Anda di halaman 1dari 10

Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X

Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Inovasi Pelayanan Publik BUMN (Studi Deskriptif tentang Inovasi


Boarding Pass System dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kereta Api
PT KAI di Stasiun Gubeng Surabaya)
Diah Nur Fitriana
Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga

Abstract
All this time, train serving by PT KAI did not give order, security, and comfort for users because of brokering practice, the
stowaway, and tolerance quota. Therefore, PT KAI innovates boarding pass system for all operating station including
Surabaya Gubeng Station. This study described how boarding pass system can improve the service quality at Surabaya
Gubeng Station. This research used 4 indicators from Zeithamal, Parasuraman, and Berry that’s Tangible, Realiability,
Responsiveness, Assurance. This research used public service theory, innovation theory, the quality service. This research
used qualitative method, and descriptive research. This research located at Surabaya Gubeng Station. The informan were
users and train server at Surabaya Gubeng Station. The train server obtained through purposive sampling, then the user
obtained through accidental sampling.Collecting data obtained throung observation, deep intervie. Data analyzing obtained
through reducting data, presenting data, and verification.The results of this study indicated that boarding pas system
innovation can improve the service quality at Surabaya Gubeng Station.

Keywords PublicService innovation service quality, boarding pass syste

Pendahuluan Tabel Rincian Kasus Keuangan Negara di


Pelayanan adalah serangkaian kegiatan atau BUMN Tahun 2012
Nama BUMN Jumlah Kerugian Potensi Kekurangan
aktivitas yang berlangsung berurutan yang Kasus Negara kerugian penerimaan
dilaksanakan oleh seseorang, kelompok orang atau negara negara
PT PLN 6 - Rp42,17 M Rp47,06 M
suatu organisasi dalam rangka membantu (Persero)
menyiapkan atau memenuhi kepentingan orang lain Perum Bulog 3 - Rp211,94 juta Rp707,66 M
PT Pelni 1 - - Rp1,01 M
atau masyarakat luas. Dalam KEPMENPAN (Persero)
PT KAI 5 Rp971 juta - Rp736 Juta
Nomor 81 Tahun 93, pelayanan adalah suatu (Persero)
bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh PT BNI 9 - Rp336,72 M -
(Persero) Tbk
instansi pemerintah baik di pusat, di daerah, PT Bank 7 - Rp1,12 Triliun -
BUMN, dan BUMD dalam bentuk barang maupun Mandiri
(Persero) Tbk
jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan Perum 37 - - Rp 20,17 M
Perumnas
masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan PT BRI 4 - Rp 34,57 M Rp 260 juta
yang berlaku. Jadi BUMN merupakan salah satu (Persero) Tbk
PT Bank 3 - Rp 111,50 M -
kebijaksanaan oemerintsh untuk melayani Mandiri
(Persero) Tbk
masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan. PT BTN 1 - - Rp 740 juta
Selain menjalankan misi pemenuhan (Persero) Tbk
PT Geruda 4 Rp349 juta Rp 15,67 M -
kebutuhan masyarakat banyak (public service), Indonesia
dalam undang-undang tersebut juga menyatakan (Persero) Tbk
PT Krakatau 1 - Rp 5,30 M -
bahwa BUMN merupakan salah satu pelaku Steel (Perserp)
Tbk
ekonomi selain swasta dan koperasi yang dituntut PT Pelabuhan 3 - Rp 98,30 M -
untuk memupuk keuntungan (profit oriented). Indonesia I-IV
PT Biofarma 1 - Rp 1,63 M -
Suyanto dan Srimulyo (2001:22) mengatakan (Persero)
BUMN tetaplah sebuah unit komersial biasa yang Sumber : Diolah BAKN dari LHPS I periode 2013
harus beroperasi secara komersial berdasarkan
prinsip-prinsip usaha yang sehat untuk mencapai . Dari 14 BUMN yang merugikan negara
keuntungan. Dengan dua tujuan tersebut, tersebut, PT KAI menjadi salah satunya. Selain
diharapkan BUMN meningkatkan perekonomian menjadi salah satu BUMN yang merugi, masih
nasional melalui pemberian pelayanan yang terdengar diberbagai media massa keluhan
berkualitas. penumpang akan pelayanan KA seperti kasus
Ironinya, sampai dengan tahun 2012 masih percaloan tiket kereta api, penumpang gelap, dan
rerdapat BUMN yang merugikan negara. Berikut toleransi kuota melebihi kapasitas tempat duduk
data kasus BUMN terhadap keuangan negara di menunjukkan akan rendahnya kualitas pelayanan
beberapa BUMN tahun anggaran 2012. yang diberikan oleh PT KAI.
Dalam Annual Report PT KAI tahun 2013,
keluhan penumpang selama tahun 2011 sebanyak
83 keluhan, dimana informasi dan data keluhan
1
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

