Penyusun
1. Nelly Yuana (NPM. 1928021001)
2. Alfi Noor Istiqomah (NPM. 1928021002)
3. Sutanto (NPM. 1928021003)
4. Suyatno (NPM. 1928021004)
5. Bara Ade Wijaya Suprayitno (NPM. 1928021005)
6. Anisah (NPM. 1928021006)
7. Febrina Manda Ningtyas R (NPM. 1928021007)
8. Vania Petrina Calista (NPM. 1928021008)
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah
kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ”
Epidemiologi, Studi Kasus: KLB DBD”. Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan
terimakasih kepada Dr. Endang Budiarti., M.Kes. sebagai dosen pengajar mata kuliah
Epidemiologi. Dan tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami meminta maaf apabila ada kesalahan yang
membuat para pembaca tidak berkenan. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami sendiri maupun kepada pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman.
JUDUL 1
KATAPENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR GAMBAR 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 5
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kejadian Luar Biasa (KLB) 7
3 EPIDEMIOLOGI
B. Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) 7
C. Penyakit-penyakit yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) 8
D. Klasifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB) 9
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) 11
F. Langkah-langkah penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB) 11
G. Penarapan kasus KLB pada penyakit DBD 19
Gambar 1. Distribusi kasus DBD berdasarkan bulan di Kota Bitung tahun 2016 20
Gambar 2. Distribusi kasus DBD berdasarkan kelompok umur Di Kota Bitung tahun 2016 21
Gambar 3. Distribusi kasus DBD berdasarkan wilayah Puskesmas di Kota Bitung tahun 2016 22
4 EPIDEMIOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa
(KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan
perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB tersebut dengan
langkah-langkah yang terprogram dan akurat, sehingga proses penanggulangannya
menjadi lebih cepat dan akurat pula. Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat,
diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para petugas yang
diterjunkan ke lapangan. Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di
lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB yang
terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas mengambil langkah-langkah
dalam rangka melakukan respon KLB.
5 EPIDEMIOLOGI
Dewasa ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah global, sehingga
mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan masyarakat. Letusan
penyakit akibat pangan (foodborne disease) dan kejadian wabah penyakit lainnya terjadi
tidak hanya di berbagai negara berkembang dimana kondisi sanitasi dan higiene
umumnya buruk, tetapi juga di negara-negara maju. Oleh karena itu disiplin ilmu
epidemiologi berupaya menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan
dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah dan
gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya.
Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu
penyakit di wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang
mengejutkan dan membuat panik masyarakat di wilayah itu. Secara umum kejadian ini
kita sebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), sedangkan yang dimaksud dengan
penyakit adalah semua penyakit menular yang dapat menimbulkan KLB, penyakit yang
disebabkan oleh keracunan makanan dan keracunan lainnya. Penderita atau yang beresiko
penyakit dapat menimbulkan KLB dapat diketahui jika dilakukan pengamatan yang
merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara teratur, teliti dan terus-menerus,
meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi, penyajian data dan pelaporan.
Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangka KLB, maka perlu dilakukan
penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengenal sifat-
sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dan
penyebarluasan KLB tersebut di samping tindakan penanggulangan seperlunya. Hasil
penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
upaya penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan
penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan
penyakitnya. Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan
dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau
membatasi penyebarluasan KLB sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah
(Efendy Ferry, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Kejadian Luar Biasa (KLB).
2. Apa kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB).
6 EPIDEMIOLOGI
3. Penyakit-penyakit apa yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).
4. Seperti apa klasifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB).
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB).
6. Bagaimana langkah-langkah penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB).
7. Seperti apa Penarapan kasus KLB pada penyakit DBD
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Kejadian Luar Biasa (KLB).
2. Untuk mengetahui kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB).
3. Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB).
4. Untuk mengetahui klasifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB).
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya Kejadian Luar Biasa
(KLB).
6. Untuk mengetahui langkah-langkah penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB).
7. Penarapan kasus KLB pada penyakit DBD
7 EPIDEMIOLOGI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Berdasarkan sumber
a. Sumber dari manusia
Misalnya: jalan napas, tangan, tinja, air seni, muntahan seperti:
Salmonella, Shigella, hepatitis.
b. Bersumber dari kegiatan manusia
Misalnya: toxin dari pembuatan tempe bongkrek, penyemprotan pencemaran
lingkungan.
11 EPIDEMIOLOGI
c. Bersumber dari binatang
Misalnya: binatang peliharaan, rabies dan binatang mengerat.
d. Bersumber pada serangga (lalat, kecoak)
Misalnya: Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus
e. Bersumber dari udara
Misalnya: Staphylococcus, Streptococcus virus
f. Bersumber dari permukaan benda-benda atau alat-alat
Misalnya: Salmonella
g. Bersumber dari makanan dan minuman
Misalnya: keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA KEJADIAN LUAR BIASA
(KLB)
Menurut Notoatmojo (2003), faktor yang mempengaruhi timbulnya Kejadian Luar Biasa
adalah:
1. Herd Immunity yang rendah
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/ wabah
adalah herd immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd
immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat
menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat kekebalan
individu. Makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena
penyakit tersebut.
2. Patogenesitas
Patogenesitas merupakan kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan
reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.
3. Lingkungan Yang Buruk
Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organism, tetapi mempengaruhi
12 EPIDEMIOLOGI
kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut.
