Anda di halaman 1dari 27

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing pada :

Hari . . . . . . . . . . . . . tanggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Batam, . . . . . . . . . . . 2011

Pembimbing : Dr. Agus Permadi, Sp. S


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya, referat
dengan judul ”TRANSCRANIAL DOPPLER” dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih
yang sangat besar penyusun tujukan kepada Dr. Agus Permadi, Sp.S ; dokter
pembimbing yang telah memberikan ilmu dan bimbingan dengan penuh sabar,
karyawan paramedis dan non-paramedis di ruang perawatan RS Otorita Batam yang
telah memberikan banyak bantuan serta pengalaman, teman seperjuangan yang dengan
sangat baik bekerja sama dalam menjalani kepaniteraan klinik ini, dan
pasien serta keluarga yang bersedia menjadi tempat menambah ilmu dan pengalaman.
Penyusun sangat berharap makalah ini akan berguna bagi pembaca untuk
menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai TRANSCRANIAL DOPPLER.
Penyusun juga menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Batam,.................. 2011

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

STROKE merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung


koroner (pjk) dan kanker. Tetapi kejadian stroke merupakan penyebab kecacatan yang paling
banyak. Stroke terjadi karena adanya gangguan atau penyumbatan pembuluh darah ke otak.
Upaya pencegahan, diagnosis dan terapi yang tepat sangat menentukan keberhasilan
manajemen penyakit ini.

Transcranial Doppler atau TCD merupakan teknologi baru, yang diperkenalkan oleh
Rune Aaslid dkk. dari University of Bern pada tahun 1982, untuk membantu menilai kondisi
pembuluh darah otak sebagai upaya pencegahan (pre-stroke), diagnosis (saat terjadi stroke),
dan menilai hasil terapi (post-stroke).

TCD menggunakan teknik ultrasonografi non invasif yang mempunyai kemampuan


untuk mengukur kecepatan aliran (flow velocity) darah pada segmen tertentu pembuluh darah
nadi utama otak pada kedalaman tertentu, dan arah aliran darah di otak (mendekati atau
menjauhi transduser) serta resistensi pembuluh darah (elastisitas pembuluh darah dalam
menampakkan perbedaan sistolik dan diastolik)
Pada pemeriksaan/insonasi Middle Cerebral Artery (MCA) atau arteri serebri media lewat
Temporal Bone Window, pada kedalaman 40-60 mm, kita akan memperoleh nilai Mean Flow
Velocity (MFV) atau Kecepatan Aliran Rata-rata dalam cm/detik, dan nilai Pulsatility Index
(PI) atau Indeks Tahanan Vaskuler Intrakranial. Penggunaan nilai MFV ini untuk menilai
perubahan hemodinamika intrakranial, sebab tidak banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor
sistemik dari jantung. Kecepatan aliran (flow velocity) ini pada umumnya selalu proporsional
dengan banyaknya darah (flow volume) sehingga dapat dipakai sebagai indeks aliran darah
otak pada pembuluh darah yang dievaluasi.3
BAB 2

TRANSCRANIAL DOPPLER

TCD adalah sebuah tes yang mengukur kecepatan aliran darah melalui pembuluh

darah otak. TCD digunakan untuk membantu dalam diagnosis emboli, stenosis, vasospasme

dari subarachnoid hemorrhage (perdarahan dari pecah aneurisma), dan masalah lainnya. Tes

yang relatif cepat dan murah ini semakin populer di Amerika Serikat. Semasa dilakukan tes

TCD, gelombang bunyi yang tidak bisa didengar oleh manusia akan ditransmisi melalui

jaringan di kepala. Gelombang bunyi ini akan dipantulkan oleh sel darah yang bergerak di

dalam pembuluh darah dimana hal ini bisa membantu para radiologis menghitung kecepatan

gerakan sel darah tersebut. Gelombang bunyi tersebut akan direkam dan disiarkan di skrin

computer. Para dokter merekomendasikan tes ini untuk menentukan jumlah aliran darah pada

sebagian daerah pada otak. TCD juga bisa digunakan untuk memonitor aliran darah otak

sewaktu dilakukan pembedahan. TCD sering digunakan bersamaan dengan tes lain seperti

MRI, MRA, karotis dupleks USG dan CT scan.


SEJARAH TCD

Dilahirkan pada tahun 1803, Christian Andreas Doppler, membesar di Salzburg. Saat

berumur 19 tahun, beliau dimasukkan ke Institusi Politeknik di Vienna, dan pada tahun 1828,

melanjutkan pengajian dalam bidang Sains dan filsafat. Pada tahun 1841, beliau dilantik

menjadi guru besar dalam metamatika dan geometri praktikal di Institusi Teknikal di Prague.

Gambar 1. Christian Andreas Doppler (1803-1853).

Terinspirasi dari penelitian astronomer Inggeris, James Bradly (1693-1762),

membuatkan beliau menulis sebuah makalah yang dipresentasikan di Royal Bohemian

Society of Science dan membuatkan nama beliau jadi terkenal. 'On the colored light of the

double stars and certain other stars of the heaven'. Beliau berpendapat bahwa makin terang

bintang (luas cahaya yang dilihat), makin dekat jaraknya dengan bumi. Turut dikaitkan,

hubungan kelajuan objek dan gelombang frekuensi yang dihasilkan dan diterima. Pada tahun

1853, Doppler meninggal pada umur 49 tahun saat bercuti di Venice karena Tuberkulosis

paru.

Buy Ballot (1818-1890), matematika Belanda, pada tahun 1845, mengkonfirmasikan

teori Doppler melalui riset yang dilakukannya pada landasan kereta api. Beliau meminta
klarkson kereta api dibunyikan sepanjang perjalanan kereta tersebut dan mendapati bahwa

bunyi bertambah kencang saat kereta api mendekati beliau dan bunyi semakin berkurang

kencang saat kereta api menjauhinya.

Pada tahun 1918, Langvin (1872-1945) berjaya menghasilkan gelombang ultrasonik

dengan menggunakan batu Quartz.

Pada tahun 1961 pula, Satomura dan Franklin berjaya mengaplikasikan prinsip

ultrasonografi untuk mengukur kelajuan aliran darah perifer dan pembuluh darah

ekstrakranial. Sejak itu, Doppler sonografi diaplikasikan dalam bidang angiologi, neurologi,

kardiologi dan Kebidanan.

Setelah sekian lama, Doppler sonografi tidak digunakan untuk pemeriksaan pembuluh

darah intrakranial karena gelombangnya tidak bisa menembusi tulang tengkorak. Pada tahun

1982, buat pertama kalinya, Rune Aaslid mengukur kelajuan aliran pembuluh darah sirkulus

Willisi lewat kranium menggunakan teknik Doppler. Dalam beberapa tahun berikutnya,

teknik ini dianjurkan dalam mendiagnosa dan kontrol terapi pada penyakit vaskular

intrakranial.
MEKANISME KERJA TCD

Prinsip kerja alat ini mirip dengan alat USG yang menggunakan gelombang

ultarasonic. Gelombang diterima oleh tranduser yang kemudian diproses di dalam computer

dan nantinya akan terlihat gambaran pada layer monitor.

Transduser terdiri dari transduser dua dimensi atau tiga dimensi, tanpa sayatan atau

luka. Tranduser yang ditempelkan ke bagian tubuh pemeriksa ini terdapat kristal, dan kristal

inilah yang menangkap pantulan gelombang.

Konsep dasar Doppler adalah dengan menghantarkan dan menerima kembali

gelombang bunyi melalui transduser, dengan gelombang kembali yang bervariasi karena

terjadinya efek Doppler.

Efek Doppler adalah perubahan panjang gelombang bunyi (atau gelombang lainnya)

karena terjadi pergerakkan relatif antara sumber (source) gelombang dan penerima (receiver)

gelombang.

Apabila gelombang dipantulkan dari objek yang sedang bergerak, frekuensi

gelombang yang diterima berbeda dari frekuensi yang dihantarkan. Perubahan frekuensi ini

adalah Doppler Shift. Penambahan atau pengurangan frekuensi gelombang ini tergantung

kecepatan, arah gerakan dan frekuensi yang dihasilkan oleh sumber.

Gambar 3. perubahan frekuensi gelombang pada keadaan penerima yang bergerak atau

sumber yang bergerak.


Kecepatan aliran darah dapat direkan dengan memancarkan gelombang suara

frekuensi tinggi dari probe ultrasound, dimana gelombang tersebut akan memantul ke

berbagai macam material yang akan dihantarkan kembali melalui probe tadi. Frekuensi yang

digunakan bersifat spesifik (biasanya kelipatan 2 MHz), dan kecepatan dari aliran darah

menyebabkan suatu fase shift yang dimana pada saat bersentuhan dengan probe akan

menimbulkan frekuensi yang tinggi atau rendah. Frekuensi ini dapat berubah berkaitan

dengan kecepatan aliran darah, yang nantinya akan direkan secara elektronik untuk analisa.

Karena konfigurasi dasar TCD adalah dalam bentuk gelombang pulsa dengan analisis

spektral, data yang didapatkan adalah sama seperti dalam bentuk gelombang terus-menerus

(continue). Alat ini memberikan hasil kepada pemeriksa dalam bentuk real-time, dengan

mendemostrasikan arah dan kelajuan aliran. Selain itu, diturut sertakan bacaan digital puncak

kelajuan (peak velocity), rata-rata kelajuan (mean velocity), kedalaman gelombang ultrasound

(ultrasound beam depth) dan indeks pulsasi (pulsatility index [PI]) 2.

PI = (systemic velocity – diastolic velocity)

Mean velocity

PI adalah indeks ukuran resistensi vaskular yang akan berubah apabila terdapat

kondisi yang dapat mengganggu aliran vaskularisasi intrakranial2. Nilai referensi normal telah

diterbitkan untuk kelajuan rata-rata bagi tiap arteri, dimana nilainya berbeda bagi tiap pasien

tergantung umur, hematokrit, dan tekanan parsial karbon dioksida (CO2) arteri2.

Identifikasi arteri menggunakan TCD didasari dari penggunaan jendela akustik,

angulasi gelombang pulsa, kedalaman insonasi, arah aliran dan kemampuan menjejak segmen.

Reaksi pembuluh darah terhadap kompressi arteri karotis komunis ipsilateral dapat membantu
dalam mengidentifikasi segmen arteri. Pada pasien tua dan pasien dengan kondisi patologis,

perasat kompresi ini dapat membantu dalam mengevaluasi status kolateral2.

CARA PEMERIKSAAN

Bagi memeriksa aliran sirkulasi serebral dengan menggunakan TCD, 2 syarat utama

harus dipenuhi;

(1) status aliran sirkulasi serebral ekstrakranial diketahui

(2) pasien harus bisa tiduran dengan posisi supinasi dengan tenang 2. Alat ini mengandalkan

dengan transduser gelombang pulsa berfrekuensi-rendah (2-MHz) bagi menembusi tulang

kranium.

Tulang tengkorak memblok tranmisi dari ultrasound maka daerah dengan dinding

yang tipis atau acoustic window harus digunakan untuk analisa, karena itu dilakukan

perekaman pada daerah temporal di atas dari tulang pipi/arcus zygomaticus, melalui mata, di

bawah rahang, dan dari belakang kepala.

Keberhasilan penggunaan TCD tergantung pada keberadaan “jendela akustik”

(acoustic windows) pada tengkorak. Terdapat beberapa area dimana densitas tulang cukup

tipis untuk ditembusi oleh gelombang ultrasound sehingga prinsip Droppler bisa

diaplikasikan. Usia pasien, jenis kelamin, ras, dan faktor lainnya dapat mempengaruhi
ketebalan tulang, sehingga membuat beberapa pemeriksaan menjadi lebih sulit, bahkan tidak

mungkin dilakukan.

Tiga tempat tersering untuk ditempelkan transduser adalah

(1) transtemporal

(2) transorbital

(3) subossipital2. Terdapat kurang lebih 15% pasien tidak mempunyai jendela yang

sesuai untuk pemeriksaan ini2.

Gambar 4. posisi transduser pada Acoustic Window tertentu.

Gambar 5. posisi transduser pada Acoustic Window dalam posisi sagital


1. Transtemporal2

Probe atau transduser ditempelkan pada tulang temporal, anterosuperior kepada tragus.

Umumnya, transduser dimainkan ke anterior dan superior bagi mendapatkan bacaan

pembuluh darah yang berbeda secara optimal.

Segmen M1 dari arteri serebri media, arteri karotis siphon dan segmen A1 dari arteri

serebri anterior dapat dibaca alirannya pada bagian anterior. Pada bagian posterior, segmen P1

dari arteri serebri posterior dan arteri komunis posterior dapat dibaca.

Gambar 6. Gambaran seluruh Sirkulus Willisi yang dapat dilihat dengan transtemporal

window
Gambar 7. Sinyal Doppler dari arteri serebral media

2. Subossipital2

Transduser ditempelkan pada bagian subossipital dan diarahkan ke foramen magnum,

dapat dibaca bagian dari arteri vertebralis dan arteri basillaris.

Gambar 8. Tranducer suboksipital dan pembuluh darah yang dapat diperiksa


3. Transorbital2

Dapat menilai arteri karotis interna bagian distal dan arteri oftalmika.

Gambar 9. Transorbital

4. Submandibular

Dapat menilai segmen distal dari arteri karotis interna bagian ekstradural. Berguna dalam

mendeteksi:

- Diseksi pada arteri karotis interna

- Menilai adanya oklusi pada arteri karotis interna

Gambar 10. Submandibular


Gambar 11. Nilai normal mean velocity arteri

METODE TCD

Terdapat 2 metode perekaman TCD:

1. Metode pertama adalah dengan B-mode imaging yang memperlihatkan gambar 2

dimensi yang terlihat oleh probe ultrasound. Ketika pembuluh darah ditemukan,

kecepatan aliran darah dapat ditentukan dengan probe Doppler yang berpulsasi, yang

menggambarkan kecepatan aliran darah setiap waktu. Bisa dilakukan bersama-sama

dengan tes duplex.

2. Metode kedua adalah dengan menggunakan probe sahaja, dimana pada metode ini

dibutuhkan keahlian dan pengalaman dari seorang dokter dalam mencari pembuluh

darah yang tepat. Doppler isonansi dapat juga digunakan untuk mengobati pasien

dengan penyempitan pembuluh darah kecil. Teknik ini sudah dipopularkan di INggris

oleh Dr. Paul Syme di RS. Melrose.


KELEBIHAN TCD

Kelebihan Transcranial Doppler (TCD)1 :

- Menggunakan teknik sonografi yang non invasif sehingga menghindarkan pasien dari

rasa tidak nyaman selama pemeriksaan

- Aman, karena teknik ini bebas dari bahaya radiasi

- Tidak memerlukan ruangan khusus dalam pelaksanaan 

- Dapat dilakukan berulang kali untuk monitoring tanpa adanya efek samping

- Tidak memerlukan penggunaan zat kontras yang mempunyai resiko terjadinya efek

samping seperti alergi

- Biaya yang lebih murah dibandingkan dengan teknik lain seperti arteriografi.

PERAN TCD

Peran TCD di bidang medis1:

1. Mendeteksi adanya vasospasme (spasme pembuluh darah) misalnya setelah terjadinya

perdarahan subarakhnoid

 TCD seringkali digunakan dalam memonitoring vasospasme

intrakranial pada pasien dengan perdarahan subaraknoid. Terdapat hubungan kuat

antara parahnya perdarahan dan peningkatan kelajuan aliran pada arteri serebri

anterior, media dan posterior. Karena alat TCD yang mudah alih, metode yang

noninvasif dan bisa digunakan berulang-ulang, maka ia dapat digunakan dalam

mengikuti perkembangan dan progresitivitas vasospasme2.

 Patofisiologi terjadinya spasme arterial setelah suatu perdarahan

subarakhnoid masih belum sepenuhnya diketahui. Tetapi jelas adanya darah dan

produk-produk metabolitnya pada sisterna mempunyai peran baik secara sendiri

maupun bersama-sama untuk terjadinya vasospasme4,5.


 Mean Flow Velocity (MFV) yang normal pada arteri serebri media

adalah sekitar 58-62 cm/detik. Sewaktu spasme arterial, akan terjadi kenaikan

kompensatorik pada arteri ini, dan pemeriksaan angiografi hampir selalu

memperlihatkan adanya spasme vaskuler bila nilai MFV melampaui 120 cm/detik.
6

 Pada ketentuan 'Law Of Continuity', yang berlaku pada pembuluh

darah yang sedikit atau tidak memiliki kolateral seperti arteri serebri media, jika

lumen berkurang dua kali lipat, kecepatan aliran akan meningkat dua kali lipat. 6

Q1 x V1 = Q2 x V2

(Q: diameter lumen, V: kecepatan aliran)

 Dan Harder menyatakan bahawa 'percepatan kompensatorik' yang

diketahui dari pemeriksaan TCD terjadi lebih awal daripada penilaian dengan

angiografi.

2. Mendeteksi adanya gangguan/oklusi vaskularisasi intracranial

 Dalam keadaan normal, diantara cabang-cabang proksimal sirkulus Willisi di dasar

tengkorak, arteri serebri media memiliki kecepatan aliran (MFV) tertinggi. Hal ini

berkaitan dengan perannya yang memasok 80% dari kebutuhan darah hemisfer

otak, memiliki lumen yang lebih kecil dibandingkan dengan lumen arteri karotis

interna, dan memiliki sudut insonasi paling kecil pada pemeriksaan TCD. 7

 Law Of Continuity turut berlaku dalam kasus stenosis arteri karotis interna

intrakranial dan cabang-cabang proksimalnya. Stenosis yang ringan sampai sedang

akan meningkatkan kecepatan aliran dan peningkatannya berbanding terbalik

dengan diameter lumen yang tersisa. Bila stenosis melebihi 60-80% diameter
lumen, kecepatan aliran darah di distal segmen yang menyepit tersebut akan

menurun. 7

Gambar 12. Stenosis Arteri Cerebri Media

Gambar 13. gambaran stenosis dan oklusi di Arteri Cerebri Media

3. Mendeteksi adanya stenosis karotis ekstrakranial

 Stenosis pada arteri karotis interna bagian ekstrakranial dapat menyebabkan

perubahan hemodinamik berupa turunnya aliran darah secara bermakna di sisi

distal daerah stenosis. Disimpulkan bahwa pemeriksaan TCD amat sensitif dan

cukup dapat dipertanggungjawabkan dalam menegakkan diagnosa stenosis karotis

yang secara hemodinamik bermakna, yaitu yang beratnya >70% atau sisa lumen

<1.5mm. 7
 Kondisi/patensi sirkulus Willisi bisa ditentukan dengan mengukur perubahan

kelajuan dan arah aliran saat perasat kompresi. Sebagai gambaran, jika terjadi

sumbatan/oklusi pada arteri karotis kanan, kelajuan aliran dan indeks pulsasi pada

arteri serebri media akan berkurang2.

 Penggunaan TCD bagi mengevaluasi respon arteri serebral terhadap karbon

dioksia dapat mengidentifikasi pasien dengan obstruksi subtotal pada arteri karotis

interna dimana terjadi perluasan progresif zona iskemia akibat berkurangnya aliran

intrakranial2.

Gambar 14. Perbedaan bacaan TCD pada pasien dengan angioma sebelah kanan.

Gambar 15. Gambaran stenosis arteri pada TCD


4. Mendeteksi adanya emboli

 Sebagaimana diketahui bahwa 30-60% dari stroke disebabkan oleh emboli otak

yang berasal dari arteri karotis dan jantung, sehingga mendeteksi emboli ini amat

penting dalam mengidentifikasi pasien-pasien yang memiliki risiko tinggi

terjadinya emboli otak, seperti pasien-pasien dengan klep jantung buatan, fibrilasi

atrium, infark miokard akut dan pasien dengan stenosis berat pada arteri karotis

ekstrakranial. Identifikasi ini berdasarkan kriteria Spencer yaitu: berlangsung

singkat (<0.1 detik), intensitas >3 dB dan lokasinya bervariasi pada rekaman

gelombang TCD, disertai suara tiupan (Whistle atau Chirp) yang terdengar secara

bersamaan dengan terjadinya perubahan gelombang TCD saat berlangsungnya

perekaman.7

Gambar 16. Gambaran emboli pada TCD

5. Mengevaluasi pada Malformasi Vaskuler otak

 Pada kasus Malformasi Arter-Vena (AVM) yang besar, yang memiliki fistula atau

shunt, TCD dapat menilai perubahan hemodinamik pada pembuluh darah yang
ikut berperan sebagai pemasok (feeding artery) maupun pembuluh darah yang

menjadi pelepasan (draining vein) AVM tersebut. Identifikasi ini bisa dilakukan

bilamana vasa-vasa tersebut terletak di dasar kranium, atau malformasi tersebut

cukup besar sehingga berpengaruh pada hemodinamik vasa-vasa utama otak. 7

 Sungguhpun MRI dan angiografi adalah gold standard bagi mendiagnosa AVM,

TCD dapat digunakan untuk menilai hemodinamika dari arteri secara kuantitatif.

TCD juga dapat digunakan untuk melokalisasi kelainan kongenital dan

menimbang keperluan operasi atau intervensi terapi radiologikal2.

6. Monitoring intraoperatif

 Keupayaan TCD dalam mengukur aliran darah serebral secara cepat

dan non-invasif menjadikan teknik ini sesuai untuk monitoring intraoperatif.

Observasi segmen M1 dari arteri serebri media dengan menggunakan TCD,

digunakan saat operasi cardiopulmonal bypass dan carotid end-arterectomy untuk

tujuan monitoring selama operatif. Penelitian menunjukkan bahawa mikroemboli

udara dan hiperperfusi serebral dengan kegagalan autoregulasi dapat menghasilkan

defisit neurologi postoperatif2.

7. Menilai Brain Death (mati otak)

 Pola aliran karekteristik telah diukur menggunakan TCD pada pasien yang telah

dinyatakan mati otak melalui tanda-tanda klinis dan kriteria EEG (electro-

encephalo-graphy). Pada TCD, mati otak dapat ditentukan dengan hilangnya atau

aliran terbalik (reverse) dari aliran diastolik atau tarikan pendek sistolik (short

systolic upstroke) pada bentuk gelombang spektrum (spectrum wave-form) pada

arteri serebri media2.


APLIKASI TCD

TCD dapat diaplikasikan pada kasus-kasus seperti 1:

 Resiko terjadinya stroke pada anak-anak penderita sickle cell anemia

 TIA (Transient Ischemic Attack) dan Stroke untuk menilai stenosis pembuluh darah dan

aliran kolateral.

 Menilai adanya trombosis atau emboli pada TIA atau Stroke

 Post Trauma kepala atau perdarahan dari aneurysma sub arachnoid yang beresiko terjadi

vasospasme pembuluh darah

 Mengkonfirmasi diagnosis klinik dari kematian otak (Brain Death)

 Vascular Headache (seperti pada kasus migrain) dan beberapa kasus lain yang masih

dalam tahap pengembangan dan penelitian.


Table 1. Indikasi TCD
Indikasi TCD:2

 Evaluasi sirkulasi kolateral pada pasien dengan penyakit pembuluh darah

ekstrakranial.

 Monitor efek hemodinamika pada kardiopulmonal bypass atau carotid clamping saat

end-arterectomy.

 Mengukur perluasan penyakit intrakranial.

 Evaluasi hemodinamika dan efektivitas terapi pada pasien dengan arteriovenous

malformation.

 Diagnosa pasien dengan vasospasme sekunder dari perdarahan subaraknoid.


Table 2. Aplikasi TCD

Pembatasan TCD2

 Memerlukan pengetahuan normal dan variasi tentang anatomi dan vaskularisasi bagi

menentukan pembuluh darah spesifik.

 Kesabaran dan ketrampilan yang tinggi bagi menentukan jendela akustik. Lebih dari

15% pasien mempunyai jendela akustik transtemporal yang tidak dapat digunakan,

mengakibatkan bacaan secara teknis kurang adekuat.


 Kebingungan (confusion) dari hiperdinamika kolateral dengan stenosis; misdiagnosa

oklusi karena anjakan anatomis dari SOL (space occupying lesion) dan variasi lokasi

anatomi terutama pada sistem vertebrobasiller.

Table 3. Rekomendasi untuk pengulangan test TCD


BAB 3

KESIMPULAN

Transcranial Doppler atau TCD merupakan alat penunjang yang baru ditemukan pada

tahun 1982. Selain keunggulan ultrasonografi (USG) yaitu non invasif, bebas dari radiasi dan

tidak memerlukan zat kontras, TCD juga boleh digunakan dan dipersiapkan dengan cepat

tanpa persiapan dan ruangan khusus dan boleh diandalkan bagi tujuan monitoring dalam

bentuk real-time.

Pemeriksaan TCD atau Transcranial Doppler terutama berperan untuk membantu

menilai resiko terjadinya stroke, terutama pada pasien dengan faktor resiko tinggi seperti

hipertensi, obesitas, dislipidemia (kolesterol tinggi), diabetes mellitus (kencing manis),

perokok, penyakit jantung, dan alkoholisme. Faktor resiko tersebut dapat mengakibatkan

gangguan aliran pembuluh darah otak berupa penyempitan dan pengerasan pembuluh darah

(stenosis), dan penyumbatan akibat emboli. Stenosis pembuluh darah otak akan menyebabkan

resiko terjadinya stroke di masa yang akan datang bila tidak ditangani segera, sementara

stenosis ini seringkali belum memberikan gejala apapun hingga penyempitan telah mencapai

taraf dimana suplai darah dan oksigen ke otak terganggu (stroke). 1


DAFTAR PUSTAKA

1. Trans Cranial Droppler. Laboratorium Klinik Pramita. Ditelusuri pada 17 Mei 2010 di

http://www.pramita.co.id/index.php/component/content/article/ 19bulletin/39-trans-

cranial-doppler-tcd

2. Philip C. Neurovascular Surgery. McGraw-Hill. USA 1995.

3. Strebel S. Applications Of Transcranial Doppler Ultrasound in Neuroanesthesia.

University of Basel/Kantonsspital. Switzerland 1996. Ditelusuri pada 17 Mei 2010 di

http://www.medana.unibas.ch/eng/tcd/tcd0.htm

4. Kassell NF, Sasaki T. Colohan ART, Nazar G. Cerebral Vasospasm Following

Aneurismal Subarachnoid Hemorrhage. Stroke 1985; 16: 562-572.

5. Heros RC, Zervas NT, Varsos V. Cerebral Vasospasme After Subarachnoid Hemorrhage:

An Update. Ann Neurol 1983; 14: 599-608.

6. Aaslid R, Markwalder TM, Nornes H. Noninvasive transcranial Doppler recording of flow

velocity in basal cerebral arteries. J Neurosurg 1982; 57: 769-774.

7. Zainal M. Transcranial Doppler Technique. Aplikasi Diagnostik Doppler Transkranial

(TCD) dalam Neurologi dan Neurosurgery. PT. Setio Harto, Jakarta :2006.

8. http://www.cedars-sinai.edu/Patients/Programs-and-Services/Neurology/Diagnostic-

Services/Transcranial-Doppler-Ultrasound.aspx. ACCESSED 2011, OCT 25

9. http://my.clevelandclinic.org/services/ultrasonography/hic_ultrasonography_test_transcra

nial_doppler.aspx . ACCESSED 2011, OCT 30

10. http://www.pramita.co.id/index.php/component/content/article/%2019bulletin/39-trans-

cranial-doppler-tcd . ACCESSED 211 , NOV 5

11. http://en.wikipedia.org/wiki/Transcranial_Doppler. ACCESSED 2011, NOV 3

Anda mungkin juga menyukai