Makalah Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja Dengan Pendekatan Proses Keperawatan Kasus Bahaya Vibrasi (Getaran)
Makalah Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja Dengan Pendekatan Proses Keperawatan Kasus Bahaya Vibrasi (Getaran)
Disusun oleh:
1. Mardiyana : P07220118082
2. Nanda Yorika Kusasih : P07220118096
3. Nur Apsari : P07220118097
4. Octaviana Nur Ardiyati : P07220118098
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA DENGAN PENDEKATAN PROSES
KEPERAWATAN KASUS BAHAYA VIBRASI (GETARAN )” dapat selesai tepat
pada waktunya sebagai salah satu tugas mata kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang
lebih baik lagi.
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Masalah.................................................................................................2
B. Parameter Getaran.............................................................................................3
C. Karakteristik Getaran.........................................................................................4
A. Deskripsi Kasus...............................................................................................20
B. Proses Keperawatan.........................................................................................21
C. Analisa Data.....................................................................................................31
D. Penapisan masalah...........................................................................................35
G. Evaluasi............................................................................................................38
A. Kesimpulan......................................................................................................40
B. Saran................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Getaran (vibrasi adalah suatu factor fisik yang menjalar ketubuh manusia,
mulai dari tangan sampai ke seluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat
getaran peralatan mekanikyang dipergunakan dalamtempat kerja. Secara istilah
getaran merupakan osilasi terhadap suatu titik keseimbangan. Osilasi ini dapat
berupa osilasi periodik seperti gerakan pendulum atau osilasi acak seperti
gerakan roda mobil akibat ketidakrataan permukaan jalan.
Pada beberapa kasus, getaran dibutuhkan oleh manusia seperti getaran pada
garpu tala, getaran pada loud speaker dan juga getaran pada beberapa instrument
(alat) musik. Akan tetapi, pada banyak kasus, getaran tidak diinginkan kerena
dapat membuang energy, menimbulkan ketidaknyamanan, menghasilkan bunyi
derau (noise) dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan.
Selain dapat terjadi pada sistem mekanik dan sistem elektrik yang notabene
berskala kecil, getaran juga dapat terjadi pada struktur dengan skala yang sangat
besar seperti jembatan suspensi, gedung bertingkat tinggi maupun struktur ruang
angkasa. Dewasa ini, pembangunan struktur skala besar dengan bobot kecil
menjadi trend baru karena dapat mengurangi biaya dan energi. Akan tetapi,
semakin kecilnya rasio antara berat dan ukuran struktur tersebut akan
menyebabkan struktur lebih lentur sehingga menjadi sangat sensitif terhadap
masalah getaran.
Getaran akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada manusia/pekerja dan
akan Mengurangi produktivitas kerja serta gangguanfa’al pada tubuh manusia
mulai dari gejala ringan sampai dengan berat. Oleh karena itu kami dalam
pratikum kali ini ingin mengetahui dan melakukan pengukuran terhadap sumber
getaran yang terjadi pada tenaga kerja sehingga dapat mengetahui
penanggulangan dampak dari getaran tersebut.
1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan kerja dengan kasus pada bahaya vibrasi
(getaran)?
C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui asuhan keperawatan kerja dengan kasus pada bahaya vibrasi
(getaran).
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Vibrasi adalah gerakan, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran
mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya (J.F. Gabriel, 1996:96).
Geteran merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan ukuran
hertz(Depkes, 2003:21).
Getaran adalah suatu factor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai
dari tangan sampai keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran
peralatan mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja (Emil Salim,
2002:253)
B. Parameter Getaran
Vibrasi atau getaran mempunyai tiga parameter yang dapat dijadikan
sebgai tolak ukur yaitu :
3
Dengan diketahuinya frekuensi pada saat mesin mengalami vibrasi,
maka penelitin atau pengamatan secara akurat dapat dilakuakan untuk
mengetahui penyebab atau sumbeer dari permasalahan. Frekuensi biasanya
ditunjukkan dalam bentuk Cycle per menit (CPM), yang biasanya disebut
dengan istilah Hertz ( dimana Hz = CPM ). Biasanya singkatan yang
digunakan untuk Hertz adalah Hz.
3. Phase Vibrasi ( Vibration Phase ) : adalah penggambaran akhir dari pada
karakteristik suatu getaran atau vibrasi yang terjadi pada suatu mesin. Phase
adalah perpindahan atau perubahan posisi pada bagian-bagian yang bergetar
secara relatif untuk menentukan titik referensi atau titik awal pada bagian
yang lain yang bergetar.
C. Karakteristik Getaran
Kondisi suatu mesin dan masalah-masalah mekanik yang terjadi dapat
diketahui dengan mengukur karakteristik getaran pada mesin tersebut.
Karakteristik-karakteristik getaran yang penting antara lain adalah :
1. Frekuensi getaran
5. Phase getaran
4
2. Getaran bebas adalah getaran yang terjadi pada system itu sendiri tanpa
mendapat gaya dari luar system. Getaran bebas berlaku apabila pergerakan
disebabkan oleh gravity atau daya yang tersimpan seperti pergerakkan
bandul atau pegas. Getaran pegas yang ada pada getaran bebas bergantung
pada maasa beban, dan periode tidak bergantung pada amplitudo.
Menurut akibat yang ditimbulkan terhadap tubuh getaran dapat dibagi menjadi
dua yaitu :
1. Getaran setempat :
Efek getaran pada tangan lengan ini lebih mudah dijelaskan daripada
menguraikan patofisiologisnya.
Efek ini disebut sebagai sindroma getaran tangan lengan (Hand
Vibration Arm Syndrome = HVAS) yang terdiri atas:
5
a. Efek vaskuler-pemucatan episodik pada buku jari ujung yang bertambah
parah pada suhu dingin (fenomena raynaud),
b. Efek neurologik-buku jari ujung mengalami kesemutan total dan baal.
2. Getaran menyeluruh :
6
Design tempat kerja agar pekerja tidak menerima beban berlebihan dari
perlatan yang digunakan.
2. Administratif Kontrol : Pengaturan jadwal kerja atau pergantian shif kerja
untuk mengurangi pemaparn getaran pada pekerja.
3. Subtitution : Penggantian metode kerja, misalnya dengan automasi atau
mekanisasi kerja. Dan penggantian alat yang sudah tua, yang memiliki
vibrasi tinggi dengan alat-alat yang tingkat getarannya rendah.
4. Maintenance : Melakukan pemeriksaan secara berkala tentang vibrasi yang
terdapat pada peralatan atau mesin dengan alat ukur getaran unutk
mengetahui tingkat vibrasi mesin.
5. Alat Pelindung Diri (APD) : Dalam memilih APD yang sesuai harus
diperhatiakn tipe vibrasinya, untuk getaran menyeluruh sebaiknya
menggunakan APD full Body protection yang terbuat dari bahan karet atau
kulit, selain itu pakain pelindung ini harus juga bias menjaga pekerja tetap
hangat dan kering untuk mencegah terjadinya pengembangan Vibration
White Finger.Sedangkan untuk getaran setempat atau hand-arm vibration
sebaiknya menggunakan sarung tangan yang terbuat dari bahan karet atau
kulit.
6. Pemeriksaan Kesehatan : Penyediaan pemeriksaan kesehatan pada semua
pekerja sangat penting, hal ini dilakuakan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor kesehatan pekerja yang mengakibatkan seorang pekerja
mengalami resiko vibrasi.
Tujuan pemeriksaan kesehatan yaitu :
a. Mengidentifikasi seseorang yang terpapar getaran yang mungkin
mereka hanya mengalami resiko tertentu misalnya gangguan pembuluh
darah seperti Raynaud’s Disease.
b. Mengidentifikasi penyakit yang berkaitan dengan vibrasi sejak awal
pada pekerja yang terpapar terus-menerus.
c. Mencegah berkembangnya suatu penyakit yang akhirnya dapat
menyebabkan cacat
d. Mengecek kefektifan dari pengendalian vibrasi yang telah dilakukan.
Ada 3 program pemeriksaan kesehatan yang dapat di laksanakan dalam
perusahaan :
7
a. Sebelum Bekerja :
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ini dilakukan pada
pekerja baru atau pekerja yang baru bekerja dilingkungan yang
terpapar getaran. Pekerja yang menderita kelainan pembuluh darah,
kelaianan jantung , arthritis, kelainan saraf harus dihindarkan dari
paparan getaran.
b. Pemeriksaan Berkala :
Pemeriksaan berkala dapat dilakukan pada pekerja yang sudah
lama bekerja dan mengalami paparan, pemeriksaan berkala ini
bertujuan untuk mengontrol kondisi kesehatan pekerja. Biasanya
pemeriksaan berkala dilakukan setahun sekali.
c. Pemeriksaan Khusus :
Pemariksaan kesehatan secara khusus ini dilakukan pada
pekerja- pekerja yang mengalami keluhan-keluhan akibat terpapar
getaran.
Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini (B,
sugeng. 2003):
1. Anamnesis (wawancara) meliputi, identitas, riwayat kesehatan, riwayat
penyakit, dan keluhan yang dialami saat ini.
2. Riwayat pekerjaan
9
a. Sejak pertama kali bekerja (kapan mulai bekerja di tempat tersebut)
b. Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis
bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat
pelindun diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang dilakukan,
kegemaran (hobi), dan kebiasaan lain (merokok, alkohol)
c. Sesuai tingkat penegtahuan, pemahaman pekerjaan.
3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak
bekerja
a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi
pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau hilang.
b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.
c. informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesa atau dari data
penyakit di perusahaan.
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan
a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik.
b. Pemeriksaan laboratorium membantu diagnostik klinis.
c. Dugaan adanya penyakit akibat bekerja dilakukan juga melalui
pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis.
5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
a. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru (pneumokoniosis-
pembacaan standart ILO).
b. Pemeriksaan audiometri.
c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah dan urine.
6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygine perusahaan
yang memerlukan:
a. Kerjasama dengan tenaga ahli hygine perusahaan.
b. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data yang
ada.
c. Pengenalan secara lengsung sistem kerja dan lama pemakaian.
7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain
a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinis,
kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja, atau melalui
pengamatan (penelitian) yang relatif lebih lama.
10
b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi, dan dokter penasehat
(kaitannya dengan kompensasi).
11
3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit
tersebut.
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang
mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit
yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah
yang menyatakan hal tersebut diatas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa
penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu
dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat
menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama dan
sebagainya).
4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting
untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang
ada untuk dapat menetukan diagnosis penyakit akibat kerja.
5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat
perkerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanan, misalnya
penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga
resikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan
(riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif
terhadap pajanan yang dialami.
6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit?
Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan
penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu
dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya.
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu
keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar
ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan
merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjann
hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu
12
dibedakan waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan
dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan
pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita
penyakit tersebut pada saat ini.
Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila
penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung
pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat
timbulnya penyakit.
13
J. Promosi Kesehatan Dalam Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
14
b. Aktivitas perubahan perilaku, membantu para partisipan
mengembangkan perilaku yang lebih sehat (contoh, menghentikan
kebiasaan merokok,olah raga teratur, dan nutrisi sehat).
c. Lingkungan penunjang, menciptakan peluang kerja yang meningkatkan
gaya hidup sehat (contoh, penyediaan makanan rendah lemak di
cafetaria, kelas aerobik di tempat kerja, menyediakan waktu senggang
untuk skrining kesehatan, kudapan sehat di etalase makanan).
16
benar, 90% pekerja berpartisipasi akan mendemonstrasikan
prosedur mengangkat yang benar.
4) Manfaat yang diharapkan: Tulislah hasil program (contoh, jumlah
absensi pekerja karena nyeri punggung bawah menurun). Ide yang
bagus jika dalam proposal, dicantumkan jumlah absensi pekerja
pada tahun terkahir dan besarnya presentase keberhasila program
yang diajukan dalammenurunkan ketidakhadiran. Selain itu,
cantumkan pula pada laporan Anda, nama perusahaan lain hasil
temuan Anda dari literatur yang mengimplementasikan program
serupa, beserta keberhasila yang dicapai oleh perusahaan tersebut.
5) Biaya: Proyeksi akurat dari biaya program (material, waktu para
pengajar, insentif), dan profit yang diharapkan dari penurunan
ketidakhadiran dan peningkatan produktivitas.
b. Implementasi program promosi kesehatan
Marketing adalah bagian esensial dari keberhasilan implementasi
program. Termasuk di dalam beberapa strategi Marketing adalah:
1) Poster. Harus tampak profesional. Judul dan kata-kata yang
menarik adalah unsur penting (contoh, “Weigh To Go” untuk
penurunan program berat badan). Ganti poster secara teratur untuk
tetap menarik perhatian.
2) Surat elektronik/ e-mail. Hitungan mundur kegiatan; memberikan
pertanyaan kuis berkaitan dengan kesehatan dan memberikan
jawaban serta rasionalnya pada hari berikutnya.
3) Surat kabar kesehatan. Detail mengenai cerita keberhasilan, seperti
cerita mengenai deteksi dini melanoma maligna, program
penurunan berat badan dengan program jalan kaki, individu yang
menderita tekanan darah tinggi sampai ia berpartisipasi dalam
skrining kesehatan, dan bagaimana perubahan sederhana dari gaya
hidup dapat membantu individu mengontrol penyakit (tanpa
pengobatan).
4) Surat dari pimpinan perusahaan atau manajer keuangan.
Memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk melaksanakan
skrining kesehatan, mengumumkan bahwa perusahaan akan
membayar sebagian atau seluruh biaya dari program penghentian
17
kebiasaan merokok/tes skrining kesehatan, atau mengizinkan atan
jual-beli kebutuhan kesehatan selama 2 jam dengan kehadiran
program kesejahteraan.
5) Memberikan hadiah insentif kepada pekerja yang ikut
berpartisipasi, seperti kaus oblong, topi, sampel tabir surya,
kudapan buah-buahan, botol minuman.
c. Evaluasi program promosi kesehatan
Proses evaluasi memberikan kesempatan untuk menentukan hasil yang
dicapai dari program promosi kesehatan dan mengarahkan peningkatan
pelayanan kesehatan kepada para pekerja. Evaluasi struktur, program,
proses pelaksanaan program dan hasil program adalah tiga pendekatan
yang umum dilakukan dalam meninjau ulang jaminan mutu.
1) Termasuk dalam evaluasi struktur adalah (1) meninjau ulang
mekanisme pelaporan yang diberikan kepada manajemen beserta
dukungan terhadap program promosi kesehatan; (2) menentukan
keadekuatan fasilitas fisik untuk menunjang program; (3)
mengidentifikasi peralatan dan persediaan yang digunakan; (4)
mengidentifikasi kebutuhan kepegawaian dan kualifikasinya; (5)
menganalisis demografik pekerja dan kebutuhan status kesehatan;
(6) menentukan apakah misi, tujuan, dan objektif program
diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan para pekerja
dan kebutuhan bisnis pengusaha.
2) Evaluasi proses mencakup (1) apakah aktivitas promosi kesehatan
sesuai dengan kondisi; (2) apakah program promosi kesehatan di
bentuk untuk memenuhi kebutuhan di lahan kerja (saatnya anda
melakukan perbandingan terhadap pengkajian awal kebutuhan),
dan (3) apakah terdapat pendokumentasian dan pencatatan.
3) Evaluasi hasil berfokus pada (1) apakah tujuan dan objektif yang
diharapkan dapat dicapai; (2) apakah program membawa hasil yang
positif; (3) apakah hasil kesehatan menunjukkan pencegahan
penyakit/ pengetahuan pekerja tentang perawatan diri,
mengembalikan fungsi atau menurunkan ketidaknyamanan; (4)
bagaimana perbandingan keuntungan yang dicapai program dengan
biaya program; dan (5) kepuasan (dari pekerja, pengusaha, dan
18
orang-orang yang bergantung pada pekerja) terhadap kualitas
pelayanan promosi kesehatan yang diterima.Metode yang lazim
digunakan untuk evaluasi adalah skala rating pascaprogram,
observasi, dan wawancara dengan para pekerja tentang
pendapat,sikap, dan kepuasan mereka terhadap program. Tinjauan
ulang bagan dan catatan dapat dilakukan untuk menentukan
perbedaan singkat morbiditas dan mortalitas.
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KESEHATAN KERJA
DENGAN APLIKASI KASUS DI KOMUNITAS PEKERJA DI
PERUSAHAAN EKSPOR IKAN HIDUP PT. CV ANUGRAH SAPUTRA DI
DESA TAPULAGA KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN KONAWE
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
A. Deskripsi Kasus
Sekelompok mahasiswa keperawatan profesi ners stik Avicenna
melakukan kegiatan praktik keperawatan komunitas untuk kesehatan kerja di
komunitas pekerja di perusahaan Ekspor Ikan Hidup PT.CV ANUGRAH
SAPUTRA di Desa Tapulaga Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Provinsi
Sulawesi Tenggara, selama 1 Bulan mulai dari tanggal 5 November sampai 2
Desember 2015. Kami melakukan kegiatan pengkajian selama 3 hari (mulai
tanggal 13-15 november) kepada para pekerja di perusahaan Ekspor Ikan Hidup
PT.CV ANUGRAH SAPUTRA yang berjumlah 10 orang, berdasarkan data dari
HRD perusahaan ini di dapat data umum sebagai berikut:
Jenis kelamin
1. a. Laki-laki 10 orang
b. Perempuan 0 orang
Jenis pekerjaan
a. Penyortiran ikan
2. 9 orang
b. Pengawas 1 orang
Usia
a. 25-35 tahun
b. 36-46 tahun 2 orang
3. 6 orang
c. 47-57 tahun 2 orang
d. 58-60 tahun Orang
Tingkat pendidikan
a. Tamat SD
3 orang
4. b. Tamat SMP 4 orang
c. Tamat SMA 3 orang
5. Lama bekerja
a. 1-2 tahun 4 orang
20
b. 3-4 tahun
2 orang
c. 5-6 tahun 2 orang
d. 7-9 tahun 1 orang
1 orang
e. > 10 tahun
B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Inti
1) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Perusahaan Ekspor Ikan Hidup PT.CV ANUGRAH
SAPUTRA berada di wilayah Desa Tapulaga Kecamatan Soropia
Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas
bangunan pabrik keseluruhan sebesar 1 Ha. Pabrik ini berada di
tepi jalan raya yang merupakan akses utama di Desa Tapulaga
Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi
Tenggara. Terdiri dari beberapa ruangan sektor yang didalamnya
terdapat berbagai macam pekerjaan industri yang berhubungan
dengan ekspor ikan hidup diantaranya adalah bagian penyortiran
lkan hidup, penyimpanan ikan hidup, pengolahan ikan hidup, ruang
dan kolam penampungan ikan hidup, dll. perusahaan Ekspor Ikan
Hidup PT.CV ANUGRAH SAPUTRA merupakan salah satu
perusahan Ekspor Ikan Hidup PT.CV ANUGRAH SAPUTRA
yang terbagi menjadi beberapa bagian tugas didalamnya yaitu
bagian penyortiran ikan hidup pengelompokan ikan hidup
berdasarkan jenis dan pengawasan. Jumlah pekerja di ruangan
perusahaan Ekspor Ikan Hidup PT.CV ANUGRAH SAPUTRA
sebanyak 10 orang (perincian berdasarkan karakteristik umum ada
di tabel yang tersedia di awal) sebagaian besar bekerja adalah orang
bugis 7 orang bajo 3 orang (100%) dan berasal dari desa tapulaga
sebanyak 7 orang (70%). Desa leppe 3 orang (30%).
2) Status kesehatan komunitas
21
Dari pengkajian (anamnesa) dan kuisioner yang dilakukan
mahasiswa langsung kepada para pekerja di perusahaan Ekspor
Ikan Hidup PT.CV ANUGRAH SAPUTRA didapatkan hasil:
a) Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
4 orang pekerja (40%) menegeluhkan sering batuk-batuk
3 orang (30%) pekerja mengeluhkan sering pusing
Sisanya 3 orang (30%) tidak ada keluhan
b) Tanda-tanda vital*
TD:
- < 110/70 mmHg : 2 orang (5%)
- 110/70mmHg-130/90mmHg : 7 orang (75%)
- >130/90 mmHg : 1 orang (20%)
Nadi:
- 60-80x/menit : 2 orang (90%)
- 80-100x/menit : 8 orang (10%)
RR:
- 16-24x/menit : 6 orang (90%)
- >24x/ menit : 4 orang (10%)
Suhu tubuh:
- 36,5°C-37°C : 10 orang (100%)
c) Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) *
ISPA : 2 orang/ kasus (20%)
PPOK : 1 orang (10%)
Diare : 1 orang (10%)
Batuk : 4 orang (40%)
Demam : 1 orang (10%)
Sisanya tidak ada laporan keluhan penyakit 1 orang (10%)
Ket: (*) : data dari klinik perusahaan pada tanggal 12
November 2015
22
dengan memberikan kuisioner kepada 4 pekerja tersebut,
dengan hasil:
23
karena waktu bekerja mereka adalah 9 jam mulai pukul 8 pagi-
5 sore.
h) Pola eliminasi
Saat dilakukan anamnesa kepeada para pekerja Sebanyak 5
orang dari 10 orang (50%) pekerja mengatakan pernah sakit
“anyang-anyangan”, hal ini ternyata disebabkan oleh 3 orang
(60%) kurang sering minum air putih saat bekerja, 2 orang
(40%) menahan BAK karena jarak kamar mandi dengan ruang
penyortiran agak jauh. .
i) Pola aktivitas gerak
Saat dilakukan anamnesa kepada para pekerja sebanyak 10
orang dari 10 orang (100%) jumlah pekerja mengeluhkan
sering merasa pegal di daerah leher dan punggungnya. Saat
dilakukan observasi secara langsung ternyata sebanyak 5 orang
(50%) pekerja duduk dengan posisi duduk yang salah/ terlalu
membungkuk,5 orang (50%) tidak menggerak-gerakkan
badannya untuk merelaksasi tubuhnya/ berada dalam posisi
duduk yang sama dalam waktu yang lama.
24
Berdasarkan data dari perusahaan semua pekerja tidak
mendapatkan asuransi kesehatan, tetapi data yang di dapat
dari pekerja menunjukka bahwa:
No. Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Pekerja yang memeriksakan kesehatan
1. 1 orang 10%
secara rutin ke klinik
Pekerja yang memeriksakan
2. 2 orang 20%
kesehatannya saat sakit saja
Pekerja yang tidak pernah/ belum
3. pernah datang ke klinik untuk 7 orang 70%
memeriksakan kesehatannya
25
terbuat dari papan dengan lantai dari semen/ plesteran, ventilasi di
ruangan ini berasal dari jendela –jendela kecil di atas tembok sisi
bangunan total 5 buah, penerangan ruangan berasal dari pintu ruangan
kecil yang di buka saat jam kerja bila menjelang sore terdapat lampu
neon yang memberikan pencahayaan diruangan ini. Kebersihan di
dalam ruangan kurang rapi dan agak kotor. Kondisi kamar mandi
kurang bersih tetapi jumlahnya sangat terbatas dan jarak.
d. Pelayanan kesehatan dan sosial
Di perusahaan PT. Anugerah putra tidak terdapat sebuah klinik
kesehatan yang disediakan untuk seluruh pekerja dan pegawai
diperusahaan ini. Sumber kesehatan yang ada di dekat perusahaan
yakni PUSTU (puskesmas pembantu) yang ada di Pustu ini adalah
terdapat 1 perawat, fasilitas alat yang dimiliki klinik ini terdiri dari 2
kamar tidur, obat-obatan yang cukup lengkap .
e. Ekonomi
Rata-rata penghasilan pekerja di ruangan 1-1,5 juta rupiah
sedangkan untuk bagian pengawas sekitar 1,5-2 juta rupiah.
h. Sistem komunikasi
Sarana komunikasi yang digunakan oleh pekerja di ruangan
sebagaian besar menggunakan alat komunikasi telfon genggam (HP)
26
sebagai alat komunikasi antara pekerja, keluarga dan masyarakatnya.
Mayoritas pekerja dengan menggunakan bahasa bugis dan sebagaian
kecil menggunakan bahasa bajo.
i. Pendidikan
Data yang didapat dari HRD perusahaan Anugerah saputra
didapatkan data tingkat pendidikan pekerja di ruangan adalah sebagai
berikut:
Tingkat pendidikan
a. Tamat SD
b. Tamat SMP 3 orang
4 orang
c. Tamat SMA 3 orang
2. Pengolahan Data
a. Komposisi pekerja berdasarkan suku
27
Menurut suku
Laki-
laki
Pere 40%
mpua
n
60%
28
Menurut Jenis Pekerjaan
Pengawas
10%
Pengepakan Pengelintingan
35% 55%
29
Berdasarkan komposisi pekerja berdasarkan usia, terlihat bahwa
bahwa pekerja di perusahaan PT. CV.ANUGERAH SAPUTRA yang
terbanyak berusia 36-46 tahun sebanyak 4 orang (40%).
d. Komposisi pekerja berdasarkan tingkat pendidikan
Tamat SMP
45%
Lama Bekerja
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
5-10 th 11-15 th 16-20 th 21-25 th > 25 th
30
Gambar; komposisi pekerja berdasarkan lama bekerja di perusahaan PT. CV.ANUGERAH
SAPUTRA di desa tapulaga pada tanggal 13-15 november 2015
C. Analisa Data
Data yang telah kami dapat dari hasil pengkajian yang kami lakukan
mulai tanggal 13-15 november 2015, untuk menentukan diagnosa
keperawatan maka kami menyusun analisa data sebagai berikut;
NO
DATA ETIOLOGI PROBLEM
.
31
pekerja yang
sering batuk .
4 orang
(40%)dari 10
pekerja yang
sering batuk
mengalami batuk
menahun
sekurang-
kurangnya
selama 2 tahun.
4 orang (40%)
dari 10 pekeja
yang sering
batuk saat batuk
selalu berdahak
dan beriak.
1 orang (10%)
dari 10 pekerja
yang sering
batuk positif
didiagnosa
PPOK
1 orang (10%)
dari 10 pekerja
yang sering
batuk merasa
dada berat saat
bernafas.
Riwayat penyakit
pekerja ruangan
sektor A7 dalam satu
tahun terakhir; ISPA:
32
2 orang/ kasus (20%),
PPOK: 1 orang
(10%), batuk 4 orang
(40%).
Pekerja yang tidak
menggunakan masker
dan sarung tangan
diruangan sebanyak
10 orang dari 10
orang pekerja
(100%).
7 orang (70%) dari
10 pekerja diruangan
tidak mengetahui
pentingnya K3 bagi
kesehatan dan
keselamatan mereka
33
10 orang pekerja
dibagian tidak
mencuci tangan
setelah bekerja.
.
3 orang (30%) dari
10 orang pekerja
mencuci tangan tapi
dengan prosedur
yang kurang benar.
pegal di daerah
punggung dan leher.
DO:
10 orang dari 10
orang (100%) jumlah
pekerja mengeluhkan
sering merasa pegal
di daerah leher dan
punggungnya.
5 orang (50%)
dari 10 orang
pekerja duduk
dengan posisi
duduk yang
salah/ terlalu
membungkuk.
5 orang (50%)
dari 10 orang
pekerja tidak
menggerak-
gerakkan
34
badannya untuk
merelaksasi
tubuhnya/ berada
dalam posisi
duduk yang sama
dalam waktu
yang lama.
D. Penapisan masalah
Dari hasil analisa data, didapatkan data yang kemudian dilakukan
penapisan masalah untuk menentukan perioritas masalah, adapun penapisan
masalah tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1. Resiko 5 5 5 5 4 3 4 3 34 Keterangan
terjadinya kriteria:
peningkatan 1. Sesuai
penyakit
dg peran
akibat kerja
berhubunga perawat
n dengan
komunitas
kurang
pengetahua 2. Resiko
n pekerja
terjadi/jumla
dan
perusahaan h yang
tentang
beresiko
standar
keselamatan 3. Resiko
dan
parah
kesehatan
kerja, 4. Potensi
penggunaan
utk
APD, posisi
kerja yang pend.kesehat
benar,fasilit
an
as kerja.
2. Perilaku 5 4 4 5 4 4 4 3 33 5. Interest
kesehatan
utk
cenderung
35
beresiko
pada
pekerja
perusahaan
perusahaan
PT.
CV.ANUG
ERAH
SAPUTRA
berhubunga
n dengan
Ketidakade
kuatan
hygine
perorangan
pada
pekerja
3. Resiko 4 5 3 4 4 4 3 4 31
cidera kerja komunitas
pada
pekerja 6. Kemun
perusahaan gkinan
PT.
CV.ANUG diatasi
ERAH 7. Releva
SAPUTRA
berhubunga n dg program
n dengan 8. Tersedi
Posisi tubuh
saat bekerja anya sumber
yang salah daya
pada
pekerja
Keterangan
Pembobotan:
1.Sangat
rendah
No
Diagnosa Keperawatan Score
.
36
perusahaan tentang standar keselamatan dan kesehatan
kerja, penggunaan APD, posisi kerja yang benar,fasilitas
kerja.
Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada pekerja
perusahaan PT. CV.ANUGERAH SAPUTRA
2. 33
berhubungan dengan Ketidakadekuatan hygine
perorangan pada pekerja.
Resiko cidera kerja pada pekerja perusahaan PT.
3. CV.ANUGERAH SAPUTRA berhubungan dengan 31
Posisi tubuh saat bekerja yang salah pada pekerja.
F. Rencana kegiatan
a. Terdiri dari:
1) Pemaparan materi pada pemilik usaha dan pekerja mengenai
berbagai kecelakaan kerja
2) Pemaparan materi pada pemilik usaha dan pekerja mengenai risiko
yang bisa terjadi akibat tidak menggunakan APD
b. Terdiri dari:
1) Pemaparan materi mengenai manfaat APD dan macam-macamnya
2) Pengenalan alat yang digunakan untuk melindungi pekerja
3) Memasang poster tentang akibat yang ditimbulkan jika tidak
menggunakan APD
4) Menyebar leaflet tentang pentingnya APD dan bahaya tidak
menggunakan APD
c. Terdiri dari:
1) Mempraktikan cara penggunaan APD langsung oleh anggota
perusahaan.
2) Memotivasi pemilik usaha dan pekerja berkenaan penggunaan
APD
d. Terdiri dari:
1) Bersama berdiskusi tentang pemilihan APD
37
2) Mengajak pemilik usaha untuk membina hubungan kemitraan
dengan penyedia APD dan pihak puskesmas.
3) Mempromosikan penggunaan APD kepada karyawan.
4) Pemilik membuat peraturan bagi para karyawannya untuk wajib
menggunakan APD
G. Evaluasi
a. Terdiri dari:
1) Pekerja dapat menyebutkan kembali 3 dari 4 kecelakaan kerja
2) Pekerja dapat menyebutkan kembali apa yang dimaksud dengan
kecelakaan kerja.
3) Pekerja dapat menyebutkan kembali 4 dari 7 resiko masalah kesehatan
akibat kecelakaan kerja
b. Pekerja dapat menyebutkan kembali 4 dari 5 jenis-jenis APD yang telah
di kenalkan penyuluh.
c. Terdiri dari:
1) Para pekerja beserta petugas kesehatan dan mahasiswa
mendiskusikan temtang APD
2) Pemilik usaha memutuskan untuk menggunakan APD
d. Terdiri dari:
1) Pemilik mau mengadakan kerjasama dengan perusahaan APD
2) Pemilik mampu mengajak pekerja untuk menggunakan APD
3) Pemilik mampu membuat peraturan penggun aan APD
4) Pekerja mau mematuhi aturan yang sudah dibuat
38
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan
arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan (KEP-51/MEN/1999).
Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga
pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng Budiono, 2003:35). Getaran ialah
gerakan ossilasi disekitar titik (J.M. Harrington, 1996:187).
Vibrasi adalah gerakan, dapat disebabkan oleh getaran udara atau
getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya (J.F. Gabriel,
1996:96). Geteran merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan
ukuran hertz(Depkes, 2003:21).
B. Saran
Dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Pembahasan dalam
makalah ini (Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja Dengan Pendekatan
39
Proses Keperawatan Kasus Bahaya Vibrasi (Getaran ) merupakan masalah
yang sering terjadi di kehidupan masyarakat, oleh karena itu penulis
menyarankan agar para pembaca memahami tentang isi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25608/4/Chapter%20II.pdf
http://arekteknik.com/vibration.html
40
41