Anda di halaman 1dari 32

BAB III

PENERAPAN MODEL ADAPTASI SISTER CALISTA ROY


DALAM PROSES KEPERAWATAN

A. Proses Keperawatan Menurut Model Adaptasi Sister Calista Roy


Proses keperawatan yang telah dipaparkan oleh Roy terkait secara langsung dengan
melihat manusia sebagai sistem adaptif. Terdapat 6 tahap dalam proses keperawatan
menurut model adaptasi Roy.
1. Pengkajian perilaku
2. Pengkajian stimuli
3. Diagnosa keperawatan
4. Penetapan tujuan
5. Intervensi
6. Evaluasi (Roy & Andrews, 1999)
Berikut ini merupakan penjelasan dari tiap-tiap tahap pengkajian keperawatan menurut
model adaptasi Roy:
1. Tahap Pertama (Pengkajian Perilaku)
Perilaku dapat didefinisikan sebagai aksi dan reaksi manusia dalam keadaan
tertentu.Hasil dari pengkajian perilaku yang merupakan respon perilaku adaptif
maupun perilaku inefektif.Perilaku adaptif menunjukkan kualitas dari sistem adaptif
manusia dengan tujuan untuk kelangsungan hidup, repoduksi, penguasaan, dan
tranformasi manusia dan lingkungan.Perilaku inefektif artinya mengganggu atau tidak
memberikan kontribusi terhadap integritas (keutuhan).
Pengkajian perilaku (behavior) merupakan langkah pertama proses keperawatan
menurut model adaptasi Roy. Perilaku itu dapat diamati, diukur, dan dilaporkan secara
subjektif oleh seseorang, sehingga perilaku terdiri dari dua hal yaitu perilaku yang
dapat diobservasi dan perilaku yang tidak dapat diobservasi. Pengkajian tipe perilaku
yang dapat diobservasi diperoleh dengan cara dilihat, didengar, dan/atau diukur (Roy
& Andrews, 1999 dalam Alligood & Tomey, 2010).
Data perilaku meliputi empat mode adaptif, yaitu : 1) fisiologis, meliputi oksigenasi,
nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, proteksi, sensori/pengindraan, cairan dan
elektrolit, fungsi persyarafan, fungsi endokrin; 2) konsep diri, meliputi fisik diri dan

1
pribadi; 3) fungsi peran, meliputi proses transisi peran, perilaku peran, integrasi peran,
pola penguasaan peran, proses koping; 4) Interdependen, meliputi pola memberi dan
menerima, afeksi, pola kesendirian, strategi koping perpisahan dan kesendirian.

2. Tahap Kedua (Pengkajian Stimuli)


Stimulus didefinisikan sebagai yang mempengaruhi sebuah respon. Stimulus dapat
internal dan eksternal yang mencakup semua kondisi, keadaan dan mempengaruhi
sekeliling dan/atau mempengaruhi perkembangan dan perilaku seseorang. Secara
umum, kompenen yang mempengaruhi stimuli diantaranya adalah:
a. Budaya, sosial ekonomi, etnis, kepercayaan
b. Keluarga (struktur dan tugas)
c. Tingkat perkembangan (usia, sex, tugas, keturunan, faktor genetik, usia, visi)
d. Integritas dari mode adaptif. Psikologi (patologi penyakit), fisik ( sumber daya),
identitas diri, konsep diri; fungsi peran; mode interdependensi)
e. Level adaptasi
f. Efektivitas cognator dan innovator
g. Pertimbangan lingkungan.
Selain hal-hal yang disebutkan diatas, pengkajian stimuli juga meliputi identifikasi
dari stimulus fokal, kontekstual dan residual. Stimulus fokal adalah stimulus yang
langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap
individu, dengan kata lain merupakan stimulus internal atau eksternal yang dengan
sangat segera mempengaruhi individu. Stimulus kontekstual terjadi pada saat
sekarang, dimana mengurangi atau meningkatkan efek yang disebabkan oleh stimulus
fokal. Sedangkan Stimulus residual adalah faktor lingkungan lain yang muncul tanpa
hubungan yang jelas dengan fokal stimulus pada saat pengkajian berlangsung.

3. Tahap Ketiga (Diagnosa Keperawatan)


Diagnosa keperawatan didefinisikan dalam Model Adaptasi Roy sebagai proses
judgment yang dihasilkan dalam bentuk laporan yang menyampaikan status adaptasi
dari individu maupun kelompok. Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan
interpretatif tentang sistem adaptif manusia. Dalam model adaptasi Roy, diagnosa
keperawatan sebagai proses penilaian yang didapatkan dari kesimpulan status adaptasi
dari sistem adaptif manusia. Konsep dari diagnosa keperawatan dapat diaplikasikan
oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.Diagnosa

2
keperawatan merupakan pernyataan yang interpretasinya tentang sistem adaptasi
manusia (Roy, 2009).
Menurut Roy & Andrews, 1999 dalam Alligood & Tomey, 2010 diagnosa
keperawatan merupakan hasil proses pendapat dalam penyampaian pernyataan status
adaptasi seseorang. Penetapan diagnosa keperawatan dibuat dengan cara
menghubungkan antara perilaku (behavior) dengan stimulus. Ada tiga hal yang
mendukung penetapan diagnosa keperawatan yaitu:
1. Suatu pernyataan dari perilaku dengan stimulus yang sangat mempengaruhi.
2. Suatu ringkasan tentang perilaku dengan stimulus yang relevan
3. Penamaan/pemberian label yang meringkaskan pola perilaku ketika lebih dari satu
mode dipengaruhi oleh stimulus yang sama.

4. Tahap Keempat (Penetapan Tujuan)


Penetapan tujuan merupakan pembentukan pernyataan yang jelas dari keluaran
perilaku (behaviour outcomes) dalam asuhan keperawatan. Merupakan tujuan umum
dari intervensi keperawatan yaitu mempertahankan dan meningkatkan perilaku adaptif
dan merubah perilaku inefekif.Ada tiga hal yang dimuat dalam pernyatan tujuan
keperawatan yaitu perilaku (behavior), perubahan yang diharapkan (change expected),
dan kerangka atau rentang waktu (time frame).Setelah itu tujuan keperawatan jangka
panjang dan jangka pendek ditentukan.

5. Tahap Kelima (Intervensi)


Intervensi merupakan proses seleksi dari pendekatan keperawatan untuk meningkatkan
adaptasi dengan merubah stimuli atau penguatan dari proses adaptif. Menurut Roy &
Andrews, 1999 dalam Alligood & Tomey, 2010 tujuan dari intervensi keperawatan
adalah mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif serta merubah perilaku
tidak efektif menjadi perilaku adaptif. Intervensi direncanakan untuk mengelola
stimulus. Sebagai stimulus, intervensi berfokus bagaimana tujuan dapat dicapai. Fokus
intervensi adalah mengarah pada suatu stimulus yang mempengaruhi suatu perilaku.
Pengelolaan stimulus meliputi merubah, meningkatkan, menurunkan, memindahkan,
menghilangkan, dan/atau mempertahankannya. Merubah stimulus memperkuat
kemampuan mekanisme koping seseorang untuk berespon secara positif dan hasilnya
adalah perilaku adaptif.

3
Langkah dalam menyusun intervensi keperawatan meliputi penetapan atas empat hal
yaitu:
1. Apa pendekatan alternatif yang akan dilakukan.
2. Apa konsekuensi yang akan terjadi.
3. Apakah mungkin tujuan tercapai oleh alternatif tersebut.
4. Nilai alternatif itu diterima atau tidak. Intervensi keperawatan ini dilakukan
melalui kerjasama dengan orang lain (pasien, keluarga, dan tim kesehatan).

6. Tahap Keenam (Evaluasi)


Evaluasi merupakan proses penilaian efektivitas dari intervensi keperawatan dalam
hubungannya dengan perilaku dari sistem manusia baik individu maupun kelompok.
Oleh karena itu, evaluasi tersebut menjadi refleksi dari tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya.Untuk dapat menetapkan suatu intervensi keperawatan efektif
atau tidak maka perawat harus melakukan pengkajian perilaku berkaitan dengan
manejemen stimulus pada intervensi keperawatan tersebut (Roy & Andrews, 1999
dalam Alligood & Tomey, 2006).

B. Pengkajian Keperawatan dengan Aplikasi Model Konseptual Adaptasi Roy


Proses pengkajian keperawatan dengan aplikasi model adaptasi Roy terdapat empat mode
adaptasi. Keempat mode adaptasi tersebut menentukan apakah adaptasi merupakan respons
yang efektif atau tidak efektif terhadap stimulus.
1. Fungsi fisiologis
Mode fisiologis merupakan hubungan antara proses fisik dan kimia yang melibatkan
fungsi dan aktivitas mahkluk hidup. Inti utamanya adalah pemahaman tentang anatomi
dan fisiologi tubuh manusia dan juga patofisiologi dasar dari proses penyakit. Lima
kebutuhan diidentifikasi dalam modus relatif fisiologis sampai keutuhan fungsi
fisiologis: oksigenasi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, dan proteksi. Masing-masing
dari kebutuhan fisiologis melibatkan proses yang terintegrasi.
a. Oksigenasi
Perlu melibatkan kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan proses kehidupan dasar
terhadap ventilasi, pertukaran gas, dan transportasi udara. Oksigenasi mengacu
pada proses mempertahankan suplai oksigen dalam sel tubuh (Roy & Andrew,
1991; Vario, 1984; Roy, 1999).
1) Ventilasi

4
Ventilasi merupakan proses yang komplek dari pernafasan, terjadi pertukaran
udara paru-paru dengan udara bebas. Pengkajian perilaku yang perlu dikaji
adalah pola ventilasi, suara nafas dan pengalaman subyektif yang
berhubungan dengan pernafasan.Sedangkan pengkajian stimuli yang perlu
dikaji adalah struktur integritas, ada atau tidaknya trauma, dan pengobatan.
2) Pertukaran gas
Terjadinya pertukaran antara oksigen dan karbondioksidan di dalam membral
kapiler alveoli.Pengkajian perilaku yang perlu dikaji adalah konsentrasi
oksigen.Pengkajian stimuli yang harus dikaji adalah oksigen atmosfer dan
patologi panyakit.
3) Transport udara
Setelah terjadinya difusi yang melewati membrane capiler aveoli, oksigen
kemudian ditransfer ke jaringan untuk diserap.Pengkajian perilaku yang harus
dikaji adalah nadi, tekanan darah tes diaknostik, indikator
fisiologis.Sedangkan pengkajian stimuli yang harus dikaji adalah fungsi
jantung, hasil tes laboratorium, hasil pemeriksaan radiologi, pemeriksaan
ECG, condisi lingkungan dan faktor-faktor lainnya.
4) Proses kompensasi adaptif
Beruhubungan dengan sistem adaptasi seseorang ketika terjadi perubahan
lingkungan.
5) Hal-hal lain yang perlu dikaji adalah kaitannya dengan proses yang
membahayakan yang beruhungan dengan oksigenasi diantaranya adalah
hipoksia dan shock.
b. Nutrisi
Kebutuhan ini melibatkan rangkaian proses yang terintegrasi dan saling
berhubungan dengan pencernaan (proses menelan dan asimilasi) dan metabolisme
(persediaan energi, pembangunan jaringan dan pengaturan metabolism tubuh).
(Roy & Andrew, 1991; Servonsky, 1984a; Roy, 1999).Perhatian utama dari
pengkajian nutrisi adalah komposisi makanan yang dikonsumsi dan bagaimanya
metabolisme dalam tubuh.
1) Pencernaan
Pencernaan dapat didefinisikan dalam istilah umum sebagai suatu rangkaian
proses mekanik dan kimia mulai dari makanan masuk ke dalam tubuh dan
dipersiapkan untuk diabsorbsi. Pengkajian perilaku yang berhubungan dengan

5
pencernaan adalah pola makan, sensasi rasa dan bau, alergi makanan, nyeri
(nyeri telan), perubahan proses menelan. Sedangkan pengkajian stimulus
yang perlu dikaji adalah keutuhan dari struktur dan fungsi, pengobatan,
isyarat untuk menelan.
2) Proses metabolisme
Williams (1995) dalam Roy & Andrew (1999) mendeskripsikan metabolisme
sebagai suatu keseluruhan proses tubuh yang mencakup 3 hal dasar yang
harus dicapai yaitu: penyediaan sumber energy, membangun jaringan, dan
regulasi dari proses metabolism. Pengkajian perilaku dalam proses
metabolisme meliputi berat dan tinggi badan, nafsu makan dan rasa harus,
gambaran nutrisi, kondisi rongga mulut, dan indikator laboratorium yang
berhubungan. Sedangkan pengkajian stimuli yang perlu dikaji adalah
kebutuhan nutrisi, efeksititas sistem kognator, ketersediaan dari makanan,
budaya, kesadaran akan berat badan.
3) Kompensasi proses adaptif
4) Hal-hal yang membahayakan yang berhubungan dengan nutrisi diantaranya
obesitas, anoreksia.
c. Eliminasi
Kebutuhan eliminasi termasuk dalam proses fisiologis yang terlibat dalam
ekskresi sisa metabolisme terutama melalui usus dan ginjal (Roy & Andrew,
1991; Servonsky, 1984b; Roy, 1999).
1) Eliminasi usus
Perawatan yang adekuat dari saluran intestinal membutuhkan suatu fungsi
dari gastrointestinal yang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
peristaltic usus dan proses defekasi. Pengkajian perilaku yang berhubungan
dengan eliminasi usus meliputi karakteristik feses, bising usus, nyeri, hasil
laboratorium. Sedangkan pengkajian stimuli meliputi proses homeostasis
yang sempurna, datangnya penyakit, diet, intake cairan, lingkungan,
pengobatan dan penalataksanaan, kondisi yang menyakitkan (nyeri),
kebiasaan dalam eliminasi alvi, stres, keluarga dan budaya, tahap
perkembangan.
2) Eliminasi uri
Berhubungan dengan fungsi ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.Fungsi
dari sistem tersebut sangat penting untuk keseimbangan cairan dan

6
elektrolit.Pengkajian perilaku yang berhubungan dengan eliminasi uri adalah
jumlah dan karakteristik urin, frakuensi dan urgensi, nyeri, temuan
laboratorium.Sedangkan pengkajian stimuli terdiri dari datangnya penyakit,
keseimbangan cairan, faktor lingkungan secara langsung, pengobatan, nyeri
dan koping, pola eliminasi sehari-hari, stres, keluarga dan budaya, tahap
perkembangan.
3) Kompensasi proses adaptif
Kemampuan dalam melakukan kompensasi terhadap respon kebutuhan
eliminasi termasuk fungsi homeostatis secara otomatis dari regulator dan
volunteer, kesadaran, aktivitas kognator.
4) Hal-hal yang harus mendapat perhatian lebih adalah konstipasi dan retensi
urin.
d. Aktivitas dan istirahat
Kebutuhan akan keseimbangan dalam mobilitas dan tidur memberikan fungsi
fisilogis yang optimal dari semua komponen tubuh dan masa pemulihan dan
perbaikan. Aktivitas mengacu pada pergerakan tubh dan melayani berbagai
kebutuhan seperti melaksanakan aktivitas atau sehari-hari dan melindingi diri
sendiri dari kecelakaan tubuh. Tidur merupakan proses hidup dasar untuk istirahat
dimana sebagian besar kegiatan fisiologis tubuh melambat dan untuk
memungkinkan pembaharuan energy yang akan digunakan dalam aktivitas
selanjutnya.
1) Mobilitas: proses dan pengkajian
Mobilitas merupakan proses dimana seorang bergerak atau dipindahkan,
terjadi perubahan lokasi atau posisi. Pengkajian perilaku yang berhubungan
dengan mobilitas adalah aktivitas fisik, fungsi motorik, pengkajian
fungsional, masa dan tonus otot, kekeuatan otot, mobilitas persendian dan
postur tubuh.Sedangkan pengkajian stimulus yang perlu dikaji adalah kondisi
fisik, kondisi psikologis, lingkungan sekitar dan kebiasaan diri.
2) Tidur: proses dan pengkajian
Istirahat secara umum merupakan terjadi perubahan aktivitas yang
membutuhkan energy minimal. Pengkajian perilaku yang berhubungan degan
proses tidur adalah kulaitas dan kuantitas istirahat sehari-hari, pola tidur,
tanda-tanda kurang tidur. Sedangkan pengkajian stimulus yang perlu dikaji

7
adalah faktor lingkungan, stres fisik, tahap perkembangan, kondisi fisiologis,
lingkungan segera, penggunaan narkoba.
3) Kompensasi proses adaptif
Banyak strategi kompensasi untuk aktivitas dan istirahat diantaranya
pemahaman tentang mibilitas, proses istirahat dan tidur.Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah menggunakan umpan balik dalam gerakan, belajar respon
relaksasi.
4) Hal-hal yang harus mendapat perhatian lebih adalah disus sindrom dan
gangguan pola tidur.
e. Proteksi
Kebutuhan untuk perlindungan termasuk dua dasar proses kehidupan, proses
pertahanan nonspesifik dan proses pertahanan spesifik yang keduanya secara
bersama-sama dalam memberikan perlindungan tubuh dari substansi-substansi
luar seperti bakteri, virus, sel abnormal dalam tubuh dan transplantasi jaringan.
1) Pertahanan non spesifik: proses dan pengkajian
Komponen pertahanan non spesifik termasuk di dalamnya menjelaskan
proses dari pertahanan tersebut, surface membrane barriers, pertahanan
celuler dan kimia. Pengkajian perilaku yang berhubungan dengan proteksi
adalah riwayat, integritas kulit, rasa nyeri dan kondisi kulit yang terkait
dengan adanya luka operasi, rambut dan kuku, keringat dan suhu tubuh,
membrane mukosa, respons inflamasi, hasil laboratorium, sensitifitas untuk
nyeri dan suhu. Sedangkan pengkajian stimulus yang berhubungan dengan
proteksi adalah faktor lingkungan, mode integritas, efektivitas kognator, tahap
perkembangan.
2) Pertahanan spesifik: proses dan pengkajian
Pengkajian perilaku yang berhubungan dengan pertahanan spesifik adalah
indikasi respon imun, status imunologis, hasil laboratorium.Sedangkan
pengkajian stimulus yang berhubungan dengan pertahanan spesifik adalah
integrity of mode, tahap perkembangan, faktor lingkungan efektivitas
kognator.
Serta, adaptasi fisiologis proses komplek yang termasuk perasaan: cairan, elektrolit,
keseimbangan asam basa, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
1) Penginderaan

8
Meliputi pandangan, pendengaran, sentuhan, rasa dan bau memungkinkan seseorang
untuk berinteraksi dengan lingkungan, termasuk sensasi nyeri (Discroll, 1984; Roy &
Andrews, 1991; Roy, 1999). Sensasi termasuk proses dimana energy, seperti cahaya,
suara, panas, getaran mekanik, dan tekanan, ditransduksi menjadi aktivitas saraf yang
menjadi persepsi.
a. Penglihatan: proses dan pengkajian
Penglihatan merupakan proses yang komplek yang melibatkan struktur perifer
mata, jalur neuro visual, dan area visual dari kortek serebri dalam lobus okspital
otak. Pengkajian perilaku yang berhubungan dengan penglihatan adalah tes visual,
pemeriksaan fungsi visual, pemeriksaan internal.Pengkajian stimulus yang perlu
dikaji berkaitan dengan neuropatologis.
b. Pendengaran
Pendengaran dapat didefinisikan sama seperti sebuah proses yang komplek
dimana gelombang suara dapat dideteksi, ditransmisikan dan diinterpretasikan.
Pengkajian perilaku yang berhubungan dengan pendengaran adalah audiometric
dan tes diagnostik yang lain. Sedangkan pengkajian stimulus pada situasi
terjadinya gangguan atau kelemahan, perawat mengkaji pengalaman tentang
kehilangan atau terjadinya penurunan gangguan pendengaran
c. Perasaan
Perasaan merupakan istilah umum yang diberikan kepada sebuah proses yang
komplek dimana sensasi dari sistem somatosensori dideteksi, ditransmisikan, dan
diinterpretasikan. Pengkajian perilaku yang berhubungan dengan perasaan adalah
sensasi dan simetri. Sedangkan pengkajian stimulusnya adalah terjadinya
penurunan atau gangguan sementara atau permanen, gangguan yang baru didapat
atau sudah lama, gangguan lebih dari satu, pandangan seseorang tentang
kehilangan fungsi tersebut, efek pada lingkungan saat ini, tingkat dan kebutuhan
pengetahuan dan kesediaan untuk pengajaran.
2) Cairan, elektrolit dan keseimbangan asam basa
Proses secara menyeluruh yang berhubungan dengan cairan, elektrolit, dan
keseimbangan asam basa sangat diperlukan oleh sel, ekstraseluler dan fungsi sistemik
(Perley, 1984; Roy & Andrews, 1991; Roy, 1999). Komponennya asam basa terdiri
dari keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit dan asam basa.Pengkajian perilaku
yang berhubungan dengan cairan, elektrolit dan asam basa adalah oksigenasi, nutrisi,
eliminasi, aktivitas dan istirahat, proteksi, fungsi neurologis, hasil

9
laboratorium.Sedangkan pengkajian stimulus terdiri dari integritas mode fisiologis,
intervensi medis, efektivitas kognator, tahap perkembangan dan faktor lingkungan.
3) Fungsi neurologis
Saluran neurologis merupakan bagian integral dari regulator mekanisme koping
seseorang. Fungsinya untuk mengontrol dan mengkoordinasikan pergerakan tubuh,
kesadaran, dan proses kognitif emosi, dan juga mengatur aktivitas organ tubuh
(Robertson, 1984; Roy & Andrews, 1991; Roy, 1999).
a. Kognitif: prosess dan pengkajian
Sistem saraf pada manusia bekerja seperti suatu sistem pengendali seperti
interaksi dan respon atau tanggapan. Pengkajian perilaku yang berhubungan
dengan fungsi kognitif adalah input proses, proses utama, pengkodean,
pembentukan konsep, memori, bahasa, proses output, perencanaan dan respons
motorik. Sedangkan pengkajian stimulus berupa patofisiologi, level gas darah dan
hemoglobin, status nutrisi, aktivitas dan istirahat, stres, pengetahuan, lingkungan
fisik, mode konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependence.
b. Kesadaran: proses dan pengkajian
Kesadaran telah didefinisikan sebagai suatu kesadaran akan lingkungan internal
dan eksternal. Teori kesadaran mencakup dua komponen: gairah, awakeness
seseorang dan kesenangan atau kepuasan, merupakan interpretasi dari lingkungan
internal dan eksternal. Pengkajian perilaku yang berhubungan dengan kesadaran
adalah tingkat kesadaran, respons motorik, respon terhadap nyeri, orientasi dan
tingkat kesadaran atau perhatian, tanda-tanda vital. Sedangkan pengkajian
stimulus terbagi dalam situasional circumstances, status fisiologis, zat berbahaya,
penatalaksanaan medis dan patofiologi.
4) Fungsi endokrin
Sistem hormon dalam tubuh, berserta fungsi neurologis, untuk mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan fungsi tubuh.Aktivitas endokrin memainkan peran yang signifikan
dalam respon stres dan juga merupakan bagian dari coping regulator (Howard &
Velentine, 1984; Roy & Andrews, 1991; Roy & Andrews, 1999).Pengkajian perilaku
yang berhubungan dengan fungsi endokrin adalah oksigenasi, aktifitas dan istirahat,
nutrisi, keseimbangan cairan, elektroit dan asam basa, eliminasi, proteksi,
penginderaan, fungsi neurologis, struktur perkembangan, mode adaptive yang lain, test
laboratorium. Sedangkan pengkajian stimulus adalah tahap perkembangan, riwayat

10
keluarga, etnis, kondisi lingkungan, intervensi kesehatan, tingkat pengetahuan,
integritas mode yang lain.
2. Konsep diri-mode group identitas.
Mode konsep diri terdiri atas perasaan dan keyakinan individu pada waktu tertentu
yang mempengaruhi perilaku.Mode ini termasuk integritas psikis, fisik-diri, personal-
diri, konsistensi diri, ideal diri/harapan diri, diri moral-etika-spiritual, pembelajaran,
konsep diri internal, dan harga diri.
a. Pengembangan diri: proses dan pengkajian
Baik fisik dan diri pribadi berkembang sepanjang hidup seseorang. Untuk anak-
anak, perkembangan diri dipengaruhi oleh meningkatnya atau perkembangan
kapasitas fisik dan berfikir dan oleh interaksi dengan yang lain. Pengkajian
perilaku yang berhubungan degan pengembangan diri adalah sensasi tubuh, citra
tubuh.Pengkajian stimulus dapat berupa perkembangan fisik, tahap perkembangan
kognitif, interaksi dengan pemberi pelayanan, reaksi dari orang lain, maturational
crisis, presepsi dan skema diri dan strategi koping.
b. Fokus diri: proses dan pengkajian
Pengkajian perilaku berfokus pada perilaku nonverbal yaitu, ekspresi wajah, nada
dan suara, kontak mata.Pengkajian stimulus dapat berupa transaksi antara orang
dan lingkungan, berusaha untuk persatuan dan integritas/kesatuan, konfirmasi
melalui interaksi sosial, arti kesadaran orang dengan lingkungan, nilai atribut diri,
strategi koping.
c. Identitas diri: proses dan pengkajian.
Memperlajari identitas bersama melibatkan lebih dari sekedar mempelajari konsep
diri dan hubungan satu sama lain sebagai anggota kelompok. Pengkajian perilaku
terdiri dari persepsi lingkungan, orientasi kognitif dan perasaan, tujuan dan
nilai.Sedangkan assessment of stimuly adalah tuntutan dan jarak, lingkungan
sosial ekternal, kepemimpinan dan tanggung jawab.
3. Mode Fungsi peran
Fungsi peran mencakup peran, posisi, performa peran, penguasaan peran, integritas
sosial, peran primer, peran sekunder, peran tersier, danperilaku instrumentasl dan
ekspresif.
a. Pengembangan peran
Pengembangan peran mengacu proses penambahan peran baru sebagai salah satu
kematangan dalam kehidupan. Pengkajian perilaku yang berhubungan dengan

11
pengembangan peran adalah identifikasi peran dan instrumental serta ekspresif
perilaku. Pengkajian stimulus dapat berupa persyaratan, atribut fisik dan
kronologis usia, konsep diri dan kesejahteraan, pengetahuan dan perilaku yang
diharapkan, peran lain, role model, norma sosial.
b. Pengambilan peran: proses dan pengkajian
Role taking merupakan proses melihat atau antisipasi perilaku orang lain dengan
melihat ke dalam atribut yang lain. Pengkajian stimulus diantaranya adalah
penentu secara umum, pengaturan sosial, proses kognator, sumber daya kognitif
dan persepsi sosial.
c. Integrasi peran: proses dan pengkajian
Pengkajian perilaku yang berhubungan dengan integrasi peran adalah
mengintegrasikan peran melibatkan identifikasi pola yang efektif dari kinerja
peran untuk seorang individu atau kelompok.Pengkajian stimulus berupa ukuran
dan kompleksitas dari perangkat peran, proses kognator, tahap perkembangan
kelompok.
4. Model Interdependensi
Interdependensi mambahas kemampuan untuk mencintai, menghormati, dan menilai
orang lain dan berespon terhadap orang lain. Mode interdependensi mencakup
kecukupan afeksi, kasih sayang, orang terdekat, sistem pendukung,perilaku reseptif
dan perilaku yang menunjang.
a. Affectional adequacy
Affectional adequacy termasuk kerelaan dan kemampuan untuk memberikan dan
menerima dari segi aspek lain sebagai suatu pribadi, misalnya, cinta,
menghormati, nilai, pengasuhan, pengetahuan, ketrampilan, komitmen, bakat,
kepemilikan, waktu, loyalitas. Pengkajian perilaku yang berhubungan dengan
affectional adequacy adalah signifikansi lain dan sistem pendukung, memberi dan
menerima. Sedangkan pengkajian stimulus terdiri dari harapan, kemampuan
memelihara, tingkat penghargaan diri, ketrampilan komunikasi, kehadiran,
konteks, infrastruktur dan orang.
b. Developmental adequacy
Developmental adequacy mengacu pada proses yang terkait dengan pembelajaran
dan kematangan dalam hubungan timbal balik, baik individu itu sendiri (termasuk
dua orang) atau kolektif (termasuk keluarga, kelompok, asosiasi, organisasi, atau
jejaring). Pengkajian perilaku diantaranya tahap perkembangan, ketergantungan,

12
kemandirian.Pengkajian stimulus diantaranya tahap perkembangan, perubahan
yang signifikan, integritas konsep diri, pengetahuan tentang hubungan.
c. Sumber daya yang adekuat: proses dan pengkajian
Sumber daya yang adekuat sama seperti kebutuhan makanan, pakaian,
perlindungan, kesehatan dan keamanan yang dicapai melalui proses yang saling
ketergantungan, proses penting dalam mencapai integritas hubungan. Pengkajian
perilaku adalah integritas fisiologis dan fisik.Pengkajian stimulus terdiri dari
sumber daya moneter, bantuan dalam berhubungan.
5. Stimulus
Setiap orang dipengaruhi oleh stresor yang disebut stimulus.Kemampuan masing-
masing individu untuk beradaptasi terhadap stimulus yang terus berubah ditentukan
oleh tingkat adaptasi individu, yang merupakan titik yang terus berubah secara konstan
yang ditentukan oleh efek kolektif dari stimulus fokal, kontekstual dan rentang
residual yang dapat ditoleransi pada suatu waktu tertentu.

13
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS NEUROLOGI

A. Riwayat Penyakit.

Pasien masuk ke rumah sakit tanggal 10 Januari 2020 via IGD dengan keluhan tiba-
tiba bicara pelo, terasa lemes pada badan bagian kiri terutama ektremitas atas dan
bawah sejak 1 minggu yang lalu. 2 hari sebelumnya pasien merasa kesemutan dan baal
di kedua lengan dan kakinya, muntah 2 kali, sebelumnya pasien mengeluh sakit kepala
dan dibawa ke Dokter mendapatkan obat anti hipertensi ( catopril ). Pasien mempunyai
riwayat hipertensi ( TD= 200/120 mmhg ),saat di bawa ke dokter. Pasien juga rajin
kontrol ke Dokter karena riwayat hipertensinya sudah berlangsung cukup lama.
Riwayat penyakit lain seperti jantung dan DM tidak ada, sedangkan keluarga pasien
( bapak, dan kakaknya) mempunyai riwayat yang sama dengan pasien yaitu menderita
penyakit hipertensi.

Pengkajian Fokus
Hasil Pengkajian Tanggal 12-1-2020:
Data sabjektif :
- Keluarga mengatakan pasien mempunyai riwayat hipertensi
- Keluarga juga mengatakan pasien tidak bisa berbicara dengan baik
- Keluarga juga mengatakan pasien tidak bisa mengangkat atau menggerakkan kaki dan
tangannya sebelah kiri.

Data Objektif:
- Diagnosa medis : Stroke non haemoragika ( trombosis serebri )
- Kesadaran : Compos mentis
- Edema tidak ada
- Tanda-tanda dekubitus tidak ada
- Pasien bedrest di tempat tidur
- Terpasang oksigen 2 liter permenit
- Ektrimitas akral hangat
- Terjadi kelemahan pada ektremitas atas dan bawah sebelah kiri
- Pasien sulit untuk mengucapkan kata-kata ( terjadi gangguan bicara apasia wernik)
- Terpasang NGT sejak pertama dirawat

14
- Terpasang IVFD asering ( RL ) 16 tt/mt.
- Terpasang Kateter sejak pertama kali di rawat.
- Status Neurologis :
TIK Meningkat ( -)
Reflek fisiologis ++/++
++/++
Reflek patologis: - babinski = +/+
- chadok = -/-
- openheim = -/-
- gordon = -/-
- gorda = -/-
- Mororik 3333/2222
3333/2222

- N. Cranialis : parese N. VII dan N.XII


- Pemeriksaan jantung : Bj 1 dan 2 normal, gallop tidak ada, capillary refil 2-3 detik,
nyeri dada tidak ada, tanda-tanda vital : TD = 170/100 mmhg, N= 82 x/mt, RR=
22x/mt, S= 360C.

Pemeriksaan Penunjang
- Hasil EKG
Irama sinus ryteem, AXIS normal, rate 82 x/menit, QTS durasi 0.08 detik,
gelombang P normal, Q patologis tidak ada.
- CT-Scan kepala tanpa kontrras. Kesan = Infark serebri kecil dilobus temporari
kanan
Hasil laboratorium:
Tgl 10-01-2020 Tgl 12-01-2020 Nilai normal

HB 13,5 g/dl 11,7-15,5 gr/dl


HT 40% 35 – 47 %
Leukosit 10,3 ribu/ul 5,5-18 ribu/ul
Trombosit 174 ribu/ul 150-440 ribu/ul
Eritrosit 4,59 juta/ul
Kimia Klinik
Fungsi ginjal
Ureum darah 27 mg/dl 20-40 mg/al
Kreatinin 0,84 mg/dl 0,60-1,50 mg/dl
Diabetes

15
GDS 139 mg/d 70-140 mg/d
GDP 111 mg/dl 80-100 mg/dl
GD2PP 122 mg/dl 80-145 mg/dl
Elektrolit
Na 137 mmol/l 135-147 mmol/l
Kalium 4,20 mmol/l 135-147 mmol/l
Klorida 98 mmol/l 95-108 mmol/l
Hematologi
LED 20.00 mm/jam 0.0- 20.00 mm/jam
Kimia darah
Fungsi hati
Protein total 7,58 g/dl 6.00-8.00 g/dl
Albumin 4,13 g/dl 3,40-4,80 g/dl
Globulin 3,45 g/dl 2,50-3.00 g/dl
Bilirubin total 0,79 mg/dl 0,00-1.00 mg/dl
Bilirubin direk 0,17 mg/dl < 0,2 mg/dl
Bilirubin indirek 0,62 mg/dl < 0,6 mg/dl
Lemak
Trigliserida 111,7 mg/dl < 150 mg/dl
Kolesterol total 195,5 mg/dl < 200 mg/dl
Kolesterol HDL 44,4 mg/dl 37- 92 mg/dl
Kolesterol LDL 128 mg/dl < 130 mg/dl

Pengobatan :
- Roatal = 15 cc dalam asering 2x/2 jam
- Nicholin = 3 x 500 mg
- Catopril = 1x5 mg
- brain = 3 x 1 amp
- tromboaspilet =1x1
- Diet cair = 1700 kalori

B. Pengkajian Model Konseptual Roy pada kasus


Pengkajian perilaku Pengkajian stimulus Masalah kepera
(bisa menghambat atau mendukung kesehatan) Watan
Fungsional Kontekstual Residual
(stimulus (stimulus lain (stimulus

16
terdekat yang bisa yang tidak
penyebab menguatkan berhubunga
situasi muncul- stimulus n langsung
berhubungan fokal) dengan
dengan situasi)
fisiologi tubuh)
Model adaptasi fisiologi
Oksigenasi  Hipertensi  Riwayat ---  Ganguan
(berhubungan dengan lama Hipertensi perfusi jaringan
ventilasi, pertukaran gas, Trombosis di cerebral dengan
dan transpor gas): cerebri. keluarga faktor resiko
DS : ( Bapak & hipertensi,
 Keluarga mengatakan kakak gangguan
Pasien memiliki Klien ) transpor oksigen
riwayat hipertensi
 Keluarga mengatakan
Pasien tidak bisa
berbicara dengan baik
 Keluarga mengatakan
pasien tidak bisa
mengangkat atau
menggerakan kaki dan
tangannya sebelah kiri
DO :
 Diagnosa : stroke
nonhemoragic.
( Trombosis Cerebri )
 Hasil CT SCAN tanpa
kontras : Infark
Cerebri kecil di lobus
temporal kanan
 Pasien sulit untuk
mengucapkan kata
kata ( gangguan bicara

17
apasia Wernicke )
 Terjadi kelemahan
pada extremitas atas &
bawah sebelah kiri
 Permeriksaan fisik:
TD: 170/100 mmHg,
HR 82x/m
RR:22x/menit,reguler,
Suhu 36,5 celcius
 Oksigen nasal kanul 2
lpm

Nutrisi:  Adanya --- ---  Adaptif


(nutrisi untuk kelemahan
pertumbuhan, otot facialis
mempertahankan fungsi  kerusakan
organ, proses ingesti dan nervus VII
pencernaan makanan) dapat
DS : - menyebabk
DO : an
 Protein total : 7,58 penurunan
g/dl,Albumin : 4,13 indra
g/dl pengecap.
Globulin : 3,45 g/dl
 Hb : 13,5 gr/dl
 Pasien terpasang NGT
sejak awal masuk RS
 Edema : -

Eliminasi : -- -- --  Adaptif
(ekskresi dari ginjal
maupun dari pencernaan/
colon)

18
DS : -
DO :
 BAK terpasang cateter
urine sejak pertama
kali di rawat
 ureum : 27, kreatinin:
0,84.
Aktivitas dan istirahat:  Penurunan  Penurunan ---  Gangguan
(gagguan adaptasi fungsi kekuatan mobilitas fisik
berhubungan dengan motorik otot berhubungan
mempertahankan aktivitas karena dengan
dan istirahat) gangguan penurunan fungsi
DS : neuromusk motorik, dan
 Keluarga mengatakan ular kekuatan otot.
pasien tidak bisa
mengangkat atau
menggerakan kaki dan
tangannya sebelah
kiri.
DO :
 Terdapat kelemahan
pada extremitas atas
dan bawah sebelah kiri
 Aktivitas di tempat
tidur.
 Replek fisiologis: +
+/++
++/++
 Reflek Motorik :
3333/2222
3333/2222
 Reflek Babinski +/+
 Terpasang cateter
urine sejak awal
masuk
 Terpasang IV Line RL
16 tetes/menit

19
Proteksi: (fungsi  Penurunan ---  Ganggu  Resiko terjadi
integumen dan imunitas) mobilitas an luka tekan (Risk
DS : fisik bicara ( for pressure
 Keluarga Klien berkaitan Aphasi ulcer) dengan
mengatakan klien dengan a faktor resiko
tidak bisa mengangkat gangguan Wernic penurunan
atau menggerakan motorik. ke ) mobilitas fisik,
kaki dan tangannya
bagian sebelah kiri

DO :
 Klien Bedrest di
tempat tidur
 Edema tidak ada
 Tanda tanda decubitus
tidak ada
 Extremitas : akral
hangat
 Terjadi kelemahan
pada extremitas atas
dan bawah sebelah kiri
 Klien sulit untuk
mengucapkan kata
kata
 Motorik : 3333/2222
3333/2222
 Terpasang NGT
 Terpasang cateter
urine sejak pertama di
rawat
 Terpasang IVFD RL
16 tetes/menit
 Suhu: 36 celcius
 Albumin: 4,13g/dl

20
 HB 13,5 g/dl

beresiko terjadi dekubitus


bila tidak sering dilakukan
perubahan posisi.

Sensasi: --- --- --- Adaptif


(kemampuan panca indra:
melihat, mendengar,
meraba, mencencap,
membau).
 Tidak di temukan
data
Cairan dan elektrolit --- --- --- Adaptif
(keseimbangan cairan,
elektrolit,dan asam basa)

DS : -
DO :
 Klien terpasang NGT
 Klien terpasang
Cateter urine sejak di
rawat
 Hasil lab: Na: 137
mmol/l, K : 4,20
mmol/l, cl : 98
mmol/l
Fungsi neurologi (fungsi  Gangguan --- ---  Gangguan
koordinasi dan kontrol pada N.VII komunikasi
pergerakan tubuh, (facialis) verbal
kesadaran, kognitif, dextra berhubungan
emosi): menyebabk dengan
DS : an disartria, kerusakan sistem
 kerusakan saraf (N.VII)
 GCS : M: 6 E:4 V area
21
 Motorik Klien: wernicke
3333/2222
menyebabk
3333/2222
 Klien kesulitan an afasia
mengungkapkan kata
sensorik
kata
 parise N.VII dan N atau
XII d, hemiparesis
reseptif
atas bawah sinistra
 Reflex fisiologis : Dan N XII
++/++
++/++
 Reflek Babinski +/+
Fungsi endokrin --- --- ---  Adaptif
(mengatur dan koordinasi
fungsi tubuh):

 Klien tidak memiliki


riwayat penyakit DM,
hieprtiroid, dan
gangguan ednokrin
lainnya.

Mode adaptasi
interdependen
(ketergantungan
terhadap orang lain)
Orang terdekat:  Gangguan  Stimulus ---  Defisit self care
Kemampuan ADL: mobilitas pendukun (Kurang
DS : fisik g: kemampuan
 Keluarga Klien  Ada perawatan diri)
mengatakan klien keluarga berhubungan
tidak bisa mengangkat yang bisa dengan
atau menggerakan membantu gangguan
kaki dan tangannya klien. mobilitas fisik.
bagian sebelah kiri
bisa berbicara dengan
baik
 Keluarga mengatakan
22
pasien tidak bisa
berbicara dengan baik
DO :
 Aktivitas di tempat
tidur
 Terjadi kelemahan
pada extremitas atas
dan bawah sebelah kiri
 Terpasang IV line
 Terpasang cateter
urine
 TD : 170/100 Mmhg

Support system:

 Keluarga pasien
Mode adaptasi konsep
diri
Fisik (physical self),  Kelemahan ---  Klien  Gangguan Citra
gambaran diri, konsitensi fisik kesulita Tubuh
diri, ideal diri, moral, etik menyebabk n berhubungan
an komunik dengan adanya
 Klien mengalami gangguan asi kelemahan fisik
kesulitan bicara. physical dengan anggota tubuh
 Klien mengalami self perawat bagian kiri
kelemahan pada dan
anggota tubuh bagian keluarga
kiri dan gangguan
bicara, sehingga
kemungkinan klien
merasa sedih dengan
penampilan
diri/fisiknya.
Kelemahan tersebut
membuat klien
23
menjadi tidak berdaya/
tidak mampu lagi
untuk beraktualisasi
diri.
Mode adapatasi fungsi
peran
Peran primer:  Kelemaha  Support ---  Gangguan
Tahapan klien dalam n fisik sistem penampilan
tumbuh kembang (anak, menyebab yang peran
dewasa, lansia, dll) kan menduku berhubungan
 Klien saat ini berada ketergantu ng dengan
pada tahap usia ngan ketergantungan
dewasa yang dengan klien dengan
seharusnya masih orang lain. orang lain.
bisa bekerja.
Peran sekunder:
Peran klien dalam
keluarga (misal: sebagai
ayah, anak, ibu,dll)
 Data tidak ada
 Selama sakit peran
klien akan terganggu
karena klien lebih
tergantung dengan
orang lain dalam
memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari.
Peran tersier:
Peran klien dalam
masayarakat (misal:
sebagai anggota ormas,
dll).
 Ketika klien dirawat di
rumah sakit peran
dalam kehidupan

24
masyarakat berkurang.

C. Diagnosa utama:

1. Ketidak efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan transport


oksigen
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan, kendali otot
3. Hambatan Komunikasi Verbal berhubungan dengan perubahan pada sistem
neuromuskular facial
4. Defisit self care (Kurang kemampuan perawatan diri) berhubungan dengan gangguan
mobilitas fisik.
5. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan adanya kelemahan fisik anggota tubuh
bagian kanan
6. Gangguan penampilan peran berhubungan dengan ketergantungan klien dengan orang
lain.

D. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa NOC NIC


o Keperawatan
1. Ketidak- Perfusi jaringan cerebral Peningkatan perfusi serebral
efektifan Aktivitas:
perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor prothrombine time
jaringan keperawatan, pasien (PT) dan partial
serebral menunjukan perfusi jaringan tromboplastion time (PTT)
berhubungan serebral yang dibuktikan 2. Berikan agen rheologis (mis,
dengan oleh indikator: manitol dosis rendah atau
gangguan - Tekanan intrakranial, dekstran dg berat melekul
transport tekanan darah sistolik, yang kecil)
oksigen tekanan darah diastolik, 3. Pertahankan level glukosa
nilai rata-rata tekanan darah dalam batas normal
darah berada dalam 4. Konsultasikan dengan dokter
rentang deviasi ringan untuk menentukan tinggi
dari kisaran normal atau kepala tempat tidur yang
tidak ada deviasi dari optimal dan monitor respon
normal pasien terhadap pengaturan

25
posisi kepala
5. Hindari fleksi leher atau fleksi
panggul/lutut yang ekstrem
6. Pertahankan PCO2 pada level
25 mmHg atau lebih
7. Monitor status neurologis
8. Monitor parameter pengiriman
oksigen jaringan (mis; PaCO2,
SaO2, dan level hemoglobin
dan curah jantung), jika
tersedia
9. Monitor nilai laboratorium
adanya perubahan oksigenasi
atau keseimbangan asam basa
sesuai kebutuhan
10. Monitor intake output

2. Hambatan Penampilan mekanik Terapi latihan ; Mobilitas sendi


Mobilitas Fisik tubuh: pergerakan sendi: Aktivitas:
berhubungan pasif 1. Tentukan batasan pergerakan
dengan sendi dan efeknya terhadap
penurunan Setelah dilakukan tindakan fungsi sendi
kekuatan, keperawatan pasien 2. Kolaborasikan dengan ahli
kendali otot menunjukan penampilan terapi fisik dalam
mekanik tubuh ; pergerakan mengembangkan dan
sendi: pasif dengan menerapkan sebuah program
indikator: latihan
Pergerakan jari kanan, 3. Tentukan level motivasi pasien
pergelangan tangan kanan, untuk meningkatkan atau
siku kanan, bahu kanan, memelihara pergerakan sendi
pergelangan kaki kanan, 4. Jelaskan pada pasien atau
lutut kanan, panggul kanan keluarga manfaat dan tujuan
sedikit terganggu atau tidak melakukan latihan sendi
terganggu. 5. Lindungi pasien dari trauma

26
selama latihan
6. Bantu pasien mendapatkan
posisi tubuh yang optimal untuk
pergerakan sendi pasif maupun
aktif
7. Dukung latihan ROM pasif dan
ROM dengan bantuan sesuai
indikasi
8. Instruksikan pasien/keluarga
cara melakukan latihan ROM
pasif, ROM dengan bantuan
atau ROM aktif
9. Bantu pasien untuk membuat
jadwal latihan ROM aktif
3. Hambatan Komunikasi: Ekspresif Mendengar Aktif
Komunikasi Aktivitas:
Verbal Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan perilaku nonverbal
berhubungan keperawatan pasien untuk memfasilitasi komunikasi
dengan menunjukan 2. Pertimbangkan arti pesan yang
perubahan KomunikasiEkspresifdengan ditunjukan melalui perilaku,
pada sistem indikator: pengalaman sebelumnya dan
neuromuskular -Menggunakan bahasa yang situsasi saat ini
facial tertulis, vokal dan esofagus 3. Klarifikasi pesan yang diterima
-Kejelasan berbicara dengan menggunakan
-Menggunkan foto dan pertanyaan maupun
gambar memberikan umpan balik
-Menggunakan bahasa non 4. Gunakan interaksi berkala untuk
verbal/isyarat mengeplorasikan arti dari
-Mengarah pesan pada perilaku pasien
penerima yang tepat.
Peningkatan komunikasi ;
Keterangan : gangguan berbicara
1. Sangat terganggu Aktivitas:
2. Banyak terganggu 1. Monitor proses kognitif,

27
3. Cukup terganggu anatomis dan fisiologis terkait
4. Sedikit terganggu kemampuan berbicara.
5. Tidak terganggu. 2. Monitor pasien terkait dengan
perasaan frustasi, kemarahan,
depresi atau respon lain
disebabkan karena gangguan
bicara
3. Sediakan metode alternatif
untuk berkomunikasi dengan
berbicara (mis. Menulis dimeja,
menggunakan kartu, kedipan
mata, dll)
4. Ulangi apa yang disampaikan
pasien untuk menjamin akurasi
5. Ungkapan pertanyaan dimana
pasien dapat menjawab dengan
menggunakan jawaban
sederhana ya atau tidak.
6. Kolaborasi bersama keluarga
dan ahli/terapis bahasa
patologis untuk
mengembangkan rencana agar
bisa berkomunikasi secara
efektif.

  Prinsip-Prinsip Etik

1. Otonomi (Autonomy)

Autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini sebagai dasar perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan cara menghargai pasien, bahwa pasien adalah

28
seorang yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Perawat harus melibatkan pasien
dalam membuat keputusan tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien.

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain.

Aplikasi pada kasus ini adalah perawat sebelum melakukan tindakan memberitahukan
terlebih dahulu tindakan yg akan di berikan , tujuan pemberian, efek samping, bila ada dan
pilihan.tempat penyuntikan ( Sebelum memberikan therafi IV Perawat menjelaskan
terlebih dahulu )

1. (Beneficience)

Prinsip beneficience ini oleh Chiun dan Jacobs (1997) didefinisikan dengan kata lain doing
good yaitu melakukan yang terbaik . Beneficience adalah melakukan yang terbaik dan
tidak merugikan orang lain , tidak membahayakan pasien . Apabila membahayakan, tetapi
menurut pasien hal itu yang terbaik maka perawat harus menghargai keputusan pasien
tersebut, sehingga keputusan yang diambil perawatpun yang terbaik bagi pasien dan
keluarga. Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau
kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi. Dalam contoh ini
Pasien tidak langsung ke Rumah Sakit saat gejala awal Stroke timbul , peran di sini
melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait hal tersebut dan di dokumentasikan
di CEPT dan di tanda tangani pleh pasien/keluarga

2. Justice

Setiap individu harus mendapatkan tindakan yang sama, merupakan prinsip dari justice
(Perry and Potter, 1998 ; 326). Justice adalah keadilan, prinsip justice ini adalah dasar dari
tindakan keperawatan bagi seorang perawat untuk berlaku adil pada setiap pasien, artinya
setiap pasien berhak mendapatkan tindakan yang sama. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk
terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral,
legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat

29
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

Sebagai contoh dari penerapan tindakan justice ini adalah perawat memberikan penjelasan
tentang pentingnya mobilisasi dini kepada pasien di ruang VIP maupun kelas III, apabila
perawat hanya memberikan kesempatan salah satunya maka melanggar prinsip justice ini.

3. Tidak Merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien. kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cidera.
Prinsip : Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkab nyeri
atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai
perasaaan orang lain.

Dalam hal ini tidak di temukan pelanggaran terkait hal tersebut

4. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi


pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan
materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti
jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan
paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

Perawat dalam bekerja selalu berkomunikasi dengan pasien, kadang pasien menanyakan
berbagai hal tentang penyakitnya, tentang hasil pemeriksaan laboratorium, hasil
pemeriksaan fisik seperti, “berapa tekanan darah saya suster?”, bagaimana hasil
laboratorium saya suster?’ dan sebagainya. Hal-hal seperti itu harusnya dijawab perawat

30
dengan bener sebab berkata benar atau jujur adalah pangkal tolak dari terbinanya hubungan
saling percaya antar individu dimanapun berada.

Prinsip ini dilanggar ketika kondisi pasien memungkinkan untuk menerima jawaban yang
sebenarnya tetapi perawat menjawab tidak benar misalnya dengan jawaban ; hasil ukur
tekanan darahnya baik, laboratoriumnya baik, kondisi bapak atau ibu baik-baik saja,
padahal nilai hasil ukur tersebut baik buruknya relatif bagi pasien.

5. Menepati Janji (Fidelity)

Sebuah profesi mempunyai sumpah dan janji, saat seorang menjadi perawat berarti siap
memikul sumpah dan janji. Hudak dan Gallo (1997 : 108), menjelaskan bahwa membuat
suatu janji atau sumpah merupakan prinsip dari fidelity atau kesetiaan. Dengan demikian
fidelity bisa diartikan dengan setia pada sumpah dan janji. Chiun dan Jacobs (1997 : 40)
menuliskan tentang fidelity sama dengan keeping promises, yaitu perawat selama bekerja
mempunyai niat yang baik untuk memegang sumpah dan setia pada janji.

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap


orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen
yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

Prinsip fidelity menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada komitmennya, yaitu
kewajiban memperatankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien yang
meliputi menepati janji dan menyimpan rahasia serta caring (Sitorus, 2000 : 3). Prinsip
fidelity ini dilanggar ketika seorang perawat tidak bisa menyimpan rahasia pasien kecuali
dibutuhkan, misalnya sebagai bukti di pengadilan, dibutuhkan untuk menegakan kebenaran
seperti penyidikan dan sebagainya.

Penerapan prinsip fidelity dalam praktik keperawatan misalnya, seorang perawat tidak
menceritakan penyakit pasien pada orang yang tidak berkepentingan, atau media lain baik
diagnosa medisnya (Carsinoma, Diabetes Militus) maupun diagnosa keperawatanya
(Gangguan pertukaran gas, Defisit nutrisi). Selain contoh tersebut yang merupakan rahasia
pasien adalah pemeriksaan hasil laboratorium, kondisi ketika mau meninggal dan
sebagainya.

31
6. Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi
tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien
diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan
tenaga kesehatan lain harus dihindari.

7. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

32

Anda mungkin juga menyukai