Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA DENGAN


PENDEKATAN PROSES KEPERAWATAN KASUS BAHAYA
VIBRASI (GETARAN )

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja

Dosen pengampu : Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Mat

Disusun oleh:

1. Mardiyana : P07220118082
2. Nanda Yorika Kusasih : P07220118096
3. Nur Apsari : P07220118097
4. Octaviana Nur Ardiyati : P07220118098

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS C
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA DENGAN PENDEKATAN PROSES
KEPERAWATAN KASUS BAHAYA VIBRASI (GETARAN )” dapat selesai tepat
pada waktunya sebagai salah satu tugas mata kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja.

Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam


proses penyusunan makalah ini, baik yang terlibat secara langsung maupun yang
tidak.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang
lebih baik lagi.

Balikpapan, 11 Mei 2018

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................2

C. Tujuan Masalah.................................................................................................2

BAB II. TINJAUAN TEORI........................................................................................3

A. Pengertian Vibrasi (Getaran).............................................................................3

B. Parameter Getaran.............................................................................................3

C. Karakteristik Getaran.........................................................................................4

D. Jenis dan Efek Getaran......................................................................................4

E. Cara Pengendalian Risiko..................................................................................6

F. Cara Mengukurnya Getaran...............................................................................8

G. Fungsi Dan Tugas Perawat Dalam Keselamatan Dan Kesehatan Kerja............9

H. Diagnosis Spesifik Penyakit Akibat Kerja........................................................9

I. Penerapan Konsep Lima Tingkatan Pencegahan Penyakit/ Five Level And


Prevention Diseases (Leavel And Clark) Pada Penyakit Akibat Kerja (Effendi,
Ferry. 2009: 238)....................................................................................................13

J. Promosi Kesehatan Dalam Kesehatan Dan Keselamatan Kerja......................14

BAB III. Asuhan Keperawatan ..................................................................................20

A. Deskripsi Kasus...............................................................................................20

B. Proses Keperawatan.........................................................................................21

C. Analisa Data.....................................................................................................31

D. Penapisan masalah...........................................................................................35

E. Prioritas Diagnosa Keperawatan......................................................................37


F. Rencana kegiatan.............................................................................................38

G. Evaluasi............................................................................................................38

BAB III. PENUTUP...................................................................................................40

A. Kesimpulan......................................................................................................40

B. Saran................................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................41
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Getaran (vibrasi adalah suatu factor fisik yang menjalar ketubuh manusia,
mulai dari tangan sampai ke seluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat
getaran peralatan mekanikyang dipergunakan dalamtempat kerja. Secara istilah
getaran merupakan osilasi terhadap suatu titik keseimbangan. Osilasi ini dapat
berupa osilasi periodik seperti gerakan pendulum atau osilasi acak seperti
gerakan roda mobil akibat ketidakrataan permukaan jalan.
Pada beberapa kasus, getaran dibutuhkan oleh manusia seperti getaran pada
garpu tala, getaran pada loud speaker dan juga getaran pada beberapa instrument
(alat) musik. Akan tetapi, pada banyak kasus, getaran tidak diinginkan kerena
dapat membuang energy, menimbulkan ketidaknyamanan, menghasilkan bunyi
derau (noise) dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan.
Selain dapat terjadi pada sistem mekanik dan sistem elektrik yang notabene
berskala kecil, getaran juga dapat terjadi pada struktur dengan skala yang sangat
besar seperti jembatan suspensi, gedung bertingkat tinggi maupun struktur ruang
angkasa. Dewasa ini, pembangunan struktur skala besar dengan bobot kecil
menjadi trend baru karena dapat mengurangi biaya dan energi. Akan tetapi,
semakin kecilnya rasio antara berat dan ukuran struktur tersebut akan
menyebabkan struktur lebih lentur sehingga menjadi sangat sensitif terhadap
masalah getaran.
Getaran akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada manusia/pekerja dan
akan Mengurangi produktivitas kerja serta gangguanfa’al pada tubuh manusia
mulai dari gejala ringan sampai dengan berat. Oleh karena itu kami dalam
pratikum kali ini ingin mengetahui dan melakukan pengukuran terhadap sumber
getaran yang terjadi pada tenaga kerja sehingga dapat mengetahui
penanggulangan dampak dari getaran tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan kerja dengan kasus pada bahaya vibrasi
(getaran)?

C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui asuhan keperawatan kerja dengan kasus pada bahaya vibrasi
(getaran).

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Vibrasi (Getaran)


Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah
bolak-balik dari kedudukan keseimbangan (KEP-51/MEN/1999). Getaran terjadi
saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat
mekanis (Sugeng Budiono, 2003:35). Getaran ialah gerakan ossilasi disekitar
titik (J.M. Harrington, 1996:187).

Vibrasi adalah gerakan, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran
mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya (J.F. Gabriel, 1996:96).
Geteran merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan ukuran
hertz(Depkes, 2003:21).

Getaran adalah suatu factor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai
dari tangan sampai keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran
peralatan mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja (Emil Salim,
2002:253)

B. Parameter Getaran
Vibrasi atau getaran mempunyai tiga parameter yang dapat dijadikan
sebgai tolak ukur yaitu :

1. Amplitudo : adalah ukuran atau besarnya sinyal vibrasi yang dihasilkan.


Amplitudo dari sinyal vibrasi mengidentifikasikan besarnya gangguan yang
terjadi. Makin tinggi amplitudo yang ditunjukkan menandakan makin besar
gangguan yang terjadi, besarnya amplitudo bergantung pada tipe mesin
yang ada. Pada mesin yang masih bagus dan baru, tingkat vibrasinya
biasanya bersifat relatif.
2. Frekuensi : adalah banyaknya periode getaran yang terjadi dalam satu
putaran waktu. Besarnya frekuensi yang timbul pada sat terjadinya vibrasi
dapat mengdentifikasikan jenis-jenis gangguan yang terjadi. Gangguan yang
terjadi pada mesin sering menghasilkan frekuensi yang jelas atau
mengasilkan contoh frekuensi yang dapat dijadikan sebagai bahan
pengamatan.

3
Dengan diketahuinya frekuensi pada saat mesin mengalami vibrasi,
maka penelitin atau pengamatan secara akurat dapat dilakuakan untuk
mengetahui penyebab atau sumbeer dari permasalahan. Frekuensi biasanya
ditunjukkan dalam bentuk Cycle per menit (CPM), yang biasanya disebut
dengan istilah Hertz ( dimana Hz = CPM ). Biasanya singkatan yang
digunakan untuk Hertz adalah Hz.
3. Phase Vibrasi ( Vibration Phase ) : adalah penggambaran akhir dari pada
karakteristik suatu getaran atau vibrasi yang terjadi pada suatu mesin. Phase
adalah perpindahan atau perubahan posisi pada bagian-bagian yang bergetar
secara relatif untuk menentukan titik referensi atau titik awal pada bagian
yang lain yang bergetar.

C. Karakteristik Getaran
Kondisi suatu mesin dan masalah-masalah mekanik yang terjadi dapat
diketahui dengan mengukur karakteristik getaran pada mesin tersebut.
Karakteristik-karakteristik getaran yang penting antara lain adalah :
1. Frekuensi getaran

2. Perpindahan getaran (vibration displacement)

3. Kecepatan getaran (vibration velocity)

4. Percepatan getaran (vibration acceleration)

5. Phase getaran

Dengan mengacu pada gerakan pegas, kita dapat mempelajari


karakteristik suatu getaran dengan memetakan gerakan daei pegas tersebut
terhadap fungsi waktu.

D. Jenis dan Efek Getaran


Ada dua jenis getaran yaitu :
1. Getaran paksa adalah getaran yang terjadi akaibat rangsangan gaya dari luar.
Jika rangsangan tersebut berosilasi, maka system dipaksa utnuk bergetar
pada frekuensi rangsangan. Jika frekuensi rangsangan sama dengan salah
satu frekuensi natural sistem, maka akan didapat keadaan resonansi, dan
osilasi besar yang berbahaya mungkin akan terjadi

4
2. Getaran bebas adalah getaran yang terjadi pada system itu sendiri tanpa
mendapat gaya dari luar system. Getaran bebas berlaku apabila pergerakan
disebabkan oleh gravity atau daya yang tersimpan seperti pergerakkan
bandul atau pegas. Getaran pegas yang ada pada getaran bebas bergantung
pada maasa beban, dan periode tidak bergantung pada amplitudo.

Menurut akibat yang ditimbulkan terhadap  tubuh getaran dapat dibagi menjadi
dua yaitu :

1. Getaran setempat :

Getaran setempat merupakan getaran yang ditimbulkan suatu mesin


yang berakibat atau menimbulkan efek getaran pada bagian tubuh yang 
setempat. Biasanya bagian tubuh yang terkena getaran yaitu lengan tangan
sehingga sering disebut Hand Arm Vibration. Hand arm Vibration disebabkan
oleh pengoperasian peralatan tangan bertenaga ( Hand-held Power Tools).
Dan getaran jenis ini biasanya dialami oleh tenaga kerja yang diperkerjakan
pada operator gergaji rantai, tukang semprot, potong rumput, gerinda,
penempa palu.

Menurut buku saku K3 Sucofindo tahun 2002 efek getaran pada


tangan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kelainan pada peredaran darah dan persyarafan (vibration white finger).


b. Kerusakan pada persendian dan tulang-tulang.

Efek getaran pada tangan lengan ini lebih mudah dijelaskan daripada
menguraikan patofisiologisnya.
Efek ini disebut sebagai sindroma getaran tangan lengan (Hand
Vibration Arm Syndrome = HVAS) yang terdiri atas:

5
a. Efek vaskuler-pemucatan episodik pada buku jari ujung yang bertambah
parah pada suhu dingin (fenomena raynaud),
b. Efek neurologik-buku jari ujung mengalami kesemutan total dan baal.
2. Getaran menyeluruh :

Getaran menyeluruh merupakan getaran yang ditimbulkan oleh suatu


mesin yang mengakibatkan atau berdampak pada seluruh tubuh. Getaran ini
diteruskan dari mesin melalui kaki atau pantat karena desain alas duduk  yang
kurang baik. Lalu getaran seluruh tubuh biasanya dialami pengemudi
kendaraan; traktor, bus, helikopter, atau bahkan kapal.

Efek yang timbul tergantung kepada jaringan manusia, seperti :


(Sucofindo,2002)

a. 3-6 Hz untuk bagian thorax (dada dan perut),


b. 20-30 Hz untuk bagian kepala,
c. 100-150 Hz untuk rahang.
Di samping rasa tidak ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh
goyangan organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan
efek jangka lama yang menimbulkan orteoartritis tulang belakang (Harrington
dan Gill, 2005).

E. Cara Pengendalian Risiko

Setelah melakukan penilaian resiko dan mengidentifikasi siapa yang berada


pada resiko tersebut, maka harus diputuskan bagaimana cara yang paling efektif
untuk mengurangi resiko tersebut. Dalam mengendalikan resiko yang harus kita
kendalikan adalah pekerjaan yang memiliki tingkat resiko paling tinggi
kemudian sedang dan selanjutnya resiko rendah.

Pengendalian resiko tersebut meliputi :

1. Engineering Control : Pemasangan vibration damper untuk meredam


getaran, peredam getaran inidapat berupa pegas atau bantalan peredam yang
dapat dibuat dari karet, gabus atau bahan lain yang dapat meredam getaran.

6
Design tempat kerja agar pekerja tidak menerima beban berlebihan dari
perlatan yang digunakan.
2. Administratif Kontrol : Pengaturan jadwal kerja atau pergantian shif kerja
untuk mengurangi pemaparn getaran pada pekerja.
3. Subtitution : Penggantian metode kerja, misalnya dengan automasi atau
mekanisasi kerja. Dan penggantian alat yang sudah tua, yang memiliki
vibrasi tinggi dengan alat-alat yang tingkat getarannya rendah.
4. Maintenance : Melakukan pemeriksaan secara berkala tentang vibrasi yang
terdapat pada peralatan atau mesin dengan alat ukur getaran unutk
mengetahui tingkat vibrasi mesin.
5. Alat Pelindung Diri (APD) : Dalam memilih APD yang sesuai harus
diperhatiakn tipe vibrasinya, untuk getaran menyeluruh sebaiknya
menggunakan APD full Body protection yang terbuat dari bahan karet atau
kulit, selain itu pakain pelindung ini harus juga bias menjaga pekerja tetap
hangat dan kering untuk mencegah terjadinya pengembangan Vibration
White Finger.Sedangkan untuk getaran setempat atau hand-arm vibration
sebaiknya menggunakan sarung tangan yang terbuat dari  bahan karet atau
kulit.
6. Pemeriksaan Kesehatan : Penyediaan pemeriksaan kesehatan pada semua
pekerja sangat penting, hal ini dilakuakan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor kesehatan pekerja yang mengakibatkan seorang pekerja
mengalami resiko vibrasi.
Tujuan pemeriksaan kesehatan yaitu :
a. Mengidentifikasi seseorang yang terpapar getaran yang mungkin
mereka hanya mengalami resiko tertentu misalnya gangguan pembuluh
darah seperti Raynaud’s Disease.
b. Mengidentifikasi penyakit yang berkaitan dengan vibrasi sejak awal 
pada pekerja yang terpapar terus-menerus.
c. Mencegah berkembangnya suatu penyakit yang akhirnya dapat
menyebabkan cacat
d. Mengecek kefektifan dari pengendalian vibrasi yang telah dilakukan.
Ada 3 program pemeriksaan kesehatan yang dapat di laksanakan dalam
perusahaan :

7
a. Sebelum Bekerja :
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ini dilakukan pada
pekerja baru atau pekerja yang baru bekerja  dilingkungan yang
terpapar getaran. Pekerja yang menderita kelainan pembuluh darah,
kelaianan jantung , arthritis, kelainan saraf harus dihindarkan dari
paparan getaran.
b. Pemeriksaan Berkala :
Pemeriksaan berkala dapat dilakukan pada pekerja yang sudah
lama bekerja dan mengalami paparan, pemeriksaan berkala ini
bertujuan untuk mengontrol  kondisi kesehatan pekerja. Biasanya
pemeriksaan berkala dilakukan setahun sekali.
c. Pemeriksaan Khusus :
Pemariksaan kesehatan secara khusus ini dilakukan pada
pekerja- pekerja yang mengalami keluhan-keluhan akibat terpapar
getaran.

