Anda di halaman 1dari 1

Matahari Pun Tak Bosan

Akhirnya aku bangkit dari posisi jongkok dan menyaksikan keadaan disekitarku. Kuajak
tubuhku beraktivitas kecil dengan berolahraga ringan. Di tengah keasyikan itu, aku
mendengar samar-samar ada yang berbicara. Aku mengajak kakiku untuk mendekati sumber
suara. Aku intip dari pintu belakang, ternyata ayah angkatku dan seorang temannya.

Diam-diam kuberanikan duduk disamping ayah angkatku setelah mendapat perizinan.


Akupun kini terlibat dalam pembicaraan yang telah mereka mulai. Masalah pekerjaan, hal
itulah ternyata yang jadi pembicaraan. Bapak angkatku seorang pedagang dan beliau
menekuni pekerjaan itu. temannya seorang guru dan setengah-setengah menjalani profesi
yang dimilikinya.

Teman ayahku heran kenapa ayahku tidak merasa bosan untuk berdagang bolak-balik ke
pasar tiap hari. Seketika suasana hening. Ayahku menghela napas, kemudian ia menjawab
dengan suara tenang. “Kamu tahu matahari bukan? Bukankah matahari terus bersinar disiang
hari? Kalau matahari berhenti sejenak dari tugasnya apa yang bakal terjadi? Bagaimana
jadinya jika matahari ikut bosan dan meninggalkan tugasnya? Begitulah bagaimana pula saya
akan bosan bolak-balik ke pasar. Jika saya bosan dan berhenti bekerja, tentunya anak istri
saya tak akan makan. Bukankah begitu?”

Temannya tersenyum di balik anggukannya. Tampak semangat baru terpancar di air


mukanya. Aku terharu mendengar untaian petuah bapak barusan. Aku tidak menyangka
sedikitpun kalau dari lisan lelaki yang tidak sempat menyelesaikan sekolah dasar ini mampu
memberikan motivasi dan pencerahan pada temannya, meskipun profesinya hanyalah sebagai
seorang pedagang.

Anda mungkin juga menyukai