(Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kuliah pendidikan kewarganegaraan)
Komitmen Kebangsaan
(Komitmen Kebangsaan Dan Tegaknya NKRI, Serta Wujud Semangat Dan
Komitmen Sumpah Pemuda.)
Penyusun:
SITI MUDRIKAH :11150210000013
DOSEN PEMBIMBING:
YENI RATNA A.MA
BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
praktikum qiro’ah dan ibadah dengan judul “ tayammum dan mandi “.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah pendidikan kewarganegaraan ini dengan penuh rasa keikhlasan.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah pendidikan kewarganegaraan yang telah kami selesaikan bersama-sama ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah praktikum qiro’ah dan ibadah dengan judul
“ tayammum dan mandi “. dapat menambah ilmu pengetahuan kita sebagai warga negara
Indonesia yang baik dan bermanfaat bagi kita semua amin ya robbal alamin.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.....................................................................................................................................i
KATA
PENGANTAR..........................................................................................................................ii
DAFTAR
ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1Latar belakang.................................................................................................1
2 Rumusan masalah...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. komitmen kebangsaan.................................................................................2
2. komitmen pendiri bangsa dalam merumuskan dasar negara..........................2
3. nilai kesejarahan sumpah pemuda bagi komitmen bangsa Indonesia...........3
4. semangat dan komitmen sumpah pemuda untuk Indonesia..........................5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Komitmen kebangsaan
Komitmen adalah sikap dan perilaku yang ditandai oleh rasa memiliki, memberikan
perhatian, serta melakukan usaha untuk mewujudkan harapan dan cita-cita dengan sungguh-
sungguh.(4) Seseorang yang memiliki komitmen terhadap bangsa adalah orang yang akan
mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Selama ini bangsa Indonesia selalu memperingati hari Kebangkitan Nasional yang
jatuh pada tanggal 20 Mei. Hari yang diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional ini
merupakan tanggal berdirinya satu perkumpulan yang bernama Budi Utomo. Perkumpulan
ini didirikan tepatnya pada 20 Mei 1908, oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dkk, seorang dokter
priyayi Jawa yang merakyat. Tujuan didirikannya organisasi ini seperti yang tercantum dalam
buku-buku cetak pelajaran di sekolah antara lain untuk meningkatkan wawasan kebangsaan
masyarakat Indonesia, khususnya yang berada di Pulau Jawa saat itu. Momentum
kebangkitan nasional pada 1908 yang lalu, dengan demikian dalam kadar yang masih
sederhana dapat dikatakan sebagai cikal bakal tumbuhnya komitmen kebangsaan masyarakat
Indonesia paska berdirinya kerajaan-kerajaan di bumi nusantara ini.
2. Komitmen pendiri bangsa dalam merumuskan dasar negara
sebagai dasar negara melalui proses yang panjang dalam perumusannya. Proses
perumusan Pancasila yang dilakukan para tokoh telah memberikan pelajaran berharga bagi
kita. Semua itu dilakukan dengan penuh nilai perjuangan dan diliputi dalam semangat
kebersamaan. Dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara terdapat nilai-nilai
juang dan sebagai warga negara yang baik kita harus mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari yaitu antara lain : Para pejuang tersebut memiliki jiwa dan semangat kejuangan
yang tinggi untuk merdeka. Pada pita yang dicengkeram burung garuda tertulis “Bhineka
Tunggal Ika”. Artinya, meskipun berbeda-beda, kita adalah satu. Perbedaan-perbedaan
yang ada bukan menjadi penghalang untuk bekerja sama, tolong-menolong, dan hidup rukun.
(5)
Perbedaan-perbedaan itulah yang menjadikan kita perlu saling mengenal, menghormati,
menolong, dan bekerja sama. Jiwa dan semangat kejuangan yang di miliki oleh para pejuang
indonesia di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Jiwa solidaritas atau kesetiakawanan dari semua lapisan masyarakat terhadap perjuangan
kemerdekaan.
b. Pro patria dan primus patrialis, yaitu selalu berjiwa untuk tanah air dan mendahulukan
kepentingan tanah air di atas kepentingan pribadi dan golongan.
c. Jiwa toleransi atau tenggang rasa antarumat beragama, suku, golongan, dan bangsa.
d. Jiwa tanpa pamrih dan bertanggung jawab.
e. Jiwa ksatria, kebesaran jiwa yang tidak mengandung balas dendam.
Para pendiri negara dalam perumusan Pancasila memiliki komitmen sebagai berikut:
Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 menunjukkan rasa
kebangsaan yang mulai tertanam dalam jiwa para pemuda. Para pemuda Indonesia mulai
meninggalkan sifat kedaerahannya untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa yang dicita-
citakan.
Peristiwa sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu
pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan
satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari
Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini setiap
tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.yang kita peringati bersama-sama.
Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh
wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan
yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond,
Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda Tionghoa seperti Kwee Thiam Hong, John
Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie semua itu adalah organisasi. (6)
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar-
Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh
Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas
masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro,
berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada
keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara
demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106,
Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.
Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari
pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan
mandiri,dalam segala sesuatu adalah salah satu dari hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr.
Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah
tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh
Yamin.
Isi dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah sebagai berikut :
PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe,
Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu,
Tanah Indonesia).
KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe,Bangsa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa
Indonesia).
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa
Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa
Indonesia).(7)
Dalam peristiwa sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu
kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu
Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar
Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu kebangsaan.
Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, namun para pemuda tetap
terus menyanyikannya.
Belajar dari Sumpah Pemuda, ada catatan sejarah yang sangat berharga di dalamnya.
Butir-butir dalam Sumpah Pemuda itu tidak hanya semata-mata disusun untuk menggerakan
para pemuda untuk meraih kemerdekaan, namun juga mempertegas jati diri bangsa Indonesia
sebagai sebuah negara.
Sumpah Pemuda telah menjadi jiwa dan semangat yang terus terpatri dalam hati
sanubari para pemuda. Suatu semangat yang dibangun atas dasar kesamaan nasib dan cita-
cita. Yang kemudian dibungkus dengan komitmen untuk senasib sepenanggungan sebagai
satu bangsa, satu tanah air yang pertama-tama ditandai dengan disepakatinya bahasa
universal antar bangsa, bahasa Indonesia.
Semangat Sumpah Pemuda mencapai puncaknya pada 17 Agustus 1945 ketika
Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sejak itu, Indonesia yang terdiri atas berbagai etnis, agama, dan golongan menjadi bangsa
yang merdeka dan bersatu. Kemerdekaan memberikan kesempatan bagi bangsa Indonesia
untuk mewujudkan masyarakat yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Semangat Sumpah Pemuda harus tetap ada setelah kemerdekaan bangsa Indonesia
diraih. Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia akan hancur apabila bangsa Indonesia tidak
lagi memiliki semangat bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu yaitu Indonesia.
Pengakuan kita sebagai bangsa Indonesia merupakan bentuk dari paham kebangsaan.
Paham kebangsaan disebut juga kesadaran berbangsa. Rasa kebangsaan Indonesia tumbuh
dari sejarah panjang bangsa. Berawal dari hasrat ingin bersatu penduduk yang mempunyai
latar belakang yang sangat majemuk, kemudian berkembang menjadi keyakinan untuk
menjadi satu bangsa yang akhirnya dideklarasikan oleh sejumlah pemuda pada saat Kongres
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
Berikut kami lampirkan gambar dari teks asli sumpah pemuda yang wajib kita ketahui
dan kita canangkan dalam diri kita masing-masing untuk tetap memeliharanya karna itu
adalah salah satu bentuk semangat komitmen kebangsaan kita dengan mempraktikannya
dalam kehidupan sehari-hari dari hal terkecil seperti: melestarikan alam.
DAFTAR PUSTAKA
1.Waluyo, Sri. Bahan ajar Pendidikan kewarganegaraan,
2.Drs. H.M. Arifin Noor. ISD (Ilmu Sosial Dasar). Untuk UIN, STAIN, PTAIS Semua
Fakultas dan Jurusan Komponen MKU. Pustaka Setia: Bandung 2007.
3.Prof. DR. H. Kaelani, M.S. dan Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si. Pendidikan
Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Penerbit Paradigma: yogyakarta 2007.
4.Kamus besar bahasa indonesia(KBBI).
5. Journal of the Indian Acrhipelego and Eastern Asia (JIAEA) Volume IV tahun 1850
halaman 66-67.
