Anda di halaman 1dari 23

KAJIAN RCFA

ANALISA KERUSAKAN PADA REFRACTORY


BOILER UNIT#2

NOMOR : 002/RCFA/BEU/III/2020
REVISI : 00
TANGGAL : 23 Maret 2020

PT. INDONESIA POWER


PLTU BERAU OPERATION AND MAINTENANCE SERVICE UNIT
2020
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA KERUSAKAN PADA REFRACTORY


BOILER UNIT#2

NO. RCFA: 002/RCFA/BEU/III/2020

Berau, 23 Maret 2020

Disusun Oleh :

NAMA JABATAN TANDA TANGAN

DADANG HIDAYAT AMA ENJINIRING

Diperiksa dan Disetujui Oleh:

NAMA JABATAN TANDA TANGAN

ADE MAJID MANAJER UNIT


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................................ 1

1.2 Dasar Pembuatan RCFA ........................................................................................................... 1

1.3 Metodologi .................................................................................................................................. 2

1.4 Sistematika Penulisan............................................................................................................... 2

BAB II. DATA PERALATAN .................................................................................................................. 3

2.1 Prinsip Kerja & Fungsi Peralatan ............................................................................................ 3

2.2 Gambar Pendukung .................................................................................................................. 4

BAB III. PEMBAHASAN DAN ANALISA ............................................................................................... 5

3.1 Kronologi Gangguan ................................................................................................................. 5

3.2 Identifikasi Gangguan ............................................................................................................... 6

3.3 Temuan di lapangan .................................................................................................................. 8

3.4 Kemungkinan Penyebab ......................................................................................................... 10

3.5 Analisa Pembahasan ............................................................................................................... 11

BAB IV. KESIMPULAN & REKOMENDASI ........................................................................................ 15

4.1 Kesimpulan............................................................................................................................... 16

4.2 Rekomendasi / FDT ................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................. 17

i|iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Refraktori yang digunakan PLTU Berau…………………………………………………. ……..4


Gambar 2. Inspeksi Refractory Boiler #2 ................................................................................................. 6
Gambar 3. Kondisi Kerusakan pada Refractory ...................................................................................... 6
Gambar 4. Pembuatan Semen Refractory .............................................................................................. 8
Gambar 5. Pembuatan Batu Bata tahan api ............................................................................................ 8
Gambar 6. Pemasangan Bata Api Boiler Unit #2 .................................................................................... 9
Gambar 7. Area Penyimpanan Material Refraktori di Groundfloor Turbin ............................................ 11

ii | i i i
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Spesifikasi Boiler PLTU Berau...……………..……………………………………………..3


Tabel 2. Spesifikasi refraktori Indocast SC-14 dan Indocast SC-17……...…..………………….. 4
Tabel 3. Gangguan unit #2 yang disebabkan oleh kerusakan refraktori…...…………………..... 5
Tabel 4. Diagram Fault Tree Analysis Kemungkinan Penyebab Kerusakan Refraktori………... 10
Tabel 5. Failure Defense Task Kerusakan Refraktori……………………………………………… 17

iii | i i i
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegagalan operasi peralatan boiler merupakan hal yang perlu dihindari, dikarenakan
pembangkit tidak dapat beroperasi dan menyebabkan kerugian baik rugi waktu operasi
maupun rugi biaya material dan jasa perbaikan. Penanganan kegagalan peralatan boiler pada
umumnya bersifat pemeliharaan tactical dan pemeliharaan non tactical, dimana tindakan yang
dilakukan untuk mencegah bahkan menghentikan kerusakan yang lebih besar akan terjadi
pada peralatan boiler.

Salah satu bagian dari peralatan boiler tersebut adalah refractory, adanya kejadian
kerusakan refractory maka ketersediaan penyedian listrik area Berau dan sekitarnya akan
terganggu akibat unit mengalami derating bahkan shutdown untuk memperbaiki kerusakan
boiler tersebut. Refractory Boiler harus tetap andal dan tidak terjadi gangguan kembali yang
berulang, maka perlu adanya kajian engineering untuk mengetahui penyebab terjadinya
gangguan – gangguan pada refractory tersebut, sehingga penyebab hal tersebut dapat
diminimalisir bahkan dihilangkan.

Pada bulan desember tahun 2019 terjadi outage Unit#2 yang diakibatkan oleh
kerusakan pada refractory boiler Unit#2 yang rontok sehingga Unit#2 harus shutdown normal
dan mengalami kehilangan energy listrik sebesar 1103,43 MWH. Oleh karena itu, kegagalan
pada boiler tersebut perlu dilakukan analisa mengenai permasalahan yang terjadi dan tindakan
pencegahannya.

1.2 Dasar Pembuatan RCFA

Berdasarkan Prosedur IMS yang diterbitkan oleh PT Indonesia Power Kantor Pusat,
maka gangguan ini perlu dilakukan RCFA karena memenuhi kriteria salah satu di bawah ini :
1. TRIP
2. Derating >30% selama 2x24 jam
3. Chronic Problem TOP 10% MPI
4. Feedback Asset Wellness Critical dalam Jangka Waktu Lama
5. Penurunan Keandalan dan Efisiensi
6. Unit Gagal Start
7. RAM Analysis

1|16
8. Terjadi Outage Extension >1 hari
9. Pareto Maintenance Cost Non-Tactical

Adanya kerusakan pada refractory boiler tersebut memberikan dampak pada Terjadi Outage
Extension >1 hari dan penurunan keandalan, dan efisiensi unit yang masuk kriteria dalam
pembuatan RCFA.

1.3 Metodologi

Dalam melakukan kajian RCFA ini, metode yang dilakukan adalah sbb:
1. Menganalisa laporan gangguan & kronologi kejadian
2. Melakukan observasi/site visit dan pengamatan pada obyek peralatan di lapangan
3. Melakukan wawancara dan diskusi dengan pihak operasi dan pemeliharaan
4. Melakukan studi literature (manual book, drawing) dan review data pendukung
5. Menentukan root cause menggunakan Fish Bone Diagram
6. Merumuskan Failure Defense Task

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam melakukan kajian ini, isi dari penulisan terdiri dari beberapa unsur sbb:
BAB I. PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang masalah, dasar pembuatan kajian RCFA, metodologi
penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II. DATA PERALATAN
Berisikan prinsip kerja & fungsi peralatan dan gambar pendukung
BAB III. PEMBAHASAN DAN ANALISA
Berisikan kronologis kejadian, identifikasi gangguan, temuan di lapangan,
kemungkinan penyebab dan analisa pembahasan
BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisikan kesimpulan hasil RCFA, rekomendasi Failure Defense Task (FDT)

2|16
BAB II. DATA PERALATAN

2.1 Prinsip Kerja & Fungsi Peralatan

Ruang bakar di dalam boiler (Furnace) adalah tempat terjadinya


pembakaran batubara yang bercampur udara dan panas. Furnace boiler dilindungi
oleh dinding refraktory yang berfungsi untuk mencegah panas dari boiler keluar
ke lingkungan. Definisi Refractory sesuai ASTM C 71 yaitu suatu bahan non logam
yang dengan properties dan kandungan kimianya dapat di aplikasikan untuk
membentuk struktur atau bagian dari suatu sistem yang ter-ekpose oleh lingkungan
suhu diatas 1000 °F, 811 K, atau 538 oC. Suatu material di sebut “refractory“ jika ia
mampu menahan api atau suhu yang sangat tinggi, secara terus menerus dalam
waktu yang lama, tanpa mengalami perubahan dimensi maupun properti yang
signifikan, dan juga tahan terhadap abrasi dan korosi pada suhu yang tinggi, baik oleh
benda padat, cair dan gas. Material dasar refractory adalah AL2O3 –SiO2 dan
tambahan lain seperti Zircon , Silicon Carbide atau Chromium merupakan tambahan
khusus. Klasifikasi Refractory Material adalah
1. CC – Conventional Castable – CaO > 2.5 %.
2. LCC – Low Cement Castable – CaO = 1.0% - 2.5%.
3. ULCC – Ultra Low Cement Castable – CaO = 0.2% - 1.0%.
4. NCC – Non Cement Castable – CaO < 0.2%.

Boiler yang ada di PLTU Berau menggunakan Manufaktur Boiler dari PT Albok
Boiler Industri. Adapun spesifikasi peralatan boiler di PLTU Berau adalah sebagai
berikut

Tabel 1. Spesifikasi Boiler PLTU Berau


3|16
2.2 Data dan Gambar Pendukung

Adapun beberapa jenis refraktori yang pernah digunakan PLTU Berau yaitu
Refractory castable dengan produk berupa Indocast SC-14 dan Indocast SC-17
sebagaimana terlampir pada tabel dibawah ini,
Max Chemical
Required
Service
No Product Material Type/Aplication
Temp
(gr/cm3) Al2O3 SiO2
(oC)

Indocast Dense Conventional


1 1400 1,9 ≥ 42 ≤ 48
SC-14 castable used for
general use in
Industrial Furnaces,
Indocast
2 1700 2,48 ≥ 74 ≤ 48 Boilers, Incenerator,
SC-17
etc.

Tabel 2. Spesifikasi refraktori Indocast SC-14 dan Indocast SC-17

Refractory castable tersusun dari bahan refractory berupa agregat atau samot
yang ukuran butir dan distribusi butirannya bervariasi dan bahan perekat berupa semen
kalsium alumina dengan atau tanpa ditambah aditif. Dalam campurannya dengan air,
semen alumina dan castable akan mengikat partikel–partikel agregat secara bersama
dalam ikatan hidrolis yang mengeras pada suhu ruang membentuk beton refractory.
Adapun dampak negatif dari bahan perekat seringkali memiliki ketahanan api yang lebih
rendah, kekuatan mekanisnya lebih lemah dan tidak stabil pada temperatur kerja.