penumpang atau masyarakat didasarkan pada berusaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan
informasi melalui pemberitaan pada media massa KA. Terbukti tahun 2013, PT KAI berhasil
dan elektronik yaitu: (a)Kompas; (b)Bisnis memperoleh penghargaan dalam BUMN
Indonesia; (c)Media Indonesia; (d) Seputar Innovation Award. Kategori Inovasi Pelayanan
Indonesia; (e)Koran Tempo; (f)Pemikiran Rakyat; Publik yang dimenangkan antara lain Gold Level
(g)Rakyat Merdeka; (h)Tribun Jabar; (i)Republika; The Best Corporate Innovation Culture &
(j)Koran Jakarta; (k)Suara Karya; (l)Pos Kota; Management 2013, The Best Technology
(m)Majalah; (n)Kompas.com; (m)Detik.com Innovation untuk Sistem Pencegah Pelanggaran
(Annual Report PT KAI, 2011:127). Ini Sinyal (GARANSI), The Best Product Innovation
menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh untuk Rail Ticket System (RTS).
PT KAI belum sesuai dengan apa yang diharapkan Inovasi pelayanan yang dilakukan PT KAI ini
masyarakat. adalah sebagai reaksi atas pergeseran paradigma
Padahal dilihat dari aspek bentuk, PT KAI pelayanan publik dari Old Publik Administration
merupakan BUMN yang berbentuk persero. (OPA) menjadi New Publikc Service (NPS).
Dengan bentuk persero, seharusnya PT KAI Dwiyanto (2006:140) mengatakan bahwa
memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan pelayanan publik yang ideal menurut paradigma
keuntungan melalui pelayanannya, karena PT KAI New Public Service yaitu pelayanan publik harus
menjadi satu-satunya badan penyelenggara responsive terhadap berbagai kepentingan dan nilai-
transportasi darat kereta api (KA). nilai publik. Pembaharuan pelayanan dilakukan
Dari aspek lingkungan, kereta api merupakan menanggapi tuntutan masyarakat untuk
alat transportasi yang paling ramah lingkungan. mendapatkan pelayanan KA yang lebih baik seperti
Berdasarkan data dari Mc Kinsey dalam Blue Sky terjaminnya keteraturan dan ketertiban, keamanan
Indonesia (2010), menunjukkan bahwa moda dan kenyamanan.
angkutan kereta api memiliki dampak polusi yang Inovasi terbaru yang dikeluarkan PT KAI
paling sedikit bagi lingkungan yaitu sebesar 1% adalah Boarding Pass System. Istilah boarding pass
dibandingkan transportasi lainnya di Indonesia. tidak asing dalam transportasi udara. Dalam
Selain itu, kereta api bebas dari kemacetan, dan perkeretaapian boarding pass adalah sebuah inovasi
lebih hemat bahan bakar karena daya muatnya yang sistem ticketing dengan jargon “Satu Penumpang
besar dalam satu kali perjalanan. untuk Satu Tempat Duduk”, dimana saat cek-in
Dari aspek pengguna layanan, jumlah dilakukan validasi atau keabsahan tiket agar terjadi
penumpang KA tergolong besar, bahkan kesesuaian antara nama penumpang yang tertera
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sampai pada tiket dengan kartu identitas penumpang..
dengan tahun 2012 jumlah penumpang KA Sebagai sebuah sistem, boarding pass tidak
sebanyak 202 juta, ini mengalami kenaikan dari hanya dilakukan oleh satu peran, melainkan ada
tahun 2011 dimana jumlah penumpang sebanyak beberapa peran yang saling berinteraksi dan
199 juta. terintegrasi agar tujuan boarding pass tercapai.
Tabel Jumlah Penumpang dan Barang melalui Setiap peran menjalankan fungsi masing-masing
Transportasi KAI Tahun 2006-2011 dan mempengaruhi proses secara keseluruhan.
Tahun Penumpang Barang (Ribu Peran tersebut antara lain petugas boarding gate
(Juta) Ton) oleh security dan petugas dari kantor Daop,
peralatan boarding seperti barcode scanner dan
2006 159 17,273
komputer dengan aplikasi Rail Ticket System
2007 175 17,077 (RTS), pengawas boarding oleh Kepala Stasiun dan
2008 194 19,443 Wakil Kepala Stasiun. Dengan interaksi dan
2009 207 18,923 terintegrasinya masing-masing peran dalam
2010 203 19,114 boarding pass system diharapkan kualitas
2011 199 20,438 pelayanan transportasi KA lebih baik melalui
2012 202 23,613 terwujudnya keteraturan dan ketertiban,
Sumber : BPS, 2012 kenyamanan, dan keamanan pengguna.
Sebagai perusahaan yang memonopoli Berdasarkan Instruksi Direksi Nomor
penyelenggaraan pelayanan transportasi KA, 15/LL.006/KA-2012 tentang Peningkatan
dengan alat transportasi yang ramah lingkungan, Pelayanan dan Boarding di Stasiun, mulai 01
serta memiliki jumlah penumpang yang mengalami September 2012 sistem boarding pass resmi
kenaikan dari tahun ke tahun sangat disayangkan diterapkan ke seluruh daerah pengoprasian PT KAI
bahwa PT KAI (persero) menjadi salah satu termasuk di Stasiun Gubeng Surabaya yang berada
BUMN yang merugikan negara, serta BUMN dibawah naungan PT KAI Daop 8 Surabaya.
dengan predikat pelayanan yang buruk. Setelah inovasi boarding pass system
Menjadi BUMN yang merugi, serta menjadi diberlakukan, ada penurunan jumlah penumpang di
pelayan publik dengan keluhan yang cukup banyak Stasiun ini. Tahun 2012 volume penumpang di
tidak membuat PT KAI terpuruk. PT KAI terus Stasiun Gubeng berjumlah 1.468.473 penumpang,
2
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

di tahun 2013 volume penumpang turun menjadi Pelayanan umum (publik) adalah segala
1.159.53 penumpang. Untuk lebih jelasnya terdapat aktivitas yang dilakukan oleh pihak lain yang
pada tabel berikut ini. ditujukan untuk memenuhi kepentingan orang
Tabel Volume Penumpang Stasiun Gubeng banyak. Moenir (2006:16-17) mengatakan bahwa
Tahun 2012-2013 pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan
Bulan Volume Volume melalui aktivitas orang lain yang langsung.
Penumpang Penumpang Sependapat dengan itu, Pasolong (2007:4)
2012 2013 mengatakan bahwa pelayanan didefinisikan sebagai
Januari 154.280 82.231 aktivitas seseorang, sekelompok dan/atau organisasi
Februari 131.239 83.519 baik langsung maupun tidak langsung untuk
Maret 143.097 92.121 memenuhi kebutuhan.
April 136.396 96.517 Pelayanan publik adalah segala sesuatu yang
Mei 140.025 110.681 dilakukan pemerintah baik pusat maupun daerah
Juni 130.299 107.509 dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Lembaga
Semester1 965.336 572.575 Administrasi Negara (2000) dalam Setyaningrum
Juli 116.590 86.337 (2009 :1-2) mengartikan pelayanan publik sebagai
segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang
Agustus 89.974 85.646
dilaksanakan oleh instansi Pemerintahan di pusat,
September 104.415 98.603
di daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik
Oktober 105.415 112.598
Negara / Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa
November 114.051 106.767 baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
Desember 100.686 97.007 masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
Semester2 631.137 586.958 ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jumlah 1.468.473 1.159.533 Dari beberapa pengertian yang telah
diuraikan, pelayanan publik adalah serangkaian
Sumber : Kasubur Komersial SGU, 2014 kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
Inovasi boarding pass system dilakukan untuk penyelenggara negara dalam rangka membantu
memperbaiki kualitas pelayanan namun di Stasiun menyiapkan atau memenuhi kepentingan orang lain
Gubeng Surabaya justru terdapat penurunan jumlah atau masyarakat luas. PT KAI khususnya Stasiun
pengguna layanan. Fenomena ini menjadi menarik Gubeng Surabaya adalah penyelenggara pelayanan
untuk diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat
menjawab pertanyaan bagaimana inovasi boarding akan jasa transportasi kereta api (KA).
pass system meningkatkan kualitas pelayanan di
Stasiun Gubeng? New Public Service (NPS)
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab Menurut perpektif teoritik telah terjadi
permasalahan penelitian sebagaimana yang telag pergeseran paradigma pelayanan publik dari model
dikemukakan. Manfaat akademis penelitian ini administrasi publik tradisional (Old Public
adalah menambah literatur keilmuan terutama Ilmu Administration) ke model manajemen publik yang
Administrasi Negara mengenai pelayanan publik, baru (New Public Management) dan akhirnya
inovasi pelayanan publik, dan kualitas pelayanan. menuju model pelayanan publik baru (New Public
Selain itu penelitian ini memberikan informasi bagi Service). Menurut Setyaningrum (2009:9),
penelitian serupa di masa yang akan datang.. pergeseran tahapan paradigma pelayanan publik ini
Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini melalui tahapan yang panjang, dimana tahapan baru
adalah menjadi masukan untuk memperbaiki yang muncul merupakan kritik terhadap tahapan
kekurangan-kekurangan dalam pelayanan boarding sebelumnya yang dianggap kurang sempurna.
pass system di Stasiun Gubeng. Selain itu, Dengan pergeseran paradigma tersebut, bergeser
penelitian ini menjadi masukan bagi PT KAI untuk pula orientasi pelayanan publik.
terus menciptakan inovasi-inovasi dalam Dwiyanto (2006:140) mengatakan bahwa
mewujudkan pelayanan KA yang lebih bermutu. dalam model New Public Service, kepentingan
publik dirumuskan sebagai hasil dialog dari
Pelayanan Publik berbagai nilai yang ada di dalam masyarakat. Jadi
Pelayanan berasal dari kata “layan” yang birokrasi pemberi layanan harus bertanggung jawab
artinya menolong menyediakan segala apa yang kepada masyarakat secara keseluruhan.
diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan Jika dalam model Old Public Adminsitration
melayani. Sinambela (2006:3) mengatakan bahwa pemerintah melakukan “rowing” menyapu bersih
pada dasarnya setiap manusia membutuhkan semua pekerjaan, dan dalam model New Public
pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan Management bersifat “steering”, maka dalam New
bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan Public Service pemerintah hanya berperan
kehidupan manusia. Membicarakan pelayanan menegosiasikan. Dwiyanto (2006:140) mengatakan
berarti membicarakan kebutuhan manusia. bahwa peran pemerintah adalah melakukan
3
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

