Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIKA LANJUTAN
NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE

Tanggal Pengumpulan : Rabu, 24 Juni 2020


Tanggal Praktikum : Kamis, 18 Juni 2020
Waktu Praktikum : 7.30-10.00 WIB

Nama : Dedi Erjuanda


NIM : 11180163000018
Kelompok : 7 (Tujuh)
Anggota : Mozi Pradinata (11180163000004)
Muhammad Daffa Febrian (11180163000008)
Kelas : Tadris Fisika 4A

LABORATORIUM FISIKA LANJUTAN


JURUSAN TADRIS FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari peristiwa Nuclear Magnetic Resonance.
2. Menentukan nilai medan magnet yang diserap oleh setiap sampel.
3. Menentukan energi pancaran atau nilai frekuensi pada setiap sampel

B. DASAR TEORI
NMR adalah fenomena dimana inti atom dapat menyerap gelombang
elektromagnetik pada frekuensi tertentu. NMR ini adalah hasil penelitian
yang dilakukan secara independent oleh dua fisikawan asal Amerika Serikat,
Felix Bloch dan Edward Mills Purcell pada tahun 1946, sehingga keduanya
meraih hadiah Nobel pada tahun 1952. Dari penelitian-penelitian tentang
nuklir, diketahui bahwa inti atom memiliki momen magnetik, sehingga inti
bisa dipengaruhi oleh medan magnet. Peristiwa penyerapan gelombang
elektromagnetik oleh inti terjadi ketika inti atom diletakkan dalam medan
magnet luar, kemudian diberi radiasi dengan gelombang elektromagnetik.
Penyerapan gelombang ini mengakibatkan pergeseran tingkat energi pada inti
atom, selanjutnya ketika inti atom kembali ke keadaan awalnya, inti akan
memancarkan gelombang elektromagnet dengan frekuensi yang sama dengan
frekuensi gelombang elektromagnet yang diserap. Frekuensi inilah yang
kemudian diolah melalui proses komputerisasi dan menghasilkan informasi
dalam bentuk gambar atau data (Muhamad Khabib Junaini, 2020).
Nuclear Magnetic Resonance (NMR) merupakan alat yang digunakan
pada penentuan struktur molekul organik. Spektroskopi H-NMR memberikan
informasi mengenai lingkungan kimia atom hidrogen. Creswell C.J.,A.R.,
Olaf M.C., 1983: 50). Spektroskopi 1H-NMR didapatkan pada penyerapan
gelombang radio oleh inti-inti tertentu dalam molekul organik, apabila
molekul ini berada dalam medan magnet yang kuat (Ralph J. Fessenden and
Joan S. Fessenden, 1922: 50).
Inti yang digunakan akan mempunyai gerakan yang sama seperti yang
diberikan oleh pengaruh medan magnet yang digunakan. Bila medan magnet
diberikan, inti akan mulai presisi sekitar sumbu putarnya sendiri dengan
frekuensi angular. Inti mempunyai massa muatan. Di dalam beberapa inti
muatan ini berputar pada sumbu inti dan akibat perputaran inti menghasilkan
suatu dipol magnet sepasang sumbu yang mempunyai moment magnet.
Adapun sample yang mudah dalam mengamati NMR adalah atom 𝐻1 yang
memiliki electron valensinya yaitu 1. Ketika electron mengelilingi inti atom
maka itu disebut dengan spin. Perilaku electron mengelilingi inti atom sama
seperti magnet. Adapun atom-atom yang mengalami NMR adalah yang
memiliki nomor atom ganjil yaitu 𝐻1 , 𝐶 13 , 𝑁15 , 𝐹19 , 𝑃31 (Hardjono
Sastrohamidjojo, 1991: 109).
Spin nuklir suatu bahan dapat diekstasi sehingga berpindah dari
tingkat energy 𝐸𝑘 apabila diberikan medan magnet 𝐵1 yang memiliki
frekuensi tinggi 𝑓 yang tegak lurus dengan medan magnet static 𝐵0. Jika
frekuensi yang diberikan tepat sama dengan selisih energinya maka akan
terjadi resonansi (∆𝑘 = 1).

∆𝐸 = ℎ𝑓 = −𝛾. 𝜇𝑛 . 𝐵0

Dimana:
𝜇𝛽𝑁 𝐵0 𝛾𝐵0
𝑓= atau 𝑓 =
ℎ𝐼 2𝜋

Maka:
ℎ𝛾𝐵0 𝜇𝛽𝑁 𝐵0
∆𝐸 = atau ∆𝐸 =
2𝜋 𝐼

Untuk kalibrasi medan magnet digunakan rumus:


𝜇0 𝐼
𝐵=
2𝜋𝑟
𝐵 = 𝐾. 𝐼
Keterangan:
∆𝐸 = Energi (J)
ℎ = Tetapan Planck (6,626 × 10−34 J)
𝑓 = Frekuensi (Hz)
𝜇 = Momen magnetic dari inti tertetntu (J/T)
𝛽𝑁 = Tetapan magnetic inti
𝐵0 = Kekuatan medan magnet yang diberikan (T)
𝛾 = Rasio Gyromagnetik
𝐵 = Medan magnet (T)
𝐾 = Konstanta Boltzman (1,380658 × 10−23J𝐾 −1 )
Dalam bidang kimia, spektroskopi NMR dapat menghasilkan
spektrum secara detail dari struktur kimia suatu molekul. spektroskopi NMR
telah menjadi alat yang paling efektif untuk menentukan struktur semua jenis
senyawa. Dalam dunia kedokteran, scan menggunakan NMR, yang dalam
keperluan ini disebut Magnetic Resonance Imaging (MRI), dapat
menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik dari pada menggunakan CT
scan, terutama untuk scan otak dan tulang belakang. Penggunaan MRI lebih
aman dibandingkan CT scan, karena hanya menggunakan medan magnet kuat
dan radiasi tidak mengion dalam jangkauan frekuensi radio. Keuntungan
lainnya scan menggunakan MRI adalah dapat membuat potongan gambar
melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien. Walaupun pada
beberapa kasus, seperti orang sakit yang membawa serpihan logam (misal
serpihan peluru), scan menggunakan MRI tidak dapat dilakukan (Hardjono
Sastrohamidjojo, 1991: 109).
C. ALAT DAN BAHAN

No Gambar Alat dan Bahan Jumlah

1 Kumparan U 2 buah

2 Osiloskop Digital 1 buah

DC Power Suply 16
3 1 buah
V/5A

Teflon, Poliserin,
4 1 buah
Gliserin

5 NMR Supply Unit 1 buah


D. LANGKAH PERCOBAAN
No. Gambar Langkah Kerja
Siapkan alat dan bahan untuk
praktikum NMR
1.
Rangkai alat seperti pada gambar
disamping

Percobaan I
2. Letakkan tabung sample gliserin tepat
ditengah-tengah kumparan

3. Hidupkan Osilator NMR

Nyalakan Osiloskop, setting pada mode


4. XY dan pilih “fast sweep” lalu setting
amplitude pada nilai yang cukup besar.

Setting nilai frekuensi pada nilai


maksimum, kemudian atur amplitude
5. HF secara perlahan-lahan hingga LED
merah menyala dimana F pada layar
sekitar 16-19 MHz.
Perlahan-lahan naikkan arus yang
mengalir pada kumparan sehingga
6.
muncul sinyal NMR pada layar
Osiloskop.
Kemudian atur tombol pengatur
7.
tegangan untuk mengubah nilai arus

Percobaan II
Kita ganti sample gliserin dengan
8.
sample fluorin dan letakkan ditengah-
tengah kumparan

Kemudian lakukan kembali langkah


kerja pada step ke-3 sampai step ke-8.
9.
Lalu catat nilai frekuensi yang tertera
pada NMR Osilator

Amati bentuk gelombang keluaran pada


10. osiloskop. Lalu bandingkan dengan
bentuk gelombang pada percobaan I

Percobaan III
11. Siapkan alat tambahan berupa
Teslameter

- Hubungkan Axial B-Probe (Jarum)


dengan Teslameter
12.
- Lalu dekatkan Axial B-Probe
tersebut didekat kumparan magnetic.
Mengatur batas Teslameter pada range
2000 mT
Catat hasil medan magnet yang tertera
13.
pada Teslameter pada saat arus yang
dikeluarkan 0,0 A -5,0 A dengan
rentang 0,5 A disetiap percobaan
E. DATA PERCOBAAN
1. Percobaan I (Gliserin)
No. I (A) F (MHz)
1. 3,0 16,4
2. 3,1 16,7
3. 3,2 17,12
4. 3,3 17,6
5. 3,4 18,02
6. 3,5 18,3
7. 3,6 18,57
8. 3,7 18,79
9. 3,8 19,13
10. 3,9 19,40
11. 4,0 19,59

2. Percobaan II (Fluorin)

No. I(A) F(MHz)


1 3,0 15,72
2 3,1 16,3
3 3,2 16,51
4 3,3 16,61
5 3,4 16,93
6 3,5 17,23
7 3,6 17,74
8 3,7 17,91
9 3,8 18,25
10 3,9 18,56
11 4,0 18,77
3. Percobaan III (Teflon)

No. I(A) F(MHz)


1 3,0 18,39
2 3,1 18,44
3 3,2 18,51
4 3,3 18,69
5 3,4 18,70
6 3,5 18,71
7 3,6 18,74
8 3,7 18,81
9 3,8 18,83
10 3,9 18,87
11 4,0 18,89

4. Percobaan Kalibrasi Medan Magnet

No. I (A) B (mT)


1 0,0 0
2 0,5 19
3 1,0 26
4 1,5 32
5 2,0 38
6 2,5 44
7 3,0 49
8 3,5 53
9 4,0 57
10 4,5 58
11 5,0 80

F. PEMBAHASAN
Praktikum Nuclear Magnetic Resonance (NMR) yaitu praktikum yang
dilakukan untuk mengetahui tingkat energi yang dapat diserap atau dikenal
dengan resonansi magnetik oleh senyawa yang mengandung hidrogen atau
karbon yang diletakkan pada medan magnet eksternal yang sangat kuat dan
diradiasi oleh radiasi elektromagnetik. Senyawa yang dapat diukur dengan
NMR ini memiliki syarat yaitu: berbentuk bulat, berputar, memiliki spin ½,
dan jumlah proton elektronnya ganjil (H1 , C13 , N15 , F19 , P 31 ). Bahan yang
digunakan adalah gliserin (C3H8O3), fluorin (F), dan teflon ((C2F4)n ). Ketika
bahan ini telah memenuhi syarat untuk diukur tingkat energinya oleh NMR.
Nilai arus listrik yang mengalir pada kumparan U akan menghasilkan nilai
medan magnet yang sebanding dengan arus tersebut. Pada praktikum ini arus
yang digunakan selalu meningkat dengan interval 3,0 A – 4,0 A dengan
perubahan arusnya 0,1 A. Dapat dilihat pada data percobaan kalibrasi medan
magnet, ternyata arus listrik pada interval 3,0 A – 4,0 A memiliki nilai medan
magnet sebesar 49 mT-80 mT, nilai yang besar untuk diberikan pada inti
partikel. Setelah medan magnet memengaruhi pada sampel praktikum,
ternyata menghasilkan nilai frekuensi terus naik jika nilai arus listrik
dinaikkan pula. Nilai rerata frekuensi pada sampel gliserin yaitu 18,15 MHz,
nilai rerata frekuensi pada sampel fluorin yaitu 17,32 MHz, dan nilai rerata
frekuensi pada sampel teflon yaitu 18,69 MHz. Maka nilai energi tertinggi
yaitu pada teflon, dan nilai energi terendah yaitu pada fluorin.
Energi yang dipakai dalam pengukuran ini berada pada daerah gelombang
radio dada frekuensi 4-600 Hz, dan hasil frekuensi pada setiap sampel dari
praktikum NMR ini berada dalam frekuensii radio tersebut. Maka, setelah
sampel diberikan medan magnet yang sangat besar, maka sampel akan
memancarkan nilai frekuensi elektromagnetik setara dengan energi yang
diserapnya. Sehingga hasil dari nilai frekuensi pada setiap sampel adalah
frekuensi yang dipancarkan oalh sampel tersebut sesuai energi medan magnet
yang diserapnya. Maka pada percobaan ini, sampel teflon yang memiliki
energi pancaran frekuensi elektromagnetik yang paling besar.

G. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan pada praktikum efek Zeeman ini adalah sebagai
berikut:
1. NMR adalah peristiwa dimana suatu unsur yang diberikan medan
magnet bernilai tinggi menghasilkan energi pancaran frekuensi
elektromagnetik yang setara dengan medan magnet tersebut.
2. Medan magnet yang diserap oleh sampel tergantung dari arus listrik
yang diberikan. Arus listrik yang diberikan pada interval 3,0 A – 4,0 A
memiliki nilai medan magnet sebesar 49 mT-80 mT.
3. Tingkatan energi pancara dari yang tertinggi ke terendah pada sampel
yaitu teflon sebesar 18,69 MHz, gliserin sebesar 18,15 MHz, fluorin
17,32 MHz.

H. KOMENTAR
1. Video yang ditampilkan sangat membantu memahami peristiwa NMR ini.
DAFTAR PUSTAKA

Creswell C.J.,A.R., Olaf M.C., Malcolm. 1982. Analisis Spektrum Senyawa


Organik. Bandung: ITB.
Hardjono Sastrohamidjojo. 1991. Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty.
Khabib, Muhamad Junaini, 2015. Nuclear Magnetic Resonance. Diakses dari
http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1270930193, pada
tanggal 3 Maret 2020 pukul 11.41.
Ralph J. Fessenden and Joan S. Fessenden. 1983. Kimia Organik. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai