Anda di halaman 1dari 27

What does cost really mean?

83

Artikel 51

What Does Cost Really Mean?


Suwardjono
Fakultas Ekonomi2 UGM

Penulis telah menggunakan istilah kos sejak 1989 untuk semua artikel dan
buku dan timbul salah sangka bahwa penulislah yang menciptakan istilah
tersebut. Istilah kos bukan ciptaan penulis karena tia sudah dikenalkan IAI
sejak 1984 dalam buku Norma Pemeriksaan Akuntan. Penulis hanya mendu-
kung penggunaannya sebagai pengganti istilah biaya melalui argumen dalam
artikel dengan judul di atas. Artikel tersebut telah dimuat di majalah Akuntan-
si edisi Mei 1991 (tetapi hanya sebagian) dan artikel tersebut juga diterbitkan
kembali secara lengkap dalam buku Gagasan Pengembangan Profesi dan Pen-
didikan Akuntansi di Indonesia oleh penulis (Yogyakarta: BPFE, 1992).
Sudah lebih dari limabelas tahun sejak diterbitkan, akademisi dan profesi
bergeming terhadap masalah ini. Tidak pernah ada pembahasan, diskusi, atau
argumen ilmiah di tingkat nasional atau perguruan tinggi. Yang sering terjadi
dalam pertemuan akademik atau profesional adalah stratagem yang setengah-
nya mengolok-olok penulis. Stratagem tersebut antara lain: “Apa itu kos? Apa
bedanya dengan kos-kosan (tempat mondok)?”, “Itu kan istilah dari Yogya!”,
“IAI saja pakai biaya kok kita aneh-aneh!”, “Pokoknya cost itu biaya. Titik!”
Akibatnya, akademisi enggan untuk menggunakan istilah kos walaupun mere-
ka merasakan istilah biaya tidak tepat. Beberapa kalangan mengambil jalan
tengah (atau pintas) dengan tetap menggunakan istilah aslinya, cost.
Artikel ini telah mengalami revisi dan menjadi Lampiran 1 dalam buku
Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan oleh penulis. Artikel ini
diharapkan menjadi wacana yang dapat memicu diskusi ilmiah dan profesional
demi pengembangan profesi dan pendidikan akuntansi di Indonesia.

Pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini sebenarnya akan lebih lengkap kalau
diungkapkan sebagai berikut: “What does cost really mean within the framework of
accounting as an information provider?” Pertanyaan tersebut berkaitan dengan
pertanyaan “What does it cost?” yang menjadi judul artikel Bourke [1978] yang
membahas betapa membingungkannya istilah cost yang digunakan dalam akun-
tansi. Kerancuan penggunaan istilah cost dikemukakan pula oleh Hasemen [1978]
yang mengusulkan suatu rerangka untuk menginterpretasi arti cost tersebut se-
suai dengan konteksnya. Istilah cost memang mempunyai banyak arti. Akan teta-
1
Artikel ini merupakan revisian terakhir (2008) dari edisi aslinya (1992).
2
Sejak tahun 2007 menjadi Fakultas Ekonomika dan Busines (FEB). Di sini, bisnis ditulis busines.

Suwardjono1992
84 Artikel 5

pi, dalam konteks akuntansi sebagai penyedia informasi finansial kuantitatif,


istilah tersebut mempunyai arti khusus. Dalam dunia praktik (profesi) dan aka-
demik sekarang ini, istilah biaya, harga pokok, harga perolehan, dan kadang-
kadang beban digunakan sebagai padan kata atau terjemahan istilah cost tersebut.
Menurut pengamatan penulis, istilah-istilah tersebut menimbulkan kerancuan
dalam penggunaan dan dalam pemahaman akuntansi sebagai penyedia informasi.
Kerancuan dalam pemahaman dapat ditunjukkan dengan contoh tanya-jawab
dalam suatu ujian komprehensif berikut ini.

Penguji: “Coba jelaskan menurut pemahaman anda makna biaya dalam akuntansi?”
Mahasiswa: “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomik yang diperlukan untuk mem-
peroleh barang dan jasa.”
Penguji: “Bagus sekali! Anda mengerti definisi tersebut. Berilah contoh pengorbanan
sumber ekonomik yang dilakukan perusahaan!”
Mahasiswa: “Misalnya perusahaan mengeluarkan kas atau aset lainnya.”
Penguji: “Bagus! Berarti anda memahami konsep kesatuan usaha. Sekarang berilah
contoh barang dan jasa yang diperoleh perusahaan!”
Mahasiswa: “Mesin, Pak.”
Penguji: “Kalau begitu, jumlah rupiah pengeluaran untuk memperoleh mesin akan
membentuk biaya mesin?”
Mahasiswa: “Bukan, Pak! Itu harga pokok!”

Percakapan di atas menunjukkan bahwa suatu pengertian dalam definisi


sudah benar tetapi simbolnya tidak tepat sehingga suatu istilah tidak dapat dite-
rapkan atau berlaku umum sesuai dengan pendefinisiannya. Dalam artikel ini,
penulis membahas dan mengajukan argumen bahwa istilah biaya, harga pokok,
dan harga perolehan tidak tepat sebagai pada istilah cost.3 Demikian juga istilah
beban sangat tidak tepat untuk digunakan sebagai padan kata expense. Kemudi-
an, penulis akan mengajukan istilah alternatif untuk menghindari kerancuan
tersebut. Artikel ini juga merupakan tanggapan penulis terhadap exposure draft
Standar Khusus Akuntansi Industri Minyak dan Gas Bumi (IAI, Prinsip Akuntan-
si Indonesia Pernyataan No. 5).4 Tanggapan tersebut penulis sampaikan dalam
public hearing terhadap exposure draft tersebut. Draf standar tersebut merupakan
bukti nyata adanya kerancuan pemahaman dan pengaplikasian cost sebagai data
dasar akuntansi karena misnomer dalam pemilihan padan kata.

Pengertian Cost dan Istilah Yang Berkaitan


Lepas dari padan kata yang tepat untuk istilah cost, sebagai dasar pembahasan
akan diuraikan dahulu makna cost yang sebenarnya dalam konteks akuntansi se-
3
Standar Akuntansi Keuangan 2001 sekarang menggunakan beban pokok penjualan untuk
padan kata cost of goods sold.
4
Pernyataan ini telah dituangkan kembali dalam Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia sebagai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 29, Akuntansi Minyak dan
Gas Bumi.

suwardjono@ugm.ac.id
What does cost really mean? 85

bagai penyedia informasi. Sumber acuan yang akan digunakan dalam pembahasan
ini diambil dari literatur akuntansi yang dianggap cukup autoritatif. Berikut ini
adalah kutipan beberapa pengertian cost dalam literatur akuntansi tersebut.

Kohler (1975, hlm. 139) mendefinisi cost sebagai berikut:

An expenditure or outlay of cash, other property, capital stock, or services, or


the incurring of a liability therefor, identified with goods or services acquired or
with any loss incurred, and measured by the amount of cash paid or payable or
the market value of other property, capital stock, or services given in exchange or,
in other situation, any commonly accepted basis of valuation.

Sprouse dan Moonits (1962, hlm. 8-9) mendefinisi pengertian cost dan expense
sebagai berikut:

Cost is a foregoing, a sacrifice made to secure benefit, and is measured by an


exchange price. Expense is the decrease in net assets as a result of the use of eco-
nomic services in the creation of revenues or the imposition of taxes by govern-
mental unit.

Grady (1965, hlm. 228) mengemukakan definisi cost sebagai berikut:

Cost is the amount, measured in money, or cash expended or other property


transferred, capital stock issued, services performed, or a liability incurred, in
consideration of goods or services received or to be received. Costs can be classi-
fied as unexpired and expired. Unexpired costs (assets) are those which are
applicable to the production of future revenues. ...Expired costs are those which
are not applicable to the production of future revenues, and for that reason are
treated as deductions from current revenues or charged against retained earn-
ings. ... Unexpired cost may be transferred from one classification to another
before becoming expired cost as above defined, ... .

Anthony, Hawkins, dan Merchant (1989, hlm. 60) memberi pengertian cost
dan beberapa istilah yang berkaitan dengan terjadinya cost sebagai berikut:

Cost is a monetary measurement of the amount of resources used for some pur-
pose. An expenditure is a decrease in an asset (usually cash) or an increase in a
liability (often accounts payable) associated with the incurrence of a cost. The
expenditures in an accounting period equal the cost of all the goods and services
acquired in that period. An expense is an item of cost applicable to the current
accounting period. An expense represents resouces consumed by the entity's earn-
ing activities during the current period. When an expenditure is made, the relat-
ed cost is either an asset or an expense. If the cost benefits future periods, it is an
assets. If not, it is an expense—a reduction in retained earnings—of the current
period. A disbursement is the payment of cash. A cash expenditure is a dis-
bursement; but so is any cash payment, such as paying an account payable,
repaying a loan, or paying a cash dividend to shareholders.

Suwardjono1992
86 Artikel 5

Dengan mengutip dari The Nature of Business Cost--General Concepts,


Bourke (1978, hlm. 193) mendefinisi cost sebagai berikut:

Cost is a general term for measured amount of value purposefully released or to


be released in the acquisition or creation of economic resources, either tangible
or intangible.

Terakhir, Hilton (2002, hlm. 36) menjelaskan makna cost, expense, dan cost of
goods sold sebagai berikut:

Cost is the sacrifice made, usually measured by the resources given up, to
achieve a particular purpose. An expense is the consumption of assets for the
purpose of generating revenue. Cost of goods sold is the expense measured by
the cost of the finished goods sold during a period of time (hlm. 36).

Bila dicari dari sumber-sumber yang lain, makna yang dilekatkan pada istilah
cost dan expense akan sama dengan pengertian yang diberikan oleh sumber-sum-
ber di atas.

Karakteristik Cost
Dengan mempelajari definisi-definisi di atas secara saksama, mudah-mudahan
telah diperoleh pemahaman dan telah dapat dirasakan arti atau makna cost yang
sebenarnya. Berdasarkan pemahaman penulis, berikut ini adalah atribut atau ka-
rakteristik yang melekat pada istilah cost.

1. Cost merupakan pengukur (a measurement) dalam unit moneter suatu sumber


ekonomik yang digunakan atau dikorbankan untuk tujuan tertentu. Dalam kon-
teks akuntansi yang mendasarkan diri pada konsep kesatuan usaha, pengorbanan
berarti keluarnya sumber ekonomik (aset) dari kesatuan usaha. Ada berbagai
pengertian pengorbanan ditinjau dari berbagai konteks. Hasemen (1978) mem-
bahas berbagai jenis pengorbanan (sacrifice) ditinjau dari berbagai aspek.
Hal yang perlu dicatat adalah bahwa walaupun cost itu sendiri sering disebut
sebagai pengorbanan, yang dikorbankan sebenarnya adalah sumber ekonomik
(baik fisis maupun nonfisis) dan cost hanyalah sebagai pengukur secara kuantita-
tif pengorbanan tersebut dalam unit moneter. Secara umum dapat dikatakan bah-
wa cost mengukur penggunaan (termasuk perubahan) atau pengorbanan suatu
sumber ekonomik. Dalam akuntansi, pada umumnya sumber ekonomik yang
dikorbankan pun sebelumnya sudah diukur dengan cost.

2. Cost dinyatakan dalam unit moneter khususnya dalam rerangka akuntansi se-
bagai penyedia informasi kuantitatif. Cost mengukur seberapa banyak atau besar
penggunaan sumber ekonomik dalam unit moneter untuk tujuan tertentu. Peng-
ukuran ini penting karena hasilnya akan menjadi data dasar dalam penyediaan
informasi untuk menentukan total penggunaan berbagai jenis dan jumlah sumber
ekonomik dalam satuan yang homogenus. Dengan satuan yang homogenus, dapat

suwardjono@ugm.ac.id
What does cost really mean? 87

diperoleh pengetahuan mengenai besarnya (size) dan hubungan (relationship) ber-


bagai sumber ekonomik yang secara keseluruhan membentuk aset perusahaan.
Pengetahuan seperti itulah yang disebut informasi kuantitatif. Kalau kuantifikasi
dinyatakan dalam unit moneter, informasi yang diperoleh adalah informasi finan-
sial. Memang tidak semua cost dapat diukur dalam unit moneter. Akan tetapi,
karena dalam akuntansi semua faktor harus dikuantifikasi, pengertian cost dapat
dikatakan sebagai pengukur dalam unit moneter.

3. Pengukuran cost selalu dihubungkan dengan suatu fokus, objek, tujuan (pur-
pose), atau pusat perhatian. Fokus atau objek ini dikenal secara teknis sebagai cost
object atau cost objective. Cost object dapat berupa produk, departemen, projek,
kegiatan atau sesuatu yang unsur pembentuknya perlu diukur secara moneter
agar pihak yang berkepentingan dapat memperoleh informasi mengenai size dan
relationship yang bermakna. Tujuan perlu diidentifikasi karena tujuan yang ber-
beda memerlukan pengukuran cost yang berbeda pula. Tujuan memperoleh infor-
masi cost adalah untuk perencanaan (planning), pengendalian (control) dan
pertanggungjawaban keluar (periodic external reporting).
Secara fisis dan operasional, perusahaan dapat dipandang sebagai susunan
atau kumpulan berbagai sumber ekonomik. Tentu saja, besarnya dan hubungan
antara komponen yang membentuk perusahaan dapat dilihat dari beberapa aspek.
Sebagai contoh, seorang kepala bagian personalia akan melihat perusahaan
sebagai kumpulan orang dengan hubungan seperti yang digambarkan dalam
struktur organisasi perusahaan. Dari segi akuntansi, kegiatan operasi direpresen-
tasi dalam bentuk simbol-simbol (elemen-elemen) finansial sebagaimana ditunjuk-
kan oleh statemen keuangan. Elemen statemen keuangan termasuk dalam
pengertian objek atau fokus yang harus diukur (cost merupakan salah satu dasar
pengukurannya). Manajemen melihat perusahaan sebagai satuan-satuan kegiatan
(terdiri atas fasilitas fisis, bahan, dan manusia) yang mengolah input menjadi out-
put. Satuan-satuan kegiatan berkaitan satu sama lainnya secara terpadu. Untuk
tujuan pengendalian melalui informasi finansial, satuan kegiatan fisis direpresen-
tasi dalam bentuk pusat pertanggungjawaban sedangkan masukan dan keluaran
direpresentasi dan diukur dalam bentuk cost. Dengan demikian, berbagai satuan
kegiatan, termasuk masukan dan keluaran, dapat menjadi objek cost.
Dari segi akuntansi, sebenarnya bukan cost itu sendiri yang mempunyai arti
penting akan tetapi justru jasa yang ada di balik angka cost yang mempunyai arti
penting. Jadi arti pentingnya objek atau jasa diwakili oleh cost yang tercatat dalam
sistem akuntansi. Di balik deretan angka-angka akuntansi terkandung jasa-jasa
yang berwujud fisis maupun nonfisik. Jasa-jasa tersebut adalah daya, kemampuan
atau kapasitas yang kalau ditukarkan atau digabungkan satu sama lainnya dapat
menimbulkan daya, kemampuan atau kapasitas lain yang kekuatannya (besarnya)
paling tidak sama dengan yang sebelumnya dimiliki perusahaan. Misalnya, kas di-
tukarkan dengan mesin, ini berarti bahwa daya beli ditukarkan dengan daya
produksi. Oleh karena itu, akuntansi berusaha untuk menentukan simbol-simbol
yang dapat merepresentasi daya tersebut sehingga tanpa melihat perusahaan se-
cara fisis orang dapat membayangkan kegiatan operasi perusahaan hanya dengan

Suwardjono1992
88 Artikel 5

membaca statemen keuangan. Dalam SFAC No. 6, FASB mengidentifikasi dan


mendefinisi sepuluh elemen statemen keuangan yang dapat menjadi simbol sum-
ber daya dan kegiatan yaitu: asset, liability, equity, revenue, expense, gain, loss, in-
vestment by owners, distribution to owners, dan comprehensive income.

4. Secara fisis, kesatuan usaha menguasai dan mengelola sumber ekonomik yang
membentuk aset. Cost aset adalah hasil pengukuran yang ditentukan pada saat
transaksi pemerolehannya dan didasarkan pada harga pertukaran (konsep dasar
penghargaan sepakatan atau measured consideration). Karena sudah terjadi dan
tercatat, cost ini sering disebut dengan historical cost. Walaupun demikian,
pengertian cost tidak terbatas pada cost yang sudah terjadi. Memang pengertian
cost yang dominan adalah sebagai historical cost. Namun demikian, cost dapat juga
mengukur objek yang akan terjadi (future cost). Akuntansi menganut cost princi-
ple concept yang berarti bahwa elemen statemen keuangan dinilai/diukur atau
dilekati dengan cost yang telah terjadi agar menjadi informasi. Oleh karena itu,
statemen keuangan yang dihasilkan dengan penilaian seperti itu sering disebut
dengan historical cost financial statements.
Lebih dari itu, untuk mengukur cost, dasar yang digunakan tidak hanya pe-
ngeluaran sumber ekonomik yang telah terjadi. Pengeluaran tersebut mungkin
saja baru akan terjadi di masa yang akan datang. Kalau cost sudah terjadi tetapi
pengeluarannya belum terjadi maka kewajiban akan timbul. Itulah sebabnya ke-
wajiban didefinisi FASB dalam SFAC No. 6 sebagai “pengorbanan sumber
ekonomik masa datang yang cukup pasti.” Pengeluaran juga tidak harus berupa
kas tetapi dapat pula berupa sumber ekonomik lain seperti jasa perusahaan,
barang dagangan, atau surat berharga perusahaan.

5. Sebagai dasar pengukuran, cost tidak mempunyai konotasi sebagai sesuatu hal
yang negatif (mengurangi) atau merugikan atau sesuatu yang jelek. Kesan seperti
ini akan menghalangi atau mengacaukan pemahaman makna cost. Mengenai hal
ini, Haseman (1978, hlm. 70) menyatakan: "The tendency to think erroneously of
all costs as expenses, or of cost connoting something bad or undesireble prevents a
clear understanding of the meaning of cost."
Kerancuan dan kesalahan dalam menangkap makna cost disebabkan orang
tidak memandang cost sebagai suatu pengertian yang netral atau generik seperti
disarankan Hasemen. Kerancuan pemahaman dan aplikasi terjadi karena orang
memandang cost sebagai objek, wadah, atau elemen (misalnya expense, loss, asset)
dan bukan sebagai pengukur (monetary measurement) elemen itu sendiri. Cost
sendiri bukanlah informasi tetapi sekadar data dasar. Objek yang telah dilekati
dengan cost itulah yang secara bersama-sama (objek dan pengukurnya) merupa-
kan informasi. Oleh karena itu, cost harus dihubungkan dengan sesuatu yang
menjadi pusat perhatian. Suatu (objek) yang menjadi pusat perhatian harus dii-
dentifikasi sehingga cost akan mempunyai nilai informasi.
Selanjutnya Haseman mengemukakan bahwa berbagai objek yang akan dile-
kati cost akan menjadi basis klasifikasi cost dan cost accounting merupakan suatu
proses, prosedur, metoda, dan teknik pengolahan data cost untuk dilekatkan pada

suwardjono@ugm.ac.id
What does cost really mean? 89

objek yang menjadi pusat perhatian manajemen sehingga informasi finansial un-
tuk kepentingan pengambilan keputusan dapat diperoleh. Bergantung pada ke-
pentingan manajemen dan keperluan informasi yang diinginkan, basis klasifikasi
cost dapat dicontohkan dalam Gambar 1 sebagai berikut ini.

Gambar 1
Basis Klasifikasi dan Contoh Objek dalam Klasifikasi

Basis Klasifikasi Contoh Objek dalam Klasifikasi

Fungsi operasi produksi, pemasaran, administratif


Komponen produk bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead
Variabilitas (perilaku) tetap, variabel, semi-variabel
Keleluasaan menentukan diskresioner (discretionary), rekayasaan (engineered)
Waktu terjadinya historis, sekarang, masa datang
Penandingan dengan pendapatan produk, perioda
Lokasi terjadinya langsung (direct), alokasian (allocated)
Elemen statemen keuangan aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, biaya, untung,
rugi, setoran oleh pemilik, distribusi ke pemilik, laba
komprehensif
Kegiatan/pemicu (driver) setup, inspection, material handling
Keputusan strategik nila-tambahan versus nonnilai-tambahan, relevan
versus takrelevan, tertanam (sunk), kesempatan

Masalah
Dengan mendasarkan pada pembahasan dan pengertian cost di atas, dapat disim-
pulkan bahwa cost merupakan hasil pengukuran dalam unit moneter suatu objek
dan cost tercipta karena adanya kejadian ekonomik dalam suatu unit organisasi.
Cost tersebut dicatat dalam sistem akuntansi dan menjadi data dasar atau bahan
olah untuk menghasilkan informasi. Agar menjadi informasi maka data cost harus
diklasifikasi dengan wadah tertentu yang menjadi pusat perhatian (fokus) atau di-
hubungkan dengan objek tertentu.
Istilah cost memang mempunyai banyak arti dan dalam komunikasi bisnis
sering terjadi salah interpretasi karena pengertian yang berbeda mengenai apa
yang disebut dengan cost. Masalah timbul kalau seseorang harus menjawab per-
tanyaan “What does it cost?” yang diajukan oleh Bourke (1978). Kalau it dalam
pertanyaan Bourke tersebut diidentifikasi secara eksplisit, pertanyaan-pertanyaan
dalam Daftar 1 di halaman berikut akan sering terjadi dalam komunikasi bisnis
dan akuntansi.
Pertanyaan di atas diajukan untuk mengetahui besarnya (size) suatu objek
dari sudut moneter. Pertanyaan di atas sebenarnya masih belum dapat dijawab
dengan tuntas karena harus ada kesepakatan mengenai apa saja komponen yang
membentuk cost tersebut. Pada umumnya untuk mengukur cost suatu objek,

Suwardjono1992
90 Artikel 5

akuntansi menggunakan dasar yang disebut full cost yaitu semua sumber yang di-
gunakan untuk membentuk suatu objek cost. Namun demikian, komponen yang
dapat masuk ke dalam suatu objek bergantung pada tujuan dan jenis keputusan
yang akan diambil oleh pemakai informasi. Dengan kata lain, komponen cost
harus relevan dengan tujuan penyediaan informasi. Artikel ini tidak menekankan
pada apa komponen-komponen cost yang relevan tetapi lebih memfokuskan pada
pencarian istilah yang tepat.

Daftar 1
What is the cost of labor?
What is the cost of machinary?
What is the cost of production?
What is the cost of product A?
What is the cost of goods sold?
What is the cost of bonds payable?
What is the cost of inventory?
What is the cost of administrative function?
What is the current cost* of stockholders' equity?
What is the current cost of selling expenses?
What is the current cost of sales?
What is the current cost of income?
*Istilah ini digunakan dalam pembahasan akuntansi untuk
perubahan harga (accounting for price changes).

Sebagai data dasar dan bahan olah akuntansi untuk menghasilkan informasi,
istilah cost dalam pertanyaan di atas mempunyai arti atau makna yang sama. Hal
yang perlu dipegang adalah bahwa apapun objek, komponen, atau wadah yang
akan dilekati dengan cost, jumlah unit moneter atau jumlah rupiah cost harus
tetap merupakan cost. Daftar 2 merupakan pertanyaan yang akan terjadi kalau
pertanyaan dalam Daftar 1 diindonesiakan kecuali kata cost.

Daftar 2

Berapakah cost tenaga kerja?


Berapakah cost mesin?
Berapakah cost produksi?
Berapakah cost produk A?
Berapakah cost barang terjual?
Berapakah cost utang obligasi?
Berapakah cost sediaan barang?
Berapakah cost administrasi?
Berapakah current cost modal pemegang saham?
Berapakah current cost biaya penjualan?
Berapakah current cost penjualan?
Berapakah current cost laba?

suwardjono@ugm.ac.id
What does cost really mean? 91

Telah disebutkan sebelumnya bahwa kerancuan sering timbul karena orang


tidak dapat membedakan antara pengukur dan objek/elemen yang diukur khusus-
nya dalam penggunaan istilah cost. Kalau cost mempunyai pengertian dan makna
sebagai pengukur dalam unit moneter, apakah padan kata bahasa Indonesia untuk
istilah cost untuk seluruh pertanyaan dalam Daftar 2 yang tidak menimbulkan
kerancuan? Apakah istilah biaya, harga pokok, atau harga perolehan tepat sebagai
padan istilah? Apa implikasinya bagi dunia praktik (profesi) maupun pendidikan
(akademik) bila kerancuan ini dibiarkan berlangsung?

Kerancuan Karena Misnomer


Dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 2002, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
memadankatakan istilah biaya dengan cost, beban dengan expense, dan beban
pokok penjualan dengan cost of goods sold. Hal ini ditunjukkan dalam beberapa
pasal dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
berikut (istilah dalam tanda kurung adalah istilah aslinya):

Keseimbangan antara biaya dan manfaat (cost and benefit) lebih merupakan
kendala yang pervasif daripada karakteristik kualitatif (par. 44).

Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode


akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terja-
dinya kewajiban ... (par. 70)

Beban (expenses) diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan lang-
sung antara biaya (cost) yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diper-
oleh. Proses ...; misalnya, berbagai komponen beban yang membentuk beban
pokok penjualan (cost of goods sold) diakui pada saat yang sama sebagai
penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang (par. 95).

IAI sendiri tidak tegas membedakan biaya dan beban tetapi berbagai uraian
dalam SAK mengesankan bahwa istilah biaya dimaksudkan sebagai padan kata
cost. IAI tampaknya mulai menjauhkan penggunaan istilah harga pokok sebagai
padan kata cost tetapi lebih banyak menggunakan istilah harga perolehan atau
biaya perolehan.5 Untuk cost dalam cost of goods sold, IAI menggunakan istilah
beban pokok dan goods sold diterjemahkan menjadi penjualan. Walaupun demiki-
an, banyak buku-buku akuntansi menggunakan istilah harga pokok untuk cost
dan harga pokok penjualan untuk cost of goods sold.
Dengan pengertian yang ada dalam buku SAK tersebut berarti bahwa biaya
dipandang sebagai bahan olah akuntansi atau pengukur dalam unit moneter suatu
objek berupa barang dan jasa (termasuk elemen statemen keuangan cost historis).
Kalau demikian, secara konsekuen dan konsisten mestinya beberapa pertanyaan
dalam Daftar 2 akan diungkapkan seperti pada Daftar 3 di halaman berikut. Isti-

5
Kata memperoleh mempunyai kata pangkal “peroleh” sehingga proses memperoleh mestinya
disebut pemerolehan bukan perolehan karena tidak ada kata dioleh atau mengoleh.

Suwardjono1992
92 Artikel 5

lah biaya akan mengganti semua istilah cost karena istilah cost dalam Daftar 2
mempunyai pengertian dan makna yang sama yaitu sebagai pengukur dalam unit
moneter.

Daftar 3

Berapakah biaya tenaga kerja?


Berapakah biaya mesin?
Berapakah biaya produksi?
Berapakah biaya produk A?
Berapakah biaya barang terjual?
Berapakah biaya utang obligasi?
Berapakah biaya sediaan barang?
Berapakah biaya administrasi?
Berapakah biaya sekarang modal pemegang saham?
Berapakah biaya sekarang biaya penjualan?
Berapakah biaya sekarang penjualan?
Berapakah biaya sekarang laba?

Kalau istilah biaya memang cukup luas dan tepat maka ungkapan seperti
dalam Daftar 3 itulah yang seharusnya terjadi dalam standar atau buku-buku
akuntansi. Kenyataannya, justru ungkapan-ungkapan seperti dalam Daftar 4 di
bawah inilah yang terjadi.

Daftar 4

Berapakah biaya tenaga kerja?


Berapakah harga pokok (harga perolehan) mesin?
Berapakah biaya produksi?
Berapakah harga pokok produk A?
Berapakah harga pokok (beban pokok) penjualan?
Berapakah nilai buku utang obligasi?
Berapakah harga pokok sediaan barang?
Berapakah biaya administrasi?
Berapakah harga pokok (biaya) sekarang modal pemegang saham?
Berapakah harga pokok sekarang biaya penjualan?
Berapakah harga pokok sekarang penjualan?
Berapakah harga pokok sekarang* laba?

*Ada yang menggunakan istilah biaya berlaku untuk padan kata current cost
sehingga pertanyaan itu menjadi “Berapakah biaya berlaku laba?” atau “Berapa
laba biaya berlaku?”

Kalau pertanyaan dalam Daftar 3 diinggriskan kembali dengan makna biaya


sebagai bahan olah atau pengukur dalam unit moneter, maka istilah biaya di atas
jelas akan menjadi cost semua. Dengan istilah tersebut tidak akan terjadi keran-
cuan sebagaimana contoh aplikasi berikut: secara fisis, bahan baku, tenaga kerja
dan overhead kalau digabungkan akan menjadi produk; secara simbol kuantitatif
dengan cost sebagai pengukur, cost bahan baku, cost tenaga kerja, dan cost over-

suwardjono@ugm.ac.id
What does cost really mean? 93

head kalau digabungkan dengan sendirinya akan membentuk cost produk. Hal
yang tidak logis telah terjadi dalam praktik karena ungkapan tersebut diindone-
siakan seperti ini: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead kalau
digabung menjadi harga pokok produk.
Kenyataan seperti di atas sebenarnya mengisyaratkan bahwa istilah biaya un-
tuk padan kata cost adalah suatu misnomer. Demikian juga istilah harga pokok.
Kalau bukan salah istilah, berarti istilah harga pokok dapat mengganti semua isti-
lah cost untuk tiap pertanyaan dalam Daftar 2. Akan tetapi, nyatanya juga tidak
demikian yang terjadi. Harga pokok juga kurang tepat karena mempunyai konota-
si bahwa ada elemen lain yang tidak pokok padahal cost mempunyai kedudukan
yang sama (konsep homogenitas cost). Yang jelas harga pokok tidak mempunyai
makna sebagai pengukur (a measurement). Oleh karena itu, tidak tepatlah untuk
mengatakan bahwa akuntansi mengolah harga pokok.
Kerancuan istilah akan menyebabkan kerancuan berpikir yang menghambat
pemahaman. Kalau toh terjadi pemahaman maka pemahaman tersebut juga meru-
pakan pemahaman yang rancu. Tanya-jawab dalam ujian komprehensif pada awal
artikel ini adalah contoh kerancuan berpikir yang disebabkan oleh misnomer
dalam penggunaan istilah biaya untuk menyimbolkan makna cost. Percakapan
tersebut menunjukkan bahwa makna atau pengertian sudah didefinisi secara be-
nar tetapi simbolnya tidak tepat sehingga simbol (istilah) tidak berlaku umum.
Hal ini analogi dengan menggunakan istilah ayam untuk menyimbolkan penger-
tian unggas.
Istilah biaya tidak tepat karena pengertian biaya secara semantik dalam ba-
hasa Indonesia adalah sesuatu yang berkonotasi sebagai pengurang atau sesuatu
yang negatif atau sesuatu yang harus dikorbankan untuk memperoleh tujuan
akhir. Dalam suatu perusahaan, tujuan akhir (berupa pendapatan yaitu aliran
masuk barang dan jasa) harus diperoleh dengan biaya (berupa aliran keluar atau
penyerahan barang atau jasa). Dari segi informasi, biaya lebih merupakan objek
atau pusat perhatian yang diukur dengan cost dan bukan sebagai pengukur itu
sendiri. Jadi, sebagai pengukur dalam unit moneter, istilah biaya tidak bersifat
generik dan terlalu sempit untuk merepresentasi makna cost yang sesungguhnya.
Akibat tidak sesuainya makna dengan simbol akhirnya istilah biaya (kalau di-
anggap sebagai bahan olah) tidak dapat berlaku umum dan akhirnya harus ada
“kualifikasi” penggunaan istilah tersebut. Penggunaan istilah harga pokok meru-
pakan kualifikasi ketidaktepatan rasa dan makna bahasa istilah biaya tersebut
untuk mengganti istilah cost secara penuh. Jadi, karena tidak pas atau cocok se-
cara rasa bahasa dan keterbatasan arti semantik biaya, untuk objek atau elemen
tertentu terpaksa digunakan istilah harga pokok atau harga perolehan untuk cost.
Hal ini kurang menguntungkan dalam memahami arti akuntansi sebagai penyedia
informasi karena tidak adanya kesatuan pengertian mengenai bahan olahnya.
Harga perolehan6 juga tidak tepat karena cost adalah netral dan tidak harus di-
kaitkan dengan saat terjadinya. Lebih dari itu, kerancuan juga timbul karena
orang mengartikan cost sama dengan acquisition cost. Heitger dan Matulich (1986,

6
Istilah perolehan mestinya adalah pemerolehan.

Suwardjono1992
94 Artikel 5

hlm. 52) menjelaskan bahwa cost merupakan valuation concept dan bukan
merupakan timing concept yang digunakan dalam pendefinisian expense.
Acapkali orang juga berpolemik mengenai mana yang benar: harga pokok
produksi atau biaya produksi sebagai padan istilah cost of production; harga
pokok produk atau biaya produk sebagai padan istilah product cost. Kalau cost
yang dimaksud dalam pengertian tersebut adalah bahan olah atau pengukur
dalam bentuk moneter, kedua istilah tersebut sama-sama tidak tepat. Dengan
demikian polemik tersebut tidak akan pernah berakhir karena memang tidak da-
pat ditentukan mana yang paling tepat. Atau, kalau ditemukan padan istilah lain
yang tepat, polemik tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi.

Istilah yang Tepat


Untuk mendapatkan padan kata yang tepat harus selalu diingat fungsi akuntansi
sebagai pengada/pencipta (generator) data kuantitatif dasar (basic quantitative da-
ta) dan penyedia informasi keuangan kuantitatif. Pertimbangan lain adalah ke-
mudahan belajar di masa mendatang dan kelancaran berkomunikasi dalam profesi
dan pendidikan akuntansi.
Berdasarkan rasa dan makna bahasa serta dengan mempertimbangkan ke-
satuan pengertian dan kemudahan belajar dan berkomunikasi dalam akuntansi di
masa mendatang, menurut pendapat penulis, istilah biaya lebih tepat kalau di-
gunakan sebagai padanan expense bukannya cost. Memang biaya merupakan pe-
ngorbanan. Akan tetapi, biaya mempunyai makna sebagai pengorbanan untuk
mendapatkan sesuatu yang merupakan tujuan akhir. Dalam perusahaan, tujuan
akhir adalah berupa penyerahan produk atau jasa untuk memperoleh pendapatan.
Mengorbankan sumber ekonomik untuk memperoleh potensi jasa berupa mesin,
bahan baku, dan jasa lainnya untuk memproduksi barang bukan merupakan tu-
juan akhir suatu unit usaha tetapi lebih merupakan tujuan antara atau khusus (to
achieve a specific objective atau for some purpose).
Jadi, tujuan akhir perusahaan adalah untuk menciptakan pendapatan yang
akhirnya mendatangkan laba dan untuk menimbulkan pendapatan perusahaan
perlu mengeluarkan atau menyerahkan produk atau jasa sebagai biaya. Sebelum
ada penyerahan produk atau jasa maka belum terjadi biaya (expenses atau expired
cost). Penggunaan atau pengorbanan (a forgoing or a sacrifice) sumber ekonomik
untuk memperoleh barang dan jasa sebenarnya tidak atau belum melibatkan bia-
ya sama sekali. Yang terjadi sebenarnya adalah perubahan sumber ekonomik yang
satu (misalnya kas) menjadi sumber ekonomik yang lain (misalnya sediaan barang
atau mesin atau tenaga kerja). Pengorbanan di sini adalah pengorbanan kesem-
patan untuk menggunakan manfaat suatu sumber ekonomik tertentu karena
manfaat sumber ekonomik yang lain perlu diperoleh atau dikuasai (a sacrifice
made to secure benefit) dalam rangka mencapai tujuan akhir. Secara rasa bahasa,
sumber ekonomik baru dapat dikatakan menjadi biaya setelah manfaat sumber
ekonomik (yang direpresentasi dalam bentuk cost) dikorbankan (keluar dari ke-
satuan usaha) untuk mencapai tujuan akhir yaitu penyerahan produk untuk
memperoleh pendapatan.

suwardjono@ugm.ac.id
What does cost really mean? 95

Istilah cost dengan makna atau karakteristik sebagaimana dijelaskan di atas


memang tidak mempunyai padanan yang pas dalam bahasa Indonesia, lebih-lebih
kalau istilah cost kemudian digunakan untuk menunjuk bahan olah akuntansi.
Harga pokok, harga perolehan, dan biaya terbukti tidak dapat mewakili makna
yang terkandung dalam pengertian cost di atas. Oleh karena itu, cara terbaik un-
tuk mencari istilah Indonesianya adalah menyerap istilah tersebut menjadi kos.
Istilah ini sebenarnya sudah dikenalkan IAI (1986, hlm. 128) yaitu dalam Daftar
Istilah buku Norma Pemeriksaan Akuntan.7 IAI pun sebenarnya mulai meng-
gunakan istilah kos dalam Standar Profesional Akuntansi Publik (SPAP).8
Dengan istilah kos ini akan mudahlah untuk menunjukkan hubungan antara
objek/elemen/fokus statemen keuangan dan pengukurnya dan akuntansi akan
tampak mengolah bahan yang sama dan generik yaitu kos. Kos akan menjadi data
dasar dalam menyediakan informasi keuangan yang dapat diwujudkan dalam ben-
tuk statemen keuangan atau laporan manajerial. Dengan istilah kos, akan
mudahlah untuk memperoleh pengetahuan tentang size dan relationship secara
jelas dan konsisten antara objek-objek yang menjadi pusat perhatian pihak luar
maupun manajemen.

Kos Sebagai Bahan Olah Akuntansi


Atas dasar pengertian yang dikutip dari berbagai sumber sebelumnya mengenai
cost, expenditure, expense, dan disbursement dan dihubungkan dengan konsep ke-
satuan usaha, konsep perioda waktu, dan elemen statemen keuangan, pengertian
kos sebagai bahan olah akan menjadi lebih jelas dengan rerangka yang dilukiskan
dalam Gambar 2 di halaman berikut.
Dengan rerangka yang dilukiskan dalam gambar di atas, akan mudahlah un-
tuk memahami berbagai pengertian dan definisi istilah yang dijumpai dalam
akuntansi. Akan mudah jugalah untuk membedakan antara pengukur dan wadah
atau elemen. Bahwa kos mempunyai kedudukan sebagai pengukur atau bahan
olah akuntansi dan bukan sebagai objek atau wadah menjadi jelas dalam rerangka
tersebut. Pengorbanan (pengeluaran sumber ekonomik) untuk memperoleh
barang dan jasa harus dibedakan dengan pengorbanan (pengeluaran sumber
ekonomik) untuk memperoleh pendapatan. Kalau terjadi transaksi pemerolehan
barang atau jasa, berarti perusahaan melakukan pengeluaran (expenditures). Pe-
ngeluaran ini akan merupakan pengukur kos barang dan jasa yang diperoleh. Kos
ini harus dicatat karena kos tersebut akan menjadi data dasar untuk menghasil-
kan informasi mengenai kegiatan operasi perusahaan selama perioda tertentu.
Secara teknis pembukuan, kos (jumlah rupiah pengeluaran) tersebut dapat
dicatat ke dalam wadah yang namanya aset atau biaya bergantung pada karak-
teristik hubungan pengeluaran dengan pendapatan sebagai tujuan akhir. Kalau
kos tersebut di catat ke dalam wadah aset, tia disebut dengan pengeluaran un-

7
Kalau kita berani menyerap post menjadi pos, mengapa kita takut menyerap cost menjadi kos?
Lihat masalah kebahasaan lain dalam Lampiran 3.
8
Lihat Seksi 722.08 dan 722.13.

Suwardjono1992
96 Artikel 5

tuk aset atau pengeluaran untuk barang modal (capital expenditures). Se-
mentara itu, kalau tia dicatat ke dalam wadah biaya (yang berarti langsung
dikaitkan dengan pendapatan), tia disebut pengeluaran untuk pendapatan
(revenue expenditures). Hal yang penting adalah bahwa ke manapun jumlah rupi-
ah pengeluaran tersebut dicatat, tia tetap merupakan kos.

Gambar 2
Rerangka Konsep Kos dan Istilah yang Berkaitan

Kesatuan Usaha

Pengorbanan sumber ekonomik untuk


memperoleh barang dan jasa
disbursement (pengeluaran kas)

kas

expenditure
(pengeluaran)
aset lainnya

sebagai pengukur
pemerolehan barang
dan jasa
barang
atau cost
jasa (kos)

Pengorbanan sumber ekonomik untuk


memperoleh pendapatan biaya sebagai wadah/objek
expense (biaya)

produk
dan/atau kos
jasa kos pengakuan nilai tam-
bah oleh pihak inde-
matching penden melalui
transaksi penjualan/
pertukaran
kas/ kos
jasa/ baru
barang
revenue (pendapatan) pendapatan sebagai wadah/objek

Dengan cara berpikir yang sama, kalau perusahaan melakukan pengeluaran


untuk memperoleh mesin atau sediaan barang, tia akan menjadi kos mesin atau
kos sediaan barang. Dengan demikian orang akan dapat bertanya: “Berapakah kos
mesin?” atau “Berapakah kos sediaan barang?” Ada masalah untuk menjawab
pertanyaan ini karena ada bermacam-macam pengeluaran untuk memperoleh
mesin atau sediaan barang. Masalahnya adalah pengeluaran yang mana saja yang
membentuk kos mesin atau sediaan tersebut. Agar terjadi kesamaan interpretasi
dan komunikasi yang efektif, perlu ada kesepakatan mengenai hal ini dalam ben-
tuk prinsip atau bila perlu standar akuntansi. Prinsip akuntansi yang sekarang di-

suwardjono@ugm.ac.id
What does cost really mean? 97

anut mengenai apa yang masuk dalam kos mesin misalnya adalah bahwa kos
mesin meliputi seluruh pengeluaran dalam rangka memperoleh mesin (aset tetap)
sampai mesin tersebut siap digunakan sesuai dengan tujuannya. Demikian juga,
kos sediaan barang adalah semua jumlah rupiah pengeluaran yang diperlukan
sampai tia siap dipakai atau siap dijual. Dengan cara seperti ini, tidak perlu lagi
ada inkonsistensi penggunaan istilah biaya, harga pokok dan harga peroleh-
an. Bila istilah kos digunakan sebagai istilah generik untuk menunjuk jumlah ru-
piah yang melekat pada suatu objek (barang atau jasa atau kegiatan), tidak perlu
terjadi kerancuan dan inkonsistensi seperti dijumpai dalam PSAK No. 29, Akun-
tansi Minyak dan Gas Bumi.
Dengan rerangka yang dilukiskan dalam Gambar 2 dan konsep kos sebagai
bahan olah, akan mudah pula untuk menjelaskan pengertian expese dan revenue
serta konsep penandingan atau pengasosiasian/pengaitan (matching). Yang jelas
keduanya (expese dan revenue) merupakan wadah atau objek dan bukan bahan
olah. Kalau keduanya dilekati (diukur) dengan kos maka size dan relationship
keduanya dapat diketahui sehingga dihasilkan suatu informasi.

Istilah Beban
Misnomer yang sangat fatal adalah penggunaan istilah beban sebagai padan kata
expense. Dalam hal ini, Wibisana (1992) menyatakan istilah beban sering menjeru-
muksan. Kesalahan bukan saja terletak pada makna bahasa melainkan yang lebih
penting juga pada makna definisional. Secara definisional, expense adalah jasa
atau manfaat suatu sumber ekonomik yang telah digunakan dalam rangka men-
ciptakan pendapatan yang merupakan tujuan setiap unit usaha. Berdasarkan
makna expense tersebut, istilah biaya sebenarnya lebih mendekati pengertian dan
makna expense sehingga tepatlah kalau dikatakan bahwa biaya adalah sumber
ekonomik (yang direpresentasi dalam bentuk kos) yang telah keluar dari kesatuan
usaha (menjadi expired cost) akibat penyerahan barang atau jasa kepada pelang-
gan dalam upaya menghasilkan pendapatan. Untuk tujuan pelaporan yang infor-
matif, kos yang telah keluar ini secara konvensi ditampung ke dalam tiga wadah
yaitu produk terjual, perioda berjalan, dan rugi yang secara keseluruhan merupa-
kan biaya.
Bahwa suatu saat kos berubah menjadi biaya bukan berarti bahwa kos sama
dengan biaya. Yang sesungguhnya terjadi adalah data kos yang semula ditampung
dalam wadah aset atau lainnya sekarang dialihkan atau dinyatakan masuk ke
wadah biaya untuk merepresentasi kegiatan perusahaan yang senyatanya.
Demikian juga, kalau bahan baku, tenaga kerja, dan overhead digabungkan men-
jadi produk maka kos yang melekat pada komponen produk tersebut sekarang me-
lekat pada produk tersebut. Oleh karena itu, semua kos komponen akan
membentuk kos produk bukan biaya produk atau harga pokok produk.
Pemahaman makna kos dan biaya seperti di atas akan memudahkan untuk
menjawab atau menjelaskan mengapa buku-buku teks akuntansi dan badan
penyusun standar (termasuk FASB dan IAI) mendefinisi biaya sebagai aliran
keluar aset atau penurunan aset bersih.

Suwardjono1992
98 Artikel 5

Istilah beban sebagai padan kata expense secara rasa bahasa juga sangat
tidak tepat karena istilah beban sama sekali tidak mengandung makna ekonomik.
Artinya, istilah tersebut (khususnya bila berdiri sendiri) tidak memberi kesan
sebagai jumlah rupiah atau nilai ekonomik sebagaimana istilah biaya, kos, rugi,
pendapatan dan laba. Kecuali itu, istilah beban tidak mengisyaratkan makna
sebagai suatu aliran keluar sumber ekonomik dari kesatuan usaha.
Istilah beban (diterjemahkan dari kata charge) mempunyai arti tidak lebih
dari sekadar pengurang atau debit (charges to revenue) dan berkaitan dengan
teknik pembukuan semata-mata. Secara teknis, biaya memang sering disebut
beban karena dalam akun Laba-Rugi (Income Summary) semua biaya dibeban-
kan atau didebit (charged) ke akun tersebut. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa
biaya dapat disebut sebagai beban atau debit.
Lebih jauh, beban mempunyai makna sebagai sesuatu yang harus ditanggung
padahal secara konseptual expenses (biaya) merupakan sesuatu yang harus dikor-
bankan dahulu untuk menciptakan pendapatan. Menyebut expenses sebagai beban
sama saja dengan mengatakan bahwa pendapatan harus menanggung biaya dan
ini bertentangan dengan konsep bahwa kos yang telah dikorbankan (keluar dari
kesatuan usaha) merupakan upaya (effort) untuk menimbulkan pendapatan (ac-
complishment). Namun demikian, secara teknis pendapatan diukur lebih dahulu
baru kemudian biaya yang menghasilkan pendapatan tersebut ditentukan untuk
dikurangkan atau dibebankan ke pendapatan sehingga angka laba diperoleh.
Akibat misnomer kata beban dan tidak digunakannya konsep seperti diurai-
kan dalam Gambar 2, banyak timbul ungkapan yang janggal dalam Standar Akun-
tansi Keuangan seperti dalam PSAK No. 29, paragraf 5:

a. Semua beban pemasaran produk di dalam negeri diperlakukan sebagai beban


operasi pemasaran, sedang beban pabrikasi dan pengemasan termasuk
dalam harga pokok produk.
b. Semua beban pemasaran gas di dalam negeri diperlakukan sebagai beban
operasi pemasaran.

Beban ya jelas diperlakukan sebagai beban, apa lagi? Dengan demikian, ke-
tentuan di atas sebenarnya tidak mempunyai makna apa-apa atau tidak mengatur
apapun. Dapat dibayangkan bahwa nanti akan muncul ungkapan “biaya pemasar-
an dibebankan sebagai beban” untuk menyatakan marketing costs are charged as
an expense. Mahasiswa yang sedang belajar bahasa Inggris akan mengalami kesu-
litan menerjemahkan definisi Hilton (2002) berikut: Cost of goods sold is the ex-
pense measured by the cost of the finished goods sold during a period of time.

Makna Pendapatan
Kalau perusahaan memperoleh pendapatan berarti bahwa ada aliran sumber
ekonomik yang masuk ke kesatuan usaha. Aliran masuk sumber ekonomik ini
juga diukur berdasarkan pengakuan atau penghargaan pihak luar perusahaan ter-
hadap barang atau jasa yang diserahkan perusahaan. Aliran masuk sumber

suwardjono@ugm.ac.id
What does cost really mean? 99

ekonomik ini umumnya berupa kas atau piutang. Kas atau piutang tersebut sebe-
narnya merupakan kos juga karena kalau kas dan piutang tersebut dikeluarkan
(dikorbankan) untuk memperoleh barang dan jasa akhirnya akan menjadi kos ju-
ga. Jadi, dari segi informasi akuntansi, sebenarnya dapat dikatakan bahwa penda-
patan merupakan wadah pengukuran dan bukan bahan olah atau pengukur itu
sendiri. Pengukurnya adalah kos yang masuk ke perusahaan. Oleh karena itu,
dimungkinkan pula untuk bertanya “Berapa kos penjualan?” dalam konteks
akuntansi kos historis. Akan tetapi, karena aliran yang berbeda, untuk membeda-
kannya dengan aliran keluar, aliran masuk pendapatan tetap disebut sebagai
pendapatan. Dengan kerangka pikir tersebut, dapat dijelaskan mengapa buku-
buku teks akuntansi dan badan penyusun autoritatif mendefinisi pendapatan se-
bagai kenaikan aset atau sebagai aliran masuk aset (lihat definisi pendapatan
dalam berbagai sumber literatur).
Karena menjadi tujuan, pendapatan pada umumnya ditentukan lebih dahulu
jumlah rupiahnnya (“kos”nya) baru kemudian biaya yang diperkirakan telah
menghasilkan pendapatan tersebut diidentifikasi dan diukur. Persoalan akuntansi
yang timbul adalah kos mana saja yang dianggap telah keluar (expired) menjadi
biaya yang menghasilkan pendapatan. Untuk itu, diperlukanlah dasar penanding-
an (pengasosiasian) yang tepat agar angka laba yang dihasilkan mempunyai mak-
na ekonomik yang berarti. Penandingan atau pengaitan berarti mencari hubungan
yang tepat antara aliran masuk kos (sebagai pendapatan) dan aliran keluar kos
(sebagai biaya).

Harga Pokok dan Beban Pokok Penjualan


Dari aspek makna yang dikandung, cost of goods sold berarti cost yang melekat
pada barang yang terjual dan menjadi bagian dari total biaya. Oleh karena itu,
padan kata yang logis dan jelas maknanya adalah kos barang terjual atau dapat
juga kos produk terjual. Dalam perusahaan jasa objek ini dapat disebut kos
jasa terjual atau cost of services sold.
Istilah yang umum digunakan dalam buku-buku akuntansi dan yang menyim-
pang dari makna aslinya adalah harga pokok penjualan. Tidak jelas kata pen-
jualan dalam harga pokok penjualan mengacu pada barang yang dijual atau
mengacu pada jumlah penjualan yang setara dengan pendapatan dalam perusa-
haan jasa. Kalau cost diterjemahkan harga pokok, berarti goods sold diartikan se-
bagai penjualan. Ini jelas kesalahan makna. Seandainya penjualan tercatat
Rp1.000.000, sebuah mesih tercatat Rp800.000, dan kos yang melekat pada barang
yang terjual tercatat Rp600.000 sebagaimana dilukiskan dalam Gambar 3 di hala-
man berikut, manakah jawaban yang benar atas pertanyaan di bawah ini bila pos-
pos yang tergambar dipandang sebagai objek pengukuran dan harga pokok diang-
gap sebagai pengukur dan bahan olah akuntansi.

a. Berapa harga pokok penjualan? (Rp1.000.000 atau kurang dari


Rp1.000.000)
b. Berapa harga pokok mesin? (Rp800.000 atau kurang dari Rp800.000)

Suwardjono1992
100 Artikel 5

Gambar 3
Ketidaktepatan Istilah Harga Pokok Penjualan

Kesatuan usaha
Penjualan

Rp1.000.000

Mesin Rp600.000

Rp800.000 Barang terjual

Sebagaimana yang digunakan sekarang, jawaban untuk pertanyaan a adalah


Rp600.000 dan untuk pertanyaan b adalah Rp800.000. Kalau memang tepat se-
bagai bahan olah, mestinya jawaban untuk pertanyaan a adalah Rp1.000.000 kare-
na penjualan dan mesin sama-sama merupakan objek dan harga pokok harus
bermakna sama (konsisten untuk semua objek). Akan tetapi, nyatanya tidak
demikian. Ini berarti bahwa harga pokok tidak tepat sebagai pengukur dan sekali-
gus bahan olah akuntansi.
Konon jaman dulu kalau ada pedagang ditanya apakah dia mendapat keun-
tungan, pedagang sering menjawab dengan ungkapan “Pokoknya saja belum
kembali kok sudah memikir untung!” Yang dimaksud “pokok” dalam ungkapan
tersebut adalah “pokok penjualan” alias barang dagangan yang telah terjual
(goods sold) tetapi bukan nilai penjualan itu sendiri. Kalau goods sold dimaknai
pokok penjualan (yaitu harga barangnya saja), berarti cost diartikan sebagai har-
ga. Ini juga tidak tepat karena cost tidak sama maknanya dengan harga. Lebih
dari itu, hal ini tidak dapat diterapkan untuk mesin karena tidak ada makna
“pokok mesin.” Jadi, harga pokok penjualan sebagaimana digunakan sekarang
dan harga pokok mesin merupakan dua konsep yang tidak konsisten. Yang perta-
ma bermakna harga pokok penjualan sedangkan yang kedua bermakna harga
pokok mesin (karena tidak ada konsep pokok mesin dalam akuntansi).
Dapat disimpulkan bahwa sebagai objek pengukuran, makna “produk fisis
yang terjual” (goods sold) jelas tidak sama dengan makna “penjualan” (sales).
Oleh karena itu, menyebut cost of goods sold dengan harga pokok penjualan
jelas merupakan suatu total misnomer. Argumen seperti ini juga menjelaskan
mengapa buku-buku teks sekarang jarang yang menggunakan istilah cost of sales
untuk menunjuk kos yang melekat pada produk yang telah terjual.

suwardjono@ugm.ac.id
What does cost really mean? 101

Dalam perusahaan jasa, cost of services sold akan setara dengan kos barang
terjual. Akan tetapi, karena jasa tidak mempunyai unit fisik sebagai wadah pen-
gukuran, istilah cost of services sold praktis tidak akan pernah digunakan. Kalau
toh hal tersebut digunakan, objek tersebut tidak mempunyai kandungan informa-
si yang berarti. Dalam perusahaan jasa semua aliran keluar aset dalam upaya
memperoleh pendapatan akan disebut biaya.
Sangat menyimpang jauh, IAI menginterpretasi makna cost of goods sold se-
bagai pos pengurang penjualan yang pokok dibandingkan pos-pos pemasaran dan
administratif. Cost of goods sold dibelokkan maknanya menjadi beban pokok
penjualan yang secara implisit menempatkan kos pemasaran dan administratif
sebagai beban yang tidak pokok.
Menempatkan kos barang terjual sebagai beban pokok sangat bertentangan
dengan manajemen modern yang berorentasi pada konsumer sehingga pemasaran
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam operasi perusahaan. Pemasaran
modern lebih memfokuskan pada kepuasan konsumer (consumer satisfaction)
daripada produk (product oriented).
Pemaknaan IAI terhadap cost of goods sold juga sangat bertentangan dengan
konsep bahwa semua kegiatan (diukur dengan kos) mempunyai arti penting atau
kedudukan yang sama dalam rangka menciptakan pendapatan yang oleh Paton
dan Littleton disebut konsep homogenitas kos. Lihat uraian tentang hal ini dalam
Suwardjono (2005) halaman 364. Selanjutnya Paton dan Littleton menyatakan hal
berikut dalam kaitannya dengan kos barang terjual:

The persistent overstressing of the distinction between merchandise cost of sales


and other operating charges in the trading field illustrates the tendency to
indulge in questionable ranking. All costs necessary to the product of the busi-
ness, in trading as well as in other lines, are on a common level of general sig-
nificance (hlm. 67).

Dari pernyataan tersebut jelas bahwa menekankan atau mementingkan cost


of sales di atas biaya operasi lainnya merupakan pemeringkatan yang perlu dira-
gukan maknanya karena semua kos yang diperlukan dalam rangka menghasilkan
pendapatan (product of the business) mempunyai kedudukan yang sama terhadap
pendapatan. Mungkin IAI malu untuk menggunakan kos barang terjual tetapi
mengakui bahwa harga pokok penjualan tidak tepat sehingga mengambil jalan
simpang dengan istilah beban pokok penjualan.

Aplikasi Kos Sebagai Data Dasar


Dari berbagai uraian di atas dapat dikatakan bahwa istilah kos cukup mampu un-
tuk mengatasi berbagai kerancuan yang sekarang terjadi. Kalau semua argumen
dan pembahasan di atas dapat mendukung pengertian kos sebagai bahan olah
akuntansi yang generik, maka pertanyaan-pertanyaan dalam Daftar 5 di halaman
berikut ini akan merupakan cara yang mudah untuk menyatakan beberapa per-
tanyaan dalam Daftar 2 tanpa menimbulkan kerancuan.

Suwardjono1992
102 Artikel 5

Daftar 5

Berapakah kos tenaga kerja?


Berapakah kos mesin?
Berapakah kos produksi?
Berapakah kos produk A?
Berapakah kos barang terjual?
Berapakah kos utang obligasi?
Berapakah kos sediaan barang?
Berapakah kos administrasi?
Berapakah kos sekarang modal pemegang saham?
Berapakah kos sekarang biaya penjualan?
Berapakah kos sekarang penjualan?
Berapakah kos sekarang laba? atau Berapa laba kos sekarang?

Arti Penting Istilah yang Tepat


Penggunaan istilah yang menggambarkan makna tidak hanya bermanfaat dalam
menghindari kerancuan tetapi juga akan memudahkan memahami akuntansi se-
bagai penyedia informasi keuangan kuantitatif dan mendorong pemahaman akun-
tansi dengan perspektif yang lebih luas. Istilah membawa perilaku. Oleh
karenanya, istilah yang salah akan menyebabkan perilaku yang salah pula. Lebih
dari itu, dengan istilah yang tepat dan tunggal, mereka yang akan mempelajari
buku teks akuntansi berbahasa Inggris juga akan terbantu karena adanya penger-
tian istilah yang konsisten.
Dalam menemukan istilah yang tepat kita harus beranggapan bahwa pemakai
statemen adalah orang yang mempunyai tingkat pengetahuan tertentu atau pa-
ling tidak knowledgeable people yang cukup terpelajar dan bukan orang awam
(layman atau man on the street). Oleh karena itu, jangan sampai kita tergelincir
untuk menolak suatu istilah semata-mata hanya atas dasar kekhawatiran bahwa
orang akan bingung tetapi orang yang diacu adalah orang awam atau orang yang
tidak akan berkepentingan dengan akuntansi. Telah disebutkan jauh sebelum ini,
FASB menetapkan standar kemampuan pemakai informasi akuntansi sebagai
berikut (SFAC No. 1, prg. 40): “information provided by financial reporting should
be comprehensible to those who have a reasonable understanding of business and
economic activities and are willing to study the information with reasonable dili-
gence.” Tentunya akademisi dan praktisi pofesional yang memahami masalah ke-
bahasaan merupakan pihak yang paling mudah menerima gagasan baru sepanjang
gagasan tersebut masuk akal dan akan membawa ke keadaan yang lebih baik.
Namun demikian, dalam praktiknya memang acapkali akademisi atau badan
yang berwenang mempertahankan istilah yang salah tetapi kaprah hanya dengan
alasan istilah tersebut terlanjur enak didengar atau malu untuk merevisi kesalah-
an atau takut disangka tidak tegas. Lebih parah lagi kalau kemudian mereka ber-

suwardjono@ugm.ac.id
What does cost really mean? 103

stratagem dengan mengatakan: “Bahasa bukan masalah yang penting; dalam


komunikasi yang penting orang tahu maksudnya.” Memang istilah harus sedap
didengar. Akan tetapi, dalam pengembangan pengetahuan dan praktik akuntansi,
istilah baru hendaknya tidak dinilai atas dasar telinga tetapi atas dasar apa yang
ada di balik telinga. Juga, dalam bahasa tutur dan pergaulan, kaidah bahasa tidak
penting tetapi dalam bahasa tulis profesional dan ilmiah, kaidah bahasa yang baku
merupakan suatu keharusan.

Akuntansi Keuangan dan Penciptaan Data Kos


Pihak eksternal berkepentingan dengan posisi keuangan, kemampunan meng-
hasilkan laba, aliran kas dan informasi lain yang berkaitan dengan perusahaan se-
cara keseluruhan. Mereka berkepentingan dengan pengukuran dan penyajian
sepuluh elemen statemen keuangan, Sebaliknya, pihak internal (manajemen)
berkepentingan untuk mengelola dana dalam bentuk kegiatan ekonomik yang
menghasilkan laba. Oleh karena itu, manajemen sangat berkepentingan untuk
mengendalikan kegiatan operasi perusahaan. Manajemen memerlukan informasi
untuk perencanaan, pengendalian, pelaksanaan operasi, pengkoordinasian, dan
sekaligus pertanggungjawaban ke luar. Dalam menjalankan perusahaan, manaje-
men akan banyak membuat keputusan dan memerlukan informasi untuk menun-
jang keputusannya.
Untuk melayani kebutuhan informasi, tentunya suatu unit organisasi atau
perusahaan mempunyai sistem akuntansi yang dapat menyediakan data dasar un-
tuk menghasilkan informasi. Sistem akuntansi harus dapat melayani kebutuhan
informasi baik untuk keperluan eksternal maupun internal. Jadi, sistem akuntan-
si harus dapat menghasilkan data dasar untuk kepentingan akuntansi keuangan
dan akuntansi manajerial. Data dasar hendaknya merupakan angka hasil peng-
ukuran yang objektif dan terverifikasi. Ini berarti bahwa tiap kejadian ekonomik
harus diukur atas dasar harga kesepakatan atau kebijaksanaan yang objektif yang
terlibat dalam tiap transaksi dan bila perlu harus didukung dengan bukti transak-
si yang sah.
Dalam akuntansi keuangan, data dasar yang dihasilkan adalah kos. Data kos
yang dihasilkan dalam pelaporan keuangan merupakan data dasar yang pokok
yang minimal harus tersedia dalam perusahaan. Data kos diklasifikasi atas dasar
elemen statemen keuangan. Tentu saja untuk keperluan yang lebih rinci, tiap ele-
men dapat dipecah lagi menjadi pos-pos. Frekuensi kebutuhan informasi keuang-
an untuk kepentingan eksternal bersifat periodik dan bahkan hanya sekali dalam
satu perioda akuntansi. Lebih dari itu, struktur akuntansi keuangan lebih bersifat
formal sehingga sistem akuntansi untuk penyediaan/penciptaan data dasarnya
akan sangat terstruktur.
Informasi yang harus tersedia secara kontinus (bahkan setiap saat) justru le-
bih dibutuhkan untuk kepentingan manajerial (internal). Oleh karena itu, diper-
lukan sistem yang dapat melayani kebutuhan internal ini. Sistem ini dikenal
dengan cost accounting system. Sistem ini tentu saja bukan merupakan sistem
yang terpisah dengan sistem yang menghasilkan data dasar untuk pelaporan

Suwardjono1992
104 Artikel 5

keuangan eksternal melainkan merupakan bagian atau subsistem yang dapat me-
layani kebutuhan internal maupun eksternal. Oleh karena itu, perancangan
sistem ini biasanya dilakukan bersama-sama dengan perancangan sistem akun-
tansi keuangan. Ditinjau dari objek atau elemen yang menjadi basis klasifikasi
kos, Gambar 3 di halaman berikut menunjukkan hubungan antara sistem akun-
tansi untuk menghasilkan dan mengklasifikasi data dasar untuk keperluan
eksternal dan sistem akuntansi untuk keperluan manajemen.
Karena kepentingan manajerial berbeda dengan kepentingan pihak luar, ob-
jek atau elemen yang menjadi pusat perhatian manajemen juga berbeda dengan
objek atau elemen yang menjadi pusat perhatian pihak eksternal. Walaupun ke-
pentingan manajerial lebih berorientasi ke masa sekarang dan masa mendatang,
data dasar yang dihasilkan oleh rerangka akuntansi keuangan pada umumnya di-
gunakan juga sebagai data dasar dalam rerangka akuntansi manajemen. Dengan
kata lain, data kos (historis) yang dihasilkan dalam kerangka akuntansi keuangan
dapat digunakan juga sebagai pengukur berbagai objek yang menjadi pusat per-
hatian manajemen untuk mengenali size dan relationship berbagai objek tersebut.
Tentu saja, manajemen mempunyai keleluasaan untuk menggunakan berbagai
konsep kos sebagai pengukur berbagai objek sesuai dengan tujuannya (konsep dif-
ferent costs for different purposes). Oleh karena itu, cost accounting system harus
dirancang dengan memperhatikan berbagai cost object atau cost objective yang
kiranya akan dibutuhkan untuk membantu manajemen dalam pengambilan kepu-
tusan tertentu.
Cost accounting dapat diartikan sebagai sistem untuk merinci dan merekla-
sifikasi data kos untuk kepentingan manajerial (internal). Dipandang secara
demikian dan dengan mendasarkan diri pada konsep kos sebagai bahan olah, cost
accounting tidak dapat lagi diartikan sebagai akuntansi biaya karena cost ac-
counting mempunyai pengertian yang lebih luas dari sekadar menghitung biaya;
cost accounting berkepentingan untuk menghasilkan informasi. Mengartikan cost
accounting dengan akuntansi biaya akan menjadikan pemahaman yang sempit
mengenai luas lingkup cost accounting. Akibat digunakannya istilah akuntansi
biaya, terjadilah fiksasi fungsional bahwa cost accounting berkepentingan dengan
menghitung biaya dan kos produk dan bukan berkepentingan dengan perancang-
an sistem untuk menyediakan informasi. Dengan demikian, istilah akuntansi
biaya yang sekarang dikenal seharusnya disebut akuntansi kos yaitu akuntansi
yang membahas pemanfaatan data kos untuk kepentingan pengambilan keputus-
an manajemen. Bukan berarti istilah biaya tidak dapat digunakan; istilah biaya
masih tetap digunakan kalau yang dimaksud adalah objek untuk menunjukkan
sumber ekonomik yang telah atau akan dikorbankan dalam rangka memperoleh
pendapatan akan dikurangkan terhadap pendapatan sebagaimana dilukiskan
dalam Gambar 2. Biaya merupakan objek (cost objective) dan kos merupakan peng-
ukur (a measurement). Bergantung pada tujuan manajemen, kos yang digunakan
sebagai pengukur dapat berupa kos historis, kos sekarang (pengganti), atau kos
masa datang.

suwardjono@ugm.ac.id
What does cost really mean? 105

Gambar 3
Makna Kos Sebagai Pengukur dan Bahan Olah Akuntansi

Penghargaan sepakatan
Transaksi dan kejadian ekonomik
(pembelian, penjualan, dan sebagainya)

Pengeluaran kos Pengukur dalam unit moneter


(expenditures)
Kesatuan usaha
F F

Aset Kewajiban Ekuitas Pendapatan Biaya

Untung Rugi Investasi Distribusi Laba


dari pemilik ke pemilik komprehensif

Pos atau objek statemen keuangan umum (eksternal)

Diolah atau direklasifikasi kembali

Produk/job/ Departemen/ Kegiatan/ Variabel Tetap


projek divisi pusat

Objek kos lain untuk laporan manajerial (internal)

Simpulan dan Harapan


Cost merupakan pengukur dan sekaligus bahan olah akuntansi. Istilah biaya, har-
ga pokok, atau harga perolehan tidak tepat sebagai padan kata istilah cost. Biaya
lebih merupakan wadah (objek) daripada pengukur atau bahan olah akuntansi
dalam menghasilkan informasi kuantitatif. Cost juga tidak tepat kalau disebut se-
bagai harga perolehan (mestinya kos pemerolehan) karena harga pemerolehan
hanya berlaku untuk menunjuk cost pada saat terjadinya.

Suwardjono1992
106 Artikel 5

Biaya lebih tepat kalau digunakan sebagai padan kata expense. Biaya merupa-
kan pengorbanan sumber ekonomik untuk memperoleh pendapatan yang merupa-
kan tujuan akhir setiap perusahaan. Pengorbanan sumber ekonomik untuk
memperoleh barang dan jasa tidak dapat dikatakan sebagai biaya karena pengor-
banan tersebut sebenarnya hanyalah perubahan dari sumber ekonomik yang satu
menjadi sumber ekonomik yang lain.
Istilah beban jelas tidak dapat merepresentasi makna expense. Beban tidak
mempunyai makna ekonomik sebagai aliran keluar sumber ekonomik, bertentang-
an dengan konsep upaya dan hasil, dan istilah beban mempunyai arti tidak lebih
dari sekadar pengurang atau debit (berasal dari charge) yang bersifat teknis
pembukuan. Secara konseptual, tidak semua pengurang pendapatan dapat disebut
biaya (expense).
Kos merupakan istilah alternatif untuk menghidari penggunaan istilah biaya,
harga pokok, dan harga perolehan yang rancu. Dengan istilah kos, akuntansi akan
tampak mengolah bahan olah yang sama (homogenus) dan penggunaan istilah
tersebut mendorong pemahaman akuntansi dalam perspektif yang luas. Kos bersi-
fat generik dan tidak mempunyai konotasi sebagai pengurang (bersifat negatif).
Penggunaan istilah kos juga akan memudahkan mereka yang akan belajar
akuntansi dengan menggunakan buku teks berbahasa Inggris. Mereka akan begi-
tu mudah dan cepat menafsirkan ungkapan-ungkapan berikut: So training costs
are charged as an expense of the current period rather than being treated as an as-
set, What portion of the labor cost is included in the cost of product A?, What is the
current cost of selling expenses?, What is the current cost of rent revenues?, Should
administrative costs be included in cost of product and thereby become part of cost
of goods sold?
Akuntansi biaya terlalu sempit untuk menunjuk bidang akuntansi yang mem-
bahas pemanfaatan, penganalisisan dan pengkomunikasian data kos untuk ke-
pentingan pengambilan keputusan manajerial.
Harga pokok penjualan dan bahkan beban pokok penjualan merupakan ke-
salahan pemaknaan yang fatal. Menempatkan kos produksi (kos barang terjual)
lebih utama daripada kos pemasaran dan kos administratif bertentangan dengan
praktik manajemen modern dan menyimpang dari konsep bahwa semua kom-
ponen biaya (diukur dengan kos) mempunyai kedudukan yang sama dalam men-
ciptakan pendapatan (konsep homogenitas kos).
Kalau ada istilah yang salah tetapi kaprah, tugas dunia pendidikan (khusus-
nya perguruan tinggi) dan tugas profesilah untuk memberi alternatif yang lebih
baik sehingga lambat laun kesalahkaprahan atau kerancuan dapat dihilangkan.
Gagasan-gagasan dan alternatif-alternatif baru (termasuk istilah) harus ditawar-
kan kepada mahasiswa dan bukan malahan diisolasi atau disembunyikan. Dalam
menanggapi alternatif tersebut, acapkali sikap yang diambil dalam pengajaran di
perguruan tinggi justru malah memantapkan kesalahkaprahan dengan dalih agar
mahasiswa tidak bingung dalam praktik. Berkaitan dengan sikap ini, Hall dan
Cannon (1975, hlm. 25) mengajukan pertanyaan yang sangat mendasar sebagai
berikut: “Should a university course be devised to help a student fit into society or
to encourage a student to change society?”

suwardjono@ugm.ac.id
What does cost really mean? 107

Penulis berpendapat bahwa pengajaran di perguruan tinggi harus dapat


mengubah praktik yang terjadi dalam masyarakat menjadi lebih baik. Justru
dalam hal inilah lembaga pendidikan tinggi (universitas dan sekolah tinggi) harus
berbeda dengan lembaga kursus. Peran badan autoritatif, dalam hal ini dewan
standar akuntansi, sangat besar dalam pengembangan istilah yang tepat melalui
standar akuntansi. Barangkali badan autoritatif perlu dilengkapi dengan suatu
komite istilah yang melibatkan beberapa pakar bahasa. Dunia profesi dan pendi-
dikan tidak perlu merasa malu untuk merevisi kesalahan yang mempunyai akibat
fatal. Sikap profesional dan intelektual mestinya lebih banyak dituntun oleh rasa
bersalah (guilty feeling) daripada oleh rasa malu (ashamed feeling) atau oleh tu-
juan untuk menutupi rasa malu.
Dalam hal istilah, rasa malu pada umumnya akan menghasilkan pilihan yang
menyimpang semata-mata untuk menutupi rasa malu. Telah dibahas di Suwar-
djono (2005, Bab 2) bahwa sebagai manusia (being only human), pakar, ilmuan,
akademisi, atau pemegang autoritas tidak selalu bersedia mengakui kesalahan
meskipun dihadapkan pada bukti atau argumen yang telak. Buktinya, kos barang
terjual yang sangat jelas maknanya sesuai dengan cost of goods sold tidak di-
gunakan atau dipilih dan justru beban pokok penjualan yang maknanya menyim-
pang yang dipilih. Bila apa yang dinyatakan Thomas Kuhn tersebut benar, penulis
memprediksi bahwa istilah bersertifikat akuntan publik (BAP) yang keliru secara
kaidah bahasa tidak akan diganti dengan akuntan publik bersertifikat (APB) teta-
pi tetap dipertahankan atau diganti istilah lain atau istilah aslinya (CPA) dengan
berbagai argumen, baik yang valid ataupun yang semata-mata sebagai stratagem.9
Hal ini juga akan terjadi pada istilah-istilah yang terlanjur salah kaprah atau me-
nyimpang dari kaidah.10
Akhirnya, apa yang penulis kemukakan hanyalah suatu gagasan untuk
mengembangkan istilah akuntansi dan menghindari kerancuan istilah kalau ke-
rancuan tersebut dianggap ada dan cukup penting untuk diperhatikan. Siapa
peduli? Lebih menggigit lagi, siapa berani?!

Referensi
Anthony, Robert N. dan James S. Reece. Accounting: Text & Cases. Homewood, Ill.: Richard
D. Irwin, Inc., 1989.
Bourke, P. F, "What does it cost?" dalam DeCoster, Don T. et al. (editors), Accounting for
Managerial Decision Making. New York: John Wiley & Sons, 1978.
Financial Accounting Standard Board (FASB). "Elements of Financial Statements of Business
Enterprises," SFAC No. 6, Stamford, Conn.: FASB, 1985.

9
Ternyata prediksi penulis benar karena sejak 2007 APB telah diganti dengan Certified Public
Accountant Indonesia (CPAI) tetapi huruf I ditanggalkan kalau digunakan sebagai sebutan/gelar
sesudah nama. CPA Indonesia ini bahasa Inggris atau Indonesia karena mengikuti kaidah DM tetapi
mengandung bahasa Inggris. Lebih dari itu, apakah CPA itu nama diri eksklusif (proprietary) atau
generik sehingga boleh dipakai oleh profesi selain di Amerika tanpa izin?
10
Baca artikel “Aspek Kebahasaan Indonesia dalam Karya Tulis Ilmiah/Akademik/Kesarjanaan”
oleh penulis..

Suwardjono1992
108 Artikel 5

__________. "Qualitative Characteristics of Accounting Information," Statement of Financial


Accounting Concepts No. 2. Stamford, Conn.: FASB, 1980.
Grady, Paul. Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Business Enterprises.
New York: AICPA, ARS No. 7, 1965.
Hall, William C. dan Robert Cannon. University Teaching. Adelaide: ACUE, 1975.
Haseman, Wilber C, "An Interpretive Framework for Cost" dalam DeCoster, Don T, et al.
(editors), Accounting for Managerial Decision Making. New York: John Wiley & Sons,
1978.
Heitger, Lester E. dan Matulich, Serge. Managerial Accounting. New York: McGraw-Hill
Book Co.,1986.
Hilton, Ronald W. Managerial Accounting: Creating Value in a Dynamic Environment.
Boston: McGraw-Hill Irwin, 2002.
Horngren, Charles T. dan George Foster. Cost Accounting: A Managerial Emphasis, 6th. ed.
Englewood Cliffs, N.J.: Prentice- Hall International Editions, 1987.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Norma Pemeriksaan Akuntan. Jakarta: PT Temprint, 1986.
__________. Prinsip Akuntansi Indonesia 1984. Jakarta: Percetakan Negara RI, 1985.
__________, Exposure Draft Prinsip Akuntansi Indonesia Pernyataan No. 5, Standar Khusus
Akuntansi Industry Minyak dan Gas Bumi, 1991.
Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt. Intermediate Accounting. New York: John Wiley &
Sons, 1986.
Kohler, Eric L, A Dictionary of Accountants. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc., 1975.
Paton, W. A. dan A. C. Littleton. An Introduction to Corporate Accounting Standards. Ann
Arbor: American Accounting Association, 1970.
Polimeni, Ralph S. et al, Cost Accounting: Concepts and Applications for Managerial Decision
Making. New York: McGraw- Hill Book Co., 1986.
Sprouse, Robert T. dan Maurice Moonits. "A Tentative Set of Broad Accounting Principles
for Business Enterprises," ARS No. 3. New York: AICPA, 1962.
Suwardjono. Seri Teori Akuntansi: Perekayasaan Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: BPFE,
1989 (Revisian 2005).
Wibisana, Jusuf. “Kerangka Konseptual dan Penyusunan Standar Akuntansi” dalam Prosidings
Konvensi Nasional Akuntansi Ke-2, Yogyakarta 3-5 Desember 1992,

***

CATATAN AKHIR

Pusat Bahasa sebenarnya telah menawarkan juga padan kata untuk cost ini.
Periksalah sendiri sumber tersebut di laman (website) berikut:

www.pusatbahasa.diknas.go.id
Kemudian, klik ikon ‘Glosarium Pusat Bahasa’ yang ada di sebelah kanan laman
tersebut. Isikan pada kotak Istilah Asing dengan kata cost.
Klik pilihan pada butir Mulai dengan. Pilih Ekonomi pada Bidang, lalu klik Cari.
Apa pendapat anda? Apa yang ingin anda katakan kepada kolega/murid anda?

***

suwardjono@ugm.ac.id
What does cost really mean? 109

What Does Cost Really Mean?


Suwardjono
Fakultas Ekonomika dan Busines
Universitas Gadjah Mada
2008

suwardjono@ugm.ac.id

Materi ini dapat diperbanyak dan digunakan dalam diskusi apapun


tanpa harus minta izin penulis.

Suwardjono1992

Anda mungkin juga menyukai