negosiasi dan menggali berbagai kepentingan dari Inovasi incremental berarti inovasi yang
warga negara dan berbagai kelompok komunitas terjadi membawa perubahan-perubahan kecil
yang ada. terhadap proses atau layanan yang ada. Umumnya
Mengikuti masyarakat yang selalu sebagian besar inovasi berada dalam level ini dan
berkembang, maka pelayanan juga harus bersifat jarang sekali membawa perubahan terhadap
dinamis mengikuti perkembangan kebutuhan struktur organisasi dan hubungan keorganisasian.
masyarakat. Oleh karena itu Dwiyanto (2006:140) Walaupun demikian, inovasi incremental
mengatakan bahwa pelayanan publik yang ideal memainkan peran penting dalam pembaruan sektor
menurut paradigma New Public Service ini adalah publik karena dapat melakukan perubahan kecil
pelayanan yang responsive terhadap kepentingan- yang dapat diterapkan secara terus menerus dan
kepentingan publik. mendukung rajutan pelayanan yang responsive
terhadap kebutuhan local dan perorangan, serta
Inovasi Pelayanan Publik mendukung nilai tambah uang (value for money).
Inovasi secara sederhana berarti berubah Inovasi radikal merupakan perubahan
menjadi sesuatu yang baru. Ini seperti pernyataan mendasar dalam pelayanan publik atau pengenalan
Muluk (2008:44) mengenai inovasi yang berarti cara-cara yang sama sekali baru dalam proses
mengubah sesuatu hal sehingga menjadi sesuatu keorganisasian dan pelayanan. Inovasi jenis ini
yang baru. Selanjutnya, Muluk (2008:43) jarang sekali dilakukan karenamembutuhkan
menambahkan bahwa inovasi juga merupakan dukungan politik yang sangat besar karena
isntrumen untuk mengembangkan cara-cara baru umumnya memiliki resiko yang lebih besar pula.
dalam menggunakan sumber daya dan memenuhi Inovasi radikal diperlukan untuk membawa
kebutuhan secara lebih efektif. perbaikan yang nyata dalam kinera pelayanan
Inovasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, publik dan memenuhi harapan pengguna layanan
inovasi sebagai “obyek” dan sebagai “aktivitas”. yang lama terabaikan.
Setyaningrum (2009:81) mengatakan bahwa Inovasi transformative atau sistemis
inovasi sebagai suatu “obyek” juga memiliki arti membawa perubahan dalam struktur angkatan kerja
sebagai suatu produk atau praktik baru yang dan kerorganisasian dengan menstransformasi
tersedia bagi aplikasi, umumnya dalam suatu semua sektor, dan secara dramatis mengubah
konteks komersial. Biasanya, beragam tingkat keorganisasian. Inovasi jenis ini membutuhkan
kebaruannya dapat dibedakan, bergantung pada waktu yang lebih lama untuk memperoleh hasil
konteksnya: suatu inovasi dapat bersifat baru bagi yang diinginkan dan membutuhkan perubahan
suatu perusahaan (atau “agen/aktor”), baru bagi mendasar dalam susunan sosial, budaya, dan
pasar, atau negara atau daerah, atau secara global. organisasi.
Sementara itu, inovasi sebagai suatu “aktivitas”
merupakan proses penciptaan inovasi, seringkali Kategori Inovasi
diidentifikasi dengan komersialisasi suatu Dalam mengukur tingkat inovasi, (Muluk
intervensi. Jadi, baik dalam sudut pandang “obyek” (2008:48) mengatakan inovasi juga dapat
maupun “aktivitas” inovasi bertujuan untuk dibedakan dalam dua kategori yakni inovasi terusan
komersialisasi. dan inovasi terputus.
Dari beberapa definisi inovasi yang 1. Inovasi terusan (sustaining innovation)
dikemukaan, maka inovasi adalah pembaharuan/ merupakan proses inovasi yang membawa
kreativitas/ ciptaan baru yang mampu memberikan perubahan baru namun dengan tetap
nilai tambah (value added). Dalam konteks mendasarkan diri pada kondisi pelayanan dan
pelayanan publik, inovasi bisa diartikan sebagai sistem yang berjalan atau produk yang sudah
pembaharuan / kreativitas / ciptaan baru dalam ada.
pelayanan publik untuk meningkatkan kualitas 2. Inovasi terputus (discontinues innovation)
layanan. Dalam penelitian ini, boarding pass merupakan proses inovasi yang membawa
system adalah salah satu pembaharuan pelayanan perubahan yang sama sekali baru dan tidak
publik yang dilakukan oleh PT KAI termasuk lagi berdasarkan pada kondisi yang sudah ada
Stasiun Gubeng Surabaya dalam meningkatkan sebelumnya.
kualitas layanan transportasi perkereta apian agar
memuaskan masyarakat sebagai pengguna layanan. Tipologi Inovasi
Mulgan & Albury dalam Muluk (2008: 44-45)
Level Inovasi inovasi pelayanan publik dikatakan berhasil jika
Dalam mengkaji inovasi, terdapat level merupakan hasil kreasi dan implementasi dari
inovasi yang mencerminkan variasi besarnya inovasi produk layanan, inovasi proses pelayanan,
dampak yang ditimbulkan oleh inovasi yang inovasi metode pelayanan, inovasi kebijakan, dan
berlangsung. Muluk (2008:46) mengatakan kategori inovasi sistem. Pertama, inovasi produk atau
level inovasi oleh Mulgan dan Albury terdiri dari layanan adalah perubahan bentuk dan desain
incremental, radikal, sampai transformative. produk atau layanan. Kedua, inovasi proses adalah
4
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

pembaharuan kualitas yang berkelanjutan dan Gambar Segitiga Pelayanan Publik


mengacu pada kombinasi perubahan organisasi,
prosedur, dan kebijakan yang dibutuhkan untuk Strategi
berinovasi. Ketiga, inovasi metode pelayanan Pelayanan
adalah perubahan baru dalam hal berinteraksi
dengan pengguna layanan atau cara baru dalam hal
berinteraksi dengan pengguna layanan atau cara
baru dalam memberikan pelayanan. Keempat,
Customer
inovasi dalam strategi atau kebijakan adalah
perubahan visi, misi, tujuan dan strategi baru
beserta alasannya yang berangkat dari realitas yang
ada. Kelima, inovasi sistem adalah interaksi sistem Sistem SDM
yang mencakup cara baru atau yang diperbarui
dalam berinteraksi dengan aktor-aktor lain atau
dengan kata lain adanya perubahan dalam tata Sumber : Albrecht and Zemke, dalam
kelola pemerintahan. Untuk lebih jelasnya, tipologi Dwiyanto,2006:141
inovasi sektor publik dapat dilihat pada gambar
berikut ini. Indikator Kualitas Pelayanan
Zeithaml, Parasuraman dan Berry (1990)
Gambar Tipologi Inovasi Sektor Publik dalam Dwiyanto ( 2006:145), mengatakan bahwa
indikator kualitas pelayanan dapat dilihat dari
Inovasi tangibles, reliablitity, responsiveness,¸assurance,
Produk dan empathy.
1. Tangibles, yaitu fasilitas fisik, peralatan,
Inovasi Inovasi pegawai, dan fasilitas-fasilitas komunikasi
Sistem Proses yang dimiliki oleh penyedia layanan;
2. Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan
untuk menyelenggaraan pelayanan yang
Inovasi dijanjikan secara akurat.
sektor Publik 3. Responsiveness atau responsivitas adalah
kerelaan untuk menolong pengguna layanan
dan menyelenggarakan pelayanan secara
Inovasi ikhlas.
Inovasi
Kebijakan
metode 4. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan,
kesopanan, dan kemampuan para petugas
Sumber : Muluk, 2008:45 penyedia layanan dalam memberikan
kepercayaan kepada pengguna layanan.
Kualitas Pelayanan 5. Empathy adalah kemampuan memberikan
Kualitas pelayanan menggambarkan sejauh perhatian kepada pengguna layanan secara
mana pelayanan mampu memenuhi kebutuhan individual.
masyarakat. Setyaningrum (2009:13) mengatakan Dari indikator tersebut, kualitas pelayanan
definisi konvensional dari kualitas biasanya jasa transportasi kereta api oleh Stasiun Gubeng PT
menggambarkan karakteristik suatu produk seperti KAI Daop 8 Surabaya diukur dengan dimensi
kinerja (performance), keandalan (reliability), tangibles, reliability, responsiveness, assurance.
mudah dalam penggunaan (easy of use), estetika
(esthetics), dan sebagainya. Jika kesemua Metode Penelitian
karakteristik produk baik maka produk tersebut Berdasarkan tujuan, jenis penelitian yang
dikatakan mampu memenuhi keinginan dan peneliti gunakan untuk mengangkat permasalahan
kebutuhan pengguna layanan (meeting the needs of adalah penelitian diskriptif Berdasarkan analisis
customers). data, peneliti menggunakan jenis penelitian
Pandangan Albrecht dan Zemke (1990) dalam kualitatif. Teknik penentuan informan penyedia
Setyaningrum (2009:22) kualitas pelayanan publik layanan menggunakan teknik purposive, teknik
merupakan hasil interaksi dari berbagai aspek, yaitu penentuan informan pengguna layanan
sistem pelayanan, sumberdaya manusia pemberi menggunakan accidental sampling. Teknik
layanan, strategi, dan pengguna layanan pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah
(customers. Hubungan keempat aspek diistilahkan observasi dan wawancara. Teknik analissi data
sebagai segitiga pelayanan publik yang bisa digunakan dengan reduksi data, penyajian data dan
dijelaskan seperti gambar berikut. penarikan kesimpulan teknik keabsahan data dalam
penelitian ini menggunakan triangulasi.

5
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Inovasi Pelayanan PT KAI: boarding pass system dalam proses validasi tiket. Terakhir, boarding pass
Boarding pass merupakan inovasi PT KAI system juga termasuk dalam tipologi inovasi
guna meningkatkan kualitas pelayanan publik kebijakan, karena boarding pass system merupakan
khususnya dalam proses pertiketan yang memiliki kebijakan dan strategi baru dalam menghadapai
tujuan “Satu Penumpang untuk Satu Tempat masalah percaloan, penumpang gelap, pungli,
Duduk”, dimana saat check-in dilakukan validasi lemahnya keamanan dan keterbatasan insfrastruktur
atau keabsahan tiket agar terjadi kesesuaian antara dengan diturunkannya Instruksi Direksi Nomor
nama penumpang yang tertera pada tiket dengan 15//LL.006/KA-2012 tentang Peningkatan
kartu identitas penumpang, sehingga hanya Pelayanan dan Boarding di Stasiun.
penumpang yang bertiket secara sah atau
menggunakan kartu pass (boarding pass) saja yang Boarding Pass System sebagai Inovasi
boleh masuk peron dan naik kereta api. Dengan Incemental
proses validasi tersebut berarti ada perubahan Dalam mengkaji inovasi, terdapat level
dalam proses pertiketan yakni menyertakan kartu inovasi yang mencerminkan variasi besarnya
identitas dalam proses pertiketan mulai dari dampak yang ditimbulkan oleh inovasi yang
penulisan formulir pemesanan tiket, sampai dengan berlangsung. Muluk (2008:46) mengatakan bahwa
masuk ke dalam kereta. Ini berarti boarding pass kategori level inovasi dijelaskan oleh Mulgan dan
system merupakan sebuah inovasi, sesuai Albury dimulai dari inkremental, radikal, dan
pernyataan Muluk (2008:44) mengenai inovasi transformative.
yang berarti mengubah sesuatu hal sehingga Boarding pass system termasuk dalam level
menjadi sesuatu yang baru. Dimana boarding pass inovasi inkremental. Boarding pass system
system merupakan perkembangan baru dalam merupakan sistem ticketing yang hanya membawa
proses pertiketan PT KAI termasuk di Stasiun perubahan kecil terhadap proses layanan, dimana
Gubeng Surabaya. yang berubah hanya antara lain: (a)adanya proses
Inovasi di sektor publik menjadi penting di era validasi tiket sehingga mensyaratkan penumpang
ini, untuk mencari solusi baru atas persoalan lama memiliki kartu identitas; (b)hanya penumpang
yang tak kunjung tuntas (new solutions problem) kereta yang keberangkatannya kurang satu jam
(Muluk, 2008,43). Persoalan lama yang tak kunjung yang boleh melakukan validasi dan memasuki
tuntas yang dihapadi PT KAI terutama Stasiun ruang tunggu; (c)penumpang dijamin mendapatkan
Gubeng adalah praktek percaloan. Inovasi tempat duduk yang tertera pada tiket khususnya
pelayanan boarding pass system dilakukan untuk kereta ekonomi. Jadi boarding pass system tidak
mengatasi persoalan percaloan pada kereta api. membawa perubahan pada struktur organisasi
Dengan adanya perubahan dalam proses maupun hubungan keorganisasian.
pelayanan, serta dijadikan untuk menyelesaikan
maslaha maka peneliti menganggap boarding pass Boarding Pass System sebagai Inovasi Sustaining
system sebagai salah satu terobosan atau inovasi Dalam Muluk (2008:48), inovasi juga dapat
yang dikeluarkan PT KAI dalam memberikan dibedakan dalam dua kategori yakni inovasi terusan
pelayanan jasa kereta api. Pembaruan tersebut guna (sustaining innovation) dan inovasi terputus
meningkatkan kualitas pelayanan PT KAI (discontinues innovation). Boarding pass system
khususnya keteraturan, keamanan, dan kenyamanan termasuk dalam kategori sustaining innovation
pengguna layanan. (inovasi terusan), dimana tetap berdasarkan pada
pelayanan dan sistem yang sudah ada, hanya
Boarding Pass System sebagai Inovasi menambahkan syarat penyertaan kartu identitas,
Kebijakan, Proses, dan Metode penambahan proses validasi tiket saat cek-in satu
Mulgan dan Alburi dalam (Muluk) jam sebelum keberangkatan, dan menjamin
mengatakan bahwa inovasi pelayanan pulik penumpang mendapatkan tempat duduk di kereta
dikatakan berhasil jika merupakan hasil kreasi dan yang sesuai dengan yang tertera di tiket.
implementasi dari inovasi produk layanan. inovasi
proses layanan, inovasi metode pelayanan, inovasi Boarding Pass System di Stasiun Gubeng
kebijakan, dan inovasi sistem. Surabaya
Pada penelitian ini, boarding pass system PT Boarding pass system diterapkan di stasiun
KAI merupakan tipologi inovasi proses layanan. Gubeng tanggal 1 September 2012, sehari setelah
Proses atau prosedur pelayanan yang sebelumnya Instruksi Direksi Nomor 15/LL.006/KA-2012
tidak ada proses validasi tiket menjadi ada, dengan diputuskan. Jadi yang melakukan boarding pass
menyertakan kartu identitas sebagai persyaratan system tidak hanya stasiun Gubeng saja melainkan
utama pelayanan. Selain itu, boarding pass system semua stasiun yang ada di Indonesia dengan tujuan
juga tergolong dalam tipologi inovasi metode yang sama yakni meningkatkan kualitas pelayanan
layanan, boarding pass system juga memberikan kereta api khususnya keteraturan dan ketertiban,
cara baru dalam berinteraksi dengan pengguna kenyamanan, dan keamanan pengguna layanan.
layanan yakni dengan adanya scanning barcode
6
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Sebagai sebuah sistem, boarding pass di yang berbasis informasi dan komunikasi seperti
Stasiun Gubeng Surabaya tidak hanya ada satu RTS dan barcode scanner ini, pelayanan akan
peran, melainkan ada beberapa peran yang saling menjadi lebih cepat. Namun dari perspektif
berinteraksi dan terintegrasi agar tujuan boarding penyedia layanan dan pengguna layanan, barcode
pass tercapai. Setiap peran menjalankan fungsi scanner hanya terdapat di Stasiun Gubeng Baru
masing-masing dan mempengaruhi proses secara (tempat keberangkatan KA eksekutif dan bisnis),
keseluruhan. Peran tersebut tersebut antara lain sedangkan di Stasiun Gubeng Lama (tempat
petugas boarding gate oleh security dan petugas keberangkatan KA ekonomi) belum tersedia.
dari Daop 8, peralatan boarding seperti barcode Sementara peralatan fisik penunjang inovasi
scanner dan komputer dengan aplikasi Rail Ticket boarding pass system dalam memberikan pelayanan
System), pengawas boarding oleh Kepala Stasiun, jasa kereta api di Stasiun Gubeng antara lain loket
dan pengguna layanan. untuk memahami proses form reservasi, loket reservasi ruang tunggu,
boarding pass berikut akan disajikan gambar. peron, tempat charge, toilet, musholah. Dari
perspektif penyedia dan pengguna layanan di
Gambar Mekanisme Boarding Pass System Stasiun Gubeng, semua peralatan penunjang telah
mencukupi, hanya saja ada keterbatasan ruang
GOAL
Petugas Peralatan tunggu di Stasiun Gubeng Lama. Ini menjadi sangat
boarding boarding
Satu tidak nyaman mengingat jadwal keberangkatan KA
gate
penum- ekonomi di tempat ini sangat padat. Sering kali ada
pang satu penumpukan penumpang di ruang tunggu jika ada
Pengawas
tempat keterlambatan KA. Dalam memberikan pelayanan
Pengguna
boarding duduk publik, ruang tunggu memang sangat diperlukan.
layanan
Hal ini dikarenakan untuk memberikan rasa
nyaman bila pengguna layanan sedang menunggu
giliran untuk memperoleh pelayanan.
Input Proses output
Pelayanan Publik yang Reliable
Zeithaml (1990) dalam Dwiyanto (2006:145)
mengatakan bahwa reliability merupakan kualitas
Inovasi Boarding Pass System Meningkatkan pelayanan yang dilihat dari kemampuan unit
Kualitas Pelayanan KA di Stasiun Gubeng pelayanan dalam menciptakan pelayanan yang
Menurut Zenithaml, (1990) dalam Dwiyanto dijanjikan. Dalam proses pelaksanaan Boarding
(2006:145), kualitas pelayanan publik dapat diukur Pass System di Stasiun Gubeng Surabaya memiliki
menggunakan indikator tangibles, reliability, tolak ukur ketepatan waktu, kesesuaian prosedur.
responsiveness, assurance, dan empathy. Setelah Ketepatan waktu dalam proses boarding pass
memperoleh data dari lapangan, maka inovasi diukur dari ketepatan petugas yang berjaga di
boarding pass system meningkatkan kualitas boarding gate memberikan informasi kepada calon
pelayanan publik yang dianalisis dengan elemen pengguna layanan kereta tertentu sudah memasuki
tangibles, reliability, responsiveness, assurance, masa boarding. Masa boarding yaitu selambat-
berikut akan disajikan data dan akan dianalisis lambatnya 1 (satu) jam sebelum keberangkatan
berdasarkan elemen yang sesuai dengan temuan di Kereta Api atau jika Kereta Api dimaksud telah
lapangan, kemudian diintepretasikan. tersedia pada jalur yang disiapkan di peron. Dari
perspektif penyedia dan pengguna layanan, proses
Pelayanan Publik yang Tangible boarding dapat dikatakan tepat waktu. Menurut
Menurut Zeithaml (1990) dalam Dwiyanto mereka, yang menjadi masalah ketepatan waktu
(2006:145) tangibles adalah kualitas pelayanan adalah ketedrlambatan KA. Meskipun bukan bagian
publik yang terdiri atas fasilitas fisik, pegawai, dan dari proses boarding pass system, keterlambatan
fasilitas-fasilitas komunikasi yang dimiliki oleh kKA dapat mempengaruhi proses boarding pass.
penyedia layanan. pengaruh tersebut yakni adanya penumpukan
Peratalan utama dalam inovasi boarding pass penumpang yang sudah melakukan boarding di
system antara lain perangkat komputer yang ruang tunggu.
terkoneksi dengan aplikasi Rail Ticket System Selain itu, dalam pelaksanaan boarding pass
(RTS) dan barcode scanner. Rail Ticket System system di Stasiun Gubeng baik penyedia layanan
(RTS) merupakan aplikasi sistem ticketing maupun pengguna layanan diharuskan
berbasis web yang lebih handal performansinya dan melaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah
dapat mengakomodasi berbagai jenis kebutuhan ditetapkan. Prosedur dituangkan dalam Standard
pelayanan penjualan tiket penumpang KA. Operating Procedure (SOP) Petugas Boarding di
Sedangkan barcode scanner adalah alat baca yang Stasiun yang diputuskan oleh direksi PT KAI
digunakan untuk membaca barcode (kode) yang (Kep.U/LL.006/XI/4/KA-2013). Dengan menjalani
tertera pada tiket. Dengan menggunakan teknologi boarding pass yang sesuai prosedur akan
7
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

