Anda di halaman 1dari 72

Putri Siti Rahma, S.

Si

Panduan Penulisan
Karya Ilmiah

Kelas 12
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
senantiasa melimpahkan ramat dan karunianya, sehingga masih
diberikan waktu dan kesempatan dalam menyusun buku Panduan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Shalawat serta salam penulis
limpahkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga serta sahabat-
sahabat beliau.

Seiring dengan keberlangsungan perkembangan teknologi dan ilmu


pengetahuan, kurikulum sekolah menengah atas terus berkembang
menyesuaikan dengan upaya peningkatan kualitas para peserta-didiknya.
Merujuk pada Kementrian Pendidikan Nasional pada tahun 2019, ujian
nasional tidak lagi menjadi syarat kelulusan bagi para peserta didik di
sekolah menengah atas. Maka sebagai pengganti dari syarat kelulusan,
SMA Islam Terpadu Al Kahfi menentukan penulisan karya tulis ilmiah
untuk setiap peserta-didiknya.

Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai rujukan


peserta didik menjalani proses pengerjaannya baik itu dimulai dari
pemunculan gagasan, penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian,
hingga menyusun karya tulis yang diakhiri dengan presentasi hasil karya
tulis.
Dengan memperhatikan kemampuan para peserta didik dalam hal
menulis yang sedang dalam tahapan proses pembelajaran, panduan ini
berfungsi sebagai rambu-rambu tata cara penulisan karya tulis ilmiah
sesuai dengan ejaan Bahasa Indonesia yang benar. Sehingga para peserta
didik dapat memiliki pedoman yang bisa peserta didik ikuti.

Ucapan Terima Kasih kepada Kepala Sekolah dan timnya yang telah
memberikan arahan, masukan, dan saran selama penyusunan panduan
ini berlangsung. Semoga panduan ini dapat menjadi manfaat untuk
peserta didik SMA Islam Terpadu Al Kahfi.

|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia.....................................................1
B. Metode Ilmiah...............................................................................................2
BAB 2 BERPIKIR KRITIS..............................................................................................4
A. Ciri-ciri Pemikir Kritis.....................................................................................4
B. Manfaat Berpikir Kritis...................................................................................5
BAB 3 PRAKTIK BERPIKIR KRITIS................................................................................8
A. Proses Berpikir Kritis......................................................................................8
B. Metode Berpikir Kritis.................................................................................10
BAB 4 BERPIKIR KREATIF DAN INOVATIF................................................................13
A. Pengertian Kreatif dan Kreatifitas...............................................................13
B. Pengertian Inovasi dan Inovatif...................................................................16
BAB 5 JUDUL PENELITIAN.......................................................................................20
A. Menemukan Ide Judul.................................................................................20
B. Membuat Judul Karya Ilmiah.......................................................................23
BAB 6 TEKNIK PENULISAN......................................................................................24
A. Penulisan Huruf...........................................................................................24
B. Penulisan Angka dan Bilangan.....................................................................27
C. Penggunaan Tanda Baca..............................................................................28
D. Teknik Penulisan Lainnya.............................................................................30
BAB 7 PROPOSAL PENELITIAN................................................................................41
BAB 8 PENULISAN KARYA ILMIAH...........................................................................45
A. Halaman Penulisan......................................................................................45
B. Format Penulisan Karya Ilmiah....................................................................52

|Page
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia


1. Sekilas Dunia Sebelum Islam
Berbagai macam peradaban dunia telah hadir sebelum Islam,
diantaranya adalah Yunani, India, Persia, Romawi, dan Arab sebelum Islam.
Sebelum peradaban Islam secara keseluruhan peradaban dunia memiliki
adab-adab yang sangat merugikan kehidupan umat manusia. Kegelapan,
kebodohan, ketidakadilan, dan tentu saja jauh dari nilai-nilai etika
kemanusiaan. Tidak heran para penemu awal ilmu pengetahuan yang hidup
pada zaman tersebut seperti Aristoteles, Plato, dan Galileo tidak bisa
mengembangkan temuannya dikarenakan mendapatkan hukuman dari
penguasanya pada zaman tersebut. Hal ini tentu saja jauh berbeda setelah
Islam hadir, ilmu pengetahuan di berbagai aspek bidang keilmuan hadir dan
berkembang pesat di dalam peradaban Islam.

2. Peradaban Dunia Saat Islam Datang


Peradaban Islam di mata dunia memiliki karakteristik tersendiri yang
amat berbeda dengan peradaban lainnya. Peradaban Islam ditegakkan atas
dasar risalah langit yaitu Al Qur’an dan Hadist. Islam yang memiliki nilai-
nilai akhlak, kebenaran, keadilan, kebaikan, dan kemanusiaan. Pandangan
Islam terhadap ilmu pengetahuan tidak pernah ada pertentangan, dari sanalah
perkembangan ilmu yang saling bergantian hadir. Para ilmuan Islam masing-
masing menciptakan karya tulis sebagai wujud hadirnya bidang ilmu
tersebut. Karya-karya tulis ini yang menjadi referensi dunia dalam
mengembangkan setiap bidang keilmuan. Seluruh bidang keilmuan muai dari
sains, hukum, politik, sastra, dan seni pertama kali ditemukan dan
dikembangkan oleh orang-orang Islam jauh lebih dulu. Hal ini membuktikan
bahwa peradaban Islamlah yang melahirkan ilmu pengetahuan di mana
karya-karya tulisnya yang menjadi acuan dunia.

|Page
B. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan cara dalam memecahkan sebuah permasalahan
ilmiah melalui tahapan-tahapan tertentu yakni penulusuran pustaka, maksud
dan tujuan, hipotesis, percobaan, dan kesimpulan.

1. Penelusuran Pustaka
Penelusuran pustaka merupakan tahap mengumpulkan keterangan
mengenai sebuah pokok permasalahan yang akan dipelajari. Penelusuran
pustaka harus dilakukan lebih awal karena sebagai landasan dalam
merumuskan tujuan, membuat hipotesis, merancang percobaan dan menarik
kesimpulan.

2. Tujuan
Tujuan merupakan sebuah pernyataan yang mengungkapkan
permasalahan yang akan dicari jawabannya. Kita harus mempunyai bekal
pengetahuan mengenai sebuah pokok permasalahan sebelum merumuskan
menjadi sebuah pertanyaan yang akan membawa kita pada sebuah
percobaan. Jadi beberapa penelusuran pustaka sangat diperlukan sebelum
memutuskan sebuah tujuan.

3. Hipotesis
Hipotesis merupakan sebuah dugaan awal mengenai jawaban dari
permasalahan yang kita hadapi berdasarkan hasil penelusuran pustaka yang
kita lakukan dan ilmu pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya. Sangat
penting bagi kita untuk menuliskan hipotesis dari sebuah penelitian/proyek
yang kita lakukan. Kita tidak boleh mengubah hipotesis meskipun akhirnya
percobaan kita membuktikan bahwa hipotesis yang kita ambil salah.

4. Percobaan
Percobaan merupakan sebuah langkah untuk menguji hipotesis. Dalam
percobaan, keselamatan adalah sebuah hal yang sangat penting dan harus
kita perhatikan. Oleh karena itu kita harus mengenal alat dan bahan yang kita
pakai serta kondisi lingkungan sebelum melakukan percobaan. Pelajarilah
terlebih dahulu cara mengoperasikan/pemakaian peralatan sebelum
menggunakannya untuk menghidari hal-hal yang tidak diinginkan. Ketika

|Page
kita melakukan langkah perobaan yang belum pernah diuji, coba lakukan di
bawah pengawasan orang lain atau orang dewasa.

5. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan ringkasan hasil percobaan. Kesimpulan juga
berisi pernyataan yang menjelaskan bagaimana hubungan antara hasil dan
tujuan percobaan. Alasan mengapa hasil percobaan bertolak belakang
dengan hipotesisnya juga dituliskan di sini.

Referensi
As-Srijani, Raghib. (2019). Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

|Page
BAB 2
BERPIKIR KRITIS

A. Ciri-ciri Pemikir Kritis


Berpikir kritis adalah proses berpikir dimana informasi menjadi
keputusan atau kesimpulan. Cara berpikir seseorang berbeda dengan cara
berpikir orang lain, tidak ada cara berpikir yang persis sama. Inilah yang
sering disebut sebagai perbedaan persepsi atau sudut pandang. Cara yang
bisa dilakukan untuk mengasah kemampuan untuk mengingat atau
memecahkan suatu masalah adalah dengan cara melakukannya secara
rutin setiap hari. Berpikir kritis akan membantu memecahkan masalah
atau mengambil keputusan dengan baik.

Seseorang dengan kemampuan berpikir kritis akan mampu untuk:


 Memahami keterkaitan atau kontekstualitas di antara gagasan.
 Menentukan poin penting dan relevansi dari sebuah argumen dan ide.
 Mengenali, membangun, dan menilai argumen.
 Mengidentifikasi inkonsistensi dan kesalahan dalam penalaran.
 Mendekati masalah dengan cara yang konsisten dan sistematis.
 Merenungkan justifikasi dari asumsi, keyakinan, dan nilai mereka
sendiri.
Keterampilan yang kita butuhkan untuk dapat berpikir kritis bervariasi
dan termasuk observasi, analisis, interpretasi, refleksi, evaluasi,
penyimpulan, penjelasan, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.
Secara khusus kita harus dapat:
 Memikirkan tentang suatu topik atau masalah dengan cara yang
objektif dan kritis.
 Mengidentifikasi berbagai argumen yang ada terkait dengan masalah
tertentu.
 Mengevaluasi sudut pandang untuk menentukan kualitas kesahihannya.
 Menemukan setiap kelemahan atau poin negatif yang ada dalam bukti
atau argumen.
 Memperhitungkan implikasi apa yang mungkin ada di balik pernyataan
atau argumen.

|Page
 Mengajukan alasan dan dukungan sistematis terstruktur untuk argumen
yang ingin kita buat.

B. Manfaat Berpikir Kritis

1. Memiliki banyak alternatif jawaban dan ide kreatif


Membiasakan diri berpikir kritis akan melatih Anda memiliki
kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional. Dimana Anda juga akan
dapat berpikir secara mandiri dan reflektif. Berpikir dan bertindak reflektif
adalah tindakan dan pikiran yang tidak Anda rencanakan, terjadi secara
spontan dan begitu saja, secara refleks otak Anda akan memikirkan suatu hal
serta melakukan hal-hal lain tanpa perlu Anda memikirkan atau menyuruh
otak Anda untuk memikirkan secara ulang. Terbiasa berpikir kritis juga akan
membuat Anda memiliki banyak alternatif jawaban serta ide-ide kreatif. Jika
Anda mempunyai suatu masalah, Anda tidak hanya terpaku pada satu jalan
keluar atau penyelesaian, Anda akan memiliki banyak opsi atau pilihan
penyelesaian masalah tersebut. Berpikir kritis akan membuat Anda memiliki
banyak ide-ide kreatif dan inovatif serta out of the box.

2. Mudah memahami sudut pandang orang lain


Berpikir kritis membuat pikiran dan otak Anda lebih fleksibel. Anda
tidak akan terlalu kaku dalam berpikir atas pendapat atau ide-ide dari orang
lain. Anda lebih mudah untuk menerima pendapat orang lain dan persepsi
yang berbeda dari persepsi Anda sendiri. Hal ini memang tidak mudah untuk
dilakukan, namun jika Anda telah terbiasa untuk berpikir kritis, maka dengan
sendirinya, secara spontanitas, hal ini akan mudah untuk Anda lakukan.
Keuntungan lain dari memiliki pikiran yang lebih fleksibel dari berpikir
kritis adalah Anda lebih mudah memahami sudut pandang orang lain. Tidak
terlalu terpaku pada pendapat Anda sendiri, dan lebih terbuka terhadap
pemikiran, ide, atau pendapat orang lain.

3. Menjadi rekan kerja yang baik


Lebih banyak manfaat-manfaat lain yang bisa Anda peroleh karena
berpikir kritis. Dan manfaat-manfaat itu pada umumnya saling berkaitan.
Misalnya saja Anda lebih mudah, terbuka, menerima, serta tidak kaku dalam

|Page
menerima pendapat orang lain, Anda tentu kaan lebih dihormati oleh rekan
kerja Anda. Karena Anda mau menerima pendapat orang lain dengan pikiran
terbuka. Maka rekan kerja Anda pasti akan menganggap Anda sebagai rekan
kerja yang baik. Di dalam lingkungan kerja, hal lain yang penting selain
pekerjaan dan hubungan dengan atasan adalah lingkungan kerja. Lingkungan
kerja ini tentu saja dipengaruhi oleh rekan-rekan kerja Anda. Jika hubungan
Anda baik dengan rekan kerja, situasi lingkungan kerja juga akan lebih baik
dan lebih kondusif serta produktif dalam bekerja.

