PENGERTIAN
Studi tentang perilaku dan motivasi merupakan upaya mencari jawaban
kerumitan dalam mempelajari hakekat/perilaku manusia. Pemahaman tentang perilaku
manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan spesifik yang tidak selalu disadari dan
dirasakan oleh manusia yang bersangkutan. Menurut Sigmun Freud, tidak selalu
seseorang menyadari hal-hal yang diinginkannya sehingga kebanyakan perilakunya
dipengaruhi oleh motif atau kebutuhan bawah sadar. Ibaratnya, perilaku manusia itu
seperti gunung es di laut utara yang tampak hanya sedikit bagian atasnya sedangkan
sebagian besar lainnya berada di bawah laut. Jadi, hanya sebagian kecil saja motif dan
motivasi seseorang di dalam melakukan tindakan yang secara jelas disadari oleh
manusia. Hal ini terkait dengan upaya seseorang untuk memahami dirinya sendiri yang
merupakan proses keterbukaan (self disclosure), tidak hanya pada diri sendiri tapi juga
pada orang lain
Motif sebagai perihal mengapa suatu perilaku terjadi, dapat diibaratkan sebagai
corak dari suatu pakaian yang membedakannya dari bahan pakaian yang lain. Dalam diri
manusia, motif ini timbul dalam menentukan arah umum perilaku dan sekaligus
merupakan dorongan utama kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dorongan ini
1
akan menurun jika kebutuhan yang diinginkan sudah terpenuhi atau sebaliknya
terhambat sehingga tidak memotivasi kegiatan pencapaiannya.
Penerapan teori memotivasi dalam kehidupan suatu organisasi, koperasi atau
kegiatan bisnis yang tengah digeluti misalnya, telah ada bersama dengan adanya
individu-individu yang bersedia menjadi anggota organisasi tersebut. Individu dengan
motivasi yang tinggi dapat menyebabkan pendekatan substansial dalam peningkatan
produktivitas kerja dan kepuasan kerja, maupun penurunan substansi dalam bentuk
ketidakhadiran/bolos kerja, lamban, keluhan dan sebagainya. Motivasi di sini merupakan
sesuatu keinginan yang hendak dicapai oleh setiap orang untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan dan memenuhi kebutuhan akan dirinya (Suparno, 2004). Jadi, motivasi
adalah suatu proses yang menstimuli seseorang untuk melakukan tindakan yang
mengarah pada pemenuhan suatu kebutuhan atau pencapaian tujuan yang diinginkan.
Dari batasan motivasi tersebut, ada tiga komponen yang merupakan kata kunci
yang dapat disimpulkan yaitu (1) motivasi berkaitan dengan upaya mencapai suatu
tujuan, (2) motivasi merupakan keterkaitan antara pencapaian tujuan dan pemuasan
keperluan, dan (3) keperluan akan memperoleh sesuatu yang diinginkan. Perbedaan
motivasi antar orang di dalam melakukan sesuatu hal diwarnai oleh motif orang yang
bersangkutan di dalam melakukan sesuatu. Contoh: seseorang yang mempunyai motif
menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan tujuan akan mengabdikan dirinya untuk
negara, akan berbeda motivasinya dalam melaksanakan tugasnya sebagai PNS dibanding
dengan orang yang menjadi pegawai negeri karena mengejar status sosial.
Dengan demikian, motivasi sebagai akibat proses interaksi seseorang dengan
lingkungan dan harapan yang ingin diperolehnya dari interaksi tersebut dapat tumbuh
akibat motif yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan (intrinsic motive) atau
karena dorongan dari luar (extrinsic motive). Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya
perbedaan motif antar-orang dalam melakukan sesuatu yang dapat diukur dari tindak-
tanduknya, baik yang dilihat dari maksud konsumtif, instrumental atau substitutif.
1. Motivasi Konsumtif, yang dicirikan oleh tindak tanduk yang ingin langsung
terpenuhi atas segala sesuatu yang diingini. Implikasinya bagi entrepreneur misalnya,
adalah bagaimana dapat menyampaikan ide kepada teman bisnis anda sesegera
mungkin.
2. Motivasi Instrumental, ditandai oleh tindak-tanduk yang tidak langsung ingin
memperoleh umpan-ulang (feedback) atas segala usaha yang dilakukan. Implikasi-
nya bagi entrepreneur, misalnya adalah bagaimana penundaan penyampaian ide
kepada teman bisnis anda dijadikan sebagai suatu stimuli baru.
