Anda di halaman 1dari 16

ELEKTROMAGNETIK

THE METHOD OF IMAGE AND SPECIAL TECHNIQUES (3.2 – 3.4)

Dosen Pengampu:

Dwi Nanto M.Si., Ph.D.

Disusun oleh:

Bayu Aji Setiawan (11180163000014)

Dedi Erjuanda (11180163000018)

Okta Rini Yelsi (11180163000021)

JURUSAN TADRIS FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... i


THE METHOD OF IMAGE AND SPECIAL TECHNIQUES (3.2 – 3.4) ........................... 1
3.2 The Method of Images ...................................................................................................... 1
3.2.1 The Classic Image Problem ....................................................................................... 1
3.2.2 Induced Surface Charge ............................................................................................. 2
3.2.3 Force Energy .............................................................................................................. 3
3.2.4 Other Image Problems ............................................................................................... 4
3.3 Separation of Variables .................................................................................................... 5
3.3.1 Cartesian Coordinates ................................................................................................ 5
3.3.2 Spherical Coordinates ................................................................................................ 9
3.4 Multipole Expansion ...................................................................................................... 10
3.4.1 Approximate Potentials at Large Distances ............................................................. 10
3.4.2 The Monopole and Dipole Terms ............................................................................ 11
3.4.3 Origin of Coordinates in Multipole Expansions ...................................................... 12
Contoh Soal (3.7) .............................................................................................................. 13
Latihan Soal (3.13) ........................................................................................................... 13

i
THE METHOD OF IMAGE AND SPECIAL TECHNIQUES (3.2 – 3.4)

3.2 The Method of Images


3.2.1 The Classic Image Problem
Jika terdapat pelat logam yang di ground
kan (V=0), muatan q terletak disumbu z. maka
berapakah nilai potensial diatas permukaan
pelat?

Solusi:
Nilai potensial diatas permukaan bukan
1 𝑞
bernilai 𝑉 = 4𝜋𝜀 𝑟 , muatan q akan
0
menginduksi sejumlah muatan negatif tertentu pada permukaan konduktor
terdekat, potensi total sebagian disebabkan oleh q secara langsung, dan
sebagian untuk muatan yang diinduksi ini. Tetapi bagaimana kita bisa
menghitung potensial, ketika kita tidak tahu berapa banyak biaya yang
diinduksi atau bagaimana itu didistribusikan?

Dari sudut pandang matematika, masalah kita adalah menyelesaikan persamaan


Poisson di wilayah z> 0, dengan muatan titik tunggal q pada (0,0, d), tergantung
pada kondisi batas.

𝑉 = 0, 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑧 = 0

𝑉 → 0, 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑞, 𝑦𝑎𝑖𝑡𝑢: 𝑥 2 +𝑦 2 + 𝑧 2 ≫ 𝑑 2

Triknya kita dapat menghilangkan permukaan pelat dan menggantikannya


dengan menambahkan titik pada -q pada (0,0, -d). Adapun gambarnya adalah
sebagai berikut:

Dengan gambar disamping maka dapat ditentukan nilai


potensialnya dengan persamaannya adalah sebagai
berikut:

1 𝑞 𝑞
𝑉(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 4𝜋𝜀 [ − ]
0 √𝑥 2 +𝑦 2 +(𝑧−𝑑)2 √𝑥 2 +𝑦 2 +(𝑧+𝑑)2

Persamaan ini mengikuti:

1
𝑉 = 0, 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑧 = 0

𝑉 → 0, 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑞, 𝑦𝑎𝑖𝑡𝑢: 𝑥 2 +𝑦 2 + 𝑧 2 ≫ 𝑑 2

Persamaan kedua terjadi untuk menghasilkan potensi yang persis sama dengan
konfigurasi pertama, di wilayah "atas" 𝑧 ≥ 0. Maka nilai potensial diatas
permukaan pelat adalah:

1 𝑞 𝑞
𝑉(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 4𝜋𝜀 [ 2 2 2
− ]
0 √𝑥 +𝑦 +(𝑧−𝑑) √𝑥 2 +𝑦 2 +(𝑧+𝑑)2

3.2.2 Induced Surface Charge


Untuk menghitung potensial pada muatan permukaan yang diinduksi pada
konduktor yaitu dengan menggunakan persamaan:

𝜕𝑉
𝜎 = − 𝜀0
𝜕𝑛
Berdasarkan gambar berikut, permukaan pelat
menghadap kearah z, maka persamaannya adalah sebagai
berikut:

𝜕𝑉
𝜎 = − 𝜀0 |
𝜕𝑧 𝑧=0

Jika kita tinjau hasil persamaan pada materi The Classic Image Problem maka
persamaannya menjadi:

𝜕𝑉 1 −𝑞(𝑧 − 𝑞) 𝑞(𝑧 + 𝑞)
= [ 3/2
+ 3/2
]
𝜕𝑧 4𝜋𝜀0 (√𝑥 2 + 𝑦 2 + (𝑧 − 𝑑)2 ) 2 2 2
(√𝑥 + 𝑦 + (𝑧 + 𝑑) )

−𝑞𝑑
𝜎(x, y) =
2𝜋(𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑑 2 )3/2

Seperti yang diharapkan, muatan yang diinduksi adalah negatif (dengan asumsi
q adalah positif) dan nilai muatan terbesar pada x = y = 0. Maka total muatan
yang diinduksi adalah:

𝑄 = ∫ 𝜎 𝑑𝑎

2
Nilai muatan diinduksi terdapat di koordinat Cartesian (x,y) dengan da = dxdy.
Tetapi dapat lebih mudah menghitung nilai muatannya dengan menggunakan
koordinat polar (𝑟, 𝜙) dengan 𝑟 2 = 𝑥 2 + 𝑦 2 dan 𝑑𝑎 = 𝑟𝑑𝑟𝑑𝜙. Maka
persamaannya menjadi:

−𝑞𝑑
𝜎(𝑟) =
2𝜋(𝑟 2+ 𝑑 2 )3/2

Dan persamaan integralnya adalah:


2𝜋 ∞
−𝑞𝑑 𝑞𝑑 ∞
𝑄=∫ ∫ 𝑟𝑑𝑟𝑑 𝜙 = | = −𝑞
2𝜋(𝑟 2 2
+𝑑 ) 3/2
√𝑟 + 𝑑 0
2 2
0 0

3.2.3 Force Energy


Lanjutan dari materi sebelumnya yaitu jika muatan q tertarik oleh
permukaan pelat karena muatan induksi negatif. Maka berapakah nilai gaya
tarik-menariknya?

Maka dari gambar disamping nilai gaya tarik-menarik


muatan oleh permukaan pelat adalah:

1 𝑞2
𝑭=− 𝒛̂
4𝜋𝜀0 (2𝑑)2

Adapun nilai energi pada dua muatan yang dianggap bahwa tidak ada
permukaan pelat adalah:

1 𝑞2
𝑊=−
4𝜋𝜀0 2𝑑

Namun jika terdapat permukaan pelat, maka energinya adalah:

1 𝑞2
𝑊=−
4𝜋𝜀0 4𝑑

Ternyata nilai energi jika terdapat permukaan pelat adalah setengah dari energi
yang tanpa permukaan pelat. Mengapa bisa demikian? karena yang memiliki
nilai medan adalah kondisi dimana terdapat permukaan pelat dengan 𝑧 > 0
bukan pada 𝑧 < 0 atau berada pada –q. Dengan menggunakan persamaan yang

3
telah disampaikan pada materi The Energy of a Continuous Charge Distribution
sebagai berikut:
𝜀0
𝑊= ∫ 𝐸 2 𝑑𝜏
2

Maka pembuktian persamaan untuk menentukan energi jika terdapat permukaan


pelat adalah sebagai berikut:
𝑑 𝑑
1 𝑞2 1 𝑞2 𝑑 1 𝑞2
𝑊 = ∫ 𝑭 𝑑𝑰 = ∫ 𝑑𝑧 = (− ) | = −
4𝜋𝜀0 4𝑑 4𝜋𝜀0 4𝑑 ∞ 4𝜋𝜀0 4𝑑
∞ ∞

3.2.4 Other Image Problems


Metode yang baru saja dijelaskan tidak terbatas pada muatan titik
tunggal, setiap distribusi muatan stasioner dekat permukaan pelat konduktor
yang diground-kan dapat diperlakukan dengan cara yang sama, dengan
memperkenalkan gambar cerminnya, oleh karena itu metode nama gambar.
(Ingat bahwa charge image memiliki tanda sebaliknya; inilah yang menjamin
bahwa bidang xy akan berpotensi nol).

Contoh 3.2

Berapakah potensial di luar bola?

Solusi:
𝑅2 𝑅
𝑏= dan 𝑞 ′ = − 𝑎 𝑞
𝑎

Pada 3.13 merupakan charge image dari gambar 3.12, karena pada gambar 3.13
hanya terdapat dua muatan saja yaitu 𝑞 dan 𝑞 ′ maka persamaan untuk
menentukan potensialnya di dekat bola adalah:

1 𝑞 𝑞′
𝑉(𝒓) = ( + )
4𝜋𝜀0 𝑟 𝑟′

Adapun nilai gaya tarik menarik antara bola konduktor dan muatan di luar bola
adalah:

4
1 𝑞𝑞′ 1 𝑞 2 𝑅𝑎
𝑭= =
4𝜋𝜀0 (𝑎 − 𝑏)2 4𝜋𝜀0 (𝑎2 −𝑅 2 )2

3.3 Separation of Variables


3.3.1 Cartesian Coordinates
Pada bagian ini akan menerangkan persamaan Laplace secara langsung,
menggunakan metode pemisahan variabel, yang merupakan alat favorit
fisikawan untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial. Metode ini
berlaku dalam keadaan di mana potensial (V) atau kerapatan muatan (σ)
ditentukan pada batas-batas beberapa wilayah, untuk menemukan potensial di
interior. Caranya sangat sederhana yaitu dengan mencari solusi yang
merupakan produk fungsi, yang masing-masing hanya bergantung pada satu
koordinat. Namun, persamaan aljabar bisa sangat sulit, jadi metode ini
dilakukan melalui serangkaian contoh. Dimulai mulai dengan koordinat
Cartesian dan kemudian melakukan koordinat bola.

Contoh (1)

Berapa potensial (V) diantara 2 pelat ?

Solusi:
Diketahui dua pelat logam yang ukurannya tak
terbatas terletak di xz, y=0, dan y=a, serta pada
bida x=0 ditutup dengan strip tak terbatas
menutup kedua lempeng dan memiliki potensial
𝑉0(𝑦) , atau kita bisa menuliskannya sebagai berikut:

𝑉 = 0@𝑦 = 0
𝑉 = 0@𝑦 = 𝑎
𝑉 = 𝑉0 (𝑦) @ 𝑥 = 0
𝑉 = 0@𝑥 =∞

Maka kita bisa menggunakan persamaan Laplace untuk menyelesaikan soal ini:

𝜕 2𝑉 𝜕 2𝑉
+ =0
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2

Selanjutnya tentukan solusi dalam bentuk hasil potensial pada fungsi:

𝑉(𝑥, 𝑦) = 𝑋(𝑥)𝑌(𝑦)

5
Masukan persamaan diatas kedalam persamaan Laplace

𝜕 2𝑋 𝜕 2𝑌
𝑌 + 𝑋 =0
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2

Letakkan variabel x dengan x dan y dengan y dengan membaginya dengan xy

1 𝜕 2𝑋 1 𝜕 2𝑌
+ =0
𝑋 𝜕𝑥 2 𝑌 𝜕𝑦 2

Maka akan memiliki bentuk persamaan:

𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑦) = 0

Persamaan tersebut akan sama dengan persamaan:

𝐶1 + 𝐶2 = 0

Kita anggap bahwa:


1 𝜕2 𝑋 1 𝜕2 𝑌
= 𝐶1 dan = 𝐶2
𝑋 𝜕𝑥 2 𝑌 𝜕𝑦 2

Maka kita bisa anggap bahwa 𝐶1 adalah positif dan 𝐶2 adalah negatif, dan
menggantikan 𝐶1 𝑑𝑎𝑛 𝐶2 dengan variabel 𝑘 maka persamaannya adalah sebagai
berikut:
𝜕2 𝑋 𝜕2𝑋
= 𝑘2𝑋 dan = −𝑘 2 𝑋
𝜕𝑥 2 𝜕𝑥 2

Persamaan diferensial (4) dapat diubah menjadi dua persamaan diferensial biasa
(9):

𝑋(𝑥) = 𝐴𝑒 𝑘𝑥 + 𝐵𝑒 −𝑘𝑥 dan 𝑌(𝑦) = 𝐶 𝑠𝑖𝑛 𝑘𝑦 + 𝐷 cos 𝑘𝑦

Maka:

𝑉(𝑥, 𝑦) = (𝐴𝑒 𝑘𝑥 + 𝐵𝑒 −𝑘𝑥 )(𝐶 𝑠𝑖𝑛 𝑘𝑦 + 𝐷 cos 𝑘𝑦)

Masukan kondisi (i-iv) pada pers. (1), maka diperoleh:

𝑉(𝑥, 𝑦) = 𝐶𝑒 −𝑘𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑘𝑦

Ketiak persamaan (ii) dimasukan maka 𝑠𝑖𝑛 𝑘a = 0, yang mana:


𝑛𝜋
𝑘= dimana 𝑛 = 1, 2, 3, …
𝑎

6
Note:
Kenapa 𝐶1 dianggap positif dan 𝐶2 dianggap negaitf? Karena jika X adalah
sinusoidal maka tidak akan pernah dapat menjadi nol pada tak terhingga, dan
jika Y eksponensial maka tidak dapat hilang pada 0 dan a.

Karena persamaan Laplace adalah linear maka persamaannya menjadi:



𝑛𝜋 𝑛𝜋
𝑉(𝑥, 𝑦) = ∑ 𝐶𝑛 𝑒 − 𝑎 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑦
𝑎
𝑛=1

Agar persamaan menghasilkan 𝑉0 (𝑦) maka:


𝑛𝜋
𝑉(0, 𝑦) = ∑∞
𝑛=1 𝐶𝑛 𝑠𝑖𝑛 𝑦 = 𝑉0 (𝑦)
𝑎

Gunakan trik Fourier dan masukan ke persamaan yaitu:


∞ 𝑎 𝑎
𝑛𝜋 𝑛′ 𝜋 𝑛′𝜋
∑ 𝐶𝑛 ∫ sin ( 𝑦) sin ( 𝑦) 𝑑𝑦 = ∫ 𝑉0 (𝑦)sin ( 𝑦) 𝑑𝑦
0 𝑎 𝑎 0 𝑎
𝑛=1

Maka dihasilkan:

0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑛′ ≠ 𝑛
𝑎
𝑛𝜋 𝑛′ 𝜋
∫ sin ( 𝑦) sin ( 𝑦) 𝑑𝑦 = {𝑎
𝑎 𝑎
0 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑛′ = 𝑛
2
Maka 𝐶𝑛 adalah:

2 𝑎 𝑛′𝜋
𝐶𝑛 = ∫ 𝑉0 (𝑦)sin ( 𝑦) 𝑑𝑦
𝑎 0 𝑎

0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑛 = 𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝
2 𝑎 𝑛′𝜋 2
𝐶𝑛 = 𝑉 (𝑦) ∫0 sin ( 𝑎 𝑦) 𝑑𝑦
𝑎 0
= 𝑉 (𝑦)(1 −
𝑛𝜋 0
𝑐𝑜𝑠𝑛𝜋){
4
𝑉,
𝑛𝜋 0
𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑛 = 𝑔𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙

Maka hasilnya adalah sebagai berikut dengan grafik:

7
Persamaan (17) dapat dijumlahkan secara eksplisit, dan hasilnya adalah:
𝜋
2 sin (𝑎 𝑦)
𝑉(𝑥, 𝑦) = 𝑉0 tan−1( 𝜋 )
𝜋 sin ℎ(𝑎 𝑥)

Perlu diketahui bahwa suatu fungsi dikatakan Completeness jika:



𝑓(𝑦) = ∑ 𝐶𝑛 𝑓𝑛 (𝑦)
𝑛=1

Contohnya:
𝑛𝜋
sin ( 𝑎 𝑦) Dikatakan completeness karena memiliki interval 0 ≤ 𝑦 ≤ 𝑎

Perlu diketahui juga bahwa suatu fungsi dikatakan Ortogonal jika:


𝑎
∫0 𝑓𝑛 (𝑦)𝑓 ′ 𝑛 (𝑦)𝑑𝑦 = 0, 𝑛≠𝑛

Contohnya:
𝑎 𝑛𝜋 𝑛′ 𝜋
∫0 sin ( 𝑎 𝑦) sin ( 𝑎
𝑦) 𝑑𝑦, 𝑛≠𝑛

Contoh (2)

Berapakah potensialnya (V) ?

Solusi:
Sama seperti cara sebelumnya maka
potensialnya adalah sebagai berikut:

𝑛𝜋𝑥
4𝑉0 1 cosh( 𝑎 )
𝑉(𝑥,𝑦) = ∑𝑛=1,3,5,… sin(𝑛𝜋𝑦/𝑎)
𝜋 𝑛 cosh(𝑛𝜋𝑏)
𝑎

Contoh (3)

Berapakah potensialnya (V)?

8
Solusi:
Sama seperti cara sebelumnya maka potensialnya adalah sebagai berikut:

16𝑉0 1 −𝜋√(𝑛𝑎)2+(𝑚
𝑏
)2 𝑥
𝑉(𝑥,𝑦,𝑧) = 2 ∑ 𝑒 sin(𝑛𝜋𝑦/𝑎) sin(𝑚𝜋𝑧/𝑏)
𝜋 𝑛𝑚
𝑛,𝑚=1,3,5,…

3.3.2 Spherical Coordinates


Dari contoh yang dipertimbangkan sejauh ini, koordinat kartesian jelas
sesuai, karena batasnya adalah bidang. Untuk benda bulat koordinat bola lebih
alami. Pada sistem bola, persamaan Laplace berbunyi :
1 𝜕 𝜕𝑉 1 𝜕𝑉 1 𝜕2𝑉
( r2 𝜕𝑟 ) + 𝑟2𝑠𝑖𝑛𝜃 (sin 𝜃 𝜕𝜃 ) + 𝑟2𝑠𝑖𝑛2𝜃 =0
𝑟2 𝜕𝑟 𝜕∅2

Kita dapat menganggap bahwa persamaan diatas memiliki Simetri Azimuth


sehingga V tidak bergantung pada Ф, maka persamaan 3.53 berubah menjadi :
𝜕 𝜕𝑉 1 𝜕 𝜕𝑉
( r2 𝜕𝑟 ) + 𝑠𝑖𝑛𝜃 (sin 𝜃 𝜕𝜃 ) = 0
𝜕𝑟 𝜕𝜃

Untuk persamaan radial :


𝑑 𝑑𝑅
(r2 𝑑𝑟 ) = 𝑙 (𝑙 + 1)𝑅
𝑑𝑟

memiliki solusi umum :


𝐵
R (r) = Ar’ + 𝑟 𝑙+1

Karena A dan B pada persamaan diatas merupakan konstanta acak yang


diharapkan dalam penyelesaian persamaan diferensial orde kedua. Tetapi untuk
persamaan sudut, solusinya tidaklah sederhana. Melainkan harus menggunakan
“Polinomial Legendre yang paling mudah didefinisikan dengan “Rumus
Rodrigues”

Persamaan sudut
𝑑 𝜕𝑂
(sin 𝜃 𝜕𝜃 ) = -l (l + 1) sin 𝜃 O
𝑑𝜃

Polinomial Legendre

O (𝜃) = Pl (cos 𝜃)

9
Rumus Rodrigues
1 d
Pl (x) = 2ll! (dx)l (x2-1)l

Dalam ilmu fisika dan matematika , polinomial Legendre (dinamai Adrien-Marie


Legendre , yang menemukannya pada 1782) adalah sistem polinomial lengkap
dan ortogonal , dengan sejumlah besar sifat matematika, dan berbagai aplikasi.

Tabel Polinomial Legendre

Dalam kasus simetri azimut, maka solusi yang dapat dipisah secara umum
untuk persamaan Laplace :
𝐵
V (r, 𝜃 ) = 𝐴𝑟 ′ + Pl (cos 𝜃)
𝑟 ′ +1

solusi umum dari kombinasi liniernya :


𝐵
V (r, 𝜃 ) = ∑∞ ′
𝑙=0(𝐴𝑟 + ) Pl (cos 𝜃)
𝑟 ′ +1

3.4 Multipole Expansion


3.4.1 Approximate Potentials at Large Distances
Ekspansi Multipole: Berubahnya r (jarak ke titik asal) suatu muatan.
Momen dipole dapat berubah ketika menggeser titik asal, tetapi jika muatan
total nol, maka momen dipole tidak tergantung pada asal pilihanJika kamu
berada sangat jauh dari distribusi muatan lokal,maka akan terlihat seperti
sebuah titik muatan, dan potensialnya adalah mendekati perkiraan yang baik
1
(4𝜋𝜖0)Q/r. Dimana Q muatan total.Bagaimana jika Q aadalah 0? Maka
potensinya kira kira adalah 0,dalam arti tertentu potensial pada jarak yang jauh