(CDC, 1979; Barker, 1979; Greg, 1985; Mausner and Kramer, 1985; Kelsey et al.,
1986; Goodman et al., 1990 dalam Maulani, 2010)
Pada pelaksanaan penyelidikan KLB, langkah-langkah tersebut tidak harus dikerjakan
secara berurutan, kadang-kadang beberapa langkah dapat dikerjakan secara serentak.
Pemastian diagnosa dan penetapan KLB merupakan langkah awal yang harus dikerjakan
(Mausner and Kramer, 1985; Vaughan and Marrow, 1989 dalam Maulani, 2010).
1. PENDAHULUAN
Sehubungan dengan informasi yang diterima/dibaca oleh TGC Dinas Kesehatan
Daerah Provinsi Sulawesi Utara di media cetak lokal tanggal 18 Januari 2017, bahwa ada
1 (satu) kematian DBD di Girian I Kecamatan Girian Kota Bitung. Informasi tersebut
segera dikonfirmasi oleh TGC Dinkes Daerah Prov.Sulut kepada TGC Kota Bitung
melalui telepon dan benar ada satu kematian DBD di wilayah tersebut. Setelah melakukan
koordinasi dan konfirmasi, Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Daerah
Prov.Sulut melapor kepada Kabid P2P Dinkes Daerah Prov.Sulut dan TGC Dinkes
Daerah Prov.Sulut memutuskan untuk melakukan PE ke lokasi KLB DBD di Kota
20 EPIDEMIOLOGI
Bitung. Anggota TGC yang melakukan PE terdiri dari Kepala Bidang P2P, tim surveilans
dan tim P2PM. Persiapan logistik dilakukan oleh tim P2PM seperti Abate, NS
2. TUJUAN
a. Mengetahui gambaran epidemiologi KLB DBD
b. Mengetahui sumber dan cara penularan
c. Mengidentifikasi faktor risiko penyebab KLB DBD
d. Melakukan respon cepat terhadap KLB DBD dan populasi yang berisiko
e. Merumuskan rekomendasi pengendalian KLB DBD
3. DEFENISI OPERASIONAL
a. DBD atau DGF ( Dengue Hemor rhagic fever) atau adalah penyakit yang disebabkan
oleh Virus Dengue. Virus ini ditularkan dari manusia ke manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti . Gejala klinis penyakit DBD dimulai dengan demam tinggi
yang mendadak terus-menerus berlangsung 2 - 7 hari, kemudian turun secara cepat.
Demam secara mendadak disertai gejala klinis yang tidak spesifik seperti: anorexia,
lemas, nyeri pada tulang, sendi, punggung dan kepala.
b. KLB DBD adalah jika suatu daerah desa atau kelurahan sebaiknya segera ditetapkan
telah berjangkit KLB DBD apabila memenuhi satu kriteria sebagai berikut
1) Terdapat satu penderita DBD atau demam dengue (DD) meninggal.
2) Terdapat satu kasus DBD atau lebih selama 3 bulan terakhir di daerah
Kabupaten/Kota bersangkutan tidak ditemukan penderita DBD tetapi HI jentik
Aedes aegypti desa atau kelurahan tersebut lebih dari 5%.
3) Terdapat peningkatan bermakna jumlah kasus DBD dibandingkan keadaan
sebelumnya,
4) Terdapat peningkatan bermakna dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya
pada periode yang sama .
Grafik 2. Distribusi kasus DBD berdasarkan kelompok umur Di Kota Bitung tahun 2016
23 EPIDEMIOLOGI
Gambar 3 diatas menunjukkan bahwa distribusi kasus DBD hampir
diseluruh wilayah kecamatan di Kota Bitung, tertinggi di Kec. Girian wilayah
Puskesmas Girian Weru sebesar 25 kasus. Sedangkan kejadian kematian DBD
pada Januari 2017 ini, terjadi di Kec. Girian Puskesmas Girian Weru. Mencermati
kondisi tahun 2016 bahwa kasus tertinggi di Kec.Girian, sejatinya sudah harus
menjadi perhatian prioritas oleh Dinas Kesehatan Kota Bitung dan Puskesmas
Girian Weru untuk meningkatkan kewaspadaan dini dan respon terhadap penyakit
DBD.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia
untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit.
2. Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani penderita,
mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada
suatu KLB yang sedang terjadi.
3. Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB),
yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB
secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB.
4. Tujuan umum Penyidikan KLB yaitu mencegah meluasnya kejadian
(penanggulangan) dan mencegah terulangnya KLB dimasa yang akan datang
(pengendalian).
26 5. Tujuan khusus Penyidikan KLB yaitu diagnosis kasus yangEPIDEMIOLOGI
terjadi dan
mengidentifikasi penyebab penyakit, memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan
KLB, dll.
B. Saran
Penyusun mengetahui bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik sangat kami harapkan. Agar makalah ini bisa lebih baik lagi dan bisa
menjadi pembelajaran untuk kami di kemudian hari. Sekali lagi kami tunggu saran dan
kritiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. 2018. Kumpulan laporan Penyelidikan Epidemiologi
Kejadian Luar Biasa (KLB). Seksi Surveilans dan Imunisasi Bidang P2P Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Utara. Manado
27 EPIDEMIOLOGI