3. Motivasi Substitutif: Motivasi bermaksud substitutif biasanya relatif lebih sulit dan
seringkali menyebabkan timbulnya prasangka negatif pada diri orang yang
bersangkutan. Sebagai contoh, jika seorang wirausahawan (lelaki) memberi perhatian
ekstra pada seorang pegawai (perempuan) atau sebaliknya, seringkali akan terjadi
salah tafsir. Padahal, misalnya bawahan atau pegawai tersebut sering mendatangi
bosnya karena dia memang ingin banyak tahu. Atau sebaliknya, sang pengusaha
memperhatikan bawahan karena memang bawahan tersebut perlu dipacu dengan
jalan diawasi kinerja dan kehadirannya, atau ditanya jika tidak datang.
2
TEORI-TEORI MOTIVASI
Sejak tahun 1950an, berbagai teori motivasi mencoba melihat dan memanfaatkan
motivasi sebagai cara dan sarana untuk memacu tumbuhnya suatu kegiatan yang
berkaitan dengan usaha aktif seseorang, baik dia seorang pekerja, seorang wirausaha,
atau sekelompok orang yang berbisnis bersama.
Secara garis besar, teori motivasi terbagi atas teori motivasi klasik dan teori
motivasi kontemporer. Teori motivasi klasik lebih menekankan perhatian pada upaya
mempelajari tingkahlaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan
teori motivasi kontemporer lebih menekankan pada upaya mengetahui prestasi pekerja.
Kebutuhan
fisiologis
3
hirarki berikutnya. Sebaliknya, jika suatu kebutuhan sudah terpenuhi maka kebu-
tuhan tersebut tidak akan lagi memotivasi perilaku seseorang dalam melakukan
hal serupa.
Sebagai contoh: orang miskin akan mengorientasikan kegiatannya dalam mencari
sesuap nasi dan akan mulai memikirkan apakah yang akan dia makan hari ini jika
miskinnya sudah berkurang, atau mulai memikirkan kemana saya akan makan
hari ini kalau dia sudah berlebih. Pertanyaan ini jelas akan terkait pada
pemenuhan jenjang lainnya, seperti makan di Hilton tentunya akan memberi
prestise yang lebih tinggi dibanding hanya makan di pinggir jalan. Contoh
lainnya tentunya dapat dicari di sekitar kita dan dalam kehidupan kita sendiri.
Untuk menjadi entrepreneur, motivasi macam apakah yang harus dimunculkan dan
bagaimana mengikuti pola pikir Maslow motivasi ini direncanakan?
Sejalan dengan pola pikir ini, maka Maslow membagi lima kebutuhan tersebut
dalam dua tingkat yaitu:
Teori Higiene dikembangkan oleh Frederick Herzberg yang dikenal dengan sebutan
teori dua faktor. Teori ini didasarkan pada analisis adanya suatu kepuasan atau
sumber kepuasan (job satisfiers) dan tidak adanya suatu kepuasan atau sumber
ketidakpuasan (job dissatisfiers) yang dialami oleh kalangan pekerja. Implikasi dari
teori ini adalah bahwa seorang pekerja mempunyai persepsi berkarya tidak
sekedar mencari nafkah, akan tetapi sebagai cara memuaskan berbagai
keperluannya.
4
Para pekerja memiliki dua kategori kebutuhan yang berbeda dan secara esensial
saling tergantung dan saling mempengaruhi perilaku pekerja dengan cara yang tidak
sama, yaitu:
a. Suasana kerja yang beriklim baik/sehat (hygiene) yang berhubungan dengan
faktor lingkungan, tapi bukan bersifat intrinsik dan hanya terkait dengan kondisi
dimana suatu pekerjaan dilaksanakan. Faktor ini juga tidak mempengaruhi
keperluan keluaran pekerja dan hanya mencegah terjadinya kerugian
perusahaan/organisasi sebagai akibat keterlambatan prestasi pekerja karena
adanya pembatasan kerja.
b. Faktor pemeliharaan (maintenance) yang berfungsi sebagai motivator dan
bersumber dari dalam diri pekerja itu sendiri. Faktor ini dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan kapasitas keluaran seorang secara menyeluruh.
Sumber kepuasan kerja bersumber pada isi pekerjaan (job content), sedangkan
sumber ketidakpuasan berkaitan dengan ruang lingkup pekerjaan (job context).
Faktor-faktor yang termasuk di dalam isi pekerjaan disebut MOTIVATOR.
Sedangkan yang termasuk dalam ruang lingkup pekerjaan disebut faktor iklim
baik/suasana kerja (Hygiene Factors). Membandingkan dengan teori motivasi
Maslow, maka faktor-faktor yang termasuk di dalam iklim baik mirip dengan
kebutuhan manusia pada tingkatan yang lebih rendah, yaitu kebutuhan dasar dan
kebutuhan akan rasa aman. Sedangkan faktor-faktor yang termasuk di dalam faktor
motivator mirip dengan kebutuhan manusia yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan sosial,
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
Tabel 1. Daftar Asumsi Teori Higiene Menurut Unsur-Unsur di dalam Motivator dan
Suasana Kerja.
Secara garis besar, faktor iklim kerja yang baik/sehat akan mempengaruhi atau
memotivasi kemauan bekerja (willingness to work), dari para pekerja, sedangkan
faktor pemeliharaan mempengaruhi kemampuan kerja (ability) pekerja. Faktor
motivator akan memberikan pengaruh positif pada kepuasan kerja apabila sesuai
dengan kehendak karyawan dan sebaliknya jika tidak sesuai dengan kehendak
karyawan tidak akan memberi pengaruh apa pun. Faktor suasana kerja mempunyai
pengaruh negatif pada kepuasan kerja apabila tidak sesuai dengan kehendak
5
karyawan. Sebaliknya akan berpengaruh nol jika sesuai dengan kehendak karyawan,
artinya tidak ada pengaruh apapun.
Implikasi teori ini dalam hal proses pembinaan staf atau pegawai adalah bagaimana
seseorang wirausaha (bos) dapat melihat kemungkinan memanfaatkan motivasi
ekstrinsik. Untuk pegawai atau bawahan yang sudah mempunyai motivasi instrinsik
yang kuat tentunya tidak begitu perlu lagi memperoleh dukungan motivasi ekstrinsik.
Masalahnya bagaimana menentukan dan memilih motivasi ekstrinsik?
3. Teori X dan Y
Teori ini dikembangkan oleh Douglas McGregor (1960: The Human Side of
Enterprise) yang didasarkan pada ciri organisasi tradisional yang bertumpu pada
sentralisasi pengambilan keputusan, piramida atasan-bawahan, dan pengendalian
pekerjaan eksternal menurut hakikat dan motivasi manusia. Teori X berpendapat
bahwa manusia pada dasarnya, cenderung berperilaku negatif. Sebaliknya teori Y
berpendapat bahwa manusia pada dasarnya, cenderung berperilaku positif. Sama
dengan teori higiene, teori X dan Y ini juga didasarkan pada analisis perilaku
pekerja.
Jika dipadankan dengan kegiatan pelatihan saat ini, bahwa Anda sebagai petatar
sama halnya dengan pekerja (yaitu bekerja mencari ilmu) maka temuan teori X
ini adalah sebagai berkut:
6
(a) Para petatar pada dasarnya tidak senang dilatih dan apabila mungkin
mengelakkannya. Contoh, kehadiran petatar dalam suatu pelatihan yang
mensyaratkan boleh hadir minimum 10 sampai 20 persen diartikan boleh
cukup hadir sebanyak 90 atau 80 persen.
(b) Karena petatar tidak senang dilatih maka mereka harus dipaksa dan diancam
untuk melakukan tugas-tugas pelatihan. Contohnya, kita sering mendengar
banyak rekan kita sesama pelatih yang menggunakan cara-cara tersebut untuk
memaksa anak latihnya untuk berlatih.
(c) Petatar akan mengelak dari tanggungjawab dan hanya belajar jika diberi
tugas. Contoh, pemberian tugas dengan berkelompok disinyalir hanya
membebankan salah seorang petatar yang mempunyai motivasi instrinsik
yang tinggi.
(e) Para petatar harus diawasi dengan ketat agar mau belajar dan berlatih dengan
serius.
Teori X Teori Y
1. Pada dasarnya, para pekerja tidak 1. Pekerjaan, pada hakekatnya seperti
suka bekerja. bermain (apabila suasananya
menyenangkan).
2. Para pekerja, pada dasarnya, tidak 2. Swakendali seringkali sangat diperlukan
ambisius. Hanya sedikit yang memiliki untuk mencapai tujuan organisasi.
keinginan untuk bertanggungjawab dan
lebih suka diarahkan.
3. Para pekerja, umumnya hanya sedikit 3. Para pekerja, umumnya memiliki
yang memiliki kemampuan kreatif dalam kemampuan kreatif untuk memecahkan
memecahkan masalah-masalah masalah-masalah organisasi.
organisasi.
4. Motivasi hanya timbul pada kebutuhan 4. Motivasi timbul pada level kebutuhan
fisiologis dan rasa aman. sosial, harga diri, aktualisasi diri serta
level fisiologis dan rasa aman.
5. Para pekerja, pada umumnya, harus 5. Para pekerja dapat berswadaya dan
diawasi dengan ketat dan sering dipaksa kreatif bekerja apabila dimotivasi dengan
untuk mencapai tujuan organisasi. tepat.
Pertanyaan yang perlu diajukan adalah sebagai wirausaha yang berperan sebagai bos termasuk
7
pemotivator manakah sebaiknya diimplementasikan? Penganut tipe X atau Y? Mengapa?
Akibat lain dari situasi ini adalah timbulnya STRESS di kalangan karyawan akibat
situasi kerja yang tidak memuaskan/menyenangkan. Situasi stress di kalangan
karyawan akan membahayakan keberadaan perusahaan apabila tidak dikendalikan
dengan cepat dan tuntas. Untuk mengurangi hal ini, maka perusahaan harus mampu
menciptakan situasi kerja sedemikian rupa sehingga para karyawan merasa terpenuhi
kebutuhannya masing-masing sesuai dengan peringkat kedudukannya dalam
perusahaan.
8
Pengendalian stress di kalangan karyawan dapat dilakukan dengan cara mengelola
pekerjaan dan situasi kerja sehingga karyawan bersangkutan tidak merasa terbebani
oleh pekerjaan. Membagi pekerjaan yang dapat dibagi, mengembangkan pandangan
optimistik di kalangan karyawan, senam kebugaran, relaksasi dan meditasi adalah
cara-cara yang dapat ditempuh untuk mengurangi atau menghilangkan atau
mengendalikan stress.
McClelland merumuskan teori motivasi yang terkait erat dengan konsep belajar yang
bertumpu pada tiga jenis kebutuhan manusia. Teori ini terkenal dengan sebutan teori
tiga keperluan yaitu:
b. Keperluan akan kekuasaan (Need for Power = nPo), yaitu keperluan untuk
membuat orang lain bertindak sesuai dengan keinginan dan keperluan yang
diarahkan, mempegaruhi orang lain dan sekaligus mengendalikannya.
Implikasi dari teori McCleland dalam proses pembinaan karyawan atau pegawai
pada suatu organisasi bisnis adalah:
9
3. Teori Motivasi Penilaian Kognisi
Teori ini dimunculkan oleh seorang peneliti pada tahun akhir 1960-an. Dasar teori ini
dikaitkan pada pembayaran upah dan pemberian insentif kepada karyawan atas dasar
pertimbangan kinerja dan merupakan suatu strategi penguatan program organisasi.
Dua teori motivasi karakteristik tugas yang penting, adalah (a) teori motivasi RTA
(Requisite Task Attributers Theory), dan (b) teori motivasi JCM (The Job
Characteristic Model).
a. Teori motivasi RTA dikembangkan pertama kali oleh Turner dan Lawrence pada
pertengahan tahun 1969. teori ini mencoba mengetahui pengaruh berbagai
pekerjaan yang berbeda terhadap kepuasan pekerja dan tingkat bolos kerja.
Asumsi dari teori ini ialah pekerja akan lebih menyukai pekerjaan yang sulit dan
menantang dibanding pekerjaan yang mudah dan monoton. Dengan tingkat
kesulitan dan tantangan yang tinggi maka dengan sendirinya akan menurunkan
persentase bolos kerja.
