Anda di halaman 1dari 85

PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE

PEKERJAAN PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN


SUPERVISOR)
ESKALATOR (SSLE)

MODUL
SSLE – 07 : METODE PEMASANGAN LIFT
DAN ESKALATOR

2006

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN
KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
Modul SSLE-07: Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

KATA PENGANTAR

Modul ini membicarakan mengenai Metode Pemasangan Lift dan Eskalator


yang merupakan salah satu modul dari seluruh modul yang harus dikuasai oleh
Peserta Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan
Instalasi Lift & Eskalator.

Penulisan dan penyusunan buku ini disesuaikan dengan posisi pelatihan, dimana
Para Peserta Pelatihan ini bukanlah mereka yang masih awam dalam hal
pekerjaan Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator.

Tentu saja buku ini bukan buku yang sudah sempurna, melainkan masih cukup
banyak kekurangan yang tidak kami sadari namun sebagai panduan seorang
Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator
dirasakan telah memenuhi dari cukup.

Masukan-masukan demi penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan dan


terima kasih atas koreksi dan masukannya.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator
i
Modul SSLE-07: Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator
ii
Modul SSLE-07: Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

LEMBAR TUJUAN

MODUL PELATIHAN : Pelatihan Pengawas Lapangan (Site


Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan
Eskalator (SSLE)

MODEL PELATIHAN : Lokakarya Terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :


Mampu melakukan pengawasan pekerjaan pemasangan instalasi pesawat lift dan
ekskalator dalam gedung sesuai dengan spesifikasi teknis, gambar perencanaan
dan mutu yang dipersyaratkan sampai diserah terimakan kepada pemilik.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :

Pada akhir pelatihan peserta mampu :


1. Menerapkan sistem manajemen K3.
2. Menerapkan peraturan dan standar nasional.
3. Menjelaskan pengenalan sistem transportasi vertikal.
4. Mengawasi pemasangan komponen instalasi dan pengamanan.
5. Menjelaskan Instalasi Daya Kendali dan Proteksi
6. Menjelaskan dasar-dasar teknik kelistrikan dan mekanikal.
7. Menjelaskan metode pemasangan lift dan eskalator.
8. Menjelaskan teknik pemeriksaan dan uji coba lift dan eskalator.
9. Menjelaskan riksa uji lift dan eskalator.
10. Menjelaskan proyek dan karakteristiknya.
11. Mengendalikan proyek (PDCA).
12. Membuat teknik pelaporan.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator
iii
Modul SSLE-07: Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

NO. DAN JUDUL MODUL : SSLE - 07 METODE PEMASANGAN LIFT DAN


ESKALATOR

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mempelajari modul, peserta mampu memahami dan menerapkan metode
pemasangan lift dan eskalator sesuai ketentuan dokumen kontrak sebagai acuan
dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan lift dan ekskalator sesuai peraturan
yang berlaku sehingga layak difungsikan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Pada akhir pelatihan peserta mampu :
1. Memahami pekerjaan persiapan lapangan
2. Memahami uraian kerja (job description) dan personil
3. Memahami jadwal urutan kerja (bar chart) dan network planning (NWP)
4. Memahami metode pemasangan rel
5. Memahami perakitan komponen-komponen lift
6. Memahami kereta, rangka dan pintu
7. Memahami pengawatan (Wiring)
8. Memahami percobaan jalan (test run)
9. Memahami keselamatan kerja

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator
iv
Modul SSLE-07: Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
LEMBAR TUJUAN ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN
MODUL PELATIHAN PENGAWAS
LAPANGAN (SITE SUPERVISOR)
PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN
ESKALATOR (SSLE) .................................................................. v
DAFTAR MODUL ........................................................................................ vi
PANDUAN INSTRUKTUR ........................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1


BAB II PERSIAPAN LAPANGAN ....................................................... 3
BAB III SUSUNAN PELAKSANA ....................................................... 5
BAB IV GAMBAR KERJA (Shop drawing) ................................................ 9
BAB V JADWAL (Time Schedule) ....................................................... 15
BAB VI REL PEMANDU (Guide rails) ....................................................... 18
BAB VII PINTU LANTAI (Landing entrances) ............................................. 27
BAB VIII KERETA DAN BOBOT IMBANG .................................................. 31
BAB IX TALI BAJA (Steel wire rope) ....................................................... 35
BAB X MESIN TRAKSI ............................................................................. 39
BAB XI PENGAWATAN (Field Wiring) ...................................................... 44
BAB XII PERCOBAAN JALAN (Test Run) ............................................ 51
Lampiran 1 Uraian Kerja (Job Description)

5
7
Lampiran 2 Diagram Balok Urutan Kerja (Bar-
c

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator
v
Modul SSLE-07: Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

h
a
r
t
)

6
1

Lampiran 3 Network Planning (NWP)

6
2
Lampiran 4 Tanda Uji Keselamatan Kerja

6
3
RANGKUMAN.............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 65
HAND OUT

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator
vi
Modul SSLE-07: Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL


PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (Site Supervisor)
PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR
(SSLE)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Pengawas


Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator
(SSLE) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi
Lift dan Eskalator (SSLE) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus
Pelatihan.

2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-


masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang
menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku
dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu
susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi
tuntutan kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka


berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun
seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang
harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Pengawas Lapangan
(Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE).

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator
vii
Modul SSLE-07: Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

DAFTAR MODUL

Pengawas Lapangan (Site Supervisor)


Jabatan Kerja :
Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE)

Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SSLE – 01 Sistem Manajemen (K3)

2 SSLE – 02 Peraturan dan Standar Nasional

3 SSLE – 03 Pengenalan Sistem Transportasi Vertikal

4 SSLE – 04 Komponen Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi

5 SSLE – 05 Instalasi Daya, Kendali dan Proteksi

6 SSLE – 06 Dasar-dasar Teknik Kelistrikan dan Mekanikal

7 SSLE – 07 Metode Pemasangan Lift dan Eskalator


8 SSLE – 08 Teknik Pemeriksaan dan Uji Coba Lift dan Eskalator

9 SSLE – 09 Riksa Uji Lift dan Eskalator

10 SSLE – 10 Proyek dan Karakteristiknya

11 SSLE – 11 Pengendalian Proyek (PDCA)

12 SSLE – 12 Teknik Pelaporan

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator
viii
Modul SSLE-07: Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

PANDUAN INSTRUKTUR

NAMA PELATIHAN : PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE


SUPERVISOR) PEMASANGAN INSTALASI LIFT
DAN ESKALATOR (SSLE)

KODE MODUL : SSLE - 07

JUDUL MODUL : METODE PEMASANGAN LIFT DAN


ESKALATOR

DESKRIPSI : Materi ini membahas pengetahuan Pekerjaan


persiapan lapangan, Uraian kerja (job
description) dan personil, Jadwal urutan kerja
(bar-chart) dan network planning (NWP),
Metode pemasangan rel, Perakitan komponen-
komponen lift, Kereta, rangka dan pintu,
Pengawatan (wiring), Percobaan jalan (test
run), Keselamatan kerja untuk pelatihan
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor)
Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator (SSLE)

TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.

WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator
ix
Modul SSLE-07: Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

RENCANA PEMBELAJARAN

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah : Pembukaan/
Bab I, Pendahuluan

 Menjelaskan tujuan  Mengikuti penjelasan TIU OHT


instruksional umum(TIU) dan dan TIK dengan tekun dan
Tujuan instruksional khusus aktif
(TIK)  Mengikuti penjelasan
 Menjelaskan maksud dan maksud dan tujuan metode
tujuan metode pemasangan pemasangan lift dan
lift dan eskalator. eskalator.
 Menjelaskan pengertian  Mengikuti penjelasan
metode pemasangan lift dan pengertian metode
eskalator. pemasangan lift dan
eskalator.
Waktu : 5 menit  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang
jelas.

2. Ceramah : Bab II, Pekerjaan


persiapan lapangan

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, OHT


atau-pun bahasan mengenai : uraian atau bahasan
Pekerjaan persiapan lapangan instruktur dengan tekun
dan aktif.
Waktu : 10 menit  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang
jelas.

3. Ceramah : Bab III, Uraian kerja


(job description) dan personil

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, OHT


atau-pun bahasan mengenai : uraian atau bahasan
Uraian kerja (job description) instruktur dengan tekun
dan personil. dan aktif.
 Mengajukan pertanyaan
Waktu : 10 menit apabila ada yang kurang
jelas.

4. Ceramah : Bab IV, Jadwal


urutan kerja (bar chart) dan
network planning (NWP)

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, OHT


atau-pun bahasan mengenai : uraian atau bahasan
Jadwal urutan kerja (bar chart) instruktur dengan tekun
dan network planning (NWP) dan aktif.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator
x
Modul SSLE-07: Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG


 Mengajukan pertanyaan
Waktu : 10 menit apabila ada yang kurang
jelas.

5. Ceramah : Bab V, Metode


pemasangan rel

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, OHT


atau-pun bahasan mengenai : uraian atau bahasan
Metode pemasangan rel instruktur dengan tekun
dan aktif.
Waktu : 10 menit  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang
jelas.

6. Ceramah : Bab VI, Perakitan


komponen-komponen lift

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, OHT


atau-pun bahasan mengenai : uraian atau bahasan
Perakitan komponen-komponen instruktur dengan tekun
lift dan aktif.
 Mengajukan pertanyaan
Waktu : 10 menit apabila ada yang kurang
jelas.

7. Ceramah : Bab VII, Kereta,


rangka dan pintu

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, OHT


atau-pun bahasan mengenai : uraian atau bahasan
Kereta, rangka dan pintu. instruktur dengan tekun
dan aktif.
Waktu : 10 menit  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang
jelas.

8. Ceramah : Bab VIII,


Pengawatan (wiring)

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, OHT


atau-pun bahasan mengenai : uraian atau bahasan
Pengawatan (wiring). instruktur dengan tekun
dan aktif.
Waktu : 10 menit  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang
jelas.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator
xi
Modul SSLE-07: Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

9. Ceramah : Bab IX, Percobaan


jalan (test run)

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, OHT


atau-pun bahasan mengenai : uraian atau bahasan
Percobaan jalan (test run). instruktur dengan tekun
dan aktif.
Waktu : 10 menit  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang
jelas.

10. Ceramah : Bab X,


Keselamatan kerja

Memberikan penjelasan, uraian  Mengikuti penjelasan, OHT


atau-pun bahasan mengenai : uraian atau bahasan
Keselamatan kerja. instruktur dengan tekun
dan aktif.
Waktu : 5 menit  Mengajukan pertanyaan
apabila ada yang kurang
jelas.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift & Eskalator
xii
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

BAB I
PENDAHULUAN

Masa kini pekerjaan instalasi lift bukan lagi merupakan monopoli perusahaan
agen merk dagang lift. Sepanjang pengalaman penulis ada beberapa pribadi yang
berani memasang lift tanpa dasar pengetahuan, walaupun sebagai sub-
kontraktor. Kontraktor instalasi lift harus memperoleh izin operasi dari
Departemen Tenaga Kerja sebelum mulai usahanya dan telah lulus dari bimbing
teknis.

