Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sunat atau sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan
sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium. Dilakukan untuk
membersihkan dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat
pada ujung penis yang masih ada preputiumnya. Tujuan utama dari bersunat
adalah membersihkan diri dari berbagai kotoran serta penyebab penyakit yang
mungkin melekat pada ujung penis yang masih ada kulit preputiumnya. Ketika
bersunat, sebagian preputium yang menutupi jalan ke luar urin dibuang sehingga
kemungkinan kotoran untuk menempel atau berkumpul di ujung penis jadi lebih
kecil. Ini karena penis lebih mudah dibersihkan, Terbukti penis laki-laki yang
disunat lebih higienis. Apa bila ada kejadian fimosis para dokter menyarankan
akan tindakan sunat atau khitan atau sirkumsisi untuk menghilangkan masalah
fimosis secara permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama bila fimosis
menimbulkan kesulitan buang air kecil atau peradangan di kepala penis (balanitis)
(Sumiardi 2011)

Fimosis yang bawaan sejak lahir (kongenital) merupakan kondisi dimana kulit
yang melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk
membuka seluruh bagian kepala penis. Kulit yang melingkupi kepala penis
tersebut juga dikenal dengan istilah kulup, (prepuce/preputium/foreskin).
Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke
depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam
preputium melekat pada glans 3penis. Kadangkala perlekatan cukup luas
sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang
terbuka. Hal ini terjadi pada penis yang belum disunat (disirkumsisi) atau telah
disirkumsisi namun hasil sirkumsisinya kurang baik (Dewan, 2010).

1
B.    Tujuan penulisan
1.    Tujuan Umum
Dapat melakukan Asuhan Keperawatan Perioperatif: sirkumsisi pada pasien
fimosis

2.     Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian Keperawatan Perioperatif: sirkumsisi pada
pasien fimosis
b. Dapat membuat diagnosa Keperawatan Perioperatif: sirkumsisi pada
pasien fimosis.
c. Dapat membuat perencanaan Keperawatan Perioperatif: sirkumsisi pada
pasien fimosis.
d.   Dapat melakukan implementasi Keperawatan Perioperatif: sirkumsisi pada
pasien fimosis
e.    Dapat melakukan evaluasi Keperawatan Perioperatif: sirkumsisi pada
pasien fimosis
f.    Dapat memahami tentang fimosis dan pembedahan sirkumsisi.
C.    Manfaat Penulisan
Dalam penyusunan makalah  ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak. Adapun manfaat penyusunan itu diantaranya :
1. Berfungsi sebagai salah satu sumber informasi bagi pelajar dan atau
mahasiswa yang ingin memperdalam wawasan tentang asuhan keperawatan
perioperatif : sirkumsisi pada klien fimosis
2. Para pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang asuhan keperawatan
perioperatif : sirkumsisi pada klien fimosis.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

B. Tinjauan Umum Fimosis

1. Defenisi Fimosis

Fimosis merupakan penyempitan atau perlengketan kulup penis sehingga


kepala penis tidak bisa terbuka sepenuhnya. Fimosis dapat menyebabkan
penumpukan smegma (kotoran hasil skresi kelenjar kulup/sebaesa yang berisi sel
epitel yang mengelupas yang ditemukan dibawah prepusium) penumpukan
smegma tersebut dapat mendukung penyebaran bakteri. Sebagian besar anak laki
laki yang baru lahir memiliki fimosis fisiologis. Namun fimosis ini akan
menghilang sendiri setelah anak usia tiga tahun. Jika di usia enam atau tujuh
tahun fimosis masih ada sehingga menyebabkan masalah, maka dibutuhkan
penanganan (Joel, 2010).

3
Sala satu pentingnya dilakukan sirkumsisi adalah untuk kebersihan/higenitas
terutama daerah kemaluan

2. Etiologi Fimosis
a. Konginetal (fimosis fisiologis)
Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya
merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja.
Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik
ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta
diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan terjadi proses keratinisasi
lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis glan dalam
preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glan penis. Suatu
penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit preputiumnya
dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada
saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih
mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain
mendapatkan hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia
5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis)
timbul kemudian setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat
kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium
(balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful
retraction) pada timosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan
jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka.