meminimalisir berbagai kecurangan yang perangkat komputer yang terhubung dengan RTS.
dimugkinkan terjadi selama proses pelayanan Menurut perspektif penyedia layanan, kemampuan,
seperti penumpang gelap dan percaloan. Perspekti kecakapan, dan ketrampilan petugas boarding pass
penyedia layanan dan pengguna layanan system sudah sangat baik, karena menjadi petugas
mengatakan bahwa prosedur pelayanan mudah dan boarding bukan tugas utama mereka, namun
sederhana. Apalagi bagi pengguna layanan, mereka mereka melaksanakannya dengan penuh tanggung
hanya disyaraktakan membawa kartu identitas asli jawab. Sedangkan dari perspektif pengguna layanan
seperti KTP, KTM, SIM, Paspor, Kartu Pelajar. mengatakan bahwa para petugas boarding pass
Karena dalam setiap proses pelayanan, pengguna telah menjalankan tugasnya dengan baik, seperti
layanan akan dimintai Kartu Identitas, mulai dari mengoperasikan scanner barcode dan memberi
mengisi formulir pemesanan tiket sampai dengan informasi jalur kereta, gerbong dan tempat duduk
saat boarding. pada masing-masing pengguna. Dengan petugas
yang berpengatahuan, cakap, dan terampil, proses
Pelayanan Publik yang Responsif pelayanan akan semakin cepat.
Zeithaml (1990) dalam Dwiyanto (2006:145)
mengatakan bahwa responsiveness atau Kesimpulan
responsivitas adalah kualitas pelayanan yang dilihat Setelah dua tahun berjalan, inovasi boarding
dari kerelaan untuk menolong pengguna layanan pass system meningkatkan kualitas pelayanan di
dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas. Stasiun Gubeng Surabaya. Penurunan jumlah
Dwiyanto (2006:148) menambahkan, responsivitas pengguna layanan dari 1.468.478 penumpang pada
mengukur daya tanggap organisasi terhadap tahun 2012 menjadi 1.159.553 di tahun 2013 bukan
harapan, keinginan dan aspirasi, serta tuntutan karena buruknya pelayanan boarding yang
warga pengguna layanan. diberikan, melainkan karena adanya pembatasan
Sebelum dilaksanakannya boarding pass kuota jika tempat duduk dalam KA telah terisi
system harapan pengguna layanan yakni keteraturan 100%. Inovasi boarding pass system telah berhasil
dan ketertiban, kenyamanan, dan keamanan dalam memberikan pelayanan publik yang yang sesuai
berkereta masih belum terjamin. PT KAI mendapati dengan harapan pengguna layanan di Stasiun
mendapati harapan tersebut dari survey keluhan Gubeng, seperti:
pengguna layanan yang dimuat diberbagai media 1) Pelayanan publik yang tangible
masa. Dalam Annual Report PT KAI tahun 2012, Dalam boarding pass system ada penambahan
selama tahun 2012 ada 78 keluhan yang dibuat teknologi seperti scanner barcode, alat ini membuat
dalam pemberitaan pada media masa dan proses cek-in lebih cepat. Namun, alat ini hanya
elektronik. terdapat di Stasiun Gubeng Baru (tempat
Responsivitas disini mengukur sejauh mana keberangkatan KA bisnis dan eksekutif), sementara
pelaksanaan boarding pass system dapat memenuhi di Stasiun Gubeng Lama (tempat keberangkatan
harapan pengguna layanan yakni keteraturan dan KA ekonomi) scanner barcode belum ada. Untuk
ketertiban, kenyamanan, dan keamanan dalam fasilitas penunjang sudah memadai, hanya ada
berkereta yang dulu sempat terganggu akibat keterbatasan ruang tunggu di Stasiun Gubeng
adanya praktek percaloan, penumpang gelap dan Lama. Jadi boarding pass system di Stasiun
lebihnya kuota tempat duduk. Setelah dua tahun Gubeng Surabaya dikatakan kurang baik dalam
berjalan, menurut perspektif pennyedia dan memberikan pelayanan yang tangible.
pengguna layanan boarding pass system telah 2) Pelayanan publik yang reliable
memenuhi harapan pengguna layanan akan Di Stasiun Gubeng, petugas mengumumkan
keteraturan dan ketertiban, kenyamanan, serta waktu boarding tepat satu jam sebelum
keamanan bagi pengguna layanan, pelaksanaan keberangkatan KA. Masalah ketepatan waktu justru
selama proses pelayanan baik dalam masa boarding muncul di luar proses boarding pass system yaitu
maupun di dalam kereta. keterlambatan KA. Keterlambatan KA ini
mempengaruhi proses boarding. Sedangkan dalam
Pelayanan Publik yang Assurance aspek kesesuaian prosedur, petugas telah
Zeithaml (1990) dalam Dwiyanto (2006:145) menjalankan tugas sesuai dengan SOP petugas
mengatakan bahwa assurance atau kepastian adalah boarding di stasiun, sementara para penumpang di
kualitas pelayanan yang diukur dari pengetahuan, Stasiun Gubeng telah memenuhi persyaratan utama
kesopanan, dan kemampuan para petugas penyedia pelayanan yaitu penuyertaan kartu identitas dalam
layanan dalam memberikan kepercayaan kepada proses boarding. Jadi boarding pass system di
pengguna layanan. Stasiun Gubeng dapat dikatakan cukup baik dalam
Dalam proses pelaksanaan boarding pass memberikan pelayanan yang reliable.
system di Stasiun Gubeng, pengetahuan dan 3) Pelayanan publik yang responsive
kemampuan petugasnya dilihat dilihat dari Boarding pass system merupakan wujud
kecakapan dan ketrampilan petugas boading gate responsivitas PT KAI menanggapi berbagai
dalam menggunakan alat scanning barcode dan keluhan buruknya pelayanan di media massa seperti
8
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

percaloan, lemahnya keamanan, serta toleransi Sinambela, Litjan Poltak. 2006. Reformasi
angkutan penumpang yang melebihi kuota sehingga Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan
penumpang berdesak-desakan di dalam KA. Implementasinya. Jakarta: Bumi Aksara
Setelah boarding pass system diadakan di Stasiun Sugandi, Yogi Suprayogi. 2011. Administrasi
Gubeng, tidak ada lagi percaloan tiket, keamanan Publik Konsep dan Perkembangan Ilmu di
meningkat, serta tidak ada lagi penumpang yang Indonesia. Jogyakarta: Graha Ilmu
berdesak-desakan karena penjualan tiket dihentikan Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis.
jika kursi sudah terisi 100%. Oleh karena itu, Bandung: Alfabeta
boarding pass system di Stasiun Gubeng dapat Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,
dikatakan sangat baik memberikan pelayanan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
publik yang responsif. Sulistiyani, Ambar Teguh (ed.). 2011. Memahami
4) Pelayanan publik yang assurance Good Governance dalam Perspektif
Di Stasiun Gubeng, para petugas sudah cukup Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gava
terampil mengoperasikan scanner barcode. Media
Sedangkan dalam membarikan validasi tiket, para Suwatno, dan Donni Juni Priansa. 2001.
petugas secara tegas menolak jika ada penumpang Manajemen SDM dalam Organisasi Publik
tak bertiket yang memaksa masuk. Dengan dan Bisnis. Bandung: Alfabeta
demikian, boarding pass system di Stasiun Gubeng Suyanto, Bagong dan Koko Srimulyo. 2001.
dapat dikatakan cukup baik dalam memberikan Menakar Peran BUMN di Era Otonomi
pelayanan publik yang assurance. Daerah. Surabaya: Lutfansah Mediatama
Syafiie, Inu Kencana. 2003. Sistem Administrasi
Daftar Pustaka Negara Republik Indonesia (SANRI).
Buku Jakarta: PT Bumi Aksara
Dwiyanto, Agus (ed.). 2006. Mewujudkan Good Dokumen
Governance melalui Pelayanan Publik. Laporan Hasil Pemeriksaan Semeter (LHPS)
Yogyakarta: Gadjah Mada University Periode I Badan Akuntabilitas Keuangan
Press Negara (BAKN) DPR RI
Ellitan, Lena dan Lina Anatan. 2009. Manajemen Laporan Tahunan PT KAI Tahun 2012
Inovasi Transformasi Menuju Organisasi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Kelas Dunia. Bandung: Alfabeta Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Ibrahim. 1997. BUMN dan Kepentingan Umum. Rujukan Elektronik
Bandung: Citra Aditya Bakti Bagus, Mukhtar. 2012. ‘Berdesakan penumpang
Kuncoro, Mudrajad. 2010. Strategi Bagaimana KA rela duduk di toilet’. Sindonews
Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta: (online). Diakses pada 07 April 2013.
Erlangga URL:
LAN . 2003. Penyusunan Standar Pelayanan http://natal.sindonews.com/read/2012/12/3
Publik. Jakarta: LAN 1/78/702390/berdesakan-penumpang-ka-
Lukman, Sampara. 2000. Manajemen Kualitas rela-duduk-di-toilet
Pelayanan. Jakarta: STIA LAN Press Febrianto, Heru. 2012.„Tiga Calo Tiket Kereta
Nugroho, Ryan dan Ricky Siahaan(ed.). 2005. Tertangkap Tangan‟. Sindonews (online).
BUMN Indonesia Isu,Kebijakan, dan URL:http://ramadan.sindonews.com/read/6
Strategi..Jakarta: Elex Media Komputindo 64399/67/tiga-calo-tiket-kereta-tertangkap-
Muluk, Khairul . 2008. Knowledge Management tangan
Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan Haesy, N. Syamsuddin CH. 2012. „Menilik Inovasi
Daerah. Jatim: Bayumedia Publising BUMN, Menanam Integritas, Menebar
Moenir, H.A.S.2006. Manajemen Pelayanan Umum Profesionalisme‟. Jurnal Nasional
di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara (online). Diakses pada 05 Oktober 2013.
Moleong, J. Lexy.2008. Metodologi Penelitian URL:
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja http://www.jurnas.com/halaman/4/2012-
Posdakarya 12-06/228612
Pasolong, Harbani. 2012. Metode Penelitian Kinsley, Mc. 2010. „Development of
Administrasi Publik.. Bandung: Alfabeta Environmental Sustainable Transportation
Patton, Michael Quinn. 2006. Metode Evaluasi (EST) in Indonesia‟. Blue Sky Indonesia.
Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Diakses pada 06 Juli 2014.URL
Satori, Djam‟an dan Aan Komariah. 2011. Metode :http://www.uncrd.or.jp
Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Munir, Misbahol.2012. „Tak Sesuai KTP, 4.100
Setyaningrum, Erna. 2009. Inovasi Pelayanan Tiket Mudik Kereta Api Hangus‟. Okezone
Publik. Surabaya : Medika Aksara (online). Diakses pada 06 April 2013.
Globalindo URL:

9
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

http://ramadan.okezone.com/read/2012/08/ http://www.jurnas.com/halaman/13/2011-
26/335/680827/redirect 12-01/190847
Pratiwi, Listya. 2012. „Inovasi, Kriteria Utama _____.2012. „PT KAI Berlakukan Boarding Pass‟.
Anugerah BUMN‟. Jurnal Nasional Majalah Life Style (online). Diakses pada 07
(Online). Diakses pada 05 Oktober 2013. April 2013. URL: http://www.majalah-
URL: lifestyle.com/2012/10/04/pt-kai-berlakukan-
boarding-pas-

10

Anda mungkin juga menyukai