Self Help Group
Self Help Group
PRODI NERS
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2020
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Salah satu tindakan keperawatan yang pernah diteliti sebagai upaya pendukung untuk
meningkatkan kualitas hidup adalah self help group. Tindakan keperawatan yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang memiliki penyakit kronis salah
satunya adalah self help group. Self help group sebagai program promosi kesehatan
memberdayakan individu dengan terus meningkatkan harapan dukungan dan pernyataan.
Pembentukan self help group memungkinkan anggota kelompok memperluas jaringan sosial,
menerima informasi, dan mendapat dukungan emosional dari teman sekelompok, sehingga
bisa memberikan banyak manfaat dalam berbagai hal (Pender, 2002). Self help group
merupakan suatu bentuk terapi kelompok
yang dapat dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi, terdiri dari beberapa orang yang
memiliki masalah serupa untuk saling berbagi pengalaman dan cara mengatasi masalah yang
dihadapi. Indikasi pemberian terapi ini adalah mereka yang mengalami gangguan jiwa,
masalah berat badan, pemulihan dari ketergantungan obatobatan, klien diabetes, para lanjut
usia, klien kanker dan penyakit kronis (Kyrouz & Humphreys, 1997).
Bila ada anggota keluarga kita yang sakit, tentu akan membuat orang tua atau
keluarganya menjadi kerepotan. Bagaimanapun, anggota keluarga yang sakit memerlukan
perawatan dan penaganan agar kondisinya kembali berjalan normal. Tentu kondisi seperti itu
mempunyai dampak baik dampak pada fisik karena merawat anggota keluarganya yang sakit,
bahkan juga ke dampak financial yang juga berujung pada kondisi psikologis. Dampak
psikogis dapat berupa kecemasan, depresi bahkan dapat menimbulkan stress bagi individu.
Bila kondisi sakit hanya berjalan dalam waktu singkat barangkali tidak begitu serius
dampaknya, tapi bila sakitnya merupakan sakit kronis dan harus mendapatkan perawatan
yang lama atau bahkan memerlukan perawatan selamanya, seperti merawat anggota keluarga
dengan gangguan jiwa dapat menimbulkan dampak psikologis yang serius. Keluarga yang
seperti ini perlu mendapat perhatian untuk mengurangi “beban” hidup yang mereka rasakan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengguanakan terapi kelompok
swabantu atau sering disebut Self Help group.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah mengetahui bagaimana Self helf group
merupakan salah satu tindakan keperawatan yang bisa digunakan sebagai upaya untuk
meningkatkan semangat hidup pasien.
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan Pembahasan pada makalah ini adalah mahasiswa diharapkan mengetahui dan mampu
mempraktekkan Self Help Group pada asuhan keperawatan.
BAB 2
SELF HELP GROUP (SHG)
A. Pengertian
Pengertian self help group merupakan sekumpulan orang yang mempunyai keinginan
untuk berbagi permasalahan, saling membantu terhadap hal yang dialami atau yang menjadi
fokus perhatian bertujuan mengatasi masalah dan meningkatkan kemampuan kognitif dan
emosional sehingga tercapai perasaan sejahtera. Self Help Group atau sering disebut juga
kelompok yang saling menolong, saling membantu, atau kelompok dukungan didefinisikan
juga sebagai suatu kelompok yang menyediakan dukungan bagi setiap anggota kelompok.
Anggota kelompok ini berpegangan pada pandangan bahwa orang-orang yang mengalami
masalah dapat saling membantu satu sama lain dengan empati yang lebih besar dan lebih
membuka diri (Ahmadi, 2007 cit Keliat, 2008).
Mutual help group atau self help group adalah grup komunitas baru dan supportif yang
berhubungan satu sama lain dalam jaringan sosial, memuaskan oranglain yang membutuhkan
yang berada dalam suatu lingkaran dan mereka belajar bagaimana menghadapi pengalaman
baru (Silverman, 1980 dalam Hunt, 2004).
Self help group bisanya berawal dan didirikan oleh orang-orang yang mempunyai
masalah yang sama, memberikan dukungan antar masing-masing anggota dengan lingkungan
yang saling mengerti dan aman. Di dalam Self Help Group, kelompok bantuan timbal balik
didasarkan pada premis bahwa kelompok berbagi masalah umum secara kolektif dapat saling
mendukung dan mengurangi atau menghilangkan masalah dan konsekuensi pribadi dan
sosial. Anggota belajar tentang masalah mereka dan berbagi pengalaman mereka, kekuatan
dan harapan untuk pemulihan, kesempatan untuk menjadi model peran (Magura, S. 2007).
Self Help Group merupakan kelompok-kelompok termasuk orang dengan ikatan bersama
yang secara sukarela datang bersama-sama untuk berbagi, menjangkau dan belajar satu sama
lain dalam lingkungan yang terpercaya, mendukung dan terbuka (Knight, 2007).
Terapi ini mempunyai kelebihan dan efektif untuk mengurangi masalah-masalah psikologis.
Pertama, Kelompok swabantu atau Self Help Group (SHG) merupakan suatu terapi dimana
setiap anggota saling berbagi pengalaman tentang kesulitan dan cara mengatasinya, hal ini
dilakukan untuk memberikan dukungan dan motivasi kepada individu bahwa mereka tidak
sendiri dan banyak dari mereka yang bertahan dengan kondisi seperti ini (Townsend, 2005).
Self Help Group ini merupakan suatu bentuk terapi kelompok yang dapat dilakukan pada
berbagai situasi dan kondisi.
Kedua, Kelompok swabantu (Self Help Group) lebih santai dan ramah dalam
menjalankan aktivitasnya sehingga terlihat seperti klub sosial. Walaupun demikian,
sebenarnya tidak hanya fungsi dukungan sosial yang disediakan oleh Self Help Group.
Karena memberikan timbal balik kesetaraan, kerjasama, kepedulian, meningkatkan
pemberdayaan pribadi, harapan, pemulihan kepercayaan dan kualitas hidup. Self Help
Group efektif dalam meningkatkan fungsi, dukungan sosial, dan kualitas hidup, serta
menurunkan rehospitalisasi dan efektif juga bagi orang dengan masalah gangguan emosional
(Humphreys, 1999).
Bagi orang yang memiliki masalah kesehatan psikososial, Self Help Group tidak
hanya memberikan dukungan sosial bagi individu tersebut tetapi juga keluarganya, saling
berbagi permasalahan untuk saling membantu memecahkan masalah yang dihadapi. Semoga
informasi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
F. Pengorganisasian kelompok
1. Leader
Leader dipilih oleh anggota kelompok. Setiap anggota kelompok bergantian
menjadi leader. Tugas leader adalah :
a. Memimpin jalannya diskusi
b. Memilih topik pertemuan sesuai dengan daftar masalah bersama dengan anggota
kelompok
c. Menentukan lama pertemuan (60-120 menit)
d. Mempertahankan suasana yang bersahabat agar anggota dapat kooperatif,
produktif dan berpartisipasi.
e. Membimbing diskusi dan menstimulasi anggota kelompok
f. Memberikan kesempatan peserta untuk mengekspresikan masalahnya,
berpartisipasi dan mencegah monopoli saat diskusi
g. Memahami opini yang diberikan anggota kelompok.
2. Anggota kelompok
Anggota kelompok bertugas mengikuti jalannya proses pelaksanaan self help
group sesuai dengan yang kesepakatan kelompok dan leader. Anggota kelompok juga
harus berpartisipasi aktif selama proses kegiatan berlangsung. Memberikan masukan,
umpan balik selama proses diskusi, dan melakukan simulasi.
3. Fasilitator
Fasilitator dalam kelompok ini adalah terapis. Tugas fasilitator mendampingi
leader, memberikan motivasi peserta untuk mengungkapkan pendapat dan pikirannya
tentang berbagai macam informasi. Memberikan penjelasan , masukan dan umpan
balik positif jika diperlukan.
2. Implementasi
Implementasi adalah penerapan kegiatan self help group. Implementasi dilakukan
sebagai upaya menjaga keberlangsungan kegiatan self help group agar dapat
mencapai tujuan pelaksanaan self help group itu sendiri. Kegiatan yang dilakukan
adalah : menyusun jadual kegiatan self help group, menyusun topik setiap pertemuan,
menyusun leader setiap pertemuan ( leader yang dipilih merupakan anggota
kelompok itu sendiri, dan setiap anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk
menjadi leader), melaksanakan lima langkah kegiatan self help group yang dimulai
dengan pembukaan, kerja dan penutup, mencatat kemampuan yang dimiliki oleh
kelompok, melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan kelompok.
Daftar Pustaka
1. Humphreys, K., and Ribisl, K.M. (1999). The Case Partnership With Self-Help-
Group. diakses : 2 Januari 2012.
2. Keliat, Budi A, Utami, Tantri, W, Farida P, Akemat. (2008). Modul Kelompok
Swabantu (Self help group). Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
3. Knight, E.L. (2006) Self Help and Serious Mental Illnes. diakses : 2 februari 2012.
4. Magura, S., Knight, E.L., Vogel, H.S. Mahmood, D.,Laudt, A.B., (2007). Mediator of
Effectiveness in Dual-Focus Self-Help Groups, dari.
http://www.ncbi.nlm.gov/pmc/articles/PMC1828912/ diakses 2 Januari 2012.
5. Townsend, M.C. (2005). Psychiatric Mental Health Nursing, Third Edition.
Philadelpia : F.A. Davis Company