DISUSUN OLEH :
1. AGUS FELANI
2. ASMUNI
3. CASIDIN
4. JULEHA
5. KESIH
6. NANAN RAHTIANA
7. PUPUN SARIPUDIN
8. KIKI KARTINAH
9. WINDI ASTRI
10. WARIAH
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan kasih sayang yang dicurahkanNya,
sehingga Tugas Stase dengan judul “Aplikasi Teori Comfort Katharine Kolcaba Dalam
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Peningkatan Suhu Tubuh” ini dapat
terselesaikan. Tugas Stase ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ners di STIKes Cirebon.
Penulis menyadari Tugas Stase ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Ns. Supriatin, M.Kep., selaku Koordinator Mata Ajar Keperawatan Anak yang
telah banyak memberikan bimbingan, saran dan arahan, dengan penuh kesabaran
dan keikhlasan
2. Teman- teman Profesi Ners STIKes Cirebon yang telah membantu pekerjaan
selama proses pendidikan
3. Pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan Tugas Stase ini
yang tidak bisa disebutkan satu-satu.
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan
m k a
B
k
h
o a m
Respon anak terhadap kondisi ini berbeda-beda, tergantung usia dan tahapan
perkembangan anak, salah satunya adalah peningkatan suhu tubuh.
Suh tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan tubuh
u
dengan jumlah panas yang
hilang ke lingkungan luar. Suhu tubuh manusia
diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat
pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus
akan melakukan mekanisme umpan balik untuk mempertahankan suhu tubuh inti konstan pada 37°C, yang disebut titik tet
2010).
u b m
ubahan meta olisme tubuh, mengganggu rasa nyaman, menjadi tanda penyakit infeksi yang l bih serius dan dapat mem ahay
b
e b
a
k d
s
daan dimana suhu tubuh melebihi 38°C (Thompson, 2007). Selain demam, peningkatan suhu tubuh secara abnormal dapat t
ara 2-6 tahun sebanyak 35 anak (35%), sedangkan kelompok usia di atas 6 tahun sejumlah 19 anak (19%) kasus. Durasi dem
p
n
m
nak arus mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri, cemas berlebihan, keta utan, perasaan rendah diri, marah, depresi,
n
h
k
Salah satu prinsip atraumatic care pada anak yang dapat dilakukan adalah
dengan meminimalkan dan
mencegah trauma akibat demam pada anak.
Walaupun pemeriksaan suhu tubuh tidak menimbulkan nyeri, namun pada
umumnya anak
memperlihatkan reaksi kecemasan yang berlebihan pada
waktu dilakukan pemeriksaan suhu tubuh. Faktor yang menyebabkan trauma
pada
anak adalah waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan suhu tubuh
cukup lama (5-12 menit). Selain itu, penggunaan termometer yang bervariasi
juga berdampak terhadap lama hari rawat anak (Hockenberry, 2009).
u u
b
a
m d
b
a
s
r Interpretasi dan espon anak terh
keluarga atau Family Centered C
o
rumah sakit. Pengalaman stres yang terjadi pada orang tua diakibatkan karena
belum mendapatkan informasi atau kurangnya informasi tentang kondisi anak,
prognosis, rencana pengobatan dan pemeriksaan diagnostik. Informasi ini
memungkinkan
mereka untuk memahami atas situasi yang belum diketahui
sebelumnya (Kristension, Shields & O’Challaghan, 2003).
Hasil riset Stein, Zeitner dan Jensen (2008) menjelaskan bahwa intervensi
yang efektif untuk mengurangi stres pada anak dan orang tua adalah dengan
intervensi psikososial, dimana perawat, orang tua dan teman di ruang rawat
ikut terlibat didalamnya. Intervensi tersebut adalah pemberian konseling,
membantu memenuhi kebutuhan rasa nyaman anak, melatih anak untuk
mengenal dan menangani depresi, terapi perilaku, komunikasi singkat antara
anak dengan orang tuanya,adanya support dan keterlibatan orang tua dalam
u
Teori keperawatan comfort yang diperkenalkan oleh Katharine Kolcaba merupa an pendekatan yang esuai untuk mengatasi
a
a
p m
e n
watan. Kolcaba menilai kenyamanan dengan membuat struktur taksonomi yang bersumber pada tiga tipe kenyamanan yait
enerapan asuhan ke erawatan erdasarkan teori keperawatan co fort oleh Katharine Kolcaba pada anak dengan masal h pen
p
tifitas penggunaan teori kepe awatan comfort oleh Katharine Kolcaba d lam asuhan b
keperawatan pada anak dengan masalah
encapaian kompetensi praktik spesialis m
yang telah dicapai.
a a
r
a
h
ang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan; Bab II Aplikasi teori keperawatan comfort oleh K
terdiri dari gambaran kasus, tinjauan teoritis peningkatan suhu tubuh, integrasi
teori keperawatan dalam proses keperawatan serta aplikasi teori keperawatan
pada kasus yang dipilih; Bab III Pencapaian kompetensi melalui pelaksanaan
target asuhan keperawatan dan target prosedur oleh residen; Bab IV
Pembahasan; dan Bab V Kesimpulan dan Saran.
BAB 2
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA PRAKTIK RESIDENSI
Bab ini menguraikan tentang gambaran kasus kelolaan, tinjauan teori mengenai
peningkatan suhu tubuh dan aplikasi teori dalam melakukan asuhan keperawatan
pada kasus terpilih. Teori keperawatan yang digunakan dalam asuhan
keperawatan pada anak dengan peningkatan suhu tubuh adalah teori comfort dari
lcaba. Asuhan keperawatan berdasarkan teori comfort Kolcaba ini terdiri dari pengkajian, penegakkan diagnosis keperawat
n, menyusun intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
an tambahan dala pembahasan adalah kasus anak RR dengan Meningitis Tuberculosis (TB), kasus anak RA dengan Pneumon
n
p-kedip, mulut mengecap, tangan dan kaki menghentak berulang selama 15 menit. Saat itu diberikan stesolid melalui anus (
m
m
a M
n
Saat pengkajian pada tanggal 27 September 2013 jam 09.00 WIB, keadaan
umum anak lemah, tingkat kesadaran Apatis.
Penilaian Glasgo Coma
w
Scale (GCS) pada anak SR adalah 10, yang terdiri atas E2M5V3. Pada
hidung anak
SR terpasang selang nasogastric tube (NGT) dan tampak
mukosa bibir anak kering. Hasil pengukuran tanda-tanda vital pada anak
SR, yaitu tekanan darah
90/55 mmHg, suhu 38,6°C, nadi 120 x/menit,
pernapasan 28x/menit.
Berat badan anak SR adalah 6965 gram dan
panjang badan 72 cm. Setelah dila ukan pengukuran pada lingkar kepala
anak adalah 39 cm, diameter ubun-ubun besar 2 mm dan didapatkan kesan
osefali. Ekstrimitas anak mengalami parese, terpasang selang infus di tangan kiri anak dan penghitungan risiko jatuh pada a
ah genetalia anak terpasang selang kateter untuk mengalirkan urin.
a riwayat kejang dalam keluarga. Pasien adalah anak pertama, lahirnsecara spontan, usia m
kehamilan cu up bulan. Terdapat ri
u
b global delayed development
alami gizi kurang. Riwayat erkemban an anakd mengalami n karena anak baru bisa mengangkat ke
p g
Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Pengobatan yang didapatkan anak selama dirawat di rumah sakit adalah
Cefotaxime 170 mg (3x) IV, Fenobarbital 20 mg (2x) IV, Parasetamol 80
mg (3x) PO dan mendapatkan terapi infus N5 + KCl 11 ml/jam. Anak SR
mendapatkan diit susu formula 60 cc sebanyak 8 kali sehari melalui NGT.
n n
a
n n
r m
n
s
m d
k a
2.1.2 Kasus 2
Anak RR, laki-laki, 13 tahun, dengan diagnosa medis Meningitis
nak mengalamihemiparese sinistra, turgor kulit jelek dan tampak membran mukosa kering. Pada hidung pasien terpasang n
g
a a
a
n n s
e
d u d
u mengatakan imunisasi dasar anak sudah lengkap. anak mengalami kejang demam sejak usia 4 tahun, belum pernah diraw
an ayah pasien menderita penyakit tuberculosis (TB) aktif dalam
e a
k
a
m n
Pada hari perawatan kesebelas anak RR telah sadar penuh, tidak ada demam, tetapi ekstri itas anakasih mengalami spasti
memperbolehkan anak RR pulang. m m
hari sebelum masuk rumah sakit, anak mengalami demam naik turun dengan suhu tertinggi
m 38,9°C. Demam turun dengan
09.00 WIB, didapatkan anak sesak nafas, disertai demam, batuk dan
pilek. Terdengar suara stridor pada anak RA dan tampak pasien malas
minum.
Dari hasil pengukuran tanda-tanda vital pada anak RA, didapatkan nadi
150x/menit, suhu 38,5°C, pernapasan 50x/menit, berat badan 4 kg,
panjang badan 60 cm, saturasi O2 70% tanpa terapi O2. Pada hidung
anak RA terpasang kanul oksigen 2 liter per menit dan nasogastric tube
(NGT). Tampak wajah anak RA terlihat dismorfik. Hasil pengukuran
lingkar kepala pada anak 38 cm (mikrosefali) dan ubun-ubun terbuka
3x3x3cm. Pada hasil pemeriksaan jantung anak RA terdapat mur mur
ejeksi sistolik grade III/b dan ditemukan palmar crease pada anak. Pada
tangan kanan anak RA terpasang IV catheter (stopper).
g. Anak lahir cukup bulan secara spontan di bidan, menangis lemah dengan berat saat lahir: 3000 gram dan panja g lahir: 47
g
kurang. Riwayat perkembangan anak didapatkan anak tengkurap usia 3 bulanndan mengangkat kepal usia 5 bulan. Hasil pem
k saturasi oksigen 90% tanpa oksigen, tetapi anak masih harus diber
asien sudah tidak ditemukan demam, jalan nafas bersih,
ulang oleh dokter yan merawatnya.
9.00 WIB, did patkan an k sesak n pas disertai demam, batuk dan pilek.Hasil pengukuran tanda-tanda vital pada anak adal
a a a
Ibu mengatakan penyakit jantung bawaan VSD pada anak sejak usia 1
bulan. Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara, lahir cukup bulan
melalui operasi Sectio Caesaria atas indikasi letak sungsang, berat
badan lahir 2450 gram, panjang badan lahir 49 cm. Anak langsung
menangis, tidak ada riwayat biru. Anak hanya mendapatkan air susu ibu
selama 1 bulan, selanjutnya anak mendapatkan susu formula.
ervensi keperawatan yan telah dilakukan residen selama perawatan antara lain memonitor tanda-tanda vital, memberik n k
a
g
Pada hari perawatan keempat, jalan nafas anak IB sudah bersih, tidak
ditemukan peningkatan suhu tubuh pada anak, hasil pemeriksaan
laboratorium AGD dalam batas
normal, saturasi oksigen 99% tanpa
oksigen dan anak sudah diperbolehkan
pulang oleh dokter yang
merawatnya.
2.1.5 Kasus 5
Anak MK, perempuan, 4 bulan, diagnosa medis diare akut tanpa
dehidrasi,
tersangka pneumonia, gizi buruk marasmik, CAVSD dan
hipertensi pulmonal. Pada saat masuk IGD, anak sesak hingga tampak
sianosis pada bibir. Saat pengkajian pada tanggal 21 Oktober 2013 jam
09.00 WIB ibu mengatakan anak buang air besar 3x (jam 06.00-09.00),
konsistensi cair, feces warna hijau, ada lendir, tidak ada darah, rewel,
ampak sesak, terdapat retraksi interkostae, saturasi oksigen 92% dengan menggunakan O2 nasal kanul 1,5 liter per menit, t
d
pada tangan kiri anak, akral teraba hangat, terlihat Sindrom Down pada gambaran klinis di wajahnya. Pengukuran status giz
b
m k
PadabulanSeptember2013klienterdiagnosaCompleteAtrio
Ventricular Septal Defect (CAVSD). Pasien adalah anak ketiga da i tiga
amol 40 mg (3x) PO, Captopril 1 mg (3x) PO, Furosemid 2 mg (2x) PO, Asam f lat 1 mg ( x) PO, Urdafalk 20 mg (3x) PO, Evion
o 1
a
tervensi keperawatan yang dil kukan residen pada anak selama masa perawatan diantaranya memonitor tanda-tanda vital,
e
6
a
Pada hari
perawatan kelima, pola nafas pasien dalam batas normal,
tidak ada
demam, hasil pemeriksaan laboratorium AGD dalam batas
normal, saturasi oksigen 99% dengan oksigen, tetapi anak masih harus
diberikan suplai oksigen. Anak diperbolehkan pulang oleh dokter yang
merawatnya.
2.2 Tinjauan Teoritis
2.2.1 Termoregulasi
2.2.1.1 Sistem pengaturan suhu tubuh
Menurut kamus kedokteran, termoregulasi adalah kemampuan tubuh
untuk mempertahankan suhu d lam batas-batas sehat tertentu, bahkan
ketika suhu eksternal sangat berbeda. Berikut akan dibahas anatomi
dan fisiologi yang berhubungan dengan sistem pengaturan suhu tubuh.
anterior berespon terhadap peningkatan suhu dengan menyebabkan vasodilatasi, sehingga pana menguap dan hipotalamus
a
r
respon
yang tepat, yaitu tubuh menggigil untuk kedinginan dan
berkeringat untuk kepanasan.
2. Sistem Endokrin: Medula adrenal meningkatkan sekresi adrenalin
dan
kelenjar tiroid meningkatkan sekres tiroksin yang
i
menstimulasi metabolisme sehingga meningkatkan pembentukan
panas. Pemaparan panas menyebabkan peningkatan aliran darah
melalui kulit dan meningkatkan pembentukan keringat. Pemaparan
terhadap dingin
menyebabkan tubuh menggigil, vasokonstriksi
pembuluh darah. Aliran darah yang lebih dingin menuju ke
hipotalamus mengakibatkan sedikit darah yang mengalir ke kulit,
sedikit kehilangan panas, sedikit keringat, sehingga meningkatkan
sekresi adrenalin dan tiroksin (Sherwood, 2001; Ball & Bindler,
2003).
s
o
k
h
m
makan dan minum panas, mandi air panas, udara/ iklim panas, kaki
menginjak tanah.
3. Kehilangan panas, melalui 3 cara:
a. Melalui kulit:
1) Radiasi adalah kehilangan panas dalam bentuk gelombang panas
tanpa
kontak langsung antara keduanya. Tubuh manusia
menyebarkan gelombang panas ke segala jurusan. Bila seseorang
telanjang, maka akan kehilangan panas 60% dari kehilangan total.
2) Konduksi adalah pemindahan panas secara langsung dari tubuh ke
suatu
benda yang lebih dingin, misalnya tubuh pada kursi besi,
meja, tempat tidur, udara dan air. Bila seseorang telanjang, maka
akan kehilangan panas 3% dari panas total.
3) Konveksi adalah kehilangan panas dengan cara pergerakan udara
u panas 15% dari panas
(angin, kipas ngin). Bila seseorang telanjang maka akan kehilangan n total.
alan nafas (hidung, mulut, par ). Setiap harinya penguapan
a terjadi sekitar 450-600cc atau satu gram air s ma dengan 0,58 kil
suhu tubuh.
u
u
a
k
insensible karena kehilangan ini tidak dapat dirasakan dan tidak dapat terlihat. Proses difusi ini berlangsung terus dan tidak
meningk tkan basal metabolisme rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis y
a
e
on Thyrotropin releasing hormon (TRH) sebagai tanggapan. Hipotalamus menyalurkan impuls syaraf d n mensekresi TRH, ya
g a
m
a a
Luas permukaan tubuh dan berat tubuh, dimana orang yang lebih tinggi dan besar cenderung mem
dengan wanita 41 anak (41%).
a
n a
o H
n n
o
Thyr xine dan Triiodothyronine adalah pengatur utama basal meta olisme rate. Hormon lain yan
5) Ling ungan
Mekanisme kontrol suhu
b tubuh akan dipengaruhi oleh suhu disekitar. Bayi sangat dipengaruhi oleh
m
b
w
eningkata suhu tubuh 1°C atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal. Hal ini dicapai secara fisiologis dengan meminim
a
n
ak masih rendah. Hasil yang diperoleh, 27% orang tua mengatakan demam adalah keadaan suhu tubuh di bawah 38°C. seda
demam tinggi adalah demam dengan suhu tubuh masih dibawah 40°C.
sedangkan
39% orang tua yang menyatakan bahwa demam disebut
tinggi apabila suhu tubuh diatas 39°C.
2.2.2.2 Etiologi
uberculosis, b kterimia, sepsis, bacterial gastroenteritis, menin itis, ensef litis, selulitis, otitis media, infeksi saluran ke ih dan
D
a
g a
m y
e n
n a
m m
o 6
(suhu lingkungan eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi), penyakit autoimun (arthritis, sistemik lupus eritemato
e n
k
Klasifikasi
Menurut Dalal dan Zhukovsk yaitu: y (2006), d emam memiliki tiga fase,
Fase kedinginan
ntuk memproduksi panas, sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Pada fase tersebut anak mengalami peni
n a
penyakit infeksi, seperti yang disebutkan dalam tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Macam demam
Jenis Demam Penjelasan
Demam Septik m
Pada de am ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat
di atas normal pada pagi hari. Demam ini disebut juga
demam hektik.
Demam Remitten Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi
tidak pernah mencapaiu suhu normal.
Demam Pada demam ini, suh badan turun ke tingkat yang normal
Intermitten
selama beberapa jam dalam satu hari.
Demam Kontinyu Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang
tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Demam Siklik Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Sumber: Nelwan, 2006
Endocrine Hyperthermia (EH) adalah kondisi metabolik yang menyebabkan hipertermia lebih seri g
2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pele nasan panas.k Hipertermia neonatal yaitu penin
komplikasi kejang.
ng lebih banyak dari pada air. Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135mmol/
s e
n sampai d ngan masalah keperawatan
Proses peningkatan uhu di atas
yang mu cul akibat peningkatan suhu tersebut secara
a singkat dapat dilihat dalam skema 2.1. pada h laman 3
m
vagus yang dimediasi oleh produk lokal Macroph ge Inflammatory Pr tein-1 (MIP-1), suat kemokin yang bekerja langsung te
a o u
Kerusakan jaringan
Aktivitas monosit
Demam Hipertermia
Gangguan pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman Kejang
Defisit Gangguan
volume cairan elektrolit
Sumber: Tortora & Grabowski (2000); Sherwood (2001); Ganong (2002); Nelwan
(2006); Laupland (2009)
Universitas Indone
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
34
2.2.2.5 Pemeriksaan
Penegakkan diagnosis demam untuk menentukan penanganan tidak
hanya berpatokan dengan tingginya suhu, tetapi juga keadaan umum
anak. Apabila anak tidak nyaman atau gelisah, demam perlu segera
diobati. Pemeriksaan keadaan umum dapat menentukan apakah pasien
tergolong toksis atau tidak toksis (McCarthy, 1997; Luszczak, 2001;
Lau, 2002).
putih berfungsi untuk mengetahui adanya leucopeni (penurunan sel darah putih) sebelumnya dan leucositosis (15.000-30.0
a g f
b
a
ukkan fungsi pertahanan tubuh manusia bekerja baik pada temperatur demam dibandingkan suhu normal. Meskipun masih
Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Totapally (2005 menjelaskan bahwa peningkatan suhu tubuh
)
menyebabkan peningkatan aliran darah
ke otak sehingga dapat
menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial. Demam di atas 41°C
dapat menyebabkan hiperpireksia yang sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan berbagai perubahan metabolisme, fisiologi dan akhirnya
terjadi kerusakan susunan saraf pusat. Pada awalnya anak tampak
menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang, serta akhirnya
tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila suhu >43°C dan kematian
terjadi dalam beberapa jam bila suhu 43-45°C.
2.2.2.7 Penatalaksanaan
acu terjadinya vasodilat si pembul h darah perifer. Hal ini menyebabkan pembuangan panas melalui kulit meningkat sehingg
a u
m
°
t karena justru mengakibatkan vasokon triksi, sehingga panas sulit disalurkan baik le at mekanisme evaporasi maupun radi
s
w a
g
n demam anak adalah antipiretik seperti parasetamol, ibuprofen dan aspirin. Cara kerja antipiretik adalah dengan menurunk
fek an lgesik par setamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan tau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek irita
a
a g
m
h a a
a
a
k a
m n
0-15 mg/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mg/kgBB/hari. Pada umumnya dosis ini dapat dito
ksikasi dan kerusakan hepar (Paul, 1996).
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan turunan asam propionate yang berkhasiat
sebagai anti inflamasi, analgetik dan antipiretik. Efek analgesiknya
sama
seperti aspirin, sedangkan daya anti inflamasinya tidak
terlalu kuat. Efek samping yang timbul berupa mual, perut
kembung, dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan
aspirin. Efek
sampin hematologis yang berat meliputi
g
agranulositosis dan anemia aplastik. Efek lainnya seperti eritema
kulit,
sakit kepala, dan rombositopenia jarang terjadi. Efek
terhadap ginjal
berupa gagal ginjal akut, terutam bila
a
dikombinasikan dengan asetaminofen. Dosis terapeutik yaitu 5-10
mg/kgBB/kali tiap 6-8 jam (Wilmana & Gan, 2007).
c. Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat sering digunakan sebagai
analgesic,antipiretikdanantiinflamasi.Aspirin tidak
terbukti
direkomendasikanpadaanak<16tahunkarena
urkan untuk demam ringan karena memiliki efek samping lambung dan perdarahan usus. Efek sam ing lain tidak enak di per
o
a p
uksi, konveksi atau radiasi. Selimut mandi yan diletakkan di antarakklien dan selimut serta pembungkus n ekstremitas dista
g
pemberian terapi furosemid 1 mg/kgBB, infus dextrose dan manitol 20% (1 /kgBB), pemberian insulin, hidrokortison, Dantro
keluarga mereka dalam sistem pelayanan kesehatan. Mencegah atau meminimalkan perpisahan anak dan keluarga dapat di
g
n
g
m
Salah satu prinsip atraumatic care yang lain pada anak yang dapat dilakukan
ress yang berlebihan pada waktu dilakukan pemeriksaan suhu tu uh. Faktor yang men ebabkan trauma pada anak adal h wa
h m
b y
a s
H
e
onsep keperawatan dalam proses keperawatan. Uraian integrasi tersebut dapat dilihat secara singkat dalam skema 2.3.
n
m penulisan karya ilmiah ini menggunakan pendekatan teori keperawatan comfort dari Katharine Kolcaba. Kolcaba (2003) m
Sejak tahun 1900 sampai dengan tahun 1929, rasa nyaman menjadi tujuan
profesi keperawatan dan
kedokteran, dimana terdapat keyakinan rasa
nyaman akan membantu proses penyembuhan dan merupakan modal dasar
utama dalam memperbaiki kondisi klien. Perbaikan kondisi klien tidak akan
tercapai jika kebutuhan akan rasa nyaman tidak terpenuhi (March, 2009).
Menurut March, terdapat tiga tipe comfort, yaitu relief, ease dan renewal.
Relief didefinisikan sebagai keadaan dimana rasa tidak nyaman berkurang.
Ease didefinisikan sebagai hilangnya rasa tidak nyaman yang spesifik.
Untuk berada
dalam tingkat ease, pasien atau keluarga tidak harus
y
Pada akhirn a istilah renewal diubah menjadi transcendence. Transcendence dianggap sebagai hal y
tua maupun keluarga.
B. Comfort
Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang kuat
dalam keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami
oleh penerima yang dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman
immediate yang menjadi
meliputi aspek fisik, psiko
y n
u
mempertahankan hom ostasis. e
2. Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual (Psychospiritual comfort) Kebutuhan rasa nyaman psikosp
e n r
e
l, sosiokultural dan lingkungan yang nyaman bagi klien. Comfort care mempunyai 3 komponen, yaitu intervensi yang sesuai
e
p
n
a e
amanan klien atau keluarga. Tindakan kenyamanan diartikan sebagai suatu intervensi keperawatan yang didesain untuk me
Comfort needs adalah kebutuhan akan rasa nyaman relief, ease dan
transcendence dalam
kontek pengalaman manusia secara fisik,
psikospiritual, sosisokultural dan lingkungan.
D. Enhanced Comfort
Enhanced comfort yaitu meningkatkan kenyamanan yang terus menerus
dengan melakukan intervensi kenyamanan secara konsisten dan terus-
menerus, sampai klien akan mencapai kesehatan yang diinginkan dalam
mencari kesembuhan
(HSBs). Ini dilakukan dengan cara melakukan
asuhan keperawatan
secara menyeluruh dengan tindakan yang
independent dan dependen sesuai dengan kewenangan perawat.
n dan dievaluasi secara terus-menerus dengan SOAP dan SOAPIER sampai klien mengalami kesembuhan sesuai den an tujua
g p p k n
rawat atau institusi tetapi berpengaruh langsung esuksesan rencana intervensi kenyamanan. Variabel ini meliputi pengalam
a
k
k
arga yang terlibat secara sadar atau tidak sadar, menggerakkan mereka ke arah kesejahteraan. HSBs ini merupakan sebuah
rawatan dengan diawali dari kemampuan p rawat dalam mengkaji kebutuhan rasa nyaman terkait pengalaman fisik, psikos
w
khususnya eksternal. y tidak dapat
kebutuhan yang c dipenuhi oleh support system
kebutuhan Perawatmen usunren ana keperawatanuntukmemenuhi
Perawat mengkaji pasien anak secara holistik dengan mengacu pada empat konteks pengalaman terkait rasa nyaman (fisik
e
nguk oleh teman-temannya di ru ah sakit. Klien teratur melaksanakan ibadah agama dan berdoa di rumah. Sejak dirawat klie
e
m
o
m
s a
n, memberikan jaminan dan infor asi, menanamkan harapan, mendengarkan dan membantu erencanakan pemuli an, 3) ti
a k
o n
m
m h
a
munculnya mual
Comforting 1. Ajarkan pada klien tehnik Ima ery
(Comf ort food for the guidance
soul)
2. Libatkan keluarga dalam latihan
imagery guidance
Sumber: Herlina
(2012)
p
n e
hankan fasilitas rumah sakit seperti bed untuk penunggu, bangku u tuk anak, televisi, ruangan dicat dengan warna yang me
inimalkan dampak pemisahan pada anak. Intonasi suara juga akan memberikan penguatan pada anak. Apabila orang tua tid
dan tindakan perawatan sebaiknya diberikan dalam ruang konsultasi, hal ini akan memberikan kesempatan kepada orang tu
g bermain tersebut disediakan beberapa alatn permainan untuk stimulasi sesuai tahap tumbuh kembang anak.
u
a u a
m
c. Visual analog scale yaitu anak meletakkan satu titik pada garis vertical
sepanjang
10 cm untuk menila tingkat kenyamanan dirinya. Posisi
nyaman berada di titik teratas,
sedangkan rasa paling tidak nyaman
berada di titik terbawah. Gambar skala dapat dilihat pada gambar 2.2.
d. Skala 1 – 10 (Skala Kusher).
Perawat meminta anak menunjuk nomor yang dianggap dapat mewakili
tingkat kenyamanan yang sedang dirasakan anak. Gambar skala Kusher
dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Visual analog scale dan skala Kusher
l 2 3 4 5 6 7 9 10
8
e. Kuesioner
residen dalam kasus kelolaandiharap an kenyamanan tercapai, pasien dan anggota keluarga terikat oleh HSBs da akan lebih
u
k
n
a e
55
Skema 2.3 Integrasi teori comfort Katharine Kolcaba dan konsep keperawatan dalam asuhan keperawatan pada anak
Jalur 1 dengan peningkatan suhu tubuh
Institutional Integrity
Health
+ +
Health Nursing Intervening Enhanced
Care Interventions Variables Seeking
Comfort Behaviors
Needs
1. Rehidrasi
Jalur 3 2. Pakaian yang tipis dan
menyerap keringat 1. Catat usia dan jenis
1. Tidak terjadi kejang 3. Kompres air hangat kelamin anak 1. Suhu dalam batas normal
4. Kolaborasi pemberian 1. LOS minimal
dan dehidrasi 2. Observasi suhu tubuh, (36,5-37,5°C)
antipiretik 1. Percaya pada 2. Antipiretik
2. Suhu tubuh normal nutrisi dan balance cairan 2. Perilaku anak
5. Pendidikan kesehatan tenaga kesehatan berkurang
3. Tidak menimbulkan 3. Jaminan/Asuransi menunjukkan rasa nyaman
6. Pemberian dukungan 2. Anak tidak 3. Keluarga puas
stress dan trauma kesehatan 3. Penilaian rasa nyaman
kepada pasien dan keluarga menangis/takut dengan
4. Anak dan keluarga 7. Empati dan sentuhan 4. Libatkan keluarga disesuaikan dengan usia 3. Tidak terjadi pelayanan
merasa nyaman 8. Lingkungan yang tenang (Family Centered Care) dan kondisi anak komplikasi rumah sakit
9. Musik kesukaan anak 4. Adanya support keluarga penyakit dan
penyebaran infeksi
m
o
1
d
kejang parsial , serta kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24
jam (Annegers, 1987).
2.5.2 Pengkajian
2.5.2.1 Pengkajian Kenyamanan Terkait Pengalaman
Fisik Keadaan umum anak lemah, tingkat Apatis. Glasgow
kesadaran
Coma Scale (GCS) E2M5V3=10. Mukosa bibir anak kering,
iri. Ge etalia terpasang kateter. Penghitungan risiko jatuh: 17. Sejak usia 6 bulan pasien kejang berulang tanpa demam, bero
u n
a
o a
Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Dari uraian pengkajian comfort dan gambaran struktur taksonomi di
atas dapat
dianalisi masalah keperawatan dan penegakkan diagnosis
s
keperawatan yang muncul pada anak S.R antara lain:
a. Perfusi jaringan serebral tidak efektif
b. Peningkatan suhu tubuh: demam
c. Gangguan elektrolit
d. Gangguan tumbuh kejar
e. Risiko tinggi cidera
f. Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit
omfort Kolcaba disusun dengan menggunakan comfort measure dan intervening variables p da masing-masing diagnosa ke
s
otak
a
darah ke otak dapat kembali normal, dengan
e kriteria hasil
e sebagai berikut:
mHg, saturasi oksigen: 99-100%).
til, sakit/nyeri kepala) tidak terjadi b
B. Intervensi Keperawatan
Intervensi
keperawatan pertama adalah intervensi yang dilakukan
untuk memelihara perfusi jaringan otak secara adekuat. Intervensi
tersebut dicantumkan dalam tabel 2.5 di bawah ini.
Tabel 2.5. Intervensi DP 1 Perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d
reduksi aliran darah ke otak
Intervensi kenyamanan
Tindakan keperawatan
Tehnikal 1. Monitor sirkulasi darah secara teratur: tekanan darah dan
saturasi oksigen
2. Monitor adanya peningkatan tekanan intrakranial:
meningkatnya lingkar kepala, meningkatnya tekanan
darah, menurunnya nadi, pernapasan tidak beraturan dan
gelisah berlebihan.
3. Tinggikan kepala klien 15-45 derajat sesuai indikasi.
4. Kolaborasi untuk pemberian anti konvulsi Fenobarbital 20
mg (2x) IV sesuai indikasi
Coaching 1. Ajarkan keluarga tentang pemantauan status sirkulasi darah
anak
2. Ajarkan keluarga tentang tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial
o
3. Ajarkan keluarga tentang pencegahan komplikasi penyakit
pada anak
Comforting 1. Cegah stimulus yang dapat menimbulkan komplikasi
penyakit
2. Ciptakan lingkungan yang tenang
2.5.3.2 Peningkatan suhu tubuh: demam b.d efek langsung dari sirkulasi
endotoksin pada hipotalamus
A. Tujuan Keperawatan: setelah dilakukan ti n
dakan keperawatan selama
2 minggu, suhu tubuh dalam
rentang normal, dengan kriteria hasil
sebagai berikut:
1. Tanda-tanda vital dalam keadaan stabil (suhu: 36-37°C, nadi: 100-
110x/menit, RR: 24-28x/menit)
2. Perubahan warna kulit tidak tampak dan peningkatan intra cranial
tidak terjadi
B. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan kedua adalah intervensi yang dilakukan untuk
mengatasi demam pada anak. Intervensi tersebut dicantumkan dalam
tabel 2.6 di bawah ini.
Tabel 2.6. Intervensi DP 2 Peningkatan suhu tubuh: Demam b.d efek
langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
Intervensi kenyamanan k
Tindakan eperawatan
Tehnikal 1. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, RR, dan saturasi oksigen.
2. Pantau tanda-tanda hiperpireksia: suhu meningkat drastis, kulit
kemerahan, ruam, takikardi dan takipnoe.
3. Berikan kompres air hangat
4. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik Cefotaxime 170 mg (3x) IV
dan antipiretik Parasetamol 80 mg (3x) PO.
Coachin 1. Anjurkan pasien untuk banyak minum ± 2,5 1 / 24jam
g 2. Jelaskan manfaatnya banyak minum bagi klien
3. Anjurkan keluarga untuk mengganti pakaian yang tipis dan
menyerap keringat pada anak
4. Ajarkan keluarga tentang observasi suhu dan pemberian kompres
air hangat
5. Berikan penjelasan pada keluarga untuk tetap disampingnya
selama anak masih demam tinggi
Comfortin 1. Ganti linen bila sudah basah ol h keringat
g
2. Atur suhu lingkungan sesuai dengan suhu tu buh anak
n 2. Monitor neuro
e 1. Pantaustatus
perkembangan 1. Pantaustatus logis 1. P
u neurologis neurologis secar e
r secara secara a rt
o teratur teratur teratu a
l r h
o 2. Mo a
g nit n
i or k
s pe a
rk n
s em n
e ba e
c ng u
a an r
r o
a l
o
t g
e is
r 2. M
o
a
ni
t to
u r
r
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Kebutuhan Kenyamanan Fisik
r u statt z perkembangan 4. Kolaboras untuk diit saat
status at k us i i status nutrisi pada anak i ahli gizi pemberian dirumah
2. M nutrisi
status t a2. M
pada anak 3. Timbang berat badan klien tiap hari
o o b nuta
3. n b h n a d risip u
4. it a l it d i pad n
1. Mengkaji 5. Kurang Subyektif:
o d i o pengetahu pengeta
r r a i a h t an
a g huan - Ibu mengatakan tidak tahu tentang penyakit kejang demam
pe pe n t anaa u keluarga
n i orang -I
rk rk k k r k tentang tua b
z li 3. T i penyakit
e e tentang u
k i e 4.i K p penyaki
m m diderita
l u n mo e t b.d h
ba ba anaknya
i n ti b l m kurang a
ng n 2. Mengidenti
e t a a a b informa n
an ga fikasi si yang
n u p n b e y
sta n informasi didapat
k a
tus st h g o r tentang
diperluka
nu t at a r i prognos m
i d ri n keluarga
tri us b a a is dan e
a i 3. Menj
si n 4. K e s n n
i elas
p ut o r i g
pa kan
t la a e
da ri d pros
h b t d i edu t
an si a
ak a pa o e i r
h
3. T r da r b n t u
i i an a a g i
4. K
m ak si d a
b o 3. T a a n p
l i h n e
a
li n
n a m a
y
g b b g k h a
o a iz l l k
i
b r n i i i
u
e a g e t
s b n n g tersebut
r
t d
a i e i
a
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Kebutuhan Kenyamanan Fisik
r s s n 30- 2-10-2013 Jam 21.00 WIB 4-10- Jam 08.0 0WIB
i a i m d 10- 10- 2013
p n b e e 201201 Implem
entasi Diag Evaluasi Keperawatan
s e u n n nosa
e n d g g Ja
Kepera 27-09- masa 30-10-2013 1-10- 2-10-2013
k j a m h a Kepera
14. 14. watan 2013 perawata Jam 14.00 2013 Jam 21.00
i e r e a r watan
00 Jam n. WIB Jam WIB
l l i n d k 14.00 14.00
a a g a a- WI WI 2. Berikan
WIB WIB
Imple a p n informas
Diagn
ment mendengar
asiosa Keperawat n i s i yang
kalimat
g n e dibutuhk
an yang tidak
g y ti
dia an
Kepe
s 27- u a a
K mengerti. keluarga
rawa e 09- su k b p
tanda 201 da _ il .
p 3
n h a a p Analisis:
perawe Ja
pe di n s e
atan r m
nat ru g u n Kurang
yang a 14.0
ala ma g d j
dilakuw 0 pengetahuan
ksa h. a e
kan a WI orang tua
na
pada t B u h l
an k d a teratasi.
anakna dok
pe O ir s
ya n ter Planning:
ny b s u a
4. saat
aki pen y a m n
M di 1. Libatkan
t atal e a a y
e poli
aksa sela k t h a keluarga
nj
n. njut t d - I n dalam
el -I
aan nya i i b g
as
penb f b u d
k tindakan
yakiu dan : e s i
a yang
t cara r e b
n m men- K i l e
pr u dilakukan
ghad e k a r
o l perawat/ti
apin p a l i
g a ya a n u k m medis
n i bila l m a
o m
si a p e n selama
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Kebutuhan Kenyamanan Fisik
4-10- Jam
08.00
WIB S a
S a S n S an anak
u n
u n u u Implem
1. M6. Ri a S i A entasi Diag Evaluasi Keperawatan
b a
b b a b nosa
e s n p y n a
y y n y Keperawa 27-09- 30-10- 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
n i g u f a e a n
e e a e tan
Keperaw
2013 2013 Jam Jam 21.00 Jam
gi t k k a
k k k k k atan
Jam 14.00 Jam 14.00 WIB 08.00WIB
d o b : i t k karakteris
t t t WIB 14.00 WIB mentis men
e s i mi i c i tik dari berada di WIB mentis berada berada di tis.
nt
t y- f a f a f o f lingkunga tempat tidur. Somnolen di tempat tempat tidur. Ana
if T : s : d : m n yang
i : Analisis: berada di tidur, tetapi Analisis: lisis
ik
n e i i a p dapat tempat tidur. masih :
as n - h - l - o menjadika
g - Risiko cidera Analisis: cenderung Risiko cidera
i
g k g a s n
belum teratasi. mengantuk. sudah teratasi. Risiko cidera
fa k O Oh O potensial
i O Risiko cidera Analisis: sudah teratasi.
kt
t a b b b b cidera
Planning: belum teratasi.
or t y y C y Planning:
c y Risiko cidera Plan
i i e e o e e
p k k k mk 1. Identifikasi Planning: teratasi 1. Identifikasi ning:
d k faktor
as sebagian. faktor
e f e t t p t t 1. Identifikasi 1. Identifikasi
ie s i pasien pasien
r i o i i Planning: faktor
n : a f
a f s f f yang dapat
yang d : menjadika pasien yang menjadikan pasien
: : : 1. Identifikasi
a dapat yang dapat
b n potensial
dapat r - menjadikan menjadika
. - - - potensial cidera
menja a T pasien yang
d - n T T T cidera potensial 2. Identifikasi n potensial
dikan i dapat
i i i 2. Identifikasi cidera karakteristi cidera
potens n n n n menjadikan
ial a a g karakterist 2. Identifikasi k dari 2. Identifikasi
g g g
ciderak n k ik dari karakteristi potensial lingkungan karakteristi
k k k
2. M t O a a lingkunga k dari cidera yang dapat k dari
i a a a n yang lingkungan 2. Identifikasi menjadikan lingkungan
e k t
v b t t t dapat yang dapat karakteristi potensial yang dapat
n
i k menjadika menjadikan k dari cidera menjadika
gi a k
t y d k e k n potensial lingkungan n potensial
d e
a e s e potensial cidera yang dapat cidera
e a s
s e l s a s cidera menjadikan
nt a a d a potensial
if a d
k k h d a d cidera
ik a a r a
as e r
j t r a r
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Kebutuhan Kenyamanan Fisik
Imple
mentas
Diagno
i sa Keperawat
an
30-10-
1-10-
Keper
Keper 10-
awata
awatan 201 201
n
14.00
14.00 Jam Jam
21.0 08.0
0WI
1. Mencegah
stimulus yang
Analisis: Analisis:
Perfusi
jaringan
serebral
teratasi.
Planning:
Pertahankan
kondisi dan
tetap anjurkan
keluarga
Analisis:
Kurang pengetahuan
orang tua tentang
penyakit sudah
Planning:
1. Anjurkan
keluarga
untuk
berdoa
memohon
kesembuh
an
anaknya
2. Ajak
keluarga
untuk
selalu
mengikuti
perkemba
ngan
kondisi
anaknya
10-
201
Jam
08.
WI
WI u a e h r
p n r k i
e m g g a
n e a a n
a n n n Obyektif:
t g ,
a a -T
l t k e
a a e r
k k l l
s a u i
a n a h
n r a
a u g t
a n a
M sih5. Kurang t k
e an pengetah n u p e
nj ru uan k a l
a an orang p s u
g ga tentang e m i a
a n penyakit n e e r
b.d y n n g
k
kurang a j a
e informasi k a t
b yang i g e p
er didapat t a r a
tentang
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Kebutuhan Kenyamanan Lingkungan
i- P a n n a
e- d g g s d
lantai c r A a Subyektif: - Subyektif: - Subyektif: - a i
I i t n r d d n t
D d a a a i i Obyektif:27-09-2013 Obyektif: Obyektif: g e
m Keperawat 30-10-2013 1-10-2013 2-10-2013 4-10- 2013
i e h k n t t di m
p an
a Keperawatan r a Keperawatan
a e - Anak terbaring
Jam 14.00 WIB
- AnakJam
- 14.00 WIB t Jam 14.00 WIB p Jam 21.00 WIB Jam 08.00WIB
le
g a n t A n m a a
m lemahkamar.
di terbaring K
n k e p g p tempat tidur lemah di e n t
e
o b a r a a a - Kesadaran g k
n tempat s
s . n b t n t somnolen tidur a a
ta a
si
a d k a i k - Riwayat - Kesadaran d n n
o r s k a kejang kiri
compos a
a n i- R i n - Gelang mentis r a d
k d n i r terpasang di tetapi a n i
t i g wi d tangan kiri masih n a
i s a a i k t
anak mengantuk
v i l y n t - Gambar - G e
- Riwayat s
i S e a a
Analisis: e segitiga kuning kejang a
a m
t u m k t m m p
ditempatkan di - Gelang d
Kuranga b a k
pengetahuan
- G p orang b a
tempat tidur terpasang a
tua tentang
s y h e a
penyakita teratasi. a t
anak. di tangan r
j m t r tidur
e kiri anak
Planning: d a b t a
k k p
n a i s
e t i e n
g nd ga pa g r d e a
j i t n
be a m da -G u g
a f e u k
M rw ris ba te 6. R n : m s e r i .
l h
e ar ik r m i g - p e a t
a -G
s a g n i
m na o se pa n e
i Ot i a g
as ku jat gi t g t l
a
k b t k
a ni uh ti tid a
o y i i .
n ng pa ga ur n
e d t g g
k
g se da k ny t k u e a u
g ba an u a i t r r k t
n
el ga ak ni n i- K p u e
i
g f e a n n
a i da n r
g : s s i g
n ta n g a p
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
98
Ilmu keperawatan sebagai salah satu ilmu kesehatan sangat berbeda dengan
disiplin ilmu kesehatan. Perbedaan ini terletak pada fokus keilmuan dimana ilmu
keperawatan mempelajari respon tubuh manusia terhadap penyakit, pengobatan
dan lingkungan yang berubah sebagai akibat penyakitnya dan mengakibatkan
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, dari masa fetus hingga ajal. Dalam memahami respon
Indonesiadkk., 2012).
D 0
Perawat adalah seseorang y nga telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dala
Perawat Nasional Indonesia, 2005). a
e
g
g p
100
individu yang akan bekerja di bidang pelayanan keperawatan. Menghadapi era globalisasi, standar tersebut harus ekuivalen
d
e
dang spesialisasi yang memperkuat da meningkatkan kualitas y kepera atan di bidang spesialisasi terse ut melalui upa
layanan
e a
w
w
n a
S
alis menurut International Council of Nurses (2003) bahwa Ners Spesialis merupakan seorang perawat yang memiliki ting
lan yang melebihi perawat generalis dan bertanggung jawab dalam
bidang keperawatan.
Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), telah menyusun dan
memperbaharui
kelengkapan sebagai suatu profesi.Sejak tahun 2008 PPNI,
AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan Kemendiknas melalui project
Healt
Profession Educational Quality (HPEQ), memperbaharui dan
h
menyusun kembali Standar Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah Akademik
Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar Pendidikan Ners, standar borang
akreditasi pendidikan ners Indonesia. Semua standar tersebut mengacu pada
aikan menjadi dokumen negara yang berkaitan dengan arah dan kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia.Stan
au praktek rofesional ya melaui riset hing a menghasilkan karya inovatif dan teruji; mampu memecahkan permasalahan sai
n g
Pada penerapannya, residen me berikan penjelasan pada keluarga anak SR, memegang prinsip etik
b
dalam mengasuh anak.
b
u
s
s d K
awali 6 minggu pertama di ruang non infeksi, dilanjutkan praktik di ruang perinatologi selama 6 minggu dan 6 minggu terak
e
m a
a y
a
e e
n
r
1 k
o
kumentasikan proses asuhan keperawatan menggunakan format pengkajian yang tersedia di ruangan, tetapi selama prose
Selama praktik residensi I dan II, residen melakukan aplikasi dan sosialisasi proyek inovasi terkait int
mendeteksi adanya perubahan suhu tubuh p da anak.a
m
m v
m a
n
bidang keperawatan anak, 3) peran advokat bagi klien dalam area keperawatan
anak, 4) peran pengelola asuhan keperawatan anak, 5) peran peneliti terkait
keperawatan anak.
ekerjasama dengan HPEQ Project pada tahun 2010 diidentifikasi bahwa terdapat esenjangan antara harapan masyarakat de
e
n s a
kukan di area praktik Perinatologi, diantaranya yaitu: pada kasus bayi dengan masalah gastroschizis, kejang neonatus, hiper
k
naktelah elakukan asuhan eperawata pada m k
beberapa kasus, diantaranya n asuhan keperawatan pada anak dengan m
adalah
ani selama 11 minggu adalah praktik klinik di ruang infeksianak. Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya terkait as
ngan beberapa kompetensi praktik kli ik kepera atan yang dilakukan sesuai dengan masalah pasien yang ditemukanresiden
n w
a
p
k a
memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga terkait prognosis dan penetalaksanaan penyakit klien. Meskipun terlamba
yang baik, informatif dan terintegrasi, (sebagai masukan) pada format observasi dan dokumentasi ruangan. Peran ini dilaku
gan.
n m
e a
ti mengingatka keluarga, perawat, dokter dan staf lainuntuk melakukan
a hand rub sebelum dan sesudah kontak dengan pasi
n m
a m P
s
a
c iran,manajemen
manaje
m enRO,pemeriksaan
nutrisi,ma najemenfarmakoterapi, M
mentasi asuhan pasien. Bentuk koordinasi dengan ti kesehata lain kini merupakan bentuk kerjasama lintas bidang keahlian ya
n
n terkait masalah yang ditemukan pada klien kelolaan, menerapkan hasil-hasil penelitian dan melakukan sosialisasi evidenc
m
pada bayi prematur. Pada ruang infeksi, residen menerapkan evidence
based practice penggunaan kompres air hangat (water tepid sponge)
untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam sebagai
salah satu gejala penyerta penyakit infeksi.
Pencapaian target kompetensi ini memerlukan waktu dan wahana praktik yang
memadai. Upaya pencapaian kompetensi ini dirasakan residen keperawatan
keperawatananak, namun residen keperawatan anak harus terus meningkatkan pengetahuandan keterampilan lebih lanjut
a g
o Mangunkusumo Jakarta beserta staffnya, maupun pembimbing klinis di la angan. Selain itu dukungan juga diperoleh d ri t
U
p
a
ng waktu atau kesempatan yang cukup untuk berdiskusi bersama dokter konsulen mengenai evidence based practice, dik
u jumlah perawatruangan yang
dinasnya kurang sesuai dengan rasio pasien. Ditambah lagi dengan suasana
yang
kurang kondusif pada pagi hari, karena banyak sekali dokter residen,
diskusi dan menjalankan programnya.
Kendal lain adalah peralatan yang
a
tidak tersedia seperti gunting, tensimeter, termometer dan alat saturasi
oksigen, serta bahan habis pakai yang tidak mempunyai cadangan berlebih,
seperti sarung tangan, kapas alkohol
dan plester hipafik. Sehingga banyak
sekali prosedur yang dilakukan tidak sesuai dengan standar operasional yang
benar.
sunan karya ilmiah akhir ini akan disampaikan dalam seminar akhir sebagai syarat pencapaian gelar Ners Spesialis Keperawa
BAB 4
PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan aplikasi teori comfort Katharine Kolcaba dalam
asuhan keperawatan
pasien anak dengan peningkatan suhu tubuh, serta
pembahasan tentang praktek spesialis anak dalam pencapaian target kompetensi.
aba yaitu teori comfort dalaasuhan keperawatan pada anak dengan peningkatan s hu tubuh. Empat konsep sentral alam pa
m
u d
d
o a
a
p
k R UPN Dr. Cipto Mangunkusum . Masalah tersebut adalah peningkatan suhu tubuh yang berisiko terhadap terjadinya gang
m a d
S o
4.1.1 Pengkajian
Pada tahap ini akan dianalisis pengkajian dan pengukuran terhadap 4
konteks kenyamanan terkait pengalaman fisik, psikospiritual, sosialkultural
dan l
4.1.1
Peng
Residen dalam memperoleh ata melalui wawancara dengan orang tua, karena kondisi anak yang be
d
dan membandingkan perubahan kondisi dan tingkat kenyamanan
M
b
Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
seperti anak SR yang mengalami peningkatan suhu tubuh sehingga
anak mengalami kejang dan mengalami penurunan kesadaran.
a
brospinal di sekitar otak dan edula spinalis sehingga terjadi vasodilatasi yang cepat d ri pembul h darah dan menekan saraf-
a
d
m
a
u
V
pada saat pengkajian adalah sebagai berikut: anak SR tekanan darah 90/55 mmHg, suhu 38,6°C, nadi 120 x/menit, pernapa
n
isme terjadinya demam pada penyakitnya adalah efek peradangan yang akan menyebabkan kenaikan suhu tubuh dan penin
a
k e
n
gai berikut pH: 7,216, pCO2: 35,9 mmHg, pO2: 33,3 mmHg, HCO3: 14,7 mol/L, Saturasi O2: 54,4%, BE: -1 ,5 mmol/ , Na/K/C
n
a
s
k
m
1
L
3
itu dengan menilai tingkat kenyamanan menggunakan instrumen comfort behavior checklist dari Kolcaba, akan tetapi men
emudian kem ali menutup mata.
a m
b
a
2 fisik sebaiknya dapato diterim dengan baik oleh anak sehingga terb
hingga terjad perubahan psikoseksual. Perubahan bentuk
a
a
n
e
Dari k lima kasus kelolaan yang dipilih residen sebagai bahan
kajian,
orang tua khususnya ibu mengalami kecemasan karena
kurangnya informasi terkait penyakit anaknya dan merasa khawatir
akan penyakit anaknya yang tidak tahu kapan bisa disembuhkan.
ompokkan secara mandiri dengan melihat batasan karakteristik masalah keperawatan pada buku diagnosa keper watan.
en megalami masalah peningkatan suhu tubuh. Dua diantaranya mengalami hipertermia dan tiga anak mengalami demam.
m a
e o
a
k
nafas.
2) Pengalaman psikospiritual pada kelima kasus kelolaan anak mengalami
rasa tidak
nyaman karena tidak bisa mengungkapkan secara verbal,
hanya saja
orang tua mereka yang mengalami kekhawatiran dengan
kondisi anak yang terbaring lemah di tempat tidur.
3) Pengalaman sosiokultural kelima kasus kelolaan, pasien mengalami
ketidaknyamanan dalam berinteraksi dikarenakan 2 anak mengalami
penurunan
kesadaran (apatis) dan 3 anak masih dalam tahap infant.
Keluarga kelima kasus kelolaan residen mengalami masalah
sosiokultural pada level transcendence karena keluarga merasa cemas
dengan penyakit anaknya yang
tidak tau kapan sembuhnya. Setelah
adanya dukungan dari tenaga kesehatan dalam pemberian informasi
ga memahami tentang kondisi anak masing-masing, merasa nyaman dan bisa beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit.
arga. Pada awalnya keluarga anak SR ingin segera pulang kerumah karena kondisi lingkungan ruangan yang kurang nyaman,
e d a
wat harus secara intens berinteraksi dan berkomunikasi dengan pasien. Respon selama interaksi akan mempengaruhi inter
Salah satu prinsip atraumatic care pada anak yang dapat dilakukan adalah dengan meminimalkan d
e m
(Hockenberry, 2009).
u
a
F
n a
M
b
h
t Plaisance dan Mackowiak (2000), terapi obat-obatan secara self management dapat dilakukan dengan memberi antipire
asetamaol, merupakan salah satu antipiretik yang sering digunakan,
dimana demam akan turun setelah 2 jam pemberian. Pemberian harus sesuai
aturan atau instruksi penggunaan
obat, yaitu pada anak dosis harian
parasetamol sirup = 3-4
x 250 mg atau 3-4 x sendok takar 5ml. Efek
samping hepatotoksik dapat timbul jika dosis harian (dosis yang diminum
dalam satu hari) melebihi 8 gram
(=16 tablet parasetamol, @1 tablet
parasetamol 500 mg atau jika menggunakan parasetamol sirup=32 sendok
takar 5 ml dalam sehari). Dengan adanya peran kompetensi perawat sebagai
pendidik yang
sesuai dengan salah satu intervening variables pada teori
comfort Kolcaba, residen berusaha memberikan informasi yang dibutuhkan
oleh
keluarga tentang dosis pemberian obat yang tepat untuk pasien.
Sehingga keluarga mendapatkan kebutuhan informasi yang bisa membuat
rasa nyaman sosiokultural terhadap tenaga kesehatan.
r terasa nyaman, seperti merapikan tempat tidur pasien, mengganti linen, menjaga kebersihan ruang perawatan anak, dima
n n
berbeda antara pasien satu dengan lainnya, sesuai dengan usia perkembangan anak. Untuk meningk tkan kenyamanan pas
y
ning), kelima pasien diijinkan pulang kerumah dengan masa rawat paling lama adalah anak RA, yaitu 3 minggu (11 hari) dan
g m O
gkaji pasien, sehingga perawat mempu yai waktu luang untuk melakukan intervensi dan berinte aksi dengan pasien. Hanya s
n
r
n n
a m o
b
kat kenyamanan anak dengan menggunakan instrumen Kolcaba, dimana instrumen tida bisa digunakan oleh tingkat usia pe
a
k a
masuk durasi minimal yang tidak membutuhkan waktu lama, sehingga mengurangi tindakan medis dan menghasilkan kepua
amanan pasien. Teknik perawatan yang tepat, pembinaan dan pendampingan pasien yang sesuai dengan kondisi asien, sert
u n
n
p p
, kompetensi perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada jenjang Ners diantaranya perawat mampu mengelola
tahankan suhu tubuh.
mengidentifikas
kebutuhan kenyamanan yang tidak terpenuhi dari klien,
i
sehingga berdasar pengkajian tersebut kemudian menentukan desain tindakan
comfort untuk
mengatasi serta menggali hal-hal yang dapat meningkatkan
kenyamanan pasien yang
mana hal ini merupakan outcome langsung dari
keperawatan. Peningkatan kenyamanan tersebut berhubungan secara langsung
asi lingkungan dari berbagai aspek pasien, keluarga atau lingkungan institusi, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pe
akuk n tindakan yang tepat untuk mengatasi demam, seperti memberikan dosis a tipiretik dengan benar, mengukur suhu de
a
n
a
m
d
u
n
khusus yang residen pilih adalah keperawatan infeksi anak yaitu di ruang
p
perawatan infeksi Anak IKA 1 Gedung A RSUPNnDr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta.
a
diawalidengan
a
yang muncul,
melakukan pengkajian, menentukan masalah keperawata
kukan. Asuhan keperawatan ini dilaksanakan deng n berfokus pada salah satu teori keperawatan yaitu teori comfort leh Kat
pembimbing akademik dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
kelolaan selama praktik di ruang infeksi anak.
n dan mendapatkan
n benar), dimana keluarga berhak menanyakan n penjelasanstentang k ndisi
e anak yang sebenarnya, karena
s r
o
ewa karena tidak jadi pulang, tetapi dokter seharusnya m yakinkan keluarga bahwa tanda gejala ditemukan lebih dini menc
prinsip otonomi juga dilakukan residen pada keluarga anak RA dengan cara
memberikan informasi yang dibutuhkan, sehingga keluarga an RA, sehingga
keluarga tidak kecewa.
a m
n B
pelaksanaan pengukuran suhu, terutama anak yang masih kecil, terlalu aktif
dan anak yang trauma terhadap tindakan invasif.
Bab ini menguraikan kesimpulan hasil penerapan teori comfort oleh Katharine
Kolcaba dalam asuhan keperawatan pasien anak dengan peningkatan suhu tubuh
di ruang infeksi anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
5.1 Kesimpulan
1. Tahapan asuhan keperawatan menurut teori comfort ini diawali dengan
tahap pengkajian dengan
mengacu pada kebutuhan rasa nyaman terkait
pengalaman fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan. Kemudian
tahap penentuan masala h diidentifikasi berdasarkan struktur taksonomi
menurut teori comfort Kolcaba. Langkah selanjutnya penyusunan tujuan
keperawatan dan pengelompokan intervensi sesuai denga n diagnosis yang
telah ditegakk n
an. Interve si yang terdiri atas intervensi standar/ tehnikal,
a
pendidikan kesehatan/ co ching dan kenyamanan jiwa/ comforting tersebut
diimplementasikan sesuai kelompok. Tahap
terakhir adalah evaluasi
keperawatan disusun menggunakan format SOAP (Subjektif, Objektif,
r
Analisis dan
Planning) dengan pedoman tujuan kepe awatan sebagai
keberhasilan/
kegagalan intervensi keperawatan. Penilaian tingkat
kenyamanan dilakuka dengan menggunakan instrument yang telah
h
n
disediakan ole Kolcaba sesuaia dengan usia perkembangan anak.
p u
a
a n
oleh mahasiswa residensi keperawatan anak, diharapkan kenyamanan pasien tetap terjaga dan instansi pelayanan kesehata
s
Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan masalah
peningkatan suhu tubuh. Dalam menerapkan teori keperawatan yang sesuai
dengan peminatan yang akan dipilih oleh mahasiswa residensi keperawatan
anak, sebaiknya teori keperawatan yang akan diterapkan, dilakukan uji coba
keefektifan penggunaan terlebih dulu sebelum praktik residensi keperawatan
anak dilaksanakan. Dengan demikian, residen yang akan menggunakan
dapat lebih efektif dalam penerapan pendokumentasian asuhan keperawatan
sesuai dengan kasus-kasus yang ditemukan pada unit perawatan yang
diminati oleh mahasiswa residensi keperawatan anak.
a
n terus mengembangkan profesionalisme sebagai
n perawat
e ners spesialis keperawatan
n anpk dengan membuat royek inovasi b
e
m
a p
n
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R & Tomey, A.M. (2006). Nursing theory utilization and
application. St louis: Elsevier Mosby.
Alves, J.G.B., Almeida, N.D.C.M., & Almeida, C.D.C.M. (2008). Tepid sponge
plus dipyrone versus dipyrone alone for reducing body temperature in
febrile children. Sao Paulo Medical Jurnal, 126 (2), 107-111.
Al-Eissa, Y., Al-Sanie, A., Al-Alola, S., Al-Shaalan, M., Ghazal, S. & Al-Harbi,
A. (2000). Parental perception of fever in children. Ann Saudi Med.,
20(3), 202-5.
Badan Pusat Statistik. (2011). Profil statistik kesehatan Indonesia 2011. Jakarta:
BPS.
Badan Pusat Statistik. (2007). Survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI)
2007. Jakarta: BPS.
Ball, J.W. & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing: Caring for children. 3rded.
New Jersey: Pearson Education Inc.
Chen, W.L. (2005). Nurse’s and parent’s attitudes toward pain management and
parental participation in postoperative care of children, Thesis, Centre for
Research, The Queensland University of Technology.
Crocetti, M., Moghbelli, N., Serwint, J. (2001). Fever phobia revisited: have
parental misconceptions about fever changed in 20 years. Pediatric,
(107), 1241-6.
Doenges, M.E., Moorhause, M.F. & Geissler, A.C. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan : pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
El-Radhi, A. S, Caroll, J., Klein, N. & Abbas, A. (2002). Fever. In: Clinical
manual of fever in children. 9th ed. Berlin: Springer-Verlag.
Fisher, R. G. & Boyce, T. G. (2005). Fever and shock syndrome. In: Moffet’s
Pediatric infectious disease: A problem-oriented approach. 4th ed. New
York: Lippincott William&Wilkins.
Ganong, W. F. (2002). Pengaturan sentral fungsi visera. In: Buku ajar fisiologi
kedokteran. 20th ed. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. & Hall, J.E. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. edisi 11.
Jakarta : EGC.
Harrison, M.T. (2009). Family centered pediatric nursing care: state of the
science. Journal Pediatr Nurs. 25(5), 335-343.
Hockenberry. (2012). Clinical Manual of Pediatric Nursing. 8th ed. St. Louis
Missauri: Elvier Mosby.
HPEQ Project. (2010). Laporan hasil survey data dasar keperawatan tahap satu.
Jalil, H.K.A.A., Jumah, N.A., & Al-Baghli, A.A. (2007). Mother’s knowledge,
feras and self-management of fever: A cross-sectional study from the
capital governorate in Kuwait. Kuwait Medical Journal, 39 (4), 349-354.
Judith M. (2007). Buku saku diagnosis keperawatan NIC dan kriteria hasil NOC,
ed. 7. Jakarta: EGC.
Kazemi, S., Ghazimoghaddam, K., Besharat, S. & Kashani, L. (2012). Music and
anxiety in hospitalized children. Journal of Clinical and Diagnostic
Research, 6(1), 94-96.
Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: a vision for holistic health care
and research. New York: Springer Publishing Company.
Kozier, Berman & Snyder. (2011). Buku ajar fundamental keperawatan konsep,
proses & praktik. (Ed.7). Jakarta: EGC.
Lau, A. S., Uba, A. & Lehman, D. (2002). Infectious disease. In: Rudolph’s
fundamental of pediatrics. 2nd ed. New York: McGraw-Hill.
Laupland, K.B. (2009). Fever in the critically ill medical patient. Critical care
medical, 37(7), 273-278.
McCarthy, P. L. (1997). Fever in infants and children. In: Fever basic mechanism
and management. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher.
Nelwan, R. H. H. (2006). Demam: Tipe dan pendekatan. In: Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit
Dalam.
Park, H. S., Im, S. J. & Park S. E. (2006). Investigation of causes of FUO (Fever
of unknown origin) in children. Korean J Pediatr, 49, 1282-86 [abstrak].
Plipat, N., Hakim, S. & Ahrens, W. R. (2002). The febrile child. In: Pediatric
emergency medicine. 2nd ed. New York: McGraw-Hill.
Potter, P. A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing consept: proses and
practice. Philadelphia: Mosby. Inc.
Sharber, J. (1997). The efficacy of tepid sponge bathing to reduce fever in young
children. American Journal Emergency Medical, 15 (2), 188-192.
Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Editor : Monica
Ester. Jakarta: EGC.
Tortora, J.T. & Grabowski, S.R. (2000). Principles of anatomy and physiology.
(9th ed.). Toronto.
Totapally, B.R. (2005). Fever, fever phobia and hyperthermia: what pediatricians
need to know. International Pediatrics, 20(2), 95-102.
Victor, N., Vinci, R. J. & Lovejoy, F. H. (1994). Fever in children. Pediatr Rev.,
15, 127-34.
Walsh, A.M. (2008). Fever management for children. The Australian Journal of
Pharmacy, 89, 66-69.
Wilmana, P. F. & Gan, S. G. (2007). Analgesik, antipiretik, anti inflamasi
nonsteroid dan obat gangguan sendi lainnya. In: Farmakologi dan terapi.
5th ed. Jakarta: Gaya Baru.
Wong, D. L., dkk. (2009). Wong buku ajar keperawatan pediatric. Vol 1. Jakarta:
EGC.
I. DATA BIOGRAFI
A. Identitas Klien
Nama Klien : ……………………………………………………..
Jenis Kelamin : ……………………………………………………..
Tgl Lahir/usia : ……………………………………………………..
Tgl Masuk RS : ……………………………………………………..
Tgl Masuk Ruangan : ……………………………………………………..
Tgl Pengkajian : ……………………………………………………..
No. Register : ……………………………………………………..
Diagnosa Medis : ……………………………………………………..
B. Identitas Penanggungjawab
Nama : ……………………………..………………
Pendidikan : ……………………………………………..
Pekerjaan : ……………………………………………..
Hubungan dengan pasien : ……………………………………………..
Alamat Rumah : ……………………………………………..
( ) ( )
Pembimbing
Happy Hayati, Ns., Sp. Kep. An.