6.The Ethnology of Indian Archipelago,di halaman 252–347.
7. ( sejarah indonesia untuk SMA/SLTA/sederajat).airlangga: surabaya2005
8. Roem,Mohammad,Tiga Peristiwa Bersejarah,Jakarta:Sinar Huyada,1972
Contoh 1
Pendahuluan
Kita semua mencintai bangsa ini. Kita juga memiliki harapan agar
bangsa ini menjadi bangsa yang modern, maju, mandiri, dan
demokratis.
Untuk mewujudkannya, terdapat tantangan yang banyak. Namun,
kita yakin dengan kesadaran, semangat, dan komitmen yang tinggi,
kita dapat mengatasi semua itu.
”Allah S.W.T membuat peta dunia, menyusun peta dunia. Kalau kita
melihat peta dunia, kita dapat menunjukkan di mana ”kesatuan-
kesatuan” di situ.
Demikan pula tiap-tiap anak kecil dapat melihat pada peta bumi,
bahwa pulau-pulau Nippon yang membentang pada pinggir timur
Benua Asia sebagai golfbreker atau penghadang gelombang Lautan
Pasifik, adalah satu kesatuan.
Anak kecil pun dapat melihat, bahwa tanah India adalah satu
kesatuan di Asia Selatan, dibatasi oleh Lautan Hindia yang luas dan
Gunung Himalaya. Seorang anak kecil pula dapat mengatakan,
bahwa kepulauan Inggris adalah satu kesatuan.
Bukan Sparta saja, bukan Athena saja, bukan Macedonia saja, tetapi
Sparta plus Athena plus Macedonia plus daerah Yunani yang lain-
lain -segenap kepulauan Yunani adalah satu kesatuan. Maka
manakah yang dinamakan tanah tumpah darah kita, tanah air kita?
Saya yakin tidak ada satu golongan di antara Tuan-tuan yang tidak
mufakat, baik Islam maupun golongan yang dinamakan ”golongan
kebangsaan”. Ke sinilah kita harus menuju semuanya.
Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, Kerajaan Buddha Sriwijaya
berkembang pesat di Sumatera yang beribu kota di Palembang.
a. Ir. Soekarno
b. Mohammad Hatta
a. Ir. Soekarno
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa
dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan
meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970.
b. Mohammad Hatta
Dr. H. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Moh.
Hatta merupakan organisatoris, aktivis partai politik, negarawan,
proklamator, pelopor koperasi, dan wakil presiden pertama di
Indonesia.
Artinya, bahwa embrio nilai itu sudah ada dari zaman kerajaan,
hanya belum muncul dan dirumuskan.
Periode I
Periode I: Masa sebelum Pergerakan Nasional
Sejak dahulu, Nusantara dimiliki oleh kerajaan yang merdeka dan
berdaulat. Kehidupan dalam kerajaan juga diisi oleh kerukunan dan
kedamaian antara pemeluk agama, baik Hindu, Buddha, Islam,
Katolik, Kristen, Konghucu dan Penganut Kepercayaan.
Pada waktu itu, sudah mulai timbul jiwa, semangat, dan nilai-nilai
kejuangan, yaitu kesadaran harga diri, jiwa merdeka, ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kerukunan hidup umat
beragama serta kepeloporan dan keberanian.
Periode II
Periode II: Masa Pergerakan Nasional
Sebelum perjuangan di masa pergerakan nasional perjuangan
masih bersifat kedaerahan.
Periode III
Periode III: Masa Proklamasi dan Perang Kemerdekaan
Pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya. Lahirnya negara Republik
Indonesia tidak diterima pihak Belanda.
Periode IV
Periode IV: Masa Perjuangan Mengisi Kemerdekaan.
Perjuangan masa ini tidak terbatas waktu karena perjuangan
bermaksud mencapai tujuan akhir nasional seperti yang tercantum
dalam UUD 1945.
Konsep itu kemudian diakui dalam Konvensi Hukum Laut PBB 1982
(UNCLOS 1982 = United Nations Convention on the Law of the Sea)
yang ditandatangani di Montego Bay, Jamaika, tahun 1982.
Indonesia kemudian meratifikasi UNCLOS 1982 tersebut dengan
menerbitkan UndangUndang Nomor 17 Tahun 1985.
Jika bangsa ini terus berseteru di internal, akan sulit untuk unjuk
gigi dalam percaturan dunia yang sangat kompetitif.
Ancaman adalah setiap upaya dan kegiatan, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri yang dinilai mengancam atau membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan
segenap bangsa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
sesuai dengan makalah “Penggunaan Bahasa Baku dalam junalistik ” penulis
menyimpulkan bahwa bahasa dalam junalistik tidak di haruskan menggunakan satu
bahasa namun bisa juga dengan mamadukan dengan bahsa lain namun dengan
penggunaan yang tepat. Bahasa Indonesia dapat di kembangkan dengan di padukan
dengan bahasa melayu maupun bahasa asing yang lain dalam penerapannya di
dunia jurnalistik
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber
– sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain
akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
MAKALAH
KOMITMEN KEBANGSAAN
Oleh:
Fatih Miftahul Huda
Jamalul Mukminin
M. Hasbi Al Juwaeni
Dosen Pembimbing:
Drs. Mukhtar Ghazali, M.Ag
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan nikmat-Nyalah
kami dapat menyelesaikan sebuah tugas makalah Kewarganegaraan ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menunaikan tugas dari dosen yang bersangkutan atas
judul yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan
makalah. Makalah yang akan kami terangkan dalam pembahasan kali ini berjudul
“Komitmen Kebangsaan”.
Adapun sumber dalam pembuatan makalah ini, kami dapatkan dari beberapa referensi yang
bersangkutan dengan judul makalah yang akan kami bawakan. Kami penyusun makalah ini,
sangatlah berterima kasih kepada sumber-sumber yang telah dijadikan referensi dalam
pembuatan makalah kami ini.
Kami menyadari bahwa dalam setiap diri manusia pastilah memiliki yang namanya
keterbatasan, begitu pun dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan
makalah ini mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang ditemukan, oleh
karena itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami mengharapkan ada
kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang............................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 5
2.1. Pengertian Komitmen Kebangsaan ........................................................................... 5
2.2. Semangat Para Pendiri Bangsa dan Negara Dalam Merumuskan Pancasila............... 6
2.3. Komitmen Para Pendiri Bangsa dan Negara Dalam Merumuskan Pancasila.......... ... 7
2.4. Nilai Kebersamaan dalam Proses Perumusan Pancasila.............................................. 7
2.5. Meneladani Nilai Juang Perumusan Dasar Negara...................................................... 8
2.6. Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Sumpah Pemuda............................................... 10
2.7. Komitmen Sumpah Pemuda....................................................................................... 12
1.1. Latar Belakang
Rasa kebangsaan bisa timbul dan terpendam secara berbeda dari orang per orang
dengan naluri kejuangannya masing-masing, tetapi bisa juga timbul dalam kelompok yang
berpotensi dasyat luar biasa kekuatannya. Bila begitu, apa itu rasa kebangsaan? Rasa
kebangsanaan adalah kesadaran berbang-sa, yang lahir secara alamiah karena adanya
kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa
lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini. Dinamisasi rasa
kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi wawasan kebangsaan,
yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional di mana suatu bangsa memiliki cita-cita
kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berangkat dari rasa dan wawasan kebangsaan itu,
timbul semangat kebangsaan maupun semangat patriotisme yang sangat penting artinya guna
menjaga kedaulatan negara.
Bangsa mengandung pengertian kumpulan manusia yang sama asal usulnya serta
serupa sifat-sifatnya.(1) Namun realitas obyektif menyebutkan bila definisi tersebut belum bisa
mengakomodasikan pengertian bangsa sebagaimana yang ada di Indonesia. Bangsa Indonesia
bukanlah kumpulan manusia yang tidak sama asal-usulnya dan tidak pula serupa sifat-
sifatnya. Bangsa Indonesia adalah kumpulan dari 500-an suku bangsa dengan 1.025 tapak
budaya, yang mendiami 17.504 pulau yang tersebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dengan luas 1.922.570 km persegi. Bahkan nama Indonesia saja bukan
orang Indonesia yang mengusulkan, tapi George Samuel Winsor Earl yang pertama kali
menggunakan nama tersebut, mengajukan nama Indunesia sebagai pengganti Hindia Belanda.
