dilekatkan dengan kejahatan narkoba, atau kriminalitas seperti
pencurian

2
Sebaliknya, pelanggaran hak ini mengandung makna populisme penegak
hukum, dengan cara mengabaikan unsur norma HAM. Semakin brutal,
semakin populis terlihat tegas, seperti ide untuk membuang pelaku
kriminal ke pulau yang penuh binatang buas, membuat pernyataan di
muka umum ‘gebuk’ atau ‘diinjak-injak di muka umum’.
Terakhir, ketujuh, Hak kelompok Minoritas dan Kelompok Rentan.
Kelompok minoritas agama, kepercayaan dan peribadatan merupakan
kelompok yang paling sering menjadi sasaran arogansi kelompok bisnis,
industri dan kelompok massa. Bahkan di dalam kelompok ini sering
didapati minoritas berganda, yaitu anak-anak, perempuan atau orang tua.

3. a. Hak untuk hidup (Pasal 4)


b. Hak untuk berkeluarga (Pasal 10)
c. Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16)
d. Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17, 18, 19)
e. Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27)
f. Hak atas rasa aman (Pasal 28-35)
g. Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42)
h. Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44)
i. Hak wanita (Pasal 45-51)
j. Hak anak (Pasal 52-66)

Anda mungkin juga menyukai