Anda di halaman 1dari 18

FISIKA ZAT PADAT

BAHAN DIELEKTRIK

Dosen Pengampu
Misbah, M.Pd.

Makalah

Disusun Oleh:
CLINTON PURBA
1610121310001
M. REZA PAHLAWAN
1610121310004

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN MATEMATIKA DAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan
dengan rahmat dan karunianya, MAKALAH FISIKA ini dapat kami buat sebagai
tugas kami. Sebagai bahan pembelajaran kami dengan harapan dapat di terima dan di
pahami secara bersama.

Dalam batas-batas tertentu MAKALAH ini memuat Tentang bahan


dielektrik. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Fisika zat padat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak kelompok yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami dengan kerendahan hati meminta maaf jika terdapat kesalahan
dalam penulisan atau penguraian MAKALAH kami Dengan Harapan dapat di terima
oleh bapak dan dapat di jadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran pelajaran
Fisika zat padat kami.

Banjarmasin, 8 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

A. Pengertian Dielektrik............................................................................
B. Polarisasi...............................................................................................
C. Klasifikasi Dielektrik............................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dielektrik adalah sejenis bahan isolator listrik yang dapat dikutubkan
(polarized) dengan cara menempatkan bahan dielektrik dalam medan listrik. Bahan
dielektrik yaitu bahan yang apabila diberikan medan potensial (tegangan) dapat
mempertahankan perbedaan potensial yang timbul diantara permukaan yang
diberikan potensial tersebut. Bahan dielektrik yang ditempatkan dalam suatu medan
listrik eksternal 𝜀 0 mengalami perpindahan listrik D, bahan menjadi terpolarisasi P,
dan terjadi induksi medan 𝜀. Dalam bahan dielektrik, kumpulan momen dipol
membentuk polarisasi.
Definisi bahan dielektrik adalah zat yang dapat digunakan untuk memperbesar
kapasitas kapasitor. Bahan dielektrik biasanya terikat kuat oleh masing-masing atom
sehingga tidak dapat bergerak walaupun bahan itu berada dalam medan listrik. Bila
suatu bahan dielektrik diletakkan dalam medan listrik, maka dipol listrik yang terjadi
akan mengarahkan diri sehingga permukaan bahan akan timbul muatan-muatan listrik
induksi. Muatan-muatan ini akan menimbulkan medan listrik baru di dalam bahan
yang arahnya berlawanan dengan medan listrik luar akibatnya medan listrik di dalam
bahan menjadi lebih lemah, yaitu 1/k kali medan listrik luar, sedangkan k merupakan
tetapan dielektrik. Sering dikatakan bahwa bahan konduktor memiliki tak terbatas
persediaan muatan yang bergerak bebas melalui bahan.Dalam prakteknya, biasanya
diartikan bahwa ada beberapa electron (satu atau dua per atom dalam tipe logam),
tidak terhimpun dalam inti khusus, tetapi berkeliaran bebas.
Di dalam dielektrik kebalikan dengan konduktor, yaiut seluruh muatan diikat
oleh atom-atom khusus (menurut jenisnya) atau molekul. Muatan-muatan itu terikat
erat dan mereka semua dapat melakukan gerak sedikit dalam molekul. Pergeseran ini
akhirnya tidak dramatis seperti penyusunan kembali besar muatan-muatan dalam
konduktor. Pergeseran mikroskopik merupakan efek komulatif untuk watak /karakter
bahan dielektrik yang berupa peregangan (stretching) dan perputaran untuk
menormalkan distribusi muatan (rotating).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa defenisi dari dielektrik?
2. Jelaskan bagian-bagian dari polarisasi?
3. Bagaimana klasifikasi dalam Dielektrik?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui defenisi dari dielektrik
2. Mengetahui bagian-bagian dari polarisasi.
3. Mengetahui klasifikasi dalam Dielektrik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dielektrik
Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat
kecil atau bahkan hampir tidak ada. Bahan dielektrik dapat berwujud padat, cair dan
gas. Tidak seperti konduktor, pada bahan dielektrik tidak terdapat elektron-elektron
konduksi yang bebas bergerak di seluruh bahan oleh pengaruh medan listrik. Medan
listrik tidak akan menghasilkan pergerakan muatan dalam bahan dielektrik. Sifat
inilah yang menyebabkan bahan dielektrik itu merupakan isolator yang baik. Isolator
merupakan suatu bahan yang sulit menghantarkan arus listrik. Dilektrik tidak
memiliki pembawa muatan bebas, namun dielektrik memiliki inti yang positif dan
elektron yang bermuatan negatif. Karena muatan-muatannya telah berpasang-
pasangan maka sulit bagi bahan dielektrik untuk berinteraksi atau bertumbukan
dengan muatan-muatan lain diluar dielektrik.
Bahan dielektrik berfungsi untuk menyimpan energi listrik dalam bentuk
muatan pada kapasitor, mengisolasi antara penghantar dengan pengahantar yang lain
misalnya antara konduktor fasa dengan konduktor fasa atau konduktor fasa dengan
tanah, menahan gaya mekanis akibat adanya arus pada konduktor yang diisolasi.
Serta mampu menahan tekanan yang diakibatkan panas dan reaksi kimia. Dalam
bahan dielektrik, semua elektron-elektron terikat dengan kuat pada intinya sehingga
terbentuk suatu struktur regangan benda padat, atau dalam hal cairan atau gas,
bagian-bagian positif dan negatifnya terikat bersama-sama sehingga tiap aliran massa
tidak merupakan perpindahan dari muatan. Setiap bahan dielektrik memiliki kekuatan
dielektrik tertentu, yaitu tekanan elektrik yang dapat ditahannya dimana dielektrik
tersebut tidak berubah sifat menjadi konduktif (tembus listrik). Jadi, bila suatu
dielektrik diberi muatan listrik, muatan ini akan tinggal terlokalisir di daerah di mana
muatan tadi ditempatkan.
B. Polarisasi
Meskipun tidak ada perpindahan muatan ketika dielektrik-dielektrik
dipengaruhi suatu medan listrik, tetapi terjadi pergeseran sedikit pada muatan negatif
dan positif dari atom-atom atau molekul dielektrik, sehingga memiliki kelakuan
seperti dipol yang sangat kecil. Dipol adalah suatu atom molekul (atau atom atau sel
satuan) yang terpolarisasi merupakan hasil kali antara muatan Q dan jarak d e antara
pusat muatan-positif dan pusat muatan-negatif:
pe =Q d e
Pada dielektrik tersebut dikatakan terjadi pengutuban atau dalam keadaan
terkutubkan ketika dipol-dipol ditampilkan. Misalkan sebagai contoh sederhana,
polarisasi ditampilkan sebagai suatu dipole listrik. Muatan titik positif
menggambarkan inti dan muatan negatif menggambarkan muatan elektron dan kedua
muatan tersebut terpisah jarak yang sangat kecil. Orbit elektron pada inti bertindak
seperti awan mengitari inti. Ketika atom-atom tidak terjadi polarisasi, awan yang
mengelilingi inti adalah simetri (gambar.1a) dan momen dipolnya nol (karena
pergeseran muatan positif dan negative =0). Dengan adanya pengaruh medan listrik,
maka awan electron menjadi bergeser sedikit atau tidak simetris (gambar.1b), dan
atom dikutubkan (terjadi polarisasi). Atom tersebut dapat digambarkan ekuivalen
dengan dipol muatan titik (gambar 1c).
c. –q +q

L
Gambar: 1. a. Atom tidak berpolarisasi b. atom menjadi terpolarisasi kutub E
c. ekuivalen dipole

Suatu dielektrik papan marmer permitivitasnya ε (gambar 2) dalam ruangan


hampa. Medan listrik serba sama É diterapkan pada aras normal, menyebabkan
polarisasi dalam dielektrik, yaitu dipole-dipole atom induksi menembus papan
marmer. Hasil akhir dari polarisasi adalah menghasilkan lapisan mutan negative pada
salah satu permukaan dan lapisan muatan positif pada permukaan lain dari papan
trsebut, dengan muatan tiap-tiap dipole dilapisi oleh jarak L’ (L’=ketebalan papan
marmer)

Gambar .2. Dielektrik papan marmer dalam medan listrik seragam

Jadi, bila suatu dielektrik dalam medan listrik, maka dalam dielektrik
terbentuk dipole-dipole listrik. Bila diambil elemen volume dari dielektrik dV, maka
´ Polarisasi didefinisikan sebagai momen
momen dipole pada elemen volume itu dp.
dipole tolak persatuan volume, sehingga dapat dirumuskan
d ⃗p
P=
⃗ …………………………(1)
dV
P=vektor polarisasi

Dari persamaan diatas diperoleh
⃗p=∮ volume P
⃗ dV ...........................................(2)

P= momen dipole total

Bahan dielektrik bukan penghantar listrik. Tetapi karena tidak inert terhadap
medan listrik. Elektron dan proton akan bergeser tempat akibat medan listrik tersebut.
Sebagai contoh, tempat kedudukan (rata-rata) dari elektron akan bergeser mendekati
elektroda positif, sedang inti atom sendiri, yang mengandung proton, akan bergeser
mendekati elektroda negatif. Peristiwa ini disebut sebagai polarisasi. Bila ada medan
arus bolak balik, muatan tadi akan bergeser bolak balik mengikuti frekuensi medan
listrik. Polarisasi dapat digolongkan kedalam :
1. Polarisasi elektronik
Polarisasi elektronik terjadi pada semua jenis dielektrik. Polarisasi ini terjadi
karena pergeserana elektron pada atom atau molekul karena adanya medan listrik,
pusat muatan listrik positif dan negatif yang semula berimpit menjadi terpisah
sehingga terbentuk dipol. Pemisahan titik pusat muatan ini berlangsung sampai terjadi
keseimbangan dengan medan listrik yang menyebabkannya. Dipol yang terbentuk
merupakan dipole tidak permanen; artinya dipole terbentuk selama ada pengaruh
medan listrik saja. Jika medan listrik hilang maka titik-titik pusat muatan kembali
berimpit lagi. Apabila medan yang diberikan adalah medan searah, dipol terbentuk
hampir seketika dengan hadirnya medan listrik. Karena polarisasi elektronik
berukuran kecil, elektron-elektron memiliki frekuensi alami yang sangat tinggi (~10 16
Hz) pada saat elektron-elektron ini membentuk gelombang-tegaknya di sekeliling
atom atom itu. Dengan demikian, polarisasi ini dapat terjadi tidak saja dalam
rangkaian 60 Hz dan pada frekuensi radio, tetapi juga sebagai tanggapan terhadap
frekuensi cahaya (~1015 Hz).

2. Polarisasi Ionik
Polarisasi jenis ini hanya teramati pada material dengan ikatan ion. Polarisasi
terjadi karena pergeseran ion-ion yang berlawanan tanda karena pengaruh medan
listrik. Gambar dibawah menggambarkan peristiwa ini. Sebagaimana halnya dengan
polarisasi elektronik, dipole yang terbentuk dalam polarisasi ionik juga merupakan
dipole tidak permanen. Namun polarisasi ionik terjadi lebih lambat dari polarisasi
elektronik. Apabila di berikan medan searah, diperlukan waktu lebih lama untuk
mencapai keadaan seimbang, demikian pula jika medan dihilangkan posisi ion akan
kembali pada posisi semula dalam waktu lebih lama dari polarisasi elektronik.
Polarisasi ionik merupakan pergeseran ion negatif dan positif ke elektroda
positif dan negatif. Sama dengan polarisasi elektronik, polarisasi ionik ditimbulkan
oleh medan listrik luar. Karena ion lebih berat jika dibandingkan dengan elektron, ion
tak mungkin berpolarisasi dengan cepat. Polimerisasi ion terbatas hingga frekuensi
maksimum sebesar 1013 Hz. Ini berada dibawah frekuensi sinar biasa. Oleh karena itu,
berkas sinar tidak mungkin menghasilkan polarisasi ionik dan hanya akan
menghasilkan polarisasi elektronik.

Gambar 3. Polarisasi Ionik


3. Polarisasi Molekuler
Polarisasi molekuler terjadi dalam material molekuler. Material seperti ini
disebut polar dan pengaruh medan pada material ini akan mengubah polarisasi
dengan perpindahan atom dan dengan demikian terjadi perubahan medan pada
momen dipol (yaitu kemampuan polarisasi atomic) atau molekul secara keseluruhan
mengalami rotasi sehingga searah dengan medan yang diterapkan (yaitu kemampuan
polarisasi orientasi). Apabila medan di hilangkan, dipol tersebut tetap terarah, dan
terjadi polarisasi permanen. Dipol permanen dijumpai pada molekul asimetris seperti
H2O, polimer organic dengan sturktur asimetri Kristal keramik tanpa pusat simetri.

4. Polarisasi Muatan Ruang


Polarisasi ini terjadi karena pemisahan muatan-muatan ruang, yang
merupakan muatan-muatan bebas dalam ruang dielektrik. Dengan proses ini terjadi
pengumpulan muatan sejenis di dua sisi dielektrik. Polarisasi ini berlangsung lebih
lambat lagi dan pada waktu medan listrik dihilangkan muatan ruang dapat menempati
posisi yang baru, tidak seluruhnya kembali pada posisi awal. Muatan ruangan atau
polarisasi antar permukaan terjadi bila ada penghantaran muatan lokal dalam
dielektrik. Sebagai contoh Al2O3, bahan bukan penghantar, mengandung partikel
aluminium yang sangat kecil, elektron konduksi dapat bergeser kearah elektroda
positif dalam medan bolak-balik. Akan tetapi, mereka tetap terikat didalam partikel
metal. Contoh ini hanya untuk penjelasan belaka, dan jarang dijumpai dalam barang
rekayasa.

Gambar. 4 Polarisasi Muatan Ruang


5. Polarisasi Orientasi.
Polarisasi ini terjadi pada material yang memiliki molekul asimetris yang
membentuk momen dipole permanen. Dipole-dipole permanen ini akan cenderung
mengarahkan diri sejajar dengan medan listrik, namun tidak semua dipole akan
sejajar dengan arah medan. Kebanyakan dipole permanen ini membentuk sudut
dengan arah medan. Lihat Gambar.6. Waktu yang diperlukan untuk mencapai
keseimbangan juga cukup lama.

Gambar. 5 Polarisasi Orientasi

Penerapan bahan dielektrik ini berdasarkan hukum Gauss. Di mana Gauss


menyatakan bahwa jumlah garis gaya atau fluks listrik yang keluar dari suatu
permukaan tertutup sebanding dengan jumlah muatan listrik yang dilingkupi oleh
permukaan tertutup itu.

C. Klasifikasi Dielektrik
Pada umumnya diharapkan bahwa ada hubngan fungsional antara polarisasi
P= ⃗
dan medan listrik, ⃗ P (⃗
E ) atau P x =P x ( E x , E y , E z ) dan selanjutnya. Diskripsi
makroskopikteori electromagnet tidak meramalkan bentuk dari fungsi tersebut, tetapi
mengambilnya sebagai informasi luar.Hubungan tersebut ditinggalkan, kemudian
ditentukan dari eksperimen, atau dihitung secara teori dari keadaan mikroskopik suatu
bahan. Hal ini dibahas dalam cabang fisika lain yaitu mekanika statistika dan fisika
zat padat. Kombinasi eksperimen dan teori menunjukkan bahwa sebagian besar bahan
dapat diklasifikasikan dengan mudah, dan hasil dapat digunakan untuk
menyederhanakan seluruh teori dan membuat sangat bermanfaat.
1. Polarisasi Permanen
E =0 , maka ada dua kemungkinan nilai dari ⃗
Jika ⃗ P=0 atau ⃗
P ≠ 0 maka bahan
dipolarisasikan rata dalam ketidak hadiran medan, seperti dijelaskan sebelumnya. Hal
P ( 0 )=0 , adalah
ini dikatakan memiliki polarisasi permanen. Selanjutnya untuk ⃗
banyak tipe dan banyak rupa yang dihasilkan oleh medan, secara umum digunakan
istilah dielektrik.
2. Dielektrik non Linear
P ( 0 )=0 , adalah masih memungkinkan hubungan antara ⃗
Daerah dengan ⃗ P
E dapat benar-benar sulit untuk sebagian besar bahan. Bagaimanapun juga
dan ⃗
membutuhkan perkecualian keadaan kondisi, seperti medan yang sangat
besar/panjang, atau temperature rendah atau keduanya. Oleh karena itu pencarian
E , yaitu:
tersebut sering cukup memberikan sebagai deret pangkat dalam komponen ⃗

Pi=∑ α ij E j + ∑ ∑ β ijk E j E k + … ………………………….. (3)
j j k

Dalam indeks I,j,dan k mengambil nilai x,y,dan z. bentuk tersebut memenuhi


P ( 0 )=0. Nilai khusus dari koefisien α ij , β ijk … akan terganggu
seluruh asumsi bahwa ⃗
keadaan yang meliputi dielektrik khusus. Jika orde kedua atau suku-suku tinggi
E dibutuhkan untuk menggambarkan merincikan bahan, maka
dalam komponen ⃗
dielektrik disebut non linear.Hal ini membutuhkan eksperimen untuk menentukan
apakah persamaan perlu diadakan kasus yang diberikan sebagai contoh, beberapa
keramik menjadi dalam kategori tersebut.
3. Dielektrik Linier
a) Suseptibilitas
Suseptibilitas 𝜒e pada bahan dielektrik adalah ukuran seberapa mudah bahan
ini dikutubkan dalam medan listrik, yang pada akhirnya menentukan permitivitas
listrik nilai suseptibilitas ini didefinisikan melalui sebuah konstanta perbandingan
antara medan listrik E dan pengkutuban bahan dielektrik (polarization) P sehingga:
𝑃 = 𝜀0𝜒eE
𝜀0 = adalah Permitivitas ruang hampa yaitu = 8,85 x 10-12 C 2 /Nm2
E = medan listrik di dalam dielektrik
suseptibilitas sebuah bahan dielektrik memiliki hubungan dengan
permitivitas relatifnya 𝜀r yaitu:
𝜒e = 𝜀r - 1
𝜀r = 1 + 𝜒e

b) Permitivitas
Permitivitas adalah suatu kuantitas fisik yang mengambarkan bagaimana
medan listrik memengaruhi dan dipengaruhi oleh suatu medium dielektrik, dan
nilainya ditentukan oleh kemampuan bahan dari medium untuk terpolarisasi sebagai
respons dari medan tersebut, yang pada akhirnya juga mengurangi medan listrik
dalam bahan. Jadi, permittivitas berkaitan dengan kemampuan suatu material untuk
menyampaikan atau memperbolehkan suatu medan listrik

c) Konstanta Dielektrik
Suatu medan listrik menyebabkan terjadinya polarisasi elektron dan
polarisasi ionik dan dapat mengorientasikan molekul yang terpolasasi permanen.
Sebaliknya, polarisasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan densitas muatan pada
suatu kapasitor. Kita dapat melihat ini dengan cara memisahkan dua pelat kapasitor
sejauh d dan memberikan tegangan E di antara kedua pelat tersebut. Medan
listriknya, ε, adalah gradient tegangannya:
E
ε=
d
dalam keadaan ini, apabila tidak terdapat apa-apa di antara kedua pelat itu, densitas
muatan, D0 pada setiap pelat berbanding lurus terhadap medan ε ,dengan konstanta
kesebandingan ϵ 0sebesar 8,85 x 10−12 C/V. m:
C
(
D=ϵ 0 ε= 8,85 x 10−12
V )
.m ε
Dengan demikian, jika gradient tegangan 1 V/m, akan terdapat
8,85 x 10−12 coloumb /m2 pada elektroda. Dengan setiap elektron yang membawa
muatan sebesar 0,16 x 10-18 C, densitas elektron pada elektrodanya akan sama dengan
55 x 106 m2 (atau 55 mm2). Gariden tegangan biasanya jauh lebih tinggi pada
rangkaian listrik, sehingga densitas muatannya jauh lebih besar. Jika sebarang
material ditempatkan di antara pelat-pelat kapasitor, densitas muatan pada pelat akan
naik akibat polarisasi yang terjadi di dalam materialnya. Sebagai akibatnya,
pergesaran muatan-negatif kea rah atas dalam material itu (dan pergeseran muatan-
positif ke arah bawah) akan menaikkan nilai D sebesar faktor konstan.
Dm =k ϵ 0 ε
Dm
Faktor k ini, yang disebut konstanta dielektrik relative, merupakan rasio ,
D0
densitas muatan dengan dan tanpa adanya material pembuat jarak. kontanta dielektrik
relatif merupakan salah satu sifat dari material yang digunakan sebagai dielektrik.
Perhatikan bahwa dieleketrik- dielektrik ini dapat saja peka terhadap suhu dan
terhadap frekuensi. Kita juga dapat memandang polarisasi sebagai densitas muatan
tambahan yang berasal dari dielektrik,
p=D m−D 0
Dan dari dua persamaan sebelumnya maka :
p= ( k−1 ) ϵ 0 ε
4. Dielektrik Isotropik Linier
Diasumsikan bahwa pada suatu titik yang diberikan memiliki kelistrikan dari
E . Kemudian keadaan tersebut diketahui sebagai
dielektris tidak tergantung arah ⃗
isotropi. Sejak itu satu arah adalah kelengkapan ekuivalensi terhadap yang lain, harus
E , χ ij =0 ,jika i≠ 0 ,dan χ xx= χ yy = χ zz ,, sehingga dapat ditulis sebagai
parallel terhadap ⃗
berikut :
P= χ e ε 0 ⃗
⃗ E
Dimana χ e , adalah suseptibilitas listrik.
Bila persamaan dikombinasikan dapat diperoleh
D =ε 0 ⃗
⃗ E +⃗
P=ε 0 ⃗
E + χe ε0 ⃗
E =( 1+ χ e ) ε 0 ⃗
E =K e ε 0 ⃗
E
D=ε ⃗
⃗ E
dengan: K e =1+ χ e =tetapan dielektrik = permitivitas relatif
ε =K e ε 0
Besarnya χ e , K e , ε dan menunjukan karakteristik sifat kelistrikan dari bahan
yang ditentukan dengan eksperimen, dan nilai-nilai tersebut dapat dicari dalam
beberapa table. Untuk semua bahan, dengan χ e , positif untuk medan statis, maka:
K e >1
D dan ⃗
Dari persamaan dapat ⃗ E diketahui bahwa parallel dalam keadaan
D disebut sebagai persamaan konstitutif, yang bukan merupakan
itu.Persamaan ⃗
persamaan fundamental dari elektromagnet.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil
atau bahkan hampir tidak ada. Dilektrik tidak memiliki pembawa muatan bebas,
namun dielektrik memiliki inti yang positif dan elektron yang bermuatan negatif.
2) Peristiwa polarisasi adalah tempat kedudukan (rata-rata) dari elektron akan
bergeser mendekati elektroda positif, sedang inti atom sendiri, yang mengandung
proton, akan bergeser mendekati elektroda negatif.
3) Polarisasi dapat digolongkan menjadi 4 bagian yaitu :
a) Polarisasi Elektronik
b) Polarisasi Ionik
c) Polarisasi Molekuler
d) Polarisasi Muatan Ruang
e) Polarisasi Orientasi
4) Klasifikasi Dielektrik dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
a) Polarisasi Permanen
b) Dielektrik Non Linier
c) Dielektrik Linier
d) Dielektrik Isotropik Linier

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kami ingin kritik dan saran
yang bersifat membangun.

DAFTAR PUSTAKA
Kacaribu, 2011, Dielektrik, repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/23931/ 3
/Chapter%20II.pdf, diakses pada 8 maret 2014 jan 7 :

Menda, Ayu. (2019, Oktober 13) Scribd. Dikutip dari Scribd:


https://www.scribd.com /document/430040000/MAKALAH-BAHAN
DIELEKTRIK.

Nurdin Bukit, Eva. 2015. Elektrodinamika, Unimed Press.

Rahmat. (2016, May 23) Scribd. Dikutip dari Scribd: https:// www.scribd.com /doc
/313528489/BAHAN-DIELEKTRIK

Anda mungkin juga menyukai