Sasaran dari pemasangan lift adalah mencapai hasil kerja yang berkualitas, tepat
waktu dengan biaya sesuai anggaran (budget). Banyak pihak yang terlibat dan
memberi dukungan mulai dari saat penjualan, perencanaan dan fabrikasi, namun
hanya beberapa orang tertentu saja yang terlibat langsung dalam kualitas
pekerjaan dilapangan. Beberapa orang inilah yang bertanggung jawab atas
kualitas pemasangan dan sekaligus merupakan faktor penentu kualitas seluruh
sistem lift. Bagaimana pendapat orang jika lift pada awal operasi sudah terasa
bergetar, berbunyi, mengejut (jerk) dan sebagainya. Banyak faktor yang sulit
untuk menyelesaikan dan memperbaikinya jika lift tersebut telah terpasang kecuali
dengan biaya yang sangat besar. Misalnya, pemasangan rail tidak lurus dan tidak
vertikal yaitu rail yang bengkok atau terpuntir (pada waktu handling dan
transportasi), sambungan rail tidak cocok, jarak DBG (distance between guides)
tidak tepat, rail bracket terlalu lemah, karena jarak rentang terlalu jauh. Sebab-
sebab lain buruknya hasil pemasangan, ialah static balance diabaikan, rope
tension dilupakan atau tidak diulang dan sebagainya.

Sebaliknya, jika dari awal pemasangan dilakukan dengan baik dan mengikuti
prosedur dan metode yang cocok, maka sepanjang pemakaiannya akan tetap
baik. Tentunya harus disertai dengan perawatan yang baik dan teratur pula.
Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam pemasangan lift, terutama untuk lift-
lift berkecepatan tinggi pada gedung-gedung bertingkat (high rise), adalah
pemasangan rail. Oleh karena itu disediakan jatah waktu minimal kurang lebih
20% dari seluruh jatah waktu khusus untuk pemasangan rail. Bahkan perlu

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -1-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

dilakukan pengecekan ulang sepanjang rail yang telah terpasang dari bawah
sampai paling atas pada tahap akhir pemasangan.

Gambar 1.1.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -2-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

BAB II
PERSIAPAN LAPANGAN

Persiapan (job site preparation) merupakan kunci dari suksesnya pemasangan lift.
Dengan mempersiapkan lokasi kerja dengan baik, maka pemasanganpun akan
dimulai sesuai rencana tanpa keterlambatan.
Yang perlu menjadi perhatian didalam mempersiapkan lokasi kerja adalah
kejelasan lingkup kerja dari masing-masing pihak kontraktor terkait yang
ditetapkan didalam kontrak kerja.

Hal ini perlu dipertegas dengan pihak kontraktor utama atau manajemen
konstruksi (CM) dan dalam suatu notulen rapat resmi, meliputi :

1. Master schedule dari proyek gedung, termasuk jadwal-jadwal penting, yaitu


tersedianya tenaga listrik, gudang dilokasi, saat balok beton dan hoisting
hook atau hoisting beam boleh dibebani, dan sebagainya.

2. Pemahaman gambar-gambar tata letak lift, terutama hubungannya dengan


as bangunan.

3. Jadwal tibanya barang (Material delivery schedule), yaitu dukungan positif


dari bagian popular, serta kepastian acces masuk proyek.

4. Handling system dilapangan, yaitu sarana tower-crane, forklift dsb,


seberapa jauh fasilitas ini dapat dimanfaatkan.

5. Perlindungan terhadap lubang-lubang pada ruang luncur (barikade), untuk


mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan terjatuh.

6. Kebutuhan gudang kerja dan lokasi penyimpanan material yang terbaik /


menguntungkan.

7. Jalan masuk (access) kelokasi kerja. Keamanan jalan masuk.

8. Penyelesaian ruang luncur dan kamar mesin sesuai dengan gambar layout
dan kemungkinan perbaikan-perbaikan, termasuk grouting, patching dan
finishing.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -3-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

9. Penyediaan tenaga listrik untuk alat-alat kerja dan tenaga listrik untuk
menjalankan lift.

10. Ketegasan menggunakan air, wc, iuran kebersihan, iuran keamanan dan
sebagainya.

Supervisor menyusun NWP (Net Work Planing) dan Bagan Urutan Kerja (Gantt
Barcharts) seperti contoh pada lampiran. NWP dan Barcharts tersebut perlu
disampaikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan termasuk CM dengan tanda
terima. Lebih baik lagi, jika diperoleh persetujuan dari CM. Hal ini penting untuk
evaluasi keterlambatan kerja pemasangan yang disebabkan oleh pihak-pihak
kontraktor lain atau oleh sebab keterlambatan pemborong utama (main
contractor).

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -4-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

BAB III
SUSUNAN PELAKSANA

3.1 Supervision

Supervisor sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan


dan penyelesaian pekerjaan pemasangan lift, bertugas dan bertanggung
jawab atas :

 Pengelolaan Material, alat-alat kerja, dan orang-orang yang bekerja


dibawah perintahnya,

 Koordinasi lapangan dengan kontraktor, konsultan, pemilik dan pihak-


pihak lain.

 Pelaporan proses pemasangan, pekembangan proyek dan masalah


yang timbul kepada atasanya.

 Pengontrolan mutu dan keselamatan ditempat kerja.

Seorang supervisor memegang 3 sampai 4 proyek sekaligus dalam waktu


yang sama. Pada tiap-tiap proyek ditempatkan regu-regu pemasang yang
tiap regunya terdiri dari seorang kepala regu (charge hand), seorang
mechanic dan dua orang helper. Jumlah empat orang per regu. Tergantung
pengalamannya dan volume pekerjaan, maka tiap proyek dapat
ditempatkan satu atau lebih regu pemasang.

Regu khusus lainnya ialah tukang listrik (wireman) 2 orang yang menyusul
setelah tiba waktunya memasang wiring; dan adjuster 2 orang setelah lift
siap untuk dicoba, ditest dan diuji dengan disaksikan oleh construction
management (CM) dan kontraktor utama.

Supervisor harus mampu menyiapkan keterampilan (skill) untuk dapat


memenuhi jadwal waktu, biaya yang dianggarkan dan mutu. Dia
memastikan bahwa orang-orang yang bekerja dibawah perintahnya telah
mendapat material dan alat kerja yang memadai untuk pekerjaannya dan
agar dapat bekerja dengan benar tanpa membuang waktu.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -5-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Koordinasi lapangan sangat penting, mengingat sebuah gedung didirikan


atas usaha gabungan dari banyak pihak yang saling bersaing untuk
mendapatkan ruang dan sumber daya yang terbatas, guna dapat
memenuhi jadwal dan anggaran masing-masing. Untuk itu, sejak awal
supervisor sudah harus mengadakan kontak secara kontinu dengan pihak
lain yang secara langsung terkait dalam pelaksanaan pemasangan lift.

Koordinasi adalah tanggung jawab seorang supervisor, dia mengikuti rapat-


rapat proyek, dimana permasalahan dapat dibahas bersama. Dia
memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan / persyaratan pemasangan lift
telah diketahui dan sesuai dengan pihak terkait, misalnya metode
pemasangan yang akan diterapkan, kebutuhan sarana kerja dan lain-lain.
Keuntungan dari koordinasi awal sering kurang disadari, padahal
sebenarnya waktu yang disisihkan untuk itu tidaklah terbuang sia-sia,
karena hasilnya sangat efektif. Sedangkan kepala regu tidak perlu
mengikuti rapat-rapat proyek karena hal ini hanya akan merusak efisiensi
kerjanya sehari-hari.

3.2 Susunan Organisasi

MNG
OPLAP

ADM P2K3

LOGISTIK SUP.IT* ENGINEER

WIRE SUP. SUP.* SUP. ADJ*

OPLAP Operasi Lapangan (field operation)


ADJ Adjuster
SUP.IT Superintendent
SUP Supervisor

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -6-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Pelaporan mencakup kegiatan-kegiatan administrasi rutin dari pekerjaan,


agar atasan dapat mengikuti perkembangan serta masalah-masalah
penting. Semua kegiatan diproyek agar dicatat dalam buku harian,
penggunaan jam kerja, instruksi-instruksi kontraktor, kesalahan atau cacat
material yang sekecil apapun agar dilaporkan.

Pengontrolan (pengawasan) ditempat kerja yang juga merupakan tugas


utama dari seorang supervisor, meliputi : penyediaan material tepat waktu,
kebersihan lingkungan dan keamanan.

Terlampir disajikan contoh uraian kerja (Job description) masing-masing


bagian dari Manajer sampai Helper.

3.3 ALAT-ALAT KERJA


Sebagai panduan, dicantumkan daftar alat-alat kerja dan perkakas yang
diperlukan agar hasil kerja mencapai optimum. Tergantung dari besar
kecilnya proyek maka daftar tersebut mungkin terasa agak berlebih-
lebihan. Semua itu kembali kepada pengalaman atasan (superintendant)
atau kepala regu sendiri.
Alat kerja dibagi 3 (tiga) golongan, yaitu alat kerja khusus lift, alat kerja
perkakas umum dan set pekakas pribadi.

Golongan 1
Alat kerja Umum (dapat disewa)
a. Takel (chain hoist atau chain block), 3-ton
b. Mesin pengangkat (winch machine), 5-ton
c. Mesin las listrik dengan diesel agregat atau trafo
d. Mesin bor portable (electric drill), macam-macam
ukuran
e. Dongkrak hidrolis (hydraulic jack)
f. Kompor (burner) minyak tanah, portable
g. Gerobak dorong roda empat (platform trolley)
h. Palu godam , 6 kg
i. Mesin gerenda portable (grinding machine)
j. Gunting tali baja (rope cutter)

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -7-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Golongan 2
Alat kerja Khusus lift
a. Gergaji kayu (carpenter saw)
b. Gergaji besi (hacksaw)
c. Palu 0.5 dan 0.9 kg
d. Palu karet (rubber mallet)
e. Pahat baja dan beton ( opular)
f. Sikat kawat (wire brushes)
g. Penjepit C (C-clamp)
h. Penjepit B (cross B-clamp)
i. Lampu center
j. Walky-talky
k. Tali sling, macam-macam jenis dan ukuran
l. Siku pengukur, sigmat, water pas dan alat-alat
ukur lain
m. Bandul lood atau unting-unting (plumb-bob)

n. Clip pelurus rel


o. Alat tera untuk rel (rail gauge)
p. Kikir panjang bergagang
q. Kunci pas (spanner), macam-macam jenis dan
ukuran
r. Waterpas (leveling gauge)

Golongan 3
Set Alat-alat perkakas pribadi (hand tool kit)
a. Obeng + dan -, mechanical dan electrical screw
driver
b. Tang buaya ,tang listrik (snipper) tang potong dan
tang kupas (stripper)
c. Tang mekanik/ tang bebek (mechanical pliar)
d. Kunci inggris (adjustable wrench)
e. Kunci pas (spanner)
f. Pisau saku, kombinasi

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -8-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

g. Meteran (measuring tape), 2 M dan 5 M


Perkakas khusus pekerjaan, field wiring dan testing :
Kikir halus, kawat jumper, test pen, lampu senter (saku), batang solder
listrik, multi tester, tapset, dan tikar tatakan dari karet. Ampere tester,
tachometer, pengukur tegangan tali-baja.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -9-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

BAB IV
GAMBAR KERJA

Dasar tata letak dan ruang komponen-komponen lift digambar secara lengkap
dan jelas dengan ukuran (dimensi) dalam mm, yaitu terdiri dari :

1. Gambar denah

Menyatakan letak dan ukuran dari rel-rel pemandu, DBG (Distance Between
Guides), luang gerak (running clearance) landas kereta (platform), bobot
pengimbang (bandul), pintu, tali, roda puli, pengindra kecepatan. Semua
komponen dari tiap-tiap satuan lift, serta susunan tata letak keseluruhan lift
terhadap as bangunan.

2. Gambar tata ruang kamar mesin

Menyatakan letak mesin, pengindra kecepatan (governor), alat pengendali


(controller), panel distribusi tenaga, lokasi popular cable, hoisting hook,
hoisting beam, jendela ventilasi, trapped door dan pintu masuk.

3. Gambar irisan vertikal

Menyatakan dalamnya sumur dasar, tingginya kereta dan pintu, tinggi ruang
atas (overhead), lintasan ruang luncur, tinggi kamar mesin, bobot
pengimbang, jarak rentang braket dan jarak-jarak luang gerak.

R/L perlu disurvey untuk memastikan posisi lift dalam lubang luncur yang
paling menguntungkan dan hubungannya dengan as bangunan, serta
kondisi popular dari dinding-dindingnya. Jika posisi kurang menguntungkan
karena dinding tidak vertikal sehingga ada daerah kritis, maka perlu
dirundingkan dengan CM, mencari penyelesaian kompromis, agar posisi
digeser dan agar memperlonggar ruang yang kritis. Perubahan posisi
terhadap as-bangunan harus mendapat persetujuan tertulis dari CM.

Lubang R/L harus dapat menampung pada kiri kanan ruang untuk rel,
bagian belakang ruang untuk bobot imbang dan bagian depan pintu-pintu
lantai. Luang gerak (Running clearance) pintu (sill dengan kereta) tetap
harus 31 mm. Luang gerak kereta dengan bobot imbang minimal 5 cm.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -10-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 4.1.
Tata letak lift 1150 kg @ 105 m/m.
Dimensi Kritis ialah : DBG main rail = 2165 mm, DBG CWT rail = 1000 mm,
antara sumbu rail 1004 mm, antara sumbu dengan sill = 720 mm, perhatikan
center of grafity (CG) pada garis center line (CL)

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -11-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 4.2.
Kamar mesin lift, 1150 kg @ 105 m/m
Perhatikan : jarak sumbu-sumbu = 1004 mm posisi supporting beam
terhadap CL 410 mm dan 180 mm reaksi balok depan; D + B = 4800 kg, balok
belakang; A + C = 6800 kg

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -12-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 4.3.
Irisan Vertikal
(Perhatikan : dalamnya pit = 2150 mm, tinggi overhead = 5100 mm,
tinggi kamar mesin = 2200 mm

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -13-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar-gambar tersebut harus telah disetujui oleh perencana bangunan pada


tingkat awal sebelum barang diproduksi oleh pabrikan. Kemudian gambar-gambar
tersebut harus disetujui atau paling tidak, diserahkan (untuk disetujui) kepada
pihak yang berwenang di Departemen Tenaga Kerja cq. Direktorat Bina K3
sebelum pekerjaan pemasangan secara fisik dimulai.

Oleh karena terlalu banyak variasi tata ruang dan letak komponen lift, maka tidak
mungkin dijelaskan semuanya disini. Sebagai petunjuk umum hanya dibicarakan
tata ruang yang paling popular, yaitu :

Letak mesin diatas ruang luncur, bobot pengimbang terletak dibelakang kereta,
dan jumlah satuan lift 2 atau 3 buah berderet dalam satu ruang luncur.
Selanjutnya akan disinggung sedikit perihal yang penting-penting atas variasi lain
macam tata ruang dan letak yang umum dipakai.

Ukuran (dimensi) yang penting dan perlu diperhatikan, ialah :

1. Jarak antara sepasang rel (Distance Between Guides, DBG), yaitu :


masing-masing dari rel kereta (main rail) dan rel bobot imbang (cwt rail)

2. Jarak antara as (CL) rel kereta dengan as rel bobot imbang

3. Jarak antara as rel kereta dengan sisi pinggir ambang pintu lantai (door sill)

4. Jarak antara as rel kereta dengan as (marking) bangunan yang disetujui


oleh pimpinan proyek atau construction manager (CM).

Diagram dalam lampiran menunjukkan pembagian ruang luncur satu unit lift serta
jarak-jarak yang dimaksud diatas.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -14-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 4.4.
Contoh layout lift 1650 kg @ 240 m/m.
Ruang luncur : L x D = 2.5 x 2.5 = 6.25 m2, Luas lantai : l x d = 1.92 x 1.64 = 3.15 m2

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -15-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

BAB V
JADWAL (TIME SCHEDULE)

1. Jadwal penyelesaian pekerjaan pemasangan tercantum dalam surat


perjanjian dengan pihak pemilik (investor, developer) atau dengan
pemborong utama. Seringkali jadwal yang dituntut terlalu singkat. Oleh
karena itu harus jelas tanggal patokan dimulainya, yaitu saat serah terima
lapangan, dimana ruang luncur, pit dan kamar mesin telah siap dan bersih.
Kemudian saat dimulainya uji coba, yaitu setelah tenaga listrik yang
permanen telah tersedia pada MCB.
Contoh :
Satu unit lift 8 lantai perlu 30 hari pekerjaan fisik dan 7 hari uji-coba.
Setelah pekerjaan fisik selesai dilakukan pemeriksaan bersama dengan
CM, dan dibuat berita acara dengan beberapa catatan / nasehat. Setelah
sumber tenaga siap tersedia dilakukan pemeriksaan bersama lagi, atas
tegangan dan sebagainya. Jika memenuhi syarat, baru dimulailah jadwal
uji-coba. Sementara itu dibuat janji temu untuk pemeriksaan final dengan
inspektur dan petugas dari Depnaker.

2. Jika jadwal terlalu ketat, maka tahapan- tahapan pekerjaan dapat dilakukan
dalam waktu bersamaan antara dua jenis pekerjaan, dengan menambah
beberapa regu pelaksana.
Contoh - contoh jenis pekerjaan yang dilakukan bersamaan,ialah :
a. Pemasangan braket rel bersamaan dengan pemasangan ambang pintu
lantai, dengan mengandalkan masing-masing tali lood (plumb-line kawat
piano).
b. Pemasangan rel pemandu bersamaan dengan pemasangan rangka
pintu (entrance frame) dan pintu lantai.
c. Pemasangan (perakitan) kereta dapat dikerjakan bersamaan dengan
pemasangan pintu-pintu lantai.
d. Pentalian (roping) kereta dengan bobot imbang dapat dilakukan
bersamaan dengan pemasangan penyangga (buffer) di pit.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -16-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

e. Pemasangan mesin bersamaan dengan dimulainya pengawatan (wiring)


dan pemasangan fixtures (tombol, dsb).

Semua pekerjaan yang dilakukan bersamaan mengandung resiko insiden


atau kecelakaan, maka perlu pengawasan yang ketat oleh supervisor agar
tidak ada kesalahan atau kekeliruan hubungan tahapan demi tahapan.

3. Tiap-tiap unit pekerjaan pemasangan ada jatah jumlah jam kerja,


berdasarkan rata-rata angka pengalaman masa lalu.
Contoh :
Memasang door frame dan door hanger disediakan jumlah 4 jam kerja (2
jam, 2 orang). Secara teoritis dalam satu hari dapat diselesaikan 8 / 2 = 4
unit. Jika ternyata selesai cuma 3 unit, maka perlu diperhitungkan faktor
efisiensi kedalam jatah jam kerja sebesar 1.33
Pada tahapan-tahapan tertentu dibutuhkan sedikit pelaksana, tetapi pada
tahapan-tahapan lain perlu penambahan pelaksana. Hal ini tergantung dari
tingginya bangunan. Oleh karena itu kebutuhan orang-orang pelaksana
untuk menyelesaikan pekerjaan harus dianalisa oleh seorang pimpinan
bersama supervisor yang berpengalaman.
Berikut ini adalah patokan/panduan jumlah jam kerja yang dijatahkan dan
jumlah regu pelaksana. Satu regu terdiri dari dua orang, yaitu satu
mechanic (fitter) dan satu helper (kenek) dan jam kerja = 2 x 8 = 16 jam
kerja.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -17-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

TABEL 5.1: Jatah jam kerja


Lift duty dan jam kerja jumlah regu diluar
jumlah lantai (man hour) regu
wiring & testing

Satu (1) unit lift


900 kg @ 60 m/m
10 lantai 1000 Jam kerja 2 regu

Tambahan per lantai 80 Jam kerja


(inclusive : blind H/W)

Satu (1) unit lift


1150 kg @ 120 m/m
10 lantai 1120 Jam kerja 2 regu

Tambahan per lantai 100 Jam kerja


(inclusive : blind H/W)

Satu (1) unit lift


1600 kg @ 150 m/m
10 lantai 1600 Jam kerja 2 regu

Tambahan per lantai 110 Jam kerja


(inclusive : blind H/W)

TABEL 5.2 : Jumlah regu untuk lift-lift dalam kelompok

Jumlah lift Jumlah regu Jam kerja / hari


dalam kelompok

2 - Car group 3 (= 6 orang) 48 jk / hari


3 - Car group 5 (= 10 orang) 80 jk / hari
4 - Car group 6 (= 12 orang) 96 jk / hari
5 - Car group 8 (= 16 orang) 128 jk / hari
6 - Car group 10 (= 20 orang) 160 jk / hari
7 - Car group 11 (= 22 orang) 176 jk / hari
8 - Car group 12 (= 24 orang) 192 jk / hari

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -18-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

BAB VI
REL PEMANDU

1. Pendahuluan

Metoda pemasangan rails ada beberapa (masing-masing ada untung


ruginya), diantaranya metoda “false car” untuk high rise, metoda perancah
(scaffolding, steiger) untuk medium dan low rise. Dan untuk menekan
waktu serta biaya, dikembangkan cara baru yang disebut metoda NR (New
Rail methodeoleh Nippon Otis).

Urutan-urutan kerja secara tradisional akan dijelaskan lengkap dengan


contoh-contoh skematik, planning diagram yang dapat dipakai sebagai alat
bantu bagi supervisor (mandor) dan juga bagi pemimpin regu (charge
hand) untuk memandu proses kerja agar berkualitas dan selesai tepat
waktu. Pemasangan rail bracket tidak mungkin dilaksanakan sebelum
shaft lift selesai. Namun perlu dipahami bahwa tidak semua aktifitas
tersebut harus dilakukan secara berurutan. Peralatan pit misalnya, dapat
dipasang kapan saja setelah rail terpasang dan sebelum car frame dirakit.
Dalam situasi tertentu diterapkkan program CPM (Critical Path Method).
Pemasangan pintu-pintu lantai (pintu ruang luncur) dapat dilaksanakkan
hampir bersamaan dengan pemasangan rel. Hal ini perlu dikembangkan
pengendalian tahap demi tahap.

2. Fungsi Rel

Fungsi rel ada empat, yaitu :

1. Sebagai pemandu jalannya kereta dan bobot imbang lurus vertikal

2. Sebagai penahan agar kereta tidak jomplang atau miring saat pemuatan
dan akibat beban tidak merata.

3. Sebagai sarana tempat memasang saklar, pengungkit (cam) dan puli


penegang.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -19-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

4. Sebagai penahan saat kereta dihentikan oleh pesawat pengaman


(safety device/gear).