Pekerjaan yang tergolong sulit dan penuh tantangan dibedakan atas jenis
pekerjaan, otonomi, tanggungjawab, keterampilan dan pengetahuan, serta
dimensi cakupan hubungan sosial dari pekerjaan yang bersangkutan. Pekerjaan
yang menuntut persyaratan dimensi hubungan sosial yang luas. Misalnya, akan
memberikan suatu sikap keinginan membenahi diri baik dalam hal pengetahuan,
keterampilan, atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi. Hal ini juga
terkait pada pemahaman yang menyatakan bahwa melalui pengalaman seseorang
akan belajar bagaimana mengantisipasi dan bereaksi terhadap lingkungan.
b. Teori JCM dicetuskan oleh Hackman dan Oldham. Menurut teori JCM, suatu
pekerjaan dapat dijelaskan dalam lima dimensi yaitu:
1. Variasi keterampilan sebagai peringkat acuan adanya pekerjaan berbeda
dengan variasi kegiatan yang berlainan, sehingga pekerja dapat menggunakan
sejumlah keterampilan dan bakat untuk menyelesaikan pekerjaan.
10
2. Identitas tugas yang merupakan peringkat acuan adanya pekerjaan yang
memerlukan penyelesaian yang menyeluruh dan dapat diidentifikasi sebagai
bagian pekerjaan.
3. Signifikansi tugas yang merupakan peringkat acuan adanya pekerjaan yang
memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan atau cara kerja orang lain.
4. Otonomi, yaitu peringkat yang menunjukkan adanya pekerjaan yang
menyediakan kebebasan, kemandirian dan penyesuaian terhadap individu
dalam hal penjadwalan kerja dan penentuan prosedur yang seharusnya
dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan.
5. Ulangreaksi (feed back) yang merupakan peringkat acuan pelaksanaan
pekerjaan yang perlu diukur untuk mengetahui hasil akhir suatu kegiatan dan
sekaligus merupakan informasi langsung untuk menilai efektivitas dan
kinerja pegawai.
a. Teori motivasi penetapan tujuan (Goal Setting Theory): menurut teori ini,
beberapa hal terpenting dalam menetapkan tujuan suatu organisasi adalah:
o Tujuan spesifik dibanding tujuan yang bersifat umum akan lebih mampu
mengarahkan kinerja yang tinggi.
o Kinerja meningkat secara proporsional, sesuai dengan peringkat kesukaran
pekerjaan.
o Partisipasi pekerja akan berkontribusi langsung pada kinerja tugas.
o Penetapan tujuan dari kelompok adalah sama pentingnya dengan penetapan
tujuan individu karyawan/pekerja.
o Manajer harus memberikan ulangreaksi (feed back) kepada karyawan/pekerja
untuk mengetahui pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan.
11
c. Teori motivasi kesamaan/keadilan: Menurut teori ini, setiap karyawan akan
selalu memiliki kecenderungan untuk membandingkan upah yang diterimanya
dengan karyawan yang lain dalam posisi dan situasi yang sama. Jadi, seorang
karyawan yang mendapat perlakuan adil akan termotivasi untuk bekerja dan
sebaliknya bagi mereka yang mendapat perlakuan ketidakadilan akan bereaksi
dalam lima kemungkinan yaitu:
LANGKAH-LANGKAH MOTIVASI
Dalam proses memotivasi, kata kunci yang dapat dijadikan pegangan adalah:
1. Kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan ketegangan diri atau stress, dan
sebaliknya.
2. Kebutuhan yang terpenuhi dapat mendorong penumbuhan kebutuhan baru atau
peningkatan kualitas kebutuhan yang telah dicapai.
Hal yang perlu diketahui dan dilakukan oleh wirausahawan dalam memotivasi
bawahan atau pekerja agar berpretasi adalah:
1. Mengetahui karakteristik pekerja sebagai halayak sasaran yang akan dibina, dan
2. Mengetahui ciri-ciri spesifik dari khalayak sasaran yang akan menghambat atau
dapat dimanfaatkan untuk memicu keinginan khalayak sasaran yang akan dimotivasi;
termasuk aspek budaya.
3. kembangkan usaha persuatif untuk membangkitkan motif pekerja menuju perubahan
karir dan moral.
Tiga hal ini perlu dilakukan dan dipersiapkan agar memudahkan proses
memotivasi. Bukankah ada pepatah yang mengatakan TAK KENAL MAKA TAK
SAYANG.
12
BAHAN BACAAN
13