3. Patofisiologi

Patofisiologi Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi
alamiah antara preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan
berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) yang merupakan
penumpukan produksi secret yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar di sekitar kepala penis.
mengumpul didalam preputium dan perlahan-lahan memisahkan preputium dari glans
penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi
perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil (terbuka) dan dapat ditarik ke
proksimal.

4
4. Gejalah

a. preputium tidak bisa ditarik ke belakang


b. Sakit saat berkemih
c. Sulit kencing
d. Pancaran kencing sedikit

5. Komplikasi
a. Infeksi gland penis
b. Infeksi prepustium

6. Penatalaksanaan
a. Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang dipaksakan, karena dapat
menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sehingga
akan terbentuk fimosis sekunder.
b. Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan salep
dexamethasone 0,1% yang dioleskan 3/4 kali, dan diharapkan setelah 6
minggu pemberian prepusium dapat diretraksi spontan.
c. Fimosis dengan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium pada
saat miksi atau infeksi postitis merupakan indikasi untuk dilakukan
sirkumsisi, dimana pada fimosis disertai balanitis/postitis harus diberikan
antibiotika terlebih dahulu.

5
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. Persiapan Operasi
Perioperatif
1. Pre Operatif SIGN IN (09:15)
Konfirmasi/Verifikasi identitas pasien dengan mengecek gelang identitas
pasien
 Nama lengkap : An.O
 Tanggal lahir : 31/12.2015
 Jenis kelamin : Laki-Laki
 Diagnosa : Fimosis
 Rencana tindakan : Sirkumsisi
 No RM : 00931795
 Inform consent : Ada
 Nama operator : dr. Anshori
 Riwayat alergi : tidak ada
 Riwayat asma : tidak ada
 Resiko kesulitan jalan nafas : tidak ada
 Resiko terjadinya perdarahan : tidak ada
 Puasa jam : 03.20 WIB
2. Pengkajian Pre Operasi
 Kesadaran :Compos Mentis
 Status psikososial :Cemas
 Tanda-tanda vital :
- Nadi :90x/menit
- Pernafasan :22x/menit

6
Diagnosa keperawatan yang muncul

1) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan/ ancaman kematian


Tujuan :ansietas pasien berkurang/ menunjukkan pegendalian diri
terhadap ansietas setelah dilakukan tindakan
Intervensi:
 Kaji tingkat kecemasan pasien
 Observasi tanda-tanda vital sign
 Jelaskan tindakan pembedahan yang akan dilakukan
1. Intra Operatif
 Persiapan diri
a. Rambut telah tertutup atau APD lengkap (topi, masker, kaca mata,
apron, sepatu khusus yang tertutup)
b. Kuku jari tangan pendek, bersih dan bebas dari cat kuku
c. Cincin dan jam tangan telah dilepaskan, gulung lengan baju 10 cm
diatas siku
d. Tidak ada luka dikulit
e. Memilih larutan anti septik yang tepat
 persiapan alat
a. tempat cuci tangan yang cukup dalam dan lebar untuk mencegah
percikan air keluar dari area cuci tangan
b. air mengalir yang memenuhi syarat yang dikendalikan dengan siku
atau kaki
c. T-scrub
d. Tempat sampah

 Prosedur kerja
a. Lepas perhiasan, kulit tidak terluka, gulung lengan baju 10 cm diatas
siku

