Anda di halaman 1dari 236

1.

ANALGESIK NARKOTIK

Petidin

Bentuk sediaan -
Oral, 50-150 mg tiap 4 jam, anak, 0,5-2 mg/kg. Injrksi subkutan
atau intramuskuler, 25-100 mg diulang setelah 4 jam, anak:
injeksi intramuscular 0,5-2 mg/kg. injeksi intrsvena lambat 25-
Dosis 50 mg, diulang setelah 4 jam. Analgesia obstetrik, injeksi
subkutan, atau intramuscular 50-100 mg diulang 1-3
jamkemudian bila perlu, maksimum 400 mg dalam 24 jam.

Nyeri sedang sampai berat, analgesia perioperatif,


Farmakologi / Indikasi premedikasi, analgesia obstetric.

Hindari pada depresi napas akut, alkoholisme akut, dan bila


terdapat risiko ileus paralitik, tidak dianjurkan untuk akut
Kontraindikasi abdomen, juga hindari pada peningkatan tekanan cranial atau
cedera kepala, hindari injeksi pada feokromositoma.

Interaksi obat -
Hipotensi, hipoteroidism, asma dan turunnya cadangan
pernafasan, hipertrofi prostate, wanita hamil dan menyusui,
dapat menyebabkan koma pada kerusakan hati, hindari pada
kerusakan ginjal, penderita lanjut usia dan sakit parah.
Peringatan
Penggunaan analgesic opiodi secara umum tidak dianjurkan
pada anak-anak dan harus dihindari seluruhnya pada anak
dibawah 1 tahun.

Farmakokinetika -
Adverse Drug Reaction (ADR) Mual dan muntah (khususnya pada permulaan), konstipasi dan
rasa mengantuk, dosis lebih besar dapat memberikan depresi
nafas dan hipotensi, efek samping lain termasuk sulit kencing,
spasme bilier atau urcter, mulut kering, berkeringat, sakit
kepala, muka merah, vertigo, bradikardia, takikardia, palpitasi,
hipotensi postural, hipotermia, halusinasi, disforia, perubahan
suasana hati, ketergantungan, miosis, menurunnya libido atau
potensi, ruam kulit, urtikaria dan pruritus kalau overdosis.

Instruksi pada pasien

2. ANALGESIK NON NARKOTIK

Alupurinol

Tab 100 mg
Bentuk sediaan
BB/ktq 100/1000 tab
dosis awal 100 mg sebagai dosis tunggal, setelah makan, secara
bertahap naikkan selama 1-3 minggu sesuai dengan konsentrasi
asam urat dalam plasma atau di urin, sampai sekitar 300 mg
Dosis
sehari; dosis pemeliharaan lazim 200-600 mg, jarang 900 mg
sehari, dibagi ke dalam dosis yang tidak lebih dari 300 mg; ANAK
(dalam kondisi neoplastik, gangguan enzim) 10-20 mg/kg/hari.
Farmakologi / Indikasi profilaksis gout dan batu asam urat dan kalsium oksalat di ginjal.
bukan pengobatan untuk gout akut tetapi teruskan jika terjadi
serangan ketika sudah memakai alupurinol, dan atasi serangan
Kontraindikasi
secara khusus (lihat keterangan di atas).

akan menaikkan resiko keracunan kaptopril terutama pada


gangguan ginjal, kemungkinan meningkatkan kerja nikumalon dan
Interaksi obat
warfarin, meningkatkan resiko nefrotoksisitas dengan siklosporin.

berikan kolkisin profilaktik atau AINS (bukan asetosal atau salisilat)


hingga setidaknya 1 bulan setelah hiperurisemia dikoreksi;
pastikan asupan cairan yang memadai (2 liter sehari); gagal hati
Peringatan dan ginjal. Dalam kondisi neoplastik, pengobatan dengan
alopurinol (bila perlu) harus dimulai sebelum pemberian obat
sitotoksik.

Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR) ruam (hentikan terapi; jika ruam ringan; gunakan kembali dengan
hati-hati namun hentikan segera apabila muncul kembali-reaksi
kulit dikaitkan dengan pengelupasan kulit, demam, limfadenopati,
artralgia, dan eosinofilia, sindrom mirip sindrom Stevens-Johson
atau Lyell, jarang terjadi); gangguan saluran cerna; jarang malaise,
sakit kepala, vertigo, mengantuk, gangguan pengecapan,
hipertensi; deposit zantin di otot tanpa gejala, alopesia,
hepatotoksistas, para-estasia dan neuropati.
Instruksi pada pasien

Asam Asetilsalisilat (Asetosal)


Bentuk sediaan
 300-900 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan;
Dosis maksimum 4 g per hari. ANAK tidak dianjurkan.

Farmakologi / Indikasi nyeri ringan sampai sedang; demam; antiplatelet.


 anak di bawah usia 12 tahun dan anak
yang sedang disusui (Sindrom Reye); ulserasi sauran
cerna; hemofilia; tidak untuk pengobatan gaut.
 asetosal dan AINS lainnya tidak boleh
diberikan pada penderita dengan riwayat
Kontraindikasi hipersensitivitas terhadap asetosal dan AINS lain;
termasuk mereka yang terserang asma; angioudema;
urtikaria atau renitis yang ditimbulkan oleh asetosal
dan AINS lain.

Analgetik lain : hindari pemberian bersama dengan


AINS lain (meningkatkan efek saping).
Interaksi obat Antasid dan Adsorben : eksresi asetosal dinaikan pada
urin yang basa.

 asma; penyakit alegi; menurunnya fungsi ginjal


atau hati (hindarkan bila hebat); dehidrasi; kehamilan;
Peringatan
pasien lanjut usia.

Farmakokinetika onset analgesik 30 menit. Salisilat utamanya dimetabolisme di hati.


Waktu paruh salisilat tergantung dosis. Dosis 0,25g T1/2 2,4 jam;
dosis 1g T1/2 5 jam; Dosis 1,3g T1/2 6,1jam; Dosis 10-20g T1/2 19
jam.
 biasanya ringan dan tidak sering; tapi
insidens tinggi untuk iritasi saluran cerna dengan
perdarahan ringan yang asimptomatis; memanjangnya
Adverse Drug Reaction (ADR)
bleeding time; bronkospasme; dan reaksi kulit pada
pasien hipersensitif.

Instruksi pada pasien

KOLKHISIN

- Tablet : 500  g, 600  g dalam kemasan 10 strip 10 tablet


Bentuk sediaan - Injeksi : 500  g/ml

Dosis Untuk asam urat akut, initial terapi 1-1,2 mg secara peroral pada
serangan pertama, kemudian 0,5-1,2 mg tiap 1-2 jam saat nyeri
hilang atau terjadi keracunan dalam saluran pencernaan (seperti
mual, muntah, nyeri perut atau diare) dosis maksimum 4-8 mg.
Nyeri dan bengkak akan mereda dalam 12 hari dan biasanya akan
hilang dalam 24-48 jam. Dosis peroral untuk asam urat propilaksis
kronis 0,5-1,8 mg/hari dalam dosis terbagi. Dosis peroral untuk
propilaksis karena pembedahan dengan asam urat adalah 0,5-0,6
mg, diberikan 3 hari sebelum dan sesudah pembedahan.
Pemberian secara intravena untuk asam urat akut (jika pasien tidak
dapat diberikan secara oral) untuk inisial terapi 1-2 mg, dilarutkan
(jika diinginkan) dalam NS nonbakteri selama 2-5 meit kemudian
0,5 mg tiap 6-24 jam, dosis maksimum 4 mg dalam 24 jam atau 4
mg terapi tunggal. Beberapa klinisi merekomendasikan IV dosis
tunggal 3 mg lebih dari 5 menit, rekomendasi lainnya adalah dosis
 1 mg, kemudian 0,5 mg sebanyak 1-2 kali tiap hari. Jika nyeri
kambuh, berikan 1-2 mg/hari selama beberapa hari, walaupun
tidak banyak kolkhisin yang seharusnya diberikan dalam beberapa
jalur pemberian selama sedikitnya 7 hari sampai dosis maksimum
(4 mg) dalam terapi IV. Kolkhisin secara IV yang sangat iritatif dan
ekstravaskuler harus dihindari untuk menjaga jaringan dan
kerusakan saraf., perubahan ke terapi oral dimungkinkan. Jangan
diberikan seca IM dan SC.
Populasi Khusus
Dosis Geriatri Kurangi dosis maksimum kolkhisin secara IV
hingga 2 mg, selama 3 minggu, dan dosis lebih rendah untuk
pemberian oral kolkhisin selanjutnya (maintenance dose).
Kondisi Lain. Kurangi dosis total IV dan PO kolkhisin pada
kondisi pasien gagal ginjal. Dosis profilaksis kolkhisin tidak

lebih dari 0,5 mg/hari dengan CL cr  50 mL/menit, karena


beririko meningkatkan neuritis periferal dan myopathy. Tidak
direkomendasikan pada pasien yang memerlukan hemodialisis.

Kolkhisin merupakan agen antiinflamasi yang spesifik


untuk asam urat yang disebabkan karena kegagalan
kemotaksis leukosit, mobilitas, adhesi dan fagositosis serta
Farmakologi / Indikasi
reduksi asam laktat yang mengakibatkan menurunnya
timbunan kristal urat.

Penyakit jantung, hepar, ginjal, gastrointestinal yang


serius, bila digunakan pada pasien gagal ginjal dan gangguan
Kontraindikasi
hepar

Interaksi obat
Peringatan Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang gariatri atau
pasien lema, khususnya pada manisfestasi klinis hepar, renal,
gastrointestinal, atau penderita gangguan hepar. Kurangi dosis
jika terjadi anoreksia, mual, muntah, nyeri perut atau diare

Nasib. Secara cepat diabsorbsi setelah pemberian oral

(pada orang dewasa sehat, 44  17%, pada geriatri 45  19%)


dengan deasetilasi hepatik. Plasma protein binding 50%,
leukosit uptake terjadi bila digunakan lebih dari 9 hari.
Distribusi setelah pemberian secara IV adalah triphasic, Vd 6,7
 1,4 L/kg untuk orang dewasa sehat dan 6,3  2,3L/kg untuk
geriatri. Cl 0,15  0,02 L/jam/kg untuk orang dewasa sehat dan
Farmakokinetika
0,12  0,01 L/jam/kg untuk geriatri. Urinaria (10 % dalam
bentuk utuh), terjadi eliminasi secara fekal.
Waktu paruh. Pada orang dewasa sehat adalah 1,2  0,2

jam, fase eliminasi 30  6jam. Pada geriatri adalah 1,2  0,1

jam, fase eliminasi 34  8jam.

Mual, muntah, nyeri perut, diare berulang dan dapat terjadi


beberapa jam setelah pemberian oral atau IV. Pemberian jangka
panjang dapat menyebabkan depresi sumsum tulang dengan
agranulosit atau trombositopenia, anemia aplastik, dan purpura.
Neuritis periferal dan myopathy dengan kenaikan kreatinin kinase.
Reaksi ini dikaitkan dengan penggunaan dosis standar (tidak
Adverse Drug Reaction (ADR)
dilakukan pengaturan dosis) pada penderita gangguan ginjal dan
terjadi 3-4 minggu setelah pemutusan pemberian obat. Alopecia,
malabsorpsi reversibel vitamin B2, dan terjadi azoospermia
reversibel. Overdosis dapat menyebabkan pendarahan
gastrointestinal, kerusakan vaskuler, nefrotoksik, dan paralisis.

Instruksi pada pasien Pasien seharusnya selalu menyediakan obat ini dan segera minum
obat saat gejala awal muncul karena serangan asam urat.
Meredakan nyeri asam urat dan terjadi mual, muntah, nyeri perut
atau diare menandakan telah mencapai dosis maksimum,
sebaiknya hentikan pemakaian. Setelah terapi untuk mengatasi
serangan asam urat, jangan menggunakan kokhisin lagi selam 3
hari. Segera laporkan bila terjadi pendarahan gastrointestinal yang
dapat menandakan gejala awal keparahan, tetapi hal ini jarag
terjadi
Dosis yang Hilang. Jika pasien menggunakan obat ini dengan
interval regular, misalnya setiap hari, dan pasien lupa meminum
obai ini, maka pasien harus meminum obat ini saat pasien tersebut
ingat. Jika pasien ingat untuk minum obat saat mendekati dosis
berikutnya, jangan minum obat tersebut karena dapat terjadi dosis
ganda atau dosis ekstra.
Catatan :
Kolkhisin lebih efektif ketika diberikan diawal serangan
sebelum terjadi kemotaksis sel darah putih. Untuk asam urat
akut, NSAID atau kortikosteroid (sistemik atau intra artikular)
mungkin diperlukan, kolkhisin harian sering diberikan untuk
serangan propilaksis asam urat kambuhan sebelum dan selama
beberapa bulan terapi alopurinol atau urikosurik. Terapi
profilaksis berkelanjutan efktif untuk mengatasi serangan akut
dan disfungsi renal karena demam Mediterania. Terapi
kolkhisin juga efektif untuk sirosis empedu da inflamsi kulit
tetentu.

Parasetamol
Bentuk sediaan
Dosis Oral
- Dewasa : 500 –1000 mg setiap 6 jam
- Anak (6-12 tahun) : 125-250 mg 3-4x sehari
- Bayi dan Anak Kecil : dengan batuk tetes ( ukuran
pipet = 60 mg/0,6 ml ) atau elixir ( 125 mg/5 ml )
- Bayi ( < 1 tahun ) :1/2 sendok the atau 1 ukuran
pipet, 3-4x sehari
- Anak Kecil ( 1 - 3 tahun ) :1/2 – 1 sendok the, atau 1-
2 ukuran pipet, 3-4x sehari
- Anak ( 4 - 5 tahun ) : 1 ½ sendok the, atau 3
ukuran pipet, 3-4x sehari.

nyeri ringan sampai sedang ( termasuk sakit kepala, mialgia,


keluhan sesudah imunisasi, dan keluhan sesudah
Farmakologi / Indikasi tonsilektomi ) serta menurunkan demam yang menyertai
infeksi bakteri dan virus.

Pasien dengan penyakit hatia atau ikterus


Kontraindikasi

- Warfarin : meningkatkan hipoprotrombinemia


( sedikit )
- Dalam darah/serum : meningkatkan waktu
protrombin, meningkatkan kadar asam urat
Interaksi obat ( dengan metode phosphotungstat ).
- Dalam urin : meningkatkan 5-HIAA ( dengan test
reagen nitrosonapthol ).

Berkurangnya fungsi hati dan ginjal ; ketergantungan


Peringatan pada alkohol

Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR) Efek samping jarang ; kecuali ruam kulit; kelainan
darah ; pankreatitis akut dilaporkan setelah
penggunaan jangka panjang
6-10 g parasetamol sekaligus dapat menimbulkan
kerusakan hati yang fatal. Penelitian mutakhir
menunjukkan bahwa Nacetylcysteine dipakai sebagai
antidotum.

Instruksi pada pasien

3. ANASTESI LOKAL

LIDOKAIN
 injeksi inflate 1% (HCl) ktk 100 ampul @
2 ml
 injeksi p.v. 2% (HCl) ktk 100 ampul @ 2
Bentuk sediaan ml
 jeli 2% tube 25 g
 semprot 4%, botol 50 ml

 : injeksi intravena, pada pasien tanpa gangguan


sirkulasi yang berat, 100 mg sebagai bolus selama
beberapa menit (50 mg pada pasien dengan BB lebih
ringan atau pasien dengan gangguan sirkulasi yang berat),
Dosis segera diikuti dengan infuse 4 mg/menit selama 30 menit,
2 mg/menit selama 2 jam, kemudian 1 mg/menit;
kadarnya dikurangi lagi bila infusnya dilanjutkan lebih dari
24 jam.

Farmakologi / Indikasi
 gangguan nodus SA, semua derajat blok AV,
Kontraindikasi depresi miokard yang berat; porfiria.
 Propanolol menurunkan klirens lidokain. Simetidin
dapat menurunkan klirens lidokain, namun penurunan
dosis simetidin secara bersamaan tidak dianjurkan.
Interaksi obat
Fenitoin dapat menurunkan kadar lidokain dalam serum
dan meningkatkan depresi miokardial.

 pemberian lidokain untuk mencegah fibrilasi


ventricular MI akut tidak dianjurkan. Toksisitas selama
Peringatan
karena absorpsi lidokain melaluui trakea telah dilaporkan.

Farmakokinetika  Onset dan durasi. Onset IV seketika/langsung,


durasi IV bolus sekitar 10-20 menit setelah pemberian.
Onset IM 10 menit, durasinya 3 jam. Kadar serum.
Terapeutik (total), 1.5-6 mg/L (7-28 mol/L); 42 tidak
terikat, 0.5-1.5 mg/L (2-7 mol/L). Reaksi toksisitas terjadi
pada konsentrasi total > Toxic reactions are more likely at
total concentrations 5 mg/L (22 mol/L). Nasib obat. Obat
diabsorpsi dengan baik secara oral, namun mengalami
metabolisme pertama di hati dengan ketersediaan sistemik
mencapai to 35 ± 11%. Absorpsi secara IM dengan waktu
paruh 12-28 menit. Obat terikat pada protein plasma
sekitar 70 ± 5%; Vd-nya 1.3 ± 0.4 L/kg dalam pasien normal
dan pada pasien dengan CHF. Cl-nya0.55 ± 0.14 L/jam/kg,
menurun pada pasien dengan CHF, penyakit hati, dan
selama infuse dalam waktu lama. Metabolisme utama
lidokain terdapat di hati, dengan 2 ± 1% bentuk utuh
diekskresi lewat urin. Metabolit utamanya,
monoethylglycinexylidide (MEGX) dan glycinexylidide,
dapat menyebabkan neurotoksik dan efek antiaritmik.
Akumulasi metabolit ini pada penderita gangguan ginjal
dan infus yang lama dapat menyebabkan terjadinya
ketoksikan lidokain.
 pusing, kesemutan, atau mengantuk (terutama
bila injeksi terlalu cepat); efek SSP lainnya (bingung,
depresi pernafasan, dan konvulsi); hipotensi dan
Adverse Drug Reaction (ADR)
bradikardi (sampai terjadi henti jantung); dan
hipersensitivitas.

 efek samping yang dilaporkan antara lain


mengantuk, mati rasa atau perih pada perioral, pusing,
Instruksi pada pasien
nausea selama pemberian infuse.

4. ANASTESI UMUM DAN OKSIGEN

Ketamin

Bentuk sediaan
njeksi IM, prosedur singkta, diawali 6.5–13 mg/kg (10 mg/kg
biasanya menghasilkan 12–25 menit anestesia pada
operasi). Prosedur diagnostic manoeuvres yang rasaya
nyerinya tidak terlalu intens, diawali 4 mg/kg. IV injeksi
setelah 60 deti, prosedur singkat, diawali 1–4.5 mg/kg
Dosis
(2 mg/kg biasanya menghasilkan 5–10 menit anestesi pada
operasi). IV infus pada larutan konsentrasi 1 mg/mL,
prosedur panjang, induksi, total dosis pada 0.5–2 mg/kg;
maintenance, 10–45 micrograms/kg/menit, nilainya
disesuaikan dengan respon penderita.

Farmakologi / Indikasi Induksi dan pemeliharan anestesi

Pasien hipertensi dan pada orang yang mengalami halusinasi


Kontraindikasi
atau ketakutan yang sangat.

Interaksi obat Meningkatkan toksisitas SSP ketika diberikan dengan


memantine. Meningkatkan resiko konvulsi ketika diberikan
bersamaan dengan teofilin. Meningkatkan efek hipotensi
ketika diberikan dengan ACE inhibitor, adrenergik, α blocker,
angiotensin-II receptor antagonist. Meningkatkan resiko
aritmia dan hipotensi ketika anestesi general diberikan
bersama dengan antidepressant tricylic.

Peringatan Memiliki potensi ketergantungan

Farmakokinetika
Depresi saluran pernapasan neonates, dosis thiopental tidak
Adverse Drug Reaction (ADR) boleh lebih dari 250 mg.

Instruksi pada pasien

OKSIGEN
Bentuk sediaan

Dosis

Farmakologi / Indikasi pasien hipoksia untuk meningkatkan pasokan oksigen alveolar, dan
menurunkan kerja nafas untuk mempertahankan oksigen arteri.
Konsentrasi yang diberikan kepada pasien tergantung pada kondisi
yang dialami pasien, apabila konsentrasi yang diberikan tidak
sesuai dengan kondisi pasien akan menyebabkan kematian.

Biasanya diresepkan untuk Terapi oksigen konsentrasi tinggi:

Dengan konsentrasi hingga mencapai 60%, aman untuk kondisi


pneumonia, asma, tromboembolisme pulmonary, dan fibrosing
alveolitis.

 Terapi oksigen konsentrasi rendah:


Sesuai untuk pasien yang mengalami gagal nafas karena
penyakit penyumbatan paru-paru kronik. Konsentrasi
oksigen tidak melebihi 28% dan untuk beberap pasien
pada konsentrasi 24% sudah overdosis. Tujuannya adalah
untuk menyediakan oksigen yang cukup bagi pasien
dengan hipoksia yang sesuai.

Kontraindikasi

Interaksi obat

Peringatan

Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

NATRIUM TIOPENTON

Bentuk sediaan

injeksi intravena
Induksi anestesi : infant (5-8 mg/kg), anak-anak 1-12 tahun
(5-6 mg/kg), dewasa (3-5 mg/kg)
Maintence anestesi : anak-anak (1 mg/kg), dewasa (25-100
mg/kg)
Dosis
Kejang : anak-anak (2-3 mg/kg/dosis), dewasa (75-250
mg/kg/dose) ulangi jika perlu
Adjusment dose pada pasien gagal ginjal : ClR < 10 ml/menit
berikan 75% dari dosis normal.

Farmakologi / Indikasi induksi anestesia umum; anestesia jangka waktu singkat.

thiopental menghasilkan anestesi dengan menekan


polisinaptik system aktivasi reticular midbrain secara
langsung. Thiopental menurunkan presinaptik (dengan
menurunkan pelepasan neurotransmiter) dan eksitasi
possinaptik. Efek ini dapat meningkatkan kadar GABA, efek
GABA, atau efek langsung pada reseptor GABA.

pasien yang hipersensitif terhadap thiopental, barbiturate,


asma, penyakit kardiovaskular berat, porphyria, tidak boleh
Kontraindikasi
diberikan dengan injeksi intraarterial.

: penggunaan antihistamin, benzodiazepine, hipnotik,


narkotik, fenotiazin, sedatif, dapat meningkatkan efek
Interaksi obat
thiopental. Alkohol dapat meningkatkan efek depresi.

Dapat terjadi laryngspasme atau bronkospasme, Berikan


perhatian yang ketat ketika digunakan pada pasien
aneuryysma tidak stabil, penyakit kardiovaskuler, gagal
ginjal, atau penyakit hati, pasien geriatric, diabetes, dan
pediatric. Dapat menyebabkan respon paradoksikal, termasuk
agitasi dan hiperaktif, biasanya pada pasien nyeri akut dan
Peringatan
pediatric. Efek dapat meningkat dengan obat sedative lain
atau etanol. Dapat menyebabkan depresi respiratori atau
hipotensi ketika digunakan pada pasien yang secara
hemodinamika tidak stabil atau pasien dengan penyakit
respiratori.

Onset : 30-60 detik, durasi : 5-30 menit, distribusi : Vd = 1,4


L/kg, protein binding = 72% - 86%, t1/2 eliminasi = 3-11,5
Farmakokinetika
jam (menurun pada anak-anak), metabolism di hati.
Kardiovaskuler (bradikardia, hipotensi, syncope), Sistem
Saraf Pusat (drowsiness, lethargy, depresi, confusion,
hiperkinesia, ataksia, agitasi, sakit kepala, insomnia,
halusinasi, ansietas, pusing), Dermatologi (rash, exvoliative
dermatitis, Steven-Johnson Syndrome), GI (nausea, vomiting,
Adverse Drug Reaction (ADR) konstipasi), Hematologi (agranulositosis, trobositopenia,
anemia megaloblastik,, anemia imun hemolitik), Renal
(Oliguria), Respiratori (Laryngspasme, apnea, depresi
respiratori, hipoventilasi, batuk, sneezing, bronkospasme),
anafilaksis.

Instruksi pada pasien

Morfin Sulfat

Bentuk sediaan

Dosis Anak-anak > 6 bulan dan BB < 50 kg : nyeri akut (moderate


sampai berat)

Oral : 0,15 – 0,3 mg/kg setiap 3 – 4 jam

i. m. : 0,1 mg/kg setiap 3 –4 jam

i. v . : 0,05 - 0,1 mg/kg setiap 3 –4 jam

i. v. infusi : range : 10 – 30 mcg/kg/jam

Remaja > 12 tahun : sedasi/analgesik, i. V. : 3- 4 mg dan


diulang dalam 5 menit jika perlu.

Dewasa : nyeri akut (moderate sampai berat)

Oral : 10 – 30 mg tiap 3 – 4 jam

i. v. : 2,5 – 5 mg tiap 3 – 4 jam


i. v., s. c., infus kontinyu : 0,8 – 10 mg/jam

rektal : 10 – 20 mg tiap 3 – 4 jam

Adjusment dose pada pasien yang mengalami :

Penurunan fungsi ginjal

Clcr 10 – 50 ml/menit : 75 % dari dosis


normal

Clcr <10 ml/menit : 50 % dari dosis normal

Penyakit hati

Dosis tidak berubah pada penyakit hati sedang;


metabolisme substansial ekstrahepatik mungkin
terjadi, sedasi mungkin terjadi pada pasien sirosis

Pasien lanjut usia : dosis dikurangi menjadi


setengah dosis normal

Sebagai hipnotik dan analgesik sulfat

Morfina adalah suatu alkaloida derivat fenantren, yang bekerja


sebagai analgesik narkotik, digunakan untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeri. Obat ini juga mempunyai efek langsung
pada saluran pencernaan dengan memperlambat penerusan isi
Farmakologi / Indikasi
lambung ke duodenum, di samping itu penerusan isi usus kecil dan
kolon juga diperlambat, serta membuat feses menjadi lebih
kering. Morfina mempunyai efek konstipasi, sehingga digunakan
untuk pengobatan diare.

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap morfin sulfat atau komponen lain di


dalam formulasi; peningkatan tekanan intrakranial;
depresi pernafasan yang parah; asma akut atau berat,
asma bronkial, wanita hamil, alkoholisme akut, kejang-
kejang, dan delirium tremens.

Efek atau toksisitas morfin sulfat dapat ditingkatkan depresan


sistem saraf pusat, antidepersan trisiklik,
dekstroamfetamin, inhibitor MAO (Monoamin Oksidase),
dan meperidin serta makanan dapat meningkatkan
Interaksi obat
bioavailabilitas morfin sebesar 34 %. Efek atau toksisitas
morfin sulfat dapat menurun dengan penggunaan
diuretik.

Hipotensi, hipotiroidisme; asam; dan turunnya cadangan


pernafasan; hipertrofi prostat, wanita hamil dan menyusui; dapat
memicu koma pada kerusakan hati (kurangi dosis); kurangi dosis
pada pasien kerusakan ginjal, penderita lanjut usia, dan sakit
Peringatan
parah; ketergantungan; penggunaan analgesik opioid secara
umum tidak dianjurkan pada anak dan harus dihindari seluruhnya
pada mereka di bawah 1 tahun.

Farmakokinetika Onset : oral : 1 jam; i.v : 5 – 10 menit

Durasi : 4 jam

Absorbsi : bervariasi

Distribusi : berikatan dengan reseptor opioid pada sistem saraf


pusat dan perifer (misal saluran gastrointestinal)

Metabolisme : hepatik melalui konjugasi dengan asam


glukoronat menjadi morfin-3-glukuronida
(inaktif), morfin-6-glukuronida (aktif), dan
morfin-3,6-diglukuronida dalam jumlah yang
lebih sedikit, metabolit minor lainnya meliputi
normorfin (aktif) dan 3-etheral sulfat.

Bioavailabilitas : Oral : 17 % - 33 % (bioavailabilitas oral


dibatasi oleh first pass effect; perbandingan
efektivitas oral : parenteral bervariasi mulai
dari 1 : 6 pada penggunaan opioid oleh pasien
muda sampai 1 : 3 dengan penggunaan
kronis).

Waktu paruh eliminasi : dewasa : 2 – 4 jam

Ekskresi : urin (terutama morfin-3-glukuronida, 2 % - 12 %


diekskresi dalam bentuk unchange), feses (7%
- 10 %). Hal ini menunjukkan terjadinya
akumulasi morfin-6-glukuronida yang dapat
menyebabkan toksisitas dengan fungsi renal
yang menurun. Semua metabolit (morfin-3-
glukuronida, morfin-6-glukuronida, dan
normorfin) kemungkinan dapat menyebabkan
neurotoksisitas (misal : myoclonus).

Persentase didasarkan pada studi terhadap 19 pasien


nyeri kanker kronik. Penggunaan kronis opioid yang
bervariasi pada nyeri kanker disertai dengan efek samping
yang sama.

ADR yang dapat terjadi adalah flushing, depresi


Adverse Drug Reaction (ADR)
saraf pusat, sedasi, antidiuretic hormone release,
diaforesis, ketergantungan secara fisik maupun psikologi,
palpitasi, hipotensi, bradikardia, pruritus, nausea,
vomitting, konstipasi, dan retensi urin.
Instruksi pada pasien

Difenilhidramin
Bentuk sediaan Sediaan: kaplet, kapsul, krim, eliksir, gel, injeksi/larutan, cairan,
suspensi, sirup, tablet, larutan untuk penggunaan oral
Dosis  Anak-anak: oral, i.m, i.v
o Terapi untuk reaksi alergi sedang sampai berat: 5
mg/kg/hari atau 150 mg/m2/hari dengan dosis terbagi
setiap 6-8 jam, tidk melebihi 300 mg/hari.
o Alergi minor rhinitis atau motion sickness:
2-6 tahun: 6,25 mg setiap 4-6 jam; makimum 37,5
mg/hari.
6-12 tahun: 12,5-25 mg setiap 4-6 jam; maksimum
150 mg/hari.
≥ 12 tahun: 25-50 mg setiap 4-6 jam; maksimum 300
mg/hari.
o Bantuan waktu tidur malam: 30 menit sebelum waktu
tidur.
2-12 tahun: 1mg/kg/dosis; maksimum 50 mg/dosis.
≥ 12 tahun: 50 mg.
o Oral: antitusif
2.6 tahun: 6,25 mg setiap 4 jam; makimum 37,5
mg/hari.
6-12 tahun: 12,5 mg setiap 4 jam; maksimum 75
mg/hari.
≥ 12 tahun: 25 mg setiap 4 jam; maksimum 150
mg/hari.
o Terapi untuk reaksi distonik: 0,5-1 mg/kg/dosis
 Dewasa:
o Oral 25-50 mg setiap 6-8 jam.
Alergi minor rhinitis atau motion sickness: 25-50 mg
tiap 4-6 jam; maksimum: 300 mg/hari.
Terapi untuk reaksi alergi sedang sampai berat: 25-50
mg tiap 4 jam; maksimum: 400 mg/hari.
o i.m, i.v: 10-50 mg pada tiap dosis tiap 2-4 jam, tidak
lebih dari 400 mg/hari. Reaksi distonik: 50 mg pada
tiap dosisnya, dapat diulangi 20-30 menit jika perlu.
Topikal: untuk aplikasi eksternal tidak lebih lama dari 7
hari.
Farmakologi/Indikasi meringankan simptom dari simptom alergi yang disebabkan oleh
pelepasan histamin termasuk alergi pada hidung dan kulit, dapat
digunakan sebagai obat tidur pada tengah malam / malam hari,
reaksi ekstrapiramidal akibat oat, antiemetik
Kontraindikasi hipersensitivitas terhadap fenilhidramin, asma akut, bayi baru lahir
atau prematur, ibu menyusui.
Peringatan dapat menyebabkan kantuk, glaukoma sudut sempit, tukak lambung,
obstruksi piloro duodenal, gejala hipertropi prostat atau obstruksi
struktural kandung kencing, riwayat asma bronkial, kenaikan tekanan
intraokuler, hipertiroid, penyakit kardiovaskuler atau hipertensi, hamil,
hindari mengemudi dan enjalankan mesin, tidak digunakan untuk
orang dengan usia lanjut, jika overdosis dapat menyebabkan
paradoxical pada anak-anak dan menghasilkan halusinasi, koma dan
kematian
Adverse drug reaction pengaruh pada kardiovaskuler (hipotensi, palpitasi dan takikardi)
dan SSP (sedasi, kurang tidur, mengganggu koordinasi, pusing,
paradoxical, urticaria) , gangguan darah (anemia hemolitik,
trombositopenia, agranulositosis), gangguan saluran cerna (mual,
muntah, diare, nyeri perut, anoreksia, mukosa membran kering), efek
antimuskarinik, reaksi alergi, penglihatan kabur.

Farmakokinetik o Onset: efek sedatif maksimum 1-3 jam.


o Durasi: 4-7 jam. Ikatan dengan protein: 78%.
o Metabolisme: sebagian besar di hati (first pass effect
adalah signifikan), ada juga di paru-paru dan ginjal.
o Bioavailabilitas: oral 40-60%.
o Waktu setengah eliminasi: 2-8 jam; pada orang usia lanjut
13,5 jam.
o Ekskresi: lewat urin.
Interaksi Obat  efek ditingkatkan dengan adanya: oabat beta bloker,
dekstrometorfan, fluosetin, lidokain, mirtazapin, nefazodone,
paroksetin, risperidon, ritonavir, tioridazin, antidepresan trisiklik,
venlafaxine, alkohol, depresan SSP, penghambat MAO.
Sedangkan efek obat dapat menurun dengan adanya: kodein,
hidrokodon, oksikodon, tramadol.

Informasi untuk Pasien

EPINEFRIN

Aerosol untuk oral inhalasi : 0,22mg/ inhalasi (15 ml, 22,5


ml)

Injeksi, larutan :

epiPen : 0,3mg/0,3ml (1:1000)(2ml)

Bentuk sediaan EpiPen Jr : 0,15 mg/0,3 ml (1:2000)(2 ml) (terdiri dari


sodium metabisulfate)

Twinject : 0,15 mg/0,15ml (1:1000)(1,1ml)

Injeksi, larutan dengan hidroklorida : 0,1 mg/ml (1:10000)(10


ml), 1mg/ml (1:1000)(1ml)

Dosis Neonatus

Cardiac arrest

I.V : 0,01 sampai 0,03 mg/kg (0,1 sampai 0,3 ml/kg)


dalam 1:10.000 larutan tiap 3-5 menit jika
diperlukan.

Dosis intratrakeal yang dilarutkan : 1-2 ml dengan


normal saline

Bayi dan anak-anak

Broncodilator : SubQ= 10mcg/kg(0,01ml/kg of 1:1000)dosis


tunggal tidak boleh melebihi 0,5 mg(atau suspensi 1:200) :
0.005ml/kg/dosis, dosis max 0,15 ml (0,75 mg untuk dosis
tunggal tiap 8-12 jam).

Bradikardia

I.V = 0,1mg/kg (0,01ml/kg of 1:10000 larutan) tiap


3-5 menit jika diperlukan (max=1mg/10ml)

Intratrakeal = 0,1 mg/kg (0,1ml/kg of 1:1000) tiap


3-5 menit. ( max= 0,2 mg/kg mungkin efektif).

Asistole

I.V : dosis awal = 0,01 mg/kg (0,1ml/kg of 1:10000


larutan), dosis lanjutan = 0,1 mg/kg (0,1ml/kg
of 1:1000 larutan), dosis tertinggi yaitu 0,2
mg/kg mngkin efektif.

Dewasa

Asistole

I.V : 1 mg tiap 3-5 menit, jika gagal dosis dapat


dinaikkan sebesar 0,2 mg/kg, dosis ini dapat
digunakan tapi jarang direkomendasikan.

Intratrakeal : dosisnya 2-2,5 kali lebih besar dari


pada dosis I.V. dosis dilarutkan dalam 10 ml
NS atau air destilata.

Bronkodilator

I.M, SubQ (1:1000) = 0,1-0,5 mg tiap 10-15 menit


dalam jangka waktu 4 jam.

Digunakan untuk treatment bronchospasms, reaksi


anafilaksis, cardiac arrest : penambahan local anestetik

Farmakologi / Indikasi untuk menurunkan absorbsi sitemik, meningkatkan durasi


kerja dan menurunkan toksisitas dari local anestesi.

Hipersensitivitas terhadap epinefrin atau komponen dalam

Kontraindikasi formulasi, cardiac aritmia, angel-closure glaucoma

Meningkatkan iritasi jantung jika digunakan dengan anestesi


halogen inhalasi, beta bloker dan alfa bloker

Menurunkan bronkodilatasi dengan beta bloker,


Interaksi obat
menurunkan efek antihipertensi dari obat metildopa atau
guanetidine.

Peringatan Hati-hati bila digunakan pada pasien geriatri, pasien dengan


DM, arteriosklerosis cerebral, Parkinson. Infuse secara I.V
dapat menyebabkan kematian karena cerebrovascular
hemorrhage atau cardiac aritmik. Epinefrin secara oral
inhalasi merupakan jalur pemakaian yang tidak
direkomendasikan.
Kehamilan

Faktor resiko C

Onset (bronkodilatasi) = 5-10 menit, inhalasi 1 menit

Distribusi : menembus plasenta

Metabolism : dimetabolisme oleh monoaminoksidase dan


Farmakokinetika katekol-o-metil transferase dan dimetabolisme di hepar

Ekskresi : urine ( sebagai senyawa tidak aktif), metaneprin


dan sulfat dan derivate hidroksi dari asam mandelik

Adverse Drug Reaction (ADR) Tidak dapat didefinisikan

Kardiovaskular : takikardi (parenteral) menyebabkan


kegagalan jantung. Flushing, hipertensi, nyeri dada,
meningkatkan konsumsi oksigen miokardial,kardiak aritmik
detak jantung berhenti secara tiba-tiba. Angina, fase
konstriksi

System saraf pusat : ansietas, restlessness, sakit kepala dan


insomnia

Saluran pencernaan : mual, muntah, xerostomia,


tenggorokan kering

Menyebabkan akut urinaria retention pada pasien dengan


gangguan/obstruksi pengeluaran getah pancreas.
Otot dan tulang melemah

Iritasi mata menurunkan aliran darah di ginjal yang dapat


menyebabkan dispenia dan bunyi bising pada saluran
pernafasan.

Instruksi pada pasien

KLORFENIRAMINE
Tablet 4 mg (hydrogen maleat)
Bentuk sediaan
Injeksi 5 mg/ml (hydrogen maleat)
Dewasa : 4 mg tiap 4-6 jam, maksimal 24 mg/hari
Anak : dibawah 1 tahun, tidak dianjurkan
Dosis 1-2 tahun, 1 mg 2 kali sehari,
2-5 tahun, 1 mg tiap 4-6 jam, maksimal 6 mg/hari
6-12 tahun, 2 mg tiap 4-6 jam, maksimal 12 mg/hari
Farmakologi / Indikasi Anti histamine (gejala alergi seperti hay fever, urtikaria)
Kontraindikasi Serangan asma akut dan pada bayi prematur
Penggunaan bersama dengan alcohol, obat depresan SSP, anti
Interaksi obat kolinergik, dan penghambat MAO akan memperbesar efek
obat
Pemberian obat ini harus diperhatikan pada hipertropi prostat,
Peringatan
retensi urine, glaucoma, epilepsy, dan penyakit hepar
Farmakokinetika
Sedasi, gangguan saluran pencernaan, efek antimuskarinik,
Adverse Drug Reaction (ADR) hipotensi, kelemahan otot, tinnitus, euphoria, nyeri kepala,
stimulasi SSp, dan kelainan darah
Hindari menjalankan kendaraan bermotor dalam penggunaan
Instruksi pada pasien
obat ini karena menyebabkan kantuk

Atropine
Bentuk sediaan
Dosis Berdasarkan IONI :
 Sebagai premedikasi, injeksi intravena 300-600
mcg, 30-60 menit segera sebelum induksi
anesthesia, dan dengan peningkatan dosis setiap kali
100 mcg untuk pengobatan bradikardia.
 Melalui injeksi intramuskuler, 300-600 mcg, 30-60
menit segera sebelum induksi; anak : 20 mcg/kg.
 Untuk mengendalikan efek muskarinik neostigmin
dengan melawan blog neuro-muskuler kompetitif,
dengan injeksi intravena 0,6-1,2 mg.
 Untuk keracunan insektisida organofosfat, atropine
akan melawan efek muskarinik asetilkolin,
diberikan dalam dosis 2 mg sebagai injeksi atropine
sulfat (intramuskuler atau i.v. tergantung dari
seberapa parah keracunan) setiap 20-30 menit
hingga kulit menjadi merah dan kering, pupil
berdilatasi, dan timbul takikardia.
Berdasarkan DIH :
 Bayi dan anak-anak < 0,1 mg dengan paradoxical
bradikardia
 Menghambat saliva dan sekresi (preanesthesi) : oral,
i.m., i.v., SubQ
< 5 kg : 0,02 mg/kg/dosis30-60 menit preop
selanjutnya 4-6 jam saat diperlukan.
> 5 kg : 0,01-0,02 mg/kg/dosis maksimum 0,4
mg/dosis 30-60 menit preop, minimum dosis 0,1 mg
Dosis alternative :
3-7 kg : 0,1 mg
8-11 kg : 0,15 mg
11-18 kg : 0,2 mg
18-29 kg : 0,3 mg
>30 kg : 0,4 mg
 Keracunan organofosfat atau carbamat :
Anak-anak : i.v. : 0,03-0,05 mg/kg setiap 10-20
menit hingga atropine berefek, lalu setiap 1-4 jam
selam 24 jam.
< 6,8 kg : 0,05 mg/kg
6,8-18 kg : 0,5 mg/dosis
18-41 kg : 1 mg/dosis
>41 kg : 2 mg/dosis
Meringankan secret, melawan bradikardia yang
berlebihan ; bersama dengan neostigmin untuk
Farmakologi / Indikasi
mengembalikan penghambatan neuromuskuler
kompetitif .
Hipersensitif atropine, glaucoma dengan sudut dekat,
takikardi, obstruktif GI, paralitik ileus ulcerative colitis
Kontraindikasi
parah, penyakit hati, obstruktif uropathi, penyakit renal,
asma, tirotoksikosis.
 Efek/toksisitas ditingkatkan
Antihistamin, fenotiasin, TCAs dan obat-obat lain
dengan efek antikolinergik dapat meningkatkan efek
antikolinergik dari Atropin bila digunakan
bersamaan. Amina simpatomimetik dapat
menyebabkan takiaritmias, sehingga dihindari
Interaksi obat penggunaan bersamaan.
 Efek diturunkan
Efek dari beberapa fenotiasin dapat menjadi
antagonis. Efek levodopa dapat menurunkan. Obat-
obatan dengan mekanisme kolinergik
(metoclopramid, cisapride, bethanechol) dapat
menurunkan efek antikolinergik dari Atropin.
Peringatan Penggunaan dengan perhatian lebih pada anak dengan
spastic paralisis, penggunaan dengan perhatian lebig
pada pasien geriatric. Penggunaan dosis rendah karena
penurunan paradoxical dalam laju hati. Penggunaan
dengan perhatian lebih pada pasien dengan neuropathi
otonomik, prostatic hyperplasia, hipertiroidisme, CHF,
aritmik cardiac, penyakit paru-paru kronik. Atropin
jarang digunakan kecuali sebagai terapi bradiaritmias
akut.
Onset : i.v. : cepat
Absorpsi : lengkap
Distribusi : secara luas menyebar dalam tubuh,
menembus plasenta, beberapa keluar melalui air susu,
Farmakokinetika
menembus barier darah di otak.
Metabolisme : hati
T1/2 eliminasi : 2-3 jam
Ekskresi : urin (30-50% sebagai obat utuh dan metabolit)
Adverse Drug Reaction (ADR) Takikardi
Instruksi pada pasien

Natrium Bikarbonat
Injeksi : 4 % (2,4 mEq/5 ml); 4,2 % (5 mEq/10 ml); 5 % (297,5
mEq/500 ml); 7,5 % (8,92 mEq/10 ml dan 44,6 mEq/50 ml);
Bentuk sediaan
8,4 % (10 mEq/10 ml dan 50 mEq/50 ml)
Tablet : 325 mg, 625 mg
 Metabolic asidosis
Dewasa dan anak-anak : dosis
tergantung pada kadar karbon dioksida dalam darah,
pH, dan kondisi pasien; biasanya 2-5 mEq/kg iv
selama 4-8 jam
Dosis  Alkalinasi sistemik dan urinaria
Dewasa : awalnya 4 g po; kemudian 1-2
g dengan interval 6 jam
Anak-anak : 84-840 mg/kg po setiap hari
 Antasida
Dewasa : 300 mg-2 g po
Farmakologi / Indikasi
Dikontraindikasikan pada pasien dengan alkalosis metabolik
Kontraindikasi
atau pernapasan
Anokresian, flecainida, mecamylamine, methenamine,
quinidine, obat simpatomimetika dapat menurunkan klirens
ginjal natrium bikarbonat dan meningkatkan risiko toksisitas.
Klorpropamide, litium, methotrexate, salisilat, tetrasiklin dapat
meningkatkan alkalinasi urin, meningkatkan klirens natrium
Interaksi obat bikarbonat, dan menurunkan keefektifannya. . Penggunaan
natrium bikarbonat secara bersamaan dengan obat salut
enteric dapat menyebabkan pelepasan obat lebih awal dalam
lambung, hindari pemakaiannya secara bersamaan.
Penggunaan natrium bikarbonat secara bersamaan dengan
ketokonazole dapat menurunkan absorpsi ketokonazole
Peringatan
Farmakokinetika
edema, gastric distention, sendawa, flatulensi, hipokalemia,
Adverse Drug Reaction (ADR) alkalosis metabolik, hiperatremia, hiperosmolaritas dengan
dosis tinggi, luka dan iritasi pada tempat injeksi
Jangan minum obat ini bersamaan dengan susu katena
dapat meningkatkan kadar sodium dalam darah, alkalinitas
Instruksi pada pasien
yang tinggi abnormal dalam jaringan dan cairan, atau batu
ginjal

Natrium tiosulfat
Bentuk sediaan inj. iv 25% ktk 10 amp@10ml
Sianida dan nitroprusida antidote : i.v : ANAK < 25 kg : 50 mg/kg
setelah menerima 4,5-10 mg/kg natrium nitrit ; setengah dosis
dapat diulang sekali bila perlu. ANAK > 25 kg dan DEWASA : 12,5 g
setelah 300 mg natrium nitrit, setengah dosis dapat diberikan jika
perlu.
Keracunan sianida : i.v :dosis dapat disesuaikan berdasarkan
Dosis
natrium nitrit dengan kecepatan 2,5-5 ml/menit sampai maksimum
50 ml
Keracunan arsen : i.v : 1ml pada hari pertama, 2 ml pada hari
kedua, 3 ml pada hari ketiga, 4 ml pada hari keempat, 5 ml pada
hari selanjutnya dan bertambahasesuai harinya.
parenteral : digunakan sendiri atau dengan natrium nitrit atau amil
nitrit pada keracunan sianida dan arsen, mengurangi resiko
Farmakologi / Indikasi
nefrotoksik dengan terapi cisplatin. Topical : pengobatan pada
tinea versicolor
Kontraindikasi hipersensitif terhadap natrium tiosulfat
Interaksi obat
keamanan penggunaan pada kehamilan belum terbukti, hentikan
Peringatan penggunaan topical bila terjadi sensitifitas atau iritasi, infuse i.v
cepat dapat menyebabkan transient hipotensi dan perubahan EKG
Farmakokinetik/farmakodinamik : waktu paruh eliminasi : 0,65
Farmakokinetika
jam; ekskresi : urin (28,5% sebagai unchanged)
kardiovaskuler : hipotensi; system saraf pusat : koma, psikosis,
Adverse Drug Reaction (ADR) konfusi; dermatologi : iritasi local dan kontak dermatitis; otik :
tinnitus
Instruksi pada pasien

DEKSAMETASON
Bentuk sediaan Injeksi 5 mg/ml (sebagai natrium fosfat)
- Anak (I.V): 5-20 mg diberikan 15-30 menit sebelum
pengobatan (antiemetik); 0,08-0,3 mg/kg/hari yang
terbagi dosisnya setiap 6-12 jam
Dosis - Dewasa (I.V): 10-20 mg setiap 15-30 menit sebelum
pengobatan per harinya (antiemetic yang profilaksis);
0,75-9 mg/hari yang terbagi dosisnya setiap 6-12 jam
(anti inflamasi)
Anti inflamasi steroid, alergi, hematologik, neoplastik dan
Farmakologi / Indikasi
penyakit autoimun,dll
Hipersensitif terhadap Deksametason atau komponen lain dari
Kontraindikasi
formula
Interaksi obat - Peningkatan Efek : dengan penggunaan bersama
antifungi azol bloker kanal kalsium
(nondihidropiridin), siklosporin dan estrogen
meningkatkan konsentrasi plasma dari kortikosteroid.
Antacid meningkatkan absorpsi kortikosteroid.
Kortikosteroid meningkatkan konsentrasi plasma dari
siklosporin.
- Penurunan Efek : Aminoglutetimida menurunkan
konsentrasi plasma atau deksametason. Konsentrasi
plasma dari isoniazid dan fenitoin diturunkan dengan
deksametason. Deksametason juga berperan dalam
penurunan efek dari Warfarin.
Penggunaannya harus hati-hati pada pasien dengan
Peringatan hipotiroidisme, sirosis, hipertensi dan gangguan
tromboembolik
- Durasi dari efek metabolit : 72 jam
- Metabolisme : di hati
Farmakokinetika - T1/2 elm : 1,8–3,5 jam (fungsi renal normal)
- T max : ~8 jam (I.M)
- Ekskresi : urin dan feses
Udema, hipertensi, aritmia, insomnia, perianal pruritus,
Adverse Drug Reaction (ADR) diabetes mellitus, hirsutism, hepatomegali, arthralgia,
osteoporosis, katarak
Instruksi pada pasien -

5. PROSEDUR PERIOPERATIF

Atropin sulfat

Injeksi, solution, sebagai garam sulfat : 0,05 mg/mL (5


mL); 0,1 mg/mL (5 mL, 10 mL); 0,4 mg/mL (5 mL, 1
mL, 20 mL); 0,5 mg/mL (1 mL); 1 mg/mL (1 mL).

Bentuk sediaan Salep mata, sebagai garam sulfat : 1 % (3,5 g)


Solution mata, sebagai garam sulfat : 1 % (5 mL, 15 mL)
Tablet, sebagai garam sulfat : 0,4 mg.

Sebagi pramedikasi, injeksi intravena, 330 – 600 mcg 30 – 60


menit segera sebelum induksi anastesia dan dengan
peningkatan dosis setiap kali 100 mcg untuk pengobatan
Dosis
bradikardia. Melalui injeksi intramuskuler, 300 – 600 mcg 30
– 60 menit sebelum induksi, pada anak-anak 20 mcg/kg.
Mengeringkan sekret, melawan bradikardia yang berlebihan;
bersana dengan neostigmin untuk mengembalikan
penghambatan neuromuskuler kompetitif; memiliki kerja
langsung pada otot polos; melebarkan pupil dan
Farmakologi / Indikasi
melumpuhkan otot siliaris; memberikan siklopelgia pada
prosedur refraksi pada anak; merelaksasi spingter esophagus;
bermanfaat untuk beberapa kondisi dyspepsia, sindrom usus
iritabel, dan penyakit divertikular

Hipersensitivitas terhadap Atropin atau komponen lain di


dalam formulasi; narrow-angel glaucoma, adhesi antara iris
dan lensa; takikardi; penyakit kerusakan GI; paralisis ileus;
Kontraindikasi
ulcerative colitis berat; penyakit hati; kerusakan urohati;
penyakit renal; tirotoksikosis; asma; dll.

Meningkatkan efek / toksisitas : antihistamin, fenotiazin,


TCAs, dan obat lainnya dengan aktifitas
antikolinergik dapat meningkatkan efek antikolinergik
atropin saat digunakan bersama-sama. Hindari
penggunaan bersamaan dengan amina
simpatomimetika karena dapat menyebabkan
Interaksi obat takiaritmia.
Menurunkan efek / toksisitas : efek dari beberapa
fenotiazid dapat bersifat antagonis. Efek Levodopa
dapat menurun. Obat dengan mekanisme kolinergik
(metoklopramid, cisaprid, bethanecol) menurunkan
efek antikolinergik dari atropin.

Peringatan obat ini dapat menyebabkan mulut kering, mengaburkan


pengelihatan, mengantuk, pusing; penggunaan obat dilarang
pada saat mengendarai atau melakukan kegiatan lainnya yang
memerlukan kesiagaan, koordinasi dan ketangkasan fisik.
Dihindari penggunaan alcohol dan depresan SSP. Diharapkan
perhatian medis, apabila terjadi diare berkepanjangan atau
bila demam, palpitasi, atau abdominal distention.

Onset : IV : cepat
Absorbsi : komplit
Distribusi : menyebar luas ke seluruh tubuh; menembus
plasenta; sedikit menembus air susu; dapat menembus
barier darah-otak.
Farmakokinetika
Metabolisme : hepar
t1/2 eliminasi : 2 – 3 jam
Ekskresi : lewat urin (30 % sampai 50 % dalam bentuk
unchanged drug dan metabolit)

Kardiovaskuler : aritmia, flushing, hipotensi, palpitasi,


takikardi
SSP : ataksia, koma, delirium, disorientasi, pusing,
mengantuk, perangsangan, demam, halusinasi, sakit
kepala, insomnia, gugup.
Dermatologi : anhidrosis, urtikaria, memerah,
scariatiniform rush.
Adverse Drug Reaction (ADR) Gastrointestinal : bengkak, konstipasi, penundaan
pengosongan lambung, kehilangan indera perasa,
nausea, paralisis ileus, muntah, xerostomia.
Genitourinary : retensi urin, urinary hesitancy.
Neuromuskuler dan rangka : melemah
Pernafasan : dyspnea, laringospasme, pulmonary edema
Lain-lain : anafilaksis

Instruksi pada pasien


6. ANTI DOT DAN OBAT LAIN UNTUK KERACUNAN

Karbon adsorben
Bentuk sediaan
Dewasa dan anak-anak lebih dari 12 tahun gejala-gejala dan lesi
Dosis mukosa akibat refluks esophagus 250 mg 4 kali sehari.

Gejala-gejala dan lesi mukosa akibat refluks esophagus, gejala-


gejala motilitas lambung akibat terganggunya dan terhambatny
Farmakologi / Indikasi apengosongan lambungpada diabetes, sclerosis sistemik, gejala-
gejala dyspepsia.

stimulasi saluran cerna membahayakan, , kehamilan dan


Kontraindikasi
menyusui.
Dapat menyebabkan peningkatan kadar obat dalam plasma jika
digunakan bersamaan dengan obat yang dapat menghambat
Interaksi obat
metabolisme obat.

Peringatan Jangan melibihi dosis yang dianjurkan.


Farmakokinetika
Kram abdomen dan diare, sakit kepala dan pusing , kejang, efek
ekstrapiramidal dan meningkatkan frekuensi berkemih, fungsi hati
Adverse Drug Reaction (ADR)
tidak tidak normal, penting: aritmia ventrikel.

Instruksi pada pasien

magnesium sulfat
Bentuk sediaan serbuk, ktg 30 g
aritmia : inj. i.v 8 mmol Mg 2+ selama 10-15 menit (diulangi satu
Dosis
kali bila perlu)
mencegah kejang berulang pada eklampsia, pengobatan darurat
Farmakologi / Indikasi aritmia serius dengan hipokalemia dan bila muncul takikardia
ventrikuler; konsti-pasi, pasta untuk bisul, 13.10.5
Kontraindikasi
Interaksi obat jika secara parenteral akan meningkatkan efek relaksasan otot
non-depolarsing
: kerusakan ginjal; pantau magnesium dan elektrolit lain; pada
hipomagnesemia yang berat mula-mula diberikan melalui alat
Peringatan
kontrol infus (lebih disukai syringe pump);

Farmakokinetika
biasanya dihubungkan dengan hepermagnesemia, mual, muntah,
haus, flushing kulit, hipotensi, aritmia, koma, depresi napas,
Adverse Drug Reaction (ADR)
ngantuk, bingung, hilang refleks tendon, lemah otot; kolik dan
diare pada pemberian oral.
Instruksi pada pasien

7. ANTI EPILEPSI-KONVULSI

Diazepam
Bentuk sediaan
 oral : ansietas 2 mg 3 kali/hari dinaikan bila perlu
sampai 15-30 mg/hari dalam dosis terbagi. Untuk usia
lanjut dosis setengahnya. Insomnia yang disertai
ansietas 5-15 mg sebelum tidur. Injeksi i.m. atau injeksi
i.v. lambat (kedalam vena yang besar dengan
kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit) untuk ansietas
akut berat, pengendalan serangan panic akut, dan
putus alcohol akut : 10 mg diulang bila perlu setelah
Dosis
tidak kurang dari 4 jam. Dengan melalui rectal
sebagian larutan untuk ansietas akut dan agitasi : 10
mg (usia lanjut 5 mg) diulang setelah 5 menit bila
perlu. Untuk ansietas apabila pemberian oral tidak
dapat dilakukan obat diberikan melalui rectum
sebagai suppositoria : 10-30 mg (dosis lebih tinggi
terbagi).

Farmakologi / Indikasi  Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau


insomnia, tambahan pada putus alcohol akut , status
epileptikus, kejang demam, spasme otot.
 depresi pernapasan, gangguan hati berat, miastenia
gravis, insufisiensi pulmoner akut, kondisi fobia dan
obsesi, psikosis kronik, glaukoa sudut sempit akut,
Kontraindikasi serangan asma akut, trimester pertama kehamilan,
bayi premature, tidak boleh digunakan sendirian pada
depresi atau ansietas dengan depresi.

Interaksi obat meningkatkan efek sedative.


 Dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau
mengoperasikan mesin, hamil, menyusui, usia lanjut,
panyakit hati dan ginjal, penyakit pernapasan ,
kelemahan otot, riwayat penyalahgunaan obat atau
Peringatan
alcohol, kelainan kepribadian yang nyata, kurangi dosis
pada usia lanjut, hindari pemakaian jangka panjang,
peringatan khusus untuk injek i.v., porfiria.

Farmakokinetika
 mengantuk, kelemahan otot, ataksia, reaksi
paradoksikal dalam agresi, gangguan mental, amnesia,
ketergantungan, depresi pernapasan, kepala terasa
ringan hari berikutnya, bingung. Kadang-kadang terjadi
Adverse Drug Reaction (ADR) nyeri kepala, vertigo, hipotensi, perubahan gangguan
penglihatan, perubahan libido, retensi urin, dilaporkan
juga kelainan darah dan sakit kuning, paa injeksi i.v.
terjadi nyeri, tromboflebitis dan hipotesi.

Instruksi pada pasien

Fenobarbital
Bentuk sediaan - Kapsul :16 mg
- Tablet : 15, 16, 30, 60, 90, 100 mg ( kemasan 1 botol :
10000 btalet)
- Elixir : 3, 4 mg/ml
- Injeksi : 30, 60, 65, 130 mg/ml (IV/IM : 50 mg/ml, kemasan
100 ampul @ 2 ml)

Dosis oral dan IV untuk inisial terapi pada pasien epilepsi 60-90
mg/hari, meningkat 30-60 mg/hari tiap 7-14 hari untuk dosis
efektif. Dosis pemeliharaan (maintenance) 90-240 mg/hari atau 1-
3 mg/kg/hari. Dosis IV untuk epilepsi 20 mg/kg dengan laju 100
mg/menit. Pemberian melalui rektal telah dilaporkan
Dosis Pediatri. Inisial terapi untuk epilepsi 0,5
mg/kg./hari secaraora dan IV meningkat 7-14 hari untuk
meminimalkan sedasi. Dosis pemeliharaan (maintenance) 2-5
Dosis
mg/kg./hari atau 125 mg/m2/hari sebelum tidur. Dosis IV untuk
epilepsi 20 mg/kg dengan laju 50-100 mg/menit.
Dosis Geriatri. Kliren fenobarbital berkurang pada
geriatri, sehingga diperlukan pengurangan dosis.
Kondisi Lain. Selama kehamilan, kliren fenoberbital
dapat naik sehingga diperlukan peningkatan dosis dan
monitoring kadar fenobarbital dalam darah.

Fenobarbital termasuk golongan barbiturat berfungsi


sebagai antikonvulsan dengan depresi serangan mendadak
Farmakologi / Indikasi pada possinapsis dan meningkatkan ambang konvulsi untuk
stimulasi kima dan elektrik.

Riwayat porphyria atau penyakit respiratori yang parah


Kontraindikasi misalnya dispnea atau obstruksi

Interaksi obat Pemberian fenobarbital bersama dengan depresan CNS


lainnya dapat meningkatkan potensi sedasi fenobarbital.
Sejumlah besar obat dapat meningkatkan kadar fenobarbital
dalam darah sehingga perlu dilakukan pengurangan dosis,
fenobarbital dapat menstimulasi CYP2D6 dan CYP3A serta
meningkatkan metabolisme obat lainnya
Kehamilan, laktasi. Gunakan secara hati-hati pada pasien
dengan gangguan ginjal dan hepar karena kliren obat berjalan
Peringatan lambat. Pemutusan pemberian obat secara tiba-tiba pada
pasien epilepsi dapat menimbulkan kejang yang berlebihan.

Onset dan Durasi. Keadaan tunak diperoleh sekitar 21


hari.

Kadar Serum. (antikonvulsan) 15-35 mg/L (65-150 


mol/L), dysarthria, ataksia, dan nistagmus tampak pada kaar

fenobarbital dalam darah mencapai 40 mg/L (172  mol/L)


Nasib. Obat terabsorpsi secara lambat pada pemberian
secara oral dengan bioavailabilitas 95-100%, peak kadar
fenobarbital di dalam darah terjadi 2-4 jam setelah dosis PO
dan IM. Bioavailabilitas dengan pemberian secara rektal
sebesar 90%, dengan peak kadar fenobarbital di dalam darah

7,2  0,8 mg/L (31  3,4  mol/L) 4,4  0,6 jam setelah
Farmakokinetika
pemberian secara rektal dari 5 mg/kg dosis parenteral
fenobarbital. Fenobarbital terikat protein plasma sebesar 45-

60%. Vd 0,61  0,05 L/kg, Cl 0,004  0,0008 L/jam/kg pada


dewasa, dengan 50-80 % dimetabolisme di hati dengan p-
hydroxyphenobarbital (inaktif). Fenobarbital diekskresi dalam
bentuk utuh 20-50 %, alkalisasi urine dapat meningkatkan
kliren fenobarbital.
Waktu Paruh. Pada dewasa 100  17 jam, pada

penderita sirosis 130  15 jam, pada anak-anak (1-5 tahun) 69


 3,2 jam

Adverse Drug Reaction (ADR) Dapat terjadi toleransi pada pemakaian jangka panjang.
Pada dewasa, fenobarbital dapat menyebabkan kegagalan
kesadaran, waktu respon, dan gerak motorik sedangkan pada
anak dan geriatri pada pengobatan jangka waktu lama dapat
menyebabkan gangguan mental, depresi, insomnia, dan sering
terjadi aktivitas hiperkinetik. Terjadi gangguan jaringan terkait
dengan pemakaian fenobarbital yang terjadi pada 6% pasien,
biasanya pada tahun pertama terapi. Jarang dilaporkan terjadi
anemia megaloblastik, hepatitis, pengelupasan kilit atau
sindrom Stevens-Johnson. Pendarahan pada neonatal
dilahirkan pada bayi yang baru dilahirkan pada ibuyang
menggunakan fenobarbital. SC dan injeksi arterial dapat
menyebabkan nekrosis jaringan. Pemberian secara IV
khususnya setelah pemberian IV benzodiazepin dapat
menyebabkan depresi penafasan akut.

Instruksi pada pasien Penting untuk menyediakan obat ini untuk mengontrol
kejang. Penghentian penggunaan obat secara tiba-tiba dapat
meningkatkan serangan kejang. Hindari minuman beralkohol
dan obat-obat yang dapat membuat kejang menjadi kambuh.
Biasanya tidak dilaporkan adanya efek samping yang
merugikan. Selalu gunakan kontraseptif, hubungi dokter bila
berencana hamil.
Dosis yang Hilang. Jika pasien menggunakan obat ini
dengan interval regular, misalnya setiap hari, dan pasien lupa
meminum obai ini, maka pasien harus meminum obat ini saat
pasien tersebut ingat. Jika pasien ingat untuk minum obat saat
mendekati dosis berikutnya, jangan minum obat tersebut
karena dapat terjadi dosis ganda atau dosis ekstra.
Catatan :
Pada pengobatan epilepsi, fenobarbital biasanya
dianggap pilihan obat ketiga setelah IV fenitoin dan IV
lorazepam gagal mengontrol kejang. Dilihat dari efikasi klinis
dan toleransi pasien, secara umum fenobarbital pilihan obat
lini ketiga atau keempat untuk terapi dosis tunggal pada
pengobatan kejang dibandingkan dengan obat pilihan pertama
: carbamazepin, fenitoin, atau asam valproic

8. ANTI ANTELMINTIK

Pirantel
Bentuk sediaan
biasanya dihitung per berat badan (BB), yaitu 10 mg /
kgBB. Walaupun demikian, dosis tidak boleh melebihi
1 gr (MIMS,1998). Sediaan biasanya berupa sirup
(250 mg/ml) atau tablet (125 mg /tablet). Bagi orang
Dosis
yang mempunyai berat badan 50 kg misalnya,
membutuhkan 500 mg pirantel. Jadi orang tersebut
diresepkan 4 tablet pirantel (125 mg) sekali minum.

membasmi berbagai jenis cacing di usus. Beberapa diantaranya


adalah cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma
Farmakologi / Indikasi
duodenale), cacing gelang (Ascaris lumbrocoides), dan cacing kremi
(Enterobius vermicularis) (MIMS,1998).
Kontraindikasi
Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR)
Pirantel pamoat dapat diminum dengan keadaan perut
kosong, atau diminum bersama makanan, susu atau
Instruksi pada pasien
jus.

BENZANTIN BENZILPENISILIN:
Bentuk sediaan
Dosis
Digunakan untuk serangan aktif bakteri gram positif, sedikit bakteri
gram negatif, seperti Neissheria gonorhoeae, beberapa bakteri
anaerob dan spirochetes, digunakan dalam treatment sipilis,
digunakan untuk treatmen ringan hingga menengah pada infeksi
Farmakologi / Indikasi karena organisme susceptibel. Mekanisme aksi mengganggu
sintesis dinding sel bakteri selama multiplikasi aktif sehingga
menyebabkan dinding sel rusak, bakteri mati

Hipersensitif terhadap penisilin atau salah satu komponen dalam


formulasi.
Kontraindikasi

 Peningkatan efek/toksisitas: probenecid meningkatkan


kadar penisilin, aminoglikosida meningkatkan efikasi
sinergis
Interaksi obat
 Pengurangan efek: tetrasiklin dapat menurunkan efek
penisilin

Penggunaan dengan perhatian pada pasien dengan gengguan


fungsi ginjal, hipersensitif terhadap antibiotik betalaktam
Peringatan

Farmakokinetika Durasi: 1-4 minggu (dose deendent), dosis yang lebih besar
diperlukan untuk mempertahankan level penisilin

Absorpsi: im lambat

Waktu untuk mencapai puncak: 12-24 jam

Informasi pada pasien: laporkan terjadinya kulit kemerah-


merahan/skin rash

 SSP: kejang, bingung, demam


 Dermatologi: skin rash
 Endokrin dan metabolik: ketidakseimbangan elektrolit
 Hematologi: anemia hemolitik
Adverse Drug Reaction (ADR)
 Lokal: tromboplebitis, nyeri
 Renal: nefritis interstitial akut
 Miscelaneous: anafilaksis, reaksi hipersensitif

Instruksi pada pasien

9. ANTI BAKTERI

AMOKSISILIN ANHIDRAT
 Tablet scored 500 mg ktk 10 str @ 10
tablet scored
Bentuk sediaan
 Sirup kering 125 mg 5 ml, botol 50 ml

 Dewasa. PO 250–500 mg tiap 8 jam atau 500-875


mg bid, dengan dosis maksimum 4.5 g/hari. Anak-anak.
Dosis
PO 20–40 mg/kg/hari dalam 3 dosis terbagi tiap 8 jam.

Farmakologi / Indikasi

Kontraindikasi

Interaksi obat

Peringatan

Farmakokinetika  : Amoksisilin diabsorpsi dnegan baik, dengan


ketersediaan hayati sekitar 85% karena hanya mengalami
metabolisme pertama di hati sedikit.

efek sampingnya mirip dengan ampisilin, walaupun diare dan


Adverse Drug Reaction (ADR)
kemerahan lebih jarang terjadi dibangdingkan amoksisilin.

Instruksi pada pasien

Ampisillin

Cap 250, 500 mg; Susp 25, 50, mg/mL; Inj 125, 250, 500
Bentuk sediaan mg, 1,2, 10 g.

Dosis dewasa. PO 250–500 mg setiap 6 jam. IM atau IV 500


mg–3 g setiap 4–6 jam, 12 g/hari. Beri dosis yang sama
setap 12 jam pada Clcr <20 mL/menit. IV atau IM pada
profilaksis endocarditis 2 g setiap 30 menit pada
prosedurnya. Dosis pediatri. PO (<20 kg) 50–100 mg/kg/hari
dalam2–4 dosis terbagi; (>20kg) 100–400 mg/kg/hari in 4–6
Dosis dosis terbagi. IV (neonates) 25–100 mg/kg/dosis masing-
masing 6–12 jam; dosis lebih tinggi pada meningitis; (<20 kg)
50–100 mg/kg/hari dalam 2–4 dosis terbagu; (>20 kg) 400
mg/kg/hari dalam 4–6 dosis terbagi. IV atau IM untuk
profilaksis wndocarditis 50 mg/kg selama 30 min prosedur.
Pada kerusakan ginjal berat kurangi dosis.

Ampisillin memiliki mekansime yang meyerupai dengan


mekanisme aksi dengan penicillin G melawan bakteri gram
Farmakologi / Indikasi
positif, tapi lebih efektif melawan bakteri gram negative
dibandingkan dengan penicillin

Kontraindikasi penicillin hypersensitivity

Interaksi obat Meningkatkan resiko rash ketika diberikan dengan


allopurinol, ekskresi menurun ketika diberikan dengan
probenecid (meningktakan konsentrasi plasma),
sulfinpyrazone.

Memiliki riwayat alergi; erythematous rashes terjadi pada


Peringatan demam glanduler, infeksi sitomegalovirus, dan leukaemia
akut dan kronis.

Bentuk oral diabsorbis 50% pada fase puasa; absorpsi


tertunda jika ada makanan. Plasma protein binding rendah,
dan konsentrasi terapetik banyak terdapat pada jaringan dan
cairan termasuk CSF (keberadaannya pada inflamasi).
Farmakokinetika
Sekitar 90 % tereksresi dalam bentuk unchanged di urine.
T1/2-nya adalah 1,2 jam, 2 jam pada neonates, meningkat
hingga 20 jam pada pasien anuria.

Nausea, diare terjadi pada oral terapi. Yang lainnya termasuk


skin rash ( terjadi pada paien yang jug amenjalani perwatan
alopurinol, dan pada pasien infeksi virus Epstein-Barr).
Erupsi in ibukan disebabkan oleh reaksi hipersenstivitas,
Adverse Drug Reaction (ADR)
tetapai dimediasi secara imunologi. Biasanya terkait dengan
dosois (terjadi tinggi pada dosis yang tinggi), akan hilang
setelaj pemberian berlanjut.

Instruksi pada pasien

FENOKSIMETIL PENISILIN

Bentuk sediaan

Dosis Dosis fenoksimetil penisilin untuk bayi adalah 62,5-125 mg,


untuk anak-anak usia dibawah 5 tahun 125 mg dan untuk
anak-anak usia 6-12 tahun 250 mg. Untuk anak -anak lebih
dari 12 tahun dan orang dewasa diberikan 250-500 mg tiap 6
jam. Obat ini harus diberikan 1 jam sebelum makan. Untuk
profilaksis demam rematik, dosis lazim adalah 500 mg sehari
dibagi 2 dosis.
Anjuran dosis fenoksimetil penisilin untuk profilaksis
endokarditis bakterial setelah pencabutan gigi adalah 2 g oral
30 menit - 1 jam sebelum tindakan dan kemudian 500 mg
oral tiap 6 jam untuk 8 dosis.
Dosis interval pada pasien gagal ginjal : ClCr < 10 ml/menit
diberikan 250 mg tiap 6 jam.

Fenoksimetil penisilin diindikasikan untuk pengobatan


infeksi ringan yang disebabkan Streptococcus pyogenes,
yaitu misalnya pada faringitis. Fenoksimetit penizilin juga
dianjurkan sebagai profilaksis untuk demam rematik. Pada
pasien yang mendapat pengobatan profilaksis jangka
panjang dengan fenoksimetil penisilin dapat timbul strain
resisten dalam orofaring, tetapi resistensi Streptococcus ini
berkurang secara cepat jika terapi dihentikan. Fenoksimotil
Farmakologi / Indikasi penisilin juga diindikasikan-untuk pengobatan dan
pencegahan endokarditis streptokokal yang sensitif terhadap
penisilin, untuk mengobati infeksi yang disebabkan
Haemophilus dan untuk gonore serta sifilis.

menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat


satu atau lebih penisilin terikat protein yang dapat
menghambat sintesis peptidoglikan pada dinding sel bakteri.

Fenoksimetil penisilin dikontraindikasikan pada pasien


dengan riwayat hipersensitivitas terhadap penisilin dan pada
Kontraindikasi
infeksi akut berat.
Aktivitas fenoksimetil penisilin terhadap Staphyloooccns
aureus berkurang dengan adanya zinc oksida dan sedikit
berkurang dengan adanya magnesium karbonat, magnesium
oksida, kalamin, dll. Aspirin, sulfametoksipiridazin dan
sulfaetidol menghainbat ikatan protein penisilin V in-vitro
dan in-vivo. Fenoksimetil penisilin dengan dosis oral 653
mg tiap 8 jam menurunkan estrogen pada 6 ibu hamil antara
Interaksi obat
38-40mg. Meskipun demikian; tidak ditemukan efek
samping terhadap janin atau selama persalinan.
Aminoglikosida dapat diinaktifkan oleh penisilin invitro,
tetapi tampaknya bukan menjadi masalah dengan
fenoksimetil penisilin. Ekskresi fenoksimotil penisilin dalam
urin dihambat oleh probenezid.

Wanita hamil: Tidak ada kontraindikasi terhadap


penggunaan penislin untuk kehamilan.
Ibu menyusui: penisilin diekskresi ke dalam air susu,
sehingga dapat menimbulkan reaksi alergi terhadap bayi.
Peringatan Laboratorium: penisilin dapat mempengaruhi tes urin untuk
fruktosa asam amino laevulinat, 17-hidroksi kortikosteroid,
protein dan glukosa; tes serum untuk asam urat; folat dan
elektroforesis serum.

Absorbsi : 60% - 73%, distribusi : masuk ke air susu, protein


binding : 80%, t1/2 eliminasi : 30 menit dan lebih lama pada
Farmakokinetika pasien gagal ginjal, mencapai kadar puncak : 0,5 sampai 1
jam, ekskresi melalui urin.

Adverse Drug Reaction (ADR) diare pada anak-anak, jika fenoksimetil penisilin diberikan
dalam dosis besar untuk jangka waktu lama dapat timbul
gejala saluran cerna seperti rasa tidak enak di abdomen,
mual, muntah, meningkatnya fragilitas kapiler yang ditandai
dengan timbulnya ptekie secara spontan.
Toksisitas fenoksimetil penisilin rendah, tetapi pada
sebagian kecil pasien, penisilin dapat menimbulkan reaksi
alergi. Fenoksimetil penisilin dapat menimbulkan reaksi
alergi silang dengan penisilin G dan penisilin yang lain. Pada
seorang pasien tanpa riwayat alergi penisilin, fenoksimetil
penisilin oral telah menimbulkan syok anafilaktik.
Pemberian fenoksimetil penisilin dapat menimbulkan
sindroma yang menyerupai "serum sickness" disertai dengan
kerusakan hati.

Instruksi pada pasien

GRISEOFULVIN MICRONIZED

Bentuk sediaan

Dosis - Dewasa: 500 mg/hari dengan dosis tunggal, atau dalam


dosis terbagi, sampai infeksi dapat teratasi seluruhnya; untuk
infeksi yang resisten, 500-1000 mg/hari dalam dosis terbagi,
sampai infeksi dapat teratasi seluruhnya
- Anak (15-25 kg): 125-250 mg/hari; untuk tinea kapitis,
berikan dosis tunggal harian sampai infeksi terberantas.
- Anak (>25 kg): 250-500 mg/hari; untuk tinea kapitis,
berikan dosis tunggal harian sampai infeksi terberantas.
Cara pemberian dan penyesuaian dosis:
- Evaluasi sebelum pengobatan: identifikasi tipe jamur
sebelum mulai pengobatan; identifikasi dapat dilakukan
dengan pemeriksaan mikroskop langsung atau dengan
pembiakan.
- Lamanya pengobatan: Terapi harus dilanjutkan sampai
infeksi dapat diberantas seluruhnya. Biasanya untuk tinea
korporis selama 2-4 minggu; tinea kapitis 4-6 minggu; tinea
pedis 4-8 minggu; tinea ungulum; tergantung dari cepatnya
pertumbuhannya, sekurang-kurangnya 4 bulan untuk infeksi
kuku jari tangan, dan sekurang-kurangnya 6 bulan untuk
kuku jari kaki (lihat PERHATIAN).
-Pengobatan anti jamur tambahan: penggunaan obat topikal
biasanya diperlukan, khususnya dalam pengobatan tinea
pedis (athlete's foot); kebersihan perlu diperhatikan untuk
menghindari sumber infeksi atau reinfeksi.

Tinea korporis, tinea pedis, tinea kruris, tinea barbae, tinea


kapitis, dan tinea ungulum (onko mikosis) yang disebabkan
oleh Tricho-phyton rubrum, T.tonsurans, T.mentagrophytes,
T.interdigitalis, T.verrucosum, T.sulphureum, T.crateri-form,
T.sulphureum audouini, M.canis, M.gypseum, dan
Epidermophyton floccosum; yang tidak responsif atau
Farmakologi / Indikasi
diduga tidak responsif pada pengobatan topikal saja.
Griseofulvin merusak spindle mitosis sel fungi, menghambat
replikasi DNA. Obat juga masuk precursor sel keratin,
pertumbuhan fungi lambat.

- Riwayat sensitivitas terhadap griseofulvin.


- Porphyria
Kontraindikasi
- Gangguan hepatoselular.

- Antikoagulan oral: menurunkan efek antiko-agulan.


Interaksi obat - Barbiturat: menurunkan efek anti jamur.

Peringatan Penyalahgunaan: griseofulvin tidak untuk infeksi bacterial,


candidiasis (moniliasis), histoplamosis, aktinomikosis,
sporotrikosis, kromo-blastomikosis, kroptokokosis
(tolurosis), tinea versikolor, dan narkodiosis atau infeksi
ringan yang dapat diatasi dengan pengobatan topikal saja.
- Pencegahan anti jamur: Keamanan dan manfaat
griseofulvin untuk pencegahan infeksi jamur belum terjamin.
- Pengobatan jangka panjang: Pantau fungsi organ secara
berkala, termasuk fungsi ginjal, hati dan hemapoetik.
- Penderita yang alergi terhadap penisilin: boleh memakai
obat ini, walaupun teoritis dapat terjadi sensitivitas silang
terhadap penisilin.
- Fotosensitivitas: dapat terjadi dan dapat memberatkan
timbulnya lupus eritematosa; peringatkan penderita terhadap
sinar matahari atau sinar ultraviolet.
- Reaksi hipersensitivitas: dapat terjadi (lihat EFEK
SAMPING); mungkin pengobatan harus dihentikan.
- Granulositopenia: dapat terjadi, hentikan pengobatan.
- Penggunaan pada anak-anak:
dosis untuk anak dibawah umur 2 tahun, belum diteliti.
- Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui:
Keamanannya belum terjamin untuk ibu hamil; toksisitas
terhadap embryo dan efek teratogenik pernah dilaporkan
pada percobaan binatang (tikus dan anjing), namun belum
diteliti efeknya terhadap manusia. Belum ada petunjuk
untuk penggunaan pada ibu menyusui.

Absorbsi : 25-70%, distribusi dapat menyeberang plasenta,


t1/2 eliminasi : 9-22 jam, ekskresi melalui urine, feses,
Farmakokinetika
perspirasi.

Adverse Drug Reaction (ADR) Hipersensitivitas: ruam kulit, urtikaria, edema angioneurotik
(jarang).
- Susunan syaraf pusat: parestesia pada lengan dan kaki,
sakit kepala, letih; mabuk, insomnia, bingung.
- Saluran pencernaan: mual, muntah, keluhan lambung,
diare.
- Hematologi: lekopenia (jarang), granulo-sitopenia.
- Lain-lain: oral thrush, fotosensitivitas, proteinuria (jarang).
- Hepatotoksisitas

Instruksi pada pasien

PROKAIN BENZIL PENICILIN

Bentuk sediaan Injeksi, suspensi : 600.000 unit/mL (1 mL, 2 mL)

Dosis IM :
Anak-anak : 25.000 – 50.000 unit/kg/hari dengan dosis
terbagi 1 – 2 kali/hari; tidak boleh melebihi 4,8 juta
unit/24 jam.
Anthraks, inhalasi : 25.000 unit/kg setiap 12 jam
(maksimum: 1,2 juta unit setiap 12 jam)
Congenital syphilis : 50.000 unit/kg/hari untuk 10 –
14 hari.
Dewasa : 0,6 – 4,8 juta unit/hari dalam dosis terbagi 12 –
24 jam
Anthraks :
Inhalasi : 1,2 juta unit setiap 12 jam.
Catatan : keseluruhan terapi berdurasi selama 60
hari. Pemberian Prokain Penicilin G lebih dari 2
minggu akan menimbulkan peningkatan resiko
beberapa efek samping, sehingga klinisi sebaiknya
menggantinya dengan terapi alternatif yang efektif
untuk menyelesaikan terapi di atas 2 minggu.
Cutaneous : 600.000 – 1,2 juta unit/hari :
direkomendasikan terapi alternatif pada cutaneous
yang parah atau bentuk lain dari infeksi Anthraks.
Endokarditis yang disebabkan oleh viridians yang
rentan Streptococcus : 1,2 juta unit setiap 6 jam
untuk 2 – 4 minggu.
Neurosifilis : IM : 2 – 4 juta unit/hari dengan 500
mg Probenecid (p.o.) 4 kali/hari untuk 10 – 14
hari; pemberian Penicilin G secara aqueous IV
lebih disukai.

Terapi infeksi dengan tingkat menengah yang disebabkan


oleh Treponema pallidum dan mikroorganisme lainnya yang
sensitif terhadap Penicilin G dan rentan pada dosis rendah,
tetapi dapat memperpanjang konsentrasi serum Penicilin;
Farmakologi / Indikasi
anthraks yang disebabkan oleh Bacillus anthracis untuk
mengurangi insidensi atau perkembangan penyakit diikuti
teerpaparnya aerolized Bacillus anthracis.

Hipersensitivitas terhadap Penicilin, Prokain, ataupun


komponen lainnya di dalam formulasi. Pasien dengan riwayat
Kontraindikasi anafilaksis atau reaksi serum sickness pada pemberian
Penicilin sebelumnya.

Interaksi obat Meningkatkan efek / toksisitas : Probenecid


meningkatkan kadar Penicilin. Aminoglikosida dapat
memberikan efikasi yang sinergis. Penicillin dapat
meningkatkan penguraian methotrexate selama terapi
bersama.
Menurunkan efek / toksisitas : Tetrasiklin dapat
menurunkan efektivitas Penicilin.

Diperlukan modifikasi dosis pada pasien dengan gangguan


renal parah, serangan penyakit, atau riwayat hipersensitivitas
terhadap sefalosporin; hindari pemberian Prokain Penicillin G
secara IV, IM, atau intra-arterial bila kemungkinan dapat
Peringatan terjadi kerusakan neurovaskuler yang permanen dan atau
parah, penggunaan Penicilin lebih dari 2 minggu akan
menimbulkan peningkatan resiko beberapa efek samping
(missal : neutropenia, serum sickness).

Durasi : Terapeutik : 15 – 24 jam


Absorbsi : IM : lambat
Distribusi : penetrasi melalui barrier darah-otak rendah,
meskipun meninges mengalami inflamasi; dapat
masuk ke dalam air susu.
Ikatan protein plasma : 65 %
Metabolisme : ± 30 % di hepar dalam bentuk inaktif
Tmaks : 1 – 4 jam
Farmakokinetika
Ekskresi : lewat urin (60 % sampai 90 % dalam bentuk
unchanged drug)
Cl : Renal : tertunda pada neonates, bayi muda, dan
pasien dengan gangguan fungsi renal.
t1/2 : 30 – 40 menit; 7 – 10 jam pada pasien dengan
gangguan fungsi renal; 20 – 30 jam pada pasien dengan
gangguan fungsi renal dan hepar.

Adverse Drug Reaction (ADR) Frekuensi terjadinya tidak diketahui.


Kardiovaskuler : depresi miokardium, vasodilatasi, gangguan
konduksi.
Sistem Saraf Pusat : kebingungan, mengantuk, myoclonus,
stimulasi SSP, serangan
Hematologi : reaksi Positive Coomb’s, anemia hemolitik,
neutropenia.
Lokal : nyeri pada lokasi injeksi, thrombophlebitis, sterile
abscess pada lokasi injeksi.
Renal : interstitial nephritis.
Lain-lain : reaksi pseudoanafilaksis, reaksi hipersensitivitas, ,
reaksi Jarisch-Herxheimer, serum sickness.

Minum obat ini (oral) bersama dengan satu gelas penuh air
pada kondisi perut yang kosong (1 jam sebelum atau 2 jam
setelah makan) untuk absorbsi terbaik. Dosis yang Hilang.
Minum obat ini pada interval yang dianjurkan. Jika Anda
lupa meminum satu dosis, minumlah obat sesegera mungkin.
Instruksi pada pasien
Tetapi apabila kelalaian ini hampir mendekati saat minum
dosis berikutnya, minumlah hanya satu dosis. Jarak antara
dosis yaitu 4 – 6 jam. Jangan meminum dosis dobel ataupun
ekstra.

Oksitetrasiklin

Bentuk sediaan

Dosis Anak-anak > 8 tahun : 15 – 25 mg/kg/hari (max : 250


mg/dosis) dibagi dalam setiap 8 – 12 jam

Dewasa : 250 mg tiap 24 jam atau 300 mg/hari dibagi


setiap 8 – 12 jam

Adjusment dose pada pasien gangguan ginjal :


Clcr <10 ml/menit : diberikan tiap 24 jam atau dihindari
jika memungkinkan

Pada pasien dengan gangguan liver yang berat maka


sebaiknya penggunaan oksitetrasiklin
dihindari

Eksaserbasi bronkitis kronis, bruselosis, klamidia, mikoplasma dan

Farmakologi / Indikasi riketsia, efusi pleura, akne vulgaris

Hipersensitifitas terhadap tetrasiklin


Kontraindikasi

a. Antikoagulan oral : Meningkatkan waktu protrombin


b. Penisilin : Menurunkan efek bakterisidal dari penisilin
c. Antasida, suplemen zat besi : Menurunkan absorpsi
oksitetrasiklin
Interaksi obat
d. Methoxyflurane : Meningkatkan resiko nefrotoksisitas
e. Natrium bikarbonat : Menurunkan absorpsi
oksitetrasiklin

Peringatan Gangguan ginjal : dosis yang biasa dapat menimbulkan


penimbunan obat dan toksisitas terhadap hati. Bila jelas
ada gangguan ginjal, azotemia, hiperfosfatemia dan
asidosis dapat terjadi akibat sifat antianabolik dari obat.
Kurangi dosis dengan menurunkan masing-masing dosis
dan/atau dengan memperpanjang interval antara dua
dosis, monitor fungsi ginjal dan hati, baik sebelum
maupun selama pengobatan, serta periksa kadar
tetrasiklin dalam serum secara berkala.

Wanita hamil dan postpartum dengan pielonefritis : dapat


terjadi kegagalan hati yang fatal pada pemberian
parenteral; jangan melebihi kadar serum 15 g/ml, pantau
fungsi hati dan hindarkan pemakaian bersamaan dengan
obat hepatotoksik lainnya

Absorpsi : sedikit

Distribusi : Menembus plasenta

Metabolisme : hepatik (dalam jumlah kecil)

Farmakokinetika Waktu paruh eliminasi : 8,5 – 9,6 jam, dapat lebih


lama dengan adanya penyakit ginjal

Ekskresi : urin dan feses

a. Dermatologi : ruam kulit makulopapular dan


eritematus, dermatitis eksfoliatif (jarang),
fotosensitifitas
b. Hematologi : anemia homolitik, trombositopenia,
Adverse Drug Reaction (ADR) neutropenia, eosinofilia.
c. Saluran Pencernaan : anoreksia, mual, muntah, diare,
glossitis, digfagia, enterokolitis, lesi inflamasi.
d. Ginjal : peningkatan BUN

Instruksi pada pasien

TETRASIKLIN
Bentuk sediaan Kapsul 250 mg (HCl)
Kapsul 500 mg (HCl)
Dosis - Anak >8 tahun: 25-50 mg/kg/hari dalam
dosis terbagi setiap 6 jam
- Dewasa: 250-500 mg/dosis setiap 6 jam
- Gangguan ginjal: Clcr 50-80 ml/menit
(diberi setiap 8-12 jam), Clcr 10-50
ml/menit (diberi setiap 12-24 jam), Clcr
<10 ml/menit (setiap 24 jam)
- Gangguan hati: Hindari penggunaan atau
dosis maksimum 1 g/hari

Farmakologi/Indikasi Antibiotik (untuk bakteri gram positif dan negatif)

Kontraindikasi Hipersensitif untuk tetrasiklin, anak kurang dari 8


tahun, ibu hamil
Peringatan Diskolorisasi permanent dari gigi, hipoplasia,
gangguan pertumbuhan tulang pada anak <4
tahun dengan dosis tinggi, digunakan dengan
hati-hati pada orang dengan gangguan ginjal
(meningkatkan BUN sebagai agen antianabolik)
dan gangguan hati
Adverse drug reaction Pericarditis, fotosensitif, sindrom Diabetes
insipidus, nausea, diare, vomiting,
thrombophiebitis, hepatotoksik, gagal ginjal akut,
superinfeksi
Farmakokinetik - Absorpsi : 75% (oral)
- Distribusi : jumlah kecil dalam empedu;
baik hanya bila ada inflamasi
- T ½ : 8-11 jam ( fungsi ginjal normal)
- T max: 2-4 jam (oral)
- Ekskresi: urin (60% unchanged drug),
feses (bentuk aktif)
Interaksi Obat - Peningkatan : penggunaan dengan
anestesi Methoxyfluran menyebabkan
nephrotoksik fatal; dengan Warfarin
meningkatkan antikoagulasi
- Penurunan : kalsium, magnesium,
aluminium (antacid), zinc, besi, sodium
bikarbonat menurunkan absorpsi
tetrasiklin; efek terapi penisilin
diturunkan dengan tetrasiklin
Informasi untuk Pasien Minum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
dengan sejumlah air; hindari penggunaan antacid,
besi dalam 2 jam selama penggunaan tetrasiklin

Kloramfenikol
Bentuk sediaan injeksi, serbuk, kapsul, suspensi.
Dosis  Anak-anak dan infan > 30 hari:
o Meningitis; i.v: 50-100 mg/kg/hari terbagi tiap 6 jam.
o Infeksi lain; i.v: 50-75 mg/kg/hari terbagi tiap 6 jam;
dosis maksimum sehari: 4 g/hari.
 Dewasa: infeksi (kecuali meningitis); i.v: 50-100 mg/kg/hari
terbagi tiap 6 jam; dosis maksimum sehari: 4 g/hari.
 Adjusment dose: pada pasien menderita kerusakan hati, hindari
penggunaan pada kerusakan hati yang parah dapat
meningktkan terjadinya toksisitas.
Farmakologi/Indikasi  terapi untuk infeksi serius dari organisme yang resisten terhadap
antibiotik lain. Berguna terhadap infeksi yang disebabkan oleh H.
influenzae, N. meningitidis, Salmonella dan Rickettsia, aktif
terhadap enterokokus yang kebanyakan resisten terhadap
vankomisin.
Kontraindikasi  hipersensitivitas terhadap kloramfenikol. Wanita hamil, menyusui
dan pasien pofiria.
Peringatan  hindari pemberian berulang dan jangka panjan. Turunkan dosis
pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal. Lakkan
hitung jenis sel darah sebelum dan secara berkala selama
pengobatan. Pada neonatus dapat menimbulkan grey baby
syndrome.
Adverse drug reaction tiga ADR yang utama adalah nemia aplastik, Gray syndrome, supresi
sumsum tulang. ADR lainny: gangguan SSP (pusing, demam, depresi),
pada kulit (urtikaria, kemerahan serta udem, angiodema), gangguan
saluran pencernaan (mual, glosaltis, enterokolitis, muntah, stomatitis),
gangguan pada darah (granulositopenia, pansitopenia, anemia
hipoplastik, trombositopenia), gangguan mata (optik neurutis).
Farmakokinetik o distribusi: kebanyakan pada jaringan dan cairan tubuh, bisa
masuk pada plasenta dan cairan susu ibu, rasio tingkat
SSP:darah (normal meninges= 66%, meninges inflasi
>66%).
o Ikatan dengan protein: 60%.
o Metabolisma: sebagian besar di hati (90%) menjadi
metabolit tidak aktif, mengalami glukuronidasi.
o Waktu setengah eliminasi: fungsi ginjal normal: 1,6-3,3 jam;
penyakit injal stadium akhir: 3-7 jam dan sirosis: 10-12 jam.

Interaksi Obat dapat meningkatkan efek dengan adanya fenitoin, klorpropamid, dan
antikoagulan oral. Efek menurun dengan adanya: fenobarbital dan
rifampin.
Informasi untuk Pasien

KOTRIMOKSAZOL
Bentuk sediaan

Dosis Infeksi saluran kemih dan shigellosis

Dewasa : 1 tablet berkekuatan ganda atau 2 secara teratur


peroral 12 jam selama 10 hari sampai 14 hari atau 5 hari
shigellosis. Atau 8-10 mg/kg (tergantung trimetoprim)
intravena sehari-hari diberikan dalam 2-4 dosis terbagi yang
sebanding selama lebih dari 14 hari (5 hari untuk shigelosis).

Dosis maksimum per hari 960 mg.

Anak-anak lebih dari 2 bulan : 8mg/kg trimetoprim dan 40


mg/kg sulfametoksazol per or al per hari dalam dua dosis
terbagi 12 jam (10 hari selama infeksi saluran kemih; 5 hari
untuk shigellosis).

• Propilaksis primer melawan toksoplasma dalam pasien yang


ter infeksi HIV Dewasa dan remaja : 160 mg (tergantung
trimetoprim) sehari-hari per oral. Anak-anak : 150 mg/m2
(tergantung trimetopr im) per oral dalam dua dosis terbagi.

• Otitis media

8mg/kg trimetoprim dan 40 mg/kg sulfametoksazol per oral per


hari dalam dua dosis ter bagi 12 jam selama 10 hari.

• Pneumocystis carinii pneumonia

Dewasa dan anak-anak lebih dari 2 bulan : 15-20 mg/kg


trimetoprim dan 75-100 mg/kg sulfametoksazol per oral sehari-
hari, dalam dosis terbagi yang sebanding, 6- 8 jam selama 14-
21 hari.

• Bronkitis kronik

Dewasa : 1 tablet kekuatan ganda atau 2 tablet per oral 12 jam


selama 14 hari.

• Propilaksis P.carinii pneumonitis

Dewasa : 160 mg (tergantung trimetoprim) sehar i-hari.

Anak-anak : 150 mg/m2 (tergantung trimetoprim) sehar i-hari


dalam dua dosis terbagi selama 3 hari ber urutan masing-
masing minggu.

• Travelers diarhea

Dewasa : 1 tablet kekuatan ganda atau 2 tablet per oral 12 jam


selama 5 hari. Catatan : untuk kegunaan lanjutan yang tidak
dicantumkan, dosis tergantung trimetoprim oral (sebagai
kotrimoksazol) .

• Septic agranulositosis

Dewasa : 2.5 mg/kg intravena; untuk profilaksis 80-160 mg.

• Infeksi Nocar dia

Dewasa : 640 mg per oral sehari-har i selama 7 bulan.

• Pharingeal gonococcal infections

Dewasa : 720 mg per oral sehari-har i selama 5 hari.

• Chancroid

Dewasa: 160 mg per oral selama 7 hari.

• Pertusis

Dewasa : 320 mg per oral sehari-hari dalam 2 dosis terbagi.

Anak-anak : 40 mg/kg/hari per oral dalam dua dosis ter bagi.

• Cholera

Dewasa : 160 mg per oral selama 3 hari.

Anak-anak ; 4-5 mg/kg per oral selama 3 hari.

• Isosporiasis

Dewasa : 160 mg per oral selama 10 hari. Diikuti dengan 160


mg selama 3

minggu.

Farmakologi / Indikasi Acute Otitis Media


Kotrimoksazol digunakan untuk treatment akut otitis media
(AOM) pada dewasa dan anak-anak yang disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae atau Haemophillus influenzae. Data
terbatas tergantung keamanan dari penggunaan kotrimoksazol
ulangan pada pasien pediatrik kurang dari 2 tahun, obat
sebaiknya tidak diberikan propilaktik atau untuk periode yang
lama untuk treatment otitis media pada kelompok usia
tertentu. Kotrimoksazol tidak digunakan sebagai agen pertama
untuk treatment AOM, tapi direkomendasikan sebagai
alternatif untuk individu yang hipersensitif

dengan Penisilin tipe I. Karena S. Pneumoniae resisten pada


amoksisilin juga resisten pula pada kotrimoksazol,
clarithromycin, dan azitromycin, obat ini tidak efektif untuk
pasien dengan OAM yang gagal merespon amoksisilin.

• Infeksi Gastrointestinal (Travelers Diarrhea)

Kotrimoksazol oral digunakan pada treatment enter itis dewasa


dan anak-anak yang disebabkan enterotoxigenic Eschericia coli
atau disebut travelers diarrhea.

• Infeksi saluran pernapasan

Kotrimoksazol digunakan sebagai pilihan obat untuk treatment


infeksi saluran nafas bagian atas dan bronkitis yang disebabkan
oleh H. influenzae. Obat ini juga digunakan sebagai alternatif
untuk Penisilin G atau Penisilin V untuk treatment infeksi
saluran nafas yang disebabkan oleh Streptococcus
pneumoniae. Kotrimoksazol sama efektifnya seperti
amoksisilin, ampicilin, erythromisin, atau tetrasiklin pada
treatment acute exacerbation dari bronkitis kronis.
• Infeksi saluran kemih

Kotrimoksazol digunakan untuk treatment infeksi saluran


kemih (UTI) yang disebabkan E.coli, Proteus (indole-positif
atau negatif), Klebsiella, Morganella morganii, atau
Enterobacter. Kotrimoksazol diber ikan dengan dosis tunggal
selama 3 hari ter api atau untuk 7-10 hari efektif untuk
pengobatan infeksi saluran kemih yang acute incomplicated .

• Brucellosis

Kotrimoksazol oral dianggap sebagai alternatif untuk tetrasiklin


untuk pengobatan brucellosis saat tetrasiklin
dikontraindikasikan, termasuk brucellosis pada pasien
pediatrik.

• Burkholderia Infection

Kotrimoksazol digunakan untuk treatment infeksi yang


disebabkan oleh Burkholderia cepacia. Kotrimoksazol
dianggap sebagai obat pilihan dan ceftazidime, kloramfenikol,
atau imipenem sebagai alternatif untuk infeksi ini.

• Cholera

Kotrimoksazol digunakan untuk pengobatan kolera saat terapi


antiinfeksi diindikasikan sebagai tambahan untuk mengganti
cairan dan elektrolit. Tetrasiklin biasanya sebagai obat pilihan
untuk kolera, dan kotrimoksazol, fluorokuinolon, eritromisin,
atau furazolidone direkomendasikan saat

tetrasiklin dikontraindikasikan atau saat infeksi yang


disebabkan oleh resistennya tetrasiklin terhadap Vibrio
cholerae.

• Cycospora Infection

Kotrimoksazol digunakan sebagai obat pilihan untuk infeksi


cycosporiasis yang disebabkan oleh Cyclospora cayetanensis,
parasit coccidian yang menyebabkan diare yang biasanya self
limiting.

• Granuloma Inguinale (Donovasis)

Kotrimoksazol digunakan untuk pengobatan gr anuloma


inguinale (donovanosis) yang disebabkan oleh
Calymmatobacterium granulomatis.

• Isosporiasis

Banyak ahli klinis yang menganggap kotrimoksazol sebagai obat


pilihan untuk isosporiasis yang disebabkan oleh Isospora belli.

• Listeria Infections

Kotrimoksazol digunakan untuk pengobatan meningitis yang


disebabkan oleh Listeria monocytogenes dan dianggap sebagai
obat alternatif untuk infeksi listeria (kecuali endocarditis) pada
pasien yang alergi dengan penisilin.

• Mycobacterial Infections

Kotrimoksazol digunakan untuk pengobatan infeksi kutan yang


disebabkan oleh Mycobacterium marinum dan sebagai
alternatif untuk minosiklin.

• Nocardia Infections

Kotrimoksazol digunakan untuk p engobatan infeksi yang


disebabkan oleh Nocardia, termasuk N. asteroides, N.
Brasiliensis, dan N. caviae.Kotrimoksazol atau sulfonamida
dianggap sebagai obat pilihan untuk pengobatan nocardiosis.

• Pertussis

Meskipun efikasi dari obat belum lengkap ditentukan, CDC dan


para ahli menganggap bahwa kotrimoksazol sebagai alternatif
untuk erythromisin pada pengobatan catarhall stage dar i
pertusis

• Pneumocystis jiroveci (Pneumocystis carinii)/ Treatment


Pneumonia

Pengobatan dengan dosis tinggi (trimetoprim 20 mg/kgBB per


hari dengan sulfametoksazol 100 mg/kgBB per hari, dalam 3-4
kali pemberian) efektif untuk penderita infeksi yang berat pada
p enderita AIDS. Beberapa hasil penelitian telah
memperlihatkan bahwa pengobatan dengan dosis kecil efektif
untuk pencegahan infeksi Pneumocystis carinii pada penderita
penderita neutropeni.

• Wegener’s Gr anulomatosis

Kotrimoksazol dilaporkan memiliki respon yang bermanfaat


dalam membatasi jumlah pasien dengan Wegener’s
granulomatosis, tapi studi lanjutan tetap diperlukan.

• Whipple’s Disease

Kotrimoksazol digunakan untuk pengobatan penyakit


Whipple’s yang disebabkan oleh Tropheryma whippelii.
Hipersensitif dengan trimetoprim atau sulfonamida, kerusakan
ginjal (klirens kreatinin kurang dari 15 ml/menit), atau porpiria;
dalam hal anemia megaloblastik disebabkan defisiensi asam f
olat; pada wanita hamil; menyusui; dan anak- anak di bawah 2
Kontraindikasi
bulan.

Interaksi obat Obat-obat :

• Siklosforin : menurunkan efek ter apetik dan meningkatkan


resiko nphrotoksisitas. Hindari penggunaan bersama.

• Digoksin : Peningkatan kadar serum digoksin.

• Indomethacin : meningkatkan level plasma sulfametoksazol.


Dosis penyesuaian barangkali diperlukan.

• Methotrexate : penggunaan ber sama dapat meningkatkan


kadar.

• Antikoagulan oral : kotrimoksazol menghambat metabolisme


hepatik, meningkatkan efek antikoagulan. Amati pasien untuk
tanda-tanda pendarahan.

• Sulfonilur ea oral : penggunaan bersama menigkatkan efek


hipoglikemik.

• PABA : penggunaan bersama antagonis dengan efek sulf


onamida.

• Phenytoin : kotrimoksazol menghambat metabolisme


phenytoin. Dosis penyesuaian barangkali dibutuhkan.
• Pyrimethamine : menyebabkan anemia megaloblastik dalam
dosis pyrimethamine lebih besar dari 25 mg per minggu.
Hindari penggunaan bersama.

• Tricyclic antidepressant : menurunkan efek antidepresan.

• Zidovudine : kadar serum zidovudine dapat ditingkatkan.

Obat-herbal :

• Dong quai, St. John wort : resiko tambahan fotosensitifitas.

Obat-gaya hidup :

• Paparan matahari : fotosensitifitas dapat terjadi. Nasehatkan


pada pasien

untuk menggunakan sunblock.

Hati-hati penggunaan pada pasien dengan kerusakan fungsi


ginjal dan hati, alergi, asma bronkial, defisensi G6PD, atau
Peringatan
dyscrasia darah.

Farmakokinetika Absorpsi

Kombinasi yang berisi trimetoprim dan sulfametoksazol


(kotrimoksazol) diabsorbsi baik dan secara cepat di saluran
perncernaan. Konsentrasi serum puncak dari 1-2 mcg/ml dari
trimetoprim dan 40-60 mcg/ml dari sulfametoksazol yang tidak
terikat mencapai 1- 4 jam sesudah dosis tunggal oral yang berisi
160 mg trimetoprim dan 800 mg sulfametoksazol. Pemberian
multipel dosis oral selanjutnya, konsentrasi serum puncak
steady state biasanya 50% lebih besar daripada yang
mengandung sesudah pemberian dosis tunggal obat. Rata-rata
konsentrasi serum puncak steady state kira-kira 9 dan 105
mcg/ml dari trimetoprim dan sulfametoksazol, mencapai
sesudah infusi intravena dari 160 mg trimetoprim dan 800 mg
dari sulfametoksazol setiap 8 jam pada dewasa dengan fungsi
ginjal yang normal. Steady state melalui konsentrasi mencapai
dengan dosis intravena kira-kira 6 mcg/ml dari trimetoprim dan
70 mcg/ml dari sulfametoksazol.

• Distribusi

Trimetoprim dan sulf ametoksazol didistr ibusikan menyebar


dalam jaringan tubuh dan cairan, termasuk sputum, aquaeous
hu mor, cairan tengah telinga, cairan prostat, cairan vagina,
salur an empedu, dan CSF; trimetoprim juga didistribusikan ke
dalam sekresi bronkial. Trimetoprim memiliki volume distribusi
yang lebih besar daripada sulf ametoksazol. Trimetoprim yang
terikat dengan protein plasma kira- kira 44% sedangkan
sulfametoksazol 70%.

• Eliminasi

Trimetoprim dan sulfametoksazol memliki waktu paruh serum


kira-kira 8-11 dan 10-13 jam, pada dewasa dengan fungsi ginjal
yang normal. Pada dewasa dengan klirens kreatinin 10-30 dan
0-10 ml/menit, waktu paruh serum trimetoprim meningkat
menjadi 15 dan lebih besar daripada 26 menit. Pada dewasa
dengan gagal ginjal kronik, waktu paruh sulfametoksazol 3 kali
pada pasien dengan fungsi ginjal yang nor mal. Waktu paruh
serum Trimetoprim kira- kira 7. 7 dan 5.5 jam dilapor kan pada
anak- anak dengan umur kurang dari 1 tahun dan antara 1 dan
10 tahun.

Trimetoprim dan sulfametoksazol dimetabolisme di hati.


Trimetoprim dimetabolisme menjadi oksida dan metabolit
hidroksilase dan sulfametoksazol menjadi N-acetylated dan
juga ber konjugasi dengan dengan asam glukoronik. Keduanya
diekskresi secara cepat menjadi urine melalui filtrasi glomerular
dan sekresi tubular. Pada orang dewasa dengan fungsi ginjal
yang nor mal, kira-kira 50-60% dari trimetoprim dan 45- 70%
dari sulfametoksazol do sis oral diekskresikan menjadi urine
dalam waktu 24 jam. Kira-kira 80% dari jumlah trimetoprim dan
20% jumlah sulfametoksazol yang diperoleh kembali di urine
merupakan obat yang tidak berubah. Pada dewasa dengan
fungsi ginjal normal, konsentrasi urinary dari trimetoprim yang
aktif kira- kira sebanding dengan sulfametoksazol. Konsentrasi
urine dari obat yang

aktif menurun pada pasien dengan ginjal yang rusak.

Hanya sejumlah kecil trimetoprim yang diekskresi menjadi


feces melalui

eliminasi empedu.

Adverse Drug Reaction (ADR) SSP : pusing, depresi mental, meningitis aseptik, apathy,
seizures, halusinasi, ataksia, gugup, fatique, vertigo, insomnia.

• Gastrointestinal : nausea, vomiting, diare, sakit perut,


anoreksia, stomatitis, pankreatitis, pseudomembranous colitis.

• Hematologik : agranulositosis, anemia aplastik, anemia


megaloblastik, trombositopenia, leukopenia, anemia hemolitik,
pancytopenia.

• Hepatik : jaundice, hepatic nekrosis.

• Muskusk eletal : kelemahan otot, arthralgia, myalgia,


rhabdomyolysis.

• Pernafasan : infiltrasi paru-paru.

• Kulit : erythema multiforme (sindrom Steven Johnson),


umumnya terjadi kerusakan kulit, nekrolisis epidermal,
dermatitis eksofoliatif, fotosensitifitas, urticaria, pruritis.

• Lain-lain : reaksi hipersensitif (serum sickness, demam


karena obat, anaf ilaksis), trombophlebitis.

Kehamilan

Pada pasien hamil penggunaan hanya pada saat diperlukan.

Instruksi pada pasien

KOTRIMOKSAZOLE DOEN II (pediatric)


Bentuk sediaan Tablet (Sulfametoksazole 100 mg dan Trimetoprim 20 mg)
Dosis Anak-anak :
Farmakologi / Indikasi Anti bakteri (antibiotic)
Hipersensitifitas pada obat-obatan sulfa, trimetoprim, ataupun
Kontraindikasi komponen obat ini, anemia megaloblastik, kerusakan hati,
gangguan fungsi ginjal, kehamilan (resiko C/D)
Interaksi obat Meningkatkan efek dari sulfonylurea dan warfarin,
Meningkatkan kadar obat bebas dalam darah dari obat
methotrexate, fenitoin, atau siklosporin. Meningkatkan
konsentrasi digoksin. Menurunkan efek dari siklosporin dan
antidepresan trisiklik. Penggunaan bersama dengan prokain
dan indometacin menurunkan efek dari kotrimoxazole
Hati-hati dalam penggunaan obat ini pada pasien dengan
Peringatan anemia megaloblastik karena kekurangan folat, kekurangan
G6P. dan pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
Farmakokinetika
Anoreksia, mual, muntah, kemerahan pada kulit, urtikaria,
Adverse Drug Reaction (ADR) hiperkalemia, alergi miokarditis, trombositopenia, anemia
megaloblastik, arthralgiadsypnea, dll
Instruksi pada pasien Diminum sampai habis

Sulfadiazine
Bentuk sediaan
 Asimptomatik pembawa meningococcal
Bayi 1-12 bulan : 500 mg sekali sehari selama 2 hari
Anak 1-12 tahun : 500 mg 2 kali sehari selama 2
hari
Dewasa : 1 g 2 kali sehari selama 2 hari
 Congenital toksoplasmosis
Bayi dan anak < 2 bulan : 100 mg/kg/harisetiap 6
jam
Dosis Anak >2 bulan : 25-50 mg/kg/dosis 4 kali sehari
 Nocardiosis : 4-8 g/hari selama minimal 6 minggu
 Toxoplasmosis
Anak > 2 bulan : LD : 75 mg/kg, maintenance dose :
120-150 mg/kg/hari, maksimal dosis : 6 g/hari;
diberika setiap 4-6 jam.
Dewasa : 2-6 g/hari diberikan setiap 6 jam
 Pencegahan demam reumatik, oral : 1 g/hari (500
mg/hari jika berat badan lebih kecil dari 30 kg)
Toksoplasmosis, terapi infeksi saluran kencing dan
Farmakologi / Indikasi
nocardiosis, pencegahan kambuhan demam reumatik.
Kontraindikasi Gagal ginjal dan gangguan fungsi hati yang berat, porfiria,
hipersensitif pada obat-obatan sulfa, anak < 2 bulan, wanita
hamil
 Efek sitokrom P450
Substrat CYP2C8/9 (utama), 2E1 (minor), 3A4
(minor), menghambat CYP2C8/9 (kuat)
 Efek/toksisitas ditingkatkan
Peningkatan efek oleh antikoagulan oral dan
hipoglikemik oral. Sulfadiazine dapat ditingkatkan
efeknya dengan Amiodaron, fluoxetin, glimepirid,
glipizid, nateglinid, fenitoin, pioglitazone,
Interaksi obat rosiglitazone, sertralin, warfarin, dan substrat
CYP2C8/9 lain.
 Efek diturunkan
Sulfadiazine dapat diturunkan efeknya dengan
carbamazepin, fenobarbital, fenitoin, rifampin,
rifapentin, secobarbital dan inducer substrat
CYP2C8/9 lain. Penurunan efek juga dengan PABA
atau obat-obat metebolit PABA (prokain,
proparacaine, tetracaine, sun block)
Gangguan fungsi hati dan ginjal; minum air cukup banyak.
Hindarkan penggunaan pada gangguan darah (kecuali di
bawah pengawasan spesialis); pada penggunaan jangka
panjang perlu dilakukan hitung jenis sel darah. Bila timbul
Peringatan ruam atau gangguan darah, obat harus segera dihentikan.
Hati-hati pada asma, defisiensi G6PD, wanita hamil atau
menyusui. Hindari penggunaan pada bayi di bawah 6
minggu (kecuali untuk pengobatan atau profilaksis
Pneumocytis carinii).
Farmakokinetika Absorpsi : diabsorpsi dengan baik
Distribusi : melewati keseluruhan jaringan dan cairan tubuh
termasuk pleural, peritoneal, sinovial, dan cairan mata,
keseluruhan total air tubuh, siap berdifusi dalam CSF,
masuk dalam air susu
Metabolisme : melalui N-asetilasi
T1/2 eliminasi : 10 jam
Tmaks : dalam 3-6 jam
Ekskresi : urin (43-60% sebagai obat utuh dan 15-40%
sebagai metabolit)
Mual, muntah, ruam (termasuk sindrom Stevens-Johnson,
nekrolisis epidermal toksik, fotosensitivitas) hentikan obat
dengan segera. Reaksi alergi, diare, stomatitis, glosistis,
Adverse Drug Reaction (ADR) anoreksia, artralgia, mialgia. Kerusakan hati seperti ikterus
dan nekrosis hati; pancreatitis, colitis terkait antibiotic,
eosinofilia, batuk, napas singkat, infiltrate paru, meningitis
aseptic, sakit kepala, depresi, konvulsi, ataksia, tinnitus.
Instruksi pada pasien

Sulfadimidin
Bentuk sediaan Tablet 500 mg
Dosis Oral, dosis awal 2 g, dilanjutkan dengan 0,5-1 g tiap 6-8 jam
Farmakologi / Indikasi Infeksi saluran kemih
Kontraindikasi Gagal ginjal dan gangguan fungsi hati yang berat, porfiria
Interaksi obat
Gangguan fungsi hati dan ginjal, minumair cukup banyak.
Hindarkan penggunaan pada gangguan darah (kecuali di
bawah pengawasan spesialis), pada penggunaan jangka
panjang perlu dilakukan hitung jenis sel darah. Bila timbul
Peringatan ruam atau gangguan darah obat harus segera dihentikan,
hati-hati pada asma , defisiensi G6PD, wanita hamil atau
menyusui. Hindari pada penggunaan pada bayi di bawah 6
minggu (kecuali untuk pengobatan atau profilaksis
Pneumocystis carinii)
Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR) Mual,muntah, ruam (termasuk sindrom Stevens-Johnson,
nekrolisis epidermal toksik,fotosensitivitas) hentikan obat
dengan segera. Gangguan darah (neutropenia,
trombositopenia, agranulositosis dan purpura) hentikan obat
dengan segera. Reaksi alergi, diare, stomatitis, glositis,
anoreksia, artralgia, mialgia. Kerusakan hati seperti ikterus
dan nekrosis hati, pancreatitis, colitis terkait antibiotic,
eosinofilia, batuk, nafas singkat, infiltrate paru, meningitis
aseptic, sakit kepala, depresi, konvulsi, ataksia, tinnitus.
Anemia megaloblastik karena trimetropim, gangguan
elektrolit, kristaluria, gangguan ginjal termasuk nefritis
interstisialis
Instruksi pada pasien

TRIMETOPRIM
Bentuk sediaan Tablet 100 mg, 200 mg
Dewasa : 100 mg setiap 12 jam atau
200 mg setiap 24 jam selama 10 hari; pemakaian jangka
panjang diperlukan untuk prostatitis (4-16 minggu); untuk
pengobatan Pneumocystis carinii pneumonia; dosisnya
dinaikkan menjadi 15-20 mg/kg/hari yang dibagi dalam 3-4
dosis
Dosis Pediatri : 4 mg/kg/hari dalam dosis
terbagi setiap 12 jam
Kondisi khusus :
Clcr 15-30ml/menit, pemberiannya 100 mg setiap 18 jam atau
50 mg setiap 12 jam
Clcr <15ml/menit, pemberiannya 100 mg setiap 24 jam atau
hindari pemakaiannya (DIH)
Farmakologi / Indikasi
gangguan fungsi ginjal berat, wanita hamil, neonatus dan
Kontraindikasi
diskrasia darah
Interaksi obat Efek sitokrom P450 : substrat (utama)
CYP2C8/9, 3A4; menghambat CYP2C8/9
Peningkatan efek/efek toksik : efeknya ditingkatkan
oleh fenitoin. Penggunaannya bersamaan dengan ACE
inhibitor meningkatkan risiko hiperkalemia. Myelosuppresion
ditingkatkan dengan methotrexate. Dapat meningkatkan level
digoksin. Penggunaannya bersamaan dengan Dapson dapat
meningkatkan level dapson dan trimetoprim. Penggunaannya
bersamaan dengan prokainamide dapat meningkatkan level
prokainamide dan trimetoprim. Trimetoprim dapat
meningkatkan level/efek amiodarone, fluoxetine, glimepiride,
glipizide, nateglinide, fenitoin, pioglitazone, rosiglitazone,
sertraline, warfarin dan substrat CYP2C8/9
Penurunan efek : efek trimetoprim dapat
diturunkan oleh aminoglutethimide, carbamazepine, nafcillin,
nevirapine, fenobarbital, fenitoin, rifampin, rifapentine,
secobarbital, dan penginduksi CYP2C8/9 atau 3A4
gangguan fungsi ginjal, ibu menyusui, pasien dengan risiko
Peringatan defisiensi folat, porfiria. Untuk pengobatan jangka panjang
diperlukan hitung jenis sel darah
Absorbsi : cepat dan luas
Distribusi : secara luas ke jaringan dan cairan tubuh
(telinga bagian tengah, prostat, empedu, aqueous humor,
CSF), melintasi plasenta, masuk dalam air susu
Ikatan dengan protein : 42%-46%
Farmakokinetika
Metabolisme : sebagian besar di hepar
Waktu paruh : 8-14 jam , diperpanjang dengan
adanya gangguan fungsi ginjal
Waktu puncak, serum : 1-4 jam
Ekskresi : urin(60-80%) dalam bentuk unchanged drug
Adverse Drug Reaction (ADR) Sistem saraf pusat : aseptic meningitis (jarang),
demam
Dermatologi : ruam maculopapula, (3%-7%
pada dosis 200 mg/hari; sering terjadi pada dosis harian yang
besar), eritema multi-forme (jarang), dermatitis
eksfoliatif(jarang), gatal, erupsi kulit, fototoksik syndrom
Stevens-Johnson (jarang), nekrolisis epidermal toksik
(jarang)
Endokrin dan metabolisme : hiperkalemia dan
hiponatremia
Gastointestinal : epigastric distress, glositis,
mual, muntah
Hematologi : leukopenia, anemia
megaloblastik, methemoglobinemia, neutropenia,
trombositopenia
Hepar : elevasi enzim hati, cholestatic
jaundice (jarang)
Ginjal : peningkatan BUN dan
kreatinin
Lainnya : anafilaksis, reaksi
hipersensitivitas
Instruksi pada pasien Diberikan dengan susu atau makanan

10. ANTI BAKTERI LAIN

Metronidazol
Bentuk sediaan
Dosis Oral, amubiasis intestinal invasif: 800 mg tiap 8 jam selama 5 hari.
Anak: 1-3 tahun: 200 mg tiap 8 jam, 3-7 tahun 100-200 mg tiap 6
jam, 7-10 tahun: 200-400 mg tiap 8 jam. Amubiasis ekstraintestinal
dan pembawa kista amuba asimtomatik 400-800 mg tiap 8 jam
selama 5-10 hari. Anak: 1-3 tahun 100-200 mg tiap 8 jam, 3-7
tahun 100-200 mg tiap 6 jam; 7-10 tahun 200-400 mg tiap 8 jam.
Trikomoniasis uroginetal 200 mg tuiap 8 jam selama 7 hari atau
400-500 mg tiap 12 jam selama 7 hari atau 800 mg pagi hari dan
1,2 gram malam hari selama 2 hari, atau 2 gram dosis tunggal.
Anak: 1-3tahun 50 mg tiap 8 jam selama 7 hari; 3-7 tahun 100 mg
tiap 12 jam ; 7-10 tahun 100 mg tiap 8 jam.
Giardiasis: 2 g/hari selama 3 hari atau 500 mg dua kali sehari
selama 1-10 hari; alak 1-3 tahun 500 mg/ hari selama 3 hari; 3-7
tahun 600-800 mg/hari: 7-10 tahun 1 g/hari.
Infeksi anaerob (bisanya selama 7 hari): Oral dosis awal 800 mg
kemudian 400 mg tiap 8 jam atau 500 mg tiap 8 jam. Rektal: 1 g
tiap 8 jam selama 2 hari kemudian 1 g tiap 12 jam. Infuse intravena
500 mg tiap 8 jam. Anak untuk semua cara pemberian 7,5 mg /kg
tiap 8 jam.
Infeksi gigi akut, oral 200 mg tiap 8 jam selama 3-7 hari.
Profilaksis bedah: oral 400 mg tiap 8 jam dimulai 24 jam senelu
operasi, dilanjutkan sesudah operasi secara intravena atau rektal
sampai pemberian oral dapat dilakukan lagi. Anak: 7,5 mg/kg tiap 8
jam. Rectal 1 g tiap 8 jam. Anak 125-250 mg tiap 8 jam.
Intravena: 500 mg beberapa saat sebelum operasi, kemudian tiap
8 jam sampia pemberian oral dapat dilakukan.

Infeksi protozoa, infeksi anaerob (termasuk gigi).


Farmakologi / Indikasi
Hindari pemakaian obat pada pasien gangguan hati dan hepatic
Kontraindikasi ensephalophaty , kehamilan dan menyusui.

- Alhohol: reaksi mirip disulfiram


- Antikoagulan: efek nikumalon dan warfarin
ditingkatkan
- Anti epileptika: metronidazol menghambat
metabolisme fenitoin (meningkatkan kadar plasma
Interaksi obat
fenitoin), fenobarbital mempercepat metabolisme
metronidazole.
- Barbiturat dan primidon : metronidazol menghambat
metabolisme fluorourasil

Reaksi seperti disulfiram terjadi bila diberikan bersama alcohol.


Bila pengobatan dilakukan melebihi 10 hari, dianjurkan untuk
Peringatan
melakukan pemeriksaan klinis dan laboratories.

Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR) Mual, muntah, gangguan pengecapan, lidah kasar, gangguan
saluran cerna, ruam, urtikaria, dan angioudema, kadang-kadang
timbul rasa lesu, mengantuk, pusing, ataksia, urin berwarna gelap
dan anafilaksis. Neuritis perifer pada penggunan jangka panjang,
serangan epilepsi transient, leukopenia.
Instruksi pada pasien

Eritromisin
kap 250 mg ( sbg Sterarat )
Bentuk sediaan Btl 100 kaps
Sir 200mg/5ml ( sbg etil suksinat ), btl 60ml
oral : DEWASA dan ANAK diatas 8 tahun, 250-250 mg tiap 6 jam
atau 0,5-1 g tiap 12 jam; pada infeksi berat dapat dinaikkan sampai
4 g/hari. ANAK smapai 2 tahun, 125 mg tiap 6 jam, 2-8 tahun 250
mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dosis dapat digandakan.
Acne : 250 mg 2 kali sehari, kemudian 1 kali sehari setelah 1 bulan.
Dosis
Sifilis stadium awal, 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari.
Infuse intravena : infeksi berat pada dewasa dan anak, 50
mg/kg/hari secara infuse kontinu atau dosis terbagi tiap 6 jam;
infeksi ringan 25mg/kg/hari bila pemberian per oral tidak
memungkinkan
sebagai alternative untuk pasien yang alergi penicillin untuk
pengobatan enteritis kampilobacter, pneumonia, penyakit
Farmakologi / Indikasi legionnaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatitis kronik, akne
vulgaris, dan profilaksis diferi dan pertusis
antibiotic, makrolida, ophthalmic, antibiotic topical dan jerawat
hipersensitif terhadap eritromisin, untuk cangkok hati dengan atau
tanpa jaundice, neonates semenjak dalam formulasinya
Kontraindikasi
mengandung benzyl alcohol yang meningkatkan toksisitas pada
neonatus
Interaksi obat Analgetik : kadar plasma alfentanil ditingkatkan oleh
eritomisin
Antacid dan adsorben : antacid menurunkan absorpsi azitromicin
Antiaritmia : kadar plasma disopiramid dinaikkan oleh
eritromisin
Antikoagulan : efek nikumalon dan warfarin ditingkatkan oleh
eritromisin dan mungkin juga oleh beberapa makrolida lainnya
Antiepileptika : klaritomisin dan eritromisin menghambat
metabolism karbamazepin (menaikkan kadar karbamazepin)
Antihistamin : klaritromisin dan eritromisin menghambat
metabolism astemizol dan terfenadin (risiko aritmia yang
berbahaya, diinformasikan kemungkinan meningkatnya kadar
plasma loratadin oleh eritromisin)
Antipsikotik : eritromisin mungkin menaikkan kadar plasma
klozapin (mungkin meningkatkan risiko kejang)
Ansiolitika dan hipnotika : eritromisin menghambat
metabolism midazolam (menaikkan kadar plasma midazolam,
dengan sedasi hebat) dan zopiklon
Antagonis kalsium : eritromisin mungkin menghambat
metabolism felodipin (menaikkan kadar plasma)
Glikosida jantung : efek digoksin ditingkatkan oleh eritromisin
Dopaminergik : kadar plasma bromokriptin dan sabergolin
ditingkatkan oleh eritromisin
Teofilin : klaritromisin dan eritromisin menghambat
metabolism (menaikkan kadar plasma teofilin)
Obat-obat antiulkus : simetidin menaikkan kadar plasma
eritromisin (meningkatkan risiko toksisitas, termasuk tuli)
Peringatan gangguan fungsi hati dan porfiria ginjal, perpanjangan interval QT
Farmakokinetika
mual, muntah, nyeri perut, diare;urtikaria, ruam dan reaksi alergi
lainnya; gangguan pendengaran yangreversibel pernah dilaporkan
Adverse Drug Reaction (ADR)
setelah pemberian dosis besar; ikterus kolestatik dan gangguan
jantung (aritmia dan nyeri dada)
Instruksi pada pasien

TETRASIKLIN
Bentuk sediaan Kapsul 250 mg (HCl)
Kapsul 500 mg (HCl)
Dosis - Anak >8 tahun: 25-50 mg/kg/hari
dalam dosis terbagi setiap 6 jam
- Dewasa: 250-500 mg/dosis setiap 6
jam
- Gangguan ginjal: Clcr 50-80 ml/menit
(diberi setiap 8-12 jam), Clcr 10-50
ml/menit (diberi setiap 12-24 jam),
Clcr <10 ml/menit (setiap 24 jam)
- Gangguan hati: Hindari penggunaan
atau dosis maksimum 1 g/hari
Farmakologi/Indikasi Antibiotik (untuk bakteri gram positif dan
negatif)
Kontraindikasi Hipersensitif untuk tetrasiklin, anak kurang
dari 8 tahun, ibu hamil
Peringatan Diskolorisasi permanent dari gigi, hipoplasia,
gangguan pertumbuhan tulang pada anak <4
tahun dengan dosis tinggi, digunakan dengan
hati-hati pada orang dengan gangguan ginjal
(meningkatkan BUN sebagai agen
antianabolik) dan gangguan hati
Adverse drug reaction Pericarditis, fotosensitif, sindrom Diabetes
insipidus, nausea, diare, vomiting,
thrombophiebitis, hepatotoksik, gagal ginjal
akut, superinfeksi
Farmakokinetik - Absorpsi : 75% (oral)
- Distribusi : jumlah kecil dalam
empedu; baik hanya bila ada inflamasi
- T ½ : 8-11 jam ( fungsi ginjal normal)
- T max: 2-4 jam (oral)
- Ekskresi: urin (60% unchanged drug),
feses (bentuk aktif)
Interaksi Obat - Peningkatan : penggunaan dengan
anestesi Methoxyfluran menyebabkan
nephrotoksik fatal; dengan Warfarin
meningkatkan antikoagulasi
- Penurunan : kalsium, magnesium,
aluminium (antacid), zinc, besi, sodium
bikarbonat menurunkan absorpsi
tetrasiklin; efek terapi penisilin
diturunkan dengan tetrasiklin
Informasi untuk Pasien Minum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah
makan dengan sejumlah air; hindari
penggunaan antacid, besi dalam 2 jam selama
penggunaan tetrasiklin

11. ANTI INFEKSI KHUSUS

dapson
tab scored 100 mg
Bentuk sediaan
klg 1000 tab scored
Dosis lepra, 1-2 mg/kg/hari
Farmakologi / Indikasi lepra, dermatitis herpetiformis
Kontraindikasi
(tergantung dosis, jarang terjadi pada dosis lazim), hemolisis,
metamoglobinemia, neuropati, dermatitis alergika (kadang-kadang
nekrolisis epidermal toksik dan sindrom Stevens-Johson),
anoreksia, nausea, muntah, sakit kepala, insomnia, anemia,
Interaksi obat hepatitis, agranulositosis; sindrom dapson (ruam dengan demam
dan eusinofilia) segera hentikan obat (dapat berlanjut) menjadi
dermatitis eksfoliatif, hepatitis, hipoalbuminemia, psikosis dan
kematian).

penyakit jantung dan paru; anemia (atasi anemia sebelum


Peringatan pengobatan); defisiensi G6PD; kehamilan dan menyusui; hindari
pada profiria
Farmakokinetika
rifampisin dapat menurunkan kadar, probenesid dapat mengurangi
Adverse Drug Reaction (ADR) ekskresi (meningkatkan resiko efek samping)

Instruksi pada pasien

Klofazimin, micronized

Bentuk sediaan
3 kali 100 mg/ hari selama bula pertama dan kemudian
Dosis diturunkan, dapat membentu mengurangi gejala, tetapi hal ini
memerlukan waktu 4-6 minggu utuk tercaainya efek yang optimal.
Farmakologi / Indikasi lepra
Kontraindikasi
Interaksi obat
gangguan ginjal, hati; kehamilan dan menyusui dapat
Peringatan mempengaruhi warna lensa kontak , hinda bila terjadi diare dan
sakit perut.
bioavailabel klofazimin sekitar 50%. Puncak konsentrasi serum 0,5-
2mg/l (1-4 μmol/l) 2 jam setelah pemberian oral dengan dosis 100-
Farmakokinetika
200 mg. Klofazimin terakumulasi di jaringan lemak dan sistem
retikuloendotelial. Waktu paruh eliminasi sekitar 70 jam.
Adverse Drug Reaction (ADR) mual, muntah (riwayat inap bila persisten); sakit perut; sakit
kepala, kelelahan; warna coklat kehitaman pada lesi dan kulit yang
terpapar sinat matahari; perubahan warna rambut yang revesibel;
kulit kering; kemerahan pada muka, warna kemerahan pada urin,
feces dan cairan tubuh lainnya; ruam, pruritus, fotosensitivitas,
erupsi akne, anoreksia, enteropatieusinofilik, obstruksi usus,
kekeringan pada mata, penglihatan kabur, pigmentasi kornea
subepitel dan macula, herglikemi, berat badan turun,
limfadenopati infark limpa.
Instruksi pada pasien

Isoniazid

- Kapsul : 150 mg dengan rifampisn 300 mg (Rifamate)


- Tablet : 50, 100, 300 mg dan tablet 20 mg dengan
rifampisin 120 mg dan pirazinamid 300 mg
Bentuk sediaan (Rifater). Kemasan 1 botol : 1000 tablet
- Syrup : 10 mg/ml
- Injeksi : 100 mg/ml

Dosis PO untuk terapi infeksi tuberkulosis laten 5 mg/kg/hari


(biasanya 300 mg) sebagai dosis harian tunggal, maksimum
300 mg/hari, diberikan sebagai obat tunggal selama 6-9 bulan.
Alternatif, berikan INH 15 mg/kg/dosis (samapi 900 mg) 2 kali
seminggu secara langsung terapi diamati (DOT) selama 6-9
bulan. Terapi PO untuk tuberkulosis aktif sama dengan dosis
diatas tetapi dikombinasi dengan rifampisin 600 mg/hari dan
pirazinamid 15-30 mg/kg/hari selama 8 minggu, diikuti 16
minggu INH dan rifampisin. Alternatif, beri dosis harian
rifampisin, ethambutol, dan pirazinamid selama 2 minggu,
diikuti INH 15 mg/kg (maksimum 900 mg), rifampisin 600
mg/kg, ethambutol 50 mg/kg (maksimum 2,5 g) dan
pirazinamid 50-70 mg/kg (maksimum 4 g) seminggu 2 kali
selama 6 minggu dengan DOT, kemudian dilanjutkan INH dan
rifampisin, pirazinamid dalam dosis yang sama. Jika
pirazinamid tidak dapat diberikan, maka selama 9 bulan, INH
dengan dosis diatas dikombinasi dengan rifampisin
600mg/hari. IM dan IV jarang digunakan, biasanya oral.
Dosis Pediatri. Dosis peroral untuk tuberkulosis laten 10-
20 mg/kg/hari dalam dosis tunggal hingga dosis maksimum
300 mg/hari, diberikan sebagai obat tunggal selama 6-9 bulan.
Alternatif, berikan INH 20-40 mg/kg/dosis (sampai 900 mg) 2
kali seminggu secara langsung terapi diamati (DOT) selama 6-9
bulan. Terapi PO untuk tuberkulosis aktif sama dengan dosis
diatas tetapi dikombinasi dengan rifampisin 10-20 mg/kg
(maksimum 600 mg) dan pirazinamid 15-30 mg/kg/hari
(maksimum 2 g) dalam 2 atau 3 dosis terbagi selama 8 minggu
diikuti 16 minggu INH dan rifampisin. Alternatif, beri dosis
harian rifampisin, ethambutol, dan pirazinamid selama 2
minggu, diikuti INH 20-40mg/kg (maksimum 900 mg),
rifampisin 10-20 mg/kg (maksimum 600 mg), ethambutol 50
mg/kg (maksimum 2,5 g) dan pirazinamid 50-70 mg/kg
(maksimum 4 g) dalam 2 atau 3 dosis terbagi, seminggu 2 kali
selama 6 minggu dengan DOT, kemudian dilanjutkan INH dan
rifampisin 2 kali seminggu selama 16 minggu dengan DOT.
Regimen dosis 3 kali seminggu, dosis pirazinamid 50-70
mg/kg/hari (maksimum 3 g) dalam 2-3 dosis terbagi. Jika
pirazinamid tidak dapat diberikan, maka selama 9 bulan, INH
dengan dosis diatas dikombinasi dengan rifampisin 10-
20mg/kg (maksimum 600mg). IM dan IV jarang digunakan,
biasanya oral.
Dosis Geriatri. Sama dengan dosis dewasa
Kondisi Lain. Fenotipe asetilator tidak meningkatkan
parameter dosis individu , tetapi direkomendasikan dosis 150-
200 mg/hari pada asetilaor lambat dengan gagal ginjal.
Individu dengan infeksi HIV dan menderita tuberkulosis maka
diperlukan pengobatan berkala hingga 9 bulan, dan sedikitnya
6 bulan.

Isoniazid (INH) merupakan derivat hidrazin sintetik dari


asam isonikotinik yang menghambat sintesis asam mycolic,
suatu komponen dinding sel mycobacterial. Aktivitas INH
terbatas untuk mycobacteria, tergantung pada konsentrasi dan
kecepatan reproduktif mycobacteria yang merupakan
penyebab tuberkulosis. Resistensi tidak umum terjadi pada
Farmakologi / Indikasi
terapi pencegahan tetapi berkembang sangat cepat jika
digunakan pada tuberkulosis yang aktif. Resistensi primer
meningkat cepat pada komunitas tertentu dan terjadi infeksi
nosokomial. Keadaan ini menyebabkan risiko tinggi terjadinya
prevalensi HIV.

Gangguan hepar akut dan kronis, sebelumnya INH dikaitkan


Kontraindikasi dengan hepatitis

INH dapat menghambat metabolisme carbamazepin dan


fenitoin, meningkatkan risiko toksisitas, terutama fenitoin
pada asetilator lambat. INH dan dilsulfiram dapat
menyebabkan perubahan mental karena gangguan
metabolisme neurotransmiter, hindari penggunaan disulfiram
Interaksi obat
pada pasien yang menggunakan INH. Aluminium yang
merupakan komposisi antasida dapat menganggu absorpsi
INH. Rifampisin dapat meningkatkan metabolisme INH menjadi
metabolit hepatotoksik

Kehamilan, laktasi. Hati-hati penggunaan INH pada


Peringatan penderita alkoholik, geriatri, dan fenotipe asetilator lambat

Farmakokinetika Kadar Serum. Kadar puncak 3-5 mg/L (22-36  mol/L) 2


jam setelah meminum INH.
Nasib. Absorpsi secara oral, cepat dan mendekati

sempurna 1-5 mg/L (7-36  mol/L) setelah 1 jam meminum


dosis 5 mg/kg. Terdistribusi secara luas di jaringan termasuk
cerebrospinal pada pasien normal dan dengan meningitis. Vd

0,67  0,15 L/kg, Cl 0,22  0,07 L/hari/kg sebagai asetilator

lambat dan 0,44  0,12 L/hari/kg sebagai asetilator cepat.


Eliminasi primer dengan asetilasi di hepar menjadi metabolit
inaktif dan diekskresikan di urine. Pola spesifik eliminasi
tergantung pada fenotipe asetilator tiap individu
Waktu Paruh. Pada asetilator cepat 1,1  0,1 jam

sedangkan pada asetilator lambat 2,1  1,1 jam. Pada pasien


gagal ginjal, waktu paruh meningkat hingga 4 jam sedangkan
pada pasien gangguan hepar menjadi 6,7 jam.

Dapat terjadi neuropathy periferal, khususnya pada penderita


alkoholik, diabetes, gagal ginjal, obesitas, dan asetilator lambat
seta dengan dosis >5 mg/kg/hari. Penggunaan kombinasi terapi
INH dan rifampisin dapat menyebabkan hepatitis subklinik (10-
20%), yang dapat dilihat dari peningkatan AST dan ALT, akan tetapi
keadaan ini dapat kembali normal meskipun pengabatan tetap
dilanjutkan. Hepatitis subklinik jarang terjadi pada penderita < 20
Adverse Drug Reaction (ADR)
tahun, tetapi meningkat seiring dengan bertambahnya umur
(meningkat 2-3%) pada pasien berumur 50-65 tahun). Jarang
terjadi atropi liver yang dapat mengakibatkan kematian yang
biasnya terjadi pada pasien alkoholik atau penderita gangguan
hepar. Overdosis akut INH (biasanya 6-8 g) dapat mengakibatkan
toksisitas sistem saraf pusat termasuk koma dan kejang, hipotensi,
asidosis, dan kematian
Instruksi pada pasien Dilaporkan adanya sensasi terbakar, geli, mati rasa, tidak
enak badan, demam, urine berwarna gelap, warna kuning pada
mata dan kuning.
Dosis yang Hilang. Jika pasien menggunakan obat ini
dengan interval regular, misalnya setiap hari, dan pasien lupa
meminum obai ini, maka pasien harus meminum obat ini saat
pasien tersebut ingat. Jika pasien ingat untuk minum obat saat
mendekati dosis berikutnya, jangan minum obat tersebut
tetapi kembali pada jadwal dosis regular. Berikan jeda 12 jam
untuk pemberian dosis berikutnya. Jangan sampai terjadi dosis
ganda atau dosis ekstra.
Catatan
Secara umum direkomendasi pada pasien yang
menerima INH untuk terapi laten infeksi tuberculosis yang
memiliki reaksi positif jumlah intermediet purified protein
derivate (PPD, 5 unit tubercolin) dan yang (1) kontak langsung
dengan penderita tuberkulosis aktif, (2) PPD berubah positif
setelah 12-24 bulan, (3) terbukti tuberkulosis inaktif pada hasil
radiologi atau riwayat tuberkulosis aktif, kelahiran asing (dari
keluarganya) dari daerah prevalensi tinggi tuberkulosis seperti
2 tahun di Amerika Serikat, (6) seseorang dengan kondisi
iatrogenic atau medik, dapat meningkatkan risiko tuberkulosis.
Selain itu, silikosis, gastrectomy, jejunoileal bypass, teapi
kortikosteroid dan terapi imunosupresif lainnya,
hematopoetik, malignansi lain, dan lain yang mengakibatkan
imunosupresan dari penyakit atau terai lain juga dapat
meningkatkan risiko tuberkulosis. Penggunaan INH propilaksis
pada paien > 35 tahun dibatasi karena dapat meningkatkan
hepatotoksisitas meskpiun hal ini masih menjadi kontroversial.
Untuk mencegah neuropathy periferal, berikan
piridoksin dengan dosis 50 mg/hari pada pasien dewasa yang
menggunakan INH dosis besar (10 mg/kg/hari atau lebih) dan
pasien yang menderita neuritis periferal (contoh diabetes,
infeksi HIV, alkoholik). Piridoksin IV dalam dosis setara dengan
dosis INH yang menyebabkan toksisitas akut
direkomendasikan.
Tambahkan etambuthol atau streptomisin untuk inisial
terapi kecuali terdapat kemungkinan resistensi obat (<4%
resistensi primer INH pada pasien dan pada pasien yang
sebelumnya tidak diberi pengobatan antituberkulosis, bukan
berasal dari negara prevalensi tinggi resistensi obat dan tidak
diketahui menderita resistensi)

Rifampisin
Bentuk sediaan
Dosis Oral
- Untuk infeksi non spesifik
o Dewasa : 600-1200
mg/hari, terbagi dalam 2 dosis, diberikan sebelum
makan.
o Anak : 10-15 mg/kg,
dalam dosis tunggal atau terbagi dalam 2 dosis,
diberikan sebelum makan. Dosis harian tidak boleh
melebihi 600 mg
o Untuk tuberculosis :
Rifampisin diberikan bersama dengan
antituberkulosis lain, diberikan dalam dosis
tunggal sebelum makan, atau 2 jam sesudah
makan.
o Dewasa ( >50 kg ) :
600 mg/hari
o Dewasa ( <50 kg ) :
450 mg/hari
o Anak, 10-20
mg/kg/hari, tidak melebihi 600 mg
Diberikan sebelum makan. Untuk penderita usia lanjut
dan lemah, dosis dapat dikurangi. Untuk penderita
dengan gangguan fungsi hati, dosis tidak boleh
melebihi 8 mg/kg.

infeksi yang disebabkan oleh Escherichia coli,


Pseudomonas, Proteus dan klebsiella, serta Staphylococcus
Farmakologi / Indikasi aureus, Neisseria meningitides, M.tuberculosis, M.kansasii,
M.scrofulaceum, M.intracellular.

Hipersensitif terhadap rifampisin serta penderita


Kontraindikasi dengan ikterus

- Antikoagulan ( kumarin ) : menurunkan efektivitas


antikoagulan
- Glukokortikoid dan estrogen : menurunkan
efektivitas kontrasepsi oral
Interaksi obat
- Isoniazid : kombinasinya dengan rifampisisn
adalah paling efektif untuk digunakan dalam
pengobatan tuberkulosis paru

Peringatan Untuk pengobatan tuberculosis, rifampisin diberikan


bersama dengan antituberculosis lain, karena
kemungkinan terjadinya resistensi sangat besar bila
diberikan secara tunggal. Bila rifampisin diberikan
bersama PAS ( pamino salisilat ), maka antara pemberian
kedua macam obat itu harus ada tenggang waktu
sedikitnya 8 jam. Pemberian rifampisin menyebabkan air
seni, air mata dan dahak berwarna kemerahan.
Kemungkinan adanya efek teratogenik belum diketahui.
Pemakaiannya pada wanita hamil sebaiknya dihindari.
Rifampisin dapat melewati sawar plasenta
Farmakokinetika
- Dematologi : ruam kulit. Saluran pencernaan :
mual, muntah, sebah, kram perut, diare
- Hematologi : trombositopenia, leukopenia, anemia,
eosinofilia ( karena hipersensitivitas ), hemolisis
- SSP : keletihan, pusing, sakit kepala, ataksia,
kebingungan, gangguan konsentrasi, rasa nyeri
pada ektremitas, kelemahan otot.
Adverse Drug Reaction (ADR)
- Hipersentivitas : demam, pruritus, urtikaria,
kelainan kulit, mulut kering
- Saluran kencing : hematuria insufiensi ginjal dan
kegagalan ginjal akut
- Lain-lain : hiperbilirubinemia, sindroma flu,
( nyeri sendi, demam, lemah )

Instruksi pada pasien

STREPTOMISI
Bentuk sediaan
 anak : 20-40 mg/kg/hari (dosis maksimum 1
g/hari)
Dosis
 dewasa : 15 mg/kg/hari (maksimum 1 g/hari)

sebagai bagian dari kombinasi terapi tuberkulosis, digunakan


dalam kombinasi dengan agen lain untuk pengobatan
Farmakologi / Indikasi streptococcal dan enterococcal endocarditis, infeksi mikobacteri,
plague, tularemia, brucellosis.

ibu hamil (faktor risiko D), hipersensitiv terhadap streptomisin atau


Kontraindikasi
komponen yang terdapat di formulasi
Interaksi obat
Peringatan
Menghambat sintesis protein bakteri, dengan mengikat
sub unit ribosom 30S sehingga mrnghasilkan bentuk
Farmakokinetika
peptida pada rantai protein.

 Kardiovaskular : hipotensi
 SSP : pusing, neurotoksisitas, sakit kepala
 Dermatologik : iritasi kulit
 Gastrointestinal : mual, muntah
 Pernapasan : susah bernapas
Adverse Drug Reaction (ADR)
 Ginjal : nephrotoksisitas
Meliputi ototoksisitas, neuromuskular toksisitas,
nefrotoksisitas

Instruksi pada pasien

KOTRIMOSAZOL DOEN I
Bentuk sediaan tablet, botol 100 tablet

 Dewasa. 800 mg sulfametoxazol dan 160 mg


trimetoprim setiap 12 jam. Pada infeksi yang berat
diberikan dosis lebih besar. Pada penderita dengan
gangguan ginjal, diberikan dosis biasa bila bersihan
kreatinin > 30 ml/menit; bila bersihan kreatinin 15-30
Dosis ml/menit, dosis 2 tablet diberikan setiap 24 jam dan bila
bersihan kreatinin < 15 ml/menit, obat ini tidak boleh
diberikan. Anak. Trimetoprim 8 mg/kg BB/hari dan
sulfametoxazol 40 mg/kg BB/hari yang diberikan dalam 2
dosis.

Farmakologi / Indikasi

Kontraindikasi gagal ginjal dan gangguan fungsi hati yang berat, porfiria.

Interaksi obat  : pemberian dengan anestetik akan meningkatkan


efek tipenton. Pemberian dengan antikoagulan akan
meningkatkan efek nikumalon dan warfarin. Pemberian
dengan antidiabetik akan meningkatkan efek sulfonilurea.

Peringatan
 : rasio kadar sulfometoksazol dan trimetoprim
yang ingin dicapai dalam darah adalah sekitar 20:1. Karena
sifatnya yang lipofilik, trimetoprim mempunyai volume
distribusi yang lebih besar daripada sulfometokxazol.
Trimetoprim cepat didistribusi ke dalam jaringan dan kira-
kira 40% terikat pada protein plasma dengan adanya
sulfometoxazol. Vd trimetoprim hampir 9 kali lebih besar
daripada sulfometoxazol. Obat masuk ke CSS dan saliva
dengan mudah. Masing-masing komponen juga ditemukan
Farmakokinetika
dalam kadar tinggi di dalam empedu. Kira-kira 65%
sulfametoxazol terikat pada protein plasma. Sampai 60%
trimetoprim dan 25-50% sulfometoxazol diekskresi melalui
urin dalam 24 jam setelah pemberian. Dua-pertiga dari
sulfonamid tidak mengalami konjugasi. Metabolit
trimetoprim ditemukan juga pada urin. Pada penderita
uremia, kecepatan ekskresi dan kadar urin kedua obat jelas
menurun.

 : mual, muntah, ruam (termasuk sindrom Stevens-


Johnson, nekrolisis epidermal toksik, fotosensitivitas)
hentikan obat dengan segera. Gangguan darah
Adverse Drug Reaction (ADR) (neutropenia, trombositopenia, agranulositosis dan
purpura) hentikan obat dengan segera. Reaksi alergi, diare,
stomatitis, glositosis, anoreksia, artralgia, mialgia.

Instruksi pada pasien


Nitrofurantoin
Bentuk sediaan
PO untuk UTI (makrokristal) 50-100 mg id dengan makanan
dan hs untuk pengobatan; (macrobid) 100 mg bid untuk 70
hari. PO untuk penderita kronis 50-100 mg hs. Obat diminum
setelah makan. Dosis anak-anak. PO utk pengobatan UTI 5-
7 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis, maksimum 400 mg/day;
Dosis po utk penderita kronik UTI 1 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis,
maksimum 100 mg/day

Cap (makrokristal) 25,50, 100 mg; susp 5 mg/ml; cap 100


mg, mengandung 25 mg sebagai makrokristal dan 75 mg
dalam bentuk SR (makrobid)

Nitrofurantoin merupakan nitrofuran sintetik yang aktif


melawan hampir seluruh bakteri yang menyebabka UTI
kecuali P. aeruginosa, Proteus sp., Enterobacter sp., dan
Farmakologi / Indikasi Klebsiella spp. Obat ini sering digunakan untuk menjaga
kembalinya UTI tetapi juga efektif untuk pengobatan yang
tidak ada komplikasi dari UTI.

Kerusakan ginjal sedang ; neuropati perifer; tidak efektif


karena perbedaan konsentrasi urin pada infant kurang dari
usia 3 bulanm kekuranagn G6DP), pada trimester 3, dapat
Kontraindikasi
terjadi hemolisis jika digunakan pada waktu tersebbut.
Walaupun dalam jumlah kecil dalam ASI dapat menyebabkan
hemolisis pada bayi defisisensi G6DP, porfiria

Absorpsi nitro furantoin berkurang dengan pemberian oral


garam magnesium (trisilikat magnesium). Eksresi magnesium
berkurang dengan pemberian probenecid (menigkatkan
Interaksi obat
resiko efek samping), sulfinpyrazone (meningkatkan resiko
toksisitas).
Catatan. Cholestatic jaundice dan chronic active hepatitis
Anemia; diabetes melitus, ketidak seimbangan elektorlit,
defisiensi vitamin B dan folat; penyakit paru-paru; kerusakan
hepar; pemantauan funsi paru-paru dan hati oada etrpai
jangak panjnag, terutama pada pasien kanjut usia (hentikan
Peringatan pengguanan bial terjadi penurunan fungsi paru-paru);
suseptibilitas neuropathy periferal; false postive glukosa urine
(jika terdeteksi mengurangi substansi), urin berwarna kning
kecoklatan.

Diserap dengan baik dengan pemberian oral, bagaimanapun


juga serum dan jaringan luar kosentrasi merupakan
subterapeutik. Sekitar 60% obat ini adalah memetabolisme
Farmakokinetika
untuk mengnonaktifkan metabolit; 25-35% dikeluarkan
melalui urin dengan konsentrasi sekitar 200mg/L dari dosis
rata-rata

. Nausea, vomiting, dan diare serta pengaruh dosis;


penggunaan formula makrokristalin dan pemberian makanan
dapat menimimalisir GI. Reaksi hipersensitif terjadi dengan
cepat tetapi jarang. Alergi pneumonitis akut dapat
berhubugnan berbalik dengan terapi yang berkelanjutan.
interstitial pulmonary fibrosis kronis juga kadang-kadang
terjadi dengan terapi yag memakan waktu lama dan bisa juga
Adverse Drug Reaction (ADR)
tidak dapat berbalik. Polineuropati yang menigkat dapat
dibaotin dengan terapi menggunakan dosis tinggi atau
penggunaan obat pada kegagalan ginjal. Intravascular
hemolysis dapat terjadi pada pasien dengan defisiensi G-6-
PD. Walaupun obat ini metagenik terhadap sel mamalia,
tetapi tidak ada bukti klinis dari carcinogenicitas atau
teratogenicitas.

Instruksi pada pasien

trimetoprim
Bentuk sediaan
 Oral:
Anak-anak: 4mg/kg/hari dalam 2 bagian setiap 12 jam

Dewasa: 100mg/12jam atau 200mg/24jam, untuk


treatment Pneumocistis carinii dosis mungkin lebih tinggi
15-20 mg/kg/hari terbagi dalam 3-4 bagian dosis.
Dosis
 Interval dosis untuk gangguan fungsi ginjal Cl Cr 15-30
ml/menit: pemberian 100mg setiap 18 jam atau 50 mg
setiap 12 jam, ClCr < 15 ml/menit:pemberian 100mg setiap
24 jam atau penggunaannya dilarang.

Kategori terapetik antibiotik yang digunakan dalam treatment


infeksi saluran kencing karena serangan bakteri E.coli, P.mirabilis,
K.pneumoniae, Enterobacter sp,dan koagulase negatif
Staphylococcus termasuk S.saprophyticus, otitis medi akut pada
anak-anak, bronkitis kronik pada dewasa, digunakan untuk
Farmakologi / Indikasi
kombinasi dengan agen lain untuk treatment toksoplasmosis,
untuk treatment infeksi superfisial ocular termasuk kornea dan
konjungtiva.

Hipersensitif terhadap trimetoprim atau komponen lain dari


formulasi, anemia megaloblastik karena defisiensi folat.
Kontraindikasi

Interaksi obat  Efek sitokrom P450: subtrat CYP2C8/9, 3A4, menghambat


CYP2C8/9
 Meningkatken efek/toksisitas: meningkatkan
efek/toksisitas fenitoin, digunakan bersama ACE inhibitor
dapat meningkatkan terjadinya hiperkalemia,
meningkatkan myelosupresion dengan methotreksat,
dapat meningkatkan kadar digoksin, digunakan bersama
dengan daksone dapat meningkatkan kadar daksone dan
trimetoprim. Penggunaan bersama dengan prokainamide
dapat meningkatkan kadar prokainamide dan trimetoprim

digunakan pada pasien yang mengalami gangguan ginjal atau


gangguan hepar, atau dengan defisiensi folat.
Peringatan

 Absorpsi: cepat diabsorpsi dalam jumlah yang banyak.


 Distribusi: secara luas terdistribusi ke jaringan dan cairan
tubuh. Dapat menembus plasenta, masuk ke air susu
 Protein binding: 42%-46%
 Metabolisme: sebagian secara hepatik
Farmakokinetika
 T1/2: 8-14 jam, dapat menjadi lebih lama pada gangguan
renal
 Puncak serum: 1-4 jam
 Ekskresi: urin (60-80%) sebagai unchanged drug

 SSP: meningitis, demam


 Dermatologi:makulopapular, skin rash, arythema, pruritus,
dermatitis, steven’s Johnson sindrom, toksik epidermal
epidermal nekrolisis
 Endokrin/metabolik: hiperkalemia, hipernatremia
 Gastrointestinal: gangguan epigaster, mual, muntah
Adverse Drug Reaction (ADR)
 Hematologik: leukopenia, anemia megaloblastik,
methemoglobinemia, neutropenia, trombositopenia
 Hepatik: penyimpangan enzim hepar, kolestatik jaundice
 Renal: peningkatan kreatinin
 Miscelaneus: anafilaksis, reaksi hipersensitivitas
Dapat diminum dengan makanan atau susu, laporkan jika
mengalami kulit kemerah-merahan, demam, tenggoeokan sakit,
Instruksi pada pasien perdarahan.

Kloroquin (anti malaria)


Injeksi , larutan ,sebagai hidroklorid = 25 mg/ml (10 ml)

Bentuk sediaan Tablet = 10 mg, 25 mg, 50mg, 100mg, 200 mg

Dosis Oral profilaksis

Anak-anak : 5 mg /kg/minggu dalam 1 hari di satu minggu


tidak boleh melebihi 300 mg per dosis.

Dewasa : 500 mg/minggu

Oral serangan akut

 Anak-anak : 10 mg/kg/hari pertama, diikuti


dengan 5 mg/kg pada 6 jam berikut dan 5
mg/kg pada hari kedua dan ketiga.
 Dewasa : 1 g (600 mg base) pada hari
pertama, diikuti dengan 500 mg (300 mg
base) pada 6 jam berikut, diikuti dengan 500
mg (300 mg) pada hari 2 dan 3
Oral intestinal amebiasis

 Anak-anak : 10 mg/kg (base) tiap hari


selama 2-3 minggu (maksimal 300
base/hari)
 Dewasa : 1g/hari (600 mg base) selama 2
hari diikuti dengan 500 mg/hari (300 mg
base) selam paling tidak 2-3 minggu
Rheumatoid arthritis, lupus eritematosus

 Anak-anak : 250 mg (150 mg base) setiap


hari disarankan 3-6 minggu (bukan obat
first line)

Pengobatan dan profilaksis malaria. Diindikasikan juga

Farmakologi / Indikasi untuk arthritis rematoid dan lupus eritematosus.

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap klorokuin dan bahan tambahannya

Interaksi obat  Meningkatakan efek/toksisitas


Klorokuin meningkatkan kadar atau efek dari
dextromethorphan, fluoxetin, lidokain, mirtazapin,
nefazodon, paroxetin, risperidon, ritonafir,
thiorizain, anti depresan trisklik, venlafaxine, dan
subsrat CYP2D6 lain.
Kadar/efek Klorokuin ditingkatkan oleh antifungi
gol azole, clorpromazin, cimetidin, clarithomycin,
delavirdin, diklofena, dokisisiklin, eritromycin,
fluoxetin, imatinib, isoniazid, miconazole,
nefazodone, nicardipin, paroxetin, pergolide,
propofol, protease inhibitor, quinidin, quinine,
ritonavir,ropinirole, telitromycin, verapamil, dan
CYP2D6 lain atau 3A4 inhibitor.
 Menurunkan efek
Konsntrasi klrokuin mungkin diturunkan oleh
antasida atau kaolin.
Klorokuin dapatmenurunkan konsentrasi ampicilin
dan atau praziquantel
Klorokuin mukin menurungkinan menurunkan
konsentrasi atau efek gol prodrug substrat CYP2D6.
Contonya kodein, hydrocodon, oxycodon,
tramadol.
Konsentrasi atau efek klorokuin diturunkn oleh
aminoglutethimid, carbamazepine, nafilin,
nevirapin, Phenobarbital, phnitoin, rifamicyn, dan
inducer CYP3A4.

Overdosis

Sakit kepala, gangguan penglihatan, jantung bedebar-


debar, shock, seizure, kram perut, muntah, cyanosis,
methhaemolobinemia, penurunan pernapasan.
Pengatasan berup terapi supportive dan simtomatik.

Peringatan Hati-hati terhadap pasien dengan gangguan hati yang


berat, penurunan G6DP, pecand alcohol, atau gangguan
hati akibat pemakaian obat, pemakain dalam jangka waktu
yang panjang dan dengan dosis yang tinggi dapat
menyebabkan gangguan penglihatan (retinopati), hentikan
penggunaan bila gejala tersebut terjadi dan atau terjadi
pelemasan otot. Perlu waspada terhadap pasien gangguan
pendengaran tahap awal jika terjadi keparahan, hentikan
penggunaan obat.

 Durasi ; dalam jumlah kecil


terdapat dalam urine jika digunakan selama
beberapa bulan
 Absorbsi ; oral (89%)
 Distribusi ; secara luas tersebar
di seluruh jaringan ( mata, jantung,ginjal, hai dan
lambung), dapat menembus plasenta dan air susu.
Farmakokinetika
 Metabolisme ; setengah obat ini
termetabolisme di hepar
 Eksresi ; di urine (75%)
sebagai unchanged drug, pengasaman urine
meningkatkan eliminasi
 Waktu paruh eliminasi ; 3-5 hari

Adverse Drug Reaction (ADR)  Cardiovaskuler ; hipotensi, gangguan ECG,


cardiomyopathy
 System saraf pusat ; fatigue, perubahan
kepribadian, sakit kepala, psikosis, seizure,
delirium, depresi.
 Dermatlogi ; prurius, rambt rontok, perubahan
pigmen kulit(biru-itam), fotosensitif.
 Sistem pencernaan : Mual, diare, muntah, tidak
nafsu makan, gangguan perut, kram bag.
Abdominal.
 Hematologi ; anemia aplastika,
agranulositosis(reversible) neutropenia,
trombocitopenia
 Otot dan tulang ; myopathy, neuromyopathy,
depresi pada tendon ketika berelaksasi.
 Mata ; retinopathy, penglihatan kabur.
 Telinga ; tinnitus, penurunan pendengaran

Kehamilan

Merupakan obat golongan C

Instruksi pada pasien

12. ANTI FUNGI

NISTATIN
Kapsul : 500.000 unit, 1 juta unit.
Krim : 100.000 unit/g (15 g, 30 g)
Salep, topikal : 100.000 unit/g (15 g, 30 g)
Serbuk, untuk campuran pada peresepan : 50 juta unit (10 g);
150 juta unit (30 g); 500 juta unit (100 g); 2 milyar unit
Bentuk sediaan (400 g)
Serbuk, topikal : 100.000 unit/g
Suspensi, Oral : 100.000 unit/mL (5 mL, 60 mL, 480 mL)
Tablet : 500.000 unit
Tablet, vaginal : 100.000 unit (15 s)

Dosis PO untuk oral candidiasis. (Susp) 400,000–600,000 units 4


kali sehari; (troches) 200,000–400,000 units 4–5 kali/hari.
Digunakan untuk sekurang-kurangnya 48 jam setelah gejala
oral telah jelas dan kultur jamur sudah kembali ke keadaan
normal. Pasien dengan immunocompromised, membutuhkan
terpai yang lebih lama, (misalnya 10–14 hari). PO untuk GI
candidiasis 500,000–1,000,000 units 3 kali sehari. Vaginal
untuk candidiasis 100,000 units sekali sehari atau 2 kali
sehari selama 2 minggu.
Dosis Pediatri. PO untuk candidiasis. (bayi baru lahir)
100,000 units 4 kali sehari; (bayi yang lebih tua dan anak-
anak) 200,000–400,000 units 4 kali sehari.

Terapi cutaneous, mucocutaneous, dan rongga mulut yang


rentan terhadap infeksi fungi yang disebabkan oleh spesies
Farmakologi / Indikasi
Candida.

Hipersensitivitas terhadap Nistatin atau komponen lainnya


Kontraindikasi yang terkandung di dalam formula obat.

Interaksi obat

Peringatan

Onset. Penyembuhan gejala Candidiasis : 24 – 72 jam.


Absorbsi. Topikal : tidak ada obat yang melalui membran
Farmakokinetika mukosa atupun kulit utuh. Oral : absorbsi rendah. Ekskresi.
Melalui tinja dalam bentuk unchanged drug.

Tidak toksik pada rute pemberian secara oral, topical dan


Adverse Drug Reaction (ADR) vaginal. Sensitisasi alergi jarang terjadi.

Instruksi pada pasien


13. ANTI PROTOZOA

Metronidazol
Bentuk sediaan
Anak-anak

Amebiasis : oral : 35 – 50 mg/kg/hari dibagi setiap


8 jam untuk 10 hari

Trichomoniasis : oral : 15 – 30 mg/kg/hari dibagi


setiap 8 jam untuk 7
hari

Infeksi anaerob : oral : 15 – 35 mg/kg/hari dibagi


setiap 8 jam untuk 7
hari

i.v, : 30 mg/kg/hari dibagi setiap


6 jam

Dosis Dewasa

Amebiasis : oral : 500 – 700 mg setiap 8 jam untuk


5 - 10 hari

Trichomoniasis : oral : 250 mg setiap 8 jam untuk


7 hari

Infeksi anaerob : oral, i. v. : 500 mg setiap 6 – 8


jam

Pasien gangguan ginjal

Clcr <10 ml/menit : 50 % dari dosis normal

Pasien gangguann hati sedang : Dosis tidak berubah


Farmakologi / Indikasi Infeksi protozoa, infeksi anaerob (termasuk gigi)

a. Pernah atau sedang mengalami diskratia darah.


b. Penyakit Susunan Saraf Pusat organik yang masih aktif.
Kontraindikasi
c. Hipersensitivitas terhadap metronodazole.

a. Alkohol : kejang perut, mual, muntah, sakit kepala,


flushing.
Interaksi obat
b. Antikoagulan oral : Peningkatan waktu protrombin.

a. Karsinogenitas : pernah dilaporkan terjadi pada tikus,


hindari pemakaian obat ini bila tidak diperlukan.
b. Leukopenia ringan : dapat terjadi : periksa jumlah
total dan hitung diferensial dari leukosit, sebelum dan
sesudah pengobatan, terutama bila pengobatan ulang
memang diperlukan
c. Kelainan neurologis : dapat terjadi; hentikan
Peringatan pemakaiannya
d. Kandidiasis yang tidak diketahui : keluhannya dapat
diperhebat; obati dengan sebaik-baiknya.
e. Abses hati amebik : pengobatannya tidak berarti
mengabaikan perlunya aspirasi pus.
f. Minum alkohol : dapat menimbulkan reaksi
menyerupai disulfiram

Farmakokinetika Absorbsi : secara oral diabsorbsi dengan baik. Kosentrasi


yang mencapai sistem sistemik pada pemakaian
topikal 1 g lebih kecil 10 kali dibandingkan dengan
250 mg secara oral.

Distribusi : ke saliva, empedu, cairan seminal, ASI, tulang,


hati dan abses hati, paru-paru, sekresi vaginal,
menembus plasenta dan barrier otak.
Protein binding : <20 %

Metabolisme hepatik (30% - 60 %)

Waktu paruh eliminasi : neonatus : 25 – 75 jam, orang


normal : 6 – 8 jam, gangguan renal : 21 jam

Ekskresi : Urin ( 20 % - 40 % dalam bentuk unchange),


feses (6 % - 15 %)

a. Susunan saraf pusat dan neurologist : sakit kepala, pusing, vertigo,


inkoordinasi, ataksia, serangan kejang, kebingungan, emosional, depresi,
kelemahan, insomnia, neuropati perifer.
b. Dermatologi : erupsi eritematik, urtikaria, flushing, pruritus
c. Hematologi : leukopenia
d. Saluran kencing : disuria, sistitis, dispareunia, poliuria, inkontinensia,
Adverse Drug Reaction (ADR) penurunan libido, piuria, warna air kencing gelap kering vagina dan vulva,
panggul rasa berat.
e. Saluran pencernaan : mual, anoreksia, muntah, diare, keluhan epigastrik,
kejang abdominal, konstipasi, rasa seperti logam, lidah tebal, glossitis,
stomatitis, mulut kering.

Instruksi pada pasien

KUININ
Tablet 222 mg (H2SO4.7H2O)
Bentuk sediaan
Injeksi intravena 25% (sebagai 2 HCl)
Dosis Anak-anak :25-30 mg/kg/hari (klorokuin resistant malaria), 25
mg/kg/hari (babesiosis)
Dewasa : 650 mg tiap 8 jam (klorokuin resistant malaria), 325
mg (2 kali sehari) (suppression malaria), 650 mg tiap 6-8 jam
(babesiosis)
Gangguan fungsi hati : -
Gangguan fungsi ginjal
Clcr 10-50 ml/menit : 75% dari dosis normal atau tiap 8-
12 jam
Clcr <10 ml/menit : 30-50 % dari dosis normal atau tiap
24 jam
Farmakologi / Indikasi Anti protozoa (malaria)
Hipersensitif terhadap komponen obat, tinnitus, optic neuritis,
Kontraindikasi
kekurangan G6PD, trombositophenia, kehamilan (resiko X)
Penggunaan bersama dengan fenobarbital, fenitoin, dan
rimfapin akan menurunkan konsentrasi serum dari kuinin
Penggunaan bersama dengan β-bloker meningkatkan efek
Interaksi obat
bradikardi, dengan warfarin menurunkan efek antikoagulan,
dengan digoksin akan meningkatkan konsentrasi plasma dari
digoksin
Harus diperhatikan penggunaannya pada pasien dengan
Peringatan
kardiak aritimia, dan miastenia gravis
Absorpsi : pada usus halus bagian atas
Pengikatan protein : 70-95%
Farmakokinetika
Metabolisme : di hati
Ekskresi : feses, saliva, urine (5 % dalam bentuk unchanged)
Skit kepala yang berat, mual, muntah, diare, tinnitus,
Adverse Drug Reaction (ADR)
pandangan kabur
Tidak boleh digunakan bersamaan dengan antasida yang
Instruksi pada pasien
mengandung alumunium

14. ANTI MALARIA

KLOROKUIN
Bentuk sediaan Tablet 150 mg (sebagai fosfat)
Dosis - Anak: 5 mg base/kg/minggu pada hari
yang sama tiap minggunya (tidak
melebihi 300 mg dasar/dosis)
- Dewasa: 300 mg/minggu (dasar) pada
hari yang sama tiap minggunya

Farmakologi/Indikasi Aminoquinolon/antimalaria: Supresi atau


kemoprofilaksis dari malaria, pengobatan
untuk malaria ringan sampai menengah;
Amebicida: ekstraintestinal amebiasis
Kontraindikasi Hipersensitif kloroquin dan pasien dengan
psonasis
Peringatan Hati-hati pada pasien dengan gangguan hati;
G6PD defisiensi alkoholisme, konjuksi dengan
obat hepatotoksik, porphyria, retinophaty
(irreversible) dengan dosis tinggi
Adverse drug reaction Hipotensi, perubahan EKG, fatigue, sakit
kepala, pruritus, nausea, diare, anorexia, blood
dyscrasias, retinopati, tinnitus
Farmakokinetik - Absorpsi : ~89% (oral)
- Distribusi : secara luas dalam berbagai
jaringan tubuh, melewati plasenta,
dalam air susu
- Metabolisme; secara hepatik
- T ½ : 3-5 hari
- T max: 1-2 jam (oral)
- Ekskresi: urin (~70% unchanged drug)
Interaksi Obat - Peningkatan : Konsentrasi plasma dari
kloroquin meningkat dengan
penggunaan simetidin
- Penurunan : Dikurangi absorpsinya
dengan penggunaan bersama kalolin
dan magnesium insilikat
Informasi untuk Pasien Digunakan bersama makanan
Catatan Sesuai dengan program Ditjen P2M & PL

Kombinasi Pirimetamin dan Sulfadoksin


Bentuk sediaan tablet: sulfofadoksin 500 mg dan pirimetamin 25 mg.
Dosis  Terapi serangan malaria akut: dosis awal dan
selanjutnya yang digunakan dalam rangkain kiunin atau
tidak:
o 2-11 bulan: ¼ tablet.
o 1-3 tahun: ½ tablet.
o 4-8 tahun: 1 tablet.
o 9-14 tahun: 2 tablet.
o > 14 tahun: 3 tablet.
 Propilaksis malaria: dosisnya seharusnya mempunyai
dosis terapi sesuai individu yang menggunakan.
o 2-11 bulan: ¼ tablet.
o 1-3 tahun: ½ tablet.
o 4-8 tahun: 1 tablet.
o 9-14 tahun: 2 tablet.
> 14 tahun: 3 tablet.
Farmakologi/Indikasi terapi malaria yang disebabkan Plasmodium falciparum yang
resisten terhadap klorokuin.
Kontraindikasi reaksi hipersensitivitas tehadap sulfadoksin dan pirimetamin;
propiria; anemia megaloblastik; pengulangan penggunaan untuk
propilaksis kontraindikasi dengan kerusakan ginjal, kerusakan
hati, diskrasias darah; anak-anak < 2 bulan berkaitan dengan
kompetisi dengan bilirubin untuk pengikatan protein; kehamilan
Peringatan penggunaan yang hati-hati pada pasien yang mendereria
kerusakan hati atau ginjal, pasien denan kemungkinan
defisiensi folat, dan pasiien penderita suizure disorders,
peningkatkan ADR terlihat pada pasien yang menerima
klorokuin;alergi terhadap sulfonamid (jarang), nekrosis pada sel
hsti, agranulositosis, anemia aplastik, dan discrasias darah yang
lain; penggunaan pertama dihentikan bila ada tanda ruam atau
tanda lain yang termasuk ADR; hemolisis terjadi pada psien
yang defisiensi G6PD; dapat menyebabkan fotosensitif.
Adverse drug reaction o gangguan kardiovaskuler: alergi miokarditis, alergi
perikarditis, bengkak pada periorbital.
o gangguan SSP: ataksia, halusinasi, pusing, seizure,
polineuritis.
o gangguan pada kulit: fotosensitivitas, nekrolisis kulit,
ruam, sindrom Stevens-Johnson.
o gangguan pada endokrin dan metabolisme: disfungsi
dari fungsi tiroid.
o gangguan pada saluran cerna: anoreksia, glositis
atropik, gastritis, muntah, pankreatitis.
o Gangguan pada hati: nekrosis sel hati, hepatitis.
o gangguan pada pembentukan urin: kristalisasi urin.
o gangguan pada darah: anemia megaloblastik,
leukopenia, trombositopenia, pansitopenia.
o gangguan pada neomuskular dan tulang: tremor.
o gangguan pada ginjal:peningkatan BUN, nefritis
interstitial, gagal ginjal, peningktan kreatini darah.
o gangguan pada sistem pernapasan: kegagalan
sistem pernafasan, alveolitis.
o gangguan pada miscellanous: hipersensitivitas,
reaksi anafilaktoid, sindrom seperti Lupus.
Farmakokinetik o Absorpsi: diabsorpsi dengan baik.
o Distribusi: sulfadoksin: distribusi yang baik seperti
sulfonamid yang lain. Pirimetamin: didistribusi
dengan luas, terutama pada sel darah, ginjal, paru-
paru, hati dan pankreas.
o Metabolisme: pirimetapin di hati.s sulfadoksin: -.
o Waktu setengah eliminasi: pirimetamin: 80-95 jam,
sufadoksin: 5-8 hari.
o Waktu untuk menunjukkan peak, serum: 2-8 jam.
o Ekskresi: urin.
Interaksi Obat o Peningkatan efek: metanamin, NSAIDs dan salisilat
meningkatkan konsentrasi sulfonamid. Pirimetamin
dapat meningkatkan efek dari amiodaron, amfetamin,
beta bloker, dekstrometorfan, fluoxetin, paroksetin,
fenitoin, glimpride, glipizid, lidokain, mirtazapine,
nateglinide, nefazodon, pioglitazon, risperidon,
ritonavir, rosiglitazon, sertralin, tioridazin,
antidepresan trisiklik, venlafaksin, warfrin, dan
subtrat CYP2C8/9 dan 2D6.
o Penurunan efek: kosentrasi siklosporin dapat
menurun. PABA: mengganggu aktivitas antibakteri
dari sulfonamid; hindari penggunaan pirimetamin
bersamaan dengan substrat prodrug dari CYP2D6
dapat meurunkan efek pirimetamin.
Informasi untuk Pasien

Primakuin
Bentuk sediaan
Dosis  Terapi malaria
Anak : 0,5 mg/kg/hari sekali sehari selama 7 hari
Dewasa : 15 mg/hari sekali sehari untuk 14 hari atau
45 mg sekali seminggu untuk 8 minggu
 Pencegahan malaria
Anak : 0,3 mg/kg sekali sehari selama 14 hari
Dewasa : 30 mg untuk 7 hari
 Pneumocytis carinii pneumonia
Dewasa : 30 mg untuk 21 hari

Primakuin merupakan terapi tambahan yang digunakan


Farmakologi / Indikasi untuk membasmi Plasmodium vivax atau Plasmodium
ovale dalm hati sesudah pengobatan dengan klorokuin
Hipersensitif primakuin, pasien denan granulisitopenia akut
Kontraindikasi (rheumatoid arthritis, SLE), pasien yang menerima obat-
obatan penekan sumsum tulang
 Efek sitokrom P450
Substrat CYP3A4 (utama), menghambat
CYP1A2(kuat), 2D6 (lemah), 3A4 (lemah), induksi
CYP1A2 (lemah)
 Efek/toksisitas ditingkatkan
Efek/toksisitas ditingkatkan oleh quinacrine,
Interaksi obat aminofilin, fluvoxamin,mexiletin, mirtazapin,
ropinirol, teofilin, trifluoperazin, dan substrat
CYP1A2 lain
 Efek diturunkan
Efek diturunkan oleh aminogiutethimide,
carbamazepin, nafcilin, nevirapin, fenobarbital,
fenitoin, rifamisin dan induser CYP3A4 lain
Defisiensi G6PD, penyakit yang berkaitan dengan
Peringatan granulositopenia (arthritis rheumatoid, lupus eritematosus);
kehamilan dan menyusui
Absorpsi : diabsorpsi dengan baik
Metabolisme : hepatic menjadi carboxyprimaquine (aktif)
Farmakokinetika T1/2 eliminasi : 3,7-9,6 jam
Tmaks serum : 1-2 jam
Ekskresi : urin (sejumlah kecil sebagai obat utuh)
Mual, muntah, sakit perut, methemoglobinemia, anemia
Adverse Drug Reaction (ADR)
hemolitik terutama pada defisiensi G6PD
Instruksi pada pasien
15. ANTI MIGRAIN

Dihidroergotamin
Injeksi, solusio, mesylate (D.H.E 45): 1 mg/ml (1ml)
[mengandung 94% ethanol]
Bentuk sediaan
Solution, intranasal spray, mesylate (Migranal):4 mg/ml
[0,5mg/spray] (1ml) [mengandung kafein 10mg/ml]
Dosis
Farmakologi / Indikasi migrain
Penyakit jantung iskemik, infark miokard, angina Prinzmetal,
vasospasme koroner, hipertensi tak terkendali, pemberian
bersama ergotamine, MAOI (termasuk moklobemid), SSRI
Kontraindikasi
atau lithium
Kontraindikasi pada gangguan hati berat
kontraindikasikan pada gangguan renal berat
Risiko toksisitas SSP dengan penghambat MAOI (termasuk
Interaksi obat moklobemid), SSRI dan lithium, bertambah risiko
vasospasmus
Tidak untuk profilaksis, gangguan hati dan ginjal, curiga
iskemia jantung, hamil, menyusui, dianjurkan sebagai
monoterapi, tidak boleh diberikan bersama obat migraine
akut lainnya, tidak boleh diberikan sampai 24 jam setelah
penghentian sediaan yang mengandung ergotamine
Peringatan
9sebaliknya, sediaan ergotamine tidak boleh diberikan
sampai 24 jam setelah sumatripan), hindari pemberian
bersama MAOI (termasuk moklobemid), SSRI atau lithium,
tidak boleh diberikan intravena (dapat menyebabkan
vasospasme koroner dan angina)
Farmakokinetika Onset : 15-30 menit
Durasi : 3-4 jam
Vd :14,5 L/kg
Protein binding : 93%
Metabolisme : hepar
T ½ eliminasi : 1,3-3,9 jam
T maks, serum: I.M. : 15-30 menit
Ekskresi :terutama pada feses; urin (10% lebih sebagai
metabolit)
Rhinitis (26%), faringitis (3%), dizziness (4%), somnolence
Adverse Drug Reaction (ADR) (3%), hot flashes (1%), nausea (10%), vomiting (4%),
diarrhea (2%)
Instruksi pada pasien

ERGOTAMIN
Bentuk sediaan Tablet 1 mg, tablet SG 0,3 mg
Pertama-tama, satu tablet diletakkan di bawah lidah,
Dosis kemudian satu tablet setiap 30 menit jika diperlukan; dosis
maksimum : 3 tablet/24 jam, 5 tablet/minggu
Farmakologi / Indikasi
Hipertensi berat atau tidak cukup terkontrol, gangguan hati
dan ginjal, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit
Kontraindikasi
vaskuler obliteratif dan sindrom Raynaud, hamil, menyusui,
penyakit jantung koroner, hipertiroid, sepsis, porfiria
Efek sitokrom P450 : substrat CYP3A4
(utama); menghambat CYP3A4 (lemah)
Peningkatan efek/efek toksik : inhibitor CYP3A4
dapat meningkatkan level/efek ergotamine, contoh inhibitor :
antifungi azole, clarithromycin, diklofenak, doksisiklin,
eritromisin, imatinib, isoniazid, nefazodone, nicardipine,
propofol, inhibitor protease, quinidine, telithromycin,
troleandomycin, dan verapamil. Alkaloid ergot
dikontraindikasikan dengan inhibitor kuat CYP3A4.
Interaksi obat
Ergotamine dapat meningkatkan efek agonis 5-HT 1
(sumatriptan), inhibitor MAO, sibutramine, dan agonis
serotonin lainnya (sindrome serotonin). Vasokonstriksi dapat
terjadi jika vasokonstriktor periferal atau beta-blockers
digunakan pada pasien yang menerima alkaloid ergot;
penggunaannya secara bersamaan dapat kontraindikasi
Penurunan efek : efek ergotamine dapat
diturunkan dengan antipsikotik, metoklopramide, efek
antiangina nitrat dapat dikurangi oleh alkaloid ergot
Peringatan Risiko vasospasme perifer, lanjut usia, tidak dapat untuk
profilaksis migren, miastenia gravis, diare
Absorbsi : oral, tidak teratur, ditingkatkan
dengan pemberian kafein
Metabolisme : di hepar (ekstensif)
Farmakokinetika
Waktu puncak, serum : 0,5-3 jam
Waktu paruh eliminasi : 2 jam
Ekskresi : feses
Kardiovaskuler : tidak ada denyut nadi, bradikardi,
fibrosis cardiac valvularI, sianosis, edema, perubahan ECG,
gangren, hipertensi, iskemia, precordial distress dan luka,
takikardi, vasospasm
Sistem saraf pusat : vertigo
Dermatologi : gatal
Adverse Drug Reaction (ADR) Gastrointestinal : mual, muntah
Genitourinari : fibrosis retroperitoneal
Neuromuskular dan skeletal : kram otot, kebas,
paresthesia, lemah
Pernapasan : fibrosis
pleuropulmonary
Lainnya : cold extrimities
Instruksi pada pasien Jangan menghancurkan tablet sublingual

16. ANTI PARKINSON

Antiparkinson DOEN
Bentuk sediaan tab, btl 100 tab
oral : DEWASA : pertamakali karbidopa 25 mg/levodopa 100 mg 2-
4 jam per hari, ditingkatkan bila perlu ke dosis maksimum
Dosis karbidopa 200 mg/ levodopa 2000 mg per hari. USIA LANJUT :
pertamakali 25 mg/ levodopa 100 mg dua kali sehari, ditingkatkan
bila perlu
Farmakologi / Indikasi penyakit idiopatik Parkinson, simptomatik Parkinson
hipersensitif terhadap levodopa, karbidopa, glaucoma sudut
Kontraindikasi
sempit, menggunakan MAOI, riwayat melanoma
Interaksi obat Peningkatan efek/toksisitas : penggunaan bersama levodopa dan
MAOI non selektif dapat menghasilkan reaksi hipersensitif dan
meningkatkan penyimpanan dan pelepasan dopamine,
norefinefrin atau keduanya. Gunakan dengan karbidopa untuk
meminimalkan reaksi, usahakan hindari kombinasi tersebut
Penurunan efek/toksisitas : antipsikoti, benzodiazepine, L-metioni,
fenitoin, piridoksin, spiramisin. Makanan tinggi protein dapat
menghambat efek levodopa, hindari makanan tinggi protein,
ikatan besi pada levodopa menurunkan bioavailabilitas
peringatan untuk pasien yang memiliki riwayat penyakit
kardiovaskuler, penyakit paru-paru, psikosis, glaucoma sudut luas,
penyakit peptic ulcer, di renal, hati atau penyakit endokrin.
Peringatan Penghentian levodopa secara tiba-tiba dapat memperburu
Parkinson. Pada usia lanjut lebih sensitive efek CNS dari levodopa.
Dapat menyebabkan diskinesias. Dapat menyebabkan ortostatik
hipotensi. Reaksi toksik dapat terjadi dengan dekstromethorphan.
Farmakokinetika 6-12 jam, lebih lama dengan sediaan lepas lambat
kardiovaskuler : hipertensi, ortostatik hipotensi, aritmia,palpilasi;
System saraf pusat : dizziness, antixietas, mimpi buruk, sakit
kepala, halusinasi, euphoria, neuropati perifer, delusi, ataksia,
psikosis, agitasikehilangan ingatan; dermatologi : hipersensitivitas,
Adverse Drug Reaction (ADR)
maligna melanoma; hematologi : trombopenia, leucopenia,
penurunan hemoglobin dan hematokrit, keabnormalan AST dan
ALT, LDH, BUN, dan bilirubin; gastrointestinal : anoreksia, mual,
muntah, konstipasi perdarahan GI, diare, dyspepsia
Instruksi pada pasien

17. ANTI ANEMIA

asam folat
tab 1 mg, btl/klg 1000 tab
Bentuk sediaan
tab 5 mg, btl/klg 1000 tab
permulaan, 5 mg sehari untuk 4 bulan; pemeliharaan, 5 mg setiap
1-7 hari tergantung penyakit dasarnya, ANAK sampai 1 tahun, 500
Dosis
mcg/kg/hari; di atas 1 tahun, seperti orang dewasa Pencegahan
neutral tube defect.
anemia pernisiosa, sebab lain dari defisiensi vitamin B 12, subacute
Farmakologi / Indikasi
combined degeneration of the spinal cord.
Kontraindikasi
Interaksi obat terkadang menurunkan kadar plasma fenitoin
Peringatan jangan diberikan secara tunggal untuk anemia pernisiosa Addison
dan penyakit defisiensi vitamin B12, lainnya karena dapat
menimbulkan degenerasi majemuk dari medula spinalis. Jangan
digunakan untuk penyakit ganas kecuali bila anemia megaloblastik
karena defisiensi folat merupakan komplikasi penting (beberapa
tumor ganas adalah folate dependent)
Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR)
Instruksi pada pasien

Besi (II) Sulfat


Bentuk sediaan
Dosis profilaksis, 1 tablet 200 mg 2-3 kali sehari.
Farmakologi / Indikasi Anemia defisiensi besi.
Kontraindikasi
Interaksi obat magnesium trisilikat mengurangi absorbsi besi oral.
Peringatan kehmilan
Farmakokinetika
karena garam besi bersifat astringen, iritasi saluran cerna mungkin
timbul. Keluhan mual dan nyeri epigastrik tergantung dari dosis
tetapi hubungan antara dosis dan perubahan defekasi (konstipasi
ata diare) kurang jelas. Sediaan besi oral khususnya sediaan lepas
lambat dapat memperburuk diare pada pasien inflammatory
Adverse Drug Reaction (ADR)
bowel disease; penggunaan pada pasien dengan striktur dan
divertikulum usus juga harus hati-hati. Sediaan besi oral dapat
menimbulkan konstipasi khususnya pada pasien lanjut usia, kadang
menjurus pada pemadatan ( impaction) feces.
gastrointestinal; arna tnja dapat berubah.
Instruksi pada pasien

Fitomenadion (Vitamin K)

Tablet : Mephyton : 5 mg
- Talet salut :10 mg ( kemasan 1 botol : 1000 tablet)
Bentuk sediaan - Injeksi : Aquamephyton 2,10 mg/ml (kemasan 100 ampul
@ 1 ml)

Dosis Nutrisi harian normal dibutuhkan sekitar 0,03-1,5  g/kg.


RDAs dewasa 70  g/hari untuk pria 19-24 tahun, 80  g/hari

untuk pria diatas 25 tahun, 60  g/hari untuk wanita 19-24

tahun, 65  g/hari untuk pria diatas 25 tahun. PO, SC, IM untuk


megatasi pendarahan 2,5-10 mg sampai 25 mg untuk inisial
terapi. Dosis tunggal 1-5 mg biasanya cukup memuaskan untuk
protrombin selama terapi antikoagulan, tetapi pada
pendarahan yang parah, dibutuhkan 20-50 mg. Dosis inisial
dapat diulang berdaarkan respon klinis dan protrmbin, setelah
12-48 jam jika PO dan 6-8 jam jika parenteral. Penggunaan
dosis yang kecil mungkin dapat membalikkan efek
antikoagulan. Aquamephyton tidak diberikan secara IV kecuali
pada keadaan darurat (contoh INR > 20, overdosis walfarin
yang serius dapat menyebabkan pendarahan). Berika dosis 10
mg dengan laju infus 1 mg/menit. Obat dapat dilarutkan dalam
larutan saline atau dekstrosa tanpa pengawet sebelum
pemeberian IV. PO untuk antenatal digunakan pada wanita
hamil yang menerima antikonvulsan 20 mg/hari selama 4
bulan kehamilan

Dosis Pediatri. RDAs (kurang dari 6 bulan) 5  g/hari, (6

bulan-1 tahun) 10  g/hari, (1-3 tahun) 15  g/hari, (4-6

tahun) 20  g/hari, (7-10 tahun) 30  g/hari, (11-14 tahun) 45


 g/hari, (15-18 tahun) 55  g/hari untuk wanita, 65  g/hari

untuk pria. IM untuk propilaksis karena pendarahan pada bayi


yang baru lahir 0,5-1 mg dalam 1 hari kelahirannya. SC atau IM
untuk terapi pendarahan pada bayi yang baru lahir 1 mg, bayak
ibu yang menerima koagulan oral

Dosis Geriatri. Lebih dari 55 tahun, RDAs 65  g/hari

untuk wanita dan 80  g/hari untuk pria

Farmakologi / Indikasi Vitamin K dibutuhkan sebagai kofaktor untuk sistem


enzim mikrosomal hepar pada residu karboksilat glutamil
sebagai protein prekusor residu  -karboksi glutamil. Protein ini
mewakili vitamin K-tergantung clothing factor (II, VII, IX dan X),
protein antikoagulan (protein C dan S), tulang (osteocalin),
beberapa protein plasma (protein Z) dan protein beberapa
organ (ginkal, paru0paru, dan jaringan testicular)

Kontraindikasi
Minyak mineral dan kolesterol terikat resin dapat
Interaksi obat mrngurangi absorpsi fitomenadion

Aktivitas antikoagulan dapat memperbaiki kondisi


tromboembolik. Tidak ada efek buruk hipoprotrombinemia
Peringatan dapat terjadi gangguan hepar akut, dan dosis berulang tanpa
jaminan jika dosisi inisial fitomenadion tidak memuaskan.

Onset dan Durasi. Efek reversal antikoagulan berbeda-


beda pada tiap individu, onset parenteral 6 jam. Bila diberikan
5 mg IV maka protrombin akan kembali normal dalam 24-48
jam. Dosis yang besar dapat menyebabkan sulit disembuhkan
pada antikoagulan oral
Fate. Diabsorbsi dari saluran pencernaan melalui usus
Farmakokinetika
limfatik, diabsorpsi dengan baik setelah pemberian pareteral.
Dimetabolisme di hati menjadi hidrokuinon, an etu k epoksida,
yang interkonvertibel dengan kuinon. Disimpan sedikit di
tubuh. Tanpa empedu, hipertrombinemia berkembang
menjadi parah dalam beberapa minggu

Adverse Drug Reaction (ADR) Obatnya sendiri tampak tidak toksik tetapi reaksi akut
(flushing, nyeri dada, dispnea) dan kematian dapat terjadi
setelah pemberian AquaMephyton yang mugkin disebabkan
adanya agen emulgator. Produk ini jarang digunakan secara IV
dan hanya jalur pemberian yang mudah. Sensasi flushing, rsa
yang aneh, nyeri, dan bengkak di temapi injeksi dapat terjadi.
Dosis besar parenteral pada neonatal dapat menyebabkan
hiperbilirubinemia.

Catatan
Selalu lindungan oat dari cahaya. Fitomenadion
Instruksi pada pasien memberikan efek berlawanan dari terapi oral antikoagulan
tetapi bukan antagonis heparin

18. PENGGANTI PLASMA DAN PLASAM EKSPANDER


19. TES FUNGSI

Fluoresein
Bentuk sediaan
Dosis
Farmakologi / Indikasi deteksi lesi dan benda asing
Kontraindikasi
Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR)
Instruksi pada pasien

20. TES KULIT

TUBERKULIN PROTEIN PURIFIED DERIVATIVE


Bentuk sediaan
Dosis Dosis pada anak dan dewasa secara intradermal yaitu 0.1
ml
Kategori terapetik, sebagai agen diagnostik, tes kulit
Farmakologi / Indikasi untuk tes kulit pada diagnostik tuberkulosis, immunodefisiensi sel

Kontraindikasi pada ibu hamil (faktor risiko C),


Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika
menyebabkan radang, nekrosis, dan vesikulasi pada kulit dan rasa
Adverse Drug Reaction (ADR)
sakit pada tempat injeksi
Instruksi pada pasien

21. ANTISEPTIK

H2O2
Bentuk sediaan cairan konsentrat botol 1000 ml

Dosis

Farmakologi / Indikasi

Kontraindikasi

Interaksi obat

Peringatan

Farmakokinetika
 Catatan:
 Disimpan dalam botol dengan sumbat
Adverse Drug Reaction (ADR) kasa, kedap udara, terlindung dari cahaya
 Untuk diencerkan sampai 3%

Instruksi pada pasien

Kalium permanganate

Bentuk sediaan Serbuk, botol 5 g, untuk dilarutkan sesuai denagn


konsentrasi 1/5000 dan konsentrasi 1/10000

Sebagai perban basah atau untuk mandi, kira-kira larutan


Dosis
0,01%

Membersihkan dan menghilangkan bau reaksi eksim


Farmakologi / Indikasi
bernanah dan luka

Kontraindikasi

Interaksi obat
Iritasi terhadap membrane mukosa; menodai kulit dan
Peringatan
pakaian

Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

POVIDON IODIDA (larutan 10%):

Bentuk sediaan

 Shampo: diaplikasikan 2 sendok teh pada rambut, ulangi


aplikasi t kali setiap minggu.
Dosis  Topikal: diaplikasikan untuk treatment dan pencegahan
infeksi mikrobial

Farmakologi / Indikasi sebagai antiseptik, antibakterial topikal, antibiotik vaginal,


antifungal agen topikal, antiviral agen topikal. Penggunaan
antiseptik dengan spektrum luas melawan bakteri, jamur, virus,
protozoa, yeast.

- digunakan untuk pengobatan pertama dan


mencegah infeksi pada lecet, terkelupas, tergores,
terpotong, terkoyak.
- Untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka
khitan
- Untuk perawatan tali pusar bayi
- Untuk melindungi luka-luka operasi
- Disinfeksi kulit
- Infeksi vagina

tidak boleh digunakan pada pasien dengan gangguan tiroid atau


Kontraindikasi yang menerima terapi lithium, hipersensitif terhadap iodin atau
komponen lain dalam formulasi..

Interaksi obat
sangat toksik jika ditelan, sodium tiosulfat merupakan antidoe
yang paling efektif, hindari kontak dengan mata, perhatian
Peringatan
penggunaan pada pasien hamil, menyusui, anak-anak, gangguan
ginjal

Absorpsi: topikal: sistemik absorpsi kecil, vaginal:cepat,


konsentrasi total iodine dan inorganik iodin serum meningkat
Farmakokinetika secara signifikan

 Dermatologis: skin rash, pruritus


Adverse Drug Reaction (ADR)  Lokal: edema lokal

Instruksi pada pasien jangan ditelan, hindari kontak dengan mata.

22. DISINFEKTAN

ETAKRIDIN (RIVANOL)
Bentuk sediaan

Dosis

Farmakologi / Indikasi Antiseptik ekstern

Kontraindikasi

Interaksi obat

Peringatan

Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

Alkohol 70 %
Bentuk sediaan

Dosis

Farmakologi / Indikasi pembersih kulit sebelum injeksi

Kontraindikasi

Interaksi obat

mudah terbakar, hindarkan dari kulit yang terbuka; beberapa


orang yang telah menderita luka bakar berat sewaktu diatermi
Peringatan yang didahului pengolesan disinfektan kulit yang
mengandung alkohol.

Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

Kalsium Hipoklorit
Bentuk sediaan
Konsentrasi yang dibutuhkan untuk membunuh virus HIV dan Hepatitis B :

a. Kondisi kotor, misal terdapat cairan darah dalam jumlah besar, maka
konsentrasi yang dibutuhkan 0,5 % larutan
Dosis
b. Kondisi bersih, misal terdapat cairan darah dalam jumlah kecil, maka
konsentrasi yang dibutuhkan 0,1 % larutan.

disinfektan yang membunuh virus HIV dan Hepatitis B

Kalsium hipoklorit dapat melepaskan klorin. Disinfektan ini dapat membersihkan


Farmakologi / Indikasi cairan tubuh dan mendisinfeksi sarung tangan yang terkena darah, tetapi jangan
digunakan untuk mendisinfeksi instrumen (misal jarum, syringe).

Kontraindikasi

Interaksi obat
Simpan larutan pemutih baik-baik

Gunakan sarung tangan ketika membersihkan sisa-sisa cairan tubuh

Jangan gunakan peralatan logam khususnya instrumen yang digunakan untuk mata
Peringatan karena korosi dan berkarat.

Larutan hanya akan bekerja jika konsentrasi yang digunakan tepat

Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)


Bersifat korosif, sehingga perlu kehati-hatian jika digunakan terhadap permukaan
logam
Instruksi pada pasien

KRESOL TERSAPONIFIKASI 50% (LISOL)


Bentuk sediaan Cairan, botol 1000 ml
Dosis
Farmakologi/Indikasi Disinfektan
Kontraindikasi
Peringatan
Adverse drug reaction
Farmakokinetik
Interaksi Obat
Informasi untuk Pasien

Paraformaldehid
Bentuk sediaan cairan dan tablet
Dosis
Farmakologi/Indikasi
Kontraindikasi
Peringatan  merupakan senyawa kimia yang diketahui dapat menyababkan
kanker. Dapa menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan gangguan
sistem pernafsan.
Adverse drug reaction
Farmakokinetik
Interaksi Obat
Informasi untuk Pasien

23. ANESTESI GIGI DAN MULUT

Kalsium Hidroksida

Bentuk sediaan
Oral, tiap hari dalam dosis terbagi. Dengan injeksi
Dosis intravena perlahan untuk hipokalsemia akut 1-2 gram.

Farmakologi / Indikasi Defisiensi kalsium


Hondisis yang berhubungan dengan hiperkalsemiadan
Kontraindikasi hiperkalsiuria

Interaksi obat
Peringatan Kerusakan ginjal dan karsoidosis
Farmakokinetika
Gangguan gasntrointestinal ringan, bradikardi, aritmia, dan iritasi
Adverse Drug Reaction (ADR)
setelah injeksi intravena.
Instruksi pada pasien

1. Lidokain

Bentuk sediaan
injeksi intravena, paa pasien tanpa gangguan sirkulasi yang berat,
100 mg sebagai bolus selama beberapa menit (50 mg pada pasien
dengan BB lebih ringan atau paien dengan gangguansirkulasi yang
berat), segera diikuti dengan infuse 4g/menit selama 30 menit, 2
mg/menit selama 2 jam, kemudian 1 mg/menit;kadarnya
Dosis dikurangi lagi bila ifusnya dilanjutkan lebih dari 24 jam (pantauan
EKG dan supervise dokter ahli jantung). PENTING : setelah injeksi
intravena, lidokain masa kerjanya pendek (berakhir dalam 15-20
menit). Bila infuse intravena tidak segera tersedia, injeksi
intravena awal 50-100 mg dapat diulangi bila perlu 1 kali ata 2 kali
dengan interval tidak kurang dari 10 menit.
Farmakologi / Indikasi aritmia ventrikel, terutama setelah infark miokard.
gangguan nodus SA, semua derajat blok AV, depresi miokard yang
Kontraindikasi
berat; porfiria.
Interaksi obat Anti aritmia lain : meningkatkan depresi
miokardium.
Beta-bloker : meningkatkan resiko depresi
miokardium, resiko toksisitas lidokain meningkat
dengan propranolol.
Diuretik : efek lidokain dilawan oleh hipokalemia
dengan asetazolamid, diuretic kuat dan tiazida.
Obat-obat antiulkus : simetidin menghambat
metabolisme lidokain (meningkatkan resiko
toksisitas).

dosis lebih rendah pada gagal jantung kengestif, pada gagal hati,
Peringatan
dan setelah bedah jantung; usia lanjut.
pemberian secara IV memiliki onset yang cepat; durasi setelah
pemberian IV bolus 10-20 menit. Pemberian secara IM memiliki
onset 10 menit dengan durasi 3 jam. Lidokain terabsorbsi dengan
baik dengan penggunaan secara oral namun karena adanya first
Farmakokinetika
pass effect di hati ketersediaan obat dalam darah hanya 35 ± 11%.
Absorbsi secara IM memiliki waktu paruh 12-28 menit. Sekitar 70 ±
5% terikat protein plasma. Lidokain sebagian besar dieliminasi di
hati.
pusing, kesemutan atau mengantuk (terutama bila injeksi terlalu
cepat); efek SSP lainnya (bingung, depresi pernapasan dan
Adverse Drug Reaction (ADR)
konvulsi), hipotensi dan bradikardia (sampai terjadi henti jantung);
hipersensitivitas.
Instruksi pada pasien

Polikresulen

- Cairan : 10 ml, 50 ml, 100 ml /botol


- Gel : 50 g
Bentuk sediaan
- Ovula : 90 mg x 6

Pada hemostatik lokal, gunakan secara langsung. Luka bakar,


larutan dengan konsentrasi 1:3 sampai 1:8. Luka bakar yang luas,
gunakan hanya larutan konsentrat saja atau lapisi daerah yang
Dosis
sakit dengan polikresulen gel atau lapisan kasa. Suppositoria
vagina (ovula) untuk dimasukkan ke dalam vagina .
Gel/penggunakan intravagina digunakan tiap 2 hari
Farmakologi / Indikasi Polikresulen merupakan produk kondensasi metakresol
sulfonat dan metanal) yang digunakan sebagai hemostatik
lokal, pembersihan dan regenerasi jaringan luka bakar, luka,
proses inflamasi kronis, lesi dekubitus, ulkus kruris, kondiloma
akuminata, stomatiti aftosa, vaginosis bakterial, kandidiasis.

Kontraindikasi
Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika
Kadang rasa tidak enak pada permulaan terapi yang akan
Adverse Drug Reaction (ADR) hilang bila terapi dihentikan

Instruksi pada pasien

BAHAN TUMPATAN SEMENTARA


Bentuk sediaan larutan dan serbuk, botol 100 g

Dosis

Farmakologi / Indikasi

Kontraindikasi

Interaksi obat

Peringatan

Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

PASTA DEVITALISASI (NONARSEN)


Bentuk sediaan

Dosis

Farmakologi / Indikasi

Kontraindikasi
Interaksi obat

Peringatan

Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

Semen Seng Fosfat

Bentuk sediaan Serbuk dan cairan, dimana setiap 1 botol mengandung 30 g


semen seng fosfat.
Dosis

bahan yang digunakan pada saat penambalan gigi yang


Farmakologi / Indikasi
berlubang ataupun gigi yang mengalami kerusakan.

Kontraindikasi

Interaksi obat

Peringatan

Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

Spons Gelatin
Bentuk sediaan

Dosis Ketika diaplikasikan dalam kondisi kering maka sebuah spons gelatin dapat
diaplikasikan pada daerah yang mengalami perdarahan dengan tekanan sedang
sampai tercapai efek homeostatik

Diindikasikan dalam prosedur operasi sebagai peralatan homeostatic untuk mengontrol


tekanan perdarahan pada kapiler, vena dan arteri
Farmakologi / Indikasi

Tidak digunakan untuk luka yang sudah tertutup karena akan mengganggu proses
penyembuhan.

Kontraindikasi Spons gelatin tidak ditempatkan pada kompartemen intravaskular, karena akan
meningkatkan resiko terjadinya emboli

a. Spons gelatin tidak direkomendasikan digunakan bersamaan dengan


antibiotik baik bentuk larutan atau serbuk karena dapat spons gelatin

Interaksi obat dapat mengalami saturasi.


b. Spons gelatin dapat mengurangi efek methylmethacrylate.

a. Spons gelatin dalam jumlah kecil sudah dapat memberikan efek


homeostatic.
b. Penggunaan spons gelatin tidak direkomendasikan jika terdapat infeksi
karena spons gelatin dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi.

Spons gelatin harus dipindahkan/diambil setelah prosedur


Peringatan
laminectomy dan dari foramina dari tulang setelah mencapai efek
homeostatik karena spons gelatin dapat mengembang setelah
mengabsorpsi cairan sehingga dapat menyebabkan kerusakan
saraf karena adanya tekanan
Spons elatin jangan digunakan dalam jumlah berlebihan karena dapat diabsorpsi sempurna
dengan sedikit reaksi pada jaringan. Faktor yang mempengaruhi absorbsi antara lain :
jumlah yang digunakan, derajat saturasi dengan darah atau cairan tubuh, dan daerah
aplikasinya. Ketika diaplikasikan pada jaringan yang lunak, maka spons gelatin diabsorpsi
Farmakokinetika
secara komplit selama 4 – 6 minggu dan jika diaplikasikan pada mukosa hidung, vaginal,
dan rektal, diabsorbsi selama 2 – 5 hari

Adverse Drug Reaction (ADR) Dapat menyebabkan abses karena gelatin merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
bakteri, granuloma Giant-cell, tekanan pada otak dan spinal cord, sindrom equina, spinal
stenosis, meningitis, arachnoiditis, sakit kepala, parasthesias, nyeri, impoten, dan disfungsi
lambung.
Instruksi pada pasien

Lidokain

Lidokain (phapros) cairan injeksi 1 % (K)


Bentuk sediaan

Dosis Antiaritmia

Anak-anak

I.V, I.O : loading dose : 1 mg/kg dilanjutkan dengan


infusi bersambung dapat direkomendasikan untuk
pemberian bolus kedua dari 0,5-1 mg/kg (jika jarak antara
bolus dan pemberiam secara infus harus > 15 menit.

Infuse bersambung : 20 -50 mcg/kg/menit, dosis ini


digunakan pada pasien dengan shok, cardiac arrest,
gangguan hepar, chf ringan untuk pasien gangguan chf
sedang sampai berat dapat direkomendasikan dosis
setengah kali loading dose dan kecepatan infuse diturunkan
untuk menghindari toksisitas.

E.T ( hanya untuk loading dose) : 2-10 kali dosis


intravena bolus, dilarutkan dengan NS hingga volumenya
menjadi 3-5 ml.

Dewasa

I.V : initial 1-1,5 mg/kg pasien takikardi dan


ventricular fibrillation dapat diulangi dengan dosis 0,5-0,75
mg/kg bolus dengan jarak 3-5 menit setelah pemberian
initial dose. Dosis maks tidak boleh melebihi 200-300 mg
dalam jangka waktu 1 jam atau 3 mg/kg dosis total. Diikuti
dengan infus bersambung (1-4 mg permenit) setelah
pengulangan secara perfusi.

E.T (hanya untuk loading dose) : direkomendasikan


2-2,5 kali dosis intravena dilarutkan dalam NS atau air
destilata (absorbsi lebih baik jika menggunakan air destilata,
tetapi menimbulkan ADR jika bereaksi menjadi PaO2)

Anestesi (topical)

Cream

Lidamantle, iritasi kulit : anak-anak dan dewasa


dioleskan 2-3 kali perhari jika diperlukan,

L-M-X 4 : anak-anak ≥ 2 tahun dan dewasa dioleskan


dengan ketebalan ¼ inci di kulit (terlebih dahulu daerah
tersebut dibersihkan menggunakan cleanser)

L-M-X 5 :anak-anak ≥ 12 tahun dan dewasa : rectal


dioleskan hingga 6 kali per hari

Gel

Anak-anak lebih dari 10 tahun : dosis bervariasi antara umur


dan berat badan. Dosis maksimum 4,5 mg/kg

Dewasa (dosis maks 30 ml (600 mg dalam periode 12 jam)) :


anestesi untuk uretra pria : 5-30 ml.anestesi untuk uretra
wanita 3-5 ml.

Liquid

Anak-anak : ≥ 5 tahun dan dewasa diberikan pada area tiap 6


jam jika diperlukan

Patch

Dewasa : 3 patch dapat diberikan dalam aplikasi tunggal.


Patch dapat diberikan kembali pada tempat sebelumnya
selama 12 jam dan diberikan kembali patch yang baru
selama 12 jam (2 kali 12 jam)

Anestesi (local injeksi)

Anak-anak dan dewasa : bervariasi tergantung dari jaringan


vascularity, lama pemberian dan kondisi pasien. Dosis
maksimum 4,5 mg/kg/dosis, tidak boleh diberikan lagi dalam
jangka waktu 2 jam.

Dosis adjustment pada gangguan hepar: dosis diturunkan


pada pasien hepatitis akut dan sirosis selama 50 %.

Untuk anestesi local dan akut treatment dari ventricular

Farmakologi / Indikasi aritmia.

Hipersensitivitas terhadap lidokain dan anestesi local lainnya,

Kontraindikasi atau komponen lain dalam formulasi, adam-stokes sindrom.

Interaksi obat Meningkatkan efek amfetamin golongan antifungi azole,


beta-blockers, klorpromazine, diklofenak, doksisikrin,
eritromisin, fluoxetin, isoniazid, nikonazole, nikardipin.
Cimetidin atau propanolol dapat meningkatkan konsentrasi
lidokain di serum yang mengakibatkan toksisitas.
Menurunkan efek karbamazepin fenobarbital fenitoin dan
golongan CYP3A4 induser.

I.V : monitoring terhadap penggunaan I.V sangat penting.


Hati-hati penggunaannya pada pasien dengan gangguan
ginjal, Wolff-parkinson-white sindrom, gangguan
pernapasan, hipoksia
Peringatan
Kehamilan :

Factor resiko B

Onset : dosis single bolus : 45-90 detik

Durasi 10-20 menit

Distribusi : Vd : 1,1-2,1 l/kg, dipengaruhi oleh benyaknya


Farmakokinetika factor dari pasien, misalnya penurunan CHF dan gangguan
liver. Menembus barier jarak otak.

Metabolism : 90 % di hepar

Pusing, kesemutan, atau mengantuk ( terutama bila injeksi


Adverse Drug Reaction (ADR) terlalu cepat); efek SSP lainnya (bingung, depresi penafasan
dan konvulsi);hipotensi dan bradikardi;hipersensitivitas

Instruksi pada pasien

BORAKS GLISERIN
Bentuk sediaan Cairan 5 %
Dosis
Farmakologi / Indikasi
Kontraindikasi
Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR)
Instruksi pada pasien Tidak untuk ditelan

GENTIAN VIOLET
Bentuk sediaan Larutan 1%, 2%, 10%
Pediatri dan dewasa : topikal : pemakaian 0,5%-2%
secara lokal dioleskan dengan kapas pada lesi 2-3 kali/hari
Dosis
selama 3 hari, jangan diminum dan hindari kontak dengan
mata
Farmakologi / Indikasi
Hipersensitif terhadap gentian violet atau komponen dalam
Kontraindikasi
formulasi; daerah yang luka; porfiria
Interaksi obat
Menodai pakaian dan kulit
Diijinkan untuk aplikasi topikal hanya untuk kulit yang utuh;
Peringatan tidak lagi dianjurkan untuk aplikasi pada membran mukosa,
atau luka terbuka, tidak diperbolehkan digunakan untuk
menandai kulit sebelum pembedahan
Farmakokinetika
Dermatologi : perubahan jaringan vesikel
Gastrointestinal : esofagitis, luka pada membran
mukosa
Adverse Drug Reaction (ADR)
Lokal : rasa terbakar dan iritasi
Pernapasan : laringitis, obstruksi laring, trakeitis
Lainnya : reaksi sensitivitas
Instruksi pada pasien

Hidrogen peroksida
Bentuk sediaan cairan konsentrat, btl 1000m
Dosis
disinfeksi kulit, khususnya membersihkan dan menghilangkan bau
Farmakologi / Indikasi
luka dan ulkus
Kontraindikasi
Interaksi obat
luka yang besar dan dalam, hindari pada mata dan kulit yang sehat;
Peringatan memutihkan pakaian;tidak cocok untuk produk yang mengandung
iodib dan kalium permanganat
Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR)
Instruksi pada pasien

24. DIURETIK

FUROSEMIDA
Bentuk sediaan Tablet 40 mg
Injeksi I.V 10 mg/ml
Dosis - Bayi dan anak : oral 1,2 mg/kg/dosis
ditingkatkan dengan penambahan 1
mg/kg/dosis dengan peningkatan tiap
dosis sampai efek terbaik yang
diterima maximum 6 mg/kg/dosis
tidak lebih frekuensinya dari 6 jam; i.v
1 mg/kg/dosis
- Dewasa: oral 20-80 mg/dosis,
ditingkatkan dengan penambahan 20-
40 mg/dosis pada interval 6-8 jam; i.v
20-40 mg/dosis, diulang dalam 1-2jam.

Farmakologi/Indikasi Agen hipertensif dan Diuretik, digunakan bila


udem karena gagal hati kongestif, dan
penyakit ginjal atau hati
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap furosemid atau
sulfonilurea, anuria, pasien koma hepatik atau
pada tahap kehabisan elektrolit sampai
kondisinya kembali baik
Peringatan Loop diuretik adalah diuretik kuat, hati-hati
bila dengan obat nefrotoksik, evaluasi dosis
dibutuhkan untuk mencegah ketidak
seimbangan cairan dan elektrolit
Adverse drug reaction Hipotensi orthostatic, paresthesias, vertigo,
hiperglikemia, erithema multiform, nausea,
vomiting, frekuensi urinary, gangguan
pendengaran, vascullitis
Farmakokinetik - Onset aksi (Diuresis): oral 30-60 menit;
i.v ~5 menit
- Absorpsi : 60%-67% (oral)
- Metabolisme; paling rendah secara
hepatik
- T ½ : 0,5-1,1 jam (normal ginjal),
penyakit ginjal 9 jam
- T max: 1-2 jam (oral)
- Ekskresi: urin (50% oral, 80% i.v)
selama 24 jam, feses (unchanged drug)
Interaksi Obat - Peningkatan : furosemid diinduksi
hipokalemia mempengaruhi toksisitas
digoxin dan meningkatkan resiko
aritmia ; resiko toksik dengan litium
dan salisilat (dosis tinggi)
- Penurunan : indometacin,
aspirin,fenobarbital, fenitoin
mengurangi natriuretik dan efek
hipotensif dari furosemid
Informasi untuk Pasien Diminum bersama makanan dan susu

25. ANTI DIABETES

Glibenklamid
Bentuk sediaan tablet.
Dosis  Dewasa:
o Initial/awal: 2,5-5 mg/hari, diberiakan saatsarapan
atau makan pertama pada hari penggunaan. Pada
pasien yang sensitif terhadap obat hipoglikemia
dimulai dengan dosis1,25 mg/ hari.
o Peningkatan dosis dalm penambahan dosis tidak
lebih dari 2,5 mg/hari tiap minggu berdasarkn respon
glukosa darah pasien.
Maintanace/pemeliharaan: 1,25-2,5 mg/hari, peningkatan dengan
dosis 1,25-2,5 mg/hari setiap 1-3 minggu.
Farmakologi/Indikasi untuk terapi diabetes militus tipe 2 (NIDDM).
Kontraindikasi hipersensitivitas terhadap glibenklamid, sulfonamid, diabetes militus
tipe 1, diabetes ketoasidosis dengan atau tanpa koma.
Peringatan  pada orang usia lanjut: mempercepet dan memperpanjang
hipoglikemia (>12 jam); umur dan kerusakan hati serta ginjal
merupakan faktor resiko tidak tergantung dari hipoglikemia.
Penggunaan yang hati-hati pada pasien dengan kerusakan hati,
ginjal, kurang nutrisi.
Adverse drug reaction o gangguan SSP: pusing, kelelahan.
o gangguan pada kulit: fotosensitivitas, pruritus, ruam,
urtikaria.
o gangguan pada endokrin dan metabolisme: hipoglikemia
dan hipoatremia.
o gangguan pada saluran cerna: mual, kanstipasi, diare,
anoreksia.
o Gangguan pada hati: jaundi kolestatik, hepatitis.
o gangguan pada pembentukan urin: nokturia.
o gangguan pada darah: anemia hemolotik, leukopenia,
trombositopenia, anemia aplastik, supresi sumsum
tulang, agranulositosis.
o gangguan pada neomuskular dan tulang: atralgia,
parestesia.
o gangguan pada ginjal: efek diuretik.
gangguan pada mata: penglihatan kabur.
Farmakokinetik o Onset: tingkat serum mulai meningkat setelah 15-60
menit pemberian dosis tunggal.
o Durasi: ≤ 24 jam.
o Ikatan dengan protein, plasma: >99%.
o Metabolisme: menjadi 1 jenis metabolit aktif dan
beberapa jenis metabolit tidak aktif.
o Waktu setengah eliminasi: 5-16 jam, dapt diperpanjang
dengan adanya kerusakan pada hati dan ginjal.
o Waktu untuk menunjukkan peak, serumdewasa : 2-4
jam.
Ekskresi: urin (50%) sebagai metabolt dan feses (50%).
Interaksi Obat o Peningkatan efek: efek hipoglikemia dapat meningkat
dengan adanya antikoagulan oral (warfarin), fenitoin dan
hindatoin lainnya, golongan saliilat, NSAID, golonan
sulfonamid, beta bloker. Adanya etanol dapat
menyenabkan terjadinya reaksi disulfiram.
o Penurunan efek: penurunan efektivitas glibenklamid
dengan adanya diuretik laik, dan kortikosteroid.

Informasi untuk Pasien


26. HORMON TIROID DAN ANTI TIROID

Leonorgestrel+etinil estradiol ( kontrasepsi, estrogen dan progestrin kombinasi)

Eksluton (organon Indonesia) tablet 5 mg (K)

Bentuk sediaan Norplant (Djaja Bima Agung) kapsul 38 mg

Oral

1 tablet setiap hari pada jam yang sama mulai dari hari
pertama dari haid, bila terlambat 3 jam makan pil, maka
harus dianggap telah kelupaan pil

Dosis Injeksi dan susuk

6 kapsul ditanamkan di bawah kulit

Dosis adjustment pada gangguan hepar : dikontraindikasikan


dengan pasien ganguan hati

Digunakan untuk pencegahan kehamilan, kontrasepsi

Farmakologi / Indikasi setelah berhubungan.

Pasien sedang hamil dan gangguan hepar.


Kontraindikasi

Interaksi obat

Kehamilan :

Peringatan Factor resiko X


Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR) Keguguran, gangguan pola haid, pendarahan.

Bila satu pil terlupa, segera makan saat disadari dan


dilanjutkan jadwal yang biasa. Bila terlambat 3 jam makan
pil, maka daya lindung pil hilang. Dilanjutkan makan pil,
Instruksi pada pasien
tetapi jangna lakukan senggama 7 hari berikutnya atau
gunakan kondom.

LEVONOGESTREL
Bentuk sediaan Pil 75 mcg dan pil 150 mcg
Emergency kontrasepsi : 0,75 mg tablet sebelum 72 jam
setelah berhubungan seksual tanpa pengaman dan 0,75 mg
Dosis tablet kembali setelah 12 jam setelah dosis pertama
Tidak terdapat pengaturan dosis pada pasien dengan gangguan
funsi ginjal, dan hati
Farmakologi / Indikasi Kontraseosi oral
Hipersensitifitas terhadap komponen obat, pendarahan
abnormal pada uterine yang tidak terdiagnosa, gangguan
Kontraindikasi
fungsi hati, tromboembolik, terdiagnosis kanker payudara,
intracranial hipertensi, gangguan fungsi ginjal, dan kehamilan
Penggunaan bersama dengan carbamazepine, fenobarbital,
Interaksi obat fenotoin, dan rimfapin akan menurunkan efek dari obat-obat
tersebut
Peringatan Tidak boleh digunakan pada wanita post menapause
Farmakokinetika pada umumnya diabsorbsi secara cepat dan lengkap,
mempunyai ikatan dengan albumin dan hormone kelamin
terikat globulinyang tinggi, dapat dimetabolisme secara
sempurna, bioavailabilitasnya 100 %, dan diekskresikan
melalui urine
Hipertensi, sakit kepala, depresi, gugup, jerawat, nyeri pada
payudara, disminorea, penurunan libido, mual, peningkatan
Adverse Drug Reaction (ADR)
berat badan, ISPA, sinusitis, nyeri abdominal, anemia,
migraine, sepsis, muntah, nyeri mukoskeletal, dll
Penggunaan obat ini dianjurkan untuk tidak merokok, obat ini
Instruksi pada pasien tidak dapat mencegah infeksi HIV atau penyakit menular
kelamin lain

PROPILTIOURASIL
Bentuk sediaan Tablet 50 mg
 Hipertiroid :
Dewasa : 300-450 mg po 3 kali
sehari dengan interval 8 jam; dapat ditingkatkan
penggunaannya menjadi 1200 mg per hari pada
kasus yang berat. Maintenance dose bervariasi tapi
dimulai dari range 100-150 mg per hari
Neonatus dan anak-anak : 5-7 mg/kg po tiap hari
dalam dosis terbagi 3 kali sehari, atau diberikan
berdasarkan umur yang ditunjukkan di bawah ini :
Anak-anak dengan usia lebih dari 10 tahun :
Dosis 100 mg po tiap hari dalam dosis terbagi 3 kali sehari.
Maintenance dose ditentukan oleh respon pasien
Anak-anak dengan usia antara 6-10 tahun :
50-150 mg po tiap hari dalam dosis terbagi 3 kali
sehari. Maintenance dose ditentukan oleh respon
pasien
 Krisis tirotoksik
Dewasa dan anak-anak : 200 mg po setiap 4-6
jam pada hari pertama; setelah simptom dikontrol
sekali, perlahan-lahan kurangi dosis ke tingkat
maintenance (pemeliharaan)
Farmakologi / Indikasi
Dikontraindikasikan bagi pasien yang hipersensitif terhadap
Kontraindikasi propiltiourasil dan wanita yang sedang menyusui, pemakaian
propiltiourasil pada wanita hamil harus berhati-hati
Penggunaan propiltiourasil bersamaan dengan aminofilin,
okstrifilin, teofilin dapat menurunkan klirens propiltiourasil
sehingga dibutuhkan penyesuaian dosis. Penggunaan
propiltiourasil bersamaan dengan antikoagulan dapat
meningkatkan efek antikoagulan. Penggunaan propiltiourasil
Interaksi obat
bersamaan dengan glikosida jantung dapat meningkatkan
efek glikosida, sehingga dosisnya perlu dikurangi.
Penggunaan propiltiourasil bersamaan dengan potassium
iodide dapat menurunkan respon propiltiourasil. Dosis obat
antitiroid perlu ditingkatkan
Peringatan
Absorpsi : 80% diabsorbsi secara cepat dan luas dalam
gastrointestinal
Distribusi : kelenjar tiroid, dapat melintasi barier
plasenta, didistribusikan dalam air susu, 75%-80% terikat
Farmakokinetika protein
Metabolisme : hepar
Ekskresi : 35% diekskresikan lewat urine, waktu paruh
1-2 jam pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal, 8 ½
jam pada pasien anuria
Adverse Drug Reaction (ADR) Sistem saraf pusat : sakit kepala, mengantuk,
vertigo, paresthesia, neuritis, neuropati, rangsangan system
saraf pusat, depresi, demam
Kardiovaskuler : vasculitis
Gastrointestinal : diare, mual, muntah,
epigastric distress, pembesaran kelenjar ludah
Genitourinari : nefritis
Hematologi : agranulositosis, leucopenia,
trombositopenia, anemia aplastic
Hepar : jaundice (sakit kuning),
hepatotoksisitas
Metabolisme : dosis yang dihubungkan
dengan hipotiroid
Muskuloskeletal : arthralgia, myalgia
Kulit : ruam, urtikaria, perubahan
warna kulit, pruritus, eritema nodosum, dermatitis eksfoliatif,
sindrome Lupus
Lainnya : limfadenopati
 Minum obat bersamaan dengan makanan,
 Memperingatkan pasien untuk melaporkan jika
demam, sakit tenggorokan, sakit mulut, dan erupsi
kulit,
 Memberitahu pasien untuk melaporkan jika terjadi
Instruksi pada pasien
perdarahan dan memar
 Memberitahu pasien untuk meminta penjelasan
tentang penggunaan garam beryodium dan makan
kerang-kerangan. Makanan ini mengandung yodium
dan dapat mengubah efektivitas obat

27. KORTIKOSTEROID

Hidrokortison
Bentuk sediaan
Oral, untuk terapi pengganti: 20-30 mg sehari dalam dosis terbagi.
Anak: 10-30 mg. Injeksi intramuscular atau intravena lambat atau
Dosis infuse: 100-500 mg, 3-4 kali/hari. Pada anak sampai usia 1 tahun,
injeksi intravena lambat 25 mg, 1-5 tahun 50 mg; 6-12 tahun: 100
mg.
Insifisiensi adrenokortikoid, syok, reaksi hipersensitif, penyakit
Farmakologi / Indikasi radang usus, hemoroid penyakit rematik, penyakit mata, penyakit
kulit.
Infeksi sistemik, kecuali bila diberikan antibiotic sistemik, hindari
Kontraindikasi vaksinasi dengan virus aktif pada pasien yang menerima dosis
imunosupresif.
Interaksi obat - Analgetik: dengan asetosal dan AINS risiko perdarahan
dan ulserasi saluran cerna
ditingkatkan.
- Antibakteri: rifampisin mempercepat metabolisme
kortikosteroid
- Antidiabetika: antagonisme efek hipoglikemi
- Antiepileptika: karbamazepin, fenobarbiton, fenitoin dan
primidon mempercepat
metabolisme kortikosteroid.
- Antihipertensi: antagonisme efek hipotensif

Supresi adrenal dapat terjadi pada penggunaan jangka lama dan


bertahan beberapa tahun setelah pengobatan dihentikan.
Penggunaan dosis secara tiba-tiba setelah penggunaan lama dapat
Peringatan
menyebabkan insufisiensiadrenal akut, hipotensi dan kematian.
Oleh karena itu penghentian harus bertahap.

Farmakokinetika
Osteoforosis pada usi lanjut, pemberian dosisi tinggi dapat
Adverse Drug Reaction (ADR) menyebabkan nekrosis avaskuler dan sindrom Cushing yang
sifatnya berpulih, gangguan mental, euphoria dan miopati.
Instruksi pada pasien

prednison
Bentuk sediaan tab 5 mg, klg 1000 tab
oral : dosis awal 10-20 mg/hari, kasus berat samping 60 mg/hari,
sebaiknya dimakan pagi hari setelah sarapan; dosis sering dapat
diturunkan dalam beberapa hari, tetapi mungkin diperlukan
sampai beberapa minggu atau bulan.
Dosis Dosis pemeliharaan: 2,5-15 mg/hari, tetapi dapat lebih tinggi; efek
samping cushingoid lebih sering terjadi pada dosis lebih besar dari
7,5 mg.
Injeksi intramuskular, prednisolon asetat, 25-200 mg sekali atau 2
kali seminggu.
menekan reaksi radang dan reaksi alergi, penyakit radang usus;
Farmakologi / Indikasi
asma; imunosupresan; penyakit rematik
Kontraindikasi infeksi sistemik, kecuali bila diberikan antibiotika sistemik; hindari
vaksinasi dengan virus aktif pada pasien yang menerima dosis
imunosupresive
rifamisin, karbamazepin, fenobatbiton, fenitoin dan primidon
Interaksi obat mempercepat metabolisme, siklosporin menaikkan kadar plasma.

supresi adrenal dan infeksi , anak-anak dan dewasa muda


(retardasi pertumbuhan yang kemungkinan tidak bisa pulih
kembali, pengobatan jangka panjang atau kontinyu tidak
dibenarkan), usia lanjut (efek samping lebih serius pengawasan
ketat diperlukan terutama pada pemakaian jangka panjang);
pemantauan pada pasien yang mempunyai riwayat TBC (atau
perubahan sinar-X) harus sering dilakukan, hipertensi, infark
miokard baru (dilaporkan terjadi ruptur), gagal jantung bawaan,
Peringatan
gagal hati, gangguan fungsi ginjal, diabetes melitus (termasuk
riwayat keluarga), osteoporosis (wanita paskamenopause beresiko
khusus), glaukoma (termasuk riwayat keluarga) gangguan mental
berat (khususnya pasien yang sebelumnya memiliki riwayat
psikosis yang disebabkan oleh steroid), epilepsi, tukak lambung,
hipotiroidisme, riwayat myopati steroid; kehamilan 2) dan
menyusui.

Farmakokinetika
gejala saluran cerna: mual, cegukan, dispepsia, tukak peptik, perut
kembung, pankreatitis akut, tukak esofagus, kandidiasis; gejala
muskulo-skeletal : miopati proksimal, osteoporosis, osteonekrosis
avaskuler, ruptur tendo; gejala endokrin; gangguan haid,
hirsutisme, gangguan keseimbangan nitrogen dan kalsium,
kepekaan terhadap dan beratnya infeksi bertambah; gejala
neuropsikiatri: eforia, ketergantungan psikis, depresi, insomnia,
Adverse Drug Reaction (ADR) tekanan intrakranal tinggi disertai udem papil pada anak, psikosis,
memberatnya sizofrenia dan epilepsi; gejala pada mata:
glaukoma, udem papil, katarak subkapsuler, penipisan kornea dan
sklera, kambuhnya infeksi virus atau jamur di mata; efek lainnya:
gangguan penyembuhan, atrofi kulit, lebam, striae, telangkiektasia,
akne, ruptur jantung setelah infark jantung, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, leukositosis, reaksi
hipersensitif (termasuk anafilaksis), tromboemboli, lesu
Instruksi pada pasien

Deksametason
Bentuk sediaan tab 0,5 mg, klg 1000 tab
Inj. 5mg/ml (sebagian natrium fosfat) ktk 100 amp @ 1 ml
oral : dosis awal 10-20 mg/hari, kasus berat smapai 60 mg/hari,
sebaiknya dimakan pada pagi hari setelah sarapan; dosis sering
adap diturunkan dalam beberapa hari, tetapi mungkin diperlukan
samapai beberapa minggu atau bulan
Dosis pemeliharaan : 2,5-15 mg/hari, tetapi dapat lebih tinggi; efek
samping cushingoid lebih sering terjadi pada dosis lebih besar dari
Dosis 7,5 mg
Injeksi intramuscular atau intavena lambat atau infuse : mula-mula
0,5-20 mg; untuk udem otak mula-mula 10 mg intravena, lalu
dilanjutkan 4 mg intramuscular setiap 6 jam selama 2-10 hari
sesuai keadaan klinik; ANAK : 0,2-0,5 mg/kg/har
sebagai antiinflamasi, kortikosteroid digunakan dalam dosis yang
beragam untuk berbagai penyakit yang beragam umtuk berbagai
Farmakologi / Indikasi penyakit dan beragam untuk berbagai penyakit dan beragam
untuk individu yang berbeda, agar dapat dijamin rasio
manfaat/risiko yang setinggi-tingginya.
infeksi sistemik, kecuali bila diberikan antibiotika sistemik, hindari
Kontraindikasi vaksinasi dengan virus aktif pada pasien yang menerima dosis
imunosupresive
Interaksi obat
supresi adrenal dapat terjadi pada penggunaan jangka lama dan
bertahan beberapa tahun setelah pengobatan dihentikan.
Peringatan Pengurangan dosis yang tiba-tiba setelah penggunaan lama (lebih
dari 7 hari) dapat menyebabkan insufiensi adrenal akut, hipotensi,
dan kematian. Oleh karena itu penghentian harus bertahap.
Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR) penggunaan kortikosteroid dalam jangka lama akan dapat
menimbulkan efek smping akibat khasiat glukokortikoid maupun
khasiat mineralolortikoid. Efek smaping glukokortikoid meliputi
diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi usia
lanjut. Pemberian dosis tinggi dapat menyebabkan nekrosis
avaskular dan sindrom Cushing yang bersifat reversible
Dapat juga terjadi gangguan mental, euphoria, dan miopati.
Hubungan penggunaan kortikosteroid dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan, sedangkan pada wanita hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan adrenal anak. Efeknya terhadap
reaksi jaringan dapat menyebabkan tanda klinik infeksi tidak
muncul sehingga infeksi menyebar tanpa diketahui (efek samar)
Instruksi pada pasien

28. ANTI ANGINA

Isosorbid Dinitrat
Bentuk sediaan
 Sublngual, 5-10 mg. Oral, sehari dalam dosis
terbagi, angina 30-120 mg, gagal jantung kiri 40-160
mg, sampai 240 mg bila diperlukan. Infus intravena, 2-
Dosis
10 mg/jam; dosis lebih tinggi sampai 20 mg/jam
mungkin diperlukan.

Farmakologi / Indikasi profilaksis dan pengobatan angina; gagal jantung kiri


 : hipersensitivitas terhadap nitrat , hipotensi dan
hipovolemia; kardiopati obstruktif hipertrofik, stenosis
aorta, tamponade jantung, perikarditis konstriktif,
Kontraindikasi
stenosis mitral; anemia berat, trauma kepala,
perdarahan otak, glaucoma sudut sempit.

Antiaritmia : disopiramid dapat mengurangi efek


nitrat sublingual (karena mulut kering).
Antikoagulan : eksresi heparin ditingkatkan oleh
infus isosorbid dinitrat ( menurunkan efek
antikoagulan).
Interaksi obat Antidepresan : trisiklik dapat menurunkan efek
nitrat sublingual (karena mulut kering)
Antimuskarinik : antimuskarinik seperti atropine
dan propantelin dapat menurunkan efek nitrat
sublingual (karena mulut kering)

Peringatan gangguan hepar atau ginjal berat; hipotirodisme, malnutrisi atau


hipotermia, ifark miokard yang masih baru; system transdermal
yang mengandung logam harus diambil sebelum kardioversi atau
diatermi. Toleransi. Beberapa pasien yang diberi senyawa nitrat
kerja panjang atau transdermal dengan cepat mengalami toleransi
(efek terapinya berkurang). Jika toleransi diperkirakan setelah
penggunaan sediaan transdermal, sediaan terbut harus dilepas
selama beberapa jam berurutan dalam setiap kurun waktu 24 jam.
bioavailabilitas secara oral 22 ± 14%. Sekitar 28 ± 12% terikat
protein plasma. Waktu paruh isosorbid dinitrat 50 ± 20 menit.
Farmakokinetika

Sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing, hipotensi postural,


takikardi ( dapat terjadi bradikardi paradoksikal). Injeksi. Efek
sampingyang khas setelah injeksi (terutama bila iberikan terlalu
Adverse Drug Reaction (ADR) cepat) meliputi hipotensi berat, mual dan muntah, diaforesis,
kuatir, gelisah, kedutan otot, palpitasi, nyeri perut, sinkop;
pemberian jangka panjang disertai dengan methemoglobinema.

Instruksi pada pasien

29. ANTI ARITMIA

Propranolol
- Larutan : 4, 8, 80 mg/ml
- Tablet : 10, 20, 40, 60, 80, 90 mg (1 botol : 100 tablet)
- Kapsul SR : 60, 80, 120, 160 mg
Bentuk sediaan
- Injeksi :1 mg/ml (kemasan 10 ampul @ 1 ml)

Dosis Inisial terapi PO 10-20 mg tiap 6 jam meningkat seiring


dengan efek yang diinginkan. Pada hipertensi, digunakan lebih
dari 1g/hari. Pada angina pektoris, dosis diatur hanya untuk
meredakan nyeri. Pada titik akhir peningkatan dosis penderita
aritmia betujuan untuk mengatur rimik jantung, atrial
fibrilasi/detak jantung, laju ventrikular 100 detak.menit
dengan kestabilan hemodinamik. Pemberian 2 kali sehari
berefek pada angina pektoris dan hipertensi. Pemberian SR
Cap pada dosis harian yang sama, 1 atau 2 kali sehari (tidak
mengindiksikan post-MI). PO untuk post MI propilaksis (non-
SR) 180-240 mg/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Pada tekanan
lambat IV 1 mg tiap 5 menit, samapai dosis maksimum 0,15
mg/kg, beberapa penelitian merekomendasikan dosis pertama
diberikan setelah 2-10 menit.
Dosis Pediatri. PO untuk hipertensi 0,5-1 mg/kg/hari
dalam 2-4 dosis terbagi, meningkat hingga maksimum 8
mg/kg/hari. Tekanan lambat IV 0,01-0,1 mg/kg/dosis sampai
10 menit, pada bayi 1 mg atau anak-anak 3 mg, yang diulang 6-
8 hari.
Dosis Geriatri Bioavailabiltas meningkat pada geriatri,
diperlukan dosis inisial yang lebih rendah
Kondisi Lain. Titik akhir terapeutik dapat dicapai dengan
dosis rendah pada penderita hipotiroidisme atau gangguan
hepar. Dimulai dengan dosis yang rendah dan diamati efek
kliniknya. Pasien dengan tirotoksikosis membutuhkan dosis
yang lebih besar untuk mendapatkan dosis yang diinginkan.

Farmakologi / Indikasi Propranolol merupakan  -adrenergik non selektif yang


digunakan sebagai terai antiritmia, hipertensi, angina pektoris,
dan CHF. Propranolol juga efektif menurunkan post-MI
mortalitas. Mekanisme antiritmia disebabkan oleh penurunan
AV nodal konduksi pada supraventrikular takikardi dan blokade

katekolamin dipicu disaritmia. Propranolol dan  -bloker


lainnya efektif untuk mencegah postoperasi atrial fibrilasi.
Mekanisme antihipertensi tidak diketahui tetapi berperan pad
mekanisme sistem saraf puat, blokade renin, dan penurunan
kontraksi miokard serta kardiak output. Propranolol juga
meminimalkan persediaan oksigen miokard dengan
menurunkan kontraksi dan laju jantumg , yang meredakan
nyeri angina simptomatik dan meningkatkan toleransi penyakit

arteri coronary. Metoprolol dan carvedilol (dan mungkin  -


bloker lainnya) efektif mereduksi kematian dan meningkatkan
kualitas hidup pasiendengan CHF melalui blokade faktor

kompensasi neurohumoral yang menggangu.  -bloker dan


diuretik direkomendasikan sebagai terapi lini pertama pada
hipertensi karena terbukti merunkan morbiditas dan
mortilitas.

Penyakit obstruksi paru akut, asma atau rginitis alergi


Kontraindikasi aktif, syok kardiogenik atau akut CHF,

Interaksi obat Terapi propranolol bersama dengan digoksin dapat

mengurangi pengaruh buruk  -bloker pada CHF. Ketika

diberikan pada penderita hipoglikemik,  -bloker nonselektif


seperti propranolol akan memperlama keadaan hipoglikemik,
menghambat takikardi dan tremor yang ditandai gejala
hipoglikemik (berkeringat tidak dihambat), hipertensi dapat
terjadi selama hipoglikemik. Epinefrin dapat meyebabkan

reaksi hipertensi pada penggunaan propranolol (dan  -bloker


lainnya), hal ini terjadi dengan simpatomimetik lainnya seperti
phenylephrine dan phenylpropanolamine. Barbiturat dan

fifampisin dapat meningkatkan metabolisme hepatik  -bloker


seperti propranolol. Simetidin dapat meningkatkan efek
propranolo. Kombinasi propranolol dan clonodin dapat
menyebabkan reaksi hipertensi, khususnya jika penggunaan

clonidin dihentikan tiba-tiba.  -bloker dapat meningkatkan


efek hipotensi prazosin dan obat lainnya yang mirip. NSAID

dapat menurunkan respon hipotensi  -bloker.

Pada penderita arteri coronary. Hentikan pemakaian


setalah 4-7 hari. Gunakan hati-hati pada penderita dengan
angina vasospastic untuk menjaga agar nyeri dada tidak lebih
buruk. Gunakan hati-hati pada penderita vaskular periferal
Peringatan
atau CHF dan pasien dengan riwayat diabetes atau
hipoglikemik. Propranolol dapat memperburuk atrial fibrilasi
berkaitan dengan jalar AV.

Farmakokinetika Onset dan Durasi. Onset Po bervariasi, durasi bervariasi


6-12 jam
Kadar Serum. Tidak ada hubungan yang pasti antara
konsentrasi propranolol dalam plasma dengan rfrk terapeutik
untuk terapi aritmia, angina pektoris, atau hipertensi. Blokade

 dihubungkan dengan kadar propranolol di serum > 100 

g.L (340 nmol/L)


Nasib. Propranolol secara cepat dan lengkap diabsorpsi
setelah pemberian oral, meskipun first pass efek terjadi, batas

availabiltas sistemik 26  10%. First pass eliminasi jenuh

dengan dosis oral lebih besar dari 30 mg. Obat 87  6% terikat


 1- asam glikoprotein dan protein plasma lainnya. Vd 4,3 
0,6 L/kg, Cl 0,96  0,3 L/jam/kg. Tidak seperti obat lain,
pemindahan propranolol dari protein plasma, meningkatkan
waktu paruh eliminasi dan Vd karena afinitas jaringan yang
tinggi (tidak dibatasi eliminasi). Metabolit aktif 4-
hidroksipropranolol dihasilkan setelah pemberian oral bukan
pemberian IV. Kurang dari 0,5% diekskresi dalami bentuk utuh

Waktu Paruh. Fase  sekitar 10 meni, fase  setelah

pemberian PO dosis tunggal 3,9  0,4 hari jam Pada


penggunaan jangka panjang, fase  4-6 jam tetapi dapat lebih
lama 10-20 jam pada penderita gangguan hepar.

Adverse efeksering tidak dikaitkan dengan dosis.


Dilaporka adanya depresi, mimpi buruk, insomnia, lelah, dan
lesu yang sering terjadi dan kadang terjadi perubahan psikotik.

Efek samping sistem saraf pusat sering terjadi dengan  -


blocker lipofilik (contohnya : propranolol). Kadang-kadang obat
dapat meyebabkan reksi yang dapat mengancam kehidupan
ketika inisial terapi (khususnya IV) dan CHF akut dengan edema
Adverse Drug Reaction (ADR) paru dan hipotensi atau bradikardi simptomatik dapat terjadi.
Propranolol dapat menyebabkan hipoglikemis tetapi terjadi
pada pasien penderita diabetes yang memiliki gejala
hiperglikemik. Gejala dapat mejadi lebih buruk pada pnderita

Raynaund’s disease.  -bloker dapat memperburuk kondisi


asma atau obstruksi saluran nafas kronik yang menyebabkan
bronkospasm atau disfungsi renal dengan menekan GFR.

Instruksi pada pasien Dilaporkan gejala seperti nafas pendek, bengkak, mengi,
lelah, depesi, mimpi buruk, tidak mampu berkonsentrasi.
Jangan menghentikan terapi dengan tiba-tiba. Jangan
mnegunyak kapsul SR. Kapsul lepas lambat tidak berarti bahwa
absorpsi berkurang.
Dosis yang Hilang. Jika pasien menggunakan obat ini
dengan interval regular, misalnya setiap hari, dan pasien lupa
meminum obai ini, maka pasien harus meminum obat ini saat
pasien tersebut ingat. Jika pasien ingat untuk minum obat saat
mendekati dosis berikutnya, jangan minum obat tersebut
tetapi berikan jeda 4 jam untuk pemberian dosis berupa tablet
dan jeda 6-8 jam untuk pemberian dosis berupa kapsul lepas
lambat berikutnya . Jangan sampai terjadi dosis ganda atau
dosis ekstra.
Catatan
Propranolol bermanfaat untuk terapi obstruksi
cardiomyopathy hipertropik simptomatik dengan peningkatan
volume diastolik, menyebabkan relaksasi ventrikular, dan
meredakan obstruksi ventrikular. Penggunaan lain propanolol
adalah migrain propilaksis, mencegah pendarahan
gastrointestinal, mencegah kematian yang terjadi mendadak
karena sindrom panjang OT congenital dan sebagai proteksi
kardiak pada pasien penderita gagal jantung yang mengalami

pembedahan nonkardiak. Jika  -bloker harus digunakan

pada penderita paru, obat selektif  1 (contoh acebutolol,


atenolol, atau metoprolol) dapat menyebabkan perubahan
fungsi paru yang sebenarnya lebih mudah diatasi dengan
bronkodilator, obat ini mungkin pilihan yang lebih baik

daripada propranolol atau  -bloker non selektif lainnya.

Kaptopril
Bentuk sediaan
Dosis Hipertensi, digunakan sendiri, awalnya 12,5 mg 2 kali
sehari ; jika digunakan bersama diuretika ; pada usia
lanjut, atau gangguan ginjal ; awalnya 6,25 mg 2 kali
sehari ( dosis pertama sebelum tidur ) ; dosis
pemeliharaan lazim 25 mg 2 kali sehari ; maksimal 50
mg 2 kali sehari ( jarang 3 kali sehari pada hipertensi
berat )
Gagal jantung ( tambahan ), awalnya 6,25-12,5 mg di
bawah pengawasan medis yang ketat; dosis
pemeliharaan lazim 25 mg 2-3 kali sehari ; maksimal
150 mg sehari.
Nefropati diabetik, 75-100 mg sehari dalam dosis
terbagi ; jika diperlukan penurunan tekanan darah
lebih lanjut, antihipertensi lain dapat digunakan
bersama kaptopril ; pada gangguan ginjal yang berat,
awalnya 12,5 mg 2 kali sehari ( jika diperlukan terapi
bersama diuretika, sebaiknya dipilih diuretika kuat
daripada tiazid )

hipertensi ringan sampai sedang (sendiri atau dengan


terapi tiazid)dan hipertensi berat yang resisten terhadap
pengobatan lain ; gagal jantung kongestif ( tambahan );
Farmakologi / Indikasi setelah infark miokard ; nefropati diabetik
( mikroalbuminuria lebih dari 30 mg/hari pada diabetes
tergantung insulin

Hipersensitif terhadap penghambat ACE ( termasuk angiodema );


Kontraindikasi penyakit renovaskuler ; stenosis aortic atau obstruksi keluarnya
darah dari jantung; kehamilan; porfiria
Interaksi obat
Peringatan Penggunaan pada wanita hamil keamanannya belum
terbukti. Harus diberikan dengan hati-hati pada wanita
menyusui, perlu dihentikan pemberian ASI karena
ditemukan kadar dalam ASI lebih tinggi dari kadar
dalam darah ibu. Pemberian pada anak-anak masih
belum diketahui keamanannya, sehingga obat ini
hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang efektif.
Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena
sensitifitasnya terhadap efek hipotensif. Hati-hati
pemberian pada penderita penyakit ginjal. Diuretika,
dosis pertama mungkin menyebabkan hipotensi
terutama pada pasien yang menggunakan diuretikka,
dengan diet rendah natrium, dengan dialysis, atau
dehidrasi ; penyakit vaskuler perifer atau
aterosklerosis menyeluruh karena risiko penyakit
renovaskuler yang tidak bergejala ; pantau fungsi
ginjal sebelum dan selama pengobatan, dan kurangi
dosis pada gangguan ginjal ; mungkin meningkatkan
risiko agranulositosis pada penyakit vascular kolagen ;
reaksi anafilaktoid ; mungkin menguatkan efek
hipoglikemi insulin atau antidiabetik oral.

Farmakokinetika
Hipotensi ; pusing, sakit kepala, letih, astenia, mual,
( terkadang muntah ), diare, (terkadang konstipasi ),
kram otot, batuk kering yang persisten, gangguan
kerongkongan, perubahan suara, perubahan pencecap (
mungkin disertai dengan turunnya berat badan ),
stomatitis, dyspepsia, nyeri perut gangguan ginjal ;
hiperkalemia ; angiodema, urtikaria, ruam kulit
(termasuk eritema multiforme dan nekrolisis
epidermal toksik ), dan reaksi hipersensitivitas,
Adverse Drug Reaction (ADR)
gangguan darah (termasuk trombositopenia,
neutropenia, agranulositosis, dan anemia aplastik );
gejala-gejala saluran nafas atas, hiponatremia,
takikardia, palpitasi, aritmia, infark miokard, dan
strok, nyeri punggung, muka merah, sakit kuning,
pankreatitis, gangguan tidur, gelisah, perubahan
suasana hati, parestesia, impotensi, onikolisis,
alopesia.

Instruksi pada pasien

RESERPIN
Bentuk sediaan
 anak (hipertensi) : 0.01-0.02 mg/kg/24 jam
diberikan setiap 12 jam; dosis maksimum 0.25 mg/hari
(tidak direkomendasikan)
 dewasa (hipertensi) : 0.1-0.25 mg/hari
 dewasa (schizophrenia) : 0.5 mg/hari
Dosis
 adjusment dose pada pasien dengan gangguan ginjal,
bila kliren kreatinin < 10 ml/menit maka reserpin harus
dihindari

antihipertensi.
Farmakologi / Indikasi Digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang.

Kontraindikasi ibu hamil (faktor risiko C)


Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

30. ANTI HIPERTENSI


31. ANTI TROMBOTIK

ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL)


Bentuk sediaan tablet 50 mg 10 bls @ 10 tablet

Dosis

Farmakologi / Indikasi
anak di bawah 12 tahun dan menyusui (sindrom Reye); tukak
Kontraindikasi
peptik yang katif; hemofilia dan gangguan perdarahan lainnya.
 : hindari pemberian bersama dengan AINS lain
(meningkatkan efek samping). Pemberian dengan antasid
dan adsorben akan meningkatkan ekskresi asetosal pada
Interaksi obat
urin yang basa. Pemberian dengan antikoagulan akan
meningkatkan resiko perdarahan.

Peringatan asma, hipertensi yang tidak terkendali, kehamilan.

Farmakokinetika
 bronkospasme, perdarahan saluran cerna (kadang-
kadang parah), juga perdarahan lain (misal
Adverse Drug Reaction (ADR)
subkonjungtiva).

Instruksi pada pasien

Digoksin

Tab 0,25 mg, btl 100/100 tab; tab 0,0625 mg, btl 100 tab; inj
Bentuk sediaan 0,25 mg/ml, ktk 1 amp 2 ml

Dosis IV loading dosage 10–15 g/kg pada dosis terbagi hingga


12–24 jam dengan interval 6–8 jam. PO loading dosage
lakukan adjustment dose untuk absorpsi oral, biasanya
diberikan 0.5–0.75 mg kemudian 0.125–0.375 mg q 6–8 jam
hingga muncul efek yang diinginkan atau ketika dosis total
digoksin . Maintenance dosage = (total body stores) x (%
lost/day), dimana total
body stores merupakan hasil perhitungan original loading
dose dan % lost/day adalah 14 +(Clcr/5). Range maintenance
dosage biasanya 0.125–0.5 mg/hari. . IM tidak
direkomendasikan.
Dosis Pediatri. Berdasar dosis dengan perhitungan ideal
body weight. Total digitalizing dosage (TDD) PO
(premature newborn) 20 g/kg; (full-term newborn) 30 g/kg;
(1–24 bulan) 40–50 g/kg; (2–10 tahun) 30–40 g/kg; (>10
tahun) 10–15 g/kg. Give 1⁄₂ TDD kemudian 1⁄₄ TDD masing-
masing 8–18 jam 2 kali. maintenance dosis PO (premature
newborn) 5 g/kg/day; (full-term newborn) 8–10 _g/kg/hari;
(1–24 bulan) 10–12 g/kg/hari; (2–10 tahun) 8–10 g/kg/hari;
(>10 tahun) 2.5–5 _g/kg/hari. Anak-anak <10 tahun, beri
dengan dosis terbagi 2 per. IV (semua umur) 75% dari dosis
per oral.
Dosis Geriatri. Maintenance dosis bisa menjadi lebih rendah
karena berkaitan dengan umur yang terdapat penurunan
fungsi
Kondisi Lain. Penurunan dosis awal dan maintenance pada
gangguan ginjal berdasar perhitungan ideal body weight
masing-masing individu.

Menghasilkan efek ppositif inotropik dengan meningktakan


ketersediaan kalsium padsa eleemn kontraktil miokardia,
dengan demikian akan meningkatkan cardiac output-nya.
Aksi antaritmia digoksin disebabkan karena peningkatan
Farmakologi / Indikasi refaraktori nodus AV dengan peningkatan vagal tone,
sympathetic withdrawal, dan mekanisme langsung. Digoksin
juga menghasilkan aksi vasikonstriktor langsung pada otot
polos vena.

Kontraindikasi intermittent complete heart block, second degree AV block;


supraventricular arrhythmias yang disebabkan Wolff-
Parkinson-White syndrome; ventricular tachycardia atau
fibrillation; hypertrophic obstructive cardiomyopathy (unless
concomitant atrial fibrillation and heart failure—but with
caution) Hypertrophic obstructive cardiomyopathy; suspected
digitalisintoxication; second- or third-degree heart block in the
absence of mechanical pacing; atrial fibrillation with
accessory AV pathway; ventricular fibrillation.

Propafenone menghambat enzim hepatic dan meningkatkan


Interaksi obat konsentrasi serum digoksin, teofilin, warfarin, dan β blocker.

Abnormalitas elektrolit toksisitas digoxin toxicity termasuk


hypokalemia, hypomagnesemia, dan hypercalcemia.
Hypothyroidism bisa mengurangi persyaratan digoxin karena
Vd and clearance yang lebih rendah. Penggunaan dengan
Peringatan peringatan pada pasien dengan penyakit paru-paru karena
sensitisai hipoksia pada miokardium akan terjadinya aritmia
dan meningkatkan resiko toksisitas. Digoxin dapat
meningkatkan ukuran infark pada gagal jantung.

Farmakokinetika
Biasanya dikaitkan dengan dosis tinggi, termasuk di
dalamnya : anorexia, nausea, vomiting, diarrhoea, nyeri ulu
hati; gangguan penglihatan, sakit kepala, fatigue, mengantuk,
Adverse Drug Reaction (ADR)
gelisah, dizziness, delirium, halusinasi, depressi; arrhythmia,
heart block; rarely rash, intestinal ischaemia; gynaecomastia
pada penggunaan jangka panjang.

Instruksi pada pasien Telah dilaporkan adanya persaan capai, tidak bisa
mengecap, nausea, ketidaknyamaann perut, gangguan
penglihatan seperti sensitive terhadap cahaya, penglihatan
kabur, kebutaan merah-hijau.
Missed Doses. Obat ini harus diminum secara teratur pada
interval yang ditentukan, apabila lupa dan kurang dari 12 jam,
maka segeralah minum digoksi ketika ingat. Tetapi apabila
telah mencapai pada interval yang berikutnnay, jangan
minum dengan dosis ganda.
Farmakokinetika. Onset dan durasi. IV onset 14–30 menit;
puncak 1.5–5 jam; terkadang lebih lambat dari pemberian
oral.Serum Levels. Therapetik 0.5–2 g/L (0.6–2.5 nmol/L);
toksik >3 g/L(3.8 nmol/L). tanda dan gejala toksisitas bisa
saja terdapat pada dosis di 3g/L, terutama terdapat factor
resiko.pada CHF (Cardiac Heart Failure) tidak menguntugkan
pada dosis maintenance di atas 1 g/L. dibutuhkan sampel
darah sekurang-kurangnya 4 jam setelah pemberian IV dan
6-8 jam setelah pemberian PO untuk mengetahui
kompartemen pada jaringan dan system pusat.konsentarsi
(digitalis-like immunoreactive substance) terdeteksi pada
pasien gagal ginjal, neonates, wanita hamil, dan beberapa
orang yang menderita penyakit liver parah yang tidak
mendapatkan perwatan glikosida.
Nasib obat. Absorpsi Oral 70 ± 13% dari tablet; 85% elixir;
95% capsules. Enterohepatic recycling digoxin can be as
high asbisa mencapai 30%. Protein binding terhadap albumin
adalah 25 ± 5%; Vd 7–8 L/kg; Cl 0.16 ± 0.036 L/jam/kg;
tergantung pada fungsi ginjal. Terekskresi dalam bentuk
unchanged 60 ± 11% di urine pasien dengan fungsi ginjal
normal. Metabolit aktif terdrii dari digitoxigenin,
bisdigitoxoside, digoxigenin monodigitoxoside, dan
dihydrodigoxin. t1/2 Fase α 0.5–1 jam; fase β 39 ± 13 jam;
fase β 3.5–4.5 hari pada pasien anephric.

32. GAGAL JANTUNG

FUROSEMIDE:

Bentuk sediaan

Dosis  Anak-anak:
- oral: 1-2 mg/kg/dosis ditingkatkan dengan
peningkatan 1 mg/kg/dosis hingga dosis dengan
efek yang diperlukan, tidak melampaui 6
mg/kg/dosis
- im, iv: 1mg/kg/dosis ditingkatkan setiap
1mg/kg/dosis pada interval 6-12 jam hingga dosis
dengan efek yang diinginkan.
 Dewasa:
- oral: 20-80 mg/dosis sebagai dosis awal,
ditingkatkan 20-40 mg/dosis dengan interval 6-8
jam, interval dosis maintenance dua kali sehari
eatiap hari, mingkin dititrasi hingga 600 mg/hari
tingkat edema yang parah
- im, iv: 20-40 mg/dosis, dalam diulang dalam 1-2
jam jika diperlukan, ditingkatkan 20 mg/dosis
hingga diperoleh efek yang diinginkan. Biasanya
interval dosis 6-12 jam untuk edema pulmonari
akut.
- Iv infusi kontinyu: untuk iv bolus dosis 0,1 mg/kg
dilanjutkan dengan iv infus kontinyu dengan dosis
0,1 mg/kg/jam setiap 2 jam hingga maksimum 0,4
mg/kg/jam sehari.
 Geriatri: oral, im, iv: dosis awal 20 mg/ hari, peningkatan
dosis harus secara lambat dan hati-hati hingga diperoleh
efek yang diinginkan
 Gagal jantung refraktori: oral, iv: dosis ditingkatkan hingga
8 gram/hari
 Ajustment dose pada pasien gangguan fingsi ginjal: gagal
ginjal akut: dosis tinggi hingga 1.3 g/hari digunakan sebagai
dosis awal untuk mencapai efek yang diinginkan, tidak
digunakan pada pasien yang mengalami oligourik
 Ajustment dose pada pasien dengan gangguan hepar: efek
natriuretik, dengan peningkatan sensitivitas menjadi
hipokalemia, deplesi volume sirosis, monitoring efek,
khusunya dalam dosis yang tinggi.

Farmakologi / Indikasi Termasuk dalam antihipertensi, diuretik loop. Digunakan untuk


edema yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif dan
penyakit hepatik atau renal. Digunakan secara tunggal atau
kombinasi dengan antihipertensif dalam treatment hipertensi.

Hipertensitif terhadap furosemide atau komponen lain dalam


formulasi atau sulfonilurea, anuria, pasien dengan koma hepatik
Kontraindikasi atau gangguan deplesi elektrolit berat hingga kondisi membaik.

 Peningkatan efek/toksisitas:
Furosemid menginduksi hipokalemia pada penggunaan
digoksin, meningkatkan risiko aritmia, meningkatkan risiko
toksisitas lithium dan salisilat. Efek hipotensi dan atau efek
samping pada renal dari ACE inhibitor dan menginduksi
hipovolemia. Efek feriferal obat adrenergik bloking atau
ganglionik bloker mungkin ditingkatkan oleh furosemid.

 Penurunan efek:
Interaksi obat Indometasin, aspirin, fenobarbital, fenitoin, dan NSAID
dapat mangurangi natriuretik dan efek hipotensi
furosemid. Kolestipol, kolestiramin, dan sukralfat dapat
mengurangi efek furosemid. Furosemid dapat menjadi
antagonia eefek skeletal relaksan otot (tubokurarin).
Toleransi glukosa dapat diturunkan dengan furosemid.
Diperlukan ajustmen dose dari agen hipoglikemik,
metformin dapat mengurangi konsentrasi furosemid.

Peringatan Diuretik loop merupakan diuretik yang poten, diperlukan evaluasi


untuk mencegah ketidakseimbangan cairan tubuh dan elektrolit,
dilarang digunakan dengan obat nefrotoksik atau ototoksik,
penggunaan dengan perhatian pada pasien dengan
hipersensitivitas terhadap sulfonamid atau tiazid.

Onset aksi: diuresis oral 30-60 menit, im 30 menit, iv 5 menit

Puncak efek: oral 1-2 jam

Durasi oral:6-8 jam, iv 2 jam

Absorpsi oral: 60%-67%

Protein binding: >98%

Farmakokinetika Metabolisme: dimetabolisme minimal di hepar

T1/2 eliminasi: fungsi renal normal0,5-1,1 jam, pada pasien dengan


penyakit ginjal stadium berat mencapai 9 jam

Ekskresi: urin(oral 50%, iv 80%) selama 24 jam, feses sebagai


unchanged drug, klirens nonrenal pada pasien gangguan fungsi
ginjal dapat menjadi lebih lama.

Adverse Drug Reaction (ADR)  kardiovaskuler: ortostatik hipotensi, nekrotis angiolitis,


tromboplebitis, aortitis kronik, hipotensi akut, kematian
yang tiba-tiba karena kardik arrest( dengan pemberian
iv/im)
 SSP: paretesias, vertigo, dizziness, sakit kepala, penglihatan
kabur, demam
 Dermatologik: eksfoliatif dermatitis, eritema multiforma,
purpura, fotosensitivitas, urtikaria, skin rash, pruritus,
kutaneus vaskulitis
 Endokrin dan metabolik: hiperglikemia, hiperurisemia,
hipokalemia, hipokloremia, hipokalsemia, gout,
hipomagnesemia, hipernatremia
 Gastrointestinal: mual, muntah, anoreksi, iritasi mulut dan
gaster, diare, konstipasi, pankreatitis, intrahepatik
kolestatik jaundice, ischemia hepatitis
 Genitourinari: spasme kandung kemih, sering kencing
 Hematological: anemia aplastik, trombositopenia,
agranulositisis, anemia hemolitik, leukopenia, anemia,
purpura
 Neuromuskular dan skleletal: spasme otot, lemah
 Otik: gangguan pendengaran, tinitis, tuli
 Renal: vaskulitis, alergi interstitial nefritis, glikosuria, gagal
GFR
 Miscelaneous: anafilaksis, ekisaserbat, lupus eritematosus

Dapat diberikan dengan makanan atau susu, berdiri dengan hati-


hati atau lambat setelah posisi duduk untuk mengurangi rasa
pusing, atau mau jatuh, sebaiknya tidak berdiri pada waktu yang
Instruksi pada pasien cukup lama, obat terakhi untuk sehari diminum agak awal untuk
menghindari sering kensing pada waktu tidur.

CAPTOPRIL

Bentuk sediaan

Dosis Captopril harus diberikan 1 jam sebelum makan. dosisnya


sangat tergantung dari kebutuhan penderita.
Dewasa: Untuk hipertensi, dosis awal: 12,5 mg tiga kali
sehari.
Bila setelah 2 minggu penurunan tekanan darah masih
belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan
menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu
lagi, tekanan darah masih belum terkontrol sebaiknya
ditambahkan obat diuretik golongan thiazide misal
hidroklorotiazide 25 mg setiap hari.
Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval
satu sampai dua minggu. Maksimum dosis captopril
untuk hipertensi sehari tidak boleh lebih dari 450 mg.
Untuk gagal jantung 12,5 - 25 mg tiga kali sehari,
diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari awal terapi
harus dilakukan pengawasan medik secara ketat.
Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal:
ClCr 10-50 ml/menit : diberikan 75% dari dosis normal
ClCr < 10 ml/menit : diberikan 50% dari dosis normal
Diabetik nefropati: 25 mg, 3 kali sehari

Farmakologi / Indikasi Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan


tiazida memberikan efek aditif, sedangkan kombinasi
dengan beta bloker memberikan efek yang kurang aditif.
Untuk gagal jantung, yang tidak cukup responsif atau
tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis, dalam
hal ini pemberian captopril diberikan bersama diuretik
dan digitalis.
Captopril merupakan obat antihipertensi dan efektif
dalam penanganan gagal jantung dengan cara supresi
sistem renin angiotensin aldosteron.
Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja
pada globulin plasma untuk memproduksi angiotensin I
yangbersifat inaktif. ‘Angiotensin Converting Enzyme'
(ACE), akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin
II yang bersifat aktif, dan sekresi aldosteron dalam
konteks adrenal.
Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan
ginjal meretensi natrium dan cairan, serta mensekresi
kalium.
Dalam kerjanya. captopril akan menghambat kerja ACE,
akibatnya pembentukan angiolensin II terhambat, timbul
vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal
mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium.
Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah
dan mengurangi beban jantung, baik 'afterload' maupun
'preload' sehingga terjadi peningkatan kerja jantung.
Vasodilatasi yang timbul tidak menimbulkan refleksi
takikardia

hipersensitif terhadap captopril, angiodema karena terapi


dengan ACE inhibitor sebelumnya, angiodema idiopatik
Kontraindikasi
atau hereditary, stenosis arteri renal bilateral, kehamilan
(trimester 2 dan 3).

Alkohol
Obat anti inflamasi terutama indometacin.
Supplemen potassium atau obat yang mengandung
Interaksi obat
potassium.
Obat-obat berefek hipotensi.

Peringatan Penggunaan pada wanita hamil keamanannya masih


belum terbukti.
Harus diberikan dengan hati-hati pada wanita menyusui,
perlu dihentikan pemberian ASI karena ditemukan kadar
dalam ASI lebih tinggi dari kadar dalam darah ibu.
Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui
keamanannya, sehingga obat ini hanya diberikan bila
tidak ada obat lain yang efektif.
Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena
sensitifitasnya terhadap efek hipotensif. Hati-hati
pemberian pada penderita penyakit ginjal.
Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala
angioedema seperti bengkak mulut, mata, bibir, lidah,
larynx, juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak.
Konsultasikan ke dokter bila menggunakan potassium
supplements, potassium sparing diuretic dan garam-
garam potassium.
Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat
menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau
neonatus, bahkan dapat menyebabkan kematian fetus atau
neonatus.
Apabila pada pemakai obat ini ternyata wanita itu hamil
maka pemberian obat harus dihentikan dengan segera.
Pada kehamilan trimester II dan III dapat menimbulkan
gangguan antaralain: hipotensi, hipoplasi - tengkorak
neonatus, anuria, gagal ginjal reversibel atau irreversibel
dan kematian.
Juga dapat terjadi oligohidramnion, deformasi
kraniofasial, perkem-bangan paru hipoplasi, kelahiran
prematur, perkembanan retardasi intrauteri, potenduktus
ortenosus.
Bayi dengan riwayat di mana selama di dalam kandungan
ibunya mendapat pengobatan menghambat ACE harus
diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya
hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.

Farmakokinetika Onset : 1-1,5 jam, durasi: tergantung dosis, absorbs : 60-


75% menurun 30-40% karena makanan, protein binding :
25-30%, metabolism : 50%, t1/2 eliminasi: dewasa sehat
(1,9 jam), gagal jantung kongestiv (2,06 jam), anuria (20-
40 jam), ekskresi melalui urin.

Adverse Drug Reaction (ADR) Captopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari
pada 0,5% penderita dan pada 1,2% penderita dengan
penyakit ginjal. Dapat terjadi sindroma nefrotik serta
glomerulopati membran pada penderita hipertensi. Karena
proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan
pengobatan, maka penderita sebaiknya melakukan
pemeriksaan protein urin sebelum dan selama 8 bulan
pertama pengobatan. Neutropenia/agranulositosis terjadi
pada kira-kira 0,4% penderita. Efek samping ini terutama
terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Neutropenia ini muncul dalam 1-3 bulan pengobatan.
Pengobatan agar dihentikan sebelum penderita terkena
penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko tinggi
harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan,
setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan
secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-
tanda infeksi akut (demam, laringitis) pemberian captopril
harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk
adanya neutropenia.
Hipotensi, dapat terjadi 1 - 1,5 jam setelah dosis pertama
dan beberapa dosis berikutnya, tapi biasanya tidak
menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing
yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan cairan,
misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam,
dialisis, muntah, diare, dehidrasi, maka hipotensi tersebut
menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan captopril
perlu dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama
pada penderita gagal jantung yang umumnya mempunyai
tensi yang normal atau rendah. Hipotensi berat dapat
diatasi dengan infus garam faal atau dengan menurunkan
dosis captopril atau diuretiknya.
Sering terjadi rash dan pruritus, kadang-kadang terjadi
demam dan eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan
menghilang beberapa hari setelah dosis.

Instruksi pada pasien

33. SYOK

EPINEFRIN

Aerosol untuk inhalasi oral : 0,22 mg/inhalasi (15 mL, 22,5


mL)
Injeksi : 0,3 mg/0,3 mL (1:1000) (2 mL) atau 0,15 mg/0,3 mL
(1:2000) (2 mL)
Bentuk sediaan Injeksi, larutan sebagai hidroklorida : 0,1 mg/mL (1:10.000)
(10 mL); 1 mg/mL (1:1000) (1 mL).
Larutan untuk inhalasi oral sebagai hidroklorida : 1% (10
mg/mL, 1:100) (7,5 mL)

Dosis SC untuk anafilaksis. 0,2 – 0,5 mg (0,2 – 0,5 mL dari


1:1000 larutan aqueous), bila diperlukan dapat dilakukan
pengulangan setiap 10 – 15 menit; jika pemberian secara SC
tidak efektif, maka diberikan secara IV 0,1 – 0,25 mg (1 – 2,5
mL dari 1:10,000) setiap 5 – 15 menit dan bila diperlukan
dapat diikuti dengan infus IV. SC untuk asma dosisnya sama
dengan SC untuk anafilaksis; bila diperlukan dapat dilakukan
pengulangan setiap 20 menit sampai 4 jam sesuai kebutuhan.
SC aqueous suspensi untuk asma. 0,5 – 1,5 mg (0,1 – 0,3
mL dari 1:200), dapat dilakukan pengulangan dengan 0,5 –
1,5 mg tidak lebih cepat daripada 6 jam. IV infusi untuk
suport hemodinamik. Pada awalnya, 1 g/menit (1 mg dalam
500 mL NS atau D5W), penyesuaian terhadap respon
hemodinamik (biasanya 2 – 10 g/menit). Inhalasi (metered
dose) tidak direkomendasikan karena efikasinya rendah dan
durasi aksinyanya sangat pendek.
Populasi Khusus. Dosis Pediatri. SC untuk anafilaksis
atau asma. 0,01 mL/kg/dosis dari 1:1000 larutan aqueous,
sampai batas maksimum 0,5 mL; dapat dilakukan
pengulangan setiap 15 – 20 menit untuk 2 dosis, kemudian
bila diperlukan setiap 4 jam. SC aqueous suspensi untuk
asma. (1 bulan – 12 tahun) 0,005 mL/kg/dosis dari 1:200,
sampai batas maksimum 0,15 mL/dosis untuk anak-anak ≤ 30
kg; pengulangan tidak boleh lebih cepat daripada 6 jam.
Inhalasi untuk croup. 0,25 – 0,5 mL dari 2,25% rasemik
larutan aqueous dilarutkan dalam 1,5 – 4,5 mL NS setiap 1 –
2 jam bila perlu dapat digunakan nebulizer. Sebagai
alternatif, dapat digunakan 5 mL prediluted L-epinephrine
dalam NS (1:1000). IV untuk suport hemodinamik. Pada
awalnya 0,05 – 0,3 g/kg/menit, penyesuaian terhadap respon
hemodinamik; bila dimungkinkan, hidari dosis > 0,3
g/kg/menit, karena berhubungan dengan efek vasokonstriksi.
Dosis Geriatri. Sama seperti dosis pada orang dewasa.

Farmakologi / Indikasi . Alfa / Beta Agonis; Antidot


Untuk terapi bronkospasme, reaksi anafilaksis, tahanan
kardiak, termasuk lokal anastesi untuk menurunkan absorbsi
sistemik, meningkatkan durasi aksi dan mengurangi toksisitas
dari lokal anastesi.
Pemberian secara intra-arteri tidak diperbolehkan karena
dapat menimbulakan vasokonstriksi. Tidak boleh digunakan
bersamaan dengna local anastesi pada jari tangan atau jari
kaki atau selama pemberian anastesi umum dengan
Kontraindikasi hidrokarbon halogen. Kontraindikasi lainnya yaitu:
adrenergik bloker (termasuk fenotiazin) yang menginduksi
hipotensi; shok; cerebral arteriosklerosis, organic heart
disease, narrow-angle glaucoma, labor.

Bretilium, guanetidin, dan antidepresan heterosiklik dapat


mempotensiasi peningkatan respon dari Epinefrin. Oksitosis
yang digunakan untuk kehamilan dapat menyebabkan
keparahan, hipertensi yang berkepanjangan saat digunakan
bersamaan dengan vasopresor. Anastesi hidrokarbon halogen
Interaksi obat
dapat mempengaruhi pasien menjadi aritmia yang serius.
Reaksi hipertensif dapat terjadi saat Epinefrin diberikan
bersamaan dengan adrenergik-bloker nonselektif (contoh:
propranolol, nadolol).

Penggunaan dengan perhatian pada pasien lansia, pasien


dengan DM, penyakit kardiovaskuler (angina, takikardi,
infark miokardium); penyakit tiroid, atau arteriosklerosis
cerebral, Parkinson’s; beberapa produk yang mengandung
Peringatan sulfit sebagai bahan pengawet. Pemberian infus IV cepat
dapat menyebabkan kematian karena pendarahan
cerebovaskuler atau kardiak aritmia. Inhalasi oral dari
Epinefrin, bukan merupakan rute pemberian pilihan.

Farmakokinetika Nasib Obat. Pemberian parenteral berakhir pada uptake oleh


saraf adrenergik. Metabolisme oleh MAO dan COMT. Cl-
nya adalah 2.1–5.3 L/jam/kg. t1/2 kira-kira 1 menit.

ADR yang terjadi antara lain kegelisahan yang berhubungan


dengan dosis obat, ansietas, tremor, kardiak aritmia, palpitasi,
hipertensi, lemah / lesu, pusing dan sakit kepala. Perdarahan
cerebral dapat diakibatkan karena peningkatan tekanan darah
secara tajam oleh karena overdosis. Angina dapat
ditimbulkan saat terjadi coronary insufficiency dan
peningkatan glukosa darah. Nekrosis lokal dapat terjadi
akibat pengulangan injeksi dan toleransi yang terjadi akibat
penggunaan jangka panjang.
Catatan. Jangan menggunakan solutio apabila solutio
berubah warna menjadi coklat atau mengalami presipitasi.
Adverse Drug Reaction (ADR) Lindungi solutio dari cahaya. Solutio inkompatibilitas dengan
natrium bikarbonat, furosemid dan larutan alkali lainnya.
Suspensi memberikan efek lepas lambat; kocok suspensi
dengan baik sebelum digunakan. Inhaler yang tidak
diresepkan hanya memiliki efek sementara karena dosisnya
rendah dan hanya digunakan oleh pasien dengan gejala yang
tidak terlalu sering (kurang dari 1 kali seminggu) dan
menghasilkan total penyembuhan gejala pada pemberian dua
inhalasi. Pemberian parenteral tidak memberikan keuntungan
dibandingkan inhalasi untuk terapi bronkospasme akut.

Instruksi pada pasien

Deksametason
Bentuk sediaan

Dosis Anak-anak : oral, i.m., i.v. (injeksi diberikan dengan sodium sulfat) : 0,08 – 0,3
mg/kg/hari atau 2,5 – 10 mg /m2/hari dibagi setiap 6 – 12
jam
Dewasa : oral, i.m., i.v. (injeksi diberikan dengan sodium sulfat) : 0,75 - 9 mg/
hari dibagi setiap 6 – 12 jam

Antiemetik antiinflamasi, kortikosteroid, kelainan endokrin,


kelainan reumatik, penyakit kolagen, penyakit dermatologis,
Farmakologi / Indikasi
penyakit mata, penyakit saluran pernafasan, kelainan
hematologis.
a. Sensitifitas terhadap deksametason atau komponen lainnya
b. Suntikan ke dalam sendi yang terinfeksi atau yang tidak stabil

Kontraindikasi c. Infeksi fungal sistemik (kecuali dibutuhkan untuk mengontrol reaksi obat
yang diakibatkan oleh amphotericin B)

a. Insulin, hipoglikemik oral : menurunkan efek hipoglikemik


b. Fenitoin, fenobarbital, efedrin : meningkatkan klirens metabolik dari
deksametason, menurunkan kadar steroid dalam darah dan aktivitas
fisiologis.
c. Antikoagulan oral : meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin

Interaksi obat d. Diuretik yang mendeplesi kalium : meningkatkan resiko hipokalemia


e. Glikosida kardiak : meningkatkan resiko aritmia atau toksisitas digitalis
sekunder terhadap hipokalemia
f. Antigen untuk tes kulit : menurunkan reaktivitas
g. Imunisasi : menurunkan respon antibodi

a. Penderita yang dihadapkan kepada stress yang tidak biasa


b. Infeksi : tanda-tanda klinis dapat tersamar, infeksi baru dapat terjadi, dan
resistensi dapat berkurang
c. Kerusakan okular : penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
katarakta subkapsular dan glaukoma disertai kerusakan saraf optik
d. Diet rendah garam dan suplemen kalsium : cukup untuk mengatasi

Peringatan hipertensi, peningkatan retensi garam dan air, dan meningkatkan ekskresi
natrium.
e. Tuberkulosis aktif dan laten atau reaktivitas tuberculin
f. Insufisiensi adrenokortikat sekunder
g. Hipotiroidisme, sirosis hati : dapat memperhebat efek deksametason
h. Tukak lambung dengan kemungkinan perforasi dan perdarahan

Farmakokinetika Onset : cepat

Durasi efek metabolit : 72 jam


Metabolisme : Hepatik

Waktu paruh eliminasi 1,8 – 3,5 jam

Ekskresi : urin dan feses

a. Gangguan air dan elektrolit : retensi natrium, retensi air, kegagalan jantung
kongestif pada penderita yang rentan, kehilangan kalium, alkalosis
hipokalemik, hipertensi.
b. Muskuloskeletal : kelemahan otot, miopati steroid, hilangnya masa otot,
osteoporosis, fraktura kompresi vertebral, nekrosis aseptik kaput femoris
dan humerus, fraktura patologis pada tulang panjang, ruptura tendon.
c. Neurologi : konvulsi, peningkatan tekanan intrakranial disertai papiledema
(pseudotumor serebri), vertigo, sakit kepala.
d. Dermatologi : hambatan penyembuhan luka, kulit menipis dan rapuh,
petechiae dan ecchy moses, eritema fasial, bertambahnya keringat,
Adverse Drug Reaction (ADR) penekanan reaksi terhadap tes kulit, dermatitis alergika, urtikaria, edema
angioneurotik
e. Saluran pencernaan : tukak lambung dengan kemungkinan perforasi dan
perdarahan, pankreatitis distensi abdominal, oesofagitis ulserativa,
peningkatan nafsu makan, mual.
f. Mata : katarakta subkapsular posterior, peningkatan tekanan intraokular,
glaukoma, eksophtalmus.
g. Metabolik : keseimbangan nitrogen yang negatif, pertambahan berat
badan

Instruksi pada pasien

EPINEFRIN (ADRENALIN)
Bentuk sediaan Injeksi I.V 0,1% (sebagai HCl/bitartrat)
Dosis - Bayi dan anak : bradikardia (i.v) 0.01
mg/kg setiap 3-5 menit )max 1mg/10 ml
- Dewasa: asistole (i.v) 1 mg setiap 3-5
menit, bronkodilator (i.m/s.c) 0,1-0,5 mg
tiap 10-15 menit untuk 4 jam

Farmakologi/Indikasi Alfa/beta agonis; pengobatan bronkospama,


reaksi anafilaksis
Kontraindikasi Hipersensitif, aritmia kardiac
Peringatan Digunakan hati-hati pada pasien tua, orang
dengan penyakit diabetes mellitus, penyakit
kardiovaskular
Adverse drug reaction Takikardia, hipertensi, nervousness, headache,
nausea, dikurangi aliran darah ginjal, dyspnea
Farmakokinetik - Onset aksi : bronkodilatasi S.C ~5-10
menit
- Distribusi :melewati plasenta, dalam air
susu
- Metabolisme; dari saraf adenergik dan
dimetabolisme oleh monoamine oksidase
- Ekskresi: urin (sebagai metabolit inaktif)

Interaksi Obat - Peningkatan : ditingkatkan iritasi cardiac


bila digunkan bersama anastesi inhalasi
halogenated, beta-blocking agent, atau
alfa-blocking agent
- Penurunan : dikurangi bronkodilatasi
dengan beta-blocker
Informasi untuk Pasien -

Kalsum karbonat
Bentuk sediaan kapsul, suspensi, tablet, serbuk, tablet kunyah
Dosis  Untuk kebutuhan sebagai makanan:
o 0-6 bulan: 210 mg/hari.
o 7-12 bulan: 270 mg/hari.
o 1-3 tahun: 500 mg/hari.
o 4-8 tahun: 800 mg/hari.
o Dewasa wanita (hamil, menyusui)/ laki-laki:
 9-18 tahun: 1300 mg/hari.
 19-50 tahun: 1000 mg/hari.
 ≥ 50 tahun: 1200 mg/hari.
 Hipokalsemia (dosis tergantung dari kondisi klinikal dan tingkat
kalsium dalam serum) dosis diekspresikan dalam mg elemen
kalsium.
o Neonatus: 50-150 mg/kg/hari terbagi dalam 4-6 kali
penggunaan, tidk melebihi 1 g/hari.
o Anak-anak: 45-65 mg/kg/hari terbagi dalam 4 kali
penggunaan
o Dewasa: 1-2 g atau lebih/hari terbagi dalam 3-4 kali
penggunaan
 Antasid:
o Anak-anak 2-5 tahun (24-47 ibs): elemen kalsium yang
dibutuhkan 161 mg; maksimum 483 mg/24 jam.
o Anak-anak 6-11 tahun (48-95 ibs): elemen kalsium
yang dibutuhkan 322 mg; maksimum 966 mg/24 jam.
o Dosis berdasarkan kapasitas untuk netralisasi asam
dari spesifik produk, biasanya 1-2 tablet atau 5-10 ml
tip 2 jam; maksimum 7000 mg kalsium karbonat/24
jam.
 Suplemen tambahan: Dewasa: 500 mg -2 g terbagi 2-4
kali/hari.
 Osteoporosis: Dewasa >51 tahun 1200 mg/hari.
Penyesuaian dosis untuk pasien dengan kerusakan ginjal: Clcr ,25
mL/menit: penyesuaian dosis sangat bergantung pada tingkat/kadar
kalsium dalam serum.
Farmakologi/Indikasi sebagai antasid, terapi dan pencegahan dari defiiensi kalsium atau
hiperfosfatemia (contoh: oteoporosis, osteomalasia, hipoparatiroidsm,
osteoporosis setelah menopause), telah digunakan untuk mengikat
fosfat.
Kontraindikasi hiperkalsemia, renal calculi, hipofosfatemia, pasien yang suspect
toksisitas digoksin.
Peringatan  penggunaan dapat diikuti dengn peningkatan sekresi asam di
lambung 2 jam setelah penggunaan, dapat terjadi hipoparatiroid
pada pasien yang menerima vitamin D dosis tinggi, hiperkalsemia
dan hiperkalsiuria dapat terjadi ketika adanya perubahan jumlad
dosis terapi.
Adverse drug reaction o gangguan SSP: pusing.
o gangguan pada endokrin dan metabolisme: hipofosfatemia,
hiperkalsemia.
o gangguan pada saluran cerna: anoreksia, muntah, mual,
efek laksatif, nyeri perut.
o Gangguan pada hati: nekrosis sel hati, hepatitis.
o gangguan pada miscellanous: sindrom susu-basa dengan
sangat tinggi, penggunaan dosis untuk kronis
menyebabkan kegagalan ginjal.
Farmakokinetik o Absorpsi: membutuhkan vitamin D, diabsorpsi dalam
larutan dalam bentuk ion; kelarutan ditingkatkan dalam
suasana asam.
o Distribusi: bisa mencapai plasenta dan air susu ibu.
o Ekskresi: paling banyak terdapat di fese (sebagai kalsium
yang tidak dapat diabsorpsi), urin (20%).
Interaksi Obat o Peningkatan efek: kalium dosis tinggi dengn diuretik tiasid
dapat menyebabkab sindrom susu-basa dan hiperkalsimia.
Garam kalsium dapat menurunkan absorbsi T4 . kalsium
asetat berpotensial dalam toksisitas dioksin.
o Penurunan efek: penurunan absorpsi yang signifikan dari
atenolol (dan berpotensial pada beta bloker yang lainnya),
iron, antibiotik golongan kuinolon, alendronat, sodium
fluoride, seng, tetrasiklin. Efek dari pemblok kanal kalsium
(seperti verapamil) berkurang.
Informasi untuk Pasien

34. ANTI ACNE


35. ANTI BAKTERI (TOPIKAL)

BASITRASIN + POLIMIKSIN B
Bentuk sediaan Salep 5 gram
Dosis
Farmakologi / Indikasi Antibakteri
Kontraindikasi
Interaksi obat
Peringatan Hanya untuk penggunaan luar
Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR)
Instruksi pada pasien Dioleskan tipis pada temapt yang sakit

Gentian violet
Bentuk sediaan
Dosis
Farmakologi / Indikasi Untuk aplikasi topical kulit yang utuh
Kontraindikasi
Interaksi obat
Tidak untuk pemakaian pada membrane mukosa atau luka
Peringatan
terbuaka, tidak untuk menandai kulit sebelum pembedahan
Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR) Ulserasi mukosa
Instruksi pada pasien

36. ANTI FUNGI (TOPIKAL)

Gentian violet
Bentuk sediaan
Dosis
Disinfektan kulit, khususnya membersihkan dan menghilangkan
Farmakologi / Indikasi luka tertutup

Tidak dianjurkan untuk aplikasi pada luka terbuka, tidak


Kontraindikasi diperbolehkan untuk menandai kulit senelum pembedahan.

Interaksi obat
Peringatan Menodai pakaian dan kulit
Farmakokinetika

Ulserasi mukosa
Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

natrium tiosulfat
Bentuk sediaan cairan 25%, btl 30 ml
Dosis
Farmakologi / Indikasi
Kontraindikasi keracunan sianida (digunakan bersama natrium nitrit)
Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien


Framisetin
Bentuk sediaan
Dosis
 Infeksi kulit bacterial
Farmakologi / Indikasi
 Infeksi bacterial pada otitis eksterna
 Sensitisasi, pada pengguanaan daerah luas,
kemungkinan dapat terjadi ototoksisitas khususnya
pada anak, geriatric dan pasien dengan kerusakan
ginjal
Kontraindikasi
 Hindari pemakaian yang berkepanjangan, ada
kemungkinan ototoksisitas bila ada perforasi gendang
telinga
 Kehamilan dan menyususi
Interaksi obat
 Sensitisasi, pada pengguanaan daerah luas,
kemungkinan dapat terjadi ototoksisitas khususnya
pada anak, geriatric dan pasien dengan kerusakan
ginjal
Peringatan
 Hindari pemakaian yang berkepanjangan, ada
kemungkinan ototoksisitas bila ada perforasi gendang
telinga
 Kehamilan dan menyususi
Farmakokinetika
 Sensitisasi, pada pengguanaan daerah luas,
kemungkinan dapat terjadi ototoksisitas khususnya
pada anak, geriatric dan pasien dengan kerusakan
ginjal
Adverse Drug Reaction (ADR)
 Hindari pemakaian yang berkepanjangan, ada
kemungkinan ototoksisitas bila ada perforasi gendang
telinga
 Kehamilan dan menyususi
Instruksi pada pasien
Antifungi DOEN
Bentuk sediaan salep, pot 30 g
Dosis digunakan dengan dioleskan 2 kali sehari
ringworm (tinea). Infeksi ringworm, termasuk tinea pedis,
memadai diobati dengan sediaan topical, imidazol klotrimazol,
ekonazol, mikonazol, dan sulkonazol semua efektif dan biasa
digunakan. Ringworm di kuku (tinea unguinum) dan ringworm
kulit kepala (T. capitis) diobati sistemik. Amorolfine suatu antifungi
baru yang berbeda secara kimia dari antijamur lain dan juga
Farmakologi / Indikasi
bekerja terhadap jamur. Tersedia sebagai krim untuk infeksi jamur
di kulit dan lacquer untuk infeksi jamur kuku. Kombinasi salep
asam benzoate (Whitfield’s salep) juga cukup efektif tetapi secara
kosmetis kurang dapat diterima dibandingkan sediaan dengan
nama danga, juga jarang digunakan. Sediaan undesilenat kurang
efektif untuk pengobatan infeksi ringworm
Kontraindikasi
Interaksi obat
untuk kulit luka atau inflamasi. Toksisitas salisilat, bila area yang
Peringatan besar dari kulit diobati, toksisitas salisilat mungkin dapat
berbahaya.
Farmakokinetika
reaksi hipersensitivitas,kering, iritasi, efek sistemik setelah
Adverse Drug Reaction (ADR)
penggunaan secara luas
Instruksi pada pasien

37. ANTI INFLAMASI

Betametason
Bentuk sediaan
berikan tetes mata tiap 1-2 jam sampai keadaan terkendali
Dosis kemudian kurangi frekuensi, salep 2-4 kali tiap hari, atau pada
malam hari bila digunakan bersama tetes mata.
Farmakologi / Indikasi pengobatan local inflamasi (jangka pendek)
Kontraindikasi
Interaksi obat
kortiosteroid tpikal lazimnya digunakan di bawah pengewasan
ahli; tidak boleh diresepkan untuk “mata merah” yang belum
didiagnosis.Ada dua bahaya utama dari kortikosteroid topical.
Pertama “amata merah” dapat diakibatkan oleh virus herpes
simpleks yang menimbulkan ulkus dendritik; kortikosteroid
memperburuk kondisi yang dapat berakhir pada hilangnya
Peringatan pengelihatan atau bahkan hilangnya mata. Kedua, akibat dari
formulasi tetes mata, dapat timbul “glaukoma steroid” setelah
pengobatan beberapa minggu pada pasien yang cenderung
mendapat glaucoma simpleks kronis. Penggunaan produk
kombinasi yang mengadung kortikosteroid dengan anti infeksi
jarang dibenarkan.

Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

38. ANTI SKABIES

Gameksan
Krim 1 %
Bentuk sediaan - Botol : 30 ml

Dosis
Sebagai antiskabies dan pedikulosis
Farmakologi / Indikasi
Hipersensitivitas
Kontraindikasi

Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika
Menimbulkan sensasi terbakar, gatal, eritem, hipertensi yang
Adverse Drug Reaction (ADR) sanat ringan, dan sementara

Catatan
Sebagai alternatif salep 2-4 kali, tidak digunakan pada kulit
Instruksi pada pasien yang banyak lukanya, dan tidak digunakan pada anak dibawah
12 tahun

Fenol cair ( kaustik )

Bentuk sediaan
Dosis
Fenol cair adalah fenol dalam bentuk cair yang
mengandung lebih kurang 10 % air. Mengandung tidak
Farmakologi / Indikasi kurang dari 89,0 % C6H6O. Perhatian : hindarkan kontak
dengan kulit, karena dpat membakar kulit.

Kontraindikasi
Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

Fenol cair ( kaustik )

Bentuk sediaan
Dosis
Farmakologi / Indikasi Fenol cair adalah fenol dalam bentuk cair yang
mengandung lebih kurang 10 % air. Mengandung tidak
kurang dari 89,0 % C6H6O. Perhatian : hindarkan kontak
dengan kulit, karena dpat membakar kulit.

Kontraindikasi
Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

PERAK NITRAT

Bentuk sediaan
Dosis
Farmakologi / Indikasi
Kontraindikasi
Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

Perak nitrat yang telah diserbukkan dan dikeringkan dalam gelap di atas sislika gel P selama 4
jam, mengandung tidak kurang dari 99.5 % dan tidak lebih dari 100.5 % AgNO 3.
Pemerian : hablur, tidak berwarna atau putih, bila dibiarkan terpapar cahaya dengan
adanya zat anorganik, menjadi berwarna abu-abu atau hitam keabu-abuan, pH larutan  5.5
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, terlebih dalam air mendidih, agak sumar larut
dalam etanol, mudah larut dalam etanol mendidih, sumar larut dala meter.
Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya.
39. KERATOLITIK

ASAM SALISILAT
 Salep 2%, pot 30 g
 Salep 5%, pot 30 g
Bentuk sediaan
 Salep 10%, pot 30 g

Dosis

Farmakologi / Indikasi

Kontraindikasi

Interaksi obat

Peringatan hindarkan kontak dengan mulut, mata, membran mukosa.

Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR) iritasi lokal.

Instruksi pada pasien

Coal tar

Bentuk sediaan

Dosis

Farmakologi / Indikasi Coal tar digunakan pada psoriasis dan eksim atopik kronik.
Formulasi dan kekuatan yang dipilih tergantung daari
penerimaan pasien dan keparahan kondisisnya. Lebih teabl
sisik eksim atau psoriasis maka lebih kuat konsentrasi coal
tar yang diperlukan. Memiliki aksi antinflamasi yang
digunakana pada chronic plaque psoriasis; juga memiliki aksi
antiscaling. Crude coal tar (coal tar, BP) memiliki bentuk
paling efektif pada konsentrasi 1 - 10% dalam basis soft
paraffin , tetapi beberapa pasien menlamai toleransi pada
bau dan mess. Kontak coal tar dengan kulit tidak terlalu
membahayakan kulit, dan dapat digunakan secara luas
dengan lesi yang kecil. Iritasi, alergi, dan sterile folliculitis
bisa terjadi. Ekstrak tar yang lebih lembut dapat digunakan
oada wajah dan lipatan.

Kontraindikasi

Interaksi obat

Peringatan

Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

PODOFILIN:

Bentuk sediaan
Kutil genital eksternal diaplikasikan secara mingguan pada klinik
genitourinari

Informasi penting:
Dosis
Harus diberikan pada tempat aplikasi tidak lebih lama dari 6 jam
kemudian dibersihkan.

Digunakan kutil anogenital eksternal nonkeratinis


Farmakologi / Indikasi

Kontraindikasi Untuk ibu hamil dan menyusui, dan anak-anak


Interaksi obat
Tidak untuk kulit normal, luka yang terbuka, jauhkan dari wajah,
dapat menyebabkan iritasi pada mata
Peringatan

Farmakokinetika
Menyebabkan iritasi pada tempat aksi, toksisitas sistematik berat
termasuk pada gastrointestinal, renal, hematologikal, efek SSP.
Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

BEDAK SALISIL

Bentuk sediaan

Dosis

meringankan gatal pada kulit karena biang keringat


Farmakologi / Indikasi
dan sengatan matahari

Kontraindikasi

Interaksi obat

Peringatan

Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction


(ADR)

Instruksi pada pasien

Levertan
Bentuk sediaan Salep kulit 5 %.

Dosis

salep yang digunakan untuk kasus luka bakar ringan. Tidak


Farmakologi / Indikasi
digunakan untuk kasus luka bakar yang parah.

Kontraindikasi

Interaksi obat

Peringatan

Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

Liquor Carbonis Detergents


Bentuk sediaan
Dewasa : 1-2 kali sehari
Dosis
Anak-anak : konsultasi dengan dokter
Untuk menangani eksim, psoriasis,dermatitis seborrheic, dan penyakit kulit lain.

Antipsoriatic, topical

Farmakologi / Indikasi Antiseborrheic

Keratolytic, topical

Sensitif terhadap liquor carbonis detergents, luka terbuka, inflamasi akut, dan kulit yang
terinfeksi
Kontraindikasi

Interaksi obat Liquor carbonis detergents jika digunakan bersama dengan methoksalen atau trioksalen
akan menimbulkan efek fotosensitisasi
Menurut FDA liquor carbonis detergents memiliki kategori
C untuk ibu hamil.

Liquor carbonis detergents dapat terdistribusi ke dalam


ASI.
Peringatan
Pada geriatri dan pediatri harus dikontrol atau konsultasi
dengan dokter karena pada kelompok umur ini memiliki
kemungkinan lebih besar untuk terjadi efek samping

Farmakokinetika

folliculitis, allergi, iritasi dermatitis, pustular atau respon keratocystic, iritasi kulit
Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

FIQUOR FABERI
Bentuk sediaan Equor
Equor ditambah mentol 0,5 %
Equor ditambah mentol 0,1 %
Dosis - Bayi dan anak :
- Dewasa:

Farmakologi/Indikasi
Kontraindikasi Hipersensitif,
Peringatan
Adverse drug reaction
Farmakokinetik - Onset aksi :
- Distribusi :
- Metabolisme;
- Ekskresi: urin (sebagai metabolit inaktif)

Interaksi Obat - Peningkatan :


- Penurunan :
Informasi untuk Pasien -

40. LARUTAN ELEKTROLIT

Oralit

Oralit ( generic) serbuk (B)

Alphatrolit (pharmax apex) serbuk (B)

Aqualite (prafa) cairan (B)


Bentuk sediaan
Bioralit (indofarma) serbuk (B)

Corsalit (corsa) serbuk (B)

Sebuk dilarutkan dalam 200 ml atau 1 gelas air matang

Dosis hangat

Untuk pengobatan gastroenteritis ringan, biasanya tidak


diperlukan antibakteri, kram abdomen dan menyertai diare
Farmakologi / Indikasi
tetapi idak boleh digunakan sebagai pengobatan utama.

Kontraindikasi

Interaksi obat

Peringatan

Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR)


Instruksi pada pasien

NATRIUM BIKARBONAT
Bentuk sediaan Tablet 500 mg
Dosis
Farmakologi / Indikasi
Kontraindikasi
Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR)
Instruksi pada pasien

Natrium klorida
Intravena infuse natrium klorida kekuatan biasa 0,9% (9g,
150 mmol tiap Na dan Cl/liter)kekuatan ini diberikan bila yang
Bentuk sediaan
diminta larutan garam normal untuk injeksi. Ampul 2 ml, 5ml,
10 ml, 20 ml, 50 ml
Pada defisit berat dari 4 hingga 8 liter, 2-3 liter natrium klorida
Dosis isotonik dapat diberikan dalam 2-3 jam, kemudian infus dapat
diperlambat
Untuk kehilangan natrium yang dapat timbul dari keadaan
Farmakologi / Indikasi
seperti gastroenteritis, ketoasidosis diabetic, ileus, dan asites
Kontraindikasi
Interaksi obat
Batasi asupannya pada gangguan fungsi ginjal, gagal
jantung, hipertensi, udem perifer dan paru-paru, toksemia
kehamilan
Peringatan Istilah garam normal (normal saline) tidak boleh digunakan
untuk menjelaskan infuse natrium klorida 0,9% intravena,
istilah garam fali dapat diterima tapi lebih baik diberikan
komposisinya (yaitu infus natrium klorida 0,9% intravena)
Farmakokinetika
Pemberian dosis besar dapat menyebabkan penumpukan
Adverse Drug Reaction (ADR)
natrium dan udem
Instruksi pada pasien
RINGER LAKTAT
Bentuk sediaan Injeksi iv ringer laktat 500-1000 ml
Dewasa dan anak-anak (pediatri) : dosis tergantung
Dosis
individu berdasarkan berat badan, umur, dan kondisi pasien
Farmakologi / Indikasi
Dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami kerusakan
ginjal, pemakaiannya harus hati-hati pada pasien dengan
Kontraindikasi
kerusakan hati, disfungsi renal, hipoproteinemia, atau edema
paru, dan wanita hamil
Interaksi obat Tidak terjadi secara signifikan
Peringatan
Absorpsi : pemberian iv
Distribusi : secara luas
Farmakokinetika Metabolisme : tidak signifikan
Ekskresi : urine (paling banyak) dan feses (sedikit)
Waktu paruh : tidak diketahui
Adverse Drug Reaction (ADR) Kelebihan cairan, ketidakseimbangan elektrolit
Instruksi pada pasien

Air untuk injeksi


ktk 1 amp/vial 10 ml
Bentuk sediaan
Ktk 1 amp/vial 20 ml
Dosis
Farmakologi / Indikasi
Kontraindikasi
Interaksi obat
Air digunakan tanpa catatan berarti air yang diambil langsung dari
sumber air umumyang boleh diminum atau air segar yang didihkan
dan didinginkan. Yang terakhir ini harus digunakan bila sumber air
Peringatan
umum dari tanki local atau bila ait minum kran tidak cocok untuk
sediaan tertentu (aquadestilata untuk injeksi. Air yang digunakan
adalah aquabides.
Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR)
Instruksi pada pasien

41. OBAT MATA

Azetazolamida
Bentuk sediaan
Dosis Oral atau injeksi intravena 0,25-1g/hari dalam dosis terbagi.
Menghambat karbonik anhidrase sehingga mengurangi bikarbonat
dalam cairan bola mata dan air mata yang disekresi bersama
Farmakologi / Indikasi
dengan akibat turunnya tekanan intraokuler.

Hindari pada kerusakan ginjal yang berat, kehamila, tidak


dianjurkan pada pengobatan lama tetapi bila diberikan diperlukan
Kontraindikasi pemeriksaan hitung, jenis darah, hindari ekstravasasi pada tempat
injeksi

Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika
Parastesia, hipokalemia, berkurangnya nafsu makan, rasa
mengantuk dan depresi terutama pada pasien usia lanjut, bintik-
Adverse Drug Reaction (ADR)
bintik merah pada kulit dan kelainan darah jarang terjadi dan
seperti dilaporkan dapat terjadi batu ginjal.
Instruksi pada pasien

Tetrakain

Bentuk sediaan
Dosis
anestetik local yang efektif untuk aplikasi topical; jel 4 %
Farmakologi / Indikasi
diindikasikan untuk anetesia sebelum punksi atau kanulasi vena.
Kontraindikasi
Interaksi obat
obat diserap cepat dari membrane mukosa dan tidak boleh
diberikan pada permukaan yang meradang, trauma atau yang
vaskuleritasnya tinggi.
Peringatan Absorbsi cepat dan ekstensif dapat menimbulkan efek samping
sisemik.

Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR) ertemia, udema, pruritus

Instruksi pada pasien

Oksitetrasiklin

Bentuk sediaan Salep mata 1% HCl (tube 3,5 g)

Oleskan 4-6 kali/hari


Dosis
Untuk pengobatan infeksi mata superfisial pada konjungtiva
Farmakologi / Indikasi dan/ kornea

Kontraindikasi
Interaksi obat
Pertumbuhan berlebihan dari bakteri yang tidak peka
Peringatan

Farmakokinetika
Reaksi alergi
Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

Tetrasiklin (
Bentuk sediaan
Oleskan 1-3 kali sehari
Dosis

Farmakologi / Indikasi infeksi kulit bacterial


Kontraindikasi
Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika
Reaksi hipersensitif local
Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

ATROPIN
Bentuk sediaan
 Neonatus, < 0.1 mg yang disesuaikan dengan
paradoxical bradikardi
 Anak, 0.5% solution, 1-2 drops dua kali sehari
 Dewasa, < 0.5 mg yang disesuaikan dengan paradoxical
bradikardi
Pada kasus keracunan organofosfat dan karbamat,
Dosis dosisnya 1-2 mg / 10-20 menit secara i.v. sampai efek
atropin dapat diamati, dilanjutkan setiap 1-4 jam
dengan dosis yang sama selama 24 jam, sampai 50 mg
pada 24 jam pertama, dan 2 g pada hari-hari
selanjutnya untuk intoksikasi
Untuk gangguan GI, dosis oral 0.4-0.6 mg / 4-6 jam

sebagai pengobatan pra-operasi untuk menghambat


sekresi dan sailvasi, pengobatan simptomatik sinus
bradikardia, antidot dalam keracunan pestisida
organofosfat, menyebabkan midriasis dan siklopelgia
Farmakologi / Indikasi
untuk pengobatan retina, AV block (nodal level), uveltis,
asistol ventricular, pengobatan gangguan pada
gastrointestinal, seperti peptic ulcer, hipermotilitas colon.

Kontraindikasi hipersensitiv terhadap atropine atau komponen yang


terdapat di formulasi, ada adhesi antara iris dan lensa,
takikardia, obstruksi GI, paralitik ileus, penyakit hati,
obstruksi uropathy, penyakit ginjal, asma, myasthenia
gravis, narroeangle glaucoma.
 Meningkatkan efek / toksisitas, bila berinteraksi
dengan amantadin, antihistamin, fenotiazin, obat-obat
TCA.
 Menurunkan efek
Interaksi obat beberapa fenotiazin bertindak sebagai antagonis,
levodopa, obat-obat dengan mekanisme kolinergik
akan menurunkan efek antikolinergik dari atropin,
seperti metoklopramid, cisaprid, butanechol.

Peringatan
Menghambat aksi ACh (asetilkolin) pada sisi parasimpatik
di otot polos, kelenjar sekresi, dan SSP; meningkatkan
Farmakokinetika
cardiac output; antagonis histamin dan serotonin.

Adverse Drug Reaction (ADR)  > 10%


Dermatologik : kering, kulit terasa panas
Gastrointestinal : motilitas GI, mulut kering,
konstipasi
Lokal : iritasi pada tempat injeksi
Pernapasan : hidung terasa kering
Miscellaneous : diaforesis
 1% - 10%
Dermatologik : meningkatkan
sensitivitas terhadap sinar
Endokrin dan metabolik : menurunkan aliran air
susu
Gastrointestinal : dispagia
 < 1%
ataksia, bradikardi, sakit kepala, hipotensi, palpitasi,
pandangan kabur, takikardi, hilang ingatan, halusinasi,
fatigue, mydriasis, takikardi pada ventrikular
Overdosis / simptom toksikologi
pupil tidak bereaksi, pandangan kabur, kulit terasa kering
dan panas, membran mukosa terasa kering, susah
menelan, retensi urin, takikardi, hipertensi, hiperthemia,
meningkatnya kecepatan pernapasan.

Instruksi pada pasien

PILOKARPIN
 tetes mata 2% (HCl / netral) botol 5 ml
Bentuk sediaan  tetes mata 4% (HCl / netral) botol 5 ml

Glaukoma. 1-2 tetes 6 kali per hari. Oral. 5 mg 3 kali sehari. Pada
Dosis
pasien gangguan hepar, 5 mg 2 kali sehari.

Farmakologi / Indikasi
 hipersensitivitas terhadap pilokarpin, penyakit
inflamasi akut pada mata; asma, glaukoma angle-closure,
Kontraindikasi
penyakit hati berat.

efeknya akan meningkat bila diberikan bersama dengan beta


Interaksi obat blocker, namun efeknya akan menurun bila diberikan bersama
dengan antikolinergik (atropin).

 hati-hati pada pasien abrasi kornea, CHF, asma,


peptik ulcer, obstruksi saluran kemih, penyakit Parkinson,
Peringatan
atau glaukoma narrow-angle.

Farmakokinetika  waktu onset 10-30 menit pada sediaan mata, dan


20 menit pada pemberian oral. Waktu durasi 4-8 jam pada
sediaan mata, dan 3-5 jam pada pemberian oral. Waktu
paruh eliminasi pada pemerian secara oral adalah 0.76-
1.35 jam, meningkat pada pasien dengan kerusakan hepar.
Obat ini akan diekskresi di dalam urin.
 hipertensi, takikardi, diare, mual, muntah, salivasi,
Adverse Drug Reaction (ADR) rasa terbakar, bronkialspasme, pulmonary edema.

Instruksi pada pasien

Metilergometrin

Tablet salut 0.125 mg (maleat) klg 100 tab; injeksi 0.200


Bentuk sediaan mg/ml, kotak 100 amp @1ml

Untuk mencegah pendarah pasca salin, ergometirn 500mcg.


Pasien beresiko tinggi pendarahan, dianjurakn penyuntikan
intravena ergometrin 125-250 mcg. Pada persalinan tanpa
Dosis
komplikasi, pendaraahn ringan dapat diatasi dengan
pemberian oral 3 kali 500 mcg per hari selama 3 hari

Farmakologi / Indikasi Penghentian pendarahan pada abortus inkomplit.

Kala 1 dan 2 persalinan, penyakit vascular, penyakit jantung


berat, gangguan fungsi paru, gangguan fungsi hati atau ginjal
Kontraindikasi
yang berat, sepsis, hipertensi berat, eklamsia.

Efek ergometrine pada parturient uterus dikuransi oleh


Interaksi obat halothane

Hipertensi, penyakiti jantung, gangguan fungsi hati dan ginjal,


Peringatan kehamilan ganda, porfiria

Farmakokinetika

Adverse Drug Reaction (ADR) Mual, muntah, sakit keapla, pusing, tinnitus, nyeri dada, nyeri
perut, palpitasi, dispneu, bradikardia, hipertensi selintas,
vasokonstriski, stroke, infark miokaard, udem paru.

Instruksi pada pasien

42. OKSITOSIK dan RELAKSAN UTERUS

OKSITOSIN:

Bentuk sediaan

 pemberian untuk menginduksi kontraksi uterus saat


melahirkan: iv: 0,001-0,002 unit/menit, ditingkatkan 0,001-
0,002 unit setiap 15-20 menit hingga kontraksi, dosis
maksimum tidak melebihi 20miliunit/menit.
Dosis
 Dosis untuk perdarahan postpartum: im: total dosis 10 unit
setelah pemberian; iv: 10-40 unit dengan infusi dalam
1000 ml infus.

Sebagai agen oksitosik yang digunakan untuk menginduksi


kontraksi otot rahim saat melahirkan dan menghambat terjadinya
Farmakologi / Indikasi perdarahan postpartum.

Hipersensitivitas terhadap oksitosin atau salah satu komponen


dalam formulasi, disproporsi cefalopelvic, posisi janin yang kurang
pas, gangguan janin, uterus yang hipertonis atau hiperaktif, tidak
Kontraindikasi boleh diberikan malalui vaginal, prolapse, total plasenta previa,
vasaprevia.
Interaksi obat
Dapat menyebabkan efek antidiuresis, dosis tinggi tau
hipersensitivitas terhadap oksitosin dapat menyebabkan
hipertonisitas uterin, spasme, kontraksi tetanik, urptur oterus,
Peringatan kejang, koma, kematian karena pemberian secara infusi lambat
lebih dari 24 jam.

Onset: uterin kontraksi: iv 1 menit

Durasi: < 30 menit

Metabolisme: terjadi secara cepat melalui hepardan memalui


plasme (oksitisonase), dalam jumlah kecil melalui air susu
Farmakokinetika

T1/2 eliminasi: 1-5 menit

Ekskresi: urin

 Janin: aritmia, bradikardi, kerusakan otak, kamatian,


hipoksia, perdarahan intrakarnial, jaundice pada neonatal.
 Maternal: reaki anafilaksis, aritmia, koma, kematian, fatal
Adverse Drug Reaction (ADR) afibrinigenemia, hipotansi, peningkatan kehilangan darah,
mual, pelvic hematoma, perdarahan postpartum, muntah,
takikardi.

Instruksi pada pasien

MAGNESIUM SULFAT
Bentuk sediaan

Dosis 4,5 mg/kg dengan dosis maksimal per hari 350-400mg


untuk pria dewasa dan 280-300 mg untuk wanita dewasa.
Selama hamil dosisnya 300 mg dan menyusui dengan dosis
355 mg.
Hipomagnesemic:
Neonatus : IV : 25-50 mg/kg/dosis setiap 8-12 jam untuk
2-3 dosis
Anak-anak: IM, IV : 25-50 mg/kg/dosis setiap 4-6 jam
untuk 3-4 dosis, dosis tunggal maksimum 2000 mg
Dewasa: IM, IV : 1 g setiap 6 jam untuk 4 dosis,
Hipomagnesemic yang berat : 8-12 g dalam dosis terbagi.

mencegah dan mengobati kejang hipomagnesemic,


mencegah atau mengontrol kejang pada preeklamsia atau
eklamsia, nefritis akut pediatric, treatment konstipasi dan
cardiac aritmia yang disebabkan oleh hipomagnesemic.
Farmakologi / Indikasi
: magnesium sulfat memiliki efek depresan respiratori dan
CNS. Secara perifer, menyebabkan vasodilatasi, dan dosis
tinggi menyebabkan hipotensi. Mencegah atau mengontrol
kejang dengan mengeblok transmisi neuromuscular

: gagal jantung, gagal ginjal, kerusakan miokardial,


Kontraindikasi hepatitis.

Efek depresi meningkat jika diberikan dengan


Interaksi obat antidepresan, antipsikotik, barbiturate, anestesi, hipnotik,
narkotik.
monitor kadar magnesium dalam darah, kecepatan
Peringatan respirasi, refleks tendon, dan fungsi ginjal.

Onset: IM = 1 jam, IV = segera; durasi IM = 3-4 jam, IV =


Farmakokinetika 30 menit; ekskresi melalui urin.

hipotensi, depresi, diare,


Adverse Drug Reaction (ADR)
hipokalsemia,drowsiness,diaphoresis, hipotermia

Instruksi pada pasien

43. ANTI ANSIETAS

DIAZEPAM

Gel rektal :
Pediatric rektal tip (4,4 cm): 5 mg/ml, (2,5 mg, 5 mg)
Delivery system :
10 mg : rektal tip untuk pediatric / dewasa (4,4 cm): 5
mg/ml (set dosis 5 mg, 7,5 mg dan 10 mg)

Bentuk sediaan 20 mg : rektal tip dewasa (6 cm): 5 mg/ml (set dosis


10 mg, 12,5 mg, 15 mg, 17,5 mg dan 20 mg)
Injeksi, solution : 5 mg/ml (2 mL, 10 mL)
Solution, Oral : 5 mg/5 mL (5 mL, 500 mL)
Solution, Oral konsentrat : 5 mg/mL (30 mL)
Tablet : 2 mg, 5 mg, 10 mg.

Dosis Absorbsi. Oral : 85 – 100 %, lebih baik daripada rute i.m.


Ikatan dengan protein plasma : 98%. Metabolisme : terutama
di hepar. t1/2 eliminasi : Obat induk : Dewasa : 20 – 50 jam;
t1/2 meningkat pada neonates, lansia, dan penderita dengan
gangguan hepar berat; Metabolit aktif mayor
(desmetildiazepam): 50 – 100 jam, dapat menjadi lebih lama
pada neonates.
Dosis. Absorbsi obat lebih baik pada pemberian secara oral
dibandingkan i.m.
Anak-anak :
Efek sedatif yang disengaja sebagai prosedur : Oral : 0,2 –
0,3 mg/kg (maksimum : 10 mg) 45 – 60 menit
sebelum pelaksanaan prosedur.
Sedatif / relaksan otot / ansietas :
Oral : 0,12 – 0,8 mg/kg/hari pada dosis terbagi setiap
6 – 8 jam.
IM, IV : 0,04 – 0,3 mg/kg/dosis setiap 2 – 4 jam dan
maksimum dosis (bila diperlukan) adalah 0,6 mg/kg
dalam jangka waktu 8 jam.
Status epileptikus :
Bayi usia 30 hari sampai 5 tahun : IV : 0,05 – 0,3
mg/kg/dosis diberikan di atas 2 – 3 menit, setiap
15 – 30 menit hingga total dosis maksimum yaitu
5 mg: bila perlu dilakukan pengulangan setiap 2- 4
jam atau 0,2 – 0,5 mg/dosis setiap 2 – 5 menit
hingga total dosis maksimum yaitu 5 mg.
>5 tahun : IV : 0,05 – 0,3 mg/kg/dosis diberikan di
atas 2 – 3 menit, setiap 15 – 30 menit hingga total
dosis maksimum yaitu 10 mg: bila perlu dilakukan
pengulangan setiap 2- 4 jam atau 1 mg/dosis
diberikan di atas 2 – 3 menit, setiap 2 – 5 menit
hingga total dosis maksimum yaitu 10 mg.
Rektal : 0,5 mg/kg dan kemudian bila diperlukan 0,25
mg/kg dalam 10 menit.
Antikonvulsan (terapi akut) : gel rektal :
Infants < 6 bulan : tidak direkomendasikan
Anak – anak < 2 tahun : bekum ada studi lanjut
tentang keamanan dan efikasinya.
Anak – anak 2 – 5 tahun : 0,5 mg/kg
Anak – anak 6 – 11 tahun : 0,3 mg/kg
Anak – anak ≥ 12 tahun : 0,2 mg/kg
Catatan : dosis hendaknya diputar terhadap dosis di
atasnya yaitu 2,5; 5; 10; 12,5; 15; 17,5; dan 20
mg/dosis; bila diperlukan dosis dapat diulang setiap 4
– 12 jam; jangan digunakan untuk lebih dari 5 episode
setiap bulannya atau > 1 episode setiap 5 hari.
Anak remaja : Efek sedatif yang disengaja sebagai prosedur :
Oral : 10 mg
IV : 5 mg, bila diperlukan dapat diulangi dengan ½ dosis.
Dewasa :
Antikonvulsan (terapi akut) : gel rektal : 0,2 mg/kg
Catatan : dosis hendaknya diputar terhadap dosis di
atasnya yaitu 2,5; 5; 10; 12,5; 15; 17,5; dan 20
mg/dosis; bila diperlukan dosis dapat diulang setiap 4
– 12 jam; jangan digunakan untuk lebih dari 5 episode
setiap bulannya atau > 1 episode setiap 5 hari.
Ansietas / sedatif / relaksan otot rangka :
Oral : 2 – 10 mg 2 – 4 kali/hari.
IM, IV : 2 – 10 mg, bila diperlukan dapat diulang
setiap 3 – 4 jam.
Sedatif pada pasien ICU : IV : 0,03 – 0,1 mg/kg setiap 30
menit hingga 6 jam.
Status epileptikus : IV : 5 – 10 mg setiap 10 – 20 menit,
hingga 30 mg dalam periode 8 jam; bila diperlukan
dapat diulang dalam 2 – 4 jam.
Menenangkan dengan cepat pasien gelisah (pemberian
setiap 30 – 60 menit): Oral : 5–10 mg; rata-rata total
dosis yang digunakan untuk menenangkan : 20 – 60
mg
Lansia :
Antikovulsan : gel rektal : tergantung dari peningkatan t1/2
pada lansia dan pasien yang lemah, memerlukan
pengurangan dosis.
Ansietas : Oral : permulaan : 1 – 2 mg 1 – 2 kali/hari;
dilakukan peningkatan dosis bila diperlukan, jarang
digunakan > 10 mg (perhatikan efek hipotensi dan
sedasi berlebihan).
Relaksan otot rangka : Oral : permulaan : 2 – 5 mg 2 – 4
kali/hari.
Pengaturan dosis pada gangguan hepar : pengurangan dosis
sebanyak 50 % pada sirosis dan dihindari pada penyakit
hepar akut / kronis.

Terapi gangguan ansietas, gejala penarikan etanol, relaksan


Farmakologi / Indikasi otot rangka, terapi gangguan konvulsif.

Penderita glaucoma narrow-angle akut; hipersensitivitas


terhadap protein kedelai (injeksi diazepam emulsi); tidak
Kontraindikasi diberikan pada anak-anak usia < 6 bulan (oral, gel rektal)atau
usia < 30 hari (parenteral); wanita hamil.

Interaksi obat Pemakaian bersamaan dengan depresan SSP lainnya akan


berpotensi mengakibatkan sedasi. Inhibitor CYP2C19
(misalnya : flukonazol, fluvoxamin, isoniazid, omeprazol)
akan meningkatkan efek dari Diazepam. Inhibitor CYP3A4
(misalnya eritromisin, quinidin, diklofenak, claritromisin)
akan meningkatkan efek dari Diazepam. Induksi CYP2C19
(misalnya : aminoglutethimid, karbamasepin, fenitoin,
rifampin) akan menurunkan efek dari Diazepam. Induksi
CYP3A4 (misalnya : carbamasepin, fenitoin,
aminoglutethimid, fenobarbital) akan menurunkan efek dari
Diazepam.

Peringatan

Farmakokinetika

Obat ini dapat menimbulkan kantuk dan mengakibatkan


tertidur. Tidak boleh melebihi dosis yang telah diresepkan
dan penggunaannya perlu diperhatikan pada saat mengemudi,
mengoperasikan mesin, atau kegiatan lainnya yang
membutuhkan kesiagaan mental. Hindari penggunaan
bersamaan dengan alkohol ataupun obat lainnya yang dapat
menimbulkan kantuk ataupun tertidur. Jangan hentikan terapi
secara mendadak, melainkan terapi harus dikurangi secara
perlahan. Dosis yang Hilang. Jika Anda lupa meminum satu
dosis, minumlah obat sesegera mungkin. Tetapi apabila
Adverse Drug Reaction (ADR)
kelalaian ini hampir mendekati saat minum dosis berikutnya,
lampauilah dosis sebelumnya tersebut dan kembali ke aturan
pakai semula. Jangan meminum dosis dobel ataupun ekstra.
Efek yang sering terjadi antara lain mengantuk, pusing,
ataksia dan disorientasi; Anterograde amnesia. Kadang kala
terjadi agitasi dan perangsangan (perubahan libido). Pada
terapi parenteral, kadang kala terjadi hipotensi dan depresi
respirasi. Efek terhadap gastrointestinal antara lain perubahan
dalam salivasi, konstipasi, diare dan nausea.

Instruksi pada pasien Catatan. Hanya digunakan melalui rute pemberian i.m. saat
tidak dimungkinkan pemberian melalui rute oral dan
parenteral.

KLORPRAMIN
Bentuk sediaan TABLET 10 mg(HCl)
Tablet 25 mg (HCl)
Dosis - Bayi dan anak :
- Dewasa:

Farmakologi/Indikasi
Kontraindikasi
Peringatan
Adverse drug reaction
Farmakokinetik - Onset aksi :
- Distribusi :
- Metabolisme
- Ekskresi:
Interaksi Obat - Peningkatan :
- Penurunan :
Informasi untuk Pasien -

44. ANTI DEPRESI

Triptilin
Bentuk sediaan
Dewasa : oral : 50 – 150 mg/hari dosis tunggal diminum sebelum tidur

i.m. : 20 – 30 mg 4 x sehari

Anak-anak : oral : 1 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis

Dosis Anak-anak (9 – 12 tahun : oral : 3 mg/kg/hari

Dosis untuk pasien gangguan hati harus dimonitoring dengan melihat kadar
triptilin dalam plasma.

Farmakologi / Indikasi untuk treatment ansietas, bipolar disorders, and depresi.

Triptilin merupakan antidepresan trisiklik amin tersier. Triptilin mempunyai efek


sedasi yang kuat. Triptilin menghambat aktivitas antikolinergik, efek pada
kardiovaskuler meliputi hipotensi orthostatik, mengubah ritme jantung, dan dapat
menyebabkan sedikit kejang

Kontraindikasi untuk pasien yang hipersensitif dengan triptilin. Tidak diberikan


bersamaan dengan inhibitor monoamin oksidase lain karena dapat menyebabkan
konvulsi berat, krisis hiperpiretik bahkan kematian. Jika ingin mengganti penggunaan
inhibitor monoamin oksidase dengan triptilin maka harus menunggu 14 hari setelah
Kontraindikasi tidak memakai inhibitor monoamin oksidase tersebut.

Interaksi obat Altretamine meningkatkan resiko hipotensi


Atazanavir meningkatkan efek toksik dari trisiklik
Carbamazepine, trisiklik meningkatkan efek carbamazepine
Cimetidine meningkatkan efek agen trisiklik
Cisapride meningkatkan resiko kardiotoksisitas and arrhythmias
Grepafloxacin meningkatkan resiko kardiotoksisitas and arrhythmias
Clonidine, trisiklik menurunkan efek clonidine
Dihydroquinidine barbiturate Quinidine meningkatkan efek agen trisiklik
Dobutamine, trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik
Dopamine, trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik
Epinephrine, trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik
Fenoterol, trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik
Fluconazole, imidazole meningkatkan efek dan toksisitas trisiklik
Fluoxetine meningkatkan efek dan toksisitas trisiklik
Fluvoxamine meningkatkan efek dan toksisitas trisiklik
Guanethidine, trisiklik menurunkan efek guanethidine
Isoproterenol , trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik
Ketoconazole , imidazole meningkatkan efek dan toksisitas trisiklik
Metaraminol , trisiklik meningkatkan efek metaraminol
Mesoridazine meningkatkan resiko kardiotoksisitas and arrhythmias
Methoxamine , trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik

Norepinephrine , trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik

Orciprenaline , trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik


Phenylephrine , trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik
Phenylpropanolamine , trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik

Pirbuterol , trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik


Pseudoephedrine, trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik

Quinidine Quinidine meningkatkan efek agen trisiklik


Quinidine barbiturate Quinidine meningkatkan efek agen trisiklik
Rifabutin, rifampisin menurunkan efek trisiklik
Rifampin, rifampisin menurunkan efek trisiklik
Ritonavir Ritonavir meningkatkan efek dan toksisitas trisiklik
Sibutramine meningkatkan efek samping pada sistem saraf pusat
Sparfloxacin meningkatkan resiko kardiotoksisitas and arrhythmias
Terbutaline , trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik
Terfenadine meningkatkan resiko kardiotoksisitas and arrhythmias
Thioridazine meningkatkan resiko kardiotoksisitas and arrhythmias
Ephedra , trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik
Ephedrine , trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik
Mephentermine , trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik

Procaterol , trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik


Salbutamol , trisiklik meningkatkan efek simpatomimetik

Peringatan
Absorpsi : diabsorpsi dengan cepat dan baik(bioavailabilitas 30-60% melewati first pass
effect).

Ikatan dengan protein : Sangat tinggi yaitu 90 % terikat dengan protein plasma dan
jaringanVery

Farmakokinetika Biotransformasi : hepatik, dengan first pass effect.

Waktu paruh : 10 - 50 jam, rata-rata 15 jam

Hipotensi, konfusi, konvulsi, halusinasi, drowsiness, gangguan fungsi hati, stupor,


irama jantung yang tidak teratur atau cepat, kejang, masalah pada mata (dilated
Adverse Drug Reaction (ADR) pupil), komalow

Instruksi pada pasien

45. ANTI PSIKOSIS


Haloperidol

Bentuk sediaan injeksi (larutan sebagai laktat dan minyak sebagai dekanoat), larutan,
tablet

Dosis  Anak-anak, 3-12 tahun (15-40 kg): oral:


o Pemberian awal: 0,05 mg/kg/hari atau 0,25-0,5 mg/hari
dosis terbagi dalam 2-3 kali pemberian; meningkat
sebanyak 0,25-0,5 mg setiap 5-7 hari; maksimum: 0,15
mg/kg/hari.
o Penggunaan maintanance (pemeliharaan):
 Agitasi atau hiperkinesia: 0,01-0,03 mg/kg/hari satu kali
sehari.
 Nonpsychotic disorders: 0 ,05-0,075 mg/kg/hari dosis
terbagi dalam 2-3 kali pemberian.
 Psychotic disorders: 0 ,05-0,015 mg/kg/hari dosis
terbagi dalam 2-3 kali pemberian.
 Anak-anak, 6-12 tahun: sedasi/penyakit psikotik: i.m (sebagai
laktat): 1-3 mg/dosis setiap 4-8 jam; maksimum 0,15
mg/kg/hari.
 Dewasa:
o Psikosis:
 Oral: 0,5-5 mg 2-3 kali/hari; maksimum yang
digunakan: 30 mg/hari.
 i.m (sebagai laktat): 2-5 mg setiap 2-8 jam jika
dibutuhkan.
 i.m (sebagai dekanoat): dosis awal: 10-20 kali/hari
dengan dosis pemberian oral; dosis pemeliharaan: 10-
15 kali dosis awal penggunaan oral; digunakan untuk
menstabilkan simptom psikiatrik.
o Keadaan pikiran yang tidak waras dan dalam perawatan
intensif:
 i.v: 2-10 mg; dapat dilakukan pengulangan untuk dosi
bolus setiap 20-30 menit hingga dpketenangan dicapai
kemudian diberikan 25% dari dosis maksimum setiap 6
jam; monitor ECG an interval QTc.
 untuk waktu pendek (intermittent): i.v: 0,03-0,15 mg/kg
setia 30 menit-6 jam.
 Oral: agitasi: 5-10 mg.
 Infus intravena (100mg/100ml DsW): kecepatan 3-25
mg/jam telah digunakan.
o Sebagai penenang yang cepat untuk pasien agitasi keras:
diberikan setiap 30-60 menit:
 Oral: 5-10 mg
 i.m: 5 mg
 rata-rata dosis total (oral dan i.m) untuk penenang: 10-
20 mg.
Usia lanjut: pemberian awal: oral: 0,25-0,5 mg 1-2 kali/hari;
peningkatan dosis dengan interval 4-7 hari sebanyak 0,25-0,5
mg/hari; interval peningkatan dosis (2kali/hari, 3kali/hari dan
seterusnya) penting untuk mengkontrol respon dan efek samping.
Farmakologi/Indikasi manajemen skizofrenia, kontrol urat saraf dan ungkapan suara dari
penyakit Tourette’s pada anak-anak dan dewasa; masalah tingkah
laku yang kasar/keras pada anak-anak.
Kontraindikasi hipersensitif terhadap haloperidol, penyakit parkinson’s, depresi berat
pada SSP, supresi sumsum tulang, penyakit hati dan jantung yang
parah, koma

Peringatan keamanan dan keefektifan obat belum diketahui untuk anak-anak


berusia <3 tahun. Ada perhatian terhadap penggunaan pada pasien
dengan depresi SSP dan penyakit hati atau jantung. Dapar terjadi
hipotensi dlam pemberian secara parenteral. Dekanoat seharusnya
tidak pernah digunakan untuk pemberian i.v. hindari tirotoksikosis.
Dapat menjadi sedatif, penggunaan dengan perhatian pada penyakit
dimana depresi SSP merupakan keistimewaannya. Perhatian pada
pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik, predisposisi menjadi
seizure, kerusakan otak subkortikal, penyakit ginjal dan sistem
pernafasan, resiko terhdap pneumonia. Perhtian pada kanker
payudara atau tumor lain yang bergantung pada prolaktin. Dapat
menyebabkan hipotensi ortostatik. Beberapa tablet mengandung
tartrazin. Dapat menyebabkab efek antikolinergik (agitasi, konstipasi,
penglihtan kabur, retensi urin, cemas, xerostomia). Diberi perhaian
terhadap penggunaan pada pasien dengn penurunan gerak/fungsi
saluran cerna, retensi urin, BPH, atau masalah penglihatan. Dapat
menyebabkan reaksi ekstrapiramidal, termasuk pseudoparkinsonism,
reaksi distonik akut. Dapat digunakan dengan NMS
Adverse drug reaction o gangguan kardiovaskuler: hiper-hipotensi, takikardi,
aritmia, gelamban T abnormal dengan perpanjangan
repolarisasi ventrikular.
o gangguan SSP: kurang istirahat, kegelisahan, reaksi
ektrapiramidal, reaksi distonik, tanda dan simptom
pseudoparkinsonism, NMS, mengganggu regulasi
temperatur utama, akatisia, insomnia, euforia, agitasi,
depresi, letargi, pusing, kebingungan, vertigo, seizure.
o gangguan pada kulit: hiperpigmentasi, pruritus, ruam,
dermatitis, alopekia, fotosensitivitas.
o gangguan pada endokrin dan metabolisme: amenorea,
galaktorea, ginekomastia, disfungsi seksual, laktasi,
mastalgia, menstruasi yang tidak teratur, hiper-
hipoglikemia, hiponatremia. disfungsi dari fungsi tiroid.
o gangguan pada saluran cerna: anoreksia, mual,
konstipasi, diare, hipersalivasi, dispepsia, xerostomia,
muntah.
o gangguan pada pembentukan urin: retensi urin, priapism.
o gangguan pada darah: jaundis kolestatik, jaundis
obstruktif.
o gangguan pada mata: penglihatan kabur.
o gangguan pada ginjal:peningkatan BUN, nefritis interstitial,
gagal ginjal, peningktan kreatini darah.
o gangguan pada sistem pernapasan: kejang pada laring
dan bronkus.
o gangguan pada miscellanous: stroke, diaporesis
Farmakokinetik o Onset: sedasi: i.v: 1 jam.
o Durasi: dekanoat: 3 minggu.
o Distribusi: menyerangi plasenta, dan masuk ke air susu
ibu.
o Ikatan protein: 90%.
o Metabolisme: hepatik: menjadi senyawa tidak aktif.
o Bioavailabilitas: oral: 60%.
o Waktu setengah eliminasi: 20 jam.
o Ekskresi: urin (33%-40% sebagai metabolit) dalam 5 hari;
feses (15%)

Interaksi Obat o Peningkatan efek: kosentrasi/efek haloperidol dapat


ditingkatkan denan adanya klorokuin, propadolol dan
sulfadoksin-piridoksin. Efek/tingkat haloperidol dapat
ditingkatkan dengan antifuni golongan azole, klorpromasin,
claritomisin, diklofenak, delavirdin, doksisiklin, eritromisin,
fluoksetin, inhibitor reduktase HMG-CoA, lidokain,
mesoridazin, mirtazapin, natenglinide, nefasodon,
risperidon, paroksetin, ritonavir, lidenavir, trakolimus,
ttioridazine, antidepresan, Trisiklik, venlafaksin dan
substrat lain dari CYP2D6 dan 3A4.
Haloperidol dapat menigkatkan efek dari antihipertensi,
depresan SSP, litium, trazodone, dan TCAs. Haloperidol
dengan indomesatin dapat menghasilkan kegelisahan,
rasa lelah dan rasa kantuk. Metoklorpramid dapat
meningkatkan simptom ekstrapiramidal. Penghambat
Asetilkolinesterase dapat meningkatkan resiko yang
berhubungan dengan antipsikotik EPS.
o Penurunan efek:haloperidol dapat menghambat
kemampuan bromokriptin dalam menurunkan konsentrasi
prolaktin di dalam serum. Benztropin (dan antikolinergik
lainnya) dapat menghambat respon terapi haloperidol dan
kelebihan efek antikolinergik dapat terjadi. Barbiturat,
karbamasepin, dan merokok dapat meningkatkan
metabolisme haloperidol di hati. Haloperidol dapat
menghambat efek antiparkinson dari levodop; hindari
kombinasi ini. Tingkat/efek dari haloperidol dapat menurun
dengan adanya aminoglutetimid, karbamazepin, nafcillin,
nevirapin, fenobarbital, fenitoin, rifampisin, dan
penginduksi CYP3A4 lainnya. Haloperidol dapat
menurunkan tingkat/efek dari substrat prodruf CYP2D6
(contoh: kodein, oksikodon)
Informasi untuk Pasien

KLORPROMAZINE

Bentuk sediaan

Dosis Anak-anak ≥ 5 bulan :

Schizophrenia/pshykosis :

Oral : 0,5-1 mg/kg dosis tiap 4 sampai 6 jam,


anak-anak yang lebih tua dapat diberikan dosis 200
mg/hari

I.M, I.V : 0,5-1 mg/kg dosis tiap 4


sampai 6 jam

< 5 tahun ( 22,7 kg) maks : 40


mg/hari

5-12 tahun (22,7-45,5 kg)


maks : 75 mg/hari

Mual dan muntah :

Oral : 0,5-1 mg/kg dosis tiap 4 sampai 6 jam


jika perlu

I.M, I.V : 0,5-1 mg/kg dosis tiap 4


sampai 6 jam

< 5 tahun ( 22,7 kg) maks : 40


mg/hari

5-12 tahun (22,7-45,5 kg)


maks : 75 mg/hari

Dewasa

Schizophrenia/pshykosis :

Oral : range = 30-2000 mg/hari dibagi dalam


1-4 dosis ; dosis biasa 400-600
mg/hari, beberapa pasien dapat
disunakan hingga 1-2 g/hari.

I.M, I.V : initial = 25 mg, dapat diulang ( 25-


50 mg) dalam 1-4 jam, dosis maks
400 mg/dosis tiap 4-6 jam hingga
pasien dapat dikontrol.

Dosis normal = 300-800 mg/hari

Intractable hiccups : oral, I.M = 25-50 mg 3-


4 kali perhari.

Mual dan muntah

Oral : 10-25 mg tiap 4-6 jam

I.M,I.V : 25-50 mg tiap 4-6 jam


Orang tua :

Gejala-gejala yang mirip dengan dementia :

Initial = 10-25 mg 1-2 kali perhari, ditingkatkan


pada interval hari ke 4 hingga 7 dengan dosis 10-25
mg per hari. Peningkatan interval dosis dibutuhkan
untuk mengontrol respon behavior atau efek
samping.

Dosis maks = 800 mg/hari.

Dosis pada gangguan ginjal :

Hemodialisis : not dialyzable ( 0 %-5%)

Dosis pada gangguan hati : dihindarkan


penggunaan obat pada disfungsi hati berat.

Untuk mengontrol mania, treatment schizophrenia,


control mual dan muntah, sebagai agen relaksasi atau agen
penenang sebelum tindakan operasi, porphrya
Farmakologi / Indikasi
intermittent akut, terapi tambahan pada treatment
tetanus, terapi singkat untuk anak hiperaktif (6-12 tahun).

Kontraindikasi Pasien hipersensitivitas terhadap klorpromasin atau


komponen lain didalam obat, tidak boleh digunakan
bersama dengan pasien yang menggunakan fenotiazin,
gangguana system saraf pusat, pasien koma.

Interaksi obat

Hati hati terhadap penggunaan obat pada anak-anak. Anak


< 6 tahun tidak direkomendasikan.gangguan fungsi hati
berat. Pasien hipotensi.

Dapat menimbulkan tardive diskynesia, reaksi


Peringatan ekstrapiramidal, meningkatkan konfusi

Kehamilan

merupakan obat faktor resiko C

1 Onset I.M : 15 menit, oral : 30-60 menit


2 Absorbasi : cepat
3 Distribusi : Vd = 20 l/kg ,menembus plasenta
dan air susu
4 Protein binding : 92 %-97%
Farmakokinetika 5 Metabolisme : paling besar di hepar
6 Bioavailabilitas : 20 %
7 T ½, biofasik : inisial =2 jam, terminal : 30
jam
8 Ekskresi : di urine

Adverse Drug Reaction (ADR)  Cardoivaskular : hipotensi, takikardi, dizziness


 System saraf pusat : drowsiness, distonia, akatsia,
tardive diskynesia, neuroleptik,
 Dermatologic : fotosensitivitas,dermatitis,
 Endoksrin dam metabolic : laktasi, hiper-
hipoglikemi
 Saluran pencernaan : konstipasi, nausea.
 Hematologic : agranulcitosis, eosinofilia,
leucopenia, anemia hemolisis.
 Jaundice
 Gangguan penglihatan (kabur)

hindarkan kontak kulit dengan larutan oral atau injeksi

Instruksi pada pasien klorpomazin karena dapat menyebabkan dermatitis

Sulpirid
Bentuk sediaan
Schizophrenia : 200-400 mg, 2 kali sehari, maksimal 800
mg/hari pada pasien dengan predominan symptom
negative; 2,4 g/hari pada pasien dengan predominan
Dosis
symptom positif. Usia lanjut : dosis awal seperempat
sampai setengah dosis dewasa. Anak : di bawah 14 tahun
tidak dianjurkan
Farmakologi / Indikasi Schizophrenia
Kontraindikasi
Interaksi obat
Sama seperti Klorpromazin Hidroklorida () tapi kurang
sedative, tidak terkait dengan sakit kuning atau reaksