NO. : 003/RCFA/PLTU-AMPANA/2021/KP
i
FORM-05.3.05.004-Rev0-12 Feb 2019
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun,
Hefni Ossyan Lr
Asisten Enj. SO Boiler
Diperiksa, Disetujui,
i
EXECUTIVE SUMMARY
Boiler Feed Pump (BFP) merupakan peralatan bantu utama yang burfungsi untuk mensuplai
pasokan air pengisi boiler sesuai kebutuhan. Pompa ini merupakan pompa spesifik dimana memiliki
tekanan output dan head yang tinggi agar dapat memompakan air bertemperatur tinggi ke steam drum
yang berada di atas boiler. Di PLTU Ampana terpasang 6 unit BFP dimana 1 boiler dilengkapi dengan 3
unit BFP (3 x 50%).
Kegagalan shaft BFP 1.2 terjadi pada saat pengetesan (running test) pasca perbaikan. Ketika
pengetesan, tiba-tiba shaft pompa sisi DE (kopling) patah. Berdasarkan analisa visual permukaan
patahan pada shaft memiliki kemiripan dengan referensi dengan modus bending fatigue failure. Dari
data analisa vibrasi sebelum kejadian menunjukkan bahwa terdapat gangguan vibrasi pada BFP 1.2
dengan indikasi permasalahan unbalance, missaligment, serta soft foot. Vibrasi ini diduga yang akhirnya
menjadi pemicu terjadinya kegagalan pada shaft.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan serupa, maka perlu dilaksanakan rekomendasi analisa
vibrasi yang sudah dibuat sebelumnya serta rekomendasi tambahannya. Selain itu juga perlu
direncanakan perbaikan segera pada BFP 1.1 dan BFP 1.3 yang juga mengalami gangguan vibrasi
dengan indikasi yang sama.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................................................i
EXECUTIVE SUMMARY..........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL......................................................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................................1
DATA HISTORI.......................................................................................................................................................2
2.1 Histori Pemeliharaan............................................................................................................................2
ANALISA..................................................................................................................................................................3
3.1 Fish Bone Diagram................................................................................................................................3
3.2 Analisa Kemungkinan Penyebab.......................................................................................................3
3.3 Failure Defense Task.............................................................................................................................8
3.4 Cost Benefit Analysis............................................................................................................................8
KESIMPULAN.........................................................................................................................................................9
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................................................9
4.2 Saran........................................................................................................................................................9
REFERENSI............................................................................................................................................................10
LAMPIRAN............................................................................................................................................................11
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Boiler Feed Pump (BFP) merupakan peralatan bantu utama yang burfungsi untuk mensuplai
pasokan air pengisi boiler sesuai kebutuhan. Pompa ini merupakan pompa spesifik dimana memiliki
tekanan output dan head yang tinggi agar dapat memompakan air bertemperatur tinggi ke steam
drum yang berada di atas boiler. Di PLTU Ampana terpasang 6 unit BFP dimana 1 boiler dilengkapi
dengan 3 unit BFP (3 x 50%).
1
BAB II
DATA HISTORI
Data pemeliharaan BFP yang ditarik dari Maximo adalah sebagai berikut:
BAB III
2
ANALISA
Untuk membantu menganalisa akar penyebab terjadinya permasalahan digunakan analisa fishbone
diagram pada kemungkinan - kemungkinan penyebab yang diambil dari berbagai sumber dan
shaft
shaft bending
bending
missalignment
missalignment
Indikasi coupling vs
Indikasi
unbalance, coupling
coupling
Machine Vibrasi unbalance,
Machine Vibrasi tinggi
tinggi missalignment, missaligment
soft foot coupling
Shaft
Shaft break
break Fatigue coupling vs
vs
Setting
Setting part
part shaft
shaft
Kesalahan
Methode
Methode pompa kurang Baut
pemasangan
pemasangan tepat Baut pengikat
pengikat //
tepat pondasi kurang
pondasi kurang
rigid
1) Lokasi Patahan
Shaft yang mengalami kegagalan (patah) merupakan shaft pompa di titik DE (Drive End) dekat
coupling seperti ditunjukan pada gambar berikut:
Lokasi patahan
3
Gambar 4. Lokasi patahan shaft BFP 1.2
struktur permukaan patahan dan mencocokkannya dengan referensi struktur patahan (gambar 2)
dimana untuk struktur patahan pada shaft BFP 1.2 sisi pompa (gambar 3b) memiliki kemiripan
Sumber: Heinz P. Bloch, 3th Edition, Machinery Failure Analysis and Troubleshooting, Figure 2-19
Gambar 5. Efek beban terhadap struktur patahan / fracture
4
Sumber: Sachs, N. W., “Understanding the surface features of fatigue fractures: how they describe the failure
cause and the failure history,” Journal of Failure Analysis and Prevention, vol. 5, no. 2, 2005, pp. 11-15.
Instanous zone
Dari hasil membandingkan struktur permukaan patahan shaft BPF 1.2 dengan referensi di atas,
maka dapat dikerucutkan bahwa kemungkinan penyebab kegagalan shaft terjadi akibat
kelelahan (fatigue) karena stress dari beban bending yang diterima shaft. Sejatinya indikasi
5
penyebab ini harus diverifikasi atau divalidasi dengan analisa metalografi pada permukaan
patahan.
Adapun faktor penyebab beban bending antaralain:
1) Shaft bending
2) Missalignment
- Coupling to Coupling
Yang dimaksud missalignment coupling to coupling ada posisi centerline coupling motor
Yang dimaksud missalignment shaft to coupling ada posisi center line shaft yang tidak
sejajar dengan centerline coupling. Kondisi ini bisa saja terjadi karena faktor dimensi atau
machining dari coupling. Alignment coupling terlihat baik namun posisi shaft terhadap
coupling tidak sejajar sehingga terjadi beban bending pada shaft ketika berputar.
Coupling ialah suatu alat yang berfungsi untuk menghubungkan dua shaft guna
menyalurkan suatu gerak (torsi), secara sederhana coupling berfungsi sebagai power
transmission. Cara kerja coupling ialah sederhana, ujung kedua shaft disambungkan pada
coupling. Saat shaft penggerak mulai bekerja (berputar), terjadi hentakan di coupling,
untuk meredam hentakan ini maka digunakanlah komponen peredam pada coupling
(fleksible coupling). Untuk jenis dan material fleksible coupling bermacam-macam,
sementara jenis yang digunakan pada BFP di PLTU Ampana adalah Rubber Coupling.
Melihat kondisi Rubber coupling yang digunakan pada BFP 1.2 (gambar b) sudah
mengalami kerusakan. Hal ini diduga merupakan dampak dari vibrasi yang terjadi.
6
3) Analisa Data Vibrasi
Dari data monitoring vibrasi peralatan yang dilaporkan setiap bulan (laporan bulan Juni 2021),
untuk BFP 1.2 terjadi gangguan vibrasi dengan analisa vibrasi tertinggi sisi M1A = 5.94 mm/s
(Batas Normal 2.3 mm/s). Dari pengukuran data vibrasi motor BFP 1.2 pada spektrum
menunjukkan adanya Unbalance, Looseness Structural, Soft Foot dan Missalignment.
Untuk pelaksanaan monitoring vibrasi saat ini dilakukan oleh tim PdM dari unit lain maupun
kantor pusat dikarenakan belum tersedianya alat vibrasi analyzer di unit.
System /
No Metode PdM Kondisi Identifikasi Rekomendasi
Equipment
Boiler
1 Boiler Feed Pump 1.1 Vibrasi 1 Vibrasi tertinggi sisi M1H = 5.09 mm/s - BPF 1.1 Setting end play pompa,
(Batas Normal 2.3 mm/s) Dari Perbaikan softfoot pompa dan motor
pengukuran data vibrasi motor BFP 1.1 (realignment), MCSA
pada spektrum menunjukkan adanya
Unbalance, Looseness Structural, Soft
Foot dan Missalignment
Dari data analisa dan rekomendasi vibrasi tersebut di atas dan hasil evaluasi struktur permukaan
patahan didapatkan hubungan yang saling mendukung dimana hasil analisa struktur patahan
cenderung merujuk pada kegagalan yang disebabkan akibat rotational bending yang terindikasi
pada analisa vibrasi yaitu unbalance dan missalignment.
7
3.3 Failure Defense Task
Jangka Pendek
Melaksanakan rekomendasi analisa vibrasi : Har Unit
1 - Setting end play pompa Enj Unit SM 2 2021
- Analisa MCSA Enj KP
Rekomendasi tambahan:
- Penggantian shaft pompa BFP
- Penggantian rubber rubber coupling Har Unit
2 - Periksa alignment coupling vs coupling Enj Unit SM 2 2021
- Periksa alignment coupling vs shaft (pemasangan kopling Enj KP
vs shaft)
- Analisa dan koreksi soft foot
Jangka Panjang
Hingga
Meningkatkan frekuensi pengambilan data dan monitoring
1 Enj Unit kategori
vibrasi BFP
vibrasi B/C
BAB IV
8
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Kegagalan shaft BFP 1.2 terjadi dengan modus kegagalan kelelahan material atau fatigue.
2) Fatigue yang terjadi pada shaft diduga merupakan dampak dari adanya mechanical stress
pada shaft akibat rotational bending.
3) Hasil analisa vibrasi yang pernah dilakukan sebelum terjadinya kegagalan pada shaft
menunjukkan indikasi yang mendukung analisa penyebab dimana terdapat indikasi
4.2 Saran
1) Melakukan assesment dan perbaikan segera dan bertahap pada pompa BFP 1.1 dan BFP 1.3
yang juga mengalami permasalahan vibrasi dengan indikasi yang sama.
9
REFERENSI
1. Sachs, N. W., “Understanding the surface features of fatigue fractures: how they describe the
failure cause and the failure history,” Journal of Failure Analysis and Prevention, vol. 5, no. 2,
10
LAMPIRAN
-
11