7
b. Buka t-scrub sedikit
c. Buka kran air dengan lutut atau kaki
d. Basahi tangan dan lengan sampai 5 cm diatas siku dibawah air
mengalir
e. Membersihkan kuku dengan menggunakan pembersih kuku dibawah
air mengalir, kemudian buang pembersih kuku dan bilas
f. Ambil sikat dan spon yang mengandung clorhexidin gluconat 4%
g. Peras spon dan sikat sampai berbusa
h. Lumuri dan menggosok seluruh permukaan tangan dan lengan kanan
dari ujung jari sampai 5 cm diatas siku dengan clorhexsidin 4%
menggunakan telapak tangan kiri secara memutar
i. Lumuri dan menggosok seluruh permukaan tangan dan lengan kiri
dari ujung jari sampai 5 cm diatas siku menggunakan telapak tangan
kanan secara memutar
j. Sikat kuku jari pada masing-masing tangan selama 1 menit kea rah
luar
k. Buang sikatnya, dan bilas dibawah air mengalir sampai bersih
¾
l. Lumuri kembali tangan sampai lengan, gunakan spon untuk
membersihkan tangan kiri dan kanan
m. Mulailah menggosok telapak tangan selama 15 detik, punggung
tangan 15 detik, kemudian seluruh jari secara berurutan. Setiap jari
digosok seolah mempunyai 4 sisi, masing-masing tangan 1 menit lalu
membuang spon kemudian dibilas dibawah air mengalir sampai
bersih
n. Lumuri kembali dengan clorhexidin 4% hanya pada tangan sampai
pergelangan, gosok tangan seperti cuci tangan procedural selama 1
menit untuk kedua tangan (masing-masing tangan 30 detik),
kemudian bilas dibawah air mengalir

8
o. Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai ke siku, untuk
mencegah kontaminasi
p. Pertahankan posisi tangan agar lebih tinggi atau sejajar dengan bahu
q. Mempertahankan posisi tangan saat menuju kamar operasi
r. Gunakan punggung untuk membuka kamar bedah

 Prosedur Drapping
Perawat instrument membawa lipatan doek ke meja operasi, dengan
berdiri jauh dari meja, satu tangan dari asisten dan operator
membentangkan doek di atas pasien sehingga doek lansung berada
didaerah kulit yang telah dipersiapkan. Kemudian bentangkan di atas
anestesi, perhatikan bahwa tangan yang menyentuh daerah yang tidak
steril terlindung dalam lipatan kain dan doek dirapihkan dengan tangan
lain. Pakailah doek klem/towel klem pada bagian/ sudut-sudut untuk
membatasi daerah yang akan dioperasi atau bisa menggunakan drape
dengan perekat untuk fiksasi area sekitar sayatan.

 Persiapan pasien
- Pasien sudah teranestesi
- Posisi pasien supine

 Persiapan alat dan bahan operasi dalam keadaan steril


- Laken umum
- Alat set sirkum :
1) Sponge holding forcep :1
2) Bowl :1
3) Towell clams/towel clip :2
4) Tissue forcep :2
5) Dressing forcep :2

9
6) Masquito bengkok :3
7) Masquito lurus :2
8) Mayo dissecting fscissor :1
9) Mayo lexer scissor :1
10) Jarum atromatik :1
11) Needle holder :1

BHP :

1) Handscon no. 6,5 / 7,5 : masing-masing 1


2) Iodin povidone 75 ml : 1 botol
3) Kassa biasa : 10
4) T-scrub :2
5) Wrapping paper kecil :1
6) Vicryl 4-0 C :1
7) aqua :1
8) spuit 1 cc :1
9) alcohol : 1 botol

 TIME OUT (09:30)


Konfirmasi anggota tim operasi lengkap
 Tanggal operasi : 13-08-2018
 Nama pasien : An.O
 Tanggal lahir :31-02-2015
 Diagnosa pre operasi : Fimosis
 Rencana tindakan operasi : Sirkumsisi
 Operator : dr.Anshori
 Asisten operator : Kak Yulmai
 Perawat instrument : Kak Yulmai

10
 Dokter anestesi : dr. Agus
 Perawat anestesi : Kak Nita
 Perawat sirkuler : Kak Dian
 Jam mulai operasi : 09:30 dengan membaca doa
 Apakah antibiotic propilaksis sudah diberikan dalam 60 menit sebelum
operasi : tidak
 Untuk tim perawat persiapan alat dan bahan dalam keadaan steril:
- Laken umum
- Alat set sirkum

 Tahapan Operasi
1. Desinfeksi area operasi dengan gerakan melingkar
2. Melakukan drapping
3. Memberikan lidocain untuk meminimalisir perdarahan
4. Membuka dan membebaskan adesi preputium menggunakan mosquito
5. Lalu memberikan mosquito lurus untuk menjepit preputium di tiga
tempat, pertama arah jam 6, 11, dan jam 1.
6. Lalu memberikan mayo disscecting scissor untuk menggunting
1
preputium di jam 12 hingga ke atas gland penis kira-kira /2 cm,
gunting membentuk huruf “V” , lalu mengontrol perdarahan
7. Memberikan vicryl 4-0 C, bersamaan dengan tissue forcep untuk jahit
tepi luka satu persatu sampai semua terjahit
8. Setelah semua terjahit memberikan salep ikamicetin (antibiotic)
9. Dressing

11
Pengkajian Intra Operasi (09.30 wib)
 Tanda-tanda vital:
- Nadi :85 x/menit
- Pernafasan :20x/menit
- Suhu :36oC
- SPO2 :100%
 Diagnosa keperawatan yang muncul
1) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Intervensi :
 Kaji faktor-faktor yang beresiko menyebabkab infeksi
 Pertahankan teknik aseptic dan antiseptik
 Pastikan kadaluarsa alat dan bahan sebelum digunakan
 Pastikan operator, asisten dan perawat instrument melakukan
scrubbing, gowning dan gloving sesuai prosedur
 Siapkan lokasi operasi menurut prosedur khusus
 Tutup luka operasi dengan sofratul dan kassa steril.
2. Pengkajian Post Operasi(10.00 wib)
 Tanda-tanda vital
- Nadi :83x/menit
- Pernafasan :20x/menit
- Suhu :360C
 Turgor kulit
Turgor kulit pasien elastis
- Intake: cairan infuse, 200 cc
- Output: perdarahan, 2 cc
- Set instrument, kassa lengkap

Diagnosa keperawatan yang muncul:

12
1) Resiko cidera berhubungan dengan efek obat anestesi
Tujuan : pasien aman selama dan setelah pembedahan
Intervensi :
 Kaji faktor yang dapat menyebabkan terjadinya cedera
 Atur posisi pasien diatas brankar
 Pasang pengaman brankar pasien
 Pantau pasien selama di ruang RR

 Sign Out (10:00)


- Konfirmasi secara verbal tindakan yang dilakukan : sirkumsisi
- Instrument dan kassa lengkap
- Nama jaringan : preputium
- Tidak ada penanganan atau pengawasan khusus pada pasien post
operasi (pasien kembali ke ruangan).

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sunat atau atau sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan
sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium. Dilakukan
untuk membersihkan dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin
melekat pada ujung penis yang masih ada preputiumnya. Tujuan utama dari
bersunat adalah membersihkan diri dari berbagai kotoran serta penyebab
penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis yang masih ada kulit
preputiumnya
B. Saran
- Untuk peserta pelatihan
Sebagai dasar acuan untuk belajar dan mengetahui tindakan operasi sirkumsisi
yang akan dilakukan sebelum menjadi perawat scrub nurse dan melakukan
asuhan perioperatif pada pasien fimosis

- Untuk tenaga kesehatan


Sebagai referensi perawat atau tenaga kesehatan yang akan melakukan asuhan
perioperatif pada pasien fimosis.

- Untuk pengembangan didiklat


Lebih memberikan fasilitas sumber referensi buku untuk para peserta
pelatihan agar mendapatkan pengetahuan tentang asuhan perioperatif dan
penyakit yang berkaitan dengan kasus yang akan di kaji.

14
Sebagai sumber referensi bagi para peserta pelatihan yang akan melakukan
asuhan perioperatif pada pasien fimosis dengan tindakan sirkumsisi

15
16

Anda mungkin juga menyukai