Anda di halaman 1dari 115

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN LENGKAP

KIMIA KLINIK DASAR

OLEH:

KELAS C9C10

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap ini disusun dan dibuat sebagai salah satu syarat

untuk mengikuti Ujian Praktikum Kimia Klinik Dasar semester genap.

Tahun Akademik 2020/2021

Nama Asisten Tanda Tangan

Apt. FAZRUL PERMADI, S.Farm.

MUHAMMAD IQBAL

NURUL FAHMI

WIDYA SUMARNI

Mengetahui
Koordinator Praktikum Kimia Klinik Dasar

Apt. ASRIANI SUHAENAH,S.Si.,M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan lengkap praktikum KIMIA
KLINIK DASAR ini.
Laporan lengkap ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk mengikuti ujian praktikum kimia klinik dasar di Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia.
Dalam laporan lengkap ini tentu saja memiliki banyak kekurangan,
oleh karenanya penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan dari para
pembaca yang dapat membangun kedepannya.
Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri maupun kepada pembaca umumnya.

Makassar, 4 Juni 2020

C9C10
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

TUGAS PENDAHULUAN DAN LAPORAN PRAKTIKUM

1. PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK DALAM URIN

2. PEMERIKSAAN TRIGLISERIDA DALAM SERUM

3. PEMERIKSAAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) DALAM

SERUM

4. PEMERIKSAAN PROTEIN TOTAL DALAM SERUM

5. PEMERIKSAAN PROTEIN ALBUMIN DALAM SERUM

6. PEMERIKSAAN SGOT DALAM SERUM

7. PEMERIKSAAN SGPT DALAM SERUM


TUGAS PENDAHULUAN
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT ORGANIK

DALAM URIN
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAs

TUGAS PENDAHULUAN
PEMERIKSAAN FISIK DAN ZAT ORGANIK DALAM URINE

OLEH

NAMA : MISRA
STAMBUK : 15020170195
KELAS : C10
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : MUHAMMAD IQBAL

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2020
1. Sebutkan semua pemeriksaan fisika dan zat organis serta standar
normalnya
Jawab:
Menurut Santhi 2016
a. Organoleptis urin
1. warna urin
- merah : hemoglobin, mioglobin, porfirin
Penyebab non patologik : banyak macam obat, zat warna
- orange : pigmen empedu
- kuning : urin yang sangat pekat, bilirubin
- hijau : bakteri pseudomas
- biru : tdk ada penyebab patologik
Pengaruh obat: diuretik
- coklat : pigmen empedu
-hitam atau kecoklatan
2. Bau urine
Urine baik tidak berbaru keras. Apabila urine dibiarkan lama
akan timbul amonia dari pemecahan ureum
3 Volume urine
Normal= 1,5 L dalam 24 jam
4 buih urine
Bila urine dikocok akan ada buih jka buih berwarna kuning dapat
disebabkan oleh pigmen empedu
4 kekeruhan pada empedu
urine normal pada umumnya jernih
b. berat jenis urine
c. pemeriksaan protein urine
d. pemeriksaan glukosa urine
e. pemeriksaan aseton dalam urine
f. pemeriksaan bilirubin urine
g. pemeriksaan sedimen urine
2. Jelaskan interpretasi data hasil pemeriksaan urine untuk berat jenis
dan warna urine bila melebihi nilai normat dan dibawah nilai normal
Jawab:
Menurut djojotabroto,2010)
warna urine normal adalah kuning muda atau kuning jerami. Urine
dikatakan tidak normal apabila mengandung albumin, gula, aseton
ataupun butir darah serta urine yang berwarna coklat disertai buih
biasanya disebabkan penyakit liver ataupun saluran empedu urine
yang berwarna merah karena mengkonsumsi obat-obatan bisa juga
karena ada darah saat menstruasi atau bisa juga karena saluran
kemih
- bobot jenis
nilai normalnya adalah 1,00-1,026 prosedur dapat mengukur
kemampuan ginjal untuk mengonsentrasi unsur. Prosedu dimulai
dengan mengambil urin yang pertama waktu bangun pagi hari, pasien
memerlukan persiapan khusus
3. Cari gambar eritrosit dan leukost kristal pada urine
Jawab:

4. Tulisakan reaksi oksidasi reduksi glukosa dengan pereaksi benedict


jawab:
O O

R-C-H+ Cu2++ 2OH-→ R-C-OH + Cu2O+ H2O


DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, 2010, seluk beluk pemeriksaan kesehatan: jakarta

Mary baradevo,2009 Klien gangguan ginjal, penerbit buku kedokteran


EGC: jakarta

Santi, 2016, Patologi klinik, Universitas udayana, Bali


PEMERIKSAAN TRIGLISERIDA DALAM

SERUM
PEMERIKSAAN HIGH DENSITY

LIPOPROTEIN (HDL) DALAM SERUM


PEMERIKSAAN PROTEIN TOTAL DAN
ALBUMIN DALAM SERUM
LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TUGAS PENDAHULUAN

PEMERIKSAAN PROTEIN TOTAL DAN ALBUMIN DALAM SERUM

OLEH

NAMA : SANTY TRI WAHYUNI

STAMBUK : 15020170169

KELAS : C9C10

KELOMPOK : III ( TIGA )

ASISTEN : WIDYA SUMARNI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
1. Jelaskan prinsip kerja albumin dan protein! (2 literatur)
Jawab:
a. Prinsip kerja albumin (Nugraha.,dkk, 2019)
• Metode BCG (Bromocresol Green)
Pengukuran albumin dengan metode kolometri didasarkan
pada pengikatan warna indicator BCG pada pH 4,3
membuatikatan kompleks berwarna biru-hijau. Intensitas
warna berbanding lurus dengan konsentrasi albumin dalam
sampel. Ini ditentukan dengan memantau peningkatan
penyerapan pada panjang gelombang 623 nm / 578 nm.
• Metode BCG (Wijaya, 2015)
Serum ditambahkan dengan reagen albumin sehingga akan
berubah warna menjadi hijau, kemudian diperiksa
padaspektrofotometerdengan panjang 546 nm.
b. Prinsipk erja Protein
• Metode Biuret (Nugraha.,dkk, 2019)
Ion Capri (Cu++) bereaksi dengan protein sebagai larutan
dasar. Kompleks protein tembagabiru yang terbentuk
sebanding dengan konsentrasi protein total dalam sampel
dandiukur menggunakan Teknik bikromatik endpoint (540, 700
nm).
• Metode Biuret (sujono.,dkk, 2016)
Menggunakan prinsip pengukuran dengan spektrofotmetri,
apabila sampel yang digunakan serum lipemikakan
memengaruhi hasil pemeriksaan dan menyebabkan
kesalahan diagnosis.
Kesimpulan:
Pada pemeriksaan albumin menggunakan metode
BCG, di metode ini menggunakan indikator yang juga
merupakan reagen, dan pada saat serum ditambahkan
dengan reagen ini maka akan membuat campurannya menjadi
berwarnabiru-kehijauan. Intensitas warnanya berbanding lurus
dengan konsentrasi albumin yang terkandung di dalam serum.
Sedangkan pada pemeriksaan protein prinsipnya yaitu
menggunakan reagenion tembaga (Cu2+), yang nantinya pada
pencampuran serum dan tembaga akan menghasilkan warna
kompleks biru yang sebanding dengan konsentrasi protein
terkandung dalam serum.
2. Jelaskan perbedaan serum dan plasma, kenapa pada praktikum
menggunakan serum! (2 literatur)
Jawab:
a. Serum dan plasma adalah specimen yang biasa dianalisis untuk
pemeriksaan elektrolit. Untuk sampel darah kapiler, umumnya
ditampung dalam tabung mikro atau diambil langsung dari ujung
jari kealat point of care testing (POCT). Sampel darah arteri
dengan antikoagulan heparin yang digunakan pada analisis gas
darah, juga dapat digunakan secara langsung pada
pemeriksaan elektrolit dengan metode Ion Selective Electrodes
(ISE). Perbedaan nilai antara kalium serum dan plasma secara
klinis dianggap paling signifikan, dimana kadar kalium plasma
umumnya lebih tinggi disbanding serum, tergantung pada
jumlah trombosit (Susianti, Hani, 2019).
b. Serum diperoleh apabila darah penuh didiamkan beberapa lama
sehingga akan terjadi bekuan dan cairan yang tertinggal setelah
bekuan diambil inilah yang disebut serum. Sedangkan plasma
diperolehbila volume sejumlah darah ditambah zat pencegah
pembekuan (antikoagulan) secukupnya dalam suatu wadah,
dan diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit,
maka akan terdapat bagian yang terpisah dari bagian yang
padat, cairan inilah yang disebut plasma. Hal ini disebabkan
karena komposisi serum dan plasma juga berbeda. Terutama
kandungan fibrinogennya, dimana plasma masih mengandung
fibrinogen, sedangkan dalam serum sudah tidak mengandung
fibrinogen lagi (Hardisari, Ratih.,dkk, 2016).
Kesimpulan:
Serum dan plasma darah merupakan specimen yang
diperoleh dari cairan darah tubuh yang digunakan dalam hal
penganalisaan. Yang membedakan di sini ialah pada serum
tidak didapatkan fibrinogen, dimana fibrinogen berperan dalam
pembekuan darah, sedangkan plasma mengandung fibrinogen.

3. Bagaimana mekanisme reaksi yang terjadi ketika reagen alkali


bereaksi dengan rantai peptide?
Jawab:
a. Apabila Cu-sulfat ditambahkan kedalam larutan protein dalam
alkali kuat, maka warnanya akan berubah dari merah ungu
menjadi violet (ungu). Perubahan warna tersebut khas untuk
senyawa yang mengandung dua gugus -NH-CO- yang berikatan
secara langsung atau terpisah oleh atom C atau N. Perubahan
warna itu disebabkan oleh ikatan peptide, tetapi perubahan
warna itu juga dapat disebabkan oleh senyawa bukan peptide
yang mempunyai struktur seperti protein misalnya biuret
(Sugiyono, 2004).

b. Mekanisme reaksi lon Cupri (Cu) bereaksi dengan protein


sebagai larutan dasar membentuk kompleks protein tembaga
biru.
OH-
Cu ++ + Protein Kompleks

(Nugraha, dkk 2019)

Kesimpulan:

Ketika tembaga sulfat ditambahkan sebagai reagen


terhadap protein, maka akan menghasilkan perubahan warna
dari merah ungu menjadi violet (ungu), hal ini disebabkan
karena adanya ikatan peptida. Sedangkan ketika menggunakan
ion tembaga kedalam serum, maka protein dalam serum akan
bereaksi dengan OH-dan terbentuk pula kompleks tembaga biru
dengan protein.

4. Bagaimana mekanisme reaksi yang terjadi padametode BCG untuk


albumin? (2 literatur)
Jawab:
a. Pada pH 4,2 albumin menunjukkan sifat kation yang akan
berikatan dengan bromeressol green (BCG) suatu pewama
anion sehingga terbentuk kompleks berwarna hijau
Albumin + BCG Albumin BCG Kompleks
(Farihatun, Atun.,dkk, 2017)
b. Pengukuran albumin dengan metode kalorimetri berdasarkan
pada pengikatan warna indikator BCG pada pH 4,3 membuat
ikatan kompleks biru-hijau (Nugraha.,dkk, 2019).
Kesimpulan:
Pada pH 4,2 albumin menunjukan sifat kation, dan ketika
ditambahkan dengan reagen BCG yang bersifat anion, akan
menghasilkan ikatan kompleks berwarna hijau.
5. Jelaskaninterpretasi data protein dan albumin!
Jawab:
a. Protein
Interpretasi hasil kadar total protein:
1. Normal dalam darah 6,4 – 8,2 g/dL.
2. Pada cairan asites: Transudat< 3 g/dL, eksudat ≥ 3 g/dL.
b. Albumin
Interpretasi hasil:
Normal pada darah 3,4 – 5,0 g/dL.
Pada cairan asites:
1. Transudat < 2,5 g/dL
2. Eksudat > 2,5 g/dL
(Menurut nugraha,dkk,2019)
Kesimpulan:
kadar normal protein dalam darah berkisaran antara 6,4 – 8,2 g/dL,
sedangkan pada albumin kisaran 3,4 – 5,0 g/dL.
DAFTAR PUSTAKA

Apriani dan alfita umami, 2018 “ Perbedaan Kadar Glukosa Darah pada
Plasma EDTA dan Serum dengan Penundaan Pemeriksaan”
poltekes, Pontianak : Indonesia

Atun Farihatun, DewiKania Y., and Meta Amelia. "PEMERIKSAAN


ALBUMIN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BURUK DI
KABUPATEN CIAMIS." (2017)

Geraldi Kusuma Wijaya, 2015 “ Pengaruh Kapsul EkstrakIkan Gabus


Terhadap Kadar Albumin pada Pasien Tuberkulosis Paru
Pengobatan FaseIntensif” Universitas Jember ; Jawa Timur

Nugraha, J., dkk. 2019.Analisis Cairan Tubuh Dan Urine. Airlangga


University Press

Ratih Hardisari dan Binti Koiriyah, 2016 “ Gambaran Kadar Trigliserida (


Metode Gpo-Pap) padaSampel Serum dan Plasma EDTA “ Poltekes
Kemenkes Yogyakarta

Sugiyono. 2004. Kimia Pangan. Pengajar Fakultas Teknik. Universitas


Negeri Yogyakarta

Sujono, Sujono, Yumna Ayu Maulida, and Meilanda Puspita Sari. "Kadar
Protein Total dan Ureum Dengan dan Tanpa Penambahan γ-
cyclodextrin Pada Serum Lipemik." Jurnal Teknologi
Laboratorium 5.1 (2016): 16-19.
PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT DALAM

SERUM
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN FISIKA DAN ZAT

ORGANIK DALAM URIN


LABORATORIUM KIMIA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN FISIK DAN ZAT ORGANIK DALAM URINE

OLEH

NAMA : MISRA
STAMBUK : 15020170195
KELAS : C10
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : MUHAMMAD IQBAL

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2020
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmasi dapat didefinisikan sebagai suatu keahlian professional
dalam bidang kesehatan yang bertanggungjawabuntukmeningkatkan
keamanan, kerasionalan, dan ketepatan penggunaan terapiobatoleh
penderita melalui penerapan.
Tujuan utama pelayanan farmasiadalahuntuk meningkatkan
keuntungan terapi obat dengan mengoreksi kekurangan yang
terdeteksidalam proses penggunaan obat, serta dapat berperan dalam
pemeriksaan secara klinis terhadap beberapa specimen.
Pada pemeriksaanklinis Salah satu specimen yang biasanya
digunakan untuk melakukan pemerikssan kesehatan yaitu
urine.Dimana urine adalah sisa cairan dalam tubuh yang tidak
digunakan lagi sehingga dieksresikan oleh ginjal dan kemudian
dikeluarkan dari tubuh melalui proses urinasi.
Proses pembentukan urin dapat terjadi melalui tiga proses
penggabungan yaitu dimulai dari fi ksasi plasma darah oleh
glomerulus, kemudian absorpsi zat-zat seperti garam air, gula
sederhana dan asam amino oleh tubulus untuk mempertahanka
nhubungan internal danjuga membantu proses metabolikdan yang
terakhir yaitu sekresi zat-zat ole htubulus dari darah kedalam lumen
tubulus untuk diekstresika nmelalui urin. Proses inijugamelibatkan ion
hydrogen, anion organic, penahanan kalium dan asamurat yang
berfungsi untuk mengeluarkan zat yang dapat merugikan.
Praktikum ini sangat bermanfaat bagi pemeriksaan klinis dan dapat
mendeteksi maupun diagnosis beberapa penyakit dengan
menggunakan urin yaitu seperti pengujian diabetes, asam urat,
leukosit, eritrosit dan lain-lain, sehingga perlu dilakukan praktikum
pemeriksaan urin.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari percobaan ini adalah :
1. Untuk menentukan pemeriksaan fisik urine dan interpretasinya
2. Untuk melakukan pemeriksaan zat organic urin dan interpretasinya
1.3 TujuanPraktikum
Adapun tujuan percobaan ini adalah :
1. Untuk melakukan pemeriksaan urin yaitu pemeriksaan bobot jenis,
warna, bau, pH, dan sedimen urin, dan interpretasinya
2. Untuk melakukan pemeriksaan zat organic yaitu glukosa urin,
menginterpretasi dan melaporkannya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Urin merupakan larutan kompleks yang terdiridari sebagian
besar (±96%)air dan sebagian kecil zat terlarut(±4%)yang dihasilkan
oleh ginjal, disimpan sementara dalam kandung kemih dan dibuang
melalui proses miknutrisi(EvelynC.Pearce,2006)
Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut.
Di dalam urin terkandung bermacam – macam zat, antara lain (1)
zat sisa pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan
amoniak, (2) zat warna empedu yang memberikan warna kuning
pada urin, (3) garam, terutama NaCl, dan (4) zat – zat yang
berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan obat – obatan serta
juga kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya
hormon (Ethel, 2003).
Ureum juga merupakan produk akhir dari metabolism nitrogen
yang penting pada manusia, yang disintesis dari ammonia, karbon
dioksida dan nitrogen amida aspartat (Murray et. al., 2003).
Pemeriksaan urin terbagi menjadi dua jenis yaitu pemeriksaan
kimiawi dan pemeriksaan sedimen. Sebagaimana namanya dalam
pemeriksaan kimia yang diperiksa adalah pH urin / keasaman, berat
jenis, nitrit, protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen,dll. Jenis zat kimia
yang diperiksa merupakan penanda keadaan dari organ2 tubuh yang
hendak didiagnosa. Seperti penyakit “kuning” yang disebabkan oleh
bilirubin darah yang tinggi biasanya menghasilkan urin yang
mengandung kadar bilirubin diatas normal. Begitu pula zat kimia
lainnya yang dihubungkan dengan keadaan organ tubuh yang
berbeda (Djojodibroto, 2001).
Pemeriksaan sedimen urin merupakan sebagian penting
dalam pemeriksaan penyaring. Pemeriksaan sedimen dapat
memberi data mengenai saluran kemih mulai dari ginjal sampai
kepada ujung uretra yang tidak mungkin dapat diperoleh dengan
pemeriksaan lain. Cara untuk mengetahui adanya infeksi saluran
kemih, maka dilakukan pemeriksaan mikroskopis urin. Pemeriksaan
sedimen urin termasuk pemeriksaan rutin. Urin yang dipakai untuk itu
adalah urin segar. Urin yang paling baik untuk pemeriksaan sedimen
ialah urin pekat yaitu urin yang mempunyai berat jenis tinggi.
Pemeriksaan sedimen urin ini diusahakan menyebut hasil
pemeriksaan secara semikuantitatif dengan menyebut jumlah unsur
sedimen yang bermakna belapang pandang (Ganong, 2003).
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain
untuk mengetahui keadaan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk
mengetahui kelainan-kelainan berbagai organ tubuh seperti hati,
saluran empedu saperti pangkreas, korteks adrenal, uterus dan lain-
lain. Pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan maksoskopis yang
meliputi : lekosit, nitrit, urobilinogen, protein, pH, darah BJ, keton,
bilirubin, gula dan pemeriksaan maksroskopis yang meliputi eritrosit,
leukosit, epitel, silinder, Kristal (Hartono, 2016).
Nilai rujukan kadar urin plasma :

· Usia <1 thn : 4-19 mg/dL

· Usia 1-17 thn : 5-18 mg/dL

· Usia 18-60 thn : 6-20 mg/dL

· Usia 61-90 thn : 8-23 mg/dL

· Usia >90 thn : 10-31 mg/dL (Prodia, 2010).

Ginjal merupakan salahsatu organ yang penting bagi makhluk


hidup. Ginjal memiliki berbagai fungsi sepert ipengaturan
keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan konsentrasi osmolalitas
cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit, pengaturan keseimbangan
asam-basa, ekskresi sisa metabolism dan bahan kimia asing;
pengatur tekanan arteri, sekresi hormon, dan glukoneogenesis. Jika
ginjald ibagi dua dari atas kebawah, akan terlihat dua bagian utama
yaitu korteks di bagian luar dan medulla di bagian dalam. Unit terkecil
dari ginjal adalah nefron. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru
sehingga apabila terjadi trauma pada ginjal, penyakit ginjal, atau
terjadi penuaan normal, akan terjadi penurunan jumlah nefron secara
bertahap (Guyton, 2006).
Urin yang normal tidak mengandung protein dan glukosa. Jika
urin mengandung protein, berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada
bagian glomerulus. Jika urin mengandung gula, berarti tubulus ginjal
tidak menyerap kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat
diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal. Dapat pula karena kadar
gula dalam darah terlalu tinggi atau melebihi batas normal sehingga
tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada
pada filtrat glomerulus. Kadar gula yang tinggi diakibatkan oleh proses
pengubahan gula menjadi glikogen terlambat, kerena produksi
hormon insulin terhambat. Orang yang demikian menderita penyakit
kencing manis (diabetes melitus). Zat warna makanan juga
dikeluarkan melalui ginjal dan sering memberi warna pada urin. Bahan
pengawet atau pewarna membuat ginjal bekerja keras sehingga dapat
merusak ginjal. Adanya insektisida pada makanan karena
pencemaran atau terlalu banyak mengkonsumsi obat – obatan juga
dapat merusak ginjal (Deman, 2005)

2.2 Uraian Bahan


Larutan Benedict CuSO4 (FI III)
Nama resmi : TEMBAGA II SULFAT
Nama lain : Kupri Sulfat
Rumus Molekul : CuSO4
Pemerian : Prisma tri klinik, serbuk hablur, biru
Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air dan 3 bagian gliserol
sangat sukar larut dalam etanol
Kegunaan : Komposisi Benedict
2.3 Prosedur kerja (Anonim, 2019)
1. Pemeriksaan Bobot Jenis Urin
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang piknometer kosong
c. Dipipet urin ke dalam piknometer hingga mencapai mulut
piknometer
d. Didinginkan hingga 25̊C dalam wadah yang berisi es batu
e. Dipantau suhu dengan menggunakan termometer
f. Ditimbang berat piknometer + urine 25̊C
g. Dicatat masing-masing bobotnya.
2. Pemeriksaan Warna Urin
Pipet kurang lebih 5 mL urin ke dalam tabung reaksi. Tinjaulah
dalam sikap serong pada cahaya tembus. Nyatakan hasil
pengamatan dengan perkataan tidak berwarna, kuning, kuning
muda, kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur
kuning, merah, coklat, kuning bercampur hijau, putih serupa susu,
dan lain-lain. Normal bila warna kuning atau kuning tua.
3. Pemeriksaan Bau Urin
Pipet kurang lebih 5 mL urin ke dalam tabung reaksi,
Kemudian cium bau yang ditimbulkan oleh urin tersebut. Nyatakan
hasil pengamatan dengan perkataan bau makanan, obat-obatan,
bau amoniak, bau ketonuria, atau bau busuk. Normal bila bau asam
– asam organik yang mudah menguap.
4. Pemeriksaan pH Urin
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dipipet urin ± ½ tabung reaksi
c. Dipipet urin ke plat tetes
d. Dicelupkan kertas lakmus biru dan lakmus merah
e. Diamati perubahan warna pada lakmus
f. Dilakukan pengujian dengan menggunakan pH universal
g. Diamati pHnya dan dicatat.
2. Pemeriksaan Sedimen Urin (Mikroskopik)
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Urin disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm
c. Supernatanya dibuang, diambil endapannya
d. Diteteskan di atas objek gelas
e. Lalu diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x.
f. Digambar (eritrosit, leukosit, dan Kristal asam urat)
3. Pemeriksaan Zat Organik
a. Masukkan 5 mL reagen benedict kedalamtabungreaksi,
kemudian teteskan 8 tetesurin
b. Dicelupkan tabung kedalam air mendidih selama kurang lebih 5
menit atau panaskan di atas api selam kurang lebih 2 menit
c. Angkat dan kocok perlahan – lahan setelah itu amati warnanya.
Nilai normal adalah negatif.
✓ Hasilnegatif (-) : larutan tetap biru jernih atau sedikit
kehijau – hijauan agak keruh tanpa endapan
✓ Positif + (1+) : hijau kekuning – kuningan keruh
✓ Positif ++ (2+) : kuning keruh
✓ Positif +++ (3+) : jingga atau warna lumpur
✓ Positif ++++ (4+) : merah keruh
BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat Praktikum

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bunsen,


deglass, gegepkayu, mikroskop, objek glass, piknometer 50 mL, pipet
tetes, plat tetes, sentrifuge, tabungreaksi, dantabungsentrifuge.
3.2 Bahan Praktikum

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah alkohol,


esbatu, kerta slakmus, reagen benedict, tissu, urinpagi, dan urin
sewaktu.
3.3 Cara Kerja

1. PemeriksaanFisikUrin
a. Pemeriksaanbobotjenisurin
Disiapkan alat dan bahan. Dicuci piknometer dengan
menggunakan alkohol. Kemudian, ditimbang piknometer
kosong. Lalu dipipet urin pagi dan urin sewaktu kedalam
piknometer yang berbeda hingga mencapai mulut piknometer.
Dimasukkan kedalam es batu, dan ditimbang piknometer berisi
urin. Lalu dicatat bobotnya masing – masing.
b. Pemeriksaan warna urin
Disiapkan 2 tabung reaksi. Dipipet 2 mL urin (pagi dan
sewaktu) dan dimasukkan kedalam masing – masing tabung
reaksi. Diamati warna urin pada cahaya tembus dan dengan
cara tabung reaksi dimiringkan. Dicatat hasil yang diamati.
c. Pemeriksaan bau urin
Disiapkan 2 tabung reaksi. Dipipet 2 mL urin (pagi dan
sewaktu) dan dimasukkan kedalam masing-masing tabung
reaksi. Kemudian dicium bau urin. Dicatat hasilnya.
d. Pemeriksaan pH urin
Disiapkan alat dan bahan. Dipipet urin (pagi dan sewaktu)
ke plat tetes. Dicelupkan kertas lakmus biru dan lakmus merah.
Diamati perubahan warna kertasl akmus dan dicatat hasilnya.
e. Pemeriksaan sedimen urin
Disiapkan 2 tabung sentrifuge. Dipipet urin (pagi dan
sewaktu) dan dimasukkan kedalam masing – masing tabung
sentrifuge. Disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan
3500 rpm. Didiamkan beberapa menit, lalu diambil endapannya
dan diteteskan diatas objek glass. Diamati dibawa mikroskop
dengan perbesaran 40x. Dicatat apakah terdapat eritrosit,
leukosit, dan Kristal asam urat.
f. Pemeriksaan zat organic urin
Disiapkan 2 tabung reaksi. Dimasukkan 2 mL reagen
benedict dan ditambahkan dengan 8 tetes urin (pagi dan
sewaktu) kedalam tabung masing – masing tabung reaksi.
Dipanaskan diatas api Bunsen selama 2 menit. Diangkat lalu
diamati perubahan warnanya. Dicatat hasil
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

a. Tabel pengamatan

1. Tabel Hasil Pemeriksaan Fisika dan Zat Organik Urin


N Pemeriksaan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
o. fisika dan zat Pagi sewakt Pagi sewakt Pagi sewakt Pagi sewakt
organik urin u u u u
1. Bobot jenis 0,994 1,011 1,0053 0,999 1,005 1,011 0,9907 0,977
urin (g/mL) 9
2. Warna urin Kunin Kuning Kunin Kuning Kunin Kuning Kunin Bening
g g g
g
3. Bau urin Tdk Tdk Pesing Pesing Pesing Pesing Amoni Amonia
berba berbau a
u
4. pH urin 7,0 7,0 7,0 7,0 6,0 9,0 7,0 8,0
5. Sedimen :
Eritrosit - - - - - - - -
Leukosit - - - √ - - - -
Kristal As. - - - - - - - √
urat
6. Zat organik - - - - - + - -
(glukosa)

Pemeriksaan Nilai Normal


Bobotjenis 1001 – 1035
Ph 5,0 – 7,5
Warna Kuning
Bau Amonia
Sedimen Td kada eritrosit, leukosit, Kristal asam urat
2. Perhitungan Bobot Jenis Urin
Diketahui :

Bobot piknometer kosong(Urin pagi) : 32,61 gram

Bobot piknometer kosong(Urin sewaktu) : 32,24 gram

Bobot piknometer + urin (pagi) : 82,89 gram

Bobot piknometer + urin (sewaktu) : 82,83 gram

Volume urine (pagi) : 50 mL

Volume urin (sewaktu) : 50 mL

Ditanyakan: Bobot jenis urin pagi dan sewaktu ?

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑢𝑟𝑖𝑛−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


BJ urin (pagi) =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑟𝑖𝑛

(82,89−32,61)𝑔𝑟𝑎𝑚
= 50 𝑚𝐿

= 1,0056gram/mL

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑢𝑟𝑖𝑛−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔


BJ urin (sewaktu) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑟𝑖𝑛

(82,83−32,24) 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 50 𝑚𝐿

= 1,011gram/mL

4.2 Pembahasan

Urin adalah sisa cairan dalam tubuh yang sudah tidak digunakan
lagi yang disekresikan oleh ginjal. Dengan adanya pemeriksaan urin
dapat mengetahui bahwa ada atau tidak penyakit dalam tubuh kita.
Pada percobaan urini ini akan dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti pemeriksaan bobot jenis urin, pemeriksaan pH urine,
pemeriksaan warna pada urin, pemeriksaan bau urin, pemeriksaan
sedimen urin dan pemeriksaan zat organic urin.
Yang pertama yaitu pemeriksaan bobot jenis urin dimana urin
dipipet dan dimasukkan urine ke dalam piknometer kosong kemudian
ditimbang dimana berat jenis urin tergantung dari jumlah zat yang
terlarut dalam urin. Berat jenis urin berhubungan dengan diuresis jika
semakin besar diuresis maka semakin rendah berat jenis. Glukosaria
juga dapat meningkatkan berat jenis urine.
Yang kedua yaitu pemeriksaan pH urin dimana tujuannya untuk
mengetahui tingkat keasaman urin dan range normalnya yaitu 4,5-
8,0. Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel urin puasa yaitu pH 6
dan yang sampel tidak puasa yaitu pH 9 yang menandakan pH
sampel urine pada urine tidak puasa atau urin sewaktu termasuk
dalam keadaan diatas normal.
Kemudian yang ketiga yaitu, warna urin, dimana warna urine
normal yaitu kuning muda sampai kuning tua, hasil pengamatan
pada sampel urin puasa yaitu berwarna kuning dan sampel urin
tidak puasa yaitu kuning sehingga dapat dikatakan sampel urin
memenuhi syarat warna urine normal. Warna urin ditentukan oleh
besarnya dieresis, jika makin besar maka makin muda warna urine.
Warna urin disebabkan karena zat warna terutama urochrom dan
urobilin. Jika warna urin abnormal dapat disebabkan dari hasil
metabolism abnormal, dapat juga berasal dari jenis makanan dan
obat-obatan.warna merah pada urin menandakan adanya darah
dalam urin dan dapat terjadi jika adanya infeksi, luka batu ginjal,
tumor atau meminum obat.
Selanjutnya yaitu pemeriksaan bau urine, pemeriksaan ini untuk
mengetahui bau yang ditimbulkan dari urine. Dimana untuk sampel
urin tidak puasa dan puasa semuanya berbau pening.
Untuk pemeriksaan zat organic untuk mengetahui kadar glukosa
pada urin dengan menggunakan reagen benedict, digunakan reagen
benedict karena reagen ini tidak direduksi oleh kreatinin dan asam
urat.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh yaitu dari semua jenis


pemeriksaan yang di lakukan pada urin pagi dan sewaktu rata-rata berada
pada range normal. Hanya pada pemeriksaan urin sewaktu yg ph nya terlalu
basah yakni ph 9.0 dimana range ph normal urin adalah ph 4,5 – 8,0

5.2 Saran

Adapun saranuntukpraktikuminiadalahsebaiknyaprobandus yang


digunakan baik untuk urin pagi maupun sewaktu disamakan orangnya agar
memperkuat data yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2020, Penuntun Praktikum Kimia Klinik, Universitas Islam Indonesia :


Makassar.

Ditjen POM., 1979.,Farmakope Indonesia Edisi III., DepartemenKesehatan RI.,


Jakarta.

Deman, J.M., 2005, Kimia Makanan, Penerbit ITB, Bandung

Djojodibroto, D. R., 2001,Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan, Pustaka Populer


Obor, Jakarta

Ethel, Sloane. 2003. Anatomi Fisiologi Untuk Pemula. EGC. Jakarta

Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran edisi ke-20.Terjemahan: H. M.


DWidjajakusumah. Penerbi tbuku kedokteran EGC, Jakarta.

Guyton, Arthur C. 2006. Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

Hartono,2016,Jurnal PERBEDAAN KADAR KETON PADA


PEMERIKSAANSECARA LANGSUNG DENGAN PEMERIKSAAN
YANG TERTUNDA ISSN, Vol. 2 NO. 2.Universitas Muhammadiyah
Surabaya, Surabaya.

Murray, Robert, K. Darylk, Granner, Peter, A. mayos, Victor, W. Rodwell.


2003. Biokimia Harper. EGC. Jakarta.

Pearce, Evelyn. C., 2006, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, PT.Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja
a. Pemeriksaan Bobot Jenis Urin

Piknometer kosong

- Ditimbang
- Dimasukkan urin
- Didinginkan pada suhu 250

Piknometer + urin

- Ditimbang

Dihitung BJ nya

b. Pemeriksaan Warna Urin

2 mL urin

-Dipipet

- Diamati warnanya
Dicatat hasilnya

c. Pemeriksaan Bau Urin

2 mL urin

- Dipipet
- Dicium bau spesimen urin
Dicatat hasilnya
d. Pemeriksaan pH Urin

urin ± ½ tabung reaksi

- Dimasukkan ke tabung reaksi


- Dicelup kertas pH universal
- Diamati perubahan warna

Di catat pHnya

e. Pemeriksaan Sedimen

urin
- Disentrifuge 3500 rpm (15 menit)

Diambil endapan

- Amati dimikroskop

Dicatat hasilnya

f. Pemeriksaan Organik (Glukosa urin)

2 mL larutan benedict

+ 8 tetes urin

-Dipanaskan 2 menit

Catat hasil
PEMERIKSAAN TRIGLISERIDA DAN HDL

DALAM SERUM
LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN

“PEMERIKSAAN TRIGLISERIDA DAN HDL DALAM SERUM”

O L E H:

NAMA : YUYUN SAPUTRI NINGSI

STAMBUK : 15020170196

KELAS : C10

KELOMPOK : II (DUA)

ASISTEN : NURUL FAHMI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

FAKULTAS FARMASI

MAKASSAR

2020
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit-penyakit yang menyerang
manusia diantaranya penyakit-penyakit arteri.Penyakit arteri ini
penyebab utamanya adalah trigliserida adalah dan biasanya
dibandingkan dengan menggunakan lipoprotein elektroforesis.
Trigliserida merupakan suatu lemak darah yang dibawah oleh serum
lipoprotein.Apabila terjadi peningkatan trigliserida maka dapat
penyebabkan peningkatan VLDL yang menyebabkan yang namanya
hiperlipoproteinemia.
Lipid merupakan senyawa yang mengandung karbon dan
hidrogen yang umumnya hidrofobik, tidak larut dalam air, namun
larut dalam pelarut organik, terkonjugasi,dan sterol. Lemak netral
terdiri dari asam lemak (terutama oleat,linoleat,stearat,arakidonat,
dan palmitat) dalam bentuk trigliserida (yaitu tiga molekul asam
lemak teresterifikasi menjadi satu molekul gliserol).
Kolesterol yang terdapat dalam jaringan dan yang berada
dalam lipoprotein plasmabisa sebagai kolesterol bebas atau
tergabung dengan asam lemak rantai-panjangsebagai ester
kolesteril. Unsur disintesis dalam banyak jaringan dari asetil-KoA dan
akhirnya dikeluarkan dari tubuh lewat empedu sebagai garam-garam
kolesterol atau empedu.
Kolesterol merupakan hasil khas metabolisme hewan dan
dengan demikian terdapat dalam segala makanan yang berasal dari
hewan seperti merah telur, daging,hati dan otak. Protein yang
namanya berarti “pertama” atau “utama” merupakan makromolekul
yang paling berlimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari
setengah berat kering pada hampir semua organisme.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin.Peningkatan
ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit
ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes
mellitus, dan hipertensi.Sedangkan peningkatan ekskresi globulin
dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif
untuk beberapa tipe penyakit.Dalam pemeriksaan trigliserida secara
fotometer dengan menggunakan gliserol-3-fosfat-oksidasi (GPO) dan
enzim lipoprotein lipase (LPL) dengan mengukur absorbansinya
pada spektrofotometri pada panjang gelombang 546 nm.
Nilai normal trigliserida adalah <150 mg/dL.Pada pemeriksaan
protein total dan albumin dilakukan pada probandus dengan
menggunakan metode biuret yang diukur panjang gelombangnya
pada spektrofotometer.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini yaitu mampu melakukan
pemeriksaan trigliserida dan pemeriksaan HDL dalam serum.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu mampu melakukan
pemeriksaan trigliserida dalam serum dan HDL serta menghitung nilai
dan menginterpretasikannya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Trigliserida
Trigliserida merupakan jenis lemak yang ditemukan dalam darah.
Jenis ini merupakan hasil dari uraian kerja tubuh terhadap makanan
yang mengandung lemak dan kolesterol yang telah dikonsumsi dan
masuk ketubuh, serta juga dibentuk di hati. Setelah mengalami proses
didalam tubuh trigliserida ini diserap oleh usus dan masuk kedalam
plasma darah untuk kemudian disalurkan ke jaringan-jaringan tubuh,
trigliserida juga merupakan lemak darah yang dibawa oleh serum
lipoprotein. Trigliserida adalah penyebab utama penyakit-penyakit
arteri dan biasanya dibandingkan dengan kolesterol dengan
menggunakan lipoprotein elektroforesis. Bila terjadi peningkatan
trigliserida maka terjadi peningkatan VLDL yang menyebabkan
hiperlipoproteinemia (Graha, 2010 : 21).
Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid,
dan asam lemak bebas tidak larut dalam cairan plasma. Agar lipid
plasma dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid
tersebut perlu dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang
bersifat larut dalam air. Dan albumin merupakan suatu protein dengan
berat molekul 65.000-69.000 Da yang disintesis dalam hati dan
merupakan komponen utama protein plasma yang bertanggung jawab
untuk ikatan obat reversibel (Gunawan, 2012 : 12).
Lipoprotein merupakan kompleks makromolekul dari lemak dan
protein dan dikelompokkan menurut densitas dan pemisahan pada
ultrasentrifuse. Lipoprotein bertanggung jawab terhadap transport lipid
plasma ke liver dan bertanggung jawab untuk ikatan obat jika site
ikatan albumin jenuh (Shargel, 2012: 25).
Lipoprotein, lipida darah terutama terdiri atas kolesterol,
trigliserida (minyak), asam lemak bebas dan fosfolipida, yang
semuanya tidak dapat larut dalam darah (>50% terdiri dari air) (Tan,
2007:25).
2.2 Kelainan
Trigliserida meningkat dapat terjadi pada pasien yang mengidap
sirosis alkoholik, alkoholisme, anoreksia nervosa, sirosis bilier,
obstruksi bilier, trombosis cerebral, gagal ginjal kronis, DM, Sindrom
Down’s, hipertensi, hiperkalsemia, idiopatik, hiperlipoproteinemia (tipe
I, II, III, IV, dan V), penyakit penimbunan glikogen (tipe I, III, VI), gout,
penyakit iskemia hati hipotiroidism, kehamilan, porfiria akut yang
sering kambuh, sindrom sesak nafas, talasemia mayor, hepatitis viral
dan sindrom Werner,s (Hardjoeno 2003, hal : 64).
Penurunan trigliserida dapat terjadi pada obstruksi paru kronis,
hiperparatiroidism, hipolipoproteinemia, limfa ansietas, penyakit
parenkim hati, malabsorbsi dan malnutrisi (Hardjoeno 2003, hal : 64).
2.3 Nilai Normal
Nilai Rujukan Data Klinis

2.4 Interpretasi kadar Trigliserida


Peningkatan kadar pada Trigliserida dapat menyebabkan
hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia menimbulkan aterosklerosis,
arkus kornea, xantelasma dan xantoma. Sedangkan penurunan kadar
trigliserida. dapat terjadi pada obstruksi paru kronis,
hiperparatiroidism, hipolipoproteinemia, limfa ansietas, penyakit
parenkim hati, malabsorbsi dan malnutrisi. (Kementrian Kesehatan RI,
2011h. 64)
2.5 Uraian Sampel
Serum darah atau plasma darah terdiri atas :
a. Air : 91 %
b. Protein : 8 % ( albumin,globulin,protrombin dan fibrinogen)
c. Mineral : 0,9 % ( natrium klorida,natrium bikarbonat, garam
kalsium,fosfor, magnesium dan besi ).
d. Bahan organik : 0,1 % (glukosa, asam amino,
kolesterol,hormon,enzim,gas oksigen dan karbon dioksida dan sel
darah)
2.6 Uraian Bahan
1. Air suling (Ditjen POM 1979, h. 96)
Nama : Aqua destillata
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
tidak mempunyai rasa.
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur :

2.7 Prosedur Kerja (Anonim, 2020)


a. Prosedur kerja pemeriksaan trigliserida
1) Penyiapan Serum
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge.
c. Disentrifug selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm.
d. Diambil serum darah.
e. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) Pengukuran absorban blanko
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dipipet 30 µL aquadest ke dalam kuvet.
c. Ditambahkan 3000 µL reagen RGT.
d. Diinkubasi pada suhu 370C selama 11 menit 30 detik.
e. Diukur absorbansi spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm.
3) Pengukuran absorban standar
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dipet 30 µL larutan standar ke dalam kuvet.
c. Ditambahkan 3000 µL reagen RGT.
d. Diinkubasi pada suhu 370C selama 11 menit 30 detik.
e. Diukur absorbansi spektrofotometer dengan panjang
gelombang 546 nm.
4) Pengukuran absorban sampel
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dipipet 30 µL serum darah ke dalam kuvet.
c. Ditambahkan 3000 µL reagen RGT. Diinkubasi pada suhu
370C selama 11 menit 30 detik.
d. Diukur absorban spektrofotometer dengan panjang gelombang
546 nm.
b. Prosedur kerja pemeriksaan HDL
1) Penyiapan Serum
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge.
c. Disentrifug selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm.
d. Diambil serum darah.
e. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) Pemeriksaan HDL dalam serum
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Disiapkan 3 buah tabung reaksi dan diberi label untuk blanko,
standar dan sampel.
c. Dibuat masing-masing formula berikut pada tiap tabung reaksi:
Blanko Standar Sampel
Aquadest 3000 µL
Standar - 40 µL
Sampel - 40 µL
Reagen (R1) 3000 µL 3000 µL 3000 µL
Reagen (R2) 1000 µL 1000 µL 1000 µL
d. Masing-masing tabung dihomogenkan, kemudian diinkubasi
selama 5 menit pada suhu 370C
e. Diukur absorban pada spektrofotomteri UV-Vis dengan panjag
gelombang 700 nm
BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu kuvet,
matamikro pipet, mikro pipet, pipet tetes, rak tabung, sentrifuge,
spektrefotometer, tabung reaksi, tabung sentrifuge, vial dan wadah
sampel darah berisi EDTA.
3.2 BahanPraktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
aquadest, aluminium foil, larutan standar trigliserida dan HDL, mata
mikropipet, reagen RGT, reagen HDL (1 dan 2), dan sampel darah
(serum).
3.3 Cara Kerja
1. Cara kerja pemeriksaan trigliserida
a. Penyiapan Serum
Disiapkan alat dan bahan, dimasukkan darah ke dalam
tabung sentrifuge. Kemudian disentrifuge selama ±15 menit
pada kecepatan 6000 rpm. Serum darah diambil dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. Pengukuran absorban blanko
Disiapkan alat dan bahan, dipipet 30 µL aquadest ke
dalam kuvet, kemudian ditambahkan 3000 µL regean RGT.
Diinkubasi pada suhu 370C selama 11 menit 30 detik dan
diukur absorban spektrofotometer dengan panjang gelombang
505 nm.
c. Pengukuran absorban sampel
Disiapkan alat dan bahan, dipipet 30 µL serum darah ke
dalam kuvet, kemudian ditambahkan 3000 µL reagen RGT.
Diinkubasi pada suhu 370C selama 11 menit 30 detik dan
diukur absorban spektrofotometer dengan panjang gelombang
505 nm.
2. Cara kerja pemeriksaan HDL
a. Penyiapan Serum
Disiapkan alat dan bahan, dimasukkan darah ke dalam
tabung sentrifug. Kemudian disentrifug selama ±15 menit
pada kecepatan 6000 rpm. Serum darah diambil dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. Pengukuran absorban blanko
Disiapkan alat dan bahan, dipipet 3000 µL aquadest ke
dalam kuvet. Diinkubasi pada suhu 370C selama 5 menit dan
diukur absorban spektrofotometer dengan panjang gelombang
600 nm untuk pengukuran reagen pertama (Abs 1) dan
panjang gelombang 700 nm untuk pengukuran reagen kedua
(Abs 2).
c. Pengukuran absorban sampel
Disiapkan alat dan bahan, dipipet 40 µL serum darah ke
dalam kuvet, kemudian ditambahkan 3000 µL reagenHDL.
Diinkubasi pada suhu 370C selama 5 menit dan diukur
absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
600 nm untuk pengukuran reagen pertama (Abs 1) dan
panjang gelombang 700 nm untuk pengukuran reagen kedua
(Abs 2).
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan


a. Tabel Pengamatan
Abs standar Abs sampel Kadar HDL(mg/dL)
R1 0,045 0,061 66,5
R2 0,039 0,054