Oleh :
TRI SAKTI WIDYANINGSIH 1006834095
Oleh :
TRI SAKTI WIDYANINGSIH 1006834095
5
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
riwayat keluarga, riwayat evidence based terkait kasus
tumbuh kembang practice SAP pendidikan
b. Pemeriksaan fisik head to kesehatan
toe, tanda vital dan Laporan target
antropometri pencapaian
c. Pemeriksaan penunjang keterampilan
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:
a. Menginterpretasi data
pengkajian
b. Merumuskan diagnosa
keperawatan
c. Menentukan prioritas
masalah keperawatan
berdasarkan diagnosa
keperawatan
3. Menyusun rencana
asuhan keperawatan
a. Membuat tujuan asuhan
keperawatan yang ingin dicapai
b. Menentukan intervensi sesuai
dengan masalah keperawatan
yang dirumuskan dan
rasional dari setiap intervensi
yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan
c. Monitoring dan kolaborasi
d. Membuat rancangan
pendidikan kesehatan bagi
klien dan keluarga
e. Mengembangkan
program bermain
4. Melakukan intervensi keperawatan
sesuai rencana:
a. Memberikan perawatan fisik dan
5
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
kebutuhan dasar
6
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
b. Memberikan obat‐obatan
c. Melakukan
bimbingan
pemberian nutrisi
d. Monitoring dan kolaborasi
e. Memberikan pendidikan
kesehatan pada klien
dan keluarga
f. Melaksanakan program
bermain pada anak
g. Menciptakan dan
mempertahankan lingkungan
yang aman
h. Melaksanakan setiap intervensi
dengan memperhatikan prinsip
atraumatic care
i. Melakukan
pendokumentasian untuk
setiap intervensi yang
dilakukan
5. Mengevaluasi rencana asuhan
keperawatan yang diberikan
dengan menganalisa pencapaian
tujuan asuhan keperawatan yang
sudah
ditetapkan sebelumnya
4. Mahasiswa mampu memberikan Menggunakan proses keperawatan dalam Anamnesa 20 Mei‐28 Juni Laporan kasus
asuhan keperawatan pada anak menyelesaikan masalah klien anak Pemeriksaan fisik 2013 dalam bentuk log
dengan penyakit infeksi pada dengan penyakit infeksi pada berbagai Pemeriksaan book (2 laporan
berbagai tingkat perkembangan tingkat perkembangan dalam konteks penunjang kasus)
dalam konteks keluarga keluarga, meliputi : Rekam medis Catatan
1. Melakukan pengkajian: klien keperawatan klien
a. Riwayat penyakit sekarang, Diskusi kasus di ruangan
Riwayat penyakit dahulu, Jurnal terkait Lampiran jurnal
6
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
riwayat keluarga, riwayat evidence based terkait kasus
tumbuh kembang practice SAP pendidikan
kesehatan
7
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
b. Pemeriksaan fisik head to Laporan target
toe, tanda vital dan pencapaian
antropometri keterampilan
c. Pemeriksaan penunjang
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:
a. Menginterpretasi data
pengkajian
b. Merumuskan diagnosa
keperawatan
c. Menentukan prioritas
masalah keperawatan
berdasarkan diagnosa
keperawatan
3. Menyusun rencana
asuhan keperawatan
a. Membuat tujuan asuhan
keperawatan yang ingin dicapai
b. Menentukan intervensi sesuai
dengan masalah keperawatan
yang dirumuskan dan
rasional dari setiap intervensi
yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan
c. Monitoring dan kolaborasi
d. Membuat rancangan
pendidikan kesehatan bagi
klien dan keluarga
e. Mengembangkan
program bermain
4. Melakukan intervensi keperawatan
sesuai rencana:
a. Memberikan perawatan
fisik dan kebutuhan dasar
b. Memberikan obat‐obatan
7
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
c. Melakukan bimbingan
8
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
pemberian nutrisi
d. Monitoring dan kolaborasi
e. Memberikan pendidikan
kesehatan pada klien
dan keluarga
f. Melaksanakan program
bermain pada anak
g. Menciptakan dan
mempertahankan lingkungan
yang aman
h. Melaksanakan setiap intervensi
dengan memperhatikan prinsip
atraumatic care
i. Melakukan
pendokumentasian untuk
setiap intervensi yang
dilakukan
5. Mengevaluasi rencana asuhan
keperawatan yang diberikan
dengan menganalisa pencapaian
tujuan asuhan keperawatan yang
sudah
ditetapkan sebelumnya
Depok, Februari 2013
NPM : 1006834095
8
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
KONTRAK BELAJAR
RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK
II
Pembimbing
Nani Nurhaeni, MN.
Elfi Syahreni, Ns. Sp. Kep. An
Oleh :
TRI SAKTI WIDYANINGSIH 1006834095
Oleh :
TRI SAKTI WIDYANINGSIH 1006834095
6
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
infeksi
d. Perawatan kulit di sekitar anus
e. Pendidikan kesehatan yang benar
tentang perawatan anak diare.
4. Mengimplementasikan intervensi
keperawatan sesuai rencana:
a. Memonitor intake dan output klien
b. Memberikan obat‐obatan (oral, sub
kutan, intramuskuler, dan
intravena)
c. Memberikan pendidikan
kesehatan pada orang tua
d. Mengembangkan program bermain
pada anak usia toddler, pra
sekolah dan sekolah dengan
masalah hospitalisasi dan akan
menjalani tindakan invasive
e. Menggunakan komunikasi
therapeutik dan hubungan
interpersonal dalam memberikan
asuhan keperawatan
f. Menciptakan dan mempertahankan
lingkungan yang nyaman
g. Melakukan pendelegasian dalam
pelayanan keperawatan
h. Merancang program follow up
kasus klien pasca rawat di rumah
sakit
i. Memberikan bimbingan konsultasi
terhadap tindakan keperawatan
yang dilaksanakan perawat
j. Berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain dokter dan ahli gizi.
5. Melakukan observasi yang
6
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
mendalam dan Mengevaluasi
7
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
rencana asuhan keperawatan yang
diberikan:
a. Mempertahankan hidrasi adekuat.
b. Mendapatkan nutrisi adekuat sesuai
program dan memperlihatkan
peningkatan BB .
c. Mencegah penyebaran Infeksi
d. Mencegah adanya kerusakan
integritas kulit di daerah perianal
seperti kemerahan atau lecet.
e. Meminimalkan tanda distress fisik
atau emosional orang tua yang
berpartisipasi dalam perawatan.
6. Pendokumentasian asuhan
keperawatan
7. Mengidentifikasi etik dan legal
praktik keperawatan anak dalam
pelayanan keperawatan
C. HIV AIDS
1. Melaksanakan pengkajian dengan
prinsip comfort:
a. Kebutuhan rasa nyaman fisik:
demam, lemas, penurunan berat
badan, diare kronis, perdarahan,
sesak nafas.
b. Kebutuhan rasa nyaman
psikospiritual: memberikan terapi
madu pada mukosa mulut yang
kering.
c. Kebutuhan rasa nyaman
sosiokultural: berpisah dengan
orang tua, saudara dan teman
sebaya, tidak
7
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
bisa bermain
d. Kebutuhan rasa nyaman
lingkungan: ketakutan terhadap
pengobatan dan prosedur yang
dilakukan, lingkungan yang tidak
biasa.
2. Merumuskan diagnosa
keperawatan:
a. Risiko penyebaran infeksi
b. Risiko kekurangan volume cairan
c. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
d. Nyeri
e. Perubahan membrane mukosa oral
f. Intoleransi aktifitas
g. Risiko perubahan pertumbuhan dan
perkembangan
3. Memvalidasi dan memodifikasi
rencana asuhan keperawatan:
a. Pencegahan penyebaran infeksi
dengan meberikan kamar khusus
b. Monitoring dan kolaborasi
c. Pemberian cairan adekuat
d. Pemberian nutrisi adekuat
e. Ajarkan manajemen nyeri
f. Penangangan kerusakan mukosa
g. Bantuan pemenuhan ADL
h. Pemantauan dan dukungan
tumbuh kembang
i. Pendidikan kesehatan pada orang
tua
4. Mengimplementasikan intervensi
keperawatan sesuai rencana:
a. Memberikan kamar khusus
8
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
b. Memberikan obat‐obatan (oral, sub
kutan, intramuskuler, dan
intravena)
9
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
c. Memberikan pendidikan
kesehatan pada orang tua
d. Mengembangkan program bermain
pada anak usia toddler, pra
sekolah dan sekolah dengan
masalah hospitalisasi dan akan
menjalani tindakan invasive
e. Menggunakan komunikasi
therapeutic dan hubungan
interpersonal dalam memberikan
asuhan keperawatan
f. Menciptakan dan mempertahankan
lingkungan yang nyaman
g. Melakukan pendelegasian dalam
pelayanan keperawatan
h. Merancang program follow up
kasus klien pasca rawat di rumah
sakit
i. Memberikan bimbingan konsultasi
terhadap tindakan keperawatan
yang dilaksanakan perawat
j. Berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain: dokter dan klinik tumbuh
kembang.
5. Melakukan observasi yang
mendalam dan Mengevaluasi
rencana asuhan keperawatan yang
diberikan :
a. Tidak menunjukkan tanda‐tanda
penyebaran infeksi
b. Tidak menunjukkan tanda‐tanda
kekurangan volume cairan
c. Nutrisi dan cairan terpenuhi sesuai
kebutuhan
9
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
d. Menunjukkan penurunan rasa nyeri
e. Kebutuhan ADL terpenuhi
f. Menunjukkan tumbuh kembang
sesuai tahapan usia
g. Orang tua berpartisipasi dalam
perawatan anak
6. Pendokumentasian asuhan
keperawatan
7. Mengidentifikasi etik dan legal
praktik keperawatan anak dalam
pelayanan keperawatan
D. GAGAL GINJAL AKUT
1. Melaksanakan pengkajian dengan
prinsip comfort:
a. Kebutuhan rasa nyaman fisik: nyeri,
demam, reaksi syok, atau gejala
dari penyakit yang ada
sebelumnya (pre renal) Oliguria
(Urine < 400 ml/24 jam),
Azotemia
b. Kebutuhan rasa nyaman
psikospiritual: memberikan latihan
manajemen nyeri.
c. Kebutuhan rasa nyaman
sosiokultural: berpisah dengan
orang tua, saudara dan teman
sebaya, tidak bisa bermain
d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan:
ketakutan terhadap pengobatan
dan prosedur yang dilakukan,
lingkungan yang tidak biasa.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:
10
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
a. Perubahan eliminasi berkemih:
retensio urin
b. Gangguan volume cairan dan
elektrolit
c. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
d. Nyeri
e. Intoleransi aktifitas
3. Memvalidasi dan memodifikasi
rencana asuhan keperawatan:
a. Ajarkan latihan berkemih
b. Monitoring volume cairan dan
elektrolit
c. Pemberian nutrisi adekuat
d. Ajarkan manajemen nyeri
e. Pendidikan kesehatan pada orang
tua
4. Mengimplementasikan intervensi
keperawatan sesuai rencana:
a. Memberikan latihan berkemih
b. Memasang selang kateter bila
diperlukan
c. Memberikan obat‐obatan (oral, sub
kutan, intramuskuler, dan
intravena)
d. Memberikan pendidikan
kesehatan pada orang tua
e. Mengembangkan program bermain
pada anak usia toddler, pra
sekolah dan sekolah dengan
masalah hospitalisasi dan akan
11
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
menjalani
tindakan invasive
12
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
f. Menggunakan komunikasi
therapeutic dan hubungan
interpersonal dalam memberikan
asuhan keperawatan
g. Menciptakan dan mempertahankan
lingkungan yang nyaman
h. Melakukan pendelegasian dalam
pelayanan keperawatan
i. Merancang program follow up
kasus klien pasca rawat di rumah
sakit
j. Memberikan bimbingan konsultasi
terhadap tindakan keperawatan
yang dilaksanakan perawat
k. Berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain: dokter dan ahli gizi.
5. Melakukan observasi yang
mendalam dan Mengevaluasi
rencana asuhan keperawatan yang
diberikan :
a. Menunjukkan pola berkemih yang
normal
b. Tidak menunjukkan tanda‐tanda
kekurangan volume cairan dan
elektrolit
c. Nutrisi dan cairan terpenuhi
sesuai kebutuhan
d. Menunjukkan penurunan rasa nyeri
e. Orang tua berpartisipasi dalam
perawatan anak
12
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
6. Pendokumentasian asuhan
keperawatan
7. Mengidentifikasi etik dan legal
praktik keperawatan anak dalam
pelayanan keperawatan
E. TYPOID
1. Melaksanakan pengkajian dengan
prinsip comfort:
a. Kebutuhan rasa nyaman fisik:
nyeri tekan abdomen, nyeri hepar,
demam, kelemahan, kelelahan,
malaise, cepat lelah, perasaan
gelisah dan ansietas, pembatasan
aktivfitas, anoreksia, mual,
muntah, penurunan berat badan,
ketidakmampuan mempertahankan
perawatan diri, lidah kotor,
penurunan kesadaran (apatis)
somnolen
b. Kebutuhan rasa nyaman
psikospiritual: memberikan
perawatan mulut, memberikan terapi
madu.
c. Kebutuhan rasa nyaman
sosiokultural: berpisah dengan
orang tua, saudara dan teman
sebaya, tidak bisa bermain
d. Kebutuhan rasa nyaman
lingkungan:
ketakutan terhadap pengobatan
13
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
dan prosedur yang dilakukan,
lingkungan
14
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
yang tidak biasa.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan:
a. Perubahan Nutrisi Kurang
dari Kebutuhan Tubuh
b. Resiko Kurang Volume Cairan
c. Perubahan Persepsi Sensori
d. Kurang Perawatan Diri
e. Hiperthermi
3. Memvalidasi dan memodifikasi
rencana asuhan keperawatan:
a. Pemberian nutrisi adekuat
b. Monitoring volume cairan dan
elektrolit
c. Ajarkan manajemen nyeri
d. Penuhi kebutuhan ADL dan
perawatan diri klien
e. Pendidikan kesehatan pada orang
tua
4. Mengimplementasikan intervensi
keperawatan sesuai rencana:
a. Menganjurkan klien bedrest total
b. Menganjurkan klien makan porsi
kecil tapi sering
c. Memberikan obat‐obatan (oral, sub
kutan, intramuskuler, dan
intravena)
d. Memberikan pendidikan
kesehatan pada orang tua
e. Mengembangkan program bermain
pada anak usia toddler, pra
14
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
sekolah
dan sekolah dengan masalah
15
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
hospitalisasi dan akan menjalani
tindakan invasive
f. Menggunakan komunikasi
therapeutic dan hubungan
interpersonal dalam memberikan
asuhan keperawatan
g. Menciptakan dan mempertahankan
lingkungan yang nyaman
h. Melakukan pendelegasian dalam
pelayanan keperawatan
i. Merancang program follow up
kasus klien pasca rawat di rumah
sakit
j. Memberikan bimbingan konsultasi
terhadap tindakan keperawatan
yang dilaksanakan perawat
k. Berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain: dokter.
