LAPORAN LENGKAP KIMIA KLINIK DASAR C9C10-dikonversi PDF
LAPORAN LENGKAP KIMIA KLINIK DASAR C9C10-dikonversi PDF
FAKULTAS FARMASI
LAPORAN LENGKAP
OLEH:
KELAS C9C10
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun dan dibuat sebagai salah satu syarat
MUHAMMAD IQBAL
NURUL FAHMI
WIDYA SUMARNI
Mengetahui
Koordinator Praktikum Kimia Klinik Dasar
C9C10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
SERUM
DALAM URIN
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAs
TUGAS PENDAHULUAN
PEMERIKSAAN FISIK DAN ZAT ORGANIK DALAM URINE
OLEH
NAMA : MISRA
STAMBUK : 15020170195
KELAS : C10
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : MUHAMMAD IQBAL
SERUM
PEMERIKSAAN HIGH DENSITY
FAKULTAS FARMASI
TUGAS PENDAHULUAN
OLEH
STAMBUK : 15020170169
KELAS : C9C10
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2020
1. Jelaskan prinsip kerja albumin dan protein! (2 literatur)
Jawab:
a. Prinsip kerja albumin (Nugraha.,dkk, 2019)
• Metode BCG (Bromocresol Green)
Pengukuran albumin dengan metode kolometri didasarkan
pada pengikatan warna indicator BCG pada pH 4,3
membuatikatan kompleks berwarna biru-hijau. Intensitas
warna berbanding lurus dengan konsentrasi albumin dalam
sampel. Ini ditentukan dengan memantau peningkatan
penyerapan pada panjang gelombang 623 nm / 578 nm.
• Metode BCG (Wijaya, 2015)
Serum ditambahkan dengan reagen albumin sehingga akan
berubah warna menjadi hijau, kemudian diperiksa
padaspektrofotometerdengan panjang 546 nm.
b. Prinsipk erja Protein
• Metode Biuret (Nugraha.,dkk, 2019)
Ion Capri (Cu++) bereaksi dengan protein sebagai larutan
dasar. Kompleks protein tembagabiru yang terbentuk
sebanding dengan konsentrasi protein total dalam sampel
dandiukur menggunakan Teknik bikromatik endpoint (540, 700
nm).
• Metode Biuret (sujono.,dkk, 2016)
Menggunakan prinsip pengukuran dengan spektrofotmetri,
apabila sampel yang digunakan serum lipemikakan
memengaruhi hasil pemeriksaan dan menyebabkan
kesalahan diagnosis.
Kesimpulan:
Pada pemeriksaan albumin menggunakan metode
BCG, di metode ini menggunakan indikator yang juga
merupakan reagen, dan pada saat serum ditambahkan
dengan reagen ini maka akan membuat campurannya menjadi
berwarnabiru-kehijauan. Intensitas warnanya berbanding lurus
dengan konsentrasi albumin yang terkandung di dalam serum.
Sedangkan pada pemeriksaan protein prinsipnya yaitu
menggunakan reagenion tembaga (Cu2+), yang nantinya pada
pencampuran serum dan tembaga akan menghasilkan warna
kompleks biru yang sebanding dengan konsentrasi protein
terkandung dalam serum.
2. Jelaskan perbedaan serum dan plasma, kenapa pada praktikum
menggunakan serum! (2 literatur)
Jawab:
a. Serum dan plasma adalah specimen yang biasa dianalisis untuk
pemeriksaan elektrolit. Untuk sampel darah kapiler, umumnya
ditampung dalam tabung mikro atau diambil langsung dari ujung
jari kealat point of care testing (POCT). Sampel darah arteri
dengan antikoagulan heparin yang digunakan pada analisis gas
darah, juga dapat digunakan secara langsung pada
pemeriksaan elektrolit dengan metode Ion Selective Electrodes
(ISE). Perbedaan nilai antara kalium serum dan plasma secara
klinis dianggap paling signifikan, dimana kadar kalium plasma
umumnya lebih tinggi disbanding serum, tergantung pada
jumlah trombosit (Susianti, Hani, 2019).
b. Serum diperoleh apabila darah penuh didiamkan beberapa lama
sehingga akan terjadi bekuan dan cairan yang tertinggal setelah
bekuan diambil inilah yang disebut serum. Sedangkan plasma
diperolehbila volume sejumlah darah ditambah zat pencegah
pembekuan (antikoagulan) secukupnya dalam suatu wadah,
dan diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit,
maka akan terdapat bagian yang terpisah dari bagian yang
padat, cairan inilah yang disebut plasma. Hal ini disebabkan
karena komposisi serum dan plasma juga berbeda. Terutama
kandungan fibrinogennya, dimana plasma masih mengandung
fibrinogen, sedangkan dalam serum sudah tidak mengandung
fibrinogen lagi (Hardisari, Ratih.,dkk, 2016).
Kesimpulan:
Serum dan plasma darah merupakan specimen yang
diperoleh dari cairan darah tubuh yang digunakan dalam hal
penganalisaan. Yang membedakan di sini ialah pada serum
tidak didapatkan fibrinogen, dimana fibrinogen berperan dalam
pembekuan darah, sedangkan plasma mengandung fibrinogen.
Kesimpulan:
Apriani dan alfita umami, 2018 “ Perbedaan Kadar Glukosa Darah pada
Plasma EDTA dan Serum dengan Penundaan Pemeriksaan”
poltekes, Pontianak : Indonesia
Sujono, Sujono, Yumna Ayu Maulida, and Meilanda Puspita Sari. "Kadar
Protein Total dan Ureum Dengan dan Tanpa Penambahan γ-
cyclodextrin Pada Serum Lipemik." Jurnal Teknologi
Laboratorium 5.1 (2016): 16-19.
PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT DALAM
SERUM
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN FISIK DAN ZAT ORGANIK DALAM URINE
OLEH
NAMA : MISRA
STAMBUK : 15020170195
KELAS : C10
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : MUHAMMAD IQBAL
1. PemeriksaanFisikUrin
a. Pemeriksaanbobotjenisurin
Disiapkan alat dan bahan. Dicuci piknometer dengan
menggunakan alkohol. Kemudian, ditimbang piknometer
kosong. Lalu dipipet urin pagi dan urin sewaktu kedalam
piknometer yang berbeda hingga mencapai mulut piknometer.
Dimasukkan kedalam es batu, dan ditimbang piknometer berisi
urin. Lalu dicatat bobotnya masing – masing.
b. Pemeriksaan warna urin
Disiapkan 2 tabung reaksi. Dipipet 2 mL urin (pagi dan
sewaktu) dan dimasukkan kedalam masing – masing tabung
reaksi. Diamati warna urin pada cahaya tembus dan dengan
cara tabung reaksi dimiringkan. Dicatat hasil yang diamati.
c. Pemeriksaan bau urin
Disiapkan 2 tabung reaksi. Dipipet 2 mL urin (pagi dan
sewaktu) dan dimasukkan kedalam masing-masing tabung
reaksi. Kemudian dicium bau urin. Dicatat hasilnya.
d. Pemeriksaan pH urin
Disiapkan alat dan bahan. Dipipet urin (pagi dan sewaktu)
ke plat tetes. Dicelupkan kertas lakmus biru dan lakmus merah.
Diamati perubahan warna kertasl akmus dan dicatat hasilnya.
e. Pemeriksaan sedimen urin
Disiapkan 2 tabung sentrifuge. Dipipet urin (pagi dan
sewaktu) dan dimasukkan kedalam masing – masing tabung
sentrifuge. Disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan
3500 rpm. Didiamkan beberapa menit, lalu diambil endapannya
dan diteteskan diatas objek glass. Diamati dibawa mikroskop
dengan perbesaran 40x. Dicatat apakah terdapat eritrosit,
leukosit, dan Kristal asam urat.
f. Pemeriksaan zat organic urin
Disiapkan 2 tabung reaksi. Dimasukkan 2 mL reagen
benedict dan ditambahkan dengan 8 tetes urin (pagi dan
sewaktu) kedalam tabung masing – masing tabung reaksi.
Dipanaskan diatas api Bunsen selama 2 menit. Diangkat lalu
diamati perubahan warnanya. Dicatat hasil
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Tabel pengamatan
(82,89−32,61)𝑔𝑟𝑎𝑚
= 50 𝑚𝐿
= 1,0056gram/mL
(82,83−32,24) 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 50 𝑚𝐿
= 1,011gram/mL
4.2 Pembahasan
Urin adalah sisa cairan dalam tubuh yang sudah tidak digunakan
lagi yang disekresikan oleh ginjal. Dengan adanya pemeriksaan urin
dapat mengetahui bahwa ada atau tidak penyakit dalam tubuh kita.
Pada percobaan urini ini akan dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti pemeriksaan bobot jenis urin, pemeriksaan pH urine,
pemeriksaan warna pada urin, pemeriksaan bau urin, pemeriksaan
sedimen urin dan pemeriksaan zat organic urin.
Yang pertama yaitu pemeriksaan bobot jenis urin dimana urin
dipipet dan dimasukkan urine ke dalam piknometer kosong kemudian
ditimbang dimana berat jenis urin tergantung dari jumlah zat yang
terlarut dalam urin. Berat jenis urin berhubungan dengan diuresis jika
semakin besar diuresis maka semakin rendah berat jenis. Glukosaria
juga dapat meningkatkan berat jenis urine.
Yang kedua yaitu pemeriksaan pH urin dimana tujuannya untuk
mengetahui tingkat keasaman urin dan range normalnya yaitu 4,5-
8,0. Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel urin puasa yaitu pH 6
dan yang sampel tidak puasa yaitu pH 9 yang menandakan pH
sampel urine pada urine tidak puasa atau urin sewaktu termasuk
dalam keadaan diatas normal.
Kemudian yang ketiga yaitu, warna urin, dimana warna urine
normal yaitu kuning muda sampai kuning tua, hasil pengamatan
pada sampel urin puasa yaitu berwarna kuning dan sampel urin
tidak puasa yaitu kuning sehingga dapat dikatakan sampel urin
memenuhi syarat warna urine normal. Warna urin ditentukan oleh
besarnya dieresis, jika makin besar maka makin muda warna urine.
Warna urin disebabkan karena zat warna terutama urochrom dan
urobilin. Jika warna urin abnormal dapat disebabkan dari hasil
metabolism abnormal, dapat juga berasal dari jenis makanan dan
obat-obatan.warna merah pada urin menandakan adanya darah
dalam urin dan dapat terjadi jika adanya infeksi, luka batu ginjal,
tumor atau meminum obat.
Selanjutnya yaitu pemeriksaan bau urine, pemeriksaan ini untuk
mengetahui bau yang ditimbulkan dari urine. Dimana untuk sampel
urin tidak puasa dan puasa semuanya berbau pening.
Untuk pemeriksaan zat organic untuk mengetahui kadar glukosa
pada urin dengan menggunakan reagen benedict, digunakan reagen
benedict karena reagen ini tidak direduksi oleh kreatinin dan asam
urat.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Pearce, Evelyn. C., 2006, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, PT.Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
LAMPIRAN
A. Skema Kerja
a. Pemeriksaan Bobot Jenis Urin
Piknometer kosong
- Ditimbang
- Dimasukkan urin
- Didinginkan pada suhu 250
Piknometer + urin
- Ditimbang
Dihitung BJ nya
2 mL urin
-Dipipet
- Diamati warnanya
Dicatat hasilnya
2 mL urin
- Dipipet
- Dicium bau spesimen urin
Dicatat hasilnya
d. Pemeriksaan pH Urin
Di catat pHnya
e. Pemeriksaan Sedimen
urin
- Disentrifuge 3500 rpm (15 menit)
Diambil endapan
- Amati dimikroskop
Dicatat hasilnya
2 mL larutan benedict
+ 8 tetes urin
-Dipanaskan 2 menit
Catat hasil
PEMERIKSAAN TRIGLISERIDA DAN HDL
DALAM SERUM
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
LAPORAN
O L E H:
STAMBUK : 15020170196
KELAS : C10
KELOMPOK : II (DUA)
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2020
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit-penyakit yang menyerang
manusia diantaranya penyakit-penyakit arteri.Penyakit arteri ini
penyebab utamanya adalah trigliserida adalah dan biasanya
dibandingkan dengan menggunakan lipoprotein elektroforesis.
Trigliserida merupakan suatu lemak darah yang dibawah oleh serum
lipoprotein.Apabila terjadi peningkatan trigliserida maka dapat
penyebabkan peningkatan VLDL yang menyebabkan yang namanya
hiperlipoproteinemia.
Lipid merupakan senyawa yang mengandung karbon dan
hidrogen yang umumnya hidrofobik, tidak larut dalam air, namun
larut dalam pelarut organik, terkonjugasi,dan sterol. Lemak netral
terdiri dari asam lemak (terutama oleat,linoleat,stearat,arakidonat,
dan palmitat) dalam bentuk trigliserida (yaitu tiga molekul asam
lemak teresterifikasi menjadi satu molekul gliserol).
Kolesterol yang terdapat dalam jaringan dan yang berada
dalam lipoprotein plasmabisa sebagai kolesterol bebas atau
tergabung dengan asam lemak rantai-panjangsebagai ester
kolesteril. Unsur disintesis dalam banyak jaringan dari asetil-KoA dan
akhirnya dikeluarkan dari tubuh lewat empedu sebagai garam-garam
kolesterol atau empedu.
Kolesterol merupakan hasil khas metabolisme hewan dan
dengan demikian terdapat dalam segala makanan yang berasal dari
hewan seperti merah telur, daging,hati dan otak. Protein yang
namanya berarti “pertama” atau “utama” merupakan makromolekul
yang paling berlimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari
setengah berat kering pada hampir semua organisme.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin.Peningkatan
ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit
ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes
mellitus, dan hipertensi.Sedangkan peningkatan ekskresi globulin
dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif
untuk beberapa tipe penyakit.Dalam pemeriksaan trigliserida secara
fotometer dengan menggunakan gliserol-3-fosfat-oksidasi (GPO) dan
enzim lipoprotein lipase (LPL) dengan mengukur absorbansinya
pada spektrofotometri pada panjang gelombang 546 nm.
Nilai normal trigliserida adalah <150 mg/dL.Pada pemeriksaan
protein total dan albumin dilakukan pada probandus dengan
menggunakan metode biuret yang diukur panjang gelombangnya
pada spektrofotometer.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini yaitu mampu melakukan
pemeriksaan trigliserida dan pemeriksaan HDL dalam serum.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu mampu melakukan
pemeriksaan trigliserida dalam serum dan HDL serta menghitung nilai
dan menginterpretasikannya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4.2 Pembahasan
Trigliserida adalah salah satu jenis lemak utama yang mengalir
di dalam darah manusia.Selain trigliserida, terdapat juga ‘kolesterol
baik’ (HDL) dan ‘kolesterol jahat’ (LDL).Jika terlalu banyak, trigliserida
akan menumpuk pada bagian-bagian tubuh seperti dinding pembuluh
darah dan hati. Lemak jenuh dan tidak jenuh termasuk dalam
kelompok trigliserida.Trigliserida sangat penting bagi manusia karena
tubuh memanfaatkan lemak ini sebagai energi.
Trigliserida merupakan penyebab dari beberapa penyakit seperti
hipertensi, stroke, dan arteriosklerosis. Dari beberapa sumber, Nilai
normal dari trigliserida berkisar 10-160 mg/dL darah. Jadi,bila terjadi
peningkatan dari trigliserida maka berakibat akan terjadinya
peningkatan pada VLDL yang menyebabkan terjadinya
hiperlipoproteina.
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk
mengetahui keadaan kolesterol dalam tubuh dan menentukan
konsentrasi atau kadartrigliserida dalam tubuh yang merupakan salah
satu penyebab penyakit-penyakit arteri.
Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu disiapkan sampel
dengan cara darah disentrifuge untuk memisahkan serum dengan sel-
sel darah. Dan adapun alasan penggunaan serum karena di bagian
serum terdapat asam lemak dalam hal ini trigliserida dan
albumin.Kemudian, serum yang telah dipisahkan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
Setelah sampel telah siap maka dilakukan pengujian dengan
cara yaitu pertama disiapkan larutan blanko lalu dipipet 20 µL
aquadest ke dalam kuvet lalu ditambahkan 1000 µL reagen RGT. Lalu
diinkubasi pada suhu 25̊C selama 20 menit.Kemudian diukur
absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
Setelah itu dilakukan pengukuran absorban standar dan pengukuran
absorban sampel dengan melakukan hal yang sama seperti pada
pengukuran absorban blanko, tapi pada pengukuran absorban standar
digunakan larutan standar sebagai pengganti aquadest. Dan untuk
pengukuran sampel digunakan serum sebagai pengganti aquadest.
Adapun alasan penambahan reagen RGT yaitu dimana reangen
RGT ini merupakan reagen spesifik dalam pengukuran trigliserida
yang dapat menampakkan cayaha pada alat spektrofotometer
ataupun mudah terbaca oleh alat spektofotometer. Kemudian
dilakukan inkubasi pada suhu 25°C agar reagen dan sampel dapat
homogen dengan baik ,sehingga pada saat pengukuran absorban
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Pada saat praktikum trigliserida sampel yang kita gunakan yaitu
sampel darah orang yang berpuasa dan sampel darah orang yang
tidak puasa. Dan alasan digunakannya sampel darah puasa karena
kandungan gizi dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi
akan diserap ke dalam aliran darah dan bisa memberikan dampak
langsung pada tingkat darah, kadar lemak dan besi.Sehingga
dianjurkan untuk puasa minimal selama 10-12 jam. Sedangkan bagi
sampel darah orang yang tidak berpuasa maka akan ditemukan
peningkatan kadar dalam darah, dan lemak yang bisa tinggi bahkan
memuncak, akibat makanan atau minuman yang telah dikonsumsi
sebelum pengambilan sampel darahnya. Hal inilah yang
menyebabkan mengapa sampel yang digunakan adalah sampel orang
puasa dan tidak dan untuk memastikan agar hasil pemeriksaan dapat
diinterpretasikan dengan benar oleh dokter.
Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang dapat ditemukan
dalam darah.Lipid merupakan zat lemak yang diciptakan dari kalori
ekstrak yang didapatkan dari makanan. Jika kita terlalu berlebih
mengkonsumsi kalori dari apa yang di butuhkan maka dapat
menyebabkan trigliserida yang berlebih dalam tubuh dan tinggi yang
dikenal juga dengan hipertrigliseridemia. Dan akanmenyebabkan
penyakit jantung, sindrom metabolik, sindrom sesak nafas, talasemia
mayor, dan hepatitis viral.
Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil kadar
trigliserida dari probandus yaitu 71,369 mg/dL dan nilai HDL adalah
66,5 mg/Dl. Salah satu penyebab tingginya kadar trigliserida adalah
karena kolesterol yang tinggi.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
nilai trigliserida yang didapat sebesar 71,369 mg/dL sesuai dengan
kadar trigliserida normal karena masuk dalam range trigliserida yaitu
<150 mg/dl. Sedangkan untuk nilai HDL adalah sebesar 66,5 mg/dL
makan nilai HDL tidak termasuk normal karna tidak masuk kedalam
range HDL yaitu 40-50 (laki-laki) dan 50-60 (perempuan).
5.2 Saran
Sebaiknya alat dan bahan dalam laboratorium dilengkapi agar
dalam praktikum tidak saling menunggu dan dapat meminimalisir
waktu yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2020. Penuntun Kimia Klinik Dasar. Tim Dosen Kimia Farmasi
UMI : Makassar.
2. HDL
Absorbansi Standar : 0,039 – 0,045 = -0,006
Absorbansi Sampel : 0,054 – 0,061 = -0,007
Konsentrasi Standar : 57mg/dL
Absorben sampel
HDL = x Konsentrasi standar (mg/dL)
Absorban standar
−0,007
= −0,006 x 57 mg/dL
= 66,5 mg/dL
LAMPIRAN
Pemeriksaan Trigliserida
a. Penyiapan Serum
Disiapkan alat dan bahan
FAKULTAS FARMASI
LAPORAN
OLEH
STAMBUK : 15020170169
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2020
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu ruang lingkup kimia klinik kita membahas tentang
bagaimana pemeriksaan – pemeriksaan cairan atau kadar yang ada
didalam tubuh, baik itu berupa darah, urine, ataupun kadar protein
total. Di laboratorium beberapa rumah sakit kita temukan lebih banyak
melakukan pemeriksaan darah dibandingkan pemeriksaan urine,
dikarenakan darah dapat mewakili seluruh kondisi tubuh.
Di dalam tubuh, protein mempunyai peranan yang sangat penting.
Fungsi utama dari protein yaitu sebagai zat pembangun atau
pembentuk struktur sel, misalnmya untuk pembentukan kulit, otot,
rambut, membran sel, jantung, hati, ginjal, dan beberapa organ
penting lainnya dan protein juga berfungsi protein yang aktif.
Protein total terdiri dari albumin dan globulin. Albumin merupakan
protein plasma yang paling tinggi jumlahnya sekitar 60% dan memiliki
berbagai fungsi yang sangat penting bagi kesehatan yaitu
pembentukan jaringan sel baru, mempercepat pemulihan jaringan sel
tubuh yang rusak serta memelihara keseimbangan cairan di dalam
pembuluh darah dengan cairan di rongga interstitial dalam batas-
batas normal, kadaralbumin dalam darah 3,5-5 g/dL.
1.2 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari praktikum yaitu mengetahui kadar dan
interpretasi data dari protein totaldan mengetahui kadar dan
interpretasi data dari albumin.
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum yaitu :
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasiprotein total, menghitung
kadar, dan menginterpretasikannya.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi albumin, menghitung kadar
dan menginterpretasikannya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
TabelAlbumin
Absorbansi Absorbansi Konsentrasi Nilai
Standar Sampel standar(g/dL) (g/dL)
1,022 0,802 5 3,923
4.2 Pembahasan
Albumin merupakan protein dalam plasma manusia yang larut
dalam air dan mengendap dalam pemanasan serta protein yang
tertinggi konsentrasinya dalam plasma darah.
Darah adalah cairan dalam tubuh yang mana fungsi utamanya
sebagain pengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh
tubuh, arah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi dan
mengangkut zat – zat sisa metabolisme serta mengandung berbagai
bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh
dari penyakit.
Serum adalah adalah bagian dari darah yang tidak mengandung
bahan pembekuan darah, sedangkan plasma adalah bagian dari
darah yang mengandung bahan pembekuan darah.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mengidentifikasi dan
menginterpretasikan kadar protein total dan albumin dalam serum.
Peningkatan konsentrasi protein total dalam darah dapat
disebabkan oleh infeksi kronis, hipofungsi kelenjar adrenal, kegagalan
fungsi hati, penyakit kolagen pada pembuluh darah, hipersensitif
(alergi), dehidrasi, penyakit saluran pernafasan (sesak nafas),
hemolysis dan leukemia. Sedangkan penurunan konsentrasi protein
total disebabkan oleh malnutrisi dan melabsorbsi, penyakit hati,
diarekronis maupun akut, terbakar, keseimbangan hormone, penyakit
ginjal (proteinuria), rendahnya konsentrasi albumin, rendahnya
konsentrasi globulin dan kebuntingan.
Peningkatan konsentrasi albumin disebabkan oleh dehidrasi.
Sedangkan penurunan konsentrasi albumin disebabkan oleh sirosis
hati, gagal ginjal kronis, luka bakar parah, malnutrisi berat, pre-
eklampsia, gangguan ginjal. kolitisulseratif, enteropati, kehilangan
protein dan malabsorbsi.
Penggunaan reagen TPR (total protein reagen) pada pemeriksaan
protein total karena reagen TPR merupakan reagen spesifik untuk
pemeriksaan protein total. Sedangkan penggunaan reagen albumin
karena reagen albumin merupakan reagen spesifik untuk pengukuran
albumin.
Padapercobaanpraktikum, hasil yang diperoleh pada pemeriksaan
kadar protein total adalah 7,206 g/dL. Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa hasil yang diperoleh di bawah range normal kadar total protein.
Dimana range protein total untuk orang dewasa yaitu 6,6-8,8 g/dL.
Pada percobaan praktikum, hasil yang diperoleh pada
pemeriksaan kadar albumin yaitu 3,923g/dL. Dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa hasil memenuhi range normal kadar albumin.
Dimana range kadar normal dari albumin yaitu untuk 3,5–5,0 g/dL dan
SI 35-50 g/dL.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pada pemeriksaan
protein total untuk tidak memenuhi range normal kadar total
proteindengannilai7,206 g/dL. Sedangkan pada pemeriksaan albumin
memenuhi range normal kadar albumindengannilai3,923g/dL.
5.2 Saran
Diharapkan selalu bimbingan dan arahan kepada praktikan oleh
para asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2020, “Penuntun Kimia Klinik Dasar”, Fakultas Farmasi UMI,
Makassar.
= 7,206 g/dL
2. Albumin
Dik : Absorbansi sampel = 0,802
Absorbansi standar = 1,022
Konsentrasi standar = 5 g/dL
Abs Sampel
Penyelesaian : Albumin = X koensentrasi standar
Abs Standar
0,802
= X 5 g/dL
1,022
= 3,923g/dL
PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT
DALAM SERUM
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN
“PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT DALAMSERUM”
OLEH
STAMBUK : 15020170182
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2020
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di
rongga perut bagian kanan atas.Organ ini mempunyai peran yang
penting karena merupakan regulator dari semua metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak.Tempat sintesa dari berbagai
komponen protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum dan zat-zat
lain yang sangat vatal.Selain itu, juga merupakan tempat
pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat
pendetoksifikasi racun dan penghancuran (degradasi) hormon-
hormon steroid seperti estrogen.
Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel atau liver
function test adalah sekelompok tes darah yang mengukur enzim
atau protein tertentu di dalam darah anda. Tes fungsi hati umumnya
digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai dan memantau
penyakit atau kerusakan hati.Biasanya jika untuk memantau kondisi
hati, tes ini dilakukan secara berkala.Atau dilakukan juga ketika Anda
memiliki risiko perlukaan hati, ketika Anda memiliki penyakit hati,
atau muncul gejala-gejala tertentu seperti jaundice (ikterus).
AST/SGOT adalah enzim yang sebagian besar terdapat dalam
otot jantung dan hat, sebagian lagi ditemukan dalam otot rangka,
ginjal dan pancreas.Pelepasan enzim yang tinggi dalam serum
menunjukkan adanya kerusakan terutama pada jaringan jantung dan
hati.ALT/SGPT adalah suatu enzim yang ditemukan terutama pada
sel-sel hepar, efektif dalam mendiagnosa kerusakan hepatoseluler.
Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka tes
faal hati pun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak
dinilai. Dan ketika sel-sel atau jaringan hati mengalami kerusakan
dapat dilakukan pemeriksaan SGOT(Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase) dan SGPT(Serum Glutamic Piruvic Transaminase).
1.2 Maksud praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
pemeriksaan SGOT dan SGPT dalam serum serta
menginterpretasikan kemungkinan penyakit yang diderita.
1.3 Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan SGOT dalam serum
2. Mahasiswa mampu menghitung nilai SGOT dakam serum
3. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan
SGOT dalam serum
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Fungsi utama hati yaitu untuk pembentukan dan eksresi
empedu, metabolisme karbohidrat, metabolisme protein,
metabolisme lemak, penimbunan vitamin dan mineral, metabolisme
steroid, detoksifikasi, gudang darah dan filtrasi (Evelyn 2013, h. 476).
Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal dan
rangka bisa dideteksi dengan mengukur kadar SGOT. Pada kasus
seperti alkoholik, radang pankreas, malaria, infus lever stadium akhir,
adanya penyumbatan pada saluran empedu. Kerusakan otot jantung,
orang-orang yang selalu mengkonsumsi obat-obatan seperti
antibiotik dan obat TBC, kadar SGOT bisa meninggi, bahkan bisa
menyamai kadar SGOT pada penderita hepatitis (Bastiansyah, 2008.
h: 53)
Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan
distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat
dan nodul-nodul regenerasisi sel hati, yang tidak berkaitan dengan
vaskulatur normal.Nodul-nodul regenerasi ini dapat berukuran kecil
(mikronodular) atau besar (makronodular).Sirosis dapat mengganggu
sirkulasi darah intrahepatik dan pada kasus yang sangat lanjut,
menyebabkan kegagalan fungsi hati secara bertahap (Evelyn 2013,
h. 494).
Pankreas yaitu kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat
mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas
sentimeter, mulai dari duodenum sampai limpa dan dilukiskan
sebagai terdiri dari tiga bagian. Pankreas dilintasi saraf vagus, dan
dalam beberapa menit setelah menerima makanan, arus getah
pankreas bertambah.Kemudian, setelah isi lambung masuk ke dalam
duodenum, dua hormone, sekretin dan pankreozimin, dibentuk di
dalam mukosa duodenum dan merangsang arus getah pancreas
(Evelyn 2013, hhh. 251-253).
SGOT merupakan singkatan dari serum glutamic oxaloacetic
transaminase.Beberapa laboratorium sering juga memakai istilah AT
(aspartat aminotranferase). SGOT merupakan enzim yang tidak
hanya terdapat dihati, melainkan juga terdapat di otot jantung, otak,
ginjal dan otot-otot rangka (Bastiansyah, 2008. h : 53)
Aspartat aminotransferase (ASAT) atau glutamate oksalo-
asetat transferase (SGOT).Reaksi antara asam aspartat dan asam
alfaketoglutamat membentuk ASAT.Enzim ini lebih banyak
digunakan dijantung dari pada dihati, juga otot rangka, ginjal dan
otak. Apabila terjadi kerusakan pada hati, enzim ini akan masuk ke
sirkulasi darah sehingga bahan pemeriksaan dapat berupa serum.
(Kurniawan 2014, h. 76).
SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamik Piruvat
Transaminase , SGPT atau juga dinamakan ALT (Alanin
Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada
sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoselular.
Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal
dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi
daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan
pada proses kronis didapat sebaliknya(Raymond 2005, hh. 10-11).
Enzim Transaminase atau disebut juga enzim aminotransferase
adalah enzim yang mengkatalisis reaksi transaminasi.Terdapat dua
jenis enzim serum transaminase yaitu serum glutamat oksaloasetat
transaminase dan serum glutamat piruvat transaminase
(SGPT).Pemeriksaan SGOT adalah indikator yang lebih sensitif
terhadap kerusakan hati dibanding SGPT. Hal ini dikarenakan enzim
GOT sumber utamanya di hati, sedangkan enzim GPT banyak
terdapat pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak
(Cahyono, 2009. hh :11-15).
Enzim SGOT dan SGPT mencerminkan keutuhan atau
intergrasi sel-sel hati.Adanya peningkatan enzim hati tersebut dapat
mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. Makin tinggi
peningkatan kadar enzim SGOT dan SGPT, semakin tinggi tingkat
kerusakan sel-sel hati (Cahyono 2009. hh : 11-15).
SGOT atau AST harga normalnya pada laki-laki 5-17 U/L, pada
perempuan 5-15 U/L. SGOT dalam darah meninggi biasanya karena
ada hemolisis dan pada bayi baru lahir. Kenaikan 10-100 kali lipat
dari normal bila terjadi Infark yang disebabkan oleh otot jantung,
Hepatitis yang disebabkan oleh virus, Nekrosis yang disebabkan
oleh sel hati karena keracunan dan sirkulasi darah terganggu
sehingga dapat terjadi shock atau hipoksemia (Darmanto, 2001. hh :
60)
SGPT dalam darah harga normalnya pada laki-laki 5-23 U/L,
pada perempuan 5-19 U/L. SGPT dalam darah meningkat biasanya
karena ada hepatitis yang disebabkan oleh virus, nekrosis sel hati
karena keracunan, dan shock atau hipoksemia (Darmanto,2001. hh :
61)
2.2 Uraian Sampel
2.2.1 Darah
Komposisi Darah (Evelyn 2013, h. 158)
Air : 91,0%
Protein : 8,0% (albumin, globulin, protromblin dan
fibrinogen).
Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat,
garam kalsium, fosfor, magnesium, besi dan
seterusnya).
Bahan Organik : Glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin,
kolesterol dan asam amino.
2.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2020)
A. Pemeriksaan SGOT dalam serum
1) Persiapan serum
- Disiapkan alat dan bahan
- Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
- Disentrifuge selama + 15 menit pada kecepatan 6000 rpm
- Diambil serum darah
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2) Pengukuran absorban sampel
- Disiapkan alat dan bahan
- Dipipet 2400 µL reagen 1 (R1) SGOT dimasukkan kedalam
tabung reaksi
- Ditambahkan 300 sampel serum ke dalaam tabung reaksi
yang telah beirisi reagen 1 (R1)
- Diinkubasi selama 60 menit pada suhu 370 C
- Ditambahkan 600 µL reagen 2 SGOT, dihomogenkan
- Diinkubasi selamaa 11 menit 30 detik pada suhu 370 C
- Diukur absorban pada panjang gelombang 505 nm dengan
spektrofotometri UV-VIS (A1)
- Pengukuran diulangi pada menit ke 2 (A2), 3(A3), dan 4
(A4)
- Untuk blanko, dilakukan hal yang sama dengan mengganti
sampel serum dengan aquades sebanyak 300 mL
B. Pemerikasaan SGPT dalam serum
1) Persiapan serum
- Disiapkan alat dan bahan
- Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
- Disentrifuge selama + 15 menit pada kecepatan 6000 rpm
- Diambil serum darah
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2) Pengukuran absorban sampel
- Disiapkan alat dan bahan
- Dipipet 2400 µL reagen 1 (R1) SGPT dimasukkan kedalam
tabung reaksi
- gelombang 505 nm dengan spektrofotometri UV-VIS (A1)
- Pengukuran diulangi pada menit ke 2 (A2), 3(A3), dan 4
(A4)
- Untuk blanko, dilakukan hal yang sama dengan mengganti
sampel serum dengan aquades sebanyak 300 mL
BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu mikropipet,
tabung sentrifuge, tabung reaksi, sentrifuge dan spektrofotometer.
3.2 Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu sampel darah,
aquadest, reagen SGOT dan reagen SGPT.
3.3 Cara Kerja
A. Pemerikasaan SGOT dalam serum
1. Persiapan serum
Disiapkan alat dan bahan kemudian masukkan darah ke
dalam tabung sentrifuge setelah itu sentrifuge selama + 15 menit
pada kecepatan 6000 rpm kemudian ambil serum darah dan
masukkan ke dalam vial.
2. Pengukuran absorban blanko
Disiapkan alat dan bahan kemudian pipet 300 µL aquadest
ke dalam kuvet setelah itu tambahkan 2400 µL reagen SGOT
selanjutnya diinkubasi pada suhu 370 C selama 60 detik
kemudian ditambahkan 600 µL reagen SGOT selanjutnya
diinkubasi pada suhu 370 C selama 11 menit 30 detik setelah itu
diukur absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 505 nm.
3. Pengukuran absorban sampel
Disiapkan alat dan bahan kemudian pipet 300 µL serum ke
dalam kuvet setelah itu tambahkan 2400 µL reagen SGOT
selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C selama 60 detik
kemudian ditambahkan 600 µL reagen SGOT selanjutnya
diinkubasi pada suhu 370 C selama 11 menit 30 detik setelah itu
diukur absorbansi pada menit ke-2, ke-3 dan ke-4 pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 505nm.
B. Pemerikasaan SGPT dalam serum
1. Persiapan serum
Disiapkan alat dan bahan kemudian masukkan darah ke
dalam tabung sentrifuge setelah itu sentrifuge selama + 15 menit
pada kecepatan 6000 rpm kemudian ambil serum darah dan
masukkan ke dalam vial.
2. Pengukuran absorban blanko
Disiapkan alat dan bahan kemudian pipet 300 µL aquadest
ke dalam kuvet setelah itu tambahkan 2400 µL reagen SGPT
selanjutnya diinkubasi pada suhu 370 C selama 60 detik
kemudian ditambahkan 600 µL reagen SGPT selanjutnya
diinkubasi pada suhu 370 C selama 11 menit 30 detik setelah itu
diukur absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 505 nm.
3. Pengukuran absorban sampel
Disiapkan alat dan bahan kemudian pipet 300 µL serum ke
dalam kuvet setelah itu tambahkan 2400 µL reagen SGPT
selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C selama 60 detik kemudian
ditambahkan 600 µL reagen SGPT selanjutnya diinkubasi pada
suhu 370 C selama 11 menit 30 detik setelah itu diukur
absorbansi pada menit ke-2, ke-3 dan ke-4 pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 505 nm.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Pemeriksaan SGOT