Abs standar Abs Konsentrasi Kadar trigliserida


sampel standar (mg/dl) (mg/dl)
0,241 0,086 200 71,369

4.2 Pembahasan
Trigliserida adalah salah satu jenis lemak utama yang mengalir
di dalam darah manusia.Selain trigliserida, terdapat juga ‘kolesterol
baik’ (HDL) dan ‘kolesterol jahat’ (LDL).Jika terlalu banyak, trigliserida
akan menumpuk pada bagian-bagian tubuh seperti dinding pembuluh
darah dan hati. Lemak jenuh dan tidak jenuh termasuk dalam
kelompok trigliserida.Trigliserida sangat penting bagi manusia karena
tubuh memanfaatkan lemak ini sebagai energi.
Trigliserida merupakan penyebab dari beberapa penyakit seperti
hipertensi, stroke, dan arteriosklerosis. Dari beberapa sumber, Nilai
normal dari trigliserida berkisar 10-160 mg/dL darah. Jadi,bila terjadi
peningkatan dari trigliserida maka berakibat akan terjadinya
peningkatan pada VLDL yang menyebabkan terjadinya
hiperlipoproteina.
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk
mengetahui keadaan kolesterol dalam tubuh dan menentukan
konsentrasi atau kadartrigliserida dalam tubuh yang merupakan salah
satu penyebab penyakit-penyakit arteri.
Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu disiapkan sampel
dengan cara darah disentrifuge untuk memisahkan serum dengan sel-
sel darah. Dan adapun alasan penggunaan serum karena di bagian
serum terdapat asam lemak dalam hal ini trigliserida dan
albumin.Kemudian, serum yang telah dipisahkan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
Setelah sampel telah siap maka dilakukan pengujian dengan
cara yaitu pertama disiapkan larutan blanko lalu dipipet 20 µL
aquadest ke dalam kuvet lalu ditambahkan 1000 µL reagen RGT. Lalu
diinkubasi pada suhu 25̊C selama 20 menit.Kemudian diukur
absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
Setelah itu dilakukan pengukuran absorban standar dan pengukuran
absorban sampel dengan melakukan hal yang sama seperti pada
pengukuran absorban blanko, tapi pada pengukuran absorban standar
digunakan larutan standar sebagai pengganti aquadest. Dan untuk
pengukuran sampel digunakan serum sebagai pengganti aquadest.
Adapun alasan penambahan reagen RGT yaitu dimana reangen
RGT ini merupakan reagen spesifik dalam pengukuran trigliserida
yang dapat menampakkan cayaha pada alat spektrofotometer
ataupun mudah terbaca oleh alat spektofotometer. Kemudian
dilakukan inkubasi pada suhu 25°C agar reagen dan sampel dapat
homogen dengan baik ,sehingga pada saat pengukuran absorban
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Pada saat praktikum trigliserida sampel yang kita gunakan yaitu
sampel darah orang yang berpuasa dan sampel darah orang yang
tidak puasa. Dan alasan digunakannya sampel darah puasa karena
kandungan gizi dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi
akan diserap ke dalam aliran darah dan bisa memberikan dampak
langsung pada tingkat darah, kadar lemak dan besi.Sehingga
dianjurkan untuk puasa minimal selama 10-12 jam. Sedangkan bagi
sampel darah orang yang tidak berpuasa maka akan ditemukan
peningkatan kadar dalam darah, dan lemak yang bisa tinggi bahkan
memuncak, akibat makanan atau minuman yang telah dikonsumsi
sebelum pengambilan sampel darahnya. Hal inilah yang
menyebabkan mengapa sampel yang digunakan adalah sampel orang
puasa dan tidak dan untuk memastikan agar hasil pemeriksaan dapat
diinterpretasikan dengan benar oleh dokter.
Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang dapat ditemukan
dalam darah.Lipid merupakan zat lemak yang diciptakan dari kalori
ekstrak yang didapatkan dari makanan. Jika kita terlalu berlebih
mengkonsumsi kalori dari apa yang di butuhkan maka dapat
menyebabkan trigliserida yang berlebih dalam tubuh dan tinggi yang
dikenal juga dengan hipertrigliseridemia. Dan akanmenyebabkan
penyakit jantung, sindrom metabolik, sindrom sesak nafas, talasemia
mayor, dan hepatitis viral.
Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil kadar
trigliserida dari probandus yaitu 71,369 mg/dL dan nilai HDL adalah
66,5 mg/Dl. Salah satu penyebab tingginya kadar trigliserida adalah
karena kolesterol yang tinggi.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
nilai trigliserida yang didapat sebesar 71,369 mg/dL sesuai dengan
kadar trigliserida normal karena masuk dalam range trigliserida yaitu
<150 mg/dl. Sedangkan untuk nilai HDL adalah sebesar 66,5 mg/dL
makan nilai HDL tidak termasuk normal karna tidak masuk kedalam
range HDL yaitu 40-50 (laki-laki) dan 50-60 (perempuan).

5.2 Saran
Sebaiknya alat dan bahan dalam laboratorium dilengkapi agar
dalam praktikum tidak saling menunggu dan dapat meminimalisir
waktu yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2020. Penuntun Kimia Klinik Dasar. Tim Dosen Kimia Farmasi
UMI : Makassar.

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III., Departemen


Kesehatan, Jakarta.

Graha, K.C., 2010, Kolesterol, PT Elex Media Komputido: Jakarta.

Gunawan., 2007., Farmakologi dan Terapi Edisi 5., Departemen


Farmakologi dan Terapeutika Fakultas farmasi: UI : Jakarta

Hardjoeno 2003, Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik, Lembaga


Penerbitan Universitas Hasanuddin (Lephas), Makasar.
Kementrian Kesehatan RI 2011, Pedoman Interpretasi Klinik, Direktorat
Bina Kefarmasian, Jakarta.
Shargel, Leon., 2012., Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan Edisi
5., Airlangga University Press: Surabaya.

Tjay, Tan Hoan., 2007., Obat-Obat Penting Edisi 6, Elex Media


Komputindo –Gramedia: Jakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan :
1. Trigliserida
Dik. Absorbansi Standar : 0,241
Absorbansi Sampel : 0,086
Konsentrasi Standar : 200mg/dL
Dit. Nilai Trigliserida ….. ?
Penyelesaian :
Absorben sampel
Trigliserida = Absorban standar x Konsentrasi standar (g/dL)
0, 086
= x 200 mg/dL
0,241
= 71,369 mg/dL

2. HDL
Absorbansi Standar : 0,039 – 0,045 = -0,006
Absorbansi Sampel : 0,054 – 0,061 = -0,007
Konsentrasi Standar : 57mg/dL
Absorben sampel
HDL = x Konsentrasi standar (mg/dL)
Absorban standar
−0,007
= −0,006 x 57 mg/dL

= 66,5 mg/dL
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja

Pemeriksaan Trigliserida
a. Penyiapan Serum
Disiapkan alat dan bahan

Dimasukkan darah kedalam tabung sentrifuge

Disentrifuge selama ± 15 menit dengan kecepatan 6000 rpm

Diambil serum darah

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

b. Pengukuran absorban blanko


Disiapkan alat dan bahan

Dipipet 10 µL aquadest ke dalam kuvet

Ditambahkan reagen RGT sebanyak 1000 µL

Diinkubasi pada suhu 250C selama 20 menit


Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546
nm

c. Pengukuran absorban standar


Disiapkan alat dan bahan

Dipipet 10 µL larutan standar ke dalam kuvet

Ditambahkan reagen RGT sebanyak 1000 µL

Diinkubasi pada suhu 250C selama 20 menit

Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang


546 nm

d. Pengukuran absorban sampel


Disiapkan alat dan bahan

Dipipet 10 µL serum darah ke dalam kuvet

Ditambahkan reagen RGT sebanyak 1000 µL

Diinkubasi pada suhu 250C selama 20 menit


Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546
nm
PEMERIKSAAN PROTEIN TOTAL DAN

ALBUMIN DALAM SERUM


LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN

“PEMERIKSAAN PROTEIN TOTAL DAN ALBUMIN DALAM SERUM”

OLEH

NAMA : SANTY TRI WAHYUNI

STAMBUK : 15020170169

KELAS/KLP : C9C10/III (TIGA)

ASISTEN : WIDYA SUMARNI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

FAKULTAS FARMASI

MAKASSAR

2020
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu ruang lingkup kimia klinik kita membahas tentang
bagaimana pemeriksaan – pemeriksaan cairan atau kadar yang ada
didalam tubuh, baik itu berupa darah, urine, ataupun kadar protein
total. Di laboratorium beberapa rumah sakit kita temukan lebih banyak
melakukan pemeriksaan darah dibandingkan pemeriksaan urine,
dikarenakan darah dapat mewakili seluruh kondisi tubuh.
Di dalam tubuh, protein mempunyai peranan yang sangat penting.
Fungsi utama dari protein yaitu sebagai zat pembangun atau
pembentuk struktur sel, misalnmya untuk pembentukan kulit, otot,
rambut, membran sel, jantung, hati, ginjal, dan beberapa organ
penting lainnya dan protein juga berfungsi protein yang aktif.
Protein total terdiri dari albumin dan globulin. Albumin merupakan
protein plasma yang paling tinggi jumlahnya sekitar 60% dan memiliki
berbagai fungsi yang sangat penting bagi kesehatan yaitu
pembentukan jaringan sel baru, mempercepat pemulihan jaringan sel
tubuh yang rusak serta memelihara keseimbangan cairan di dalam
pembuluh darah dengan cairan di rongga interstitial dalam batas-
batas normal, kadaralbumin dalam darah 3,5-5 g/dL.
1.2 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari praktikum yaitu mengetahui kadar dan
interpretasi data dari protein totaldan mengetahui kadar dan
interpretasi data dari albumin.
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum yaitu :
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasiprotein total, menghitung
kadar, dan menginterpretasikannya.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi albumin, menghitung kadar
dan menginterpretasikannya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Nama “protein” berasal dari bahasa Yunani (greek). “primary,
holding first place” yang berarti menduduki tempat yang utama.
Mulder, seorang ahli kimia Belanda, mengisolasi susunan tubuh yang
mengandung nitrogen dan menamakannya protein terdiri dari
satuaan dasarnya yaitu asam amino (biasa di sebut juga unit
pembangun protein) (Kanisius, 2016 h.28).
Dalam proses pencernaan, protein akan dipecah menjadi satuan-
satuan dasar kimia, kemudian diserap dan dibawah oleh aliran darah
ke seluruh tubuh, dimana sel-sel jaringan mempunyai kemampuan
untuk mengambul asam amino yang diperlukan untuk kebutuhan
membangun dan memelihara kesehatan jaringan (Kanisius, 2016
h.29).
Protein terbentuk dari unsur-unsur organik yang hampir sama
dengan karbohidrat dan lemak yaitu terdiri dari unsur karbon,
hydrogen dan oksigen akan tetapi ditambah dengan unsur lain yaitu
nitrogen. Beberapa protein juga mengandung unsur-unsur mineral
yaitu fosfor, sulfur dan zat besi (Kanisius, 2016 h.28).
Protein mempunyai fungsi yang unik bagi tubuh :(Kanisius, 2016
h.33)
1. Protein menyediakan bahan-bahan yang penting peranannya untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
2. Protein bekerja sebagai pengatur kelangsungan proses di dalam
tubuh.
3. Memberikan tenaga, jika keperluannya tidak dapat dipenuhi oleh
karbohidrat dan lemak.
Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan kadar protein dalam
tubuh yaitu:(Lau.Edwin, 2009 h.35)
1. Pemilihan daging-dagingan sebagai sumber protein cenderung
meningkatkan kadar kolestrol darah dan resiko terkena penyakit
jantung serta kanker usus
2. Konsumsi rotein secara berlebihan akan meningkatkan pelepasan
kalsium dari dalam tubuh.
3. Peningkatan konsumsi protein membuat ginjal bekerja lebih berat.
Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk meningkatkan pasokan
cairan kedalam tubuh apabila mengomsumsi protein dalam jumlah
besar.
4. Karna sumber protein seperti daging, kacang dan produk susu juga
banyak mengandung lemak, secara total tubuhpun mengonsumsi
jumlah kalori yang besar. Dengan demikian, tanpa aktivitas berarti
protein juga dapat meningkatkan resiko kelebihan berat badan
serta obesitas.
Pemeriksaan total protein dalam serum digunakan metode
colorimetris (tes warna) yang prinsipnya adalah bahwa ion
Cu++bereaksi dengan protein dalam larutan alkali membentuk suatu
kompleks berwarna ungu. Serum adalah bagian cairan darah tanpa
factor pembekuan atau sel darah yang mengandung air, globulin,
albumin, asam amino, nutrisi, hormon, enzimdan gas. Serum dalam
kedokteran digunakan untuk tes diagnostik kadar protein, gula dan
kolesterol dalam darah (Haribi,2009, h.15).
Kadar protein total merupakankadar globulin dan albumin,
penurunankadar globulin disebabkan karena malnutrisi berat atau
penyakit gastrointestinal, sedangkan peningkatannya biasa
disebabkan karena terjadinya infeksi bacterial atau virus,
carsinomameta static maupun dehidrasi peningkatan kadar albumin
disebabkan terjadinya hemokonsentrasi dehidrasi, sedangkan
penurunan disebabkan malnutrisi ataupun penyakit akut maupun
kronis pada lever (Yazid,2000, h.39).
Albumin merupakan protein yang larut air, membentuk lebijh dari
50% protein plasma, ditemukan hamper de setiap jaringan tubuh.
Albumin diproduksi di hati, dan berfungsi untuk mempertahankan
tekanan koloid osmotic darah sehingga tekanan cairan vascular
(cairan di dalam pembuluh darah) dapat dipertahankan
(Indriasari,Devi, 2009 h.39)
Nilai Normal
Dewasa : 3,8 – 5,1 g/dL
Anak : 4,0 – 5,8 g/dL
Bayi : 4,4 – 5,4 g/dL
Bayi baru lahir : 2,9 – 5,4 g/dL
Peran utama albumin di dalam tubuh sangat penting yaitu
membantu pembentukan jaringan sel baru. Tanpa albumin, sel-sel
didalam tubuh akan sulit bergenerasi sehingga cepat mati dan tidak
berkembang. Albumin juga berperan penting dalam proses
penyembuhan luka. Didalam ilmu kedokteran, albumin biasa
dimanfaatkan untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh,
misalnya karna operasi atau pembedahan (Iriana. Irin, dkk, 2016 h.13)
Penurunan albumin serum (hipoalbuminemia) dapat menimbulkan
terjadinya edema karna gerakan air keluar dari ruang vascular dan
masuk keruang intertisial. Edema terlihat pada malnutrisi protein yang
terjadi karna penurunan produksi albumin (Horne, Mima M, 2010
h.46).
Penurunan albumin bisa juga disebabkan oleh :(Indriasari,Devi.
2009 h.39)
1. Berkurangnya sintesis (produksi) karna malnutrisi, radang
menahun, sindrom malabsorbsi, penyakit hati menahun, kelainan
genetic
2. Peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar luas,
penyakit usus, nefrotik sindrom (penyakit ginjal).
2.2 Prosedur Kerja (Anonim, 2020h. 15-19)
a. Protein total
1. Penyiapan Serum
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge.
c. Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm.
d. Diambil serum darah dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
2. Pengukuran Albumin dalam Serum
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Disiapkan 3 tabung reaksi dan diberi label untuk blanko,
standar dan sampel.
c. Dibuat masing-masing formula berikut pada tiap tabung
reaksi :
Blanko Standar Sampel
Aquadest 30 µL - -
Standar - 30 µL -
Sampel - - 30 µL
Reagen 3000 µL 3000 µL 3000 µL
Protein
d. Masing- masing tabung dihomogenkan, kemudian diinkubasi
selama 11 menit 30 detik pada suhu 370C
e. Diukur absorban spektrofotometri UV-Vis dengan panjang
gelombang 546 nm.
b. Albumin
1. Penyiapan Serum
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge.
c. Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm.
d. Diambil serum darah dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
2. Pengukuran Albumin dalam Serum
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Disiapkan 3 tabung reaksi dan diberi label untuk blanko,
standar dan sampel.
c. Dibuat masing-masing formula berikut pada tiap tabung
reaksi :
Blanko Standar Sampel
Aquadest 30 µL - -
Standar - 30 µL -
Sampel - - 30 µL
Reagen 3000 µL 3000 µL 3000 µL
Albumin

d. Masing- masing tabung dihomogenkan, kemudian


diinkubasi selama 10 menit pada suhu 250C
e. Diukur absorban spektrofotometri UV-Vis dengan panjang
gelombang 546 nm.
BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum yaitu mikropipet,
pipet, tabung sentrifuge, tabung reaksi, sentrifuge dan
spektrofotometer.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu
aluminium foil, aquadest, darah (serum), reagen Albumin, reagenTPR,
handscoon, dan tissue.
3.3 Cara Kerja
Protein Total
a. Penyiapan Serum
Disiapkan alat dan bahan, dimasukkan darah ke dalam tabung
sentrifug. Kemudian disentrifug selama ±15 menit pada kecepatan
6000 rpm.Serum darahdiambildan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
b. Pengukuran absorban blanko
Disiapkan alat dan bahan, dipipet 30 µL aquadest ke dalam
kuvet, kemudian ditambahkan 3000 µL regean TPR. Diinkubasi
pada suhu 370C selama 11 menit 30 detikdan diukur absorban
spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
c. Pengukuran absorban standar
Disiapkan alat dan bahan, dipipet 30 µL larutanstandar ke
dalam kuvet, kemudian ditambahkan 3000 µL regean TPR.
Diinkubasi pada suhu 370C selama 11 menit 30 detikdan diukur
absorban spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
d. Pengukuran absorban sampel
Disiapkan alat dan bahan, dipipet 30 µL serum darah ke dalam
kuvet, kemudian ditambahkan 3000 µL regean TPR. Diinkubasi
pada suhu 370C selama 11 menit 30 detikdan diukur absorban
spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
Albumin
a. Penyiapan Serum
Disiapkan alat dan bahan, dimasukkan darah ke dalam tabung
sentrifug. Kemudian disentrifuge selama ±15 menit pada kecepatan
6000 rpm.Serum darahdiambildan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
b. Pengukuran absorban blanko
Disiapkan alat dan bahan, dipipet 30µL aquadest ke dalam
kuvet, kemudian ditambahkan 3000µL regean albumin. Diinkubasi
pada suhu 250C selama 10menitdan diukur absorban
spektrofotometer dengan panjang gelombang546 nm.
c. Pengukuran absorban standar
Disiapkan alat dan bahan, dipipet 30 µL larutanstandar ke
dalam kuvet, kemudianditambahkan 3000 µL regean albumin.
Diinkubasi pada suhu 250C selama 10menitdan diukur absorban
spektrofotometer dengan panjang gelombang546 nm.
d. Pengukuran absorban sampel
Disiapkan alat dan bahan, dipipet 30 µL serum darah ke dalam
kuvet, kemudianditambahkan 3000 µL regean albumin. Diinkubasi
pada suhu 250C selama 10menitdan diukur absorban
spektrofotometer dengan panjang gelombang546 nm.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
TabelProtein Total
Absorbansi Absorbansi Konsentrasi Nilai
Standar Sampel standar(g/dL) (g/dL)
0,393 0,472 6 7,206

TabelAlbumin
Absorbansi Absorbansi Konsentrasi Nilai
Standar Sampel standar(g/dL) (g/dL)
1,022 0,802 5 3,923

4.2 Pembahasan
Albumin merupakan protein dalam plasma manusia yang larut
dalam air dan mengendap dalam pemanasan serta protein yang
tertinggi konsentrasinya dalam plasma darah.
Darah adalah cairan dalam tubuh yang mana fungsi utamanya
sebagain pengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh
tubuh, arah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi dan
mengangkut zat – zat sisa metabolisme serta mengandung berbagai
bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh
dari penyakit.
Serum adalah adalah bagian dari darah yang tidak mengandung
bahan pembekuan darah, sedangkan plasma adalah bagian dari
darah yang mengandung bahan pembekuan darah.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mengidentifikasi dan
menginterpretasikan kadar protein total dan albumin dalam serum.
Peningkatan konsentrasi protein total dalam darah dapat
disebabkan oleh infeksi kronis, hipofungsi kelenjar adrenal, kegagalan
fungsi hati, penyakit kolagen pada pembuluh darah, hipersensitif
(alergi), dehidrasi, penyakit saluran pernafasan (sesak nafas),
hemolysis dan leukemia. Sedangkan penurunan konsentrasi protein
total disebabkan oleh malnutrisi dan melabsorbsi, penyakit hati,
diarekronis maupun akut, terbakar, keseimbangan hormone, penyakit
ginjal (proteinuria), rendahnya konsentrasi albumin, rendahnya
konsentrasi globulin dan kebuntingan.
Peningkatan konsentrasi albumin disebabkan oleh dehidrasi.
Sedangkan penurunan konsentrasi albumin disebabkan oleh sirosis
hati, gagal ginjal kronis, luka bakar parah, malnutrisi berat, pre-
eklampsia, gangguan ginjal. kolitisulseratif, enteropati, kehilangan
protein dan malabsorbsi.
Penggunaan reagen TPR (total protein reagen) pada pemeriksaan
protein total karena reagen TPR merupakan reagen spesifik untuk
pemeriksaan protein total. Sedangkan penggunaan reagen albumin
karena reagen albumin merupakan reagen spesifik untuk pengukuran
albumin.
Padapercobaanpraktikum, hasil yang diperoleh pada pemeriksaan
kadar protein total adalah 7,206 g/dL. Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa hasil yang diperoleh di bawah range normal kadar total protein.
Dimana range protein total untuk orang dewasa yaitu 6,6-8,8 g/dL.
Pada percobaan praktikum, hasil yang diperoleh pada
pemeriksaan kadar albumin yaitu 3,923g/dL. Dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa hasil memenuhi range normal kadar albumin.
Dimana range kadar normal dari albumin yaitu untuk 3,5–5,0 g/dL dan
SI 35-50 g/dL.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pada pemeriksaan
protein total untuk tidak memenuhi range normal kadar total
proteindengannilai7,206 g/dL. Sedangkan pada pemeriksaan albumin
memenuhi range normal kadar albumindengannilai3,923g/dL.
5.2 Saran
Diharapkan selalu bimbingan dan arahan kepada praktikan oleh
para asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2020, “Penuntun Kimia Klinik Dasar”, Fakultas Farmasi UMI,
Makassar.

Horne, Mima, 2010. “keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa”.


EGC : Jakarta.

Haribi, Ratih, Sri Damayantidan Tri Hartiti, 2009,“Kelainan Fungsi Hati


dan Ginjal Tikus Putih Akibat Suplemen Tamas dalamP akan”,
Semarang Jurnal Kesehatan, Vol.2 No.2.

Indriasari,Devi. 2009. “100% sembuh tanpa dokter”. Pt pustaka


Grhatama : Yogyakarta.

Iriana.Irin, dkk. 2016. “Budidaya IkanGabus” PtPenebarSwadaya:


Bogor.

Kanisius, 2016. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. PT. Kanisus :Yogyakarta.

Lau.Edwin, 2009. “Super Sehat dalam 2 minggu”. Pt Gramedia Pustaka


Utama: Jakarta.

Yazid, M, Triyaw,Aris B,2000,”Penentuan Beberapa Parameter


Kimia”,Yogyakarta,ISSN 026.
LAMPIRAN
A. Skema kerja
Pemeriksaan Protein Total
1. Penyiapan serum
Disiapkan alat dan bahan

Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge

Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm

Diambil serum darah

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Pengukuran absorban blangko
Disiapkan alat dan bahan

Dipipet 30 µL aquadest ke dalam kuvet

Ditambahkan 3000 µL reagen TPR

Diinkubasi pada suhu 370C selama 11 menit 30 detik

Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang


546 nm
3. Pengukuran absorban standar
Disiapkan alat dan bahan

Dipipet 30 µL larutan standar ke dalam kuvet

Ditambahkan 3000 µL reagen TPR


Diinkubasi pada suhu 370C selama 11 menit 30 detik

Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang


546 nm
4. Pengukuran absorban sampel
Disiapkan alat dan bahan

Dipipet 30 µL serum ke dalam kuvet

Ditambahkan 3000 µL reagen TPR

Diinkubasi pada suhu 370C selama 11 menit 30 detik

Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang


546 nm
Pemeriksaan Albumin
1. Penyiapan serum
Disiapkan alat dan bahan

Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge

Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm

Diambil serum darah

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

2. Pengukuran absorban blangko


Disiapkan alat dan bahan
Dipipet 30 µL aquadest ke dalam kuvet

Ditambahkan 3000 µL reagen albumin

Diinkubasi pada suhu 250C selama 10 menit

Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang


546
nm
3. Pengukuran absorban standar
Disiapkan alat dan bahan

Dipipet 30 µL larutan standar ke dalam kuvet

Ditambahkan 3000 µL reagen albumin

Diinkubasi pada suhu 250C selama 10menit

Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang


546nm
4. Pengukuran absorban sampel
Disiapkan alat dan bahan

Dipipet 30µL serum ke dalam kuvet

Ditambahkan 3000 µL reagen albumin

Diinkubasi pada suhu 250C selama 10menit


Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
546 nm
B. Perhitungan
1. Protein Total
Dik : Absorbansi sampel = 0,472
Absorbansi standar = 0,393
Konsentrasi standar = 6 g/dL
Abs Sampel
Penyelesaian : Protein = X koensentrasi standar
Abs Standar
0,472
= X 6 g/dL
0,393

= 7,206 g/dL
2. Albumin
Dik : Absorbansi sampel = 0,802
Absorbansi standar = 1,022
Konsentrasi standar = 5 g/dL
Abs Sampel
Penyelesaian : Albumin = X koensentrasi standar
Abs Standar
0,802
= X 5 g/dL
1,022

= 3,923g/dL
PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT

DALAM SERUM
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN
“PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT DALAMSERUM”

OLEH

NAMA : NINING AKMANILASARI

STAMBUK : 15020170182

KELAS/KELOMPOK : C9C10/ IV (EMPAT)

ASISTEN : FAZRUL PERMADI, S.Farm., Apt

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di
rongga perut bagian kanan atas.Organ ini mempunyai peran yang
penting karena merupakan regulator dari semua metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak.Tempat sintesa dari berbagai
komponen protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum dan zat-zat
lain yang sangat vatal.Selain itu, juga merupakan tempat
pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat
pendetoksifikasi racun dan penghancuran (degradasi) hormon-
hormon steroid seperti estrogen.
Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel atau liver
function test adalah sekelompok tes darah yang mengukur enzim
atau protein tertentu di dalam darah anda. Tes fungsi hati umumnya
digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai dan memantau
penyakit atau kerusakan hati.Biasanya jika untuk memantau kondisi
hati, tes ini dilakukan secara berkala.Atau dilakukan juga ketika Anda
memiliki risiko perlukaan hati, ketika Anda memiliki penyakit hati,
atau muncul gejala-gejala tertentu seperti jaundice (ikterus).
AST/SGOT adalah enzim yang sebagian besar terdapat dalam
otot jantung dan hat, sebagian lagi ditemukan dalam otot rangka,
ginjal dan pancreas.Pelepasan enzim yang tinggi dalam serum
menunjukkan adanya kerusakan terutama pada jaringan jantung dan
hati.ALT/SGPT adalah suatu enzim yang ditemukan terutama pada
sel-sel hepar, efektif dalam mendiagnosa kerusakan hepatoseluler.
Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka tes
faal hati pun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak
dinilai. Dan ketika sel-sel atau jaringan hati mengalami kerusakan
dapat dilakukan pemeriksaan SGOT(Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase) dan SGPT(Serum Glutamic Piruvic Transaminase).
1.2 Maksud praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
pemeriksaan SGOT dan SGPT dalam serum serta
menginterpretasikan kemungkinan penyakit yang diderita.
1.3 Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan SGOT dalam serum
2. Mahasiswa mampu menghitung nilai SGOT dakam serum
3. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan
SGOT dalam serum
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Fungsi utama hati yaitu untuk pembentukan dan eksresi
empedu, metabolisme karbohidrat, metabolisme protein,
metabolisme lemak, penimbunan vitamin dan mineral, metabolisme
steroid, detoksifikasi, gudang darah dan filtrasi (Evelyn 2013, h. 476).
Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal dan
rangka bisa dideteksi dengan mengukur kadar SGOT. Pada kasus
seperti alkoholik, radang pankreas, malaria, infus lever stadium akhir,
adanya penyumbatan pada saluran empedu. Kerusakan otot jantung,
orang-orang yang selalu mengkonsumsi obat-obatan seperti
antibiotik dan obat TBC, kadar SGOT bisa meninggi, bahkan bisa
menyamai kadar SGOT pada penderita hepatitis (Bastiansyah, 2008.
h: 53)
Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan
distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat
dan nodul-nodul regenerasisi sel hati, yang tidak berkaitan dengan
vaskulatur normal.Nodul-nodul regenerasi ini dapat berukuran kecil
(mikronodular) atau besar (makronodular).Sirosis dapat mengganggu
sirkulasi darah intrahepatik dan pada kasus yang sangat lanjut,
menyebabkan kegagalan fungsi hati secara bertahap (Evelyn 2013,
h. 494).
Pankreas yaitu kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat
mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas
sentimeter, mulai dari duodenum sampai limpa dan dilukiskan
sebagai terdiri dari tiga bagian. Pankreas dilintasi saraf vagus, dan
dalam beberapa menit setelah menerima makanan, arus getah
pankreas bertambah.Kemudian, setelah isi lambung masuk ke dalam
duodenum, dua hormone, sekretin dan pankreozimin, dibentuk di
dalam mukosa duodenum dan merangsang arus getah pancreas
(Evelyn 2013, hhh. 251-253).
SGOT merupakan singkatan dari serum glutamic oxaloacetic
transaminase.Beberapa laboratorium sering juga memakai istilah AT
(aspartat aminotranferase). SGOT merupakan enzim yang tidak
hanya terdapat dihati, melainkan juga terdapat di otot jantung, otak,
ginjal dan otot-otot rangka (Bastiansyah, 2008. h : 53)
Aspartat aminotransferase (ASAT) atau glutamate oksalo-
asetat transferase (SGOT).Reaksi antara asam aspartat dan asam
alfaketoglutamat membentuk ASAT.Enzim ini lebih banyak
digunakan dijantung dari pada dihati, juga otot rangka, ginjal dan
otak. Apabila terjadi kerusakan pada hati, enzim ini akan masuk ke
sirkulasi darah sehingga bahan pemeriksaan dapat berupa serum.
(Kurniawan 2014, h. 76).
SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamik Piruvat
Transaminase , SGPT atau juga dinamakan ALT (Alanin
Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada
sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoselular.
Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal
dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi
daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan
pada proses kronis didapat sebaliknya(Raymond 2005, hh. 10-11).
Enzim Transaminase atau disebut juga enzim aminotransferase
adalah enzim yang mengkatalisis reaksi transaminasi.Terdapat dua
jenis enzim serum transaminase yaitu serum glutamat oksaloasetat
transaminase dan serum glutamat piruvat transaminase
(SGPT).Pemeriksaan SGOT adalah indikator yang lebih sensitif
terhadap kerusakan hati dibanding SGPT. Hal ini dikarenakan enzim
GOT sumber utamanya di hati, sedangkan enzim GPT banyak
terdapat pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak
(Cahyono, 2009. hh :11-15).
Enzim SGOT dan SGPT mencerminkan keutuhan atau
intergrasi sel-sel hati.Adanya peningkatan enzim hati tersebut dapat
mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. Makin tinggi
peningkatan kadar enzim SGOT dan SGPT, semakin tinggi tingkat
kerusakan sel-sel hati (Cahyono 2009. hh : 11-15).
SGOT atau AST harga normalnya pada laki-laki 5-17 U/L, pada
perempuan 5-15 U/L. SGOT dalam darah meninggi biasanya karena
ada hemolisis dan pada bayi baru lahir. Kenaikan 10-100 kali lipat
dari normal bila terjadi Infark yang disebabkan oleh otot jantung,
Hepatitis yang disebabkan oleh virus, Nekrosis yang disebabkan
oleh sel hati karena keracunan dan sirkulasi darah terganggu
sehingga dapat terjadi shock atau hipoksemia (Darmanto, 2001. hh :
60)
SGPT dalam darah harga normalnya pada laki-laki 5-23 U/L,
pada perempuan 5-19 U/L. SGPT dalam darah meningkat biasanya
karena ada hepatitis yang disebabkan oleh virus, nekrosis sel hati
karena keracunan, dan shock atau hipoksemia (Darmanto,2001. hh :
61)
2.2 Uraian Sampel
2.2.1 Darah
Komposisi Darah (Evelyn 2013, h. 158)
Air : 91,0%
Protein : 8,0% (albumin, globulin, protromblin dan
fibrinogen).
Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat,
garam kalsium, fosfor, magnesium, besi dan
seterusnya).
Bahan Organik : Glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin,
kolesterol dan asam amino.
2.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2020)
A. Pemeriksaan SGOT dalam serum
1) Persiapan serum
- Disiapkan alat dan bahan
- Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
- Disentrifuge selama + 15 menit pada kecepatan 6000 rpm
- Diambil serum darah
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2) Pengukuran absorban sampel
- Disiapkan alat dan bahan
- Dipipet 2400 µL reagen 1 (R1) SGOT dimasukkan kedalam
tabung reaksi
- Ditambahkan 300 sampel serum ke dalaam tabung reaksi
yang telah beirisi reagen 1 (R1)
- Diinkubasi selama 60 menit pada suhu 370 C
- Ditambahkan 600 µL reagen 2 SGOT, dihomogenkan
- Diinkubasi selamaa 11 menit 30 detik pada suhu 370 C
- Diukur absorban pada panjang gelombang 505 nm dengan
spektrofotometri UV-VIS (A1)
- Pengukuran diulangi pada menit ke 2 (A2), 3(A3), dan 4
(A4)
- Untuk blanko, dilakukan hal yang sama dengan mengganti
sampel serum dengan aquades sebanyak 300 mL
B. Pemerikasaan SGPT dalam serum
1) Persiapan serum
- Disiapkan alat dan bahan
- Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
- Disentrifuge selama + 15 menit pada kecepatan 6000 rpm
- Diambil serum darah
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2) Pengukuran absorban sampel
- Disiapkan alat dan bahan
- Dipipet 2400 µL reagen 1 (R1) SGPT dimasukkan kedalam
tabung reaksi
- gelombang 505 nm dengan spektrofotometri UV-VIS (A1)
- Pengukuran diulangi pada menit ke 2 (A2), 3(A3), dan 4
(A4)
- Untuk blanko, dilakukan hal yang sama dengan mengganti
sampel serum dengan aquades sebanyak 300 mL
BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu mikropipet,
tabung sentrifuge, tabung reaksi, sentrifuge dan spektrofotometer.
3.2 Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu sampel darah,
aquadest, reagen SGOT dan reagen SGPT.
3.3 Cara Kerja
A. Pemerikasaan SGOT dalam serum
1. Persiapan serum
Disiapkan alat dan bahan kemudian masukkan darah ke
dalam tabung sentrifuge setelah itu sentrifuge selama + 15 menit
pada kecepatan 6000 rpm kemudian ambil serum darah dan
masukkan ke dalam vial.
2. Pengukuran absorban blanko
Disiapkan alat dan bahan kemudian pipet 300 µL aquadest
ke dalam kuvet setelah itu tambahkan 2400 µL reagen SGOT
selanjutnya diinkubasi pada suhu 370 C selama 60 detik
kemudian ditambahkan 600 µL reagen SGOT selanjutnya
diinkubasi pada suhu 370 C selama 11 menit 30 detik setelah itu
diukur absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 505 nm.
3. Pengukuran absorban sampel
Disiapkan alat dan bahan kemudian pipet 300 µL serum ke
dalam kuvet setelah itu tambahkan 2400 µL reagen SGOT
selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C selama 60 detik
kemudian ditambahkan 600 µL reagen SGOT selanjutnya
diinkubasi pada suhu 370 C selama 11 menit 30 detik setelah itu
diukur absorbansi pada menit ke-2, ke-3 dan ke-4 pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 505nm.
B. Pemerikasaan SGPT dalam serum
1. Persiapan serum
Disiapkan alat dan bahan kemudian masukkan darah ke
dalam tabung sentrifuge setelah itu sentrifuge selama + 15 menit
pada kecepatan 6000 rpm kemudian ambil serum darah dan
masukkan ke dalam vial.
2. Pengukuran absorban blanko
Disiapkan alat dan bahan kemudian pipet 300 µL aquadest
ke dalam kuvet setelah itu tambahkan 2400 µL reagen SGPT
selanjutnya diinkubasi pada suhu 370 C selama 60 detik
kemudian ditambahkan 600 µL reagen SGPT selanjutnya
diinkubasi pada suhu 370 C selama 11 menit 30 detik setelah itu
diukur absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 505 nm.
3. Pengukuran absorban sampel
Disiapkan alat dan bahan kemudian pipet 300 µL serum ke
dalam kuvet setelah itu tambahkan 2400 µL reagen SGPT
selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C selama 60 detik kemudian
ditambahkan 600 µL reagen SGPT selanjutnya diinkubasi pada
suhu 370 C selama 11 menit 30 detik setelah itu diukur
absorbansi pada menit ke-2, ke-3 dan ke-4 pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 505 nm.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Pemeriksaan SGOT

Abs. Sampel Nilai (U/L)


A1 A2 A3 A4
0,789 0,502 0,22 0,085 0,502

Tabel 2. Pemeriksaan SGPT

Abs. Sampel Nilai (U/L)


A1 A2 A3 A4
0,896 0,653 0,405 0,203 0,495

4.2 Prinsip Reaksi


A. Prinsip SGOT
ASAT
L-aspartate + 2-oksoglutarat L-glutarat + oksaloasetat
MDH
Oksaloasetat + NADH + H+ D-malat + NAD+
B. Prinsip SGPT
ALAT
L-alanin + 2-oksoglutarat L-glutarat + piruvat
LDH
Piruvat + NADH + H+ L-latat + NAD+
4.3 Pembahasan
SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase ) merupakan
salah satu enzim yang yang berada dalam hati dan otot jantung, dan
sebagiannya lagi berada dalam pankreas, otot rangka dan ginjal.
Sedangkan SGOT (Serum Glutamic Oxaloasetic Transaminase)
merupakan salah satu enzim yang banyak berada dalam sel-sel hati.
AST/SGOT adalah enzim yang sebagian besar terdapat dalam
otot jantung dan hati, sebagiannya lagi ditemukan dalam otot rangka,
ginjal dan pancreas.Nilai AST serum yang tinggi ditemukan pada
infark miokard akut (IMA) dan kerusakan hepar. Setelah nyeri dada
hebat yang disebabkan oleh IMA, AST serum meningkat dalam 6
sampai 10 jam dan memuncak dalam 24-48 jam. Jika tidak terjadi
perluasan infark, nilai AST serum akan kembali normal dalam 4
sampai 6 hari. Pemeriksaan enzim jantung lainnya juga digunakan
dalam mendiagnosa IMA (mis, CPK, LDH).
ALT/SGPT, suatu enzim yang ditemukan terutama pada sel-sel
hepar, efektif dalam mendiagnosa kerusakan hepatoselular.Kadar
ALT serum dapat tinggi sebelum ikterik terjadi. Pada ikterik dan ALT
serum >300 unit, penyebab yang paling mungkin karena gangguan
hepar dan tidak gangguan hemolitik.
Berbagai penyakit dan infeksi dapat menyebabkan kerusakan
akut maupun kronis pada hati, menyebabkan peradangan, luka,
sumbatan saluran empedu, kelainan pembekuan darah, dan
disfungsi hati.Selain itu, alkohol, obat-obatan, dan beberapa
suplemen herbal, serta racun juga bisa memberikan ancaman. Jika
besarnya kerusakan cukup bermakna, maka akan menimbulkan
gejala-gejala seperti jaun dice, urine gelap, tinja berwarna keabuan
terang, pruritus, mual, kelelahan, diare, dan berat badan yang bisa
berkurang atau bertambah secara tiba-tiba. Deteksi dini penting
dengan diagnosis lebih awal guna meminimalisir kerusakan dan
menyelamatkan fungsi hati.
Pada percobaan ini dilakukan pemeriksaan SGOT dan SGPT
dalam serum bertujuan untuk menentukan nilai kadar SGOT dan
SGPT dalam serum darah dengan metode spektrofotometer.
Pada pemeriksaan SGOT, reagen I yang digunakan berisi TRIS
pH 7,65 110 mmol/liter, L-Aspartat 320 mmol/liter, MDH (Malat
Dehidrogenase) ≥800 U/liter, LDH (Laktat Dehidrogenase) ≥1200
U/liter. TRIS pH 7,65dalam reagen I berfungsi sebagai dapar yang
menjaga pH serum selama reaksi pemeriksaan ini supaya menjaga
kestabilan aktivitas ALT karena enzim sangat sensitif terhadap
perubahan pH. L-Aspartat berfungsi sebagai asam amino yang akan
diubah menjadi L-glutamat dengan dikatalisis oleh enzim aspartate
aminotransferase (AST). MDH (Malat Dehidrogenase) dan LDH
(Laktat Dehidrogenase) juga merupakan enzim yang akan
mengkatalisis reaksi selanjutnya dari produk yang dihasilkan dari
reaksi dengan katalisator ALT tadi.
Reagen II yang digunakan ini berisi 2-oksoglutarat 65 mmol/liter
dan NADH 1 mmol/liter. 2-oksoglutarat akan bereaksi dengan L-
Aspartat membentuk L-glutamat dan oxaloasetat dengan dikatalisis
oleh enzim AST. Enzim AST ini akan mengkatalisis pemindahan
gugus amino pada L-aspartat ke gugus keto dari alfa-ketoglutarat
membentuk glutamat dan oksalat. Selanjutnya oksaloasetat direduksi
menjadi malat.
Digunakan metode spektrofotometri untuk mengukur kadar
SGOT dan SGPT dalam serum, karena metode ini sangat cepat dan
mudah, namun kemungkinan dapat juga menghasilkan hasil yang
tidak akurat. Dimana digunakan spektrofotometri dengan panjang
gelombang 505 nm karena pada panjang gelombang tersebut
sampel akan memberikan serapan yang maksimum.
Alasan digunakan reagen SGOT karena reagen SGOT juga
merupakan reagen yang spesifik untuk pengukuran SGOT
dandilakukan inkubasi selama beberapa menit, hal ini dimaksudkan
agar reagen dan sampel dapat bercampur dengan baik. Sedangkan
digunakan reagen SGPT karena reagen SGPT juga merupakan
reagen yang spesifik untuk pengukuran SGPT dan dilakukan
inkubasi selama beberapa menit, hal ini dimaksudkan agar reagen
dan sampel dapat bercampur dengan baik.
Adapun alasan darah disentrifuge adalah untuk memisahkan
antara serum (lapisan atas) dan plasma (lapisan bawah).Alasan
digunakannya serum yaitu karena serum tidak lagi mengandung
fibrinogen, dimana fibrinogen ini terdapat pada plasma dan dapat
mengakibatkan pengukuran absorban meningkat 3-5 %.Dan alasan
diinkubasi yaitu agar seluruh reagen dapat bereaksi sempurna
dengan sampel.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil
pada pemeriksaan SGOT yaitu 0,502 U/L, dimana hasilnya tidak
masuk kedalam range karena nilai normal SGOT: 5-35 U/L.
Sedangkan pada pemeriksaan SGPT yaitu 0,495 U/L, dimana
hasilnya jugatidak masuk dalam range karena hasilnya dibawah
rangenilai normal SGPT 10-50 U/L.Kelainan ini mungkin disebabkan
oleh kekurangan vitamin seperti vitamin B6, hasil yang
rendah/dibawah nilai normal mungkin saja terjadi karena dilakukan
pada saat kadar SGOT atau SGPT sedang rendah didalam darah
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan beberapa kali.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil yang didapatkan untuk pemeriksaan SGOT atau enzim
aspartat aminotransferase yaitu sebesar 0,502 Unit per liter hal ini
menandakan dari hasil pengukuran absorbansi bahwa kadar SGOT
dalam darah yaitu tidak normal atau terjadi penurunan kadar.
Hasil pemeriksaan untuk SGPT atau enzim alanin
aminotransferase (ALT) dalam serum menunjukkan 0,495 unit per
liter mengindikasikan bahwa adanya enzim ALT dalam serum dan
tidak normal karena terjadi penurunan kadar dari nilai normalnya.
5.2 Saran
Diharapkanbimbingan dan arahan kepada para asisten pada
saat proses praktikum agar praktikum berjalan lancar dan
meminimalisir kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim2020, Tuntunan Praktikum Kimia Klinik, Universitas Muslim


Indonesia, Makassar.

Bastiansyah,E2008, Panduan Lengkap : Membaca Hasil Tes Kesehatan,


Penebar Plus, Jakarta.

Cahyono JBSB2009, Hepatitis A, Kanisius, Yogyakarta.

Chang, R2005, Kimia Dasar : Konsep – Konsep Inti Jilid 1, Erlangga,


Jakarta.

Darmanto, D2001, Seluk-Beluk Pemeriksaan Kesehatan (General Medical


Check Up) : Bagaimana Menyikapi Hasilnya, Pustaka Populer
Obor, Jakarta.

Kurniawan, FB2014, Kimia Klinik Praktikum Analisis Kesehatan,


EGC,Jakarta.

Pearce, EC 2013, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis, PT. Gramedia


Pustak Utama, Jakarta.
LAMPIRAN
1. Skema Kerja
Pemeriksaan SGOT/AST
1) Penyiapan serum
Siapkan alat dan bahan

Masukkan darah ke dalam tabung sentrifuge

Sentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm

Ambil serum darah

Masukkan ke dalam tabung reaksi


2) Pengukuran absorban blanko
Siapkan alat dan bahan

Tambahkan 2400 µL reagen 1 SGOT dimasukkan dalam tabung


reaksi

Diikunbasi selama 60 detik pada suhu 370 C

Tambahkan 300 µL reagen 2 SGOT ke dalam tabung reaksi yang


telah berisi reagen 1

Diikunbasi selama 11 menit 30 detik pada suhu 370 C

Ukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang


505 nm
Pemeriksaan SGPT/ALT
1) Penyiapan serum
Siapkan alat dan bahan

Masukkan darah ke dalam tabung sentrifuge

Sentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm

Ambil serum darah

Masukkan ke dalam tabung reaksi


2) Pengukuran absorban blanko
Siapkan alat dan bahan

Tambahkan 2400 µL reagen 1 SGPT dimasukkan dalam tabung


reaksi

Diikunbasi selama 60 detik pada suhu 370 C

Tambahkan 300 µL reagen 2 SGPT ke dalam tabung reaksi yang


telah berisi reagen 1

Diikunbasi selama 11 menit 30 detik pada suhu 370 C

Ukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang


505 nm
2. Perhitungan
SGPT
(0,896 − 0,653) + (0,653 − 0,405) + (0,405 − 0,203)
= x 2,143 (U⁄L)
3
= 0, 495 U⁄L
SGOT
(0,789 − 0,502) + (0,0,502 − 0,22) + (0,22 − 0,085)
= x 2,143 (U⁄L)
3
= 0, 502U⁄L

Anda mungkin juga menyukai