(2)
Pada majalah yang sama,dalam artikelnya James Richardson Logan memilih nama
Indonesia.(3)
Oleh karena itu, penyusun membuat makalah dengan judul: Komitmen Kebangsaan
Dan Tegaknya NKRI, Serta Wujud Semangat Dan Komitmen Sumpah Pemuda
1.2. Rumusan Masalah
a. Pengertian komitmen kebangsaan ?
b. Bagaimana semangat dan komitmen para pendiri bangsa dan Negara dalam merumuskan
pancasila ?
c. Apa saja nilai kebersamaan dalam merumuskan pancasila ?
d. Sebutkan contoh bentuk dari komitmen dan semangat dalam merumuskan pancasila ?
1.3. Tujuan Masalah
Dengan adanya makalah ini kita dapat memahami beberapa unsur Negara serta nilai-nilai
yang termaktub di dalam rumusan pancasila dan semangat serta komitmen para pendiri
bangsa dalam mempertahanakan keutuhan NKRI.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Komitmen Kebangsaan
[1]Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu “Wawasan” dan
“Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dinyatakan bahwa secara
etimologis istilah “wawasan” berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat juga
berarti (2) konsepsi cara pandang. Wawasan Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan
Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang
mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya,
ekonomi dan pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006).
“Kebangsaan” berasal dari kata [2]“bangsa” yang berarti kelompok masyarakat yang sama
mulai dari asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta pemerintahannya sendiri.
Sedangkan “kebangsaan” juga mengandung arti (1) ciri-ciri yang menandai golongan bangsa,
(2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian dengan) bangsa, (3) kesadaran diri sebagai
warga dari suatu negara.
Dengan demikian “Wawasan Kebangsaan” dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang
yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan
lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi, Gubernur
Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah
dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesatuan atau
integrasi nasional bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu
kesatuan ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, dan kesatuan
pertahanan dan keamanan.
Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi geografis negara,
sejarah, sosio-budaya, ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan dalam mencapai cita-
cita dan menjamin kepentingan nasional. Wawasan kebangsaan menentukan bangsa
menempatkan diri dalam tata berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan
dengan bangsa lain di dunia internasional. Wawasan kebangsaan mengandung komitmen dan
semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa
dan menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan masa
mendatang serta berbagai potensi bangsa.
Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut pandang/cara memandang yang
mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati
diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah
hidup bangsa dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal (Suhady dan Sinaga,
2006).
Dengan demikian dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan adalah cara kita sebagai
bangsa Indonesia di dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan
nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial
budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan
UUD 1945 atau dengan kata lain bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara sebagai
satu kesatuan Poleksosbud dan Hankam.
Selama ini bangsa Indonesia selalu memperingati hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada
tanggal 20 Mei. Hari yang diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional ini merupakan
tanggal berdirinya satu perkumpulan yang bernama Budi Utomo. Perkumpulan ini didirikan
tepatnya pada 20 Mei 1908, oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dkk, seorang dokter priyayi
Jawa yang merakyat. Tujuan didirikannya organisasi ini antara lain untuk meningkatkan
wawasan kebangsaan masyarakat Indonesia.
Awal sejarah berdirinya Nusantara, sejatinya jauh sebelum Indonesia lahir, di mana saat itu
sudah dikenal beberapa kerajaan yang kuat dengan wilayah yang cukup luas antara lain
Kerajaan Tarumanagara, Sriwijaya dan Majapahit.
Secara jujur, tanpa menafikan keberadaan kerajaan yang pernah ada, harus diakui bahwa
sejak masa kerajaan di wilayah Nusantara, semangat untuk mempersatukan diri sebagai satu
bangsa juga telah ada. Namun secara konkret memasuki kehidupan berbangsa yang lebih
masif, cikal bakal komitmen kebangsaan masyarakat Indonesia adalah sejak dicetuskannya
kebangkitan nasional seabad lebih yang lalu. Dalam perkembangannya semangat dan
komitmen kebangsaan Indonesia tumbuh lebih matang, terutama sejak lahirnya deklarasi
pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, yang dikenal dengan Sumpah Pemuda. Ada tiga hal
mendasar tentang komitmen kebangsaan yang lahir saat itu, yakni komitmen tentang satu
tanah air, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia. Memasuki periode berikutnya, komitmen
kebangsaan tersebut berhasil mewujud menjadi komitmen kenegaraan, yakni dengan
diproklamasikannya kemerdekaan, tanggal 17 Agustus 1945, dengan tekad berdirinya NKRI
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan wilayah dari Sabang sampai Merauke.
Selaras dengan terwujudnya tiga rangkaian peristiwa kebangsaan tersebut (sejak 1908, 1928
dan 1945), harus disadari bahwa secara substansial pengalaman berkebangsaan masyarakat
Indonesia masih ada yang mencoba mempertanyakan. Sebagian kalangan ada yang
mengajukan dua masalah mendasar yang hendak diungkapkan, yaitu pertama, wawasan
kebangsaan bagaimana yang dimaksudkan setiap kita peringati pada tanggal 20 Mei, 28
Oktober maupun 17 Agustus? Kedua adalah apakah konsep wawasan kebangsaan ini masih
relevan tertanam ke dalam sanubari setiap warga negara yang notabene mengantongi KTP
Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan ini kembali ke hati masing-masing individu setiap
warga masyarakat Indonesia. Bukannya hendak menihilkan segala teori tentang keberadaan
suatu bangsa ataupun teori tata negara idealis, tetapi hati nurani setiap individu itu sendiri
sebagai bagian dari warga negara yang merasakan perjalanan hidup selama berada dalam
naungan NKRI.
2.2. Semangat Para Pendiri Bangsa dan Negara Dalam Merumuskan Pancasila
[3]Pancasila sebagai dasar negara melalui proses yang panjang dalam perumusannya. Proses
perumusan Pancasila yang dilakukan para tokoh telah memberikan pelajaran berharga bagi
kita. Semua itu dilakukan dengan penuh nilai perjuangan dan diliputi dalam semangat
kebersamaan. Dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara terdapat nilai-nilai
juang dan sebagai warga negara yang baik kita harus mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari yaitu antara lain : Para pejuang tersebut memiliki jiwa dan semangat kejuangan
yang tinggi untuk merdeka. Pada pita yang dicengkeram burung garuda tertulis “Bhinneka
Tunggal Ika”. Artinya, meskipun berbeda-beda, kita adalah satu. Perbedaan-perbedaan yang
ada bukan menjadi penghalang untuk bekerja sama, tolong-menolong, dan hidup rukun.
Perbedaan-perbedaan itulah yang menjadikan kita perlu saling mengenal, menghormati,
menolong, dan bekerja sama. Jiwa dan semangat kejuangan yang dimiliki oleh pejuang itu, di
antaranya sebagai berikut :
a. Jiwa solidaritas atau kesetiakawanan dari semua lapisan masyarakat terhadap perjuangan
kemerdekaan;
b. Pro patria dan primus patrialis, yaitu selalu berjiwa untuk tanah air dan mendahulukan
kepentingan tanah air;
c. Jiwa toleransi atau tenggang rasa antarumat beragama, suku, golongan, dan bangsa.
d. Jiwa tanpa pamrih dan bertanggung jawab;
e. Jiwa ksatria, kebesaran jiwa yang tidak mengandung balas dendam.
2.3. Komitmen Para Pendiri Bangsa dan Negara Dalam Merumuskan Pancasila
Komitmen adalah sikap dan perilaku yang ditandai oleh rasa memiliki, memberikan
perhatian, serta melakukan usaha untuk mewujudkan harapan dan cita-cita dengan sungguh-
sungguh. Seseorang yang memiliki komitmen terhadap bangsa adalah orang yang akan
mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Para pendiri negara dalam perumusan Pancasila memiliki komitmen sebagai berikut:
a. Memiliki semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme, Pendiri negara memiliki semangat
persatuan, kesatuan, dan nasionalisme yang tinggi, ini diwujudkan dalam bentuk mencintai
tanah air dan mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan
golongan;
b. Selalu bersemangat dalam berjuang, Para pendiri negara selalu bersemangat dalam
memperjuangkan dan mempersiapkan kemerdekaan bangsa Indonesia, seperti Ir. Soekarno,
Drs. Moh. Hatta, dan para pendiri negara lainnya yang mengalami cobaan dan tantangan
perjuangan yang luar biasa. Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta berkali-kali dipenjara oleh
Belanda. Namun, dengan semangat perjuangannya, para pendiri negara tetap bersemangat
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia;
c. Mendukung dan berupaya secara aktif dalam mencapai cita-cita bangsa, yaitu merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur;
d. Melakukan pengorbanan pribadi dengan cara menempatkan kepentingan negara di atas
kepentingan pribadi, pengorbanan dalam hal pilihan pribadi, serta mendukung keputusan
yang menguntungkan bangsa dan negara walaupun keputusan tersebut tidak disenangi.
2.4. Nilai Kebersamaan dalam Proses Perumusan Pancasila
Pancasila adalah dasar negara Indonesia, hal ini sesuai dengan pembukaan UUD 1945
sekaligus sebagai sumber dari segala sumber hukum. Pancasila tidak hanya sebagai jiwa
bangsa Indonesia, juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia. Ada beberapa nilai
kebersamaan dalam proses perumusan dasar negara yang perlu kita teladani dan kita amalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai kebersamaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Menghargai pendapat orang lain
Dalam menyelesaikan masalah bersama, bangsa kita selalu menyelesaikan dengan
musyawarah untuk mencapai kata mufakat. Musyawarah merupakan pembahasan bersama
dengan maksud mencapai keputusan untuk menyelesaikan masalah. Setiap keputusan yang
diambil dalam musyawarah oleh bangsa Indonesia memiliki ciri-ciri sebagi berikut:
a. Mengutamakan kepentingan bersama;
b. Tujuan diharapkan untuk kebaikan bersama;
c. Tidak ada paksaan dalam berpendapat.
2. Menerima keputusan bersama
Keputusan bersama adalah ketentuan, ketetapan dan penyelesaian yang dilakukan
sekelompok orang terhadap suatu permasalahan sehingga tercapai kesepakatan. Keputusan
bersama dapat dicapai melalui musyawarah. Musyawarah adalah adalah suatu cara untuk
merumuskan suatu masalah berdasarkan kesepakatan bersama. Upaya mencapai kesepakatan
bersama (mufakat) bukanlah perkara mudah, selama kita memaksakan pendapat sendiri,
mendahulukan kepentingan pribadi/golongan, mufakan akan gagal.
Kita dapat belajar dari sejarah sidang BPUPKI Pertama. Pada saat sebelum rapat pleno ada
pihak yang keberatan tentang rancangan Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat tentang
dasar negara. Dengan semangat kebersamaan, demi menciptakan suasana yang damai, maka
para tokoh seperti Bung Hatta, Wahid Hasyim. Mr. Teuku Moh. Hasan, dan lain-lain
menyetujui untuk menghilangkan kalimat sila pertama dasar negara yang menjadi keberatan
sebagian peserta sidang. Hal ini menunjukkan bahwa para tokoh pendiri negara kita
senantiasa mendahulukan kepentingan negara dan bangsa daripada kepentingan
pribadi/golongan.
3. Melaksanakan hasil keputusan bersama
Setelah semua pihak menerima hasil keputusan bersama, maka langkah selanjutnya adalah
melaksanakan keputusan tersebut. Semua pihak harus ikhlas dan penuh tanggung jawab
melaksanakan, hasil keputusan bersama.
Melaksanakan keputusan bersama telah ditunjukkan oleh seluruh tokoh yang terlibat dalam
proses perumusan Pancasila. Mereka sebagai wakil rakyat Indonesia melaksanakan hasil
keputusan bersama denga ikhlas yaitu dengan melaksanakan Pancasila sebagai dasar negara
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
2.5. Meneladani Nilai Juang Perumusan Dasar Negara
Nilai juang dalam proses perumusan Pancasila yang dapat kita teladani adalah sebagai
berikut:
1. Semangat persatuan dan kesatuan
Sikap ini dimiliki oleh para tokoh pejuang kita pada saat merumuskan Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia. Dalam sidang BPUPKI para peserta sidang diberi kesempatan untuk
menyampaikan pidatonya tentang rumusan dasar negara, kemudian dibahas dan didiskusikan
bersama untuk mendapatkan rumusan yang terbaik. Musyawarah itu dijiwai semangat
sumpah pemuda, dengan rasa persatuan dan kesatuannya meskipun berasal dari berbagai
daerah dan mempunyai latar belakang yang berbeda. Contoh perilaku yang menggambarkan
semangat persatuan dan kesatuan adalah sebagai berikut:
a. Gotong-royong dalam membersihkan lingkungan sekitar;
b. Tidak membeda-bedakan teman dalam pergaulan.
2. Memperjuangkan Hak Asasi Manusia
Pada saat perumusan dasar negara Pancasila, hak asasi manusia selalu menjadi perhatian
utama. Pancasila dirumuskan sebagai sumber hak asasi manusia, yang artinya bahwa hak
asasi manusia mendapat jaminan kuat dari Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. Dalam
proses perumusan Pancasila para tokoh mencerminkan sikap saling menghargai hak asasi
manusia.
Sikap para tokoh dalam memperjuangkan dan menghargai hak asasi manusia itu perlu kita
teladani dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya ialah dengan :
a. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain;
b. Memberi kesempatan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya;
c. Menghargai hak-hak orang lain.
3. Cinta tanah air
Sikap para tokoh dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan kecintaanya
terhadap tanah air Indonesia. Adapun sikap cinta tanah air yang harus diteladani dalam
kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut:
a. Mempelajari kebudayaan daerah;
b. Mencintai dan memakai produk dalam negeri;
c. Berprestasi dalam kegiatan yang mengharumkan nama bangsa.
4. Mendahulukan Kepentingan Umum
Para pejuang yang terlibat dalam perumusan dasar negara bekerja tanpa mengenal lelah.
Mereka mempersiapkan kemerdekaan beserta alat-alat perlengkapan negara dengan sungguh-
sungguh. Sebagai hasil jerih payah mereka, lahirlah UUD 1945 yang di dalam pembukaannya
termuat tujuan negara Indonesia. Semua itu dilakukan demi kepentingan bangsa dan negara.
Adapun sikap mendahulukan kepentingan umum itu perlu kita teladani diantaranya dengan:
a. Ikut berpartisipasi dalam kerja bakti di lingkungan masyarakat;
b. Menyiapkan sarana belajar sebelum pelajaran di mulai untuk kepentingan kelas.
5. Jiwa kepahlawanan
Jiwa kepahlawanan jelas tercermin dari sikap pejuang dalam proses perumusan Pancasila.
Mereka memiliki sikap rela berkorban tanpa pamrih dalam mewujudkan Indonesia merdeka.
Jiwa kepahlawanan para tokoh bangsa tersebut dapat kita teladani, diantaranya melalui :
a. Membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan;
b. Berani menegur teman yang berbuat tidak baik;
c. Melerai teman yang berselisih/bertengkar.
BAB III
PENUTUP
3.1. kesimpulan
Sejarah dan Komitmen Pendiri Negara dalam Perumusan Pancasila memiliki peranan
penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Artinya, kita harus
menjadikan Pancasila sebagai pegangan, pedoman, dan panduan dalam hidup kita. Segala
tindakan dan perilaku kita harus berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,
dalam melaksanakan segala sesuatu harus mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pula,
serta dalam mengevaluasi tindakan dan kebijakan kita juga berpedoman pada Pancasila,
apakah kebijakan tersebut sesuai atau justru bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Inilah
masyarakat yang ingin kita capai: yang berpegang teguh dan senantiasa mengamalkan nilai-
nilai dasar negara kita, Pancasila.
Daftar Pustaka
1. Waluyo, Sri. Bahan ajar Pendidikan kewarganegaraan,
2. Drs. H.M. Arifin Noor. ISD (Ilmu Sosial Dasar). Untuk UIN, STAIN, PTAIS Semua
Fakultas dan Jurusan Komponen MKU. Pustaka Setia: Bandung 2007.
3. Prof. DR. H. Kaelani, M.S. dan Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si. Pendidikan
Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Penerbit Paradigma: yogyakarta 2007.
4. Kamus besar bahasa indonesia(KBBI).
5. Journal of the Indian Acrhipelego and Eastern Asia (JIAEA) Volume IV tahun 1850
halaman 66-67.
6.The Ethnology of Indian Archipelago,di halaman 252–347.
7. ( sejarah indonesia untuk SMA/SLTA/sederajat).airlangga: surabaya2005