Gambar 1. Refraktori yang digunakan PLTU Berau

4|16
BAB III. PEMBAHASAN DAN ANALISA

3.1 Kronologi Gangguan

Nama Peralatan : Wall / Furnace Tubes #2


KKS Peralatan : KT02HAD10BR001-001
Cause Code : 0839
Unit Pembangkit : PLTU Berau Unit #2
Komponen Penyebab : Derating Unit

Kejadian tanggal 5 Desember 2019 ditemukan pada saat operator boiler dan penyaluran
abu melakukan monitoring terhadap hasil limbah bottom ash kemudian operator menemukan
serpihan batu bata tahan api dan anchor yang masuk ke dalam jalur transportasi bottom ash
sehingga hal tersebut dimungkinkan adanya refraktori yang terlepas dan rusak. Oleh karena itu
dilakukan proses shutdown unit #2 untuk inspeksi kondisi refraktori yang berada di dalam furnace.
Adanya temuan refraktori yang rontok harus dilakukan perbaikan refraktori yang membutukan
waktu lebih lama. Adanya rentang waktu yang lama tersebut, dimanfaatkan dalam melakukan
modifikasi line injeksi hydrazine ke outlet deaerator.
Selain itu, kejadian tanggal 28 Desember 2019 disebabkan proses Refractory Dry Out
(RDO) dilakukan dengan percepatan untuk menyegerakan unit #2 sinkron pada jaringan listrik,
akan tetapi hal tersebut menyebabkan refraktori lebih cepat rontok yang ditandai oleh adanya
bongkahan refraktori yang terjatuh pada bagian ash screw conveyor. Adapun gangguan unit #2
yang disebabkan oleh kerusakan refraktori dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

MULAI SELESAI COUSE DURASI MW LOSS


NO.
(TGL & JAM) (TGL & JAM) CODE (JAM) (MWH)
1 05-Dec-19 23:54 12-Dec-19 13:32 0839 157,63 1.103,43
2 28-Dec-19 20:16 31-Dec-19 10:00 0840 61,73 432,13

TOTAL : 219,37 1.535,57

Tabel 3. Gangguan unit #2 yang disebabkan oleh kerusakan refraktori

5|16
3.2 Identifikasi Gangguan

Kondisi pembangkit yang terus menerus dalam kondisi operasi status online demi
ketersediaan listrik mengharuskan boiler dan seluruh peralatan serta komponennya terus
beroperasi secara kontinyu. Hal ini akan mengakibatkan refraktori pada sistem Boiler terus-
menerus terpapar oleh panas walaupun refraktori tersebut mampu menahan suhu panas yang
tinggi dan tidak akan mencair. Paparan panas yang ekstim yang terjadi secara terus menerus
dapat mengakibatkan refraktori rusak dan rontok. Kejadian rontoknya refraktori tersebut dapat
merusak peralatan pada sistem boiler seperti Chain Grate dan Wall Tube.

Gambar 2. Inspeksi Refractory Boiler #2

Fungsi refractory selain sebagai isolasi dari panas adalah juga untuk melindungi tube.
Akibat yang ditimbulkan dari kerusakan refractory yang paling besar adalah terjadinya
kerusakan tube bolier. Apabila terjadi kerusakan pada sistem refractory maka tidak ada
pelindung antara tube dengan pembakaran yang terjadi di furnace. Penyebab kerusakan
refraktori tersebut dapat bermacam-macam, salah satunya adalah thermal spalling, yaitu
karena pemuaian dan penyusutan material refraktori yang terjadi secara tidak merata. Hal ini
berkaitan erat dengan kualitas material, metode pemasangan dan pola operasi dari boiler.