Ukuran rel dan jarak rentang braket pengikat rel hanya ditentukan oleh
fungsi no. 4, yaitu tegangan tekuk (buckling stress) pada saat pesawat
pengaman bekerja. Tegangan tekuk terjadi pada daerah paling rawan
dimana rel tidak cukup kaku diikat braket. Oleh karena itu jarak maksimal
rentang braket sangat penting disamping besaran ukuran rel.

3. Ukuran Rel dan Rentang braket

Dalam BS5655 ada 3 macam “rumus-praktis” menentukan ukuran rel,


masing-masing untuk 3 macam pesawat pengaman, yaitu :

1. Pesawat pengaman mendadak (instanteneous), saat mana terjadi


perlambatan 40 m/s/s

T = 25 (P+Q) w /A

2. Pesawat pengaman agak luwes (captive roller), saat mana terjadi perlambatan
20 m/s/s

T = 15 (P+Q) w /A

3. Pesawat pengaman berangsur (gradual clamp), saat mana terjadi


perlambatan 10 m/s/s kira-kira sama dengan gravitasi bumi.

T = 10 (P+Q) w /A

T : Tegangan tekuk maksimal 140 N/mm2 untuk baja liat (ductile),

mutu 370 N/mm2

P+Q : Bobot berat kereta ditambah beban muatan maksimal, dalam kg

w : Faktor tekuk (buckling factor), korelasinya dengan  =l/r,

nilai kelangsingan.

A : Luas penampang rel, dalam mm2

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -20-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Sebagai pegangan dapat diperiksa daftar penggunaan rel kereta untuk


beban-beban muatan tertentu, sedangkan besaran dan ukuran rel bobot
imbang yang tidak dilengkapi pesawat pengaman, lebih kecil dari pada rel
kereta dan jarak rentang braketnya pun dibolehkan maksimal 4.0 m,
kecuali untuk maksud ketahanan akibat getaran gempa bumi, maka jarak
braket ialah 2.0 m.

PETUNJUK PEMILIHAN REL PEMANDU


 Lift dengan sepasang pesawat pengaman
 Asumsi berat kereta kosong = 2 kali kapasitas

Kapasitas Berat Jarak * Keterangan : T dalam


maksimal rel rentang N/mm2
lift nominal Braket type pesawat pengaman
(kg/m) maks #1 atau #2
(m)
450 8.60 2.20 #1 T = 95
8.60 2.40 #2 = 49

600 9.30 2.20 #1 140


8.60 2.20 #2 55
9.30 2.50 #2 56

750 12.30 2.60 #1 122


10.65 3.00 #2 87
12.30 3.30 #2 78

1000 9.30 2.20 #1 138


12.30 2.40 #1 102
12.30 2.60 #1 140
9.30 2.60 #2 131
12.30 3.0 #2 86

1350 17.80 3.60 #1 140


17.80 3.80 #2 62
22.70 4.00 #2 53

1600 22.70 3.80 #1 146


18.0 3.80 #2 76
22.70 4.00 #2 63

* Keterangan : mengacu pada BS 5655 part1, carbon steel st 370


#1 = Pesawat pengaman
mendadak (instantenous)

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -21-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

untuk lift berkecepatan


maksimal 60 m/m
Tmax = 140 N/mm2 = 25 (P+Q)  / A ; atau
memakai captive roller safety, untuk berkecepatan maksimal 90 m/m.
Tmax = 140 N/mm2 = 15 (P+Q)  / A
#2 = Pesawat pengaman
berangsur (gradual clamp),
untuk lift berkecepatan 105 m/m
keatas
Tmax = 140 N/mm2 = 10 (P+Q)  / A

Catatan :
Setelah ditetapkan rentang 2 braket maksimal, umpama l = 3.50 m, maka dibuat
perencanaan gambar skets posisi braket sepanjang jalur rel. Mengingat panjang
tiap batang rel ialah 5.0 meter, maka perlu diperhatikan, jangan sampai terjadi 2
sambungan rel dalam jarak dua rentang berturut-turut, dimana jarak antara
sambungan rel dengan braket paling luar melebihi 1/3 l (dalam hal ini 1/3 x 3.50 m
= 1.16 m).

Contoh gambar 1 : tidak bermasalah, 1.0 m < 1.16 m

Contoh gambar 2 : braket A (paling luar) dipindah mendekati sambungan


rel X, dari 1.50 m menjadi 1.16 m.

4. Prosedur
Braket pertama dimulai dipasang pada posisi kira-kira 0.5 m dibawah
permukaan lantai terbawah (atau lobby) sebagai daerah rel paling sering

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -22-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

mendapat gaya tekan dan puntir saat bongkar dan muat dan saat start stop
kereta. Lihat daftar petunjuk pemilihan rel pemandu.

Salah satu ujung rel “dimatikan” (diikat) dengan struktur bangunan.


Biasanya ujung rel paling bawah yang dimatikan didasar pit (supported
rails). Sebaliknya untuk lift kecil dan kecepatan rendah, ujung atas rel yang
dimatikan, atau ikut di-cor beton lantai kamar mesin (suspended rails).

Kedua ujung jalur rel tidak boleh dimatikan sekaligus pada struktur
bangunan, agar rel tidak bengkok atau berubah bentuk jika terjadi
pergeseran relative posisi bangunan (building compression) terhadap rel.

Cara mematikan ujung rel pada struktur dapat dengan fixed clip pada rel
dengan braket. Ujung lain dari jalur rel bebas tidak menyentuh lantai kamar
mesin, yaitu pada sistim supported rails. Atau tidak menyentuh dasar (pit)
pada sistim suspended rail. Biasanya berjarak kira-kira 10 cm.

a. Cara menetapkan as atau sumbu (center line) dari rel-rel titik pusat
kereta dan ambang pintu dengan cara memasang bidang pola
(template), satu diujung pada lantai K/M dan satu lagi dibawah pada pit.
Kemudian dijatuhkan kawat-kawat lood (unting-unting) atau plumbline.
Pastikan titik-titik kerja (TK) (working point) pada template, dan kawat-
kawat lood yang telah vertikal dimatikan pada TK tersebut. Dalam
praktek banyak cara untuk mematikan kawat-kawat lood pada papan
kayu di template atas dan bawah, agar tidak bergerak. Pastikan dulu
posisi satu rel yang dianggap sebagai patokan kemudian TK lain
mengikutinya.

b. Jika lift yang akan dipasang ada 2 (dua) buah atau lebih dan berjejer,
perhatikan garis-garis sumbu (center line) dari semua rel dalam satu
garis dan harus tegak lurus dengan sumbu-sumbu kolom bangunan.
Lihat gambar skema.

c. Langkah berikutnya ialah pemasangan braket dari rel kereta dan


sekaligus, bersamaan pada level sama braket dari rel bobot-imbang.
Bidang muka braket telah lebih dulu digores dengan kapur tulis
kemudian digores dengan paku tepat ditengah-tengah antara dua lubang
murnya. Usahakan kawat lood hampir bersinggung tepat dengan garis
tersebut.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -23-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

d. Braket pertama dipasang pada posisi kira-kira 1.0 m dibawah lantai


dasar. Ikut pemasangan braket-braket lain sampai kira-kira 0.3 m
dibawah lantai kamar mesin.

e. Giliran memasang rel, pindahkan dulu kawat lood (plumbline) masih


digaris sumbu rail arah mendekat, yaitu pada posisi 10 mm dimuka
kepala rel.

f. Pemasangan rel mulai dari bawah satu persatu disusun keatas.


Gunakan slip clip dan kepingan shim pada waktu diikut dengan baut
pada braket. Gunakan fish plate untuk menyambung rel satu dengan
yang lain. Pilih kepingan shim berbagai ukuran ketebalan agar
permukaan kepala rel tepat berjarak 10 mm dari kawat lood. Gunakan
klip pelurus rail. Gunakan “rail-gauge” pada saat mengencangkan baut-
baut.

Catatan :
1. Jarak rentang braket boleh lebih pendek (lebih dekat) dari pada
ketentuan dalam layout drawing.
2. Ujung-ujung satuan rail-rail sebelah kiri dan kanan harus beda, jika
kiri male maka yang kanan harus female menghadap keatas (lihat
gambar).
3. Rel-rel yang tidak lurus dan terpintir jangan sekali-kali digunakan.
Harus dikirim dulu ke bengkel untuk diperbaiki.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -24-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 6.1.
Template (pola) atau target board
Jatuhkan plumbline dari titi-titik a, b, c, d untuk memasang braket.
Plumline tersebut, dimatikan diujung bawah pada template lain, dipit.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -25-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 6.2.
3 unit lift berjejer, seluruh rel dalam satu garis sumbu dan berjarak tertentu

Gambar 6.3.
1) Setelah braket terpasang, maka plumbline dipindah 2 cm dimuka posisi
rel yaitu titik a, b, c, dan d yang semula ada dibelakang posisi rel
2) 3 lembar plumbline dipasang 30 mm dimuka landing sill

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -26-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 6.4.
Posisi 3 kawat plumbline g, f, e, 30 mm dimuka sill

Gambar 6.5.
Contoh bentuk braket untuk bobot imbang (cwt rails) dibuat dari besi siku
diangker, kiri dan kanan dengan 2 buah baut ke dinding beton

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -27-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

BAB VII
PEMASANGAN PINTU LANTAI

Pintu lantai atau landing entrances adalah komponen yang sering diklasifikasikan
sebagai bagian dari ruang luncur, bukan bagian dari pesawat lift. Hal itu mungkin
saja, jika pintu lantai dari jenis sederhana seperti manual swing door.

Bagaimanapun jika pintu lantai harus berfungsi sinkrun dengan operasi lift, oleh
karena itu harus dipasang dengan presisi. Pintu lantai harus sama jenis dan
dimensi dengan pitnu kereta yang berfungsi sebagai penggerak pintu.

Komponen pintu lantai, ialah :

1. Daun pintu (door panel)

2. Ambang pintu (door sill)

3. Rangka pintu (door frame)

4. Penggantung pintu (hanger assembly)

5. Kunci kait (interlock)

6. Kusen Pintu (jamb and header)

1. Ambang Pintu

Peletakan ambang pintu yang betul adalah kunci sukses pemasangan


seluruh satuan pintu. Sill dapat dipasang bersamaan dengan memasang
braket rel, dengan berpatokan pada 3 lembar kawat lood pada posisi
khusus untuk itu lihat gambar. Seperti halnya rel, garis sumbu rel semua
deretan lift-lift harus terletak pada satu garis, begitu pula semua sill dan
deretan beberapa lift harus lurus dan sejajar, tegak lurus dengan as
bangunan.

2. Selanjutnya pemasangan tiang-tiang tegak rangka pintu dan besi siku,


dibaut pada ujung-ujung kiri dan kanan sill, dan diangker ke dinding.
Kemudian dipasang penggantung pintu pada bagian atas rangka.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -28-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 7.1.

Toleransi yang diijinkan atas pemasangan rangka (kusen) pintu (door


entrances) yaitu side jamb : Vertical kiri-kanan = + 1.0 mm

Vertical muka-belakang = + 1.0 mm, Melengkung = + 2.0 mm

3. Penggantung pintu merupakan rakitan yang siap, terdiri dari rel (track)
roda-roda penggantung, roda-roda tali penggerak, kunci kait dan excentric
roller dan bandul pemberat yang memaksa pintu selalu menutup rapat
(alternatif : menggunakan pegas).

4. Penyetelan perlu dilakukan, yaitu :

a. Excentric roller terhadap rel (track) bercelah 0,1 mm, lihat gambar.

b. Celah dasar pintu terhadap permukaan kusen (side jamb) maksimal 4


mm.

c. Celah bidang daun pintu terhadap kusen (side jamb) maksimal 4 mm.

d. Pintu harus vertikal dengan penyetelan pada mur tiap-tiap roda


penggantung.

e. Pintu harus bertendensi menutup rapat. Caranya : pintu ditahan saat


mau merapat pada jarak 7 cm, kemudian dilepas. Jika tidak mau rapat
dengan sendirinya, maka pegas pada kunci kait perlu di setel.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -29-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

5. Kusen pintu terdiri dari sepasang side jamb dan header. Keduanya harus
dirakit ditempat. Mula-mula side jamb dipasang dengan baut pada sill.
Kemudian gunakan mistar siku agar posisi lintang dan bujurnya benar, dan
segera matikan sementara dengan klem dan pasak, selanjutnya header
dipasang. Kemudian kencangkan baut-baut dan braket-braket di las pada
rangka bangunan.

Catatan :

Cara paling aman pemasangan sill dan seluruh entrance ditunda sampai
landas kereta terpasang, maka sill kereta dapat dipakai sebagai patokan
posisi-sill lantai. Jatuhkan kawat lood (plumbline) 3 lembar tepat pada sisi
pinggir sill pintu untuk patokan bagi sill lantai-lantai berikutnya yang lain,
yang berjarak 30 mm (sebagai running clearance). Cara lain, tanpa
menggunakan tali lood ialah menggunakan 2 batang pengukur jarak antara
rel dan sill (sill distance gauge). Lihat gambar.

Kedua cara tersebut biasanya untuk instalasi sampai setinggi 10 lantai


saja. Lebih dari 10 lantai, pemasangan sill tidak dapat menunggu sampai
rel terpasang.

Tindakan hati-hati.

1. Mintakan nasehat kepada CM tinggi sill yang benar terhadap permukaan


lantai bangunan (finished/final) dan dipertegas terhadap “level marking”
pada dinding beton (dicat warna merah). Pernah kejadian sill yang telah
terpasang sebanyak 4 x 10 lantai harus dibongkar semua karena posisi
kurang tinggi sebesar 30 mm.

2. Perhatikan pada saat mengelas side jamb, perikan api las tidak merusak
cat finish dari side jamb. Setelah jamb selesai terpasang harus segera
dilindungi dengan kertas minyak atau bahan lain.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -30-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 7.2.
Atas : Contoh model door hanger 2-speed door atau telescopic “fast door”
menarik “slow door” dengan tali yang diikat pada “hitch A”, melalui roda B
ujung tali lain diikat pada “hitch C”
Bawah : contoh model door hanger center opening

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -31-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

BAB VIII
KERETA dan BOBOT IMBANG

8.1 Rangka Kereta


Rangka kereta terdiri dari :
a. Cross head channel atau disebut “car sling, yaitu rangka atas tempat
tarikan oleh mesin dan dudukan sepatu luncur.
b. Bottom channel, rangka bawah, tempat benturan buffe, (disebut safety
plank).
c. Tiang tegak kiri, kanan (2 buah). (up-right channels atau stiles).
Ke empat bagian tersebut membentuk segi-empat kokoh dengan plat baja
penguat pada sudut-sudutnya. Perhatikan pemasangannya tidak boleh
tertukar posisi, karena telah diberi nomor kode oleh pabrik.
Bagian lain dari rangka ialah : rangka landas konstruksi besi siku
merupakan bidang pendukung beban muatan. Rangka ini harus menyatu
dengan rangka kereta dan batang pengencang silang (brace) muka-
belakang dan kiri-kanan. Lihat gambar.

Prosedur pemasangan :
a. Pasang “meja” konstruksi kayu di lantai bawah sebagai dudukan bottom
chanel. Pasang bottom channel lurus, siku dan datar (waterpas).
Gunakan plumbob saat memasang upright channel. Kencangkan semua
baut pada rangka.
b. Pasang pesawat pengaman (safety block) periksa batang tarik pasak
pengaman apakah telah satu garis vertikal dengan tali governor.
c. Pasang safety plank, yakinkan datar arah muka belakang dan arah kiri
kanan, serta posisi center dengan garis sumbu rel ke rel.
d. Pasang platform diatas safety plank dengan bantalan karet (4 buah)
pada pojok-pojoknya. Sisa muka platform telah dilengkapi oleh pabrik
dengan car-sill. Gunakan shim untuk menyetel kerataan. Kemudian
matikan dengan baut.
e. Diatas platform dipasang bangunan badan kereta sesuai gambar
petunjuk.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -32-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

f. Lakukan statis balance badan kereta setelah motor penggerak pintu


terpasang. Kemudian badan kereta perlu ditahan dengan roller karet
pada ujung atas dan upright channel (stiles), seolah-olah badan kereta
bersender pada rangka kereta dengan bantalan karet, lihat gambar.
g. Terakhir dipasang roller guide atau pada cross head dan sepasang
dibawah pada bottom channel.

8.2 Bobot Imbang


a. Gunakan tabel untuk menggantungkan rakitan rangka dan memasukan
kedalam posisinya diantara rel-rel pemandu.
b. Pasang roller guide atau sepatu luncur.
c. Rangka diisi bobot (fillerweight) hanya sampai 50% dari kebutuhan
sebenarnya. Kemudian ditarik ke lantai teratas dengan takel untuk
maksud penyambungan tali baja tarik antara kereta dan bobot imbang.
Lihat bab 9 tali baja tarik. Alternatif lain kereta ditarik ke lantai paling
atas, sedangkan bobot imbang tetap dilantai terbawah.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -33-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 8.1. Rangka (sling) kereta


(1. Crosshead channel, 2. Pendukung motor penggerak pintu (door operator)
3. Stiles (upright channel), 4. Brace (batang pengikat), 5. Tiang pendukung door
operator, 6. Landas, 7. Rangka landas, 8. Bottom – channel (safety plank)

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -34-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 8.2.
Atap badan kereta “bersandar” pada tiang rangka (stiles, upright channel)
dengan 3 buah roller karet

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -35-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

BAB IX
TALI BAJA (STEEL WIRE ROPE)

1. Rangka kereta telah diangkat keatas dengan takel. Posisinya rata dengan
lantai teratas. Bobot imbang ada dilantai terbawah posisinya berjarak 41
cm dari ujung atas penyangga pegas (untuk lift berkecepatan 60 m/m) lihat
daftar runby pada pelajaran pemeriksaan uji coba.
Siapkan gulungan (reel) tali baja pada lantai teratas, tarik ujungnya ke roda
puli, kemudian tarik turun secukupnya sampai tempat ikatan pada rangka
bobot imbang. Pada ujung tali tersebut telah dipasang lebih dahulu soket
(thimble rod).

Tindakan hati-hati :
a. Tali baja harus diikat dengan kawat pada dua tempatnya sebelum
dipotong, untuk menghindari lilitan/pintalan terurai/terlepas.
b. Usahakan pada waktu menarik tali jangan sampai terjadi tekukan
(kinking), menjadikan tali tersebut cacat.
c. Jika tali baja dalam gulungan (reel), maka pada roda gulungan dipasang
balok kayu tirus dibawahnya sebagai rem, untuk menghindari berat tali
yang terulur diruang luncur menyebabkan gulungan berputar tanpa
kendali (lihat gambar jarak-jarak pengikatan kawat pada ujung-ujung tali
dan cara pengikatannya).

2. Cara pengikatan baut (socketing)


Yang dibicarakan disini ialah cara pengikatan yang paling populer yaitu
dengan thimble rod. Sifat khas thimble rod ialah bentuk pot yang tirus.
a. Masukkan ujung tali yang baru dipotong kedalam pot dari lubang ujung
bawah.
b. Buka dua ikatan kawat.
c. Tekuk kedalam lilitan-lilitan yang telah terurai.
d. Tarik tali sehingga lilitan yang telah tertekuk sepenuhnya masuk ke pot,
dan ikatan kawat nampak pada bagian luar pot.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -36-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

e. Tuang timah hitam (babbit) panas dan cair kedalam pot dari atas. Ujung
tekukan harus kelihatan (tidak tenggelam semua dalam timah) sebagai
syarat pemeriksaan oleh inspektur.
Timah cair tidak boleh terlalu panas, menyebabkan struktur baja dari tali
rusak, dan melemahkan kekuatannya sampai 10%.

Gambar 9.1.
Dua cara mengulur gulungan tali baja dari lantai atas

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -37-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -38-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -39-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -40-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -41-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -42-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -43-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -44-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 9.4. Rakitan bobot imbang


(1. Kaleng pelumas, 2. Sepatu luncur, 3. Pegas pengikat tali baja, 4. Rangka bobot imbang, 5.
Filler weight, 6. Rel Pemandu, 7. Sepatu luncur, 8. Peredam pegas spiral)

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -45-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

BAB X
PELETAKAN MESIN TRAKSI

Pemasangan mesin traksi mencakup pemasangan batang profil baja pendukung


mesin, peletakan mesin pada posisinya dan penyetelan posisi roda penyimpang,
jika posisi bobot imbang berubah oleh sebab keadaan lapangan.

1. a. Batang profil baja pendukung (machine supporting beams) dapat


dipasang
diatas permukaan lantai kamar mesin, jika beton lantai tersebut telah
terlanjur dicor. Jika lantai beton belum dicor, batang profil dipasang lebih
dulu pada posisi dibagian bawah lantai. Hanya sebagian kecil termasuk
flens atas dari profil (INP) tersebut yang ikut masuk menjadi satu dengan
beton lantai. Lihat gambar .

b. Posisi dan jarak-jarak batang profil baja harus sesuai dengan gambar
tata letak peralatan kamar mesin. Prosedur pemasangan sebagai
berikut:
Pasang lebih dulu satu batang sebagai patokan (king beam) bagi dua
batang (batang-batang) lainnya. Pastikan dengan perhitungan, jarak-
jarak as tengah batang terhadap titik berat kereta, atau garis sumbu rel
kereta, sesuai gambar. Gunakan tali lood (plumbline). Cermatkan
posisinya sampai tali lood tenang (tidak goyang), jatuh tepat digaris as
atau titik pusat berat (central of gravity). Gunakan shim untuk menyetel
kerataan, kemudian matikan (dilas) ke struktur bangunan. Ikuti
pemasangan batang-batang lain merujuk pada posisi batang king beam
tadi.

c. Ujung batang duduk pada balok struktur bangunan dengan dilandasi


oleh plat baja (bed plates). Hal ini untuk mengurangi tekanan terhadap
struktur bangunan sebelum dilakukan pengecoran beton lantai, dipasang
pocket atau pipa-pipa pada posisi lubang-lubang tempat lalu, tali tarik,
tali governor, selector tape dan kabel riser (raceways) yang berasal dari
ruang luncur.
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -46-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

d. Sebagai patokan tinggi batang baja dari profil INP minimal satu per
sepuluh (1/10) dari jarak bentangannya, untuk mencegah lendutan dan
getaran. Contoh : Jika jarak bentangan balok dari muka ke belakang 2,0
meter, maka gunakan profil INP 20.
Tindakan hati-hati :
Saat penanganan dan penempatan batang-batang baja pendukung,
senantiasa mengandung resiko batang tersebut terjatuh. Oleh karena itu
ruang luncur harus dikosongkan dan hentikan semua kegiatan
sementara waktu.

2. a. Penempatan Mesin (machine setting)


Setelah umur beton lantai mencapai 10 hari, dimulai pelaksanaan
penempatan mesin, didudukan pada posisinya, sesuai gambar tata
letak. Yang dimaksud dengan mesin disini ialah termasuk kesatuan
dengan motor listrik penggerak, tabung rem, dan roda-penyimpang
(deflector sheave), duduk pada satu bed-plate yang kokoh. Alignment
atas poros (shaft) motor mesin sudah di set dipabrik.

b. Posisi roda penyimpangan (deflector sheave) harus disetel dilapangan,


menyesuaikan posisi bobot imbang, agar tepat vertikal plumb (lood)
dengan titik beratnya.
Gunakan tali lood (plumb line) untuk memastikan posisi roda puli, siku
terhadap garis sumbu rel, dan ujung keluar tali baja dan puli tepat
vertikal plumb dengan titik berat kereta. Jika tidak digunakan roda
penyimpang, maka ujung lain dari puli harus tepat vertikal diatas titik
berat bobot imbang (Diameter puli sama dengan jarak antara garis-garis
sumbu kedua pasang rel).
Jika diameter puli lebih kecil dari pada jarak garis-garis sumbu kedua
pasang rel (rel kereta dan rel bobot imbang), maka terjadi “off set” antara
kedua titik berat beban terhadap garis tarikan tali baja. Lihat gambar
10.2.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -47-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 10.1.
Pengaturan pendukung mesin dipasang dibawah lantai beton

Gambar 10.2.
Pengaturan baja pendukung mesin dipasang diatas lantai beton
(1. Motor, 2. Bed plate mesin, 3. Kanal penguat bed plate, 4. Karet peredam, 5. Baja
pendukung mesin, 6. Puli penarik, 7. Tali baja, 8. kanal penguat bed plate, 9. Roda
penyimpang, c.g. central of gravity kereta & bobot imbang (2 garis sumbu rel)
dimensi ada di layout)

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -48-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

c. Off set diperkenankan maksimal 1 : 20.


Contoh :
Diameter puli 600 mm. Jarak sumbu rel kereta ke rel bobot imbang =
800 mm, selisih 200 mm, atau masing-masing tali off set 100 mm. Saat
kereta berhenti dilantai teratas, panjang tali penggantung antara roda
puli dan soket di sling kereta = 4200 mm, maka off set = 100 : 4200 = 1:
42 lebih kecil dari ketentuan maksimal 1 : 20. Off set sebaiknya
dihindari karena mengurangi efisiensi motor (walaupun kecil) dan
terutama karena mempercepat keausan sepatu luncur dari kereta dan
bobot imbang.

d. Gunakan takel (chain block) atau hoisting beam dengan troli angkat, dan
dongkrak (jack) untuk meringankan pekerjaan, saat mengangkat /
memindahkan mesin.
Gunakan shim pada bagian bawah bantalan karet peredam, agar mesin
duduk horisontal (waterpas). Bantalan karet peredam harus dipasang
minimal berjumlah 4 buah, pada sudut bedplate. Jika digunakan
deflector sheave, maka perlu dipasang satu lagi bantalan karet dengan
kick-plate untuk menahan gaya reaksi horisontal. Lihat gambar

Tindakan hati-hati
Demi keselamatan, periksa alat-alat pengangkat seperti takel (chain
block), hoist, dongkrak (jack) besi kait / beam pada atap dak kamar
mesin, agar yakin berfungsi sebagaimana mestinya.
Jika ragu-ragu atas kekuatan besi kait yang disediakan oleh kontraktor
utama, mintakan nasehat atau konfirmasi tertulis kepada CM, Kenyataan
besi kait dapat patah saat mengangkat mesin, mengakibatkan
kecelakaan.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -49-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 10.3.
Tidak digunakan roda penyimpang menyebabkan terjadi “off set” terhadap
tali baja terhadap vertical off set maksimal 1 : 20

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -50-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

BAB XI
PENGAWATAN (FIELD WIRING)

1. Instalasi kawat / kabel listrik adalah bagian dari instalasi lift keseluruhan.
Istilah “field-wiring” mempunyai arti luas, yaitu seluruh pekerjaan sistem
kelistrikan yang harus dipasang oleh teknisi lapangan termasuk kanal-
saluran kabel (troughing, trunking atau ductwork, konektor, pulboks,
junction boks, braket, sadel, klem, pipa-pipa dan flexible (piable) conduit.
Pekerjaan pemasangan instalasi kawat listrik dibagi menjadi sebagai
berikut :
a. Pengawatan di kamar mesin
b. Pengawatan di ruang luncur (raceways)
c. Instalasi kabel lari (travelling cables)
d. Pemasangan tombol-tombol sinyal dan indikator posisi (fixtures)
e. Kabel tenaga dan MCB
Instalasi pengawatan tersebut bermuara pada controller, interkoneksi
sesuai dengan daftar panduan dari pabrik dan gambar straight wiring
diagram. Pemasangan harus mengikuti peraturan yang berlaku termasuk
PUIL.

2. Aturan Umum
a. Pipa saluran kawat (konduit) sedapat mungkin lurus, minimal sepanjang
4,0 m. Tiap-tiap jarak tersebut dipasang kotak inspeksi.
b. Tekukan konduit sebaiknya dua kali saja, dalam satu batas jarak kotak
inspeksi.
c. Tekukan siku hanya pada ujung kawat keluar, dan/atau masuk kotak
saklar.
d. Saluran lemas (flexible conduit) hanya untuk ujung akhir, dimana kawat
listrik disambung ke alat / aparatus atau lokasinya yang sulit dijangkau
atau selalu bergetar atau perlu penyetelan.
e. Saluran kanal (trunking troughing) lebih baik digunakan untuk sejumlah
kawat atau kabel dari pada menggunakan beberapa saluran pipa atau
konduit. Konduit menghubungkan saluran kanal dengan bagian alat,
dengan sambungan konektor khusus.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -51-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

f. Konektor berupa locknut sehingga hubungan konduit dan kanal


kencang.
g. Braket digunakan untuk memasang saluran kanal pada dinding. Sadel
digunakan untuk memasang konduit pada jarak-jarak tertentu.
h. Kapasitas kanal dan konduit harus longgar minimal 40% (60% untuk
menampung luas penampang kabel). Lihat tabel kabel PVC dengan
ukuran konduit yang sesuai.

TABEL 11.1: Kapasitas Pipa saluran listrik (konduit)


Ukuran Kabel Ukuran diameter konduit (cm)

Total Jumlah 2,0 2,5 3,2 3,8 5,1


kawat
penampu diameter Jumlah kabel yang diizinkan
ng (mm) Instalasi dengan PVC
(mm2)
1,0 1 - 1.13 12 19 33 - -

1,5 1 - 1.38 10 17 31 - -
7 - 0.5 10 16 28 - -
2,5 1 - 1.78 8 13 24 - -

4 7 - 0.85 5 9 16 - -

6 7 - 1.04 4 7 12 - -

10 7 - 1.35 2 4 7 - -

16 7 - 1.70 - 3 5 8 15

25 7 - 2.14 - 2 3 5 10

Tindakan hati - hati


a. Yakinkan kabel-kabel dalam kanal dan konduit lurus tidak gelombang
atau keriting.
b. Gunakan pelumas pada saat kawat menekuk dalam konduit siku atau
elbow.
c. Gulungan kabel panjang (reel) harus dilengkapi rem, pada waktu
menarik kebutuhan kabel. Begitu kabel ditarik dari rel, langsung ditandai
kode.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -52-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

d. Sekrup harus menghadap keluar dari kanal, sehingga tidak mengganggu


jalannya penarikan kabel.

3. Persiapan
Sebelum mulai pekerjaan, pelajari gambar yang disediakan oleh produsen,
yaitu :
a. Diagram garis tunggal (straight wiring diagram).
b. Diagram susunan pengkabelan (wiring arrangement drawing).
Pelajari keadaan ruang luncur dan kamar mesin. Buat gambar ke-3 yaitu
perencanaan lokasi larinya kanal sepanjang ruang luncur (raceways), juga
konduit junction box, dan sebagainya. Sebaiknya persiapkan material yang
diperlukan berlebih 10% sebagai cadangan.
Selama pelaksanaan pekerjaan ducting dan konduit, gantungkan kabel
yang diperlukan dari lantai teratas, terurai sampai bawah untuk
membebaskan kabel (juga travelling cable) dari lekukan-lekukan akibat
penyimpanan terlalu lama. Berkas kabel diikat dengan cable ties
dibeberapa tempat (tiap-tiap jarak + 2,5 cm) dan diikatkan agar kabel tidak
tegang. Semua kawat punya nomor kode, memudahkan penyambungan
pada terminal di controller.

4. Penyambungan
Kabel kontrol dari kereta bermuara di junction box (dibawah landas atau
diatas atap kereta) disambung dengan travelling cable dan lari ke junction
box. Kemudian dari junction box disambung ke terminal di kontroler.
Hubungkan kabel antara kontroler dengan motor mesin tarik. Hubungkan
kabel antara kontroler dengan governor. Hubungkan kabel antara kontroler
dengan tombol-tombol, indikator, sinyal dan kontak-kontak pintu (raceway
connection).
Pasang kabel tenaga antara kontroler dengan panel distribusi MCB. Lihat
daftar besaran arus (ampere) saat beban penuh sebagai patokan ukuran
penampung kawat.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -53-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Catatan :
Kanal saluran kawat dikamar mesin sebaiknya ditanam dibawah
permukaan lantai, sehingga tutup kanal sama rata dengan
permukaan lantai.
Cara lain, jika lantai telah dicor, maka kanal dipasang diatas
permukaan, yaitu sepanjang tepi-tepi dinding, untuk menghindari
orang tersandung. Trunking arah vertikal dimulai dekat dengan
aparatus sampai terminal box setinggi + 2,0 m, dan dilanjutkan
dengan flexible conduit.

Daftar Besaran Sekering dan Transformotor untuk satu unit lift


Arus Listrik
Power Output Sekering Kapasitas Trafo
beban penuh
Motor Lift (kW) Pemutus Arus (A) (kVA)
keatas (A)
3.7 13 30 7.5
4.5 16 30 9.1
5.5 20 30 11.0
7.5 25 30 13.7
9.5 33 50 15.5
11.0 37 50 17.3
13.0 44 50 21.7
15.0 50 75 22.4
18.5 54 75 23.3
22.0 59 75 27.5

Catatan : Jika jumlah unit lift lebih dari satu dalam group operation, maka
besaran Ampere sekering dikalikan dengan jumlah lift kemudian
dikalikan dengan angka probability berkisar 0.8 (2 unit) s/d 0.65
(8 unit).

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -54-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 11.1.
Menarik Kabel keatas, kabel keluar dari bagian bawah gulungan cara lain,
kabel diulur dari kamar mesin

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -55-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 11.2.
Roda pengantung pintu (hanger roller) satu unit dengan roda excentric
dibawah rel sebagai safety retainer, penahan pintu kemungkinan loncat ke
atas. Celah excentric roller dengan rel penggantung 0,1 mm.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -56-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Gambar 11.3.
Door operator (motor penggerak pintu) satu daun pintu dilengkapi dengan
tuas pengungkit (door vane atau cam) berfungsi membuka kunci kait
(interlock)

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -57-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

BAB XII
PERCOBAAN JALAN (TEST RUN)

1. Pendahuluan

Sebelum melaksanakan langkah-langkah percobaan untuk menjalankan


lift, setelah lift tersebut selesai terpasang, perlu diperiksa secara fisik oleh
supervisor agar yakin bagian-bagian komponen telah terpasang dengan
benar. Pemeriksaan harus dilakukan bersama kepala regu pemasang dan
pertanyaan-pertanyaan yang timbul harus dijawab kepala regu secara jujur.

Umumnya kebersihan pada bagian-bagian yang bergerak sangat dituntut


diantaranya alur pada ambang pintu (door sill) dimana sepatu pintu
bergerak, sepatu pemandu rel, teromol (tabung) rem dan motor perlu
disemprot dengan blower. Lift digerakkan dengan engkol, setelah rem
dibuka, untuk meyakinkan rotor bergerak bebas tanpa suara. Pada saat itu
terasa perbedaan tenaga mengengkol keatas dengan mengengkol ke
bawah.

Sebaiknya kereta kosong dan bobot imbang kira-kira sama berat, sehingga
tidak terasa beda mengengkol keatas maupun kebawah.

Dalam praktek mula-mula pada bobot imbang tidak diisi penuh dengan
“filler weight” sehingga diperoleh keseimbangan kereta kosong dengan
bobot imbang.

Hendaknya alat komunikasi atau interphone telah terpasang dan berfungsi


dengan baik selama melakukan testing.

2. Prosedur Mekanis

a. Static balance. Setel keseimbangan dudukan kereta diatas platform


frame dengan memasang counter balance weight. Jika pekerjaan ini
telah dilaksanakan pada saat memasang atau merakit bangunan kereta
dan motor penggerak pintu, maka tinggal mengencangkan steadying
braket dengan roller-rollernya.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -58-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Kemudian setel sliding guide shoe atau roller guide. Yakinkan roller
guide tidak harus menekan pada rel pada saat kereta dalam keadaan
kosong (dan telah balance). Check dengan menyuruh seorang masuk
kereta berdiri diujung belakang, maka roller depan-atas akan menekan
rel, begitu pula pada roller belakang-bawah. Suruh dia berdiri ditengah-
tengah kereta, maka semua roller akan bebas dapat diputar (dengan
tenaga ringan).

b. Periksa semua pintu-pintu lantai, yaitu gerakan bebas buka tutup tidak
bergetar. Periksa kunci kait (door interlock) dimana kaitnya akan masuk
dengan sendirinya karena tekanan pegas, tanpa didorong (pada saat
posisi pintu 5 cm mau merapat). Jika pintu bergetar, periksa dan setel
excentric roller, dan door hanger roller serta bersihkan dan lumasi. Jika
cacat harus diganti dengan yang baru. Toleransi excentric roller dengan
bagian bawah rail penggantung tidak boleh lebih dari 0,1 mm. Gunakan
feetergauge.

c. Periksa pesawat penggerak pintu pada kereta (door closer linkages)


lumasi pen-pennya, setel posisi motor penggerak. Setel pengungkit
(retiring cam) posisi vertikal-nya dan juga horizontalnya.

d. Periksa pesawat-pesawat pengaman (kiri dan kanan) posisi harus


center. Baji-baji (pasak) dapat bergerak bebas dalam rumahnya dan
bergerak serempak pada kiri dan kanan bersama-sama.

e. Setel tegangan tali baja semua lembar harus seragam, yaitu pada sisi
kereta dan pada sisi CWT, kemudian kencangkan mur kedua (counter
nut) dan pasang cotter pin atau splitpen. Ulangi penyetelan tegangan
sekali lagi setelah kereta dijalankan beberapa kali naik turun, karena
kemungkinan sekali tegangan tali-tali berubah.

f. Periksa jarak luang lari (runby) dari kereta sebesar 23 cm. Periksa luang
lari CWT sebesar 23 cm ditambah kemuluran tali baja minimal 0.5%.
Jika jarak lintas lift (rise) sebesar 40 m panjang tali baja + 50 m, maka
dapat diperkirakan tali tersebut akan mulur sepanjang 3 cm. Maka luang
lari CWT sebaiknya disetel 26 cm atau lebih sedikit.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -59-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

g. Lumasi rel pemandu (guide rails) kecuali jika digunakan roller guide
dengan ban karet, maka rel harus bersih dan kering dari minyak.

h. Pasang label pada cross head channel. Contoh label tersebut seperti
terlampir. Pasang label instruksi dan peringatan penumpang didalam
kereta.

i. Setel tegangan tali pengaman (governoor rope) dengan menambah


bobot dibawahnya roda penegang (tension sheave) di pit. Lumasi poros
dari roda tersebut.

3. Prosedur Urutan Uji Coba

a. Periksa sambungan-sambungan kabel listrik sumber tenaga 3 Phase


(R,S,T) pada panel utama, dan yakinkan tegangan line to line seimbang
380 V. Periksa besaran nilai breaker MCB/NFB atau sekering (fuses)
sesuai dengan ketentuan.

Catatan : toleransi voltage maksimal hanya + 5%.

b. Periksa pemasangan arde (earthing) pada motor lift, panel utama,


governor dan pada kereta lift.

c. Uji tahanan isolasi dari kumparan 3 Phase motor lift, dengan megger,
minimal 0.5 mega ohm.

d. Isi atau tuangkan minyak pelumas untuk gear box mesin dan minyaki
rumah bantalan (bearing) mesin dengan minyak pelumas yang sesuai.

e. Buka dan lumasi mekanis rem mesin bersihkan sedapat mungkin dan
kemudian disetel. Rem dicoba dengan tenaga listrik, yakinkan dapat
membuka dan menutup.

f. Coba putaran motor, tanpa beban, untuk memastikan arah putaran,


sesuaikan dengan relay, untuk arah naik dan turun. Bobot CWT kira-kira
seimbang dengan kereta kosong.

g. Periksa rangkaian kontak pengaman listrik seutuhnya yang terdapat


dalam R/L, yaitu final limit switch, stopping switch, rope tension sheave
switch, dsb. Kemudian pengaman kontak pada kereta, seperti
inspection, emergency exit, stopping switch, emergency stop switch

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -60-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

(ES), broken tape switch (TES), safety linkage switch (SOS). Periksa
kontak keamanan pada mesin dan pada governor overspeed cutoff
switch (SO), dan terakhir semua door-contact dan gate-contack pada
pintu kereta. Semua kontak berfungsi dengan baik yaitu dapat
memutuskan arus dimana diperlukan dan secara normal dapat
sempurna mengantar arus tenaga listrik.

h. Fungsikan tombol-tombol “inspection mode” yang terdapat diatas atap


kereta lift. Pastikan tombol dilengkapi dengan pegas dan hanya bekerja
jika ditekan terus menerus baik untuk turun, maupun untuk naik.

i. Sekarang seorang diatas atap kereta dapat mulai jalankan lift dengan
menggunakan tombol-tombol inspection tersebut pada point 2.8.
Jalankan lift beberapa saat dulu, naik dan kemudian turun. Perhatikan
bila ada bagian-bagian kereta yang terganggu atau suara-suara yang
aneh. Hubungi rekan kerja yang ada di kamar mesin dengan intercom
atau walkie-talkie, apakah semua peralatan berjalan normal.

j. Setel (adjust) posisi slow-down switch, limit switch, final cutoff switch
dengan posisi sesuai petunjuk dan ketentuan, yaitu pada saat kereta
berada dilantai teratas dan lantai terbawah.

k. Pasang bendera metal (metallic vane) di R/L dari atas kereta dan setel
jarak-jarak badan inuction switch sesuai dengan ketentuan pabrikan
untuk setiap pintu/lantai perhentian, satu per satu berturut - turut.

l. Pasang proximity switch pada crosshead diatas atap kereta lift dengan
jarak terhadap vane maximum 10 mm atau sesuai dengan ketentuan
pabrikan.

m. Fungsikan motor penggerak pintu kereta, dan coba buka dan tutup.
Kemudian fungsikan safety shoe, setel microswitch sampai kerja pintu
membuka kembali dengan memuaskan. Fungsikan light ray atau
photocell. Setel buka tutup secara otomatis.

n. Jalankan kereta dan berhenti pada posisi ditengah-tengah R/L.


Sekarang rubah saklar “inspection mode” menjadi normal mode
(automatic). Seorang didalam kereta mencoba car call. Seorang dikamar
mesin mengamati controller.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -61-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

Lakukan penyetelan aselerasi dan decelerasi untuk long run dan juga
untuk short run dan “one floor flight”.

o. Lakukan penyetelan leveling pada tiap-tiap lantai dengan lift kecepatan


normal, yaitu perhentian jika lift turun, dan ulang perhentian jika lift naik.

p. Fungsikan semua tombol panggilan lantai (hall call). Juga indicator, hall
lantern dan arrival chime (jika ada) pada semua lantai.

q. Fungsikan load detector switch ada di bagian platform, intercom, alarm


bell, dan emergency lighting serta sinyal-sinyal yang termasuk dalam
kontrak.

4. Uji Coba Pesawat Pengaman

a. Lakukan uji coba dropped test, yaitu dalam keadaan kereta turun,
rahang governor dilepaskan (dengan cara melepaskan kaitnya secara
manual). Perhatikan pesawat pengaman kiri dan kanan bekerja
serempak. Ukur jarak kemerosotan kereta saat mulai pasak menggigit
sampai berhenti. Periksa jarak kemerosotan dengan daftar yang
diizinkan. Jika perlu setel tekanan pegas pada governor dan pesawat
pengaman. Periksa posisi lantai platform dengan waterpas. Kemiringan
tidak boleh lebih dari 5%.

b. Uji coba Rem motor

Beban kereta dengan test weight sampai 125% dari kapasitas lift.
Jalankan lift menurun dengan kecepatan penuh sesuai kontrak. Matikan
sumber tenaga listrik saat lift sedang melaju. Perhatikan lift berhenti
diam, atau merosot. Jika ragu-ragu maka pintu dibuka dan seorang
masuk kedalam kereta. Seharusnya lift tetap diam (tidak bergerak). Jika
perlu ulangi sekali lagi pengujian tersebut diatas dengan mematikan
sumber tenaga listrik saat kereta mendekati lantai terbawah dan
berangkatnya dari lantai teratas. Hal ini perlu jika motor lift dilengkapi
dengan roda gila (fly wheel). Harus ada waktu mulai saat rem bekerja
sampai kereta berhenti total untuk menghindari kejutan, minimal 3
detik.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -62-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator

c. Pengujian overbalance.

Pada point 2.6 disebutkan bahwa bobot imbang (CWT) masih kira-kira
seimbang dengan kereta kosong. Sekarang tiba saatnya bobot imbang
diisi tambahan beban agar seimbang dengan kereta yang dimuati beban
sebesar 45% overbalance. (Jika kapasitas lift 1000 kg, maka kereta
dimuati 450 kg). Jalankan lift naik turun dan ukur arus listrik pada kawat
umpan. Setel (tambah atau kurangi) beban pada bobot imbang sampai
diperoleh arus tersebut sama besar saat lift jalan dengan kecepatan
normal naik maupun turun.

Catatan : Pastikan bahwa interior kereta tidak dirubah dengan


menambah beban seperti marmer.

d. Pengujian langkah peredam (buffer stroke) kereta dimuati penuh sesuai


kapasitas kontrak dan dibiarkan merosot sampai menekan peredam
dengan cara men-jumper stopping contact dan limit switch. Setelah
kereta kembali merata dengan lantai, peredam hidrolis harus mampu
mendorong kembali toraknya ke posisi normal.

Uji coba pada a, b dan d sebaiknya disaksikan oleh pihak yang


berwenang yaitu pegawai pengawas dari Depnaker dan juga wakil dari
Construction Management (CM).

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -63-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator Rangkuman

RANGKUMAN

Pelaksanaan pekerjaan suatu instalasi adalah pada dasarnya memasang tiap-tiap


komponen pada tempatnya dan mengikuti urutan-urutannya serta
menghubungkan satu sama lain sesuai panduan sehingga berfungsi. Banyak
teknik (tata cara) yang dikembangkan oleh para produsen agar memudahkan
pelaksanaan. Tetapi teknik-teknik apapun tidak terlepas dari peraturan (basic
field practice) dan standar yang berlaku yang harus dipahami oleh pelaksana.

Setelah mengikuti pelajaran ini, peserta akan mampu menjelaskan urutan-


urutan kerja, pemasangan lift, menyusun jadwal dan regu pelaksana pemasangan
serta memahami prosedur pelaksanaan pemasangan lift.

Dan peserta diharapkan mampu. :


1. Menjelaskan lingkup pekerjaan pemasangan lift.
2. Menyusun jadwal tepat waktu tiap-tiap tahapan pekerjaan.
3. Menyusun regu pelaksana kompetensi pada bidang keterampilan tertentu.
4. Melakukan persiapan lapangan dan penanganan bahan (material handling).
5. Memahami prinsip metode pekerjaan pemasangan tiap-tiap komponen sesuai
persyaratan.
6. Menjaga keselamatan atau menghindari kecelakaan selama pelaksanaan
pekerjaan pemasangan.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -1-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator Lampiran 1

Lampiran - 1

URAIAN TUGAS (Job description)

 SUPERVISOR

A. Syarat-syarat minimum
1. Pendidikan : STM atau Politeknik bagian mesin atau listrik
2. Kursus tambahan : Training khusus dan management lapangan.
3. Pengalaman : 6 (enam) tahun pengalaman kerja, termasuk 2 tahun
kerja
dilapangan sebagai Charge hand (kepala regu)

B. Bawahan yang dipimpin


1. Kepala Regu (charge hand) 4 sampai 6
2. Teknisi mekanik (fitter)
3. Teknisi listrik (wireman)
4. Adjuster

C. Tugas pokok
Bertanggung jawab atas penyelesaian tugas pemasangan (instalasi) lift,
testing dan adjusting dengan mutu standard, tepat waktu dan sesuai
anggaran.

D. Tugas terperinci
1. Menelaah jadwal waktu yang dijatahkan.
2. Mengawasi tahapan-tahapan kerja secara berkala.
3. Mengatur pertemuan dengan pihak lain atau mengikuti rapat berkala.
4. Mengatur persiapan lapangan proyek
5. Mengikuti prosedur administrasi proyek
6. Memberikan motivasi dan bantuan kepada bawahan (pengetahuan,
metode dsb)
7. Tanggap atas kemungkinan jadwal tidak tercapai dengan membuat laporan
kepada atasan (mendeteksi adanya rintangan).

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -1-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator Lampiran 1

8. Memecahkan persoalan / kesulitan yang dihadapi bersama-sama dengan


bawahan dan atasan.
9. Mencatat jumlah manhour, menentukan efficiency hasil kerja dan membuat
evaluasi untuk perbaikan efficiency.
10. Tanggap atas metode kerja yang perlu disempurnakan.

 KEPALA REGU (chargehand)

A. Syarat minimum
1. Pendidikan : STM bagian mesin atau listrik
2. Kursus tambahan : Training khusus
3. Pengalaman : 3 Tahun pengalaman kerja lapangan memasang lift

B. Bawahan yang dipimpin


1. Teknisi mekanik (fitter)
2. Teknisi listrik (wireman)

C. Tugas pokok :
Seorang kepala regu adalah senior mekanik yang berbakat dan
berpengalaman dan dapat diandalkan. Disamping ikut bekerja juga
bertanggung jawab memimpin bawahannya 3 sampai 7 orang, menyelesaikan
tugas pemasangan.

D. Tugas terperinci :
1. Melakukan persiapan : mempelajari gambar layout, gambar teknis
pemasangan, daftar barang, spesifikasi lift dan jatah waktu penyelesaian.
2. Mempersiapkan kondisi lapangan.
3. Menyusun kebutuhan tenaga kerja sesuai besarnya proyek dan jatah
waktu.
4. Mengecek struktur bangunan R/L kalau-kalau ada yang menyimpang dan
mungkin dapat berpengaruh atas proses pemasangan.
5. Sewaktu-waktu lapor dan berunding dengan atasan untuk pemecahan
persoalan, kesulitan dan sebagainya.
6. Mengecek barang kemungkinan salah kirim, rusak, atau kurang lengkap
(keterlambatan dan sebagainya).
Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -2-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator Lampiran 1

7. Membimbing dan mendidik bawahan.


8. Menjaga keselamatan, mengikuti aturan prosedur kerja, mengevaluasi dan
membuat usulan.

 TEKNISI MEKANIK
A. Syarat-syarat minimum
1. Pendidikan : STM bagian mesin
2. Latihan : Orientasi
3. Pengalaman : 3 Tahun dilapangan sebagai helper-mekanik pemasang
lift.

B. Bawahan yang dipimpin.


Seorang Helper

C. Tugas Pokok
Bertanggung jawab atas pelaksanaan semua kegiatan mekanikal dalam
pemasangan lift.

D. Tugas-tugas terperinci :
1. Menyelesaikan pekerjaan sesuai prosedur instalasi yang digariskan.
2. Mengecek barang yang harus dipasang, tersedianya barang yang akan
dipasang dan bahan pembantu, peralatan dan perkakas.
3. Menempatkan dan merapikan barang yang akan dipasang agar
memudahkan proses pemasangan.
4. Bekerja sama dengan teknisi listrik dalam mengatur pemasangan bagian-
bagian tertentu.
5. Turut menjaga keamanan dan keselamatan lingkungan (tanggap).
6. Bertanggung jawab atas alat perkakas yang dipakai diproyek.

 TEKNISI LISTRIK

A. Syarat-syarat minimum
1. Pendidikan : STM bagian listrik
2. Latihan : Orientasi
3. Pengalaman : 3 Tahun dilapangan sebagai helper mekanik atau listrik.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -3-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator Lampiran 1

B. Bawahan yang dipimpin.


Seorang Helper

C. Tugas Pokok
Bertanggung jawab atas pelaksanaan semua kegiatan
perlistrikan dalam pemasangan lift.

D. Tugas terperinci
1. Menyelesaikan pekerjaan sesuai prosedur instalasi yang digariskan.
2. Mempersiapkan kabel listrik (wire harness)
3. Memasang saluran-saluran kabel (cable throwing)
4. Mengecek barang yang akan dipasang, termasuk jumlah persediaannya
dan kesesuaian dengan spesifikasi.
5. Bekerja sama dengan teknisi mekanik dalam mengatur pemasangan
bagian-bagian tertentu.
6. Turut menjaga keamanan dan keselamatan lingkungan (tanggap) dan
bertanggung jawab atas alat perkakas dan instrumen yang dipakai.

 HELPER

A. Syarat-syarat minimum
1. Pendidikan : STM bagian mesin atau listrik
2. Latihan : Orientasi
3. Pengalaman : 1 Tahun dilapangan

B. Tugas Pokok
Membantu teknisi mekanik atau teknisi elektrik menyelesaikan tugas-tugas
dalam rangka pemasangan lift.

D. Tugas-tugas lain
1. Membantu pekerjaan lain yang ditugaskan oleh atasan.
2. Menjaga keamanan barang dari kerusakan dan lain-lain.
3. Turut menjaga keamanan dan keselamatan diri sendiri dan lingkungan.
4. Menjaga keamanan alat-alat perkakas proyek.

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -4-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator Lampiran 1

Lampiran – 2

Jadwal Pekerjaan Pemasangan (Bar-chart)

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -1-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator Lampiran 3

Lampiran – 3
Network Planning (NWP)

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -1-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator Lampiran 4

Lampiran – 4

TANDA UJI KESELAMATAN KERJA


UU NO.1/1970.Jo.Permenaker 03/MEN/1999

No. Reg : .........................................................................


Jenis Pesawat Lift : .........................................................................
Merk/Buatan : ....................................... No. Serie ..................
Beban Maksimal
Kelajuan : .........................................................................
Berlaku s/d : .........................................................................
Diuji oleh : .........................................................................
Perusahaan Jasa Instalasi : .........................................................................
No. Telpon / Fax : .........................................................................

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -1-
Modul SSLE-07 : Metode Pemasangan Lift dan Eskalator Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Installation Manual by Puarsa, Spain


2. Installation Manual, NEMI, Inc, New York
3. Lift Installation Manual by Northern Sdn Berhad, Malaysia
4. SNI.03-7017-2004, Pemeriksaan dan Pengujian Lif Traksi Listrik.
5. SNI.03-2190-1999, Syarat-syarat umum konstruksi lif penumpang yang
dijalankan dengan motor traksi.
6. SNI.03-2190.1-2000, Syarat-syarat umum konstruksi lif yang dijalankan
dengan transmisi hidrolik
7. SNI-03-2190.2-2000, Syarat-syarat umum konstruksi lif pelayan
(dumbwaiter) yang dijalankan dengan tenaga listrik
8. SNI.03-6247.1-2000, Syarat-syarat umum konstruksi lif pasien.
9. SNI.03-6247.2-2000, Syarat-syarat umum konstruksi lif penumpang khusus
untuk perumahan.
10. SNI.03-6248-2000, Syarat-syarat umum konstruksi eskalator yang dijalan
dengan tenaga listrik.
11. SNI.05-7052-2004, Syarat-syarat umum konstruksi lif penumpang yang
dijalankan dengan motor traksi tanpa kamar mesin.
12. SNI.03-6573-2001, Tatacara rancangan sistem transportasi vertikal dalam
gedung.
13. SNI...... (Nomor masih dalam perancangan BSN), Syarat-syarat umum
Konstruksi dan Keselamatan lift barang (masih berupa usulan).
14. Pola Standar Kualifikasi Keterampilan KepMen No.146/MEN/1990,
Dep.Naker.
15. Pembinaan Operasi P2K3, 1998, Dep. Naker
16. PermenNakertrans No.03/MEN/1999, Syarat-syarat Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lift untuk pengangkutan orang dan barang.
17. Maintenance for Building Manager, oleh Elevator World, Inc. USA, 1990
18. Elevator Maintenance Manual, 1999, oleh Zack McCain
19. Installation Manual, oleh NEMI, Inc. New York, 1970
20. Education Package, Volume-3, oleh Elevator World, Inc. New York.
21. The Guide of Elevatoring, oleh Elevator World, Inc. New York
22. Elevator Mechanical Design, 2nd detion, oleh Lubomir Janouvsky, 1993
23. Vertical Transportation: Elevator and Escalator, oleh George R.
Strackosch, ISBN 0-471-86733-0 (1982).

Pelatihan Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator -1-

Anda mungkin juga menyukai