10
cukup kecil bahkan jika Q tidak 0.Potensial dipol 1/𝑟 2 untuk r yang besar. Jika
kita menyatukan sepasang dipol yang sama dan berlawanan untuk membuat
quadrupole,potensial berjalan seperti 1⁄𝑟 3 , untuk octopole berjalan seperti
1⁄ 4 dan seterusnya.
𝑟
𝟏 𝟏
V(r) =𝟒𝝅𝝐 ∑∞ ́𝒏 ́
𝒏=𝟎 𝒓(𝒏+𝟏) ∫(𝒓) 𝑷𝒏 (𝑐𝑜𝑠 𝛼)𝜌(𝑟)𝑑𝜏́
𝟎

1
Uraian kutub ganda potensisl V dalam deret pangkat (𝑟 )

1
• Suku pertama (n = 0),suku monopole 𝑉~ 𝑟
1
• Suku kedua (n = 1),suku dipole 𝑉~ 𝑟 2
1
• Suku ketiga (n = 2),suku quadropole 𝑉~ 𝑟 3
1
• Suku keempat (n = 3),suku oktopole 𝑉~ 𝑟 4

3.4.2 The Monopole and Dipole Terms


Biasanya ekspansi multipole didominasi dari ketentuan monopol:
1 𝑄
Vmon (r) = 4𝜋∈0 𝑟

Dimana Q = ∫ 𝜌𝑑𝜏 adalah muatan total konfigurasi. Secara kebetulan untuk


muatan titik dititik asal, Vmon mewakili potensi pasti dimana-mana.

“Jika muatan total adalah nol, istilah dominan dalam potensial adalah dipol
(kecuali akan menghilang”

Potensi dipol dapat ditulis :


1 1
Vdip (r) = 4𝜋∈0 𝑟2 ř. ∫ 𝒓′ 𝜌 (𝒓′) d 𝜏’

pada integral, tidak bergantung pada r sama sekali, disebut momen dipol dari
distribusi :

p = ∫ 𝒓′ 𝜌 (𝒓′) d 𝜏’

Kontribusi dipol ke potensi disederhanakan menjadi :


1 𝐩.ř
Vdip (r) = 4𝜋∈0 𝑟2

11
Momen dipol dari kumpulan muatan titik adalah :

p = ∑𝑛𝑙=1 𝑞𝑖𝒓′ 𝑖

3.4.3 Origin of Coordinates in Multipole Expansions


Telah disebutkan pada materi sebelumnya
bahwa muatan titik di titik asal merupakan
monopole "murni". Jika tidak pada asalnya, itu
bukan lagi monopole murni. Sebagai contoh, muatan
pada Gambar 3.32 memiliki momen dipol 𝒑 = 𝑞𝑑𝑦̂
dan istilah dipol yang sesuai dalam potensialnya.
Namun nilai potensial untuk monopole bukanlah
1 𝑞
𝑉𝑚𝑜𝑛𝑜𝑝𝑜𝑙𝑒 = 4𝜋𝜖 𝑟 . Ekspansi multipole memberikan
0
deskripsi yang tepat tentang potensial dan umumnya menyatu dalam dua
kondisi: (1) jika sumber (misalnya muatan) dilokalisasi dekat dengan titik asal
dan titik di mana potensial yang diamati jauh dari titik asal ; atau (2)
kebalikannya, yaitu, jika sumber terletak jauh dari asal dan potensi diamati
dekat dengan asal. Dalam kasus pertama (lebih umum), koefisien ekspansi seri
disebut momen multipole eksterior atau hanya momen multipole sedangkan,
dalam kasus kedua disebut momen multipole interior .

Biasanya, momen dipol benar-benar berubah ketika


titik asal digeser, tetapi ada pengecualian penting:
Jika muatan total nol, maka momen dipol tidak
tergantung pada titik asal. Misalnya kita menggeser
titik asal dengan jumlah a (Gambar. 3.33). Saat
dipol baru adalah saat itu ketika Q=0 maka 𝒑 ̅ = 𝒑,
dengan penjabarannya adalah sebagai berikut:

̅ = ∫ 𝒓̅ 𝜌(𝐫 ′ )d𝜏 = ∫(𝒓′ − 𝒂)𝜌(𝒓′ )𝑑𝜏′ = ∫ 𝒓′ 𝜌(𝑟 ′ )𝑑𝜏 ′ − 𝒂 ∫ 𝜌(𝒓′ )𝑑𝜏 ′ = 𝒑 − 𝑄𝒂


𝒑

Jika diberikan soal seperti pada gambar 3.34 berapakah nilai momen dipol pada
gambar a dan b? maka jawabannya:

Untuk gambar a momen dipolnya adalah 𝒑 = 𝑞𝑑,


namun untuk gambar b momen dipolnya akan

12
berbeda-beda tergantung bagaimana kita menempatkan titik asalnya.

Contoh Soal (3.7)


Potensi V0 (θ) sekali lagi ditentukan pada permukaan lingkup jari-jari R, tetapi kali
ini kita diminta untuk menemukan potensi di luar, dengan asumsi tidak ada muatan di sana.

Solusi:
Dalam hal ini Al adalah yang harus nol (atau V tidak akan menjadi nol pada) jadi:
𝐵𝑙
V (r,θ) = ∑∞
𝑖=1 𝑟𝑙+1 Pl (cos𝜃)

di permukaan bola kita membutuhkan :


𝐵𝑙
V (R,θ) = ∑∞
𝑖=1 𝑟𝑙+1 Pl (cos𝜃) = V0 (θ)

Mengalikan dengan Pl′ (cos𝜃) sin 𝜃 dan mengintegrasikan - meledak, sekali lagi,
hubungan ortogonalitas, kita memiliki :
𝐵𝑙′ 2
= ∫∏0 V0 (𝜃) Pl′ (cos𝜃) sin 𝜃 d 𝜃
𝑅𝑙′ +1 2𝑙′+1

atau
2
𝐵𝑙 =2𝑙′+1 𝑅𝑙 ′ + 1 ∫∏0 V0 (𝜃) Pl′ (cos𝜃) sin 𝜃 d 𝜃

Latihan Soal (3.13)


Tentukan potensial di slot tak terbatas di Ex. 3.3 jika batas pada x = 0 terdiri dari
dua strip logam: satu, dari y = 0 ke y = a / 2, ditahan pada potensial konstan 𝑉0, dan yang
lainnya, dari y = a / 2 ke y = a, adalah pada potensial −𝑉0!

Solusi:
𝑛𝜋𝑥 2 𝑎 𝑛𝜋𝑥
𝑉(𝑥,𝑦) = ∑∞
𝑛=1 𝐶𝑛 𝑒
−𝑛𝜋𝑥/𝑎
sin( ), dimana 𝐶𝑛 = ∫0 𝑉0 (𝑦) sin( ) 𝑑𝑦
𝑎 𝑎 𝑎

+𝑉0 , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 0 < 𝑦 < 𝑎/2


𝑉0 (𝑦) = { 𝑎
−𝑉0 , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 < 𝑦 < 𝑎
2
𝑎/2 𝑎
2 𝑛𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑥
𝐶𝑛 = 𝑉0 {∫ sin( ) 𝑑𝑦 − ∫ sin( ) 𝑑𝑦}
𝑎 𝑎 𝑎
0 𝑎/2

13
2𝑉0 𝑛𝜋 𝑛𝜋
= {− cos ( ) + cos(0) + cos(𝑛𝜋) − cos ( )}
𝑛𝜋 2 2
2𝑉0 𝑛𝜋
= {1 + (−1)𝑛 − 2 cos ( )}
𝑛𝜋 2
8𝑉0
= { 𝑛𝜋 , 𝑛 = 2,6,10,14, … (4𝑗 + 2, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑗 = 0,1,2 … )
0
𝑛𝜋𝑦 (4𝑗 + 2)𝜋𝑦
8𝑉0 𝑒−𝑛𝜋𝑥/𝑎 sin( 𝑎 ) 8𝑉0 ∞ 𝑒−(4𝑗+2)𝜋𝑥/𝑎 sin( 𝑎 )
𝑉(𝑥, 𝑦) = ∑ = ∑
𝜋 𝑛 𝜋 (4𝑗 + 2)
𝑛=2,6,10,14,… 𝑗=0

14

Anda mungkin juga menyukai