F. Cara Mengukurnya Getaran

Salah satu pengukuran lingkungan yang dilakukan di tempat kerja adalah


pengukuran getaran yang dilakukan pada titik-titik yang terdapat kontak atau
terdapat aktifitas dari pekerja. Pengukuran getaran dilakukan dengan
menggunakan alat khusus, yaitu Vibration Meter.
Beberapa peralatan yang digunakan untuk pengukuran getaran :

1. Alat penangkap getaran (Accelerometer atau seismometer).


2. Alat ukur atau alat analisis getaran (Vibration meter atau vibration
analyzer).
3. Tapis pita 1/3 oktaf atau pita sempit (Filter 1/3 oktaf atau Narrow Band).
4. Pencatat tingkat getaran (Level atau X – Y recorder).
5. Alat analisis pengukur tingkat getaran (FFT Analyzer).

Berdasarkan Kepmenaker Nomor : Kep-51.Men/1999, NAB adalah


standar faktor tempat kerja yang dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari
untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Dan nilai NAB
8
getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan
dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2).

G. Fungsi Dan Tugas Perawat Dalam Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) di industri adalah sebagai berikut (Effendy, Nasrul. 1998):
1. Fungsi perawat
a. Mengkaji masalah kesehatan
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan
2. Tugas perawat
a. Mengawasi lingkungan pekerja
b. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di
rumah kepada pekerja dan keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan
f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja
g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan
keluarganya
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
j. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

H. Diagnosis Spesifik Penyakit Akibat Kerja

Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini (B,
sugeng. 2003):
1. Anamnesis (wawancara) meliputi, identitas, riwayat kesehatan, riwayat
penyakit, dan keluhan yang dialami saat ini.
2. Riwayat pekerjaan

9
a. Sejak pertama kali bekerja (kapan mulai bekerja di tempat tersebut)
b. Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis
bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat
pelindun diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang dilakukan,
kegemaran (hobi), dan kebiasaan lain (merokok, alkohol)
c. Sesuai tingkat penegtahuan, pemahaman pekerjaan.
3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak
bekerja
a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi
pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau hilang.
b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.
c. informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesa atau dari data
penyakit di perusahaan.
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan
a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik.
b. Pemeriksaan laboratorium membantu diagnostik klinis.
c. Dugaan adanya penyakit akibat bekerja dilakukan juga melalui
pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis.
5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
a. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru (pneumokoniosis-
pembacaan standart ILO).
b. Pemeriksaan audiometri.
c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah dan urine.
6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygine perusahaan
yang memerlukan:
a. Kerjasama dengan tenaga ahli hygine perusahaan.
b. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data yang
ada.
c. Pengenalan secara lengsung sistem kerja dan lama pemakaian.
7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain
a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinis,
kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja, atau melalui
pengamatan (penelitian) yang relatif lebih lama.

10
b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi, dan dokter penasehat
(kaitannya dengan kompensasi).

Menurut (dermawan, deden. 2012: 194-197) Untuk dapat mendiagnosis


penyakit akibat kerja pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara
tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat
digunakan sebagai pedoman :

1. Tentukan diagnosis klinisnya


Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya
dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik
ditegakkan dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut
berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.
2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga
kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan
pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesa mengenai riwayat
pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup :
a. Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh
penderita secara kronologis.
b. Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan.
c. Bahan yang diproduksi.
d. Materi (bahan baku) yang digunakan.
e. Jumlah pajanananya.
f. Pemakaian alat perlindungan diri (masker).
g. Pola waktu terjadinya gejala.
h. Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami
gejala serupa).
i. Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan
(MSDS, label, dan sebagainya).

11
3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit
tersebut.
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang
mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit
yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah
yang menyatakan hal tersebut diatas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa
penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu
dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat
menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama dan
sebagainya).
4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting
untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang
ada untuk dapat menetukan diagnosis penyakit akibat kerja.
5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat
perkerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanan, misalnya
penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga
resikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan
(riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif
terhadap pajanan yang dialami.
6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit?
Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan
penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu
dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya.
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu
keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar
ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan
merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjann
hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu

12
dibedakan waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan
dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan
pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita
penyakit tersebut pada saat ini.
Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila
penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung
pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat
timbulnya penyakit.

I. Penerapan Konsep Lima Tingkatan Pencegahan Penyakit/ Five Level And


Prevention Diseases (Leavel And Clark) Pada Penyakit Akibat Kerja
(Effendi, Ferry. 2009: 238)

1. Peningkatan kesehatan (health promotion)


Misalnya; pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi,
lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan
seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
2. Perlindungan khusu (spesific protection)
Misalnya; imunisasi, hygine perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi
terhadap bahaya dan kecelakaaan kerja.
3. Deteksi dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
Misalnya; diagnosa dini setiap keluhan dan pengobatan segera serta
pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
4. Membatasi kecacatan (disability limitation)
Misalnya; memeriksa dan mengobati tenaga kerja komprehensif, mengobati
tenaga kerja secara sempurna, dan pendidikan kesehatan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Misalnya; rehabilitasi dan mempekerjakan kembali para pekerja yang
menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan
karyawan-karyawan cacat di jabatan yang sesuai, menyediakan tempat kerja
yang dilindungi, dan terapi kerja di rumah sakit.

13
J. Promosi Kesehatan Dalam Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Promosi kesehatan, pencegahan dan kontrol penyakit, kesejahteraan,


penurunan faktor risiko, dan pelayanan kesehatan preventif adalah beberapa
istilah yang digunakan pada program kesehatan di lahan kerja (anderson. 2007:
451).
Promosi kesehatan digunakan untuk menunjukkan sebuah proses
pembelajaran para pekerja mengenai bagaimana cara meningkatkan kesehatan
dan kualitas hidup mereka dengan mengembangkan gaya hidup yang baru.
Proses promosi kesehatan di lahan kerja biasanya dimulai dari pekerja yang
mendapat pengetahuan mengenai perilaku, risiko kesehatan atau proses penyakit
(anderson. 2007: 451).
Perawat kesehatan kerja sering kali bertanggung jawab terhadap program
promosi kesehatan di lahan kerja dan berada pada posisi yang tepat untuk
menciptakan kemitraan dengan komunitas. Apabila suatu organisasi tidak
memiliki perawat kesehatan kerja, program kesehatan menjadi tanggung jawab
staf keamanan kerja atau staf departemen sumber daya manusia atau staf
departemen keuangan. Proses keperawatan untuk meningkatkan kesehatan di
lahan kerja berfokus pada keseluruhan populasi perusahaan dan mungkin meluas
kepada individu yang menjadi tanggungan pekerja (pasangan dan anak)
(anderson. 2007: 451).
Aktivitas promosi kesehatan seluruh pekerja, termasuk manajemen.
Langkah berikutnya adalah menciptakan kesadaran terhadap isu-isu kesehatan
melalui pendidikan internal perusahaan, skrining, dan intervensi yang berfokus
pada gaya hidup.
1. Jenis aktivitas promosi kesehatan
Aktivitas yang lazim dilakukan dalam upaya mempromosikan
kesehatan atau mencegah cedera dan penyakit di lahan kerja adalah olah
raga, penghentian merokok, perawatan punggung, dan program manajemen
stres. Ada tiga jenis promosi kesehatan di lahan kerja (anderson. 2007: 451),
yaitu:
a. Program kesadaran, meningkatkan tingkat pengetahuan dan minat
pekerja (contoh, dengan selebaran, seminar dan surat kabar).

14
b. Aktivitas perubahan perilaku, membantu para partisipan
mengembangkan perilaku yang lebih sehat (contoh, menghentikan
kebiasaan merokok,olah raga teratur, dan nutrisi sehat).
c. Lingkungan penunjang, menciptakan peluang kerja yang meningkatkan
gaya hidup sehat (contoh, penyediaan makanan rendah lemak di
cafetaria, kelas aerobik di tempat kerja, menyediakan waktu senggang
untuk skrining kesehatan, kudapan sehat di etalase makanan).

Sebelum memutuskan untuk memilih jenis program promosi


kesehatan yang ditawarkan, penting untuk menentukan konsistensi program
dengan misi dan tujuan perusahaan. Perhatikan juga biaya dan manfaat
aktivitas, baik bagi pengusaha maupun para pekerja. Apabila menyadari
potensi manfaat finansial yang akan di dapat dari aktivitas ini, seperti
penurunan angka ketidak hadiran atau meningkatkan hasil kerja,
kebanyakan pekerja ikut berpartisipasi dalam program promosi kesehatan
karena alasan pribadi (seperti menurunkan berat badan, meningkatkan
kebugaran fisik). Para pekerja memiliki keinginan untuk merasa atau terlihat
lebih baik atau mengalami peningkatan kualitas hidup. Apabila kedua
kebutuhan, baik kebutuhan organisasi dan para pekerja terpenuhi, program
kesehatan ini akan mendapat dukungan luas dan partisipasi yang tinggi dari
pekerja dan mencapai kesuksesan besar.

2. Perencanaan program promosi kesehatan (anderson. 2007: 452-458)


a. Pengkajian kebutuhan
Kuesioner dan penilaian risiko kesehatan umumnya digunakan
untuk mengidentifikasi minat pekerja terhadap topik pendidikan dan
menggambarkan kondisi kesehatan saat ini serta perilaku yang aman.
Kesehatan pekerja dan catatan asuransi juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi prevalensi penyakit kronik pekerja yang perlu
ditangani. Catatan keamanan, format kompensasi pekerja atau
wawancara dengan manajer dan pekerja adalah sumber tambahan untuk
menentukan kebutuhan promosi kesehatan pekerja dan perusahaan.
Setelah mengidentifikasi kebutuhan promosi kesehatan, anda
dapat membantu perawat kesehatan kerja atau komite penasehat
perencanaan dalam menjamin dukungan manajemen terhadap program
15
promosi kesehatan. Presentasi proposal atau catatan eksekutif sering
kali merupakan salah satu langkah awal dalam meyakinkan manajemen
mengenai manfaat proyek. Suatu pendekatan perencanaan bisnis untuk
mengomunikasikan program anda dapat digunakan untuk menciptakan
kesamaan persepsi dan pengertian terhadap proyek dari semua orang
yang ada di dalam organisasi. Di bawah ini adalah contoh dari sebuah
perencanaan bisnis:
1) Catatan eksekutif: sebuah kesimpulan singkat mengenai rencana
promosi kesehatan, termasuk di dalamnya tujuan (contoh, untuk
menurunkan strain punggung bagian bawah), metode (contoh,
dilakukan melalui 3 kali pertemuan , masing-masing selama 30
menit), keuntungan yang dapat diharapkan (contoh, lebih sedikit
absen pada hari kerja, peningkatan produktivitas), biaya (contoh,
biaya program, seperti brosur, selebaran, waktu pengajaran,
insentif, ketidak hadiran, dan biaya tak terduga, seperti biaya akibat
penurunan asuransi dan klaim kompensasi pekerja).
2) Tujuan: secara jelas menggambarkan apa yang ingin dicapai dan
rasional. Termasuk tujuan Masyarakat Sehat 2010 (Healthy People
2010 Objectives) untuk dewasa sehat.
3) Metode: bagaimana, bilamana, dan dimana rencana akan
diwujudkan ke dalam tindakan. Uraikan setiap tugas yang harus
diselesaikan (contoh, rancangan brosur dan selebaran serta
diseminasi) dan individu yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan tugas tersebut, beserta batas waktu penyelesaian
program. Jelaskan isi program, termasuk mengundang pembicara
tamu, demonstrasi ulang, dan metode untuk meningkatkan
partisipasi pekerja serta adaptasi dari perilaku yang diajarkan.
Selain itu, tentukan juga tujuan dan objektif program. Tujuan
program dapat berupa: Delapan puluh persen pekerja yang telah
menjalani program perawatan punggung melaporkan penurunan
pengajuan izin sakit yang berhubungan dengan nyeri punggung
bawah. Objektif program dapat berupa: Setelah mengikuti
pembelajaran demonstrasi mengenai prosedur mengangkat yang

16
benar, 90% pekerja berpartisipasi akan mendemonstrasikan
prosedur mengangkat yang benar.
4) Manfaat yang diharapkan: Tulislah hasil program (contoh, jumlah
absensi pekerja karena nyeri punggung bawah menurun). Ide yang
bagus jika dalam proposal, dicantumkan jumlah absensi pekerja
pada tahun terkahir dan besarnya presentase keberhasila program
yang diajukan dalammenurunkan ketidakhadiran. Selain itu,
cantumkan pula pada laporan Anda, nama perusahaan lain hasil
temuan Anda dari literatur yang mengimplementasikan program
serupa, beserta keberhasila yang dicapai oleh perusahaan tersebut.
5) Biaya: Proyeksi akurat dari biaya program (material, waktu para
pengajar, insentif), dan profit yang diharapkan dari penurunan
ketidakhadiran dan peningkatan produktivitas.
b. Implementasi program promosi kesehatan
Marketing adalah bagian esensial dari keberhasilan implementasi
program. Termasuk di dalam beberapa strategi Marketing adalah:
1) Poster. Harus tampak profesional. Judul dan kata-kata yang
menarik adalah unsur penting (contoh, “Weigh To Go” untuk
penurunan program berat badan). Ganti poster secara teratur untuk
tetap menarik perhatian.
2) Surat elektronik/ e-mail. Hitungan mundur kegiatan; memberikan
pertanyaan kuis berkaitan dengan kesehatan dan memberikan
jawaban serta rasionalnya pada hari berikutnya.
3) Surat kabar kesehatan. Detail mengenai cerita keberhasilan, seperti
cerita mengenai deteksi dini melanoma maligna, program
penurunan berat badan dengan program jalan kaki, individu yang
menderita tekanan darah tinggi sampai ia berpartisipasi dalam
skrining kesehatan, dan bagaimana perubahan sederhana dari gaya
hidup dapat membantu individu mengontrol penyakit (tanpa
pengobatan).
4) Surat dari pimpinan perusahaan atau manajer keuangan.
Memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk melaksanakan
skrining kesehatan, mengumumkan bahwa perusahaan akan
membayar sebagian atau seluruh biaya dari program penghentian