4. Lebih Mandiri
Berpikir kritis membuat Anda mampu berpikir lebih mandiri, artinya
tidak harus selalu mengandalkan orang lain. Saat dihadapkan pada situasi
yang rumit dan sulit serta harus segera mengambil keputusan, Anda tidak
perlu menunggu seseorang yang Anda anggap mampu menyelesaikan
masalah, karena Anda sendiri juga mampu menyelesaikan masalah tersebut.
Dengan memiliki pikiran yang kritis, Anda dapat memunculkan ide-ide,
gagasan, serta saran-saran penyelesaian masalah yang baik. Dengan berpikir
kritis, akan melatih otak Anda untuk berpikir lebih kritis, tajam, kreatif, serta
inovatif.

5. Sering menemukan peluang baru


Dengan berpikir kritis, lebih memungkinkan Anda untuk menemukan
peluang-peluang baru dalam segala hal, bisa dalam pekerjaan maupun bisnis
atau usaha Anda. Berpikir kritis membuat pikiran Anda lebih tajam dalam
menganalisa suatu masalah atau keadaan. Tentu saja hal ini akan berdampak
pada kewaspadaan Anda itu sendiri. Untuk menemukan peluang, dibutuhkan
pikiran yang tajam serta mampu menganalisa peluang yang ada pada suatu
keadaan. Berpikir kritis akan menguntungkan Anda, karena Anda akan lebih
cepat dalam menemukan peluang tersebut jika dibandingkan dengan orang
yang tidak terbiasa berpikir kritis.

6. Meminimalkan salah persepsi


Salah persepsi akan sering terjadi bila Anda tidak terbiasa berpikir kritis.
Saat Anda menerima sebuah pernyataan dari orang lain dan orang lain
tersebut juga percaya akan pernyataan tersebut maka jika Anda memiliki
pemikiran yang kritis Anda akan mencari kebenaran akan persepsi tersebut.

|Page
Anda tidak akan mudah salah dalam sebuah persepsi yang belum tentu benar
hanya dengan orang lain mengatakan hal tersebut adalah benar. Saat Anda
tahu sebuah persepsi dari orang lain tersebut salah Anda akan membantu
bukan hanya diri Anda tapi juga orang tersebut. Dengan semakin Anda
berpikir kritis hal ini akan meminimalkan salah persepsi.

7. Tidak mudah ditipu


Berpikir kritis membuat Anda dapat berpikir lebih rasional serta
beralasan. Anda mengambil keputusan berdasarkan fakta, atau Anda akan
menganalisa suatu anggapan terlebih dahulu kemudian Anda kaitkan dengan
sebuah fakta. Anda tidak mudah percaya dengan perkataan orang lain.
Sehingga hal tersebut akan memudahkan Anda untuk tidak tertipu atau ditipu
oleh orang lain. Anda akan memproses suatu informasi apakah relevan atau
sesuatu yang mustahil sehingga Anda dapat simpulkan sebagai sesuatu yang
tidak benar atau mengandung unsur kebohongan. Berpikir kritis menuntun
Anda lebih selektif dalam mengolah informasi, sehingga Anda tidak akan
mudah tertipu karena setiap mendapat suatu informasi, Anda tidak akan
langsung mempercayainya begitu saja, namun Anda akan menganalisisnya
kembali secara rasional.

Referensi
http://ciputrauceo.net/blog/2015/3/9/7-manfaat-berpikir-kritis-dan-metode-
mencapainya

|Page
BAB 3
PRAKTIK BERPIKIR KRITIS

A. Proses Berpikir Kritis

Praktik berpikir kritis adalah cara berpikir tentang pelaku, sasaran, atau
isu-masalah apa pun yang mana pemikir meningkatkan kualitas
pemikirannya dengan menganalisis, menilai, dan merekonstruksi sendiri
pemikirannya tersebut.
Pemikiran kritis bersifat swadaya, pelaku dan sasarannya pertama-tama
adalah diri sendiri, secara disiplin pemikir kritis akan mengawasi dan
memperbaiki tindak dan pola pikirnya sendiri. Hal ini tentu saja
mensyaratkan penerapan standar yang ketat secara sadar dan konsisten
berkesinambungan. Berpikir kritis juga memerlukan komunikasi yang efektif
dan kemampuan pemecahan masalah, serta komitmen untuk mengatasi
potensi dan keadaan egosentrisme dan sosiosentrisme pelakunya sendiri.
Intinya, berpikir kritis mengharuskan kita menggunakan kemampuan
kita untuk berpikir. Ini adalah tentang menjadi pelajar aktif daripada
penerima informasi yang pasif. Pemikir kritis secara ketat mempertanyakan
gagasan dan asumsi daripada menerimanya tanpa tanya. Mereka akan selalu
berusaha untuk menentukan apakah ide, argumen, dan temuan mewakili
keseluruhan gambaran dan dengan terbuka menerima jika ternyata ada
perbedaan atau kesilapan nilai. Pemikir kritis akan mengidentifikasi,
menganalisis, dan menyelesaikan masalah secara sistematis, bukan dengan
intuisi atau insting.

1. Kenali Masalah
Ada beberapa tahapan dan cara bagaimana agar Anda dapat berpikir
kritis. Selain harus berlatih, yang pertama perlu Anda lakukan adalah
mengenali masalah Anda. Masalah biasanya terjadi karena faktor-faktor
psikologis, keluarga, teman, serta lingkungan. Kemampuan untuk mengatasi
masalah biasanya dipengaruhi oleh kemampuan masing-masing individu,
dukungan dari orang lain, serta pemikiran yang positif. Mengenali masalah
adalah hal yang penting, pertama Anda harus memahami diri Anda, masalah
apa yang sedang Anda hadapi, apa dampaknya terhadap Anda dan orang

|Page
lain, serta bagaimana posisi Anda dalam masalah tersebut. Setelah
mengetahui masalah Anda, lebih baik Anda berpikir kritis dalam
memecahkan masalah Anda tersebut, serta tidak tergesa-gesa dalam
mengambil keputusan.

2. Tentukan Prioritas
Dalam kehidupan, setiap orang pasti memiliki masalah dan kebutuhan
hidup. Akan lebih baik bila Anda menentukan prioritas dalam hidup Anda.
Misalnya apa yang ingin Anda capai dalam kehidupan Anda, misalkan saja
tentang mencapai mimpi, cita-cita, serta berikan deadline untuk target Anda
tersebut. Contohnya adalah Anda ingin menyelesaikan studi S1 dalam waktu
4 tahun, dan lain sebagainya. Intinya adalah Anda memiliki target dan
urutkan target-target Anda tersebut dalam skala prioritas yang jelas. Pahami
betul prioritas yang Anda ambil, urutkan serta sebisa mungkin lakukan
sesuai prioritas yang telah Anda tentukan tersebut.

3. Kumpulkan Informasi
Untuk berpikir kritis, tahap selanjutnya adalah Anda perlu
mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Informasi dalam hal apapun,
karena informasi tersebut nantinya pasti akan sangat bermanfaat untuk Anda.
Jangan pernah membatasi pengetahuan Anda terhadap suatu hal. Usahakan
untuk memperkaya dan memperluas pengetahuan Anda tersebut dengan cara
memperbanyak informasi. Informasi bisa Anda diperoleh darimana saja, bisa
dari buku-buku, internet, studi lapangan, jurnal, dan lain sebagainya.
Semakin banyak informasi yang Anda punya, Anda akan semakin kaya akan
pengetahuan sehingga tidak mudah tertipu, mampu menganalisa dengan
baik, serta bisa mengambil keputusan yang tepat berdasarkan hasil analisa
fakta-fakta yang ada.

4. Kenali Persepsi yang muncul


Dalam suatu keadaan, biasanya akan ada banyak pendapat dari berbagai
orang. Jika mendapatkan suatu informasi, Anda jangan langsung menerima
begitu saja informasi tersebut dan menganggapnya sebagai kebenaran. Selalu
analisa informasi tersebut, tambahkan dengan berbagai pengetahuan yang
Anda miliki sebagai bahan pertimbangan agar Anda tidak salah menerima
persepsi orang lain yang mana persepsi tersebut menurut orang lain adalah

|Page
benar. Kenali terlebih dahulu persepsi yang muncul, berikanlah perasaan
sedikit curiga serta tidak percaya terhadap persepsi tersebut. Dengan begitu,
Anda akan terhindar dari menerima dan mempercayai begitu saja persepsi
dari orang lain.

5. Analisa Data
Biasakan diri Anda untuk menganalisa data-data yang ada maupun
informasi-informasi yang Anda peroleh. Untuk membiasakan diri berpikir
kritis, Anda perlu mengkaitkan segala informasi yang Anda terima dengan
data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya saja dengan
opini masyarakat terhadap tingkat kemiskinan dan kesejahteraan di
Indonesia. Opini tersebut memerlukan data-data yang valid. Anda dapat
mengkonfirmasi hal tersebut dengan data-data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) untuk mengetahui secara akurat data-data serta angka prosentase nya
dari tahun ke tahun. Dari keterangan atau data tersebut, baru Anda dapat
menganalisa sebuah kasus atau permasalahan mengenai kesejahteraan dan
kemiskinan di Indonesia tersebut.

6. Buat Keputusan / Kesimpulan


Berpikir kritis tidak sekedar mampu mengenali masalah, menentukan
prioritas, mengumpulkan informasi, mengenali persepsi yang muncul, serta
menganalisa data. Untuk berpikir kritis, Anda perlu menyempurnakan
tahapan-tahapan tersebut dengan tahapan terakhir yaitu mampu mengambil
kesimpulan serta membuat keputusan. Keputusan yang baik hanya dapat
dibuat atau diambil berdasarkan tahapan-tahapan tersebut diatas. Jika Anda
terbiasa berpikir kritis, kesimpulan serta keputusan yang Anda buat tersebut
akan membantu orang lain, menyelesaikan masalah, serta merupakan jalan
keluar terbaik dari masalah yang sedang dihadapi. Karena pemikiran Anda
adalah pemikiran yang kritis, kreatif, informatif, penuh ide, serta inovatif.
Anda terbiasa dengan ide-ide baru yang muncul, serta peka terhadap
peluang-peluang yang ada dalam setiap kesempatan. Maka dari itu,
kesimpulan dan keputusan yang Anda ambil adalah yang terbaik dan positif
bagi diri Anda sendiri serta untuk orang lain.

B. Metode Berpikir Kritis

|Page
Ada banyak metode berpikir kritis selain mengandalkan pemikiran diri
sendiri. Dengan menggabungkan pemikiran dari beberapa individu dapat
menjadikan hasil keputusan menjadi lebih terperinci dan bahkan hasilnya
menjadi solusi tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri namun juga
menjadi solusi untuk semua orang. Berikut adalah beberapa metode paling
umum yang digunakan untuk berpikir secara kritis.

1. Berdebat
Metode yang digunakan saat adanya pihak yang memiliki pandangan
cukup bertolak belakang. Caranya adalah masing-masing pihak memberikan
argumentasi yang menurutnya benar dengan disertai bukti-bukti pendukung.
Tujuan berdebat adalah menentukan pemikiran mana yang paling benar.
Dalam berdebat biasanya ada pihak penengah yang berperan sebagai
moderator dan memastikan setiap pihak tidak melampaui etika atau
peraturan yang ada saat beragumentasi.

2. Grup Diskusi
Berbeda dengan berdebat, dengan berdiskusi tidak ada pihak yang
menang atau kalah. Tujuannya adalah mencapai solusi untuk kepentingan
bersama dan hasilnya disepakati secara mufakat. Metode berpikir yang
dilakukan secara berkelompok sehingga menghasilkan hasil yang lebih cepat
dan baik untuk semua orang. Biasanya ada sesi tanya jawab yang bertujuan
untuk menambah informasi dan penanganan yang lebih luas. Biasanya ada
satu pemimpin grup yang memastikan jalannya diskusi tidak melenceng dari
tema diskusi.

3. Persuasi
Metode ketiga yang sering digunakan adalah metode dalam bentuk
persuasi. Metode persuasi menggunakan komunikasi yang bertujuan untuk
mempengaruhi orang lain. Mempengaruhi perbuatan, keyakinan, nilai atau
prinsip orang lain memang membutuhkan pola pikir kritis. Iklan adalah salah
satu hasil dari metode persuasi.

4. Propaganda

|Page
Metode yang hampir mirip dengan persuasi namun digunakan untuk
kepentingan yang lebih luas dengan menggunakan berbagai media massa
hingga para pendengar mau berubah dan bergerak secara massa mengikuti
pemikiran dari si propaganda.

Referensi
https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/praktik-berpikir-kritis/

|Page
BAB 4
BERPIKIR KREATIF DAN INOVATIF

Kreatif dan inovatif merupakan dua unsur yang berkaitan dan


berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang. Apabila sejak kecil kita di latih
untuk bisa berlaku kreatif, maka dewasa ini kita juga diharapkan bisa
melakukan inovasi untuk menemukan hal-hal baru.
Adapun kreativitas seseorang memang tidak bisa terjadi secara instan,
namun perlu proses panjang yang harus di lalui untuk terus berkembang
hingga mencapai titik tertentu, begitu juga inovatif yang mana perlu dilatih
dan di upayakan dalam mengembangkan ide-ide yang sudah ada.

A. Pengertian Kreatif dan Kreatifitas


Kata kreatif secara etimologi berasal dari bahasa Inggris to create yang
berarti membuat atau menciptakan. Dengan demikian, kreatif dapat dimaknai
menciptakan suatu ide atau konsep dalam memecahkan suatu permasalahan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘kreatif’ memiliki
pengertian memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk
menciptakan. Sementara itu “kreativitas” berarti kemampuan untuk mencipta
atau daya cipta.
Kreativitas merupakan naluri yang sudah dimiliki manusia sejak lahir.
Akan tetapi, kreativitas tidak dapat berkembang dengan sendirinya.
Rangsangan dari lingkungan akan sangat berpengaruh untuk menumbuhkan
kreativitas.
Kreatif dan kreativitas menunjukkan cara berpikir seseorang dalam
memecahkan masalah. Kreatif dimulai dari berpikir untuk menemukan ide.
Ide tersebut bisa jadi merupakan ide yang sederhana, akan tetapi efektif
untuk memecahkan suatu masalah.

1. Bentuk-bentuk kreatifitas
Dalam kehidupan manusia, bentuk-bentuk kreativitas dapat dituangkan
dalam beberapa hal. Berikut ini adalah bentuk-bentuk kreativitas.

a) Ide
Pemikiran yang kreatif dapat mengantarkan seseorang untuk
menghasilkan suatu ide. Ide di sini haruslah unik dan belum pernah

|Page
terpikirkan sebelumnya. Ide adalah suatu pemikiran yang menciptakan
solusi untuk mengatasi masalah yang ada di masyarakat.

b) Produk
Produk merupakan salah satu bentuk kreativitas pula. Hal ini karena untuk
menciptakan suatu produk, diperlukan suatu proses kreatif sehingga
produk tersebut dapat memenuhi harapan konsumen. Produk di sini dapat
berupa barang maupun jasa.

c) Gagasan
Kreativitas juga dapat dituangkan dalam wujud gagasan. Gagasan yang
dimaksud merupakan gagasan untuk mengatasi masalah. Gagasan dapat
disampaikan secara langsung maupun tulisan seperti melalui buku,
publikasi, dan lain-lain.

2. Ciri-ciri orang kreatif


Kreatif merupakan sifat yang dimiliki oleh manusia. Ada beberapa ciri-
ciri yang menunjukkan bahwa seseorang itu kreatif. Berikut adalah daftarnya

a) Suka Berimajinasi
Kadang kala, beberapa orang tidak menyadari bahwa orang melamun
bukan benar-benar melamun, melainkan berimajinasi. Banyak orang yang
meremehkan kegiatan ini karena dinilai menghabiskan banyak waktu.
Akan tetapi, berimajinasi dapat menjadi salah satu ciri orang kreatif.
Orang yang suka berimajinasi cenderung lebih menekankan berpikir
menggunakan otak kanan dibandingkan dengan otak kirinya.

Orang-orang yang suka berimajinasi dikenal sebagai pemimpi yang


realistis, yang mana ia akan dapat merealisasikan mimpinya.

b) Menyukai Tantangan
Bagi orang yang kreatif, tantangan bukanlah hal yang membuat mereka
berhenti. Justru tantangan akan memacu semangat mereka. Orang-orang
kreatif akan memandang sebuah tantangan sebagai suatu hal yang harus
dihadapi dengan rasa optimis.

|Page
Maka, tidak heran bila banyak orang kreatif yang suka mengambil risiko.
Banyak pula orang kreatif yang mengalami kegagalan demi kegagalan. Di
saat demikian, orang kreatif akan menganggap kegagalan sebagai suatu
pelajaran.

Saat mereka pada akhirnya berhasil menghadapi tantangan itu, akan


muncul rasa bangga dalam dada mereka.

c) Mudah Untuk Beradaptasi


Orang-orang kreatif dinilai sebagai individu yang mempunyai pemikiran
cepat untuk menemukan ide atau gagasan dalam rangka mengatasi
masalah. Kemampuan ini membuat mereka cepat beradaptasi di
lingkungan baru.Selain itu, kemampuannya beradaptasi akan membantu
banyak pihak untuk menyelesaikan kasus secara berkelompok. Oleh
karena itu, dengan berada di dekat orang kreatif, Anda mungkin saja akan
banyak ditolong.

d) Mudah Merasa Bosan


Orang yang kreatif sangat sering berimajinasi dan memiliki sifat terbuka
pada hal yang baru. Sifat ini membuat orang-orang kreatif menjadi cepat
bosan pada suatu hal dan terdorong untuk mencoba hal atau tantangan
baru di sekitarnya.

e) Kadang Menjadi Seseorang yang Misterius


Pribadi yang kreatif adalah pribadi yang sulit ditebak. Oleh karena itu,
kadang orang lain akan mengecapnya sebagai pribadi misterius. Selain
itu, sebenarnya orang yang kreatif akan mempunyai daya sensitivitas yang
tinggi. Artinya, mereka adalah orang-orang yang peka dan peduli terhadap
sekitar. Selain itu, rasa empati mereka juga dapat dikatakan sangat baik.
Hanya saja, pribadi yang sulit ditebak dari orang kreatif kadang-kadang
akan membuat orang lain bingung.

3. Contoh kreatifitas
Kreativitas dapat muncul kapan saja dan di mana saja. Lingkupnya pun
luas, mulai dari hal yang sangat sederhana hingga paling rumit. Berikut

|Page
adalah contoh-contoh kreativitas yang dapat kita temui pada kehidupan
sehari-hari.
 Drum bisa diubah fungsinya dengan kreativitas. Misalnya dengan
menjadikannya bangku cantik di ruang tamu. Tentu perlu proses kreatif
di dalamnya seperti melakukan pengecatan ulang, memberi ornamen
cantik, hingga jadilah bangku yang indah.
 Buku bekas yang tebal juga tidak luput dari kreativitas. Ia dapat
dijadikan pot, yakni dengan melubangi bagian tengah buku, kemudian
menambahkan media tanam seperti tanah. Pot buku tebal pun siap
dijadikan hiasan cantik di sudut ruangan.
 Benda yang rusak seperti roda sepeda dapat dimanfaatkan sebagai
gantungan baju. Roda sepeda tak terpakai bisa digantung pada tiang
yang tinggi untuk menjemur baju.
 Membuat kebun vertikal menggunakan botol bekas merupakan contoh
kreativitas selanjutnya. Langkah ini diambil karena sempitnya lahan
untuk berkebun, terutama di kawasan yang padat penduduk.
 Masih banyak contoh kreativitas lainnya yang dapat Anda lakukan.
Mulailah berimajinasi dan jadilah orang kreatif dengan memanfaatkan
benda-benda tak terpakai di sekitar Anda.

B. Pengertian Inovasi dan Inovatif


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘inovasi’ memiliki arti
penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal
sebelumnya (gagasan, metode, atau alat). Sementara itu, kata ‘inovatif’
berarti bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru.
Inovatif merupakan kata untuk menyifati inovasi itu sendiri. Artinya,
suatu karya hasil inovasi akan disebut sebagai karya yang inovatif. Inovasi
bermanfaat untuk menyempurnakan atau pun meningkatkan fungsi dari
pemanfaatan suatu produk atau sumber daya. Tujuannya adalah agar manusia
bisa mendapatkan manfaat yang lebih. Inovasi sendiri telah merambah pada
berbagai bidang, seperti pendidikan, bisnis, komunikasi, dan lain-lain.

1. Bentuk-bentuk Inovasi
Bentuk-bentuk inovasi dapat berupa banyak hal, sesuai dengan bidang
yang menjadi target inovasi.

|Page
a) Inovasi produk
Produk berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik primer
maupun sekunder. Bentuk inovasi produk contohnya adalah
pemanfaatan air sebagai pengganti bensin.

b) Inovasi pendidikan
Inovasi juga dapat dilakukan dalam dunia pendidikan. Contoh nyata dari
inovasi di bidang ini adalah penerapan kurikulum anti korupsi di
sekolah. Kurikulum ini tentu belum ada ketika Indonesia merdeka pada
tahun 1945. Seiring perkembangan zaman, inovasi pada kurikulum pun
dirasa perlu dilakukan. Salah satu contoh nyata adalah dengan
dimasukkannya pendidikan anti korupsi.

c) Inovasi pelayanan publik


Dulunya, pelayanan publik hanya dapat dilakukan dengan tatap muka di
dunia nyata. Kini, seiring perkembangan zaman, pelayanan publik dapat
dilakukan secara daring atau online.

d) Inovasi teknologi
Inovasi di bidang teknologi membuat manusia mampu berinteraksi
dengan siapa pun tanpa batas. Ini dibuktikan dengan adanya media
sosial yang populer seperti Facebook, Twitter, dan Instagram yang
menjangkau pengguna di seluruh dunia.

e) Inovasi kebudayaan
Budaya erat kaitannya dengan kehidupan bangsa. Inovasi dalam bidang
budaya dapat berupa festival kebudayaan ataupun festival lainnya seperti
festival batik.

2. Ciri-ciri Orang Inovatif


Ada banyak ciri-ciri yang melekat pada orang yang inovatif. Berikut
adalah beberapa ciri orang inovatif.
 Challenges status quo, yaitu tidak merasa cepat puas dengan keadaan
saat ini serta mempertanyakan otoritas dan rutinitas.

|Page
 Curious, yaitu senantiasa mengeksplorasi lingkungan dan
mengidentifikasi adanya kemungkinan-kemungkinan baru.
 Self-motivated, yaitu tanggap terhadap kebutuhan dari dalam diri dan
menjadi pribadi yang proaktif memprakarsai proyek baru.
 Visionary, yaitu memiliki pandangan yang jauh ke depan.
 Entertains the fantastic, yaitu memiliki ide-ide yang bagi sebagian
orang akan dianggap gila, serta mengubah sesuatu yang tidak mungkin
menjadi mungkin.
 Takes risks, yaitu melampaui batas kenyamanan, berani mencoba, dan
berani pula menanggung kegagalan.
 Peripatetic, yaitu mengubah lingkungan kerja sesuai dengan apa yang
dibutuhkan, sering melakukan perjalanan guna memperoleh inspirasi
ide-ide brilian.
 Playful/humorous, yaitu memiliki ketertarikan pada hal-hal yang aneh,
berani untuk tampil beda, dan juga berani bertindak.
 Self-accepting, yaitu dapat mempertahankan ide yang dimiliki serta
tidak terpengaruh dengan cara pandang orang lain.
 Flexible/adaptive, yaitu terbuka bagi setiap perubahan, mampu
melakukan adaptasi atau penyesuaian, serta mampu menyajikan
berbagai solusi dan gagasan.
 Makes new connections, yaitu mampu menyambungkan atau melihat
hubungan dari unsur-unsur yang terputus.
 Reflective, yaitu dapat merenungkan berbagai pertimbangan sebelum
mengambil suatu keputusan.
 Recognize patterns, yaitu perseptif terhadap sesuatu serta dapat
membedakannya.
 Tolerate ambiguity, yaitu tetap mampu merasa nyaman meski dalam
situasi kacau (chaos), serta tidak terburu-buru dalam membenarkan
suatu ide atau gagasan yang muncul.
 Committed to learning, yaitu berusaha untuk terus mencari
pengetahuan secara kontinu dan juga menyeimbangkan setiap
informasi yang terkumpul serta menyelaraskan tindakan.
 Balances intuition and analysis, yaitu mampu memilih antara
pemikiran divergen dengan konvergen serta memiliki intuisi untuk
melakukan analisis.

|Page
 Situationally collaborative, yaitu berusaha menyeimbangan pemikiran
dari setiap individu, mampu membuka dan mencari dukungan.
 Formally articulate, yaitu mengomunikasikan gagasan secara efektif
serta mampu menerjemahkan sesuatu yang abstrak ke dalam bahasa
yang penuh arti.
 Resilient, yaitu merefleksi hal-hal yang dianggap mengecewakan atau
tidak diinginkan. Orang dengan sifat ini akan mampu belajar dengan
cepat dari umpan balik yang diberikan kepadanya.
 Persevering, yaitu bekerja keras dan tekun serta memiliki komitmen
terhadap hasil apa yang telah digariskan.

3. Contoh Inovasi
Contoh dari inovasi ini dapat Anda temukan dalam berbagai penemuan
di seluruh dunia. Salah satunya adalah mengenai penemuan pesawat terbang.
Proses inovasi tidak hanya ketika pertama kali pesawat terbang berhasil
diciptakan.
Seiring perkembangan zaman, inovasi mengenai pesawat terbang pun
terus dilakukan. Oleh karena itu, terdapat perbedaan yang cukup banyak
antara pesawat terbang zaman dahulu dan juga pesawat terbang di zaman
modern ini.
Selain itu, penemuan telepon juga dapat menjadi contoh. Ketika awalnya
hanya sebagai sarana komunikasi biasa, kini telepon telah berubah menjadi
multifungsi. Telepon bisa digunakan untuk mendengarkan musik, mengetik
dokumen, dan lain-lain.
Inovasi tidak hanya terbatas pada kata ‘penemuan’ saja. Lebih dari itu,
inovasi juga terdapat dalam bidang lain seperti bisnis. Salah satu contohnya
adalah ide-ide segar dari berbagai perusahaan.
Ide segar akan terus lahir dari perusahaan atau pelaku bisnis agar
kegiatan bisnis menjadi berkembang. Dalam praktiknya, diperlukan
kemahiran untuk mengatur ide-ide itu secara sistematis sehingga tidak
semrawut.
Dalam lingkungan bisnis, dari seratus ide brilian, mungkin hanya satu
ide saja yang akan menjadi suatu inovasi.

|Page
Referensi
https://salamadian.com/pengertian-kreatif-dan-inovatif/

BAB 5
JUDUL PENELITIAN

A. Menemukan Ide Judul

Menemukan ide untuk penelitian dan pengembangan memang tidak


mudah, butuh kreativitas dan daya berpikir yang kritis. Prosesnya pun butuh
usaha, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Memang susah ketika
ide belum ditemukan. Harus berpikir ekstra keras untuk menemukan ide-ide
yang cemerlang. Pada hakikatnya ide bisa digali dari diri setiap individu,
bergantung bagaimana setiap individu menanggapi setiap hal yang terjadi.
Dengan meningkatkan kepedulian dan sikap kritis tentunya menemukan ide
bukanlah suatu keniscayaan. Selain dengan meningkatkan kepedulian dan
sikap kritis, berikut adalah cara-cara yang bisa membantu menemukan ide
dengan efektif.

1. Menjelajah Internet
Menjelajah internet (internet browsing) merupakan salah satu cara efekif
untuk menemukan ide. Dengan canggihnya teknologi saat ini, internet
memungkinkan setiap penggunanya bisa mendapatkan ragam berita,
informasi dan ilmu pengetahuan yang sangat banyak. Tentunya hal tersebut
dapat mempermudah menemukan ide, bahkan terdapat beberapa situs yang
menyajikan berbagai ide yang bisa dijadikan bahan untuk karya ilmiah.

2. Membaca Buku
Buku adalah jendela dunia. Buku adalah gudang ilmu. Pernyataan-
pernyataan tersebut tentunya sudah menjelaskan betapa buku begitu kaya
akan ilmu dan informasi. Oleh karena itu, untuk menemukan ide, buku
menjadi solusi yang tepat. Gunakan buku untuk mempelajari pengetahuan
dan teori yang berhubungan dengan apa yang diteliti.

|Page
3. Konsultasi dengan Dosen atau Guru
Banyak berdiskusi dengan dosen atau guru juga merupakan solusi yang
tepat untuk menemukan ide. Dosen atau guru tentunya memiliki lebih
banyak pengetahuan dan pengalaman. Dengan saling berbagi pengalaman
dengan dosen atau guru dapat memunculkan ide karya ilmiah yang baik.

4. Memperhatikan Keadaan Lingkungan Sekitar


Lingkungan sekitar merupakan gudang ide karya ilmiah yang tak kasat
mata. Banyak peristiwa yang terjadi bahkan dalam kurun waktu hanya satu
hari. Dengan memperhatikan keadaan sekitar dan melihat segala sesuatu dari
sudut pandang yang berbeda dapat ditemukan ide karya ilmiah gemilang
yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain.

5. Berpikir Kreatif dalam Menghadapi Masalah


Kreatif merupakan salah satu hal penting dalam berpikir. Sebab dengan
pola pikir yang sama seperti kebanyakan orang, kemungkinan untuk
menemukan sesuatu yang baru dan beda adalah kecil. Padahal untuk
menemukan ide sebuah karya ilmiah dibutuhkan ide yang segar, yang bisa
menjadikan karya ilmiah berbeda dari karya ilmiah pada umumnya. Dengan
membiasakan pola pikir kreatif, kinerja otak menjadi terasah sehingga akan
ada lebih banyak ide yang muncul.

6. Tanamkan Pola Pikir yang Tepat


Ide adalah buah pikiran pendapat setiap manusia, oleh karenanya tidak
ada ide yang benar atau salah. Pola pikir bahwa tidak ada ide yang salah
harus ditanamkan terlebih dahulu. Sehingga setiap individu akan berani
untuk mengungkapkan segala ide yang muncul tanpa harus takut bahwa
idenya salah. Dengan demikian, ide yang dimiliki setiap individu dapat
dikembangkan secara maksimal, bahkan terdapat kemungkinan jika ide
tersebut dapat melahirkan ide lain yang baru.

7. Teguhkan Niat dan Bulatkan Tekad


Dalam membuat karya ilmiah dibutuhkan niat yang teguh dan tekad
yang bulat agar penelitian karya ilmiah tidak berhenti di tengah jalan.
Sesuatu yang dilakukan dengan niat yang sungguh-sungguh tentunya akan

|Page
membuahkan hasil yang maksimal, karena bagaimanapun hasil tidak akan
pernah mengkhinati proses.

8. Berpikiran Terbuka
Dalam menggali ide untuk karya ilmiah, sikap terbuka juga menjadi
faktor penting yang bisa membantu menemukan ide. Ketika ada orang lain
yang mungkin memberikan sebuah saran atau masukan ketika berdiskusi
atau sekedar obrolan ringan, hendaknya saran tersebut diterima dengan
pikiran terbuka sehingga ide yang sedang dicari dapat ditemukan dan dinilai
dari sudut pandang yang berbeda.

9. Berpikirlah Secara Out of The Box


Berpikir secara out of the box berarti berpikir di luar pikiran masyarakat
secara umum. Temukan sesuatu yang baru dari setiap fenomena yang terjadi
di sekitar, tanggapi dengan cara yang tidak biasa. Ketika sudah membiasakan
diri untuk berpikir secara out of the box, tentunya dapat memperkaya ide
yang nanti ditemukan. Gabungan antara ide yang masih murni dan pola pikir
yang out of the box dapat menjadikan ide tema karya ilmiah tersebut benar-
benar bagus. Namun, untuk membiasakan diri berpikir secara out of the box,
dibutuhkan daya nalar yang tinggi dan harus terbiasa bersikap kritis dalam
menyikapi segala sesuatu.

10. Miliki Minat dan Rasa Ingin Tahu pada Suatu Bidang Ilmu
Jika cara-cara yang telah disebutkan di atas sudah dilakukan namun ide
belum juga muncul, ada baiknya mulai menggali ide dari bidang yang sangat
digemari. Misalnya, seni. Dengan minat yang tinggi terhadap dunia seni,
tentunya rasa ingin tahu yang dimilikipun tinggi. Rasa ingin tahu ini yang
akan menjadi motivasi bagi seseorang untuk menggali lebih dalam tentang
bidang yang digemari. Tentunya dengan motivasi yang tinggi, pengetahuan
dan informasi yang didapat akan diserap dan dipahami dengan lebih baik
sehingga mampu memicu munculnya ide karya ilmiah.

11. Pahami dan Tentukan Metode Penelitian


Ketika sudah mendapat ide, hendaknya peneliti menentukan terlebih
dahulu metode yang akan digunakan dalam menyusun karya ilmiahnya.

|Page
Apakah menggunakan metode kuantitatif atau kualitatif. Metode kuantitatif
adalah metode yang mengacu pada kuantitas data penelitian, sedangkan
metode kualitatif adalah metode yang mengacu pada kualitas data penelitian.
Dengan mengetahui metode yang dinginkan, peneliti dapat menentukan hal-
hal yang harus dilakukan selama penelitian serta referensi yang sesuai
dengan metode penelitian yang digunakan.

B. Membuat Judul Karya Ilmiah

Membuat judul karya ilmiah yang tepat, penulis dibutuhkan banyak


berimprovisasi dan berimajinasi. Judul setiap karya ilmiah merupakan salah
satu elemen terpenting dari karya ilmiah tersebut. Sedemikian pentingnya
maka judul tidak bisa dianggap remeh dan harus serius dipikirkan.

1. Perhatikan Topik Penelitian Karya Ilmiah yang Dibahas


Pembaca bisa menggunakan topik sebagai judul. Penggunaan topik
sebagai judul memberi kelebihan, yaitu judul secara otomatis
merepresentasikan tema penelitian.

2. Perhatikan Rumusan Masalah yang Diangkat.


Pembaca bisa mendapat inspirasi judul setelah membaca dan merenungi
rumusan masalahnya. Misalnya, terkait poin pertama, rumusan masalahnya
adalah ” Bagaimana media digital dapat berperan sebagai ruang kritik
sosial?”. Istilah kritik sosial bisa dimasukkan ke dalam judul.

Referensi
https://blog.typoonline.com/cara-efektif-menemukan-ide-karya-ilmiah/

https://www.asikbelajar.com/cara-membuat-judul-dalam-penelitian/

|Page
BAB 6
TEKNIK PENULISAN

A. Penulisan Huruf
Penulisan huruf yang dibahas dalam pedoman ini terutama berkaitan
dengan penggunaan (1) huruf kapital, (2) huruf miring, dan (3) huruf tebal.

1. Huruf kapital
Huruf kapital digunakan dalam beberapa kondisi penulisan sebagai
berikut:
1) huruf pertama pada awal kalimat (misalnya: Penelitian ini dilakukan
selama lima bulan);
2) huruf pertama petikan langsung (misalnya: Ayah bertanya, “Mengapa
kamu terlihat sedih?”);
3) huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan
agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan
(misalnya: Islam, Kristen, Quran, Alkitab, dll.);
4) huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
diikuti nama orang (misalnya: Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim);
5) huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang
(misalnya: Dia baru saja menunaikan ibadah haji);
6) huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama
orang tertentu (misalnya: Gubernur Jawa Barat, Jenderal Sudirman);
7) huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada
bentuk lengkapnya (misalnya: (1) Rapat itu dipimpin oleh Menteri
Keuangan Republik Indonesia, (2) Rapat itu dipimpin oleh Menteri);
8) huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau

|Page
nama tempat tertentu (misalnya: Sejumlah menteri hadir dalam rapat
kabinet kemarin sore);
9) huruf pertama unsur-unsur nama orang (misalnya: Chairil Anwar, Imam
Bonjol);
10) huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van,
dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da
(dalam nama Portugal) (misalnya: Robin van Persie);
11) huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau
binti (misalnya: Abdullah bin Abdul Musthafa, Fatimah binti
Muhammad Husen);
12) huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis
atau satuan ukuran (misalnya: 20 J, 23 K, 10 N)
13) huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran (misalnya: 15 watt,
mesin diesel, 20 newton, 234 joule);
14) huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa (misalnya: suku
Batak, bahasa Sunda, bangsa Afrika);
15) huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,
dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan (misalnya:
pengindonesiaan kata asing, keinggris-inggrisan);
16) huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya (misalnya: bulan
Mei, hari Idul Fitri);
17) huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah (misalnya: Perang
Teluk, Konferensi Meja Bundar);
18) huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak digunakan sebagai nama (misalnya: Para pahlawan berjuang demi
kemerdekaan Indonesia);
19) huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri
geografi (misalnya: Jawa Barat, Bandung);
20) huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi
(misalnya: Sungai Citarum, Gunung Galunggung);
21) huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang
tidak diikuti oleh nama diri geografi (misalnya: Adik suka berenang di
sungai);
22) huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi
yang digunakan sebagai penjelas nama jenis (misalnya: kunci inggris,
pisang ambon);

|Page
23) huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas,
seperti dan, oleh, atau, dan untuk (misalnya: Republik Indonesia, Badan
Kesejahteraan Ibu dan Anak);
24) huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama
dokumen resmi (misalnya: kerja sama antara pemerintah dan rakyat);
25) huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi,
dan judul karangan (misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dasar-Dasar
Ilmu Hukum);
26) huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna)
di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata
tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada
posisi awal (misalnya: Dia suka membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan
Lain ke Roma);
27) huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang
digunakan dengan nama diri (misalnya: Dr. untuk doktor, S.E. untuk
sarjana ekonomi);
28) huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau
pengacuan (misalnya: (1) Surat Saudara sudah saya terima, (2) “Kapan
Bapak berangkat?” tanya Andi);
29) huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau
penyapaan (misalnya: Kami akan berkunjung ke rumah paman dan bibi
di Jakarta);
30) huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan (misalnya:
Berapa lama Anda tinggal di Bandung?).

2. Huruf Miring
Penggunaan huruf miring dilakukan pada kondisi penulisan di bawah
ini:

|Page
1) untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip
dalam tulisan (misalnya: Gosip itu bermula dari berita di surat kabar
Pos Kota);
2) untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata (misalnya: (1) Huruf pertama kata abad adalah a, (2)
Susunlah sebuah kalimat dengan menggunakan kata moratorium)
3) untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia
(misalkan: nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana);
4) untuk ungkapan asing yang telah diserap ke dalam Bahasa Indonesia
dan penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia (misalnya:
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus).

3. Huruf Tebal
Penggunaan huruf tebal dilakukan pada kondisi penulisan di bawah ini:
1) untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel,
daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran;
2) tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu
digunakan huruf miring;
3) huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan
sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan
polisemi.

B. Penulisan Angka dan Bilangan


Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia ada beberapa hal
yang perlu dicermati terkait penulisan angka dan bilangan. Bilangan dalam
penulisan dapat dinyatakan dalam angka atau kata. Dalam hal ini angka
berperan sebagai lambang bilangan atau nomor dengan jenis lazim yang
digunakan yakni angka Arab atau angka Romawi. Lihat contoh di berikut ini:
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100),
D (500), M (1000), V (5000)
Beberapa ketentuan terkait penulisan angka dan bilangan adalah sebagai
berikut:
1) bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara
berurutan seperti dalam perincian atau paparan (misalnya: (1) Saya

|Page
menonton film tersebut sampai lima kali, (2) Dari 50 peserta lomba
12 orang anak-anak, 28 orang remaja, dan 10 orang dewasa);
2) bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua
kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis
dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat (misalnya: Tiga puluh
siswa kelas 9 lulus Ujian Akhir Nasional);
3) angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja Sebagian
supaya lebih mudah dibaca (misalnya: Perusahan intu merugi sebesar
250 milyar rupiah);
4) angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas,
dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah (misalnya: 10
liter, Rp10.000,00, tahun 1981);
5) angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar (misalnya: Jalan Mahmud V No.15);
6) angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab
suci (misalnya: Bab IX, Pasal 3, halaman 150);
7) penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan angka Romawi
kapital atau huruf dan angka Arab (misal: abad XX, abad ke-20, abad
kedua puluh);
8) penulisan bilangan yang mendapat akhiran -an dipisahkan oleh tanda
hubung (misalnya: tahun 1980-an, pecahan 5.000-an);
9) bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam
teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi);

C. Penggunaan Tanda Baca


1. Penggunaan Tanda Titik
Tanda titik digunakan dalam kondisi penulisan sebagai berikut:
1) pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan (misalnya:
Ibuku seorang guru.);
2) tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya
sudah bertanda titik (misalnya: Penulis itu bernama Ibnu Jamil,
M.A.);
3) di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar;
4) untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu (misalnya: pukul 8.00 pagi);

|Page
5) tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan jangka waktu (misalnya: 1.25.45 jam untuk
menunjukkan 1 jam, 25 menit, 45 detik);
6) untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah (misalnya: Warga miskin di provinsi ini
berjumlah 5.300 orang.).

2. Penggunaan Tanda Koma


Tanda koma digunakan dalam kondisi penulisan sebagai berikut:
1) di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan
(misalnya: Dia ditugaskan membeli buku, pensil, tinta, dan
penggaris.);
2) untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan,
sedangkan, dan kecuali (misalnya: Aku ingin pergi, tetapi banyak
pekerjaan yang harus diselesaikan dulu.);
3) untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mendahului induk kalimatnya (misalkan: Karena lelah, saya tidak
jadi pergi ke rumah dia.);
4) di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu;
5) untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, Dik, atau Mas
dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat;
6) untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat
(misalnya: Kata Adik, “Aku mau pergi ke Bandung”.);
7) tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung
itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru (misalnya: “Di
manakah Kamu sekolah?” tanya Pak Agus.);
8) di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat
dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan (misalnya: Sdr. Egan, Jl. Mahmud V, Bandung);
9) di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga
(misalnya: Mira Rahmani, S.Pd.);

|Page
10) di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka (misalnya: 10,5 m, Rp5000,50);
11) untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi
(misalnya: Dosen kami, Pak Eri, tegas sekali.).

3. Penggunaan Tanda Titik Koma


Tanda titik koma digunakan dalam kondisi penulisan sebagai berikut:
1) sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam kalimat majemuk setara (misalnya: Andi
membersihkan kamarnya; Putri merapikan buku di ruang baca);
2) untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa
frasa atau kelompok kata (Dalam hubungan itu, sebelum perincian
terakhir tidak perlu digunakan kata dan);
3) untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsurunsur
setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung (misalnya:
Rapat ini akan membahas pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
penyusunan rancangan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan
program kerja).

D. Teknik Penulisan Lainnya

1. Penulisan Judul, Subjudul, dan Anak Subjudul


Judul bab ditulis dengan huruf kapital dan dicetak tebal dalam format
centering (di tengah) seperti contoh berikut:
Judul bab ditulis dengan huruf kapital dan dicetak tebal dalam format
centering (di tengah) seperti contoh berikut:

BAB I
PENDAHULUAN
Subjudul ditulis dengan menggunakan huruf kapital hanya pada inisial atau
huruf pertama setiap kata (kecuali konjungsi, preposisi, dan partikel) dan
dicetak tebal dalam format rata kiri sesuai dengan batas margin kiri seperti
contoh berikut:

1.1 Latar Belakang

|Page
Anak subjudul ditulis dalam format yang sama dengan subjudul seperti
contoh berikut:

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Definisi Komunikasi
Anak dari anak subjudul ditulis dalam format yang sama dengan anak
subjudul seperti contoh berikut:

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Definisi Komunikasi
1.1.1.1 Komunikasi Lisan

2. Penomoran
Penomoran multilevel untuk judul/subjudul/anak subjudul mengikuti
format berikut.

2.1 Pengertian Komunikasi


2.1.1 Komunikasi Lisan
2.1.1.1 Jenis Tuturan
Format penomoran dan penulisan di atas hanya berlaku untuk penulisan
daftar isi.

3. Penulisan Nama Tabel dan Gambar


Berdasarkan Pedoman APA Edisi VI, ada perbedaan penulisan nama
tabel dan gambar, yang dicontohkan di bawah ini.

|Page
4. Penulisan Kutipan dan Sumber Kutipan
Sesuai dengan yang disampaikan pada bagian pendahuluan, system
penulisan dalam penulisan karya ilmiah yang direkomendasikan adalah
sistem American Psychological Association (APA).
Contoh-contoh penulisan kutipan di bawah ini akan mengacu pada buku
Publication Manual of the American Psychological Association, yang telah
disesuaikan penggunaannya dalam bahasa Indonesia.

a) Penulisan Kutipan Langsung


Kutipan ditulis dengan menggunakan "dua tanda petik" jika kutipan ini
merupakan kutipan langsung atau dikutip dari penulisnya dan kurang dari 40
kata. Jika kutipan itu diambil dari kutipan maka kutipan tersebut ditulis
dengan menggunakan 'satu tanda petik'.

Contoh:
Dalam perspektif bimbingan konseling berbasis budaya, diperlukan
pemahaman konseling multibudaya yang memerhatikan keragaman
karakteristik budaya sebagai “…a sensitivity of the possible ways in
which different cultures function and interact…” (McLeod, 2004, hlm.
245).

Dalam hal ini apabila kutipan diambil dari bahasa selain Bahasa yang
ditulis maka penulisannya dicetak miring.
Dalam kutipan yang berjumlah 40 kata atau lebih maka kutipan ditulis
tanpa tanda kutip dan diketik dengan jarak satu spasi. Baris pertama diketik
menjorok sama dengan kalimat pertama pada awal paragraf. Baris kedua dari
kutipan itu ditulis menjorok sama dengan baris pertama.

Contoh:
Tannen (2007) menyatakan bahwa discourse analysis memerlukan
kemampuan untuk menggabungkan berbagai pemahaman teori ke dalam
satu kajian. Dia mengatakan bahwa

|Page
Discourse analysis is uniquely heterogeneous among the many
subdisciplines of linguistics. In comparison to other subdisciplines of
the field, it may seem almost dismayingly diverse. Thus, the term
“variation theory” refers to a particular combination of theory and
method employed in studying a particular kind of data. (hlm. 33)
Terkait pengutipan langsung ini, proporsi kutipan langsung dalam satu
halaman maksimal ¼ halaman. Apabila dalam pengutipan langsung ada
bagian dari yang dikutip yang dihilangkan, penulisan bagian itu diganti
dengan tiga buah titik (lihat contoh kutipan kurang dari 3 baris).

b) Sumber Kutipan Merujuk Sumber Lain


Jika sumber kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang dikutip,
sumber kutipan yang ditulis adalah sumber kutipan yang digunakan
pengutip, tetapi dengan menyebut siapa yang mengemukakan pendapat
tersebut.

Contoh:
Kutipan atas pendapat Hawes dari buku yang ditulis Muchlas Samani
dan Hariyanto:
Hawes (dalam Samani dan Hariyanto, 2011, hlm. 6) mengemukakan
bahwa "...when character is gone, all gone, and one of the richest
jewels of life is lost forever”.

c) Penulisan Sumber Kutipan


Jika sumber kutipan mendahului kutipan langsung, maka cara
penulisannya adalah nama penulis diikuti dengan tahun penerbitan dan
nomor halaman yang dikutip. Tahun dan halaman diletakkan di dalam
kurung.

Contoh:
Gaffar (2012, hlm. 34) mengemukakan bahwa “esensi dari the policies
of national education adalah keputusan bahwa Pendidikan merupakan
prioritas nasional dalam membangun bangsa menuju masyarakat
Indonesia baru.”

|Page
Jika sumber kutipan ditulis setelah apa yang dikutip, maka nama penulis,
tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip semuanya diletakkan di
dalam kurung.

Contoh:
“Ekspektasi standar dan target ukuran kuantitatif yang lepas konteks
bisa mendorong terjadinya simplifikasi proses pendidikan dan
pengembangan perilaku instan” (Kartadinata, 2010, hlm. 51).
d) Kutipan dari Penulis Berjumlah Dua Orang dan Lebih
Jika penulis terdiri atas dua orang, nama keluarga kedua penulis tersebut
harus disebutkan, misalnya: Sharp dan Green (1996). Apabila penulisnya
lebih dari dua orang, untuk penulisan yang pertama, nama keluarga dari
semua penulis ditulis lengkap. Namun, untuk penyebutan kedua dan
seterusnya nama keluarga penulis pertama dan diikuti oleh dkk. Misalnya,
McClelland dkk. (1960, hlm. 35). Perhatikan penggunaan titik setelah dkk.

e) Kutipan dari Penulis Berbeda dan Sumber Berbeda


Jika masalah dibahas oleh beberapa orang dalam sumber yang berbeda,
cara penulisan sumber kutipan itu adalah seperti berikut. Perhatikan bahwa
penyebutan nama penulis diurutkan berdasarkan urutan alfabet, bukan
berdasarkan tahun terbit.

Contoh:
Beberapa studi tentang berpikir kritis membuktikan bahwa membaca
dan menulis merupakan cara yang paling ampuh dalam mengembangkan
kemampuan berpikir kritis (Chaffee, dkk. 2002; Emilia, 2005; Moore &
Parker, 1995).

f) Kutipan dari Penulis Sama dengan Karya yang Berbeda


Jika sumber kutipan itu adalah beberapa karya tulis dari penulis yang
sama pada tahun yang sama, cara penulisannya adalah dengan menambah
huruf a, b, dan seterusnya pada tahun penerbitan.
Contoh: (Suharyanto, 1998a, 1998b, 1998c).

g) Kutipan dari Penulis Sama dengan Sumber Berbeda


Jika kutipan berasal dari penutur teori yang sama, yang membuat

|Page
pernyataan yang sama, tetapi terdapat dalam sumber yang berbeda, cara
penulisannya seperti berikut.

Contoh:
Menurut Halliday ada dua konteks yang berpengaruh terhadap
penggunaan bahasa, yaitu (1) konteks situasi, yang terdiri atas field,
mode atau channel of communication (misalnya bahasa lisan atau
tulisan), dan tenor (siapa penulis/ pembicara kepada siapa); dan (2)
konteks budaya yang direalisasikan dalam jenis teks (1985a, b, c).

h) Kutipan dari Tulisan Tanpa Nama Penulis


Jika sumber kutipan itu tanpa nama, penulisannya adalah sebagai
berikut.
Contoh: (Tanpa nama, 2013, hlm. 18).

i) Kutipan Pokok Pikiran


Jika yang diutarakan adalah pokok-pokok pikiran seorang penulis, tidak
perlu ada kutipan langsung, cukup dengan menyebut sumbernya.

Contoh:
Halliday (1985b) mengungkapkan bahwa setiap bahasa mempunyai tiga
metafungsi, yaitu fungsi ideasional, interpersonal, dan fungsi tekstual.

Sebagai catatan, perlu diingat bahwa model kutipan tidak mengenal


adanya catatan kaki untuk sumber dengan berbagai istilah seperti ibid.,
op.cit., loc.cit. vide, dan seterusnya. Catatan kaki diperbolehkan untuk
memberikan penjelasan tambahan terhadap suatu istilah yang ada pada teks
tetapi tidak mungkin ditulis pada teks karena akan mengganggu alur uraian.
Nama penulis dalam kutipan adalah nama belakang atau nama keluarga dan
ditulis sama dengan daftar rujukan.

5. Penulisan Daftar Rujukan atau Referensi


Istilah daftar rujukan atau referensi digunakan dalam pedoman ini
sesungguhnya untuk menekankan bahwa sumber-sumber yang dikutip pada
bagian tubuh (isi) teks dipastikan ditulis pada daftar rujukan atau referensi,

|Page
begitu pula sebaliknya. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mendorong dan
meminimalkan potensi praktik plagiarisme dalam penulisan karya ilmiah.
Beberapa catatan umum yang perlu diperhatikan dalam penulisan daftar
rujukan dengan menggunakan sistem APA antara lain sebagai berikut.
1) Memasukkan nama keluarga semua penulis dan inisialnya sampai
dengan tujuh penulis. Apabila lebih dari tujuh, yang ditulis adalah
sampai penulis yang keenam kemudian diberi tanda titik tiga kali lalu
dituliskan nama penulis terakhirnya sebelum tahun penulisan.
2) Jika ada nama keluarga dengan inisial penulis yang mirip, nama
lengkap inisialnya ditulis dalam kurung sebelum tahun penulisan.
3) Untuk penulis berupa kelompok atau institusi, nama institusinya
ditulis dengan jelas.
4) Untuk rujukan pada buku yang disunting, masukkan nama
penyunting di posisi penulis, dan berikan tulisan (Penyunting).
5) Keterangan tahun penerbitan ditulis di dalam kurung dengan
didahului dan diakhiri tanda titik. Untuk jenis rujukan berupa
majalah, newsletter, tuliskan tahun jelas dan tanggal lengkap
publikasinya, yang dipisahkan oleh koma dan diikuti nomor dalam
tanda kurung.
6) Apabila tidak ada keterangan waktu penulisan, tuliskan t.t. di dalam
kurung.
7) Terkait judul buku, artikel atau bab, huruf kapital hanya
dipergunakan untuk kata pertama pada judul dan subjudul bila ada,
dan kata yang masuk kategori proper noun.
8) Untuk judul jurnal, newsletter, dan majalah, judul ditulis dengan
kombinasi huruf kapital dan huruf kecil. Sementara itu, nama
sumbernya dicetak miring.
9) Identitas kota penerbitan ditulis dengan jelas diikuti dengan nama
penerbitnya.

Beberapa contoh teknis penulisan daftar rujukan atau referensi dengan


sistem APA yang disesuaikan dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia dapat dilihat pada bagian di bawah ini.

a) Buku

|Page
Penulisan daftar rujukan yang berupa buku dalam sistem APA mengikuti
urutan seperti berikut, yakni:
1) nama belakang penulis;
2) nama depan (inisialnya saja);
3) tahun penerbitan (dalam kurung, diawali dan diakhiri titik);
4) judul buku dicetak miring (huruf pertama dari judul sumber ditulis
dengan huruf kapital, kecuali preposisi, konjungsi, dan partikel),
diakhiri dengan titik;
5) edisi (kalau ada), kota tempat penerbitan, diikuti oleh titik dua dan
penerbit.
Contoh-contoh spesifik penulisan daftar rujukan buku dengan beberapa
variasi dapat dilihat pada bagian di bawah ini.
1) Buku ditulis oleh satu orang:
Poole, M.E. (1976). Social Class and Language Utilization at The
Tertiary Level. Brisbane: University of Queensland.
2) Buku ditulis oleh dua orang atau tiga orang:
Burden, P.R. & Byrd, D.M. (2010). Methods for Effective Teaching.
Boston: Pearson.
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2011). Models of Teaching. Boston:
Pearson.
3) Buku ditulis oleh lebih dari tiga orang:
Emerson, L. dkk. (2007). Writing Guidelines for Education Students.
Melbourne: Thomson.
4) Sumber yang ditulis oleh satu orang dalam buku yang berbeda:
Halliday, M.A.K. (1985a). Spoken and Written Language. Geelong:
Deakin University Press.
Halliday, M.A.K. (1985b). An Introduction to Functional Grammar.
London: Edward Arnold.
Halliday, M.A.K. (1985c). Part A. Language, Context, and Text:
Aspects of Language in a Social Semiotic Perspective. Melbourne:
Deakin University Press.
5) Penulis sebagai penyunting:
Philip, H.W.S. & Simpson, G.L. (Penyunting). (1976). Australia in the
World of Education Today and Tomorrow. Canberra: Australian
National Commission.
6) Sumber merupakan bab dari buku:

|Page
Coffin, C. (1997). Constructing and Giving Value to the Past: An
Investigation into Secondary School History. Dalam F. Christie &
J.R. Martin (Penyunting), Genre and Institutions: Social
Processes in the Workplace and School (hlm. 196 - 231). New
York: Continuum.

b) Artikel Jurnal
Penulisan artikel jurnal dalam daftar rujukan mengikuti urutan sebagai
berikut:
1) nama belakang penulis;
2) nama depan penulis (inisialnya saja);
3) tahun penerbitan (dalam tanda kurung diawali dan diikuti tanda titik);
4) judul artikel (ditulis tidak dicetak miring dan huruf pertama dari setiap
kata dalam judul ditulis dengan huruf kapital, kecuali preposisi,
konjungsi, dan partikel);
5) judul jurnal (dicetak miring dan setiap huruf pertama dari setiap kata
dalam nama jurnal ditulis dengan huruf kapital, kecuali preposisi,
konjungsi, dan partikel) diikuti dengan koma;
6) nomor volume dengan angka Arab;
7) nomor penerbitan ditulis dengan angka Arab di antara tanda kurung;
8) nomor halaman mulai dari nomor halaman pertama sampai dengan
nomor terakhir.

Contoh:
Setiawati, L. (2012). A Descriptive Study on the Teacher Talk at an EYL
Classroom. Conaplin Journal: Indonesian Journal of Applied
Linguistics, 1, 176─178. doi: http://dx.doi.org/10.17509/ijal.v1i2.83

c) Selain Buku dan Artikel Jurnal


Beberapa contoh penulisan daftar rujukan dengan sumber tulisan selain
buku dan artikel jurnal disampaikan di bawah ini.
1) Skripsi, tesis, atau disertasi:
Rakhman, A. (2008). Teacher and Students' Code Switching in English as
a Foreign Language (EFL) Classroom. (Tesis). Sekolah
Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
2) Publikasi departemen atau lembaga pemerintah:

|Page
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). Petunjuk Pelaksanaan
Beasiswa dan Dana Bantuan Operasional. Jakarta: Depdikbud.
3) Dokumen atau laporan:
Panitia Proyek Pengembangan Pendidikan Guru. (1983). Laporan
Penilaian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru. Jakarta:
Depdikbud.
4) Makalah dalam prosiding konferensi atau seminar:
Sudaryat, Y. (2013). “Menguak Nilai Filsafat Pendidikan Sunda dalam
Ungkapan Tradisional sebagai Upaya Pemertahanan Bahasa
Daerah”. Dalam M. Fasya & M. Zifana (Penyunting), Prosiding
Seminar Tahunan Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia
(hlm. 432-435). Bandung: UPI Press.
5) Artikel Surat kabar:
Sujatmiko, I. G. (2013, 23 Agustus).” Reformasi, Kekuasaan, dan
Korupsi”. Kompas, hlm. 6.
6) Sumber dari internet
a. Karya perorangan:
Thomson, A. (1998). The Adult and the Curriculum. [Online].
Diakses
darihttp://www.ed.uiuc.edu/EPS/PESYearbook/1998/thompson.
htm.
b. Pesan dalam forum online atau grup diskusi online:
Pradipa, E. A. (2010, 8 Juni). “Memaknai Hasil Gambar Anak Usia
Dini” [Forum online]. Diakses dari
http://www.paud.int/gambar/komentar/ Weblog/806.
c. Posel dalam mailing list:
Riesky (2013, 25 Mei). “Penelitian Kualitatif dalam Pengajaran
Bahasa” [Posel mailing list]. Diakses dari
http://bsing.groups.yahoo.com/ group/ResearchMethods/message/581

Ada beberapa catatan penting yang harus dicermati dari penulisan daftar
rujukan atau referensi di atas.
1) Contoh-contoh di atas merupakan pola rujukan dari beberapa jenis
dokumen yang sering dipergunakan dalam karya ilmiah. Tidak semua
dicontohkan pada pedoman ini. Untuk jenis-jenis sumber rujukan khusus
lainnya, silakan mengacu pada buku Publication Manual of the
American Psychological Association (2010) edisi keenam.

|Page
2) Beberapa contoh di atas tidak merupakan sumber yang benar-benar
nyata dan dapat diakses. Penulisan sumber-sumber tersebut hanya untuk
keperluan pemberian contoh semata.
3) Bagi penulisan karya ilmiah yang menggunakan bahasa Inggris, silakan
ikuti sistem APA sesuai aslinya dalam bahasa Inggris.

|Page
BAB 7
PROPOSAL PENELITIAN

Contoh proposal penelitian tentang limbah tebu sebagai bahan bakar.

Judul Penelitian: Analisis Potensi Limbah Tebu Sebagai Bahan Bakar


Pembangkit Listrik Energi Biomassa Di Pabrik Gula

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Saat ini, Seiring berjalannya waktu industri– industri baik industri


rumahan maupun pabrik semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah
ditemukan sebuah industri meskipun letaknya dekat dengan pemukiman
padat penduduk. Letak sebuah pabrik yang berdekatan dengan pemukiman
warga tentu dapat menimbulkan dampak buruk, baik itu melalui limbah
padat, cair maupun gas.

Terutama limbah padat yang membutuhkan tempat penampungan yang


cukup besar. Aktifnya perindustrian di Indonesia tidak dapat berlangsung
terus menerus tanpa adanya proses yang dapat menekan dampak buruk yang
diakibatkan oleh pembuatan produk di suatu perindustrian.

Limbah atau sampah memang merupakan suatu bahan yang tidak berarti
dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa
menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan
benar. Beberapa pabrik di Indonesia kini sudah mulai menerapkan sistem
pengolahan limbah untuk mengurangi dampak polusi dari limbah – limbah
tersebut, bahkan ada beberapa yang memanfaatkan limbah pabriknya untuk
dijadikan produk baru yang berguna yang tentunya diolah melalui proses –
proses tertentu.

|Page
Salah satunya mengolah limbah sisa pembuatan gula menjadi kompos,
batako dan lain lain. Pemanfaatan limbah saat ini menjadi sangat penting
artinya terutama untuk 2 mengatasi masalah penumpukan sampah di kota-
kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian dan perkebunan.

Sistem pembangkit listrik (generator biomass) yang paling optimal


dengan model sistem pembangkit listrik grid-connected. Perhitungan hasil
potensi biomasa tebu (feedstock biomass) dengan memanfaatkan ampas tebu
sebagai sumber energi generator 1, generator 2, generator 3 dan perhitungan
konsumsi daya pada industri yang dengan secara menyeluruh sistem
merupakan system digunakan bantuan perangkat lunak, dalam hal ini
HOMER versi 2.68.

Hasil simulasi dan optimasi berbantuan software HOMER menunjukkan


bahwa secara keseluruhan sistem yang paling optimal untuk diterapkan di
PT. Madubaru (PG/PS Madukismo) system pembangkit listrik (100%)
dengan Grid PLN (0%).

Dihitung 0% dikarenakan langganan dari PLN tidak dimanfaatkan dalam


sistem pembangkit karena pembangkit mampu menampung daya konsumsi
seluruh sektor industri. Hasil total daya yang dihasilkan dari pembangkit 1,2
dan 3 sebesar 15,024,411 kWh/tahun dari hasil analisa Homer Energy.

Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk menyusun sebuah tugas


akhir yang berjudul “Analisis Potensi Limbah Tebu Sebagai Pembangkit
Listrik Energi Biomassa Di Pabrik Gula”. Dalam tugas akhir ini penulis
membahas mengenai pemanfaatan limbah yang dihasilkan dari proses
pembuatan gula di PG Madukismo Yogyakarta.

I.2 Rumusan Masalah

Untuk memudahkan penyusunan tugas akhir ini penulis merumuskan


masalah kedalam beberapa bentuk kalimat pertanyaan, sebagai berikut ini:

1. Potensi ampas tebu dalam penyediaan energi listrik.


2. Analisis penerapan ampas tebu di pabrik gula.
I.3 Batasan Masalah

|Page
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dalam pembahasan tugas
akhir ini dibatasi pada:

1. Pengambilan data hanya dilakukan Pabrik Gula Madukismo


Yogyakarta.
2. Analisis perhitungan daya dan beban hanya terpusat melalui Homer.

I.4 Tujuan Penelitian

Perhitungan potensi ampas tebu dalam penyediaan energi listrik


Mengetahui hasil analisa energi biomasa tebu sebagai sumber energi
listrik yang ramah lingkungan di masyarakat.

I.5 Manfaat Penelitian

Penulisan tugas akhir ini memberikan manfaat ke beberapa pihak, antara


lain:

1. Manfaat bagi penulis


Manfaat penelitian biomassa bagi penulis yaitu dapat menambah
wawasan bagi peneliti dan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk
menghadapi masalah bahan bakar yang saat ini sedang dalam kondisi
mengkhawatirkan.

2. Manfaat bagi Universitas


Penulisan tugas akhir ini diharapkan dapat dijadikan referensi akademis
dan keinsinyuran untuk pengembangan jurusan Teknik Elektro Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta selanjutnya.

3. Manfaat bagi Masyakarat dan Industri ·


Dapat di jadikan sebagai penyedia energi listrik terbarukan yang ramah
lingkungan. Dapat menyediakan energi alternatif yang mandiri dan tidak
tergantung pada energi fosil. Dapat meningkatkan kemandirian masyarakat
dalam bidang energi alternatif untuk daerah yang tertinggal agar lebih maju
dan sejahtera.
BAB II

|Page
TINJAUAN PUSTAKA

Dasar teori berisi pemikiran atau teori-teori yang melandasi


dilakukannya penelitian.

BAB III
METODE PENELITIAN

Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode penelitian:

Studi Pustaka (Study Research) Studi ini dilakukan dengan cara melihat
dan mencari literature yang sudah ada untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan analisis pada penulisan tugas akhir.

Penelitian Lapangan (Field Research) Berupa peninjauan ke lokasi dan


siskusi dengan pihak-pihak yang terkait untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan dalam penulisan tugas akhir ini. Penyusunan Tugas Akhir
Setelah dilakukan pengujian, data-data dan analisa yang diperoleh dan
disusun dalam sebuah laporan tertulis.

|Page
BAB 8
PENULISAN KARYA ILMIAH

A. Halaman Penulisan

1. Halaman Judul
Secara format, halaman judul pada dasarnya memuat beberapa
komponen, yakni (1) judul karya ilmiah, (2) pernyataan penulisan sebagai
bagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar, (3) logo Al Kahfi, (4)
nama lengkap penulis beserta Nomor Induk Siswa (NIS), dan (5) identitas
sekolah beserta tahun penulisan.

2. Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan dimaksudkan untuk memberikan legalitas bahwa
semua isi dari karya ilmiah telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing
dan kepala sekolah. Secara format, nama lengkap dan gelar, serta kedudukan
pembimbing disebutkan.

3. Halaman Pernyataan tentang Karya Ilmiah


Pernyataan Bebas Plagiarisme Pernyataan tentang keaslian karya
ilmiah berisi penegasan karya ilmiah yang dibuat adalah benar-benar asli
karya siswa yang bersangkutan. Pernyataan ini juga harus menyebutkan
karya ilmiah bebas plagiarisme.
Redaksi pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi/tesis/disertasi dengan judul
"............." ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri.
Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi apabila di
kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada
klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Mengingat tindakan plagiat adalah bentuk pencurian ide dan
ketidakjujuran, serta membawa dampak negatif terhadap wibawa pendidikan,
citra individu dan sekolah, pernyataan tentang keaslian dan bebas

|Page
plagiarisme tersebut harus ditandatangani oleh siswa yang menulis karya
ilmiah.

4. Halaman Kata Pengantar


Bagian ini ditulis untuk mengemukakan ucapan rasa syukur, ucapan
terima kasih, dan apresiasi kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan karya ilmiah. Ucapan terima kasih sebaiknya ditujukan
kepada orang-orang yang paling berperan dalam penyelesaian karya ilmiah
dan disampaikan secara singkat. Karena karya ilmiah termasuk kategori
tulisan akademik formal, penulis diharap tidak memasukkan ucapan terima
kasih yang berlebihan, membuat pernyataan dan menyebutkan pihak-pihak
yang tidak relevan.

5. Abstrak
Saat pembaca atau penguji melihat skripsi, tesis, atau disertasi, bagian
yang pertama kali mereka baca sesungguhnya adalah judul dan abstrak.
Abstrak menjadi bagian yang penting untuk dilihat di awal pembacaan
karena di sinilah informasi penting terkait tulisan yang dibuat dapat
ditemukan. Penulisan abstrak sesungguhnya dilakukan setelah seluruh
tahapan penelitian diselesaikan. Oleh karena itu, abstrak kemudian menjadi
ringkasan dari keseluruhan isi penelitian.
Secara struktur, menurut Paltridge dan Starfield (2007), abstrak
umumnya terdiri atas bagian-bagian berikut ini:
1) informasi umum mengenai penelitian yang dilakukan,
2) tujuan penelitian,
3) alasan dilaksanakannya penelitian,
4) metode penelitian yang digunakan, dan
5) temuan penelitian.
Terkait format penulisannya, abstrak untuk karya ilmiah dibuat dua
bahasa, yakni bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris serta dibuat dalam satu
paragraf dengan jumlah kata antara 200–250 kata, diketik dengan satu spasi,
dengan jenis huruf Times New Roman ukuran 11. Bagian margin kiri dan
kanan dibuat menjorok ke dalam.

6. Daftar Isi

|Page
Daftar isi merupakan penyajian kerangka isi tulisan menurut bab,
subbab, dan topiknya secara berurutan berdasarkan posisi halamannya.
Daftar isi berfungsi untuk mempermudah para pembaca mencari judul atau
subjudul dan bagian yang ingin dibacanya. Oleh karena itu, judul dan
subjudul yang ditulis dalam daftar isi harus langsung ditunjukkan nomor
halamannya.
Karena sifatnya yang sangat teknis, siswa yang menulis karya ilmiah
diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas yang terdapat dalam Microsoft
Office Word, misalnya, untuk membuat daftar isi dari karya ilmiah yang
mereka buat. Pembuatan daftar isi dengan fasilitas ini akan memerlukan
pengetahuaan penggunaan Microsoft Office Word dengan teknik khusus,
namun akan sangat membantu keakuratan dan otomatisasi dokumen yang
sedang dibuat.

7. Daftar Tabel
Daftar tabel menyajikan informasi mengenai tabel-tabel yang digunakan
dalam isi karya ilmiah beserta judul tabel dan posisi halamannya secara
berurutan. Nomor tabel pada daftar tabel dicantumkan secara berurutan yang
masing-masing menyatakan nomor urut bab dan nomor urut tabel di dalam
karya ilmiah.

Contoh:
Tabel 1.5 yang berarti tabel pada Bab I nomor 5.

8. Daftar Gambar
Daftar gambar sama seperti fungsi daftar-daftar lainnya, yaitu
menyajikan gambar secara berurutan, mulai dari gambar pertama sampai
dengan gambar terakhir yang tercantum dalam karya ilmiah. Nomor gambar
pada daftar gambar ditulis dengan dua angka, dicantumkan secara berurutan
yang masing-masing menyatakan nomor urut bab dan nomor urut gambar.

Contoh:
Gambar 2.3 yang berarti gambar pada Bab II nomor 3.

9. Daftar Lampiran

|Page
Daftar lampiran menyajikan lampiran secara berurutan mulai dari
lampiran pertama sampai dengan lampiran terakhir. Berbeda dengan daftar
tabel dan daftar gambar, nomor lampiran didasarkan pada kemunculannya
dalam karya ilmiah. Lampiran yang pertama kali disebut dinomori Lampiran
1. dan seterusnya.

Contoh:
Lampiran 1 yang berarti lampiran nomor 1 dan muncul paling awal dalam
karya ilmiah

10. Bab I: Pendahuluan


Bab pendahuluan dalam karya ilmiah pada dasarnya menjadi bab
perkenalan. Pada bagian di bawah ini disampaikan struktur bab pendahuluan
yang diadaptasi dari Evans, Gruba dan Zobel (2014) dan juga Paltridge dan
Starfield (2007).
1) Latar belakang penelitian. Bagian ini memaparkan konteks penelitian
yang dilakukan. Penulis harus dapat memberikan latar belakang
mengenai topik atau isu yang akan diangkat dalam penelitian secara
menarik sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi dewasa ini.
Pada bagian ini penulis harus mampu memosisikan topik yang akan
diteliti dalam konteks penelitian yang lebih luas dan mampu menyatakan
adanya gap (rumpang) yang perlu diisi dengan melakukan pendalaman
terhadap topik yang akan diteliti. Pada bagian ini sebaiknya ditampilkan
juga secara ringkas hasil penelusuran literatur terkait teori dan temuan
dari peneliti sebelumnya mengenai topik yang akan diteliti lebih lanjut.
2) Rumusan masalah penelitian. Bagian ini memuat identifikasi spesifik
mengenai permasalahan yang akan diteliti. Perumusan permasalahan
penelitian lazimnya ditulis dalam bentuk pertanyaan penelitian. Jumlah
pertanyaan penelitian yang dibuat disesuaikan dengan sifat dan

|Page
kompleksitas penelitian yang dilakukan, namun tetap
mempertimbangkan urutan dan kelogisan posisi pertanyaannya.
3) Tujuan penelitian. Tujuan penelitian sesungguhnya akan tercermin dari
perumusan permasalahan yang disampaikan sebelumnya. Namun
demikian, penulis diharapkan dapat mengidentifikasi dengan jelas tujuan
umum dan khusus dari penelitian yang dilaksanakan sehingga dapat
terlihat jelas cakupan yang akan diteliti. Tak jarang, tujuan inti penelitian
justru terletak tidak pada pertanyaan penelitian pertama namun pada
pertanyaan penelitian terakhir, misalnya. Hal ini dimungkinkan karena
pertanyaan-pertanyaan awal tersebut merupakan langkah-langkah awal
yang mengarahkan penelitian pada pencapaian tujuan sesungguhnya.
4) Manfaat penelitian. Bagian ini memberikan gambaran mengenai nilai
lebih atau kontribusi yang dapat diberikan oleh hasil penelitian yang
dilakukan. Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari salah satu atau
beberapa aspek yang meliputi:
 manfaat dari segi teori (mengatakan apa yang belum atau kurang
diteliti dalam kajian pustaka yang merupakan kontribusi penelitian),
 manfaat dari segi kebijakan (membahas perkembangan kebijakan
formal dalam bidang yang dikaji dan memaparkan data yang
menunjukkan betapa seringnya masalah yang dikaji muncul dan
betapa kritisnya masalah atau dampak yang ditimbulkannya),
 manfaat dari segi praktik (memberikan gambaran bahwa hasil
penelitian dapat memberikan alternatif sudut pandang atau solusi
dalam memecahkan masalah spesifik tertentu),
 manfaat/signifikansi dari segi isu serta aksi sosial (penelitian mungkin
bisa dikatakan sebagai alat untuk memberikan pencerahan
pengalaman hidup dengan memberikan gambaran dan mendukung
adanya aksi) (lihat Marshall & Rossman, 2006).

|Page
11. Bab II: Tinjauan Pustaka
Bagian tinjauan pustaka dalam karya ilmiah memberikan konteks yang
jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Bagian ini memiliki peran yang sangat penting. Melalui tinjauan pustaka
ditunjukkan the state of the art dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan
masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti.
Pada prinsipnya tinjauan pustaka ini berisikan hal-hal sebagai berikut:
1) konsep-konsep, teori-teori, dalil-dalil, hukum-hukum, model-model, dan
rumus-rumus utama serta turunannya dalam bidang yang dikaji;
2) penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, termasuk
prosedur, subjek, dan temuannya;
3) posisi teoretis peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.
Pada bagian ini, peneliti membandingkan, mengontraskan, dan
memosisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji melalui
pengaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Berdasarkan kajian tersebut,
peneliti menjelaskan posisi/pendiriannya disertai dengan alasan-alasan yang
logis. Bagian ini dimaksudkan untuk menampilkan "mengapa dan
bagaimana" teori dan hasil penelitian para pakar terdahulu diterapkan oleh
peneliti dalam penelitiannya, misalnya dalam merumuskan asumsi-asumsi
penelitiannya.

12. Bab III: Metodologi Penelitian


Bagian ini merupakan bagian yang bersifat prosedural, yakni bagian
yang mengarahkan pembaca untuk mengetahui bagaimana peneliti
merancang alur penelitiannya dari mulai pendekatan penelitian yang
diterapkan, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data yang
dilakukan, hingga langkah-langkah analisis data yang dijalankan. Secara

|Page
umum akan disampaikan pola paparan yang digunakan dalam menjelaskan
bagian metode penelitian dari sebuah karya ilmiah yang diadaptasi dari
Creswell (2011).
1) Desain penelitian. Pada bagian ini penulis menyampaikan apakah
penelitian yang dilakukan masuk pada kategori survey atau kategori
eksperimental.
2) Partisipan dan tempat penelitian. Bagian ini terutama dimunculkan
untuk jenis penelitian yang melibatkan subjek manusia sebagai sumber
pengumpulan datanya. Pertimbangan pemilihan partisipan dan tempat
penelitian yang terlibat perlu dipaparkan secara jelas.
3) Pengumpulan data. Pada bagian ini dijelaskan secara rinci jenis data
yang diperlukan, instrumen apa yang digunakan, dan tahapan-tahapan
teknis pengumpulan datanya. Sangat dimungkinkan bahwa pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu instrumen dalam
rangka triangulasi untuk meningkatkan kualitas dan realibilitas data.
4) Analisis data. Pada bagian ini penulis diharapkan dapat menjelaskan
secara rinci dan jelas langkah-langkah yang ditempuh setelah data
berhasil dikumpulkan. Apabila ada kerangka analisis khusus berdasarkan
landasan teori tertentu, penulis harus mampu menjelaskan bagaimana
kerangka tersebut diterapkan dalam menganalisis data yang diperoleh
agar dapat menghasilkan temuan untuk menjawab pertanyaan penelitian
yang diajukan.

13. Bab IV: Temuan dan Pembahasan


Bab ini menyampaikan dua hal utama, yaitu:
1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data
dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan
rumusan permasalahan penelitian,

|Page
2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian
yang telah dirumuskan sebelumnya.

14. Bab V: Kesimpulan dan Rekomendasi


Bab ini berisi kesimpulan yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan
peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-
hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Ada dua
alternatif cara penulisan kesimpulan, yakni dengan cara butir demi butir atau
dengan cara uraian padat. kesimpulan harus menjawab pertanyaan penelitian
atau rumusan masalah. Selain itu, kesimpulan tidak mencantumkan lagi
angka-angka statistik hasil uji statistik.
Rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan dapat ditujukan kepada
para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang
bersangkutan, kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan
penelitian selanjutnya, dan kepada pemecahan masalah di lapangan atau
tindak lanjut dari hasil penelitian.
Dalam menawarkan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya,
sebaiknya saran atau rekomendasi dipusatkan pada dua atau tiga hal yang
paling utama yang ditemukan oleh penelitian. Akan lebih baik apabila
penulis menyarankan penelitian yang melangkah satu tahap lebih baik dari
penelitian yang telah dilakukan.

B. Format Penulisan Karya Ilmiah


Penulisan karya ilmia di lingkungan SMAIT Al Kahfi mengacu kepada
format penulisan yang diuraikan di bawah ini.
1) Jenis kertas yang digunakan adalah kertas ukuran A4 80 gram.
2) Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman ukuran 12.
3) Jarak penulisan adalah 1,5 spasi.

|Page
4) Tidak ada penambahan spasi sebelum dan sesudah gambar atau tabel
serta antarparagraf bila paragraf ditulis dalam format menjorok ke
dalam.
5) Margin kiri berjarak 4 cm; margin kanan berjarak 3 cm; margin atas
berjarak 3 cm; margin bawah berjarak 3 cm.
6) Nomor halaman ditulis di bagian kanan atas, kecuali pada bagian
awal bab ditulis di bagian tengah bawah.

|Page
MAGNITUDO INSTRUMEN BINTANG-BINTANG DI
SEKITAR GUGUS TERBUKA M6
(BUTTERFLY CLUSTER)

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari


Syarat Kelulusan Sekolah Menengah Atas
Program IPA/IPS

Oleh
PUTRI SITI RAHMA
056186

SEKOLAH MENENGAH ATAS ISLAM TERPADUAL KAHFI


BOGOR
2020

|Page
LEMBAR PENGESAHAN KARYA ILMIAH
MAGNITUDO INSTRUMEN DI SEKITAR GUGUS TERBUKA
M6 (BUTTERFLY CLUSTER)

Oleh:
Putri Siti Rahma
NIS. 056186

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:


Pembimbing,

Khusnul Khotimah, S.Pd


NUPTK. 106000429

Mengetahui,
Kepala Sekolah SMAIT Al Kahfi

Endang Rancasa, M.Si


NUPTK. 1959 0401 1986

|Page
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Magnitudo Bintang-


Bintang di Sekitar Gugus Terbuka M6 (Butterfly Cluster)” ini
sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang
merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat kelimuan. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya
ini.

Bogor, 30 Agustus 2020


Yang membuat pernyataan,

Putri Siti Rahma


NIS. 056186

|Page
BAB 9
PENGGUNAAN APLIKASI MICROSOFT WORD

A. Menyusun Daftar Isi Otomatis


1. Mengkonfigurasi dan Menerapkan Heading
Langkah pertama yang bisa anda lakukan untuk membuat daftar isi
adalah melakukan konfigurasi pada Heading dimana nanti Anda akan secara
otomatis akan mudah dalam mengatur BAB BAB yang ada pada dokumen,
Berikut adalah langkahnya :
a) Membuat Heading 1 untuk BAB
Hal yang pertama kali kita lakukan adalah melakukan konfigurasi
heading untuk BAB Dokumen Anda. Berikut langkahnya.
1. Silakan Blok Judul BAB Anda

2. Kemudian Pada Menu Home, Klik Styles dan Pilih Heading 1

|Page
3. Pada Heading 1, Kemudian Klik kanan dan pilih Modify

|Page
4. Berhubung Heading 1 ini akan kita gunakan untuk Judul BAB,
Silakan Anda konfigurasi bagaimana tampilan Judul bab yang Anda
inginkan. Jika Sudah Klik OK

b) Membuat Heading 2 untuk SUB-BAB


Selanjutnya, jika Anda sudah melakukan konfigurasi pada Judul
BAB, dikarenakan setiap bab ada anak judulnya atau sering kita sebut
dengan sub-bab maka Anda perlu melakukan hal yang sama pada
sub-bab seperti yang dilakukan sebelumnya pada bab, hanya saja
disini Anda bisa memilih heading 2

|Page
1. Silakan Blok Judul SUB-BAB Anda
2. Kemudian Pada Menu Home, Klik Styles dan Pilih Heading 2

3. Pada Heading 2, Kemudian Klik kanan dan pilih Modify

4. Berhubung Heading 1 ini akan kita gunakan untuk Judul SUB-


BAB, Silakan Anda konfigurasi bagaimana tampilan Judul SUB-
BAB yang Anda inginkan. Jika Sudah Klik OK

|Page
c) Membuat Heading 3 untuk Anak SUB-BAB
Terkadang Anda mempunyai poin lebih details pada Sub-bab Anda
yang kita sebut dengan anak sub-bab seperti Poin 1.1.1 Sehingga Anda
juga perlu untuk melakukan konfigurasi Heading 3 untuk anak sub-bab
Anda dengan cara yang sama seperti sebelumnya:
1. Silakan Blok Judul ANAK SUB-BAB Anda
2. Kemudian Pada Menu Home, Klik Styles dan Pilih Heading 3

|Page
3. Pada Heading 3, Kemudian Klik kanan dan pilih Modify

4. Berhubung Heading 1 ini akan kita gunakan untuk Judul ANAK


SUB-BAB, Silakan Anda konfigurasi bagaimana tampilan Judul
ANAK SUB-BAB yang Anda inginkan. Jika Sudah Klik OK

|Page
Jika Anda sudah melakukan konfigurasi dan Menerapkan Heading
pada setiap judul baik itu judul bab, sub bab dan anak sub bab, maka Anda
perlu menerapkan semuanya sesuai dengan heading yang dipilih untuk
semua bab, sub bab dan anak sub bab yang ada pada halaman dokumen
Anda.

2. Membuat Daftar Isi Muncul Otomatis


a) Memasukkan Letak Daftar Isi
Setelah Anda berhasil melakukan Konfigurasi dan menerapkan Heading
pada seluruh BAB, SUB-BAB dan ANAK SUB-BAB selanjutnya Anda

|Page
bisa membuat Daftar isi secara otomatis dengan cara yang sangat cepat
dan Mudah.
1. Pastikan Anda telah menyediakan 1 halaman khusus untuk daftar
isi Anda, Letakkan Kursor pada halaman tersebut
2. Klik Menu References, Kemudian sebelah kiri Klik Table of
Contents, Pilihlah Bentuk Daftar isi yang Anda inginkan.

3. Setelah Anda berhasil melakukan Klik pada Table of Contents


maka Akan muncul Daftar isi yang sudah dibuat secara otomatis

|Page
b) Cara Update, Edit, Hapus Daftar isi
Untuk melakukan Edit, Anda dapat melakukannya dengan manual
dengan cara mengarahkan kursor anda pada area daftar isi yang ingin diubah
baik itu tulisan maupun bentuknnya secara manual.
Nah, jika Anda melakukan update mayor yang menyebabkan ada
perubahan letak halaman pada dokumen Anda, seperti contoh misalnya pada
awalnya BAB 2 berada di halaman 3, karena ada penambahan konten pada
BAB 1 menyebabkan posisi halaman BAB 2 dan seterusnya berubah, Anda
tidak perlu repot untuk mengedit secara manual, cukup dengan cara berikut:

|Page
1. Update Hanya pada Nomor Halaman dengan cara klik Kolom Table
of Contents yang ada pada dokumen halaman daftar isi, Klik
Update page number Only, lalu OK
2. Update pada keseluruhan isi Daftar isi dengan cara klik Kolom Table
of Contents yang ada pada dokumen halaman daftar isi, Klik Update
Entire Tables, lalu OK

B. Menyusun Daftar Rujukan Otomatis


Berikut adalah langkah mudah membuat daftar pustaka otomatis dari
Microsoft Words:
1. Buka dokumen karya tulis Anda lalu cari kutipan yang ingin Anda
buat daftar pustakanya.

|Page
2. Setelah menemukan kutipannya, arahkan kursos pada bagian akhir
kalimat kutipan. Lalu buka menu References, lalu klik Insert
Citation dan Add New Source

3. Setelah melakukan langkah 2, akan muncul isian untuk mengisi


informasi sumber kutipan. Isi informasi yang ada sesuai dengan
sumber kutipan Anda.

4. Arahkan kursos ke halaman Daftar Pustaka di dokumen karya ilmiah


Anda. Pada menu References klik Bibliography dan pilih Insert
Bibliography

|Page
5. Apabila Anda menambahkan sumber kutipan lain pastikan untuk
selalu mengupdate di halaman Daftar Pustaka. Caranya dengan
mengarahkan kursor ke Daftar Pustaka, klik kanan lalu pilih Update
Field

|Page
|Page

Anda mungkin juga menyukai