5. Melakukan observasi yang
mendalam dan Mengevaluasi
rencana asuhan keperawatan yang
diberikan :
a. Nutrisi dan cairan terpenuhi
sesuai kebutuhan
b. Tidak terjadi deficit perawatan
diri
c. Menunjukkan penurunan rasa nyeri
d. Orang tua berpartisipasi dalam
perawatan anak
6. Pendokumentasian asuhan
15
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
keperawatan
16
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
7. Mengidentifikasi etik dan legal
praktik keperawatan anak dalam
pelayanan keperawatan
F. ENCEPHALITIS
1. Melaksanakan pengkajian dengan
prinsip comfort:
a. Kebutuhan rasa nyaman fisik:
lesu, mudah terkena rangsang,
demam, muntah penurunan nafsu
makan, nyeri kepala.
b. Kebutuhan rasa nyaman
psikospiritual: memberikan latihan
ROM aktif pasif.
c. Kebutuhan rasa nyaman
sosiokultural: berpisah dengan
orang tua, saudara dan teman
sebaya, tidak bisa bermain
d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan:
ketakutan terhadap pengobatan
dan prosedur yang dilakukan,
lingkungan yang tidak biasa.
2. Merumuskan diagnosa
keperawatan:
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral
b. Risiko terhadap trauma
c. Nyeri
d. Gangguan pemenuhan ADL
e. Ansietas
3. Memvalidasi dan memodifikasi
rencana asuhan keperawatan:
a. Perbaikan perfusi cerebral
b. Pemberian nutrisi adekuat
c. Pemenuhan ADL
16
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
d. Tindakan penanganan nyeri
e. Monitoring penurunan tingkat
kesadaran.
f. Pencegahan trauma
g. Pendidikan kesehatan pada orang
tua
4. Mengimplementasikan intervensi
keperawatan sesuai rencana:
a. Memberikan alih baring tiap 2 jam
b. Memberikan obat‐obatan (oral, sub
kutan, intramuskuler, dan
intravena)
c. Memberikan pendidikan
kesehatan pada orang tua
d. Mengembangkan program bermain
pada anak usia toddler, pra
sekolah dan sekolah dengan
masalah hospitalisasi dan akan
menjalani tindakan invasive
e. Menggunakan komunikasi
therapeutic dan hubungan
interpersonal dalam memberikan
asuhan keperawatan
f. Menciptakan dan mempertahankan
lingkungan yang nyaman
g. Melakukan pendelegasian dalam
pelayanan keperawatan
h. Merancang program follow up
kasus klien pasca rawat di rumah
sakit
i. Memberikan bimbingan konsultasi
terhadap tindakan keperawatan
yang dilaksanakan perawat
j. Berkolaborasi dengan tim kesehatan
17
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
lain dokter, fisioterapis, rehabilitasi
medic, ahli gizi.
18
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
5. Melakukan observasi yang
mendalam dan Mengevaluasi
rencana asuhan keperawatan yang
diberikan:
a. Menunjukkan perbaikan tingkat
kesadaran
b. Menunjukkan penurunan rasa nyeri
c. Kebutuhan ADL terpenuhi
d. Nutrisi dan cairan terpenuhi
sesuai kebutuhan
e. Orang tua berpartisipasi dalam
perawatan anak
6. Pendokumentasian asuhan
keperawatan
7. Mengidentifikasi etik dan legal
praktik keperawatan anak dalam
pelayanan keperawatan
G. DEMAM DENGUE (DHF)
1. Melaksanakan pengkajian dengan
prinsip comfort:
a. Kebutuhan rasa nyaman fisik:
demam 5‐7 hari, keadaan umum
lemah, mual, muntah, membrane
mukosa kering, nafsu makan
menurun, nyeri otot, tulang sendi,
abdomen, dan ulu hati, sakit
kepala, Perdarahan terutama
perdarahan bawah kulit, ptechie,
echymosis, hematoma, tanda‐
tanda renjatan (sianosis, kulit
lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill
lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah),
18
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
epistaksis, hematemisis, melena,
19
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
hematuri.
b. Kebutuhan rasa nyaman
psikospiritual: menganjurkan klien
bedrest.
c. Kebutuhan rasa nyaman
sosiokultural: berpisah dengan
orang tua, saudara dan teman
sebaya, tidak bisa bermain
d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan:
ketakutan terhadap pengobatan
dan prosedur yang dilakukan,
lingkungan yang tidak biasa.
2. Merumuskan diagnosa
keperawatan:
a. Risiko syok hipovolemik
b. Ketidakseimbangan volume cairan
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan
d. Ansietas
3. Memvalidasi dan memodifikasi
rencana asuhan keperawatan:
a. Pemberian cairan rehidrasi
b. Pemberian nutrisi adekuat
c. Pemberian kompres hangat
d. Pendidikan kesehatan tentang
perawatan anak demam dengue.
4. Mengimplementasikan intervensi
keperawatan sesuai rencana:
a. Memberikan kompres hangat
b. Memonitor suhu tiap 4 jam
c. Memberikan obat‐obatan (oral, sub
kutan, intramuskuler, dan
intravena)
d. Memberikan pendidikan
kesehatan pada orang tua
19
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
e. Mengembangkan program bermain
20
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
pada anak usia toddler, pra
sekolah dan sekolah dengan
masalah hospitalisasi dan akan
menjalani tindakan invasive
f. Menggunakan komunikasi
therapeutik dan hubungan
interpersonal dalam memberikan
asuhan keperawatan
g. Menciptakan dan mempertahankan
lingkungan yang nyaman
h. Melakukan pendelegasian dalam
pelayanan keperawatan
i. Merancang program follow up
kasus klien pasca rawat di rumah
sakit
j. Memberikan bimbingan konsultasi
terhadap tindakan keperawatan
yang dilaksanakan perawat
k. Berkolaborasi dengan tim kesehatan
lain dokter dan ahli gizi.
5. Melakukan observasi yang
mendalam dan Mengevaluasi
rencana asuhan keperawatan yang
diberikan:
a. Pasien memperlihatkan tanda
rehidrasi dan mempertahankan
hidrasi adekuat.
b. Mendapatkan nutrisi adekuat sesuai
program dan memperlihatkan
peningkatan BB .
c. Tidak terjadi syok hipovolemik
d. Memperlihatkan tanda distress fisik
atau emosional yang minimal dan
orang tua berpartisipasi dalam
20
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
perawatan.
6. Pendokumentasian asuhan
keperawatan
7. Mengidentifikasi etik dan legal
praktik
keperawatan anak dalam pelayanan
keperawatan
2. Mahasiswa mampu membuat 1. Melakukan pengkajian terkait 1. Membuat 9 September‐6 1. Kuesioner/fo
proyek inovasi dalam usaha permasalahan asuhan keperawatan kuesioner/format Desember 2013 rmat pengkajian
peningkatan kualitas asuhan di ruang infeksi melalui pengkajian proyek inovasi
keperawatan di ruang infeksi pengumpulan data dengan 2.Wawancara 2. Proposal
kuisioner, wawancara dan 3.Presentasi proyek inovasi
observasi. 4.Membuat 3. Laporan
2. Menganalisa dan merumuskan data proposal pelaksanaan proyek
terkait permasalahan asuhan kegiatan inovasi
keperawatan di ruang infeksi 5.Diskusi dan
3. Menyusun proposal yang Konsultasi proyek
dikonsultasikan dan disetujui oleh inovasi
supervisor utama dengan
berkoordinasi dengan lahan
praktik
4. Mempresentasikan rencana proyek
inovasi dengan lahan praktik
5. Melaksanakan proyek inovasi
6. Mengevaluasi hasil pelaksanaan
dan perubahan yang dihasilkan
7. Mempresentasikan laporan hasil
proyek inovasi di lahan praktik
Mengetahui, Depok, September 2013
21
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
( Nani Nurhaeni, MN. ) Tri Sakti Widyaningsih
22
Aplikasi teori…, Tri Sakti, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
Disusun Oleh:
TRI SAKTI WIDYANINGSIH
1006834095
i Universitas Indonesia
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan laporan inovasi ini, sebagai salah satu penugasan praktek
residensi II kekhususan keperawatan anak.
Penulis menyadari penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Nani Nurhaeni, MN, selaku koordinator mata ajar Residensi Keperawatan Anak II
sekaligus sebagai supervisor utama Praktek Klinik Khusus dalam Keperawatan II.
2. Ibu Elfi Syahreni, M.Kep., Sp.Kep.An, selaku ko koordinator Residensi Keperawatan
Anak II Ruang Infeksi sekaligus sebagai supervisor Praktek Klinik Khusus dalam
Keperawatan II.
3. Ibu Happy Hayati, M.Kep., Sp.Kep.An, selaku ko koordinator Residensi Keperawatan
Anak II Ruang Infeksi sekaligus sebagai supervisor Praktek Klinik Khusus dalam
Keperawatan II.
4. Ibu Yunisar Gultom, SKp., MCINsg., selaku pembimbing klinik manajemen Gedung A
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
5. Supervisor ruangan, Head Nurse, Perawat Primer, dan Perawat Assosiet di ruang
infeksi Gedung A Lantai 1 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang telah
membantu pengumpulan data dan pengidentifikasian masalah untuk proyek inovasi ini
6. Seluruh pasien dan keluarga pasien yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan proyek
inovasi ini
7. Rekan-rekan Program Ners Spesialis Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia Kekhususan Keperawatan Anak yang bersama-sama membuat
proyek inovasi.
Penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan anak.
.
Penulis
ii Universitas Indonesia
BAB 3 PERENCANAAN
Profil RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta11
Analisis SWOT11
Identifikasi masalah13
Strategi penyelesaian masalah13
Sasaran15
Media15
Rencana pelaksanaan(Planning of action)16
Anggaran kegiatan16
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................24
5.2 Penutup....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
iv Universitas Indonesia
Peningkatan suhu tubuh menjadi masalah yang sering dihadapi oleh tenaga kesehatan
seperti dokter, perawat dan orang tua, baik di rumah sakit maupun di masyarakat.
Orang tua menganggap peningkatan suhu tubuh berbahaya bagi kesehatan bayi atau
anak karena dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otak (Avner, 2009). Penelitian
yang dilakukan Jeffrey tahun 2002, menemukan bahwa kejadian bakteri yang
mengakibatkan penyakit sekitar 10% yang mengalami peningkatan suhu tubuh pada
bayi atau anak usia 1-2 bulan.
Pemeriksaan dan pemantauan suhu adalah salah satu indikator penting dalam mengkaji
kondisi kesehatan anak yang dirawat di rumah sakit. Alat yang sering digunakan dalam
pemeriksaan suhu adalah termometer. Pemeriksaan suhu secara non invasif secara
tidak langsung lebih dipilih untuk meminimalkan ketidaknyamanan pada pasien.
Salah satu prinsip atraumatic care pada anak yang dapat dilakukan adalah dengan
meminimalkan dan mencegah trauma pada anak. Walaupun pemeriksaan suhu tubuh
tidak menimbulkan nyeri, namun pada umumnya anak memperlihatkan reaksi
kecemasan dan stress yang berlebihan pada waktu dilakukan pemeriksaan suhu tubuh.
Faktor yang menyebabkan trauma pada anak adalah waktu yang dibutuhkan dalam
pemeriksaan suhu tubuh cukup lama (5-12 menit). Hal ini dapat mempengaruhi lama
hari rawat anak, karena informasi tentang kondisi kesehatan anak tidak teridentifikasi
dengan tepat melalui pemeriksaan yang dilakukan (Hockenberry, 2009).
Suhu tubuh biasanya diukur untuk memastikan adanya peningkatan atau penurunan
suhu tubuh. Masih ada kontroversi mengenai termometer yang paling tepat dan tempat
terbaik untuk pengukuran temperatur. Suhu inti secara umum didefinisikan sebagai
pengukuran suhu dalam arteri paru-paru. Standar lain dalam pemantauan suhu inti
adalah esophagus distal, kandung kemih, dan nasofaring yang akurat ke dalam 0,1-
0,2°C dari suhu inti. Namun, pengukuran suhu inti sulit dilakukan karena menimbulkan
ketidaknyamanan pada anak (Thomas et al., 2009).
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit umum pendidikan nasional
di Indonesia dan sekaligus merupakan rumah sakit rujukan penatalaksanaan penyakit
infeksi pada anak dengan hampir 90% disertai gejala peningkatan suhu tubuh, sehingga
intervensi yang dilakukan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk mengetahui adanya
perubahan suhu tubuh tersebut dengan menggunakan termometer digital aksila,
termometer temporal atau termometer timpani inframerah. Beragamnya termometer
tersebut, masih belum ditentukan mana termometer yang lebih akurat digunakan dalam
pengukuran suhu tubuh.
Berdasarkan uraian di atas, residen merasa tertarik untuk mencari dasar yang tepat
menurut evidence based, metoda mana yang paling akurat untuk pengukuran suhu
tubuh pada anak untuk dapat digunakan di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
1.3 Manfaat
1.3.1 Rumah sakit
Pengembangan proyek inovasi ini dapat menjadi bahan evaluasi dan pembaharuan
sebagai upaya preventif terhadap pemberian asuhan keperawatan pada anak
khususnya pemantauan suhu tubuh yang akurat di ruang infeksi RSUPN Dr.Cipto
Mangunkusumo.
1.3.2 Perawat
Memberikan informasi kepada perawat dalam penggunaan termometer yang akurat
sebagai pemberi asuhan keperawatan yang berkualitas berdasarkan evidence based
practice.
1.3.3 Keluarga
Memberikan perlindungan terhadap peningkatan keselamatan pasien dan
memberikan kenyamanan terhadap tindakan pengukuran suhu tubuh, serta
memberikan informasi pilihan termometer yang akurat, cepat dan aman.
Fokus penanganan dan pengobatan demam yang paling penting pada anak yang
tidak berisiko mengalami kerusakan otak sekunder adalah pada ketidaknyamanan
dan nyeri yang dirasakan anak akibat demam. Evaluasi tanda vital, perubahan
Beberapa tahun yang lalu, pemeriksaan suhu tubuh atau demam melalui rectum
merupakan standar emas. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan termometer
air raksa kaca. Pengembangan elektronik dan non elektronik yang lebih cepat dan
mudah telah menciptakan kontroversi terkait dengan metode terbaik untuk
mengukur suhu dan mengidentifikasi demam pada anak. Perawat di ruangan anak
dituntut untuk dapat melakukan pemeriksaan dan mendiskusikan dengan keluarga
dalam memonitor suhu anak di rumah sakit maupun di rumah (Asher &
Northingthon, 2008).
Untuk memperoleh hasil pemeriksaan suhu yang akurat, semua faktor yang
mempengaruhi pengukuran suhu harus dipertimbangkan, diantaranya: faktor
fisiologis (tempat pengukuran, waktu, aktivitas, jenis kelamin, usia); faktor teknis
(konfigurasi dan karakteristik perangkat); tehnik pengguna; kalibrasi dan
pemeliharaan (Davie & Amoore, 2010).
Gendang telinga atau membran timpani adalah selaput atau membrane tipis yang
memisahkan telinga dalam dengan telinga luar. Berfungsi untuk menghantarkan
getaran suara dari udara menuju tulang pendengaran di dalam telinga tengah.
Membran ini cukup tipis dan hampir transparan, sehingga energi yang dipancarkan
oleh membran timpani dapat dianggap sebagai indikasi dari suhu tubuh bagian
dalam.
Kerusakan jaringan
Kegiatan monosit
Dehidrasi
Risiko injuri Kejang
Kurang pengetahuan
Atraumatic care bukan satu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberi
perhatian pada apa, siapa, diamana mengapa, dan bagaimana prosedur dilakukan
pada anak dengan tujuan mencegah dan mengurangi stress fisik dan psikologis
(Supartini, 2004).
b. Pencetus stressor antara anak dengan orang tua :
1) Physical stressor : gangguan rasa nyaman nyeri terhadap tindakan invasif
seperti suntikan, infus, intubasi, suction, pembatasan aktivitas, gangguan
tidur, perubahan pola eliminasi, pengukuran suhu tubuh.
2) Psychologic stressor : perpisahan antara orang tua dan anak, malu, sedih,
kecewa dan adanya rasa bersalah.
3) Environtmental stressor : keramaian dan suara bising.
c. Prinsip utama dalam asuhan terapeutik :
1) Cegah/turunkan dampak perpisahan antara orang tua dan anak dengan
menggunakan pendekatan family centred care (the family is the patient).
2) Tingkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anaknya.
Pendidikan kesehatan merupakan strategi yang tepat untuk menyiapkan
orang tua sehingga terlibat aktif dalam perawatan anaknya.
3) Cegah dan atau turunkan cedera baik fisik maupun psikologis. Rasa nyeri
karena tindakan perlukaan (misalnya disuntik) tidak akan bisa dihilangkan,
tetapi dapat dikurangi dengan menggunakan tekhnik distraksi/relaksasi.
4) Modifikasi lingkungan fisik rumah sakit, dengan mendesainnya seperti di
rumah, yaitu penataan dan dekorasi yang bernuansa anak (misal :
menggunakan alat tenun dan tirai bergambar bunga/binatang lucu, hiasan
dinding bergambar dunia binatang, papan nama pasien bergambar lucu,
dinding berwarna cerah, dan tangga dicat warna-warni
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 9-18 Oktober 2013 didapatkan data:
3.1 Profil singkat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
3.1.1 Visi: memberikan pelayanan keperawatan paripurna yang bermutu dan
professional dalam rangka menuju pelayanan keperawatan terkemuka di Asia
pasifik tahun 2014.
3.1.2 Misi:
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat
2. Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan
3. Tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajad
kesehatan masyarakat melalui manajemen yang dinamis dan akuntabel
3.1.3 Motto:
R : Respek
S : Sigap
C : Cermat
M : Mulia
3.1.4 Komitmen
Kesehatan dan kepuasan pelanggan adalah komitmen kami. Senantiasa
memberikan pelayanan paripurna yang prima untuk meningkatkan kepuasan
dan menumbuhkan kepercayaan pasien sebagai pelanggan utama kami.
3. Tahap Evaluasi
a. Evaluasi proses: mengusulkan dan menunjuk salah satu perawat ruang infeksi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai penanggung jawab tindak lanjut
penggunaan termometer timpani dalam pemantauan suhu tubuh selama proses
pemberian asuhan keperawatan berlangsung.
b. Evaluasi hasil: mengevaluasi respon pasien terhadap hasil penggunaan termometer
timpani apakah metoda tersebut akurat dalam pengukuran perubahan suhu tubuh
pada anak di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
3.5 Sasaran
Sasaran proyek inovasi adalah semua anak di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo.
3.6 Media
1. Baki yang berisi termometer timpani, termometer infra merah timpani,
termometer aksila dan termometer temporal
2. Alcohol swab
3. Alat tulis bolpoin dan lembar observasi hasil pengukuran suhu tubuh
3.8 Kegiatan
Anggaran
Persiapan
Pembuatan dan foto copy proposal Konsumsi presentasi
Pelaksanaan : Rp. 50.000,00
Pembelian termometer timpani Probe timpani isi 40 buah : Rp. 50.000,00
Evaluasi
Penyusunan dan foto copy laporan
: Rp. 475.000,00
: Rp. 200.000,00
: Rp. 50.000,00
Konsumsi presentasi : Rp. 50.000,00
4. Kenang-kenangan ruangan : Rp. 125.000,00
JUMLAH : Rp. 1.000.000,00
4.1 Pelaksanaan
Pelaksanan kegiatan proyek inovasi yang dilakukan di Gedung A lantai 1 Ruang
Infeksi Anak dilakukan melalui tahap-tahap berikut:
1. Tahap Persiapan
Presentasi proposal proyek inovasi dilakukan pada hari Jum’at, 8 November
2013 di gedung serbaguna RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, pada pukul
9.1 WIB sampai dengan 11.30 WIB. Presentasi dihadiri oleh 20 peserta
undangan yang terdiri dari Manajemen gedung A, kepala bidang keperawatan,
kepala ruang BCH, perwakilan perawat lantai 8, Supervisor ruangan, Head
Nurse, Perawat Primer (PP), Perawat Asosiet (PA), dan mahasiswa. Kegiatan
diawali dengan presentasi proyek inovasi dari kekhususan keperawatan medikal
bedah, dilanjutkan oleh kekhususan keperawatan anak mahasiswa residensi II
FIK UI. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Hasil dari
kegiatan presentasi ini didapatkan:
a. Persetujuan dan ijin dari supervisor ruangan, head nurse serta PP untuk
mengaplikasikan termometer timpani pada semua anak di ruang infeksi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
b. Rencana sosialisasi penggunaan termometer timpani dengan
menggunakan probe yang tepat pada PP dan PA ruang infeksi RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo.
c. Rencana pelaksanaan pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan
termometer timpani langsung pada pasien.
d. Rencana evaluasi dengan menunjuk PP ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo untuk mendelegasikan rencana tindak lanjut
monitoring tanda-tanda vital pengukuran suhu tubuh dengan
menggunakan termometer timpani.
2. Pelaksanaan Proyek Inovasi
Pelaksanaan inovasi penggunaan termometer timpani dilaksanakan mulai dari
tanggal 11-15 November 2013 sebagai berikut:
4.2 Pembahasan
Bayi dan anak rentan dengan adanya perubahan suhu tubuh, karena imunitasnya
sedang dalam tahap perkembangan. Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara
produksi dan pengeluaran panas dari tubuh yang diukur dalam unit panas yang
disebut derajat. Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrim dan aktivitas fisik,
mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan dalam
relative konstan (Potter & Perry, 2010).
Suhu inti merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam seperti rongga abdomen
dan rongga pelvis. Suhu tubuh inti yang normal berada dalam dalam satu rentang
suhu. Suhu permukaan merupakan suhu pada kulit jaringan subkutan dan lemak.
Suhu permukaan akan meningkat atau menurun bergantung pada aliran darah ke
kulit dan jumlah panas yang hilang sebagai respon terhadap lingkungan (Kozier,
2011).
Tempat pengukuran suhu inti dan suhu permukaan adalah sebagai berikut:
1. Suhu inti: rectum, membran timpani, esophagus, arteri pulmoner, kandung
kemih
2. Suhu permukaan: kulit, aksila, oral.
Peningkatan suhu tubuh (demam) adalah tanda bahwa tubuh bayi sedang
mengalami infeksi bakteri ataupun virus. Seseorang dikatakan demam jika suhu
tubuhnya di atas suhu tubuh normal, yaitu 36,5 – 37,6°C. Untuk mengetahui suhu
tubuh, maka diperlukan termometer.
Penelitian El Radhi (2006) menjelaskan bahwa termometer timpani jauh lebih
akurat mencerminkan suhu arteri paru, bahkan ketika suhu tubuh berubah dengan
cepat. Arteri pulmoner menunjukkan nilai yang paling representative karena darah
bercampur dari semua bagian tubuh. Pengukuran suhu pada arteri pulmoner
merupakan standar dibandingkan dengan semua tempat yang dikatakan akurat.
Membran timpani cukup tipis dan hampir transparan, sehingga dapat diasumsikan
membran tersebut merupakan jalur untuk memancarkan energi infrared dari dalam
tubuh, sehingga energi yang dipancarkan oleh membran timpani dapat dianggap
sebagai indikasi dari suhu tubuh bagian dalam. Karena menggunakan infrared,
termometer ini akan menghasilkan hasil yang akurat karena hasil pengukuran
bukan hasil kontak tetapi dari sinar infrared yang keluar melalui probe termometer.
Setelah dilakukan pengukuran suhu tubuh dengan beragam termometer, maka dapat
dianalisis kelebihan dan kekurangan menurut lokasi pengukuran tersebut:
Lokasi pengukuran
Kelebihan Kelemahan
suhu
a. Aman 1. Anak kurang menyukai karena termometer
b. Non invasif membutuhkan waktu lama (5 menit)
Aksila 2. Anak yang bergerak aktif dan keringat di
ketiak dapat mempengaruhi hasil
pengukuran
a. Mudah diakses 1. Hasil pengukuran pada membran timpani
b. Mencerminkan suhu sebelah kanan dan kiri dapat berbeda
Membran inti 2. Adanya infeksi/ serumen pada telinga
timpani c. Sangat cepat (1 detik) dapat mempengaruhi hasil pengukuran
d. Hasil lebih akurat 3. Membutuhkan teknik yang tepat dalam
meletakkan probe termometer
a. Aman 1. Hasil lebih rendah dari tempat pengukuran
b. Non invasif lain bila terjadi perubahan suhu,
Kulit
khususnya pada saat hipertermia
(Temporal)
2. Keringat dapat mempengaruhi hasil
pengukuran
5.1 Kesimpulan
1) Hasil dari telaah jurnal ini merupakan evidence base nursing practice yang
dapat menunjukkan keakuratan penggunaan termometer timpani pada pasien
dengan sakit kritis disertai demam dan digunakan pada pasien anak.
2) Termometer timpani layak digunakan untuk pengukuran suhu tubuh secara
akurat, cepat dan tidak membahayakan pasien karena merupakan suhu inti
sejati..
3) Pelaksanaan proyek inovasi pengukuran suhu tubuh yang akurat dengan
menggunakan termometer timpani di ruang infeksi RSUPN Dr. Cipto
Mnagunkusumo pada tanggal 13 November 2013 sejumlah 15 pasien anak,
didapatkan hasil 6 anak suhu terukur lebih tinggi dari termometer lain, 1 anak
terdeteksi hipertermia dengan beda rerata 1,1-1,7°C pada termometer lain, 1
anak diketahui mengalami hipotermia, 1 anak sub febris serupa dengan hasil
pengukuran termometer aksila, 1 bayi usia 2 bulan terukur 0,1°C lebih rendah
dibandingkan dengan termometer aksila dan 5 anak berada di kisaran suhu
normal.
4) Kendala yang ada pada pelaksanaan inovasi ini adalah: pengukuran suhu tubuh
ke seluruh pasien anak ruang infeksi hanya dilakukan dalam satu waktu,
sehingga belum didapatkan perbedaan hasil pengukuran di malam hari dengan
pagi hari, dan tidak semua pasien kooperatif dengan pelaksanaan pengukuran
suhu, terutama anak yang masih kecil, terlalu aktif dan anak yang trauma
terhadap tindakan invasif.
5) Hal yang mendukung pelaksanaan proyek inovasi adalah mendapatkan respon
yang baik dari perawat ruang infeksi, anak usia pra sekolah dan usia sekolah,
bahkan ada keluarga yang memilih termometer timpani untuk dipersiapkan
apabila pasien sudah kembali ke rumah.
6) Faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan hasil pengukuran suhu tubuh
dengan menggunakan termometer timpani, yaitu: suhu, anak bergerak aktif,
hormon, stress dan lingkungan.
28
Audience
Audience