17
kebiasaan merokok/tes skrining kesehatan, atau mengizinkan atan
jual-beli kebutuhan kesehatan selama 2 jam dengan kehadiran
program kesejahteraan.
5) Memberikan hadiah insentif kepada pekerja yang ikut
berpartisipasi, seperti kaus oblong, topi, sampel tabir surya,
kudapan buah-buahan, botol minuman.
c. Evaluasi program promosi kesehatan
Proses evaluasi memberikan kesempatan untuk menentukan hasil yang
dicapai dari program promosi kesehatan dan mengarahkan peningkatan
pelayanan kesehatan kepada para pekerja. Evaluasi struktur, program,
proses pelaksanaan program dan hasil program adalah tiga pendekatan
yang umum dilakukan dalam meninjau ulang jaminan mutu.
1) Termasuk dalam evaluasi struktur adalah (1) meninjau ulang
mekanisme pelaporan yang diberikan kepada manajemen beserta
dukungan terhadap program promosi kesehatan; (2) menentukan
keadekuatan fasilitas fisik untuk menunjang program; (3)
mengidentifikasi peralatan dan persediaan yang digunakan; (4)
mengidentifikasi kebutuhan kepegawaian dan kualifikasinya; (5)
menganalisis demografik pekerja dan kebutuhan status kesehatan;
(6) menentukan apakah misi, tujuan, dan objektif program
diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan para pekerja
dan kebutuhan bisnis pengusaha.
2) Evaluasi proses mencakup (1) apakah aktivitas promosi kesehatan
sesuai dengan kondisi; (2) apakah program promosi kesehatan di
bentuk untuk memenuhi kebutuhan di lahan kerja (saatnya anda
melakukan perbandingan terhadap pengkajian awal kebutuhan),
dan (3) apakah terdapat pendokumentasian dan pencatatan.
3) Evaluasi hasil berfokus pada (1) apakah tujuan dan objektif yang
diharapkan dapat dicapai; (2) apakah program membawa hasil yang
positif; (3) apakah hasil kesehatan menunjukkan pencegahan
penyakit/ pengetahuan pekerja tentang perawatan diri,
mengembalikan fungsi atau menurunkan ketidaknyamanan; (4)
bagaimana perbandingan keuntungan yang dicapai program dengan
biaya program; dan (5) kepuasan (dari pekerja, pengusaha, dan

18
orang-orang yang bergantung pada pekerja) terhadap kualitas
pelayanan promosi kesehatan yang diterima.Metode yang lazim
digunakan untuk evaluasi adalah skala rating pascaprogram,
observasi, dan wawancara dengan para pekerja tentang
pendapat,sikap, dan kepuasan mereka terhadap program. Tinjauan
ulang bagan dan catatan dapat dilakukan untuk menentukan
perbedaan singkat morbiditas dan mortalitas.

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KESEHATAN KERJA
DENGAN APLIKASI KASUS DI KOMUNITAS PEKERJA DI
PERUSAHAAN EKSPOR IKAN HIDUP PT. CV ANUGRAH SAPUTRA DI
DESA TAPULAGA KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN KONAWE
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

A. Deskripsi Kasus
Sekelompok mahasiswa keperawatan profesi ners stik Avicenna
melakukan kegiatan praktik keperawatan komunitas untuk kesehatan kerja di
komunitas pekerja di perusahaan Ekspor Ikan Hidup PT.CV ANUGRAH
SAPUTRA di Desa Tapulaga Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Provinsi
Sulawesi Tenggara, selama 1 Bulan mulai dari tanggal 5 November sampai 2
Desember 2015. Kami melakukan kegiatan pengkajian selama 3 hari (mulai
tanggal 13-15 november) kepada para pekerja di perusahaan Ekspor Ikan Hidup
PT.CV ANUGRAH SAPUTRA yang berjumlah 10 orang, berdasarkan data dari
HRD perusahaan ini di dapat data umum sebagai berikut:

No. Karakteristik Frekuensi/ jumlah

Jenis kelamin
1. a. Laki-laki 10 orang
b. Perempuan 0 orang
Jenis pekerjaan
a. Penyortiran ikan
2. 9 orang
b. Pengawas 1 orang

Usia
a. 25-35 tahun
b. 36-46 tahun 2 orang
3. 6 orang
c. 47-57 tahun 2 orang
d. 58-60 tahun Orang

Tingkat pendidikan
a. Tamat SD
3 orang
4. b. Tamat SMP 4 orang
c. Tamat SMA 3 orang
5. Lama bekerja
a. 1-2 tahun 4 orang

20
b. 3-4 tahun
2 orang
c. 5-6 tahun 2 orang
d. 7-9 tahun 1 orang
1 orang
e. > 10 tahun

Kemudian kami melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap masing-


masing pekerja dan juga dari HRD perusahaan sehingga didapat hasil
pengkajian sebagai berikut:

B. Proses Keperawatan

1. Pengkajian
a. Data Inti
1) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Perusahaan Ekspor Ikan Hidup PT.CV ANUGRAH
SAPUTRA berada di wilayah Desa Tapulaga Kecamatan Soropia
Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas
bangunan pabrik keseluruhan sebesar 1 Ha. Pabrik ini berada di
tepi jalan raya yang merupakan akses utama di Desa Tapulaga
Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi
Tenggara. Terdiri dari beberapa ruangan sektor yang didalamnya
terdapat berbagai macam pekerjaan industri yang berhubungan
dengan ekspor ikan hidup diantaranya adalah bagian penyortiran
lkan hidup, penyimpanan ikan hidup, pengolahan ikan hidup, ruang
dan kolam penampungan ikan hidup, dll. perusahaan Ekspor Ikan
Hidup PT.CV ANUGRAH SAPUTRA merupakan salah satu
perusahan Ekspor Ikan Hidup PT.CV ANUGRAH SAPUTRA
yang terbagi menjadi beberapa bagian tugas didalamnya yaitu
bagian penyortiran ikan hidup pengelompokan ikan hidup
berdasarkan jenis dan pengawasan. Jumlah pekerja di ruangan
perusahaan Ekspor Ikan Hidup PT.CV ANUGRAH SAPUTRA
sebanyak 10 orang (perincian berdasarkan karakteristik umum ada
di tabel yang tersedia di awal) sebagaian besar bekerja adalah orang
bugis 7 orang bajo 3 orang (100%) dan berasal dari desa tapulaga
sebanyak 7 orang (70%). Desa leppe 3 orang (30%).
2) Status kesehatan komunitas
21
Dari pengkajian (anamnesa) dan kuisioner yang dilakukan
mahasiswa langsung kepada para pekerja di perusahaan Ekspor
Ikan Hidup PT.CV ANUGRAH SAPUTRA didapatkan hasil:
a) Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
 4 orang pekerja (40%) menegeluhkan sering batuk-batuk
 3 orang (30%) pekerja mengeluhkan sering pusing
 Sisanya 3 orang (30%) tidak ada keluhan
b) Tanda-tanda vital*
 TD:
- < 110/70 mmHg : 2 orang (5%)
- 110/70mmHg-130/90mmHg : 7 orang (75%)
- >130/90 mmHg : 1 orang (20%)
 Nadi:
- 60-80x/menit : 2 orang (90%)
- 80-100x/menit : 8 orang (10%)
 RR:
- 16-24x/menit : 6 orang (90%)
- >24x/ menit : 4 orang (10%)
 Suhu tubuh:
- 36,5°C-37°C : 10 orang (100%)
c) Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) *
 ISPA : 2 orang/ kasus (20%)
 PPOK : 1 orang (10%)
 Diare : 1 orang (10%)
 Batuk : 4 orang (40%)
 Demam : 1 orang (10%)
 Sisanya tidak ada laporan keluhan penyakit 1 orang (10%)
Ket: (*) : data dari klinik perusahaan pada tanggal 12
November 2015

d) Riwayat penyakit komunitas


Data diambil dari 4 orang pekerja (100%) yang
mengeluhkan sering batuk-batuk, kami melakukan pengkajian

22
dengan memberikan kuisioner kepada 4 pekerja tersebut,
dengan hasil:

No. Karakteristik Frekuensi Presentase %


Menderita batuk berdahak
minimal 30 kali setahun,
1. 4 orang 100%
sekurang-kurangnya 2 tahun
beruntun
2. Mempunyai riwayat merokok 4 orang 100%
Terpajan langsung dengan
3. 4 orang 100%
bahan produk
Mempunyai keluarga dengan
4. 1 25%
riwayat bronkitis dan emsifema
Sering mengalami sesak nafas
5. saat aktivitas sedang (jalan 1 25%
cepat, naik tangga)
Pernah merasa sesak atau nafas
6. sulit bahkan pada saaat 1 25%
istirahat
Pernah merasa sesak nafas
7. menetap dan makin lama 1 25%
makin berat
Saat Batuk selalu berdahak dan
8. 2 50%
beriak
Pernah memeriksakan ke
dokter atau tempat pelayanan
kesehatan baik umum maupun
9. yang ada di perusahaan dan 1 25%
positif dinyatakan penderita
PPOK (bronkhitis kronis,
emfisema)
Pernah merasa dada terasa
10. 1 25%
berat saat bernafas

e) Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi komunitas


Para pekerja mendapat istirahat makan siang dari
peusahaan, makan siang rutin dilaksanakan tiap pukul 13.00
WIB di kantin pabrik.
f) Pola pemenuhan cairan dan elektrolit
Selama bekerja kebutuhan cairan pekerja didapat dari
minuman yang dibawa oleh para pekerja dari rumah.
g) Pola istirahat tidur
Para pekerja mengatakan bahwa istirahat tidur mereka
biasanya dilakukan pada malam hari saat pulang bekerja

23
karena waktu bekerja mereka adalah 9 jam mulai pukul 8 pagi-
5 sore.
h) Pola eliminasi
Saat dilakukan anamnesa kepeada para pekerja Sebanyak 5
orang dari 10 orang (50%) pekerja mengatakan pernah sakit
“anyang-anyangan”, hal ini ternyata disebabkan oleh 3 orang
(60%) kurang sering minum air putih saat bekerja, 2 orang
(40%) menahan BAK karena jarak kamar mandi dengan ruang
penyortiran agak jauh. .
i) Pola aktivitas gerak
Saat dilakukan anamnesa kepada para pekerja sebanyak 10
orang dari 10 orang (100%) jumlah pekerja mengeluhkan
sering merasa pegal di daerah leher dan punggungnya. Saat
dilakukan observasi secara langsung ternyata sebanyak 5 orang
(50%) pekerja duduk dengan posisi duduk yang salah/ terlalu
membungkuk,5 orang (50%) tidak menggerak-gerakkan
badannya untuk merelaksasi tubuhnya/ berada dalam posisi
duduk yang sama dalam waktu yang lama.

j) Pola pemenuhan kebersihan diri


Saat dilakukan observasi didapatkan data sebanyak 7
orang dari 10 orang pekerja (70%) tidak mencuci tangan
setelah bekerja sisanya 3 orang (30%) mencuci tangan tapi
dengan prosedur yang kurang benar.
k) Status psikososial
Antar kelompok pekerja tidak pernah mengalami
pertengkaran atau perselisihan karena mereka menganggap
semua pekerja saling bersaudara karena sudah bekerja bersama
dalam waktu yang lama, antar pekerja saling membantu dan
memberikan dukungan bila ada masalah.
l) Status pertumbuhan dan perkembangan
 Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan

24
Berdasarkan data dari perusahaan semua pekerja tidak
mendapatkan asuransi kesehatan, tetapi data yang di dapat
dari pekerja menunjukka bahwa:
No. Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Pekerja yang memeriksakan kesehatan
1. 1 orang 10%
secara rutin ke klinik
Pekerja yang memeriksakan
2. 2 orang 20%
kesehatannya saat sakit saja
Pekerja yang tidak pernah/ belum
3. pernah datang ke klinik untuk 7 orang 70%
memeriksakan kesehatannya

 Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan


kesehatan
Setelah dilakukan pengkajian melalui observasi langsung
kepada 10 pekerja di didapatkan hasil:
No Jenis Presentase(
Karakteristik Ferekuensi
. pekerjaan %)
1. Tidak a. Pengepakan
menggunakan 9 orang 100%
b. pengawasan
masker saat 1 orang 100%
bekerja
2. Tidak a. Pengepakan
menggunakan
b. Pengawasan 9 orang 100%
sarung tangan saat
1 orang 100%
bekerja

 Pola perilaku tidak sehat dalam komunitas


Saat dilakukan observasi didapatkan data sebanyak 7
orang dari 10 orang pekerja dibagian pengepakan (70%)
tidak mencuci tangan setelah bekerja sisanya 3 orang
(30%) mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang
benar.
c. Data lingkungan fisik
Luas bangunan 20x10 meter bentuk bangunan berupa ruangan
luas yang lapang dengan meja-meja tempat pelintingan, pengepakan
dan terdapat 2 kamar mandi di dalamnya. Jenis bangunannya semi
permanen atap bangunan berupa seng alumunium dengan dinding

25
terbuat dari papan dengan lantai dari semen/ plesteran, ventilasi di
ruangan ini berasal dari jendela –jendela kecil di atas tembok sisi
bangunan total 5 buah, penerangan ruangan berasal dari pintu ruangan
kecil yang di buka saat jam kerja bila menjelang sore terdapat lampu
neon yang memberikan pencahayaan diruangan ini. Kebersihan di
dalam ruangan kurang rapi dan agak kotor. Kondisi kamar mandi
kurang bersih tetapi jumlahnya sangat terbatas dan jarak.
d. Pelayanan kesehatan dan sosial
Di perusahaan PT. Anugerah putra tidak terdapat sebuah klinik
kesehatan yang disediakan untuk seluruh pekerja dan pegawai
diperusahaan ini. Sumber kesehatan yang ada di dekat perusahaan
yakni PUSTU (puskesmas pembantu) yang ada di Pustu ini adalah
terdapat 1 perawat, fasilitas alat yang dimiliki klinik ini terdiri dari 2
kamar tidur, obat-obatan yang cukup lengkap .
e. Ekonomi
Rata-rata penghasilan pekerja di ruangan 1-1,5 juta rupiah
sedangkan untuk bagian pengawas sekitar 1,5-2 juta rupiah.

f. Keamanan dan transportasi


Sistem keamanan perusahaan tidak cukup baik. Untuk
penanggulangan kebakaran tidak terdapat alat pemadam kebakaran
manual di setiap ruangan produksi dan perusahaan ini juga tidak
memiliki unit mobil pemadam kebakaran selain itu perusahaan juga
tidak bekerjasama dengan dinas pemadam kebakaran kota untuk
menanggulangi jika terjadi masalah kebakaran. Penanggualangan polusi
tidak ada, dan tidak adanya alat blower untuk ventilasi agar tidak terjadi
polusi di dalam pabrik.

g. Politik dan keamanan


Perusahaan PT. Anugerah saputra merupakan perusahaan milik
swasta yang dimiliki oleh Tn. HK.

h. Sistem komunikasi
Sarana komunikasi yang digunakan oleh pekerja di ruangan
sebagaian besar menggunakan alat komunikasi telfon genggam (HP)

26
sebagai alat komunikasi antara pekerja, keluarga dan masyarakatnya.
Mayoritas pekerja dengan menggunakan bahasa bugis dan sebagaian
kecil menggunakan bahasa bajo.

i. Pendidikan
Data yang didapat dari HRD perusahaan Anugerah saputra
didapatkan data tingkat pendidikan pekerja di ruangan adalah sebagai
berikut:

Tingkat pendidikan
a. Tamat SD
b. Tamat SMP 3 orang
4 orang
c. Tamat SMA 3 orang

Saat dilakukan pengkajian dengan kuisioner tentang pengetahuan


pekerja terhadap pentingnya penggunaan standart keselamatan kerja di
perusahaan ekspor ikan hidup terhadap kesehatan pekerja, di dapatkan
data:
1) 7 orang (70%) dari pekerja tidak mengetahui
2) 3 orang (30%) dari pekerja mengetahui
j. Rekreasi
Berdasarkan data yang didapat dari perusahaan, tidak terdapat
hari libur. Di akhir tahun biasanya juga diadakan rekreasi bersama yang
di fasilitasi oleh perusahaan yang juga dilakukan secara giliran atau
gantian di tiap pekerja

2. Pengolahan Data
a. Komposisi pekerja berdasarkan suku

27
Menurut suku

Laki-
laki
Pere 40%
mpua
n
60%

Gambar; Komposisi pekerja berdasarkan suku di perusahaan PT.


CV.ANUGERAH SAPUTRA desa tapulaga pada tanggal 13-
15 november 2015

Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa pekerja di ruangan


sektor A7 di perusahaan PT. CV.ANUGERAH SAPUTRA yang
terbanyak adalah bugis sebanyak 60% (60 orang) dan bajo sebanyak
40% (40 orang).

b. Proporsi pekerja berdasarkan jenis pekerjaan

28
Menurut Jenis Pekerjaan
Pengawas
10%

Pengepakan Pengelintingan
35% 55%

Gambar; proporsi pekerja berdasarkan jenis pekerjaan di

perusahaan PT. CV.ANUGERAH


SAPUTRA desa tapu pada tanggal 13-15 november 2015

Berdasarkan proporsi pekerja berdasarkan jenis pekerjaannya,


terlihat bahwa bahwa pekerja di perusahaan PT. CV.ANUGERAH
SAPUTRA bagian yang terbanyak adalah bagian pengexporan 55% (5
orang), bagian pengyortiran 35% (4 orang), dan bagian pengawasan
10% (1 orang).
c. Komposisi pekerja berdasarkan usia

Pekerja Menurut Usia


40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
25-35 th 36-46 th 47-57 th 58-60 th

Gambar; komposisi pekerja berdasarkan usia di perusahaan PT.


CV.ANUGERAH SAPUTRA di desa tapulaga pada
tanggal 13-15 november 2015

29
Berdasarkan komposisi pekerja berdasarkan usia, terlihat bahwa
bahwa pekerja di perusahaan PT. CV.ANUGERAH SAPUTRA yang
terbanyak berusia 36-46 tahun sebanyak 4 orang (40%).
d. Komposisi pekerja berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Pekerja


Tamat
SMA Tamat SD
25% 30%

Tamat SMP
45%

Gambar; komposisi pekerja berdasarkan tingkat pendidikan di

perusahaan PT. CV.ANUGERAH SAPUTRA di desa


tapulaga pada tanggal 13-15 november 2015
Berdasarkan komposisi pekerja berdasarkan tingkat pendidikan,
terlihat bahwa bahwa pekerja di perusahaan PT. CV.ANUGERAH
SAPUTRA yang terbanyak adalah tamat SMP sebanyak 4 orang
(40%).
e. Komposisi pekerja berdasarkan lama bekerja

Lama Bekerja
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
5-10 th 11-15 th 16-20 th 21-25 th > 25 th

15 org 35 org 30 org 15 org2 5 org

30
Gambar; komposisi pekerja berdasarkan lama bekerja di perusahaan PT. CV.ANUGERAH
SAPUTRA di desa tapulaga pada tanggal 13-15 november 2015

Berdasarkan komposisi pekerja berdasarkan lama bekerja, terlihat


bahwa pekerja di perusahaan PT. CV.ANUGERAH SAPUTRA yang
terbanyak adalah pekerja yang sudah bekerja selama 5-10 tahun
sebanyak 7 orang (70%).

C. Analisa Data

Data yang telah kami dapat dari hasil pengkajian yang kami lakukan
mulai tanggal 13-15 november 2015, untuk menentukan diagnosa
keperawatan maka kami menyusun analisa data sebagai berikut;

NO
DATA ETIOLOGI PROBLEM
.

1. DS: Kurang Resiko terjadinya


pengetahuan peningkatan
 Pekerja mengatakan pekerja tentang penyakit akibat
mengeluhkan sering pentingnya K3 kerja berhubungan
bagi kesehatan dengan kurang
batuk-batuk. dan keselamatan pengetahuan
 Pekerja mengatakan pekerja pekerja dan
perusahaan
tidak terlalu tentang standar
memeperhatikan keselamatan dan
kesehatan kerja,
pentingnya penggunaan APD,
penggunaan masker posisi kerja yang
benar,fasilitas
dan sarung tangan kerja.
DO:
 4 orang pekerja
(40%) dari 10 pekerja
di ruangan
menegeluhkan sering
batuk-batuk dengan
perincian:
 4 orang (100%)
dari 4 orang

31
pekerja yang
sering batuk .
 4 orang
(40%)dari 10
pekerja yang
sering batuk
mengalami batuk
menahun
sekurang-
kurangnya
selama 2 tahun.
 4 orang (40%)
dari 10 pekeja
yang sering
batuk saat batuk
selalu berdahak
dan beriak.
 1 orang (10%)
dari 10 pekerja
yang sering
batuk positif
didiagnosa
PPOK
 1 orang (10%)
dari 10 pekerja
yang sering
batuk merasa
dada berat saat
bernafas.
 Riwayat penyakit
pekerja ruangan
sektor A7 dalam satu
tahun terakhir; ISPA:

32
2 orang/ kasus (20%),
PPOK: 1 orang
(10%), batuk 4 orang
(40%).
 Pekerja yang tidak
menggunakan masker
dan sarung tangan
diruangan sebanyak
10 orang dari 10
orang pekerja
(100%).
 7 orang (70%) dari
10 pekerja diruangan
tidak mengetahui
pentingnya K3 bagi
kesehatan dan
keselamatan mereka

2. DS: Ketidakadekuatan Perilaku kesehatan


hygine perorangan cenderung
 Pekerja mengatakan pada pekerja beresiko pada
jarang melakukan pekerja perusahan
di ruangan PT.
cuci tangan setelah Anugerah saputra
melakukan
pekerjaannya atau
sebelum makan
karena keterbatasan
kamar mandi dan
fasilitas yang kurang
mendukung (tidak
ada sabun cuci tangan
di kamar mandi).
DO:
 7 orang (70%) dari

33
10 orang pekerja
dibagian tidak
mencuci tangan
setelah bekerja.
.
 3 orang (30%) dari
10 orang pekerja
mencuci tangan tapi
dengan prosedur
yang kurang benar.

3. DS: Posisi tubuh saat Resiko cidera pada


bekerja yang salah pekerja
 Pekerja mengatakan pada pekerja perusahaan PT
sering mengalami Anugerah Saputra

pegal di daerah
punggung dan leher.
DO:
 10 orang dari 10
orang (100%) jumlah
pekerja mengeluhkan
sering merasa pegal
di daerah leher dan
punggungnya.
 5 orang (50%)
dari 10 orang
pekerja duduk
dengan posisi
duduk yang
salah/ terlalu
membungkuk.
 5 orang (50%)
dari 10 orang
pekerja tidak
menggerak-
gerakkan

34
badannya untuk
merelaksasi
tubuhnya/ berada
dalam posisi
duduk yang sama
dalam waktu
yang lama.

D. Penapisan masalah
Dari hasil analisa data, didapatkan data yang kemudian dilakukan
penapisan masalah untuk menentukan perioritas masalah, adapun penapisan
masalah tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

No. Masalah KRITERIA Score Keterangan


Kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8

1. Resiko 5 5 5 5 4 3 4 3 34 Keterangan
terjadinya kriteria:
peningkatan 1. Sesuai
penyakit
dg peran
akibat kerja
berhubunga perawat
n dengan
komunitas
kurang
pengetahua 2. Resiko
n pekerja
terjadi/jumla
dan
perusahaan h yang
tentang
beresiko
standar
keselamatan 3. Resiko
dan
parah
kesehatan
kerja, 4. Potensi
penggunaan
utk
APD, posisi
kerja yang pend.kesehat
benar,fasilit
an
as kerja.
2. Perilaku 5 4 4 5 4 4 4 3 33 5. Interest
kesehatan
utk
cenderung

35
beresiko
pada
pekerja
perusahaan
perusahaan
PT.
CV.ANUG
ERAH
SAPUTRA
berhubunga
n dengan
Ketidakade
kuatan
hygine
perorangan
pada
pekerja
3. Resiko 4 5 3 4 4 4 3 4 31
cidera kerja komunitas
pada
pekerja 6. Kemun
perusahaan gkinan
PT.
CV.ANUG diatasi
ERAH 7. Releva
SAPUTRA
berhubunga n dg program
n dengan 8. Tersedi
Posisi tubuh
saat bekerja anya sumber
yang salah daya
pada
pekerja
Keterangan
Pembobotan:
1.Sangat
rendah

E. Prioritas Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan scoring di atas, maka prioritas diagnosa keperawatan
komunitas pada pekerja perusahaai ruangan PT. Anugerah saputra adalah
sebagai berikut:

No
Diagnosa Keperawatan Score
.

1. Resiko terjadinya peningkatan penyakit akibat kerja 34


berhubungan dengan kurang pengetahuan pekerja dan

36
perusahaan tentang standar keselamatan dan kesehatan
kerja, penggunaan APD, posisi kerja yang benar,fasilitas
kerja.
Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada pekerja
perusahaan PT. CV.ANUGERAH SAPUTRA
2. 33
berhubungan dengan Ketidakadekuatan hygine
perorangan pada pekerja.
Resiko cidera kerja pada pekerja perusahaan PT.
3. CV.ANUGERAH SAPUTRA berhubungan dengan 31
Posisi tubuh saat bekerja yang salah pada pekerja.

F. Rencana kegiatan

a. Terdiri dari:
1) Pemaparan materi pada pemilik usaha dan pekerja mengenai
berbagai kecelakaan kerja
2) Pemaparan materi pada pemilik usaha dan pekerja mengenai risiko
yang bisa terjadi akibat tidak menggunakan APD
b. Terdiri dari:
1) Pemaparan materi mengenai manfaat APD dan macam-macamnya
2) Pengenalan alat yang digunakan untuk melindungi pekerja
3) Memasang poster tentang akibat yang ditimbulkan jika tidak
menggunakan APD
4) Menyebar leaflet tentang pentingnya APD dan bahaya tidak
menggunakan APD
c. Terdiri dari:
1) Mempraktikan cara penggunaan APD langsung oleh anggota
perusahaan.
2) Memotivasi pemilik usaha dan pekerja berkenaan penggunaan
APD
d. Terdiri dari:
1) Bersama berdiskusi tentang pemilihan APD

37
2) Mengajak pemilik usaha untuk membina hubungan kemitraan
dengan penyedia APD dan pihak puskesmas.
3) Mempromosikan penggunaan APD kepada karyawan.
4) Pemilik membuat peraturan bagi para karyawannya untuk wajib
menggunakan APD

G. Evaluasi

a. Terdiri dari:
1) Pekerja dapat menyebutkan kembali 3 dari 4 kecelakaan kerja
2) Pekerja dapat menyebutkan kembali apa yang dimaksud dengan
kecelakaan kerja.
3) Pekerja dapat menyebutkan kembali 4 dari 7 resiko masalah kesehatan
akibat kecelakaan kerja
b. Pekerja dapat menyebutkan kembali 4 dari 5 jenis-jenis APD yang telah
di kenalkan penyuluh.
c. Terdiri dari:
1) Para pekerja beserta petugas kesehatan dan mahasiswa
mendiskusikan temtang APD
2) Pemilik usaha memutuskan untuk menggunakan APD

d. Terdiri dari:
1) Pemilik mau mengadakan kerjasama dengan perusahaan APD
2) Pemilik mampu mengajak pekerja untuk menggunakan APD
3) Pemilik mampu membuat peraturan penggun aan APD
4) Pekerja mau mematuhi aturan yang sudah dibuat

38
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan
arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan (KEP-51/MEN/1999).
Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga
pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng Budiono, 2003:35). Getaran ialah
gerakan ossilasi disekitar titik (J.M. Harrington, 1996:187).
Vibrasi adalah gerakan, dapat disebabkan oleh getaran udara atau
getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya (J.F. Gabriel,
1996:96). Geteran merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan
ukuran hertz(Depkes, 2003:21).

B. Saran
Dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Pembahasan dalam
makalah ini (Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja Dengan Pendekatan

39
Proses Keperawatan Kasus Bahaya Vibrasi (Getaran ) merupakan masalah
yang sering terjadi di kehidupan masyarakat, oleh karena itu penulis
menyarankan agar para pembaca memahami tentang isi makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25608/4/Chapter%20II.pdf

http://arekteknik.com/vibration.html

Ekasari, Mia Fatmawati. (2006). Panduan pengalaman belajar lapangan


keperawatan keluarga, keperawatan gerontik, keperawatan komunitas.
Jakarta: EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Pengantar konsep dasar keperawatan.


Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal. (2009). Pengantar keperawatan komunitas 1. Jakarta:


Sagung Seto

Mubarak, Wahit Iqbal. (2009). Ilmu keperawatan komunitas pengantar dan


teori buku 1. Jakarta: Salemba Medika

40
41

Anda mungkin juga menyukai