Gambar 3. Kondisi Kerusakan pada Refractory

6|16
Refractory castable adalah jenis refractory monolitik yang pemakaiannya makin meluas
dan fleksibel. Dalam pemakaiannya sekarang, penggunaan semen alumina diminimalisir
dengan tujuan agar pengaruh adanya CaO dalam semen dapat dihilangkan, utamanya untuk
castable temperatur tinggi. Sedangkan grog atau butiran kasar umumnya merupakan material
yang telah mengalami proses kalsinasi (pemanasan suhu tinggi) dengan baik, memiliki
kekerasan yang tinggi, stabilitas volume yang baik hingga ketahanan pada temperatur
kerjanya. Pada temperatur ruang, beton refractory memiliki kekuatan mekanis yang tinggi dan
melemah dengan kenaikan temperatur hingga 1000 oC tetapi meningkat lagi ketika dipanasi
hingga temperature 1100 oC–1500 oC.
Pemanasan atau pembakaran awal (preheating) pada bahan refractory saat proses RDO
dapat mengakibatkan terjadinya retakan. Pemeriksaan awal terhadap instalasi pemasangan
refraktori merupakan suatu hal yang penting dilakukan. Retakan-retakan dapat diakibatkan
tekanan yang terjadi di dalam bahan refraktori castable akibat adanya ekspansi pemanasan
dan pengerutan bahan refractory selama pemanasan. Bentuk retakan yang terjadi dapat
berupa retakan radikal yang diikuti oleh retakan miring pada bagian bahan refractory. Bila hal
ini terjadi, maka bagian refractory cenderung untuk lepas. Kerusakan seperti ini dapat
diperbaiki dengan membersihkan semua retakan, melepas lapisannya dan menambalnya
dengan suatu campuran refractory plastis atau mortar. Retakan tersebut terjadi akibat
pemanasan yang dapat diakibatkan jumlah air yang terlalu banyak saat proses
pencampuran bahan refractory.

7|16
3.3 Temuan di lapangan

Berdasarkan temuan di lapangan pada saat proses pencampuran bahan refraktori


hanya menggunakan alat tradisional seperti cangkul sehingga ada kemungkinan proses
pencampuran tersebut tidak homogen antara bahan refraktori dengan air sedangkan mix ratio air
dari jumlah castable harus sesuai dengan technical pada masing-masing produk refractori.
Lamanya proses mixing harus disesuaikan dengan kondisi dan keperluannya. Hasil pencampuran
harus dipastikan bahwa konsentrasi air sudah sesuai kebutuhan. Pencampuran yang tidak
sempurna tersebut akan mempengaruhi kualitas hasil dari pembuatan semen refractori bahkan
pada saat pembuatan batubata tahan api.

Gambar 4. Pembuatan Semen Refractory

Gambar 5. Pembuatan Batubata tahan api

8|16
LAPORAN HARIAN OPERASI MONITORING
PROJECT PLTU BERAU

Lokasi : Teluk Bayur, Berau Hari / Tanggal : Senin, 09 Desember 2019


Cuaca : Pagi=Cerah , Siang=Cerah , Sore=Cerah

Setelah proses pencampuran, sebaiknya dilakukan pengecekan dengan


1. Man Power
menggunakan
PLN UIP tangan. Caranya adalah
2 cek hasil
Orang adukanPOWER
PT INDONESIA dengan cara 58dikepal
Orangdan diremas
PLN PUSERTIF 3 Orang
dengan
PT jari tangan
INDOKOMAS untuk memastikan
BUANA PERKASA 30 bahwa
Orang tesktur sudah sesuai dengan kebutuhan. Proses
pemasangan dapat dilakukan dengan metode casting/pouring maupun metode troweling.
2. Monitoring Kegiatan Pekerjaan
Proses
1. yang terlihat
Proses Pemasangan Bata dilapangan
Api Boiler Unit #2seperti melakukan pemasangan “plaster” pada tembok seperti
2. Repair Selang Inlet Transporter 2B Unit #2
terlihat pada gambar dibawah ini, hal tersebut belum tentu sesuai dengan kondisi yang
3. Proses Pemasangan Line Injeksi Kimia Dearator
diinginkan
4. Drain Fly Ash karena tidak semua jenis castable dapat dilakukan dengan pemasangan
menggunakan metode troweling atau plaster.

Gambar 6. Pemasangan Bata Api Boiler Unit #2

9|16
3.4 Kemungkinan Penyebab

Kerusakan refraktori yang terjadi perlu mencari root cause dari gangguan yang terjadi, metode mencari kemungkinan penyebab
kerusakan refraktori dilakukan dengan Fault Tree Analysis. Tabel diagram di bawah ini memperlihatkan general root cause sebelum dilakukan
analisa tiap kemungkinan penyebab.

Gangguan Transmisi ROOT CAUSES PROBLEM

WAREHOUSE HANDLING TIDAK MEMILIKI WAREHOUSE KONTRAKTOR MENGGUNAKAN GUDANG


A.2 MOISTURE WAREHOUSE
MATERIAL KHUSUS REFRCATORY SEADAANYA

TIDAK MEMILIKI SPESIALIS TIM DIBIDANG


KONTRAKTOR TIDAK
MATERIAL SELETION NOT MATAERIAL YANG DIGUNAKAN REFRACTORY, DAN TIDAK MEMILIK
A MATERIAL QUALITY A.2 MENGGUNKAN GUIDLINE
PROPER TIDAK SESUAI STANDARDNYA PEMAHAMAN MATERIAL TERKAIT
MATERIAL
REFRACTORY

PERMASALAHAN PERMASLAHAN INTERNAL


A.3 REFRACTORY EXPIRED
PENGADAAN MATERAL BARU KEUANGAN KONTRAKTOR

KETERBATASAN PENGETAHUAN TERKAIT


REFRACTORY BELUM OPTIMALNYA APLICATOR YANG DIGUNAKAN TIDAK
B.1 STANDARD PENGGUNAAN APLICATOR
INSTALATION NOT PROPER PERLATAN PENDUKUNG SESUAI STANDARD (MANUAL TOOLS)
UNTUK PERBAIKAN REFRACTORY

DAMAGE QUALIFIKASI/COMPENCY KONTRAKTOR MENGGUNAKAN MANPOWER


B.2 MANPOWER SKILL MANPOWER MASIH BARU
MANPOWER RENDAH SEADANYA
REFRACTORY

PERMINTAAN REPAIR
PROPER DRYING & TERLALU CEPAT UNTUK PROSES RDO TIDAK SESUAI
B DESIGN MATERIAL B.3
HEATING UP KEBUTUHAN FIRING DAN KETENTUAN
SYNCRONE UNIT

TIDAK ADANYA LINING TIDAK ADANYA SOP PEMASANGAN


B.3 PROPER LINING DESIGN
DRAWING REFRACTORY

DESIGN YANG DIGUNAKAN


B.3 DESIGN ANCHOR ANCHOR CEPAT RUSAK
TIDAK SESUAI

TEMPERATUR SUHU
B OPERATION B.3 OPERATION NOT PROPER COAL QUALITY
FURNICE TIDAK MERATA

Tabel 4. Diagram Fault Tree Analysis Kemungkinan Penyebab Kerusakan Refraktori

10 | 1 6
3.5 Analisa Pembahasan

A. Material Quality

Warehouse Handling Material

Penyimpanan material refraktori harus ditentukan lokasi dan area simpan menurut sifat dari
masing-masing refraktori seperti tidak bisa berada di lingkungan yang lembab sehingga
diutamakan di dalam ruangan sehingga kandungan moisture dapat terjaga dengan baik. Saat
ini, area penyimpanan material refraktori yang dilakukan oleh pihak kontraktor menggunakan
gudang seadanya karena tidak memiliki warehouse khusus untuk penyimpanan bahan material
refraktori. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini

Gambar 7. Area Penyimpanan Material Refraktori di Groundfloor Turbin

Tempat penyimpanan material refraktori yang disarankan adalah kendaraan pengangkut


dapat memasuki tempat penyimpanan dengan adanya jarak aman sehingga lancer
pendistribusiannya, adanya prinsip first in-first out ,terhindar dari hujan, kelembaban, dan
pencegahan kebakaran.

Material Selection Not Proper

Material refraktori adalah suatu jenis material yang mempunyai daya mampu menahan
suhu panas tinggi tanpa kehilangan ketahanannya yang pada umumnya bersifat Thermal
Insulator. Refraktori akan mulai runtuh karena tidak dapat bertahan pada suhu tinggi. Material
refraktori yang digunakan di PLTU Berau pada awalnya jenis Indocast SC-14 memiliki
spesifikasi maksimal temperatur pada 1400˚ C kemudian dilakukan penggantian jenis material
refraktori Indocast SC-17 yang memiliki spesifikasi maksimal temperatur pada 1700˚ C.

Pengikisan pada bahan refraktori dapat disebabkan oleh gesekan. Kerusakan pada bahan
refraktori diakibatkan proses gesekan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti partikel
debu dan gas didalam tungku pada suhu tinggi. Kerusakan yang disebabkan partikel debu
11 | 1 8
dan gas ini disebut abrasi atau erosi. Tipe kerusakan abrasi terjadi pada permukaan
bahan refractory secara merata. Oleh karena itu, metode pemilihan material refraktori harus
disesuaikan dengan tipe boiler stocker dan peruntukannya.

Apabila penggunaan material refraktori yang tepat maka saat mengalami pemanasan atau
pembakaran awal (preheating) untuk proses Refractory Dry Out (RDO) pada proses
pembakaran boiler, maka suhu ruang bakar boiler tidak terlalu mempengaruhi material refraktori.
Apabila terjadi kesalahan pada saat pemilihan refraktori maka akan berdampak pada ketahanan
kondisi refraktori yang bersentuhan langsung dengan api dan partikel batubara. Ketahanan
refraktori yang kuat terhadap gesekan akan meningkatkan umur refraktori dapat bertahan lama.

Refractory Expired

Persediaan material refraktori merupakan hal mutlak yang dibutuhkan dalam perbaikan
boiler jika mengalami kerusakan refraktori. Akan tetapi, pengadaan material refraktori
memerlukan delivery time yang cukup lama karena pengadaan oleh kontraktor harus melalui
persetujuan kantor pusat pihak kontraktor yang terletak di Jakarta. Selain itu, proses pengadaan
membutuhkan ketersediaan dana dalam melakukan proses pemesanan barang. Oleh karena
itu, perlu dilakukan perhitungan stock akhir per bulan dan perhitungan stock expired material
refraktori supaya perencanaan dengan penjadwalan kebutuhan material dapat ditentukan kapan
dan berapa banyak bahan material refraktori yang dibutuhkan.

B. Design Material

Refractory Installation Not Proper

Castable Refractory dalam bentuk bubuk dengan kandungan aggregate tertentu yang
dalam pemasangannya hanya boleh dicampur dengan air bersih, tidak diperbolehkan dicampur
dengan bahan lain selain yang direkomendasikan dalam masing-masing spesifikasi produk
castable. Kondisi yang terjadi di PLTU Berau, pemasangan Castable Refractory pernah
dicampurkan dengan semen bangunan. Reaksi semen dengan air (C3S + H2O) menghasilkan
senyawa kalsium silica hidrat (CSH) yang bersifat sebagai bahan perekat sehingga daya kuat
tekan makin tinggi akan tetapi reaksi hidrasi lebih lambat dan mengakibatkan penurunan proses
pemuaian secara drastis sehingga tidak tahan terhadap suhu tinggi. Oleh karena itu, apabila
ingin menggunakan semen maka gunakanlah semen mortar untuk mengikat satu batubata
tahan api dengan batubata tahan api lainnya ataupun juga dengan dinding dan badan tungku
untuk membentuk lapisan penutup pada sambungan, bisa juga ditutup dengan keramik fiber.

12 | 1 8
Man Power Skill

Kompetensi personil atau knowledge man power sangat dibutuhkan dalam pemasangan
refraktori pada furnace boiler agar dapat mencapai life time material refraktori yang optimum.
Apabila man power tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan maka umur refraktori tidak
akan bertahan lama. Metode pemasangan refraktori harus disesuaikan dengan tipe boiler
stocker di PLTU Berau. Pemahaman tentang material refraktori, aplikasinya pada heat
insulation, dan adanya radiasi panas pada boiler memerlukan pemahaman yang baik tentang
teknologi refraktori dalam mengaturnya pada tungku bakar boiler. Personil atau pegawai PLTU
Berau perlu dilakukan sertifikasi dengan standard API 936 tentang kontrol kualitas instalasi
refraktori. Kandidat yang telah tersertifikasi API 936 memiliki pengetahuan tentang pemasangan,
inspeksi, pengujian, dan perbaikan lapisan refraktori. Selain itu, personil yang telah tersertifikasi
standard API 936 akan mempunyai pemahaman terkait refraktori yang meliputi kontrol kualitas,
persyaratan properti fisik, dokumentasi inspeksi, pengujian kualifikasi material, pengujian
kualifikasi aplikator, instalasi, pengujian material refraktori yang diinstal, persiapan spesimen uji,
prosedur uji, dan pemasangan instalasi material refraktori.

Proper Drying and Heating Up

Pemasangan refraktori sangat berpengaruh pada kinerja suatu furnace. Jika lapisan
refraktori pada furnace rusak maka kinerja furnace akan terganggu bahkan operasi boiler bisa
berhenti sehingga sistem produksi listrik secara keseluruhan juga akan terganggu bahkan unit
shutdown. Setelah pemasangan refraktori baik bata tahan api maupun castable diperlukan suatu
proses pengeringan awal untuk mengeluarkan kandungan air dalam refraktori. Kualitas Proses
drying dan heating up berlangsung cukup lama sampai kandungan air dalam material refraktori
benar-benar hilang sehingga mencapai tingkat kekerasan yang maksimal. Apabila proses
heating up tidak dilakukan akan menyebabkan kerusakan besar pada material refraktori akibat
perubahan temperature yang cepat (thermal shock). Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian
standard operation procedure (SOP) dalam melakukan proses drying dan heating up. Proses
pengeringan secara alami dilakukan minimal 36 jam setelah instalasi kemudian proses
pembakaran pada ruang bakar dengan temperatur 150 oC (tidak disarankan terjadi penurunan
suhu) ditahan selama 12-24 jam hingga keluar uap air yang biasanya ditandai dengan asap
yang berwarna putih. Selanjutnya proses heating up dengan meningkatkan temperature 25-30
o
C setiap jamnya sampai mencapai 350 oC lalu tahan 5 jam. Setelah itu, naikkan temperature
40-50 oC per jam sampai mencapai temperatur operasional boiler.

13 | 1 8
Proper Lining Design

Lining design refractory juga mempengaruhi bangunan refraktori tersebut. Lining design
merupakan gambaran rencana pemasangan material refraktori. Salah satu produk refraktori
tertentu yang perlu dipertimbangkan adalah lining refractory, yang merupakan lapisan
pelindung di dalam tungku atau tungku yang bertindak sebagai bentuk insulasi untuk menahan
suhu tinggi. Lining refractory dapat melindungi struktur dari guncangan termal, abrasi dan
chemical attack. Kandungan Silika yang tinggi dan bahan dengan porositas rendah biasanya
direkomendasikan untuk mengurangi lengket pada dinding dan untuk memastikan ekstraksi
panas. Masalah lain yang mungkin terjadi di bagian bawah ruang bakar adalah keausan
abrasif. Setiap zone pada area furnace boiler perlu dilakukan penyesuaian dengan jenis
refraktori yang akan digunakan untuk menahan suhu tinggi, di mana lining refractory
diterapkan untuk memastikan perlindungan pipa boiler terhadap chemical attack, slag dan
abrasi, akan tetapi lining refractory juga harus memastikan bahwa aliran thermal yang
dibutuhkan untuk pemanasan pipa boiler dapat bekerja secara optimal. Oleh karena itu,
lapisan refraktori harus memenuhi beberapa persyaratan antaralain secara termal melindungi
pipa boiler tempat fluida, stabil secara struktural, memberikan ketahanan terhadap erosi, dan
memberikan umur yang ekonomis.

Design Anchor

Anchor atau jangkar berfungsi sebagai pengikat atau penahan agar material refraktori yang
terhubung dengan jangkar tidak bergerak atau tidak terjatuh pada saat operasional boiler.
Kemungkinan penyebab kerusakan pada refractory boiler adalah pada desain anchor
refractory yang buruk atau tidak sesuai dengan plat besi pada ruang bakar boiler. Material
refraktori tidak dapat dilekatkan begitu saja sehingga diperlukan anchor untuk menahannya.
Instalasi refraktori dengan struktur besi bertulang tidak dianjurkan dalam aplikasinya pada
material carbon steel biasa. Penggunaan material anchor carbon steel biasa, dapat
diperkirakan jangka waktu 1-2 bulan refraktori akan runtuh. Jika material anchor stainless steel
maka kerusakan refraktori diperkirakan sekitar 3-5 bulan. Pemasangan refraktori berkaitan
erat dengan suhu tinggi maka anchor dari bahan stainless steel yang dianjurkan yaitu minimal
SUS 304. Bentuk anchor yang sering digunakan pada saat instalasi refraktori adalah anchor
V shape, anchor Y shape, anchor V/Y Spiral, dan anchor/hanger brick. Pemasangan anchor
dengan jarak antar anchor, idealnya berjarak 10-15 cm dengan penyusunan anchor harus
bersilang. Adapun tinggi anchor yang disarankan ¾ dari ketebalan castable.

14 | 1 8
C. Operation

Operation Not Proper

Panas bergerak dari area suhu tinggi ke area suhu rendah, material refraktori memiliki
energi internal yang berhubungan dengan gerakan tak menentu dari atom-atom atau molekul
yang terdapat pada material refraktori. Adanya panas yang dihubungkan antara pertukaran
energi refraktori dan panas yang ditimbulkan oleh ruang tungku bakar boiler. Ketika dua benda
dengan suhu berbeda berdekatan, akan terjadi pertukaran energi panas sampai suhu kedua
benda tersebut seimbang. Oleh karena itu, kemungkinan penyebab gangguan kerusakan pada
refraktori boiler adalah combustion abnormal ditimbulkan oleh kondisi operasi yang tidak
terkendali sehingga service life refraktori tidak maksimal.

Jika pengaturan udara pembakaran tidak maksimal, maka proses pembakaran dan
distribusi panas pada ruang tungku bakar boiler tidak merata karena adanya perbedaan
temperatur. Adanya kenaikan temperatur tersebut akan menyebabkan sebagian pada salah
satu sisi furnace terjadi mechanical wear, kekerasan, dan kekuatan material refraktori
menurun. Refraktori yang terinfiltrasi oleh fase lain (gas, liquid, atau slag) biasanya tidak tahan
terhadap perubahan temperatur (thermal shock) sehingga dapat terjadi pengelupasan antara
daerah yang terinfiltrasi dan daerah tak terinfiltrasi.

Salah satu hal terpenting dalam pengoperasian boiler yaitu pengapian sehingga perlu
pengontrolan ruang pembakaran. Konsisten terhadap pengoperasian boiler dengan cara yang
benar agar kerusakan pada dinding refraktori dapat dicegah. Pembakaran yang benar
memberikan utilitas bahan bakar yang terbesar dan sangat erat kaitannya dengan
pengontrolan draft fan dan pembentukan kerak. Temperatur furnace harus dijaga pada kisaran
700 oC sehingga perlu adanya termokopel pada setiap sudut furnace baik sisi atas maupun
bawah. Pengaturan udara pembakaran pada draft fan perlu dilakukan otomatisasi pembukaan
damper sehingga pengapian akibat kelebihan atau kekurangan udara dapat termonitor.

15 | 1 8
BAB IV. KESIMPULAN & REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan kajian RCFA tentang kerusakan refraktori maka dapat diambil
beberapa kesimpulan antara lain:

1. Kerusakan refraktori dapat terindikasi adanya serpihan batubata tahan api dan anchor yang
jatuh dan masuk ke dalam jalur transportasi bottom ash dan proses Refractory Dry Out (RDO)
yang dilakukan dengan percepatan tidak sesuai dengan prosedur akan menyebabkan
refraktori lebih cepat rontok sehingga dapat merusak peralatan pada sistem boiler seperti
Chain Grate dan Wall Tube.
2. Proses pencampuran bahan refraktori hanya menggunakan alat tradisional yang akan
mempengaruhi kualitas hasil dari pembuatan semen refraktori dan batubata tahan api.
3. Kemungkinan penyebab kerusakan refraktori dari sisi material quality yaitu penyimpanan
bahan material refraktori karena tidak memiliki warehouse khusus sehingga dipengaruhi
lingkungan yang lembab, metode pemilihan material refraktori belum disesuaikan dengan tipe
boiler stocker yang tidak tahan gesekan dan suhu tinggi, dan belum ada perencanaan
kebutuhan material untuk menghindari material refraktori yang kadaluarsa.
4. Kemungkinan penyebab kerusakan refraktori dari sisi design material yaitu proses
pemasangan material refraktori belum sesuai rekomendasi dari spesifikasi produk castable
refractory, kompetensi personil dalam pemasangan refraktori pada furnace boiler belum
tersertifikasi standar API 936, belum adanya penyesuaian standard operation procedure (SOP)
dalam melakukan proses drying dan heating up, belum ada penerapan lining refractory
dengan jenis refraktori pada setiap zone di area ruang bakar boiler, dan desain anchor
refractory yang tidak sesuai dengan plat besi pada ruang bakar boiler.
5. Kemungkinan penyebab kerusakan refraktori dari sisi operation adalah combustion abnormal
yang ditimbulkan oleh kondisi operasi yang tidak terkendali dalam pengaturan udara
pembakaran sehingga distribusi panas pada ruang tungku bakar boiler tidak merata.

16 | 1 8
4.2 Rekomendasi / FDT

Usaha dalam mencegah terjadinya gangguan yang sama terulang kembali maka Failure
Defense Task (FDT) yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

Root Work
No FDT Timeline Failure Defense Task (FDT) Frequency PIC
Cause Type
Ada warehouse khusus yang
disarankan antaralain:
 kendaraan pengangkut dapat
Warehouse
Jangka memasuki gudang ASESS As
1 Handling ADM
Material
Panjang  adanya prinsip first in-first out Required
 terhindar dari hujan dan
lembab
 Terhindar kebakaran
Material Pemilihan material refraktori
Jangka As
2 Selection
Panjang
harus disesuaikan dengan tipe LCM
Required
ENG
Not Proper boiler stocker dan aplikatornya
perhitungan ROP/ROQ dan
Refractory Jangka ASESS As
3 stock opname material refraktori ADM
Expired Pendek Required
termasuk stock expired
Refractory Pemasangan material refraktori
Jangka As
4 Installation
Pendek
sesuai rekomendasi produk REVIK
Required
HAR
Not Proper castable
Man Power Jangka Sertifikasi personil pemeliharaan As
5 TRAINING HAR
Skill Pendek sesuai standar API 936 Required
Proper Penyesuaian standard operation
Jangka As
6 Drying and
Pendek
procedure dalam melakukan REVSOP
Required
OP
Heating Up proses drying dan heating up
Proper Penerapan lining refractory
Jangka As
7 Lining
Panjang
dengan jenis refraktori sesuai LCM
Required
ENG
Design zone di area ruang bakar boiler
 bahan stainless steel anchor
minimal SUS 304
8
Design Jangka  Jarak antar anchor 10-15 cm LCM
As
ENG
Anchor Panjang  Penyusunan anchor bersilang Required
 Tinggi anchor disarankan ¾
dari ketebalan castable
Jangka Temperatur furnace harus
CD Every Shift OP
Pendek dijaga pada kisaran 700 oC
9
Operation  Pemasangan otomatisasi
Not Proper Jangka pembukaan damper draft fan As
ECP ENG
Panjang  Pemasangan termokopel pada Required
setiap sudut furnace
Tabel 5. Failure Defense Task Kerusakan Refraktori

17 | 1 8
DAFTAR PUSTAKA

Description Of Basic Design of Boiler, Steam Turbine, and Generator PLTU 2x7 MW Nett.
Contractor Document Review. Albok Boiler Industries
Karim Gaos Abdul, dkk.2018.Pengaruh Ground Granulated Blast Furnace Slag Terhadap Sifat
Fisika Semen Portland.Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.
http://migas-indonesia.com/2005/10/13/material-refractory/
http://www.semen-tahanapi.com/proses-heating-up/

18 | 1 8

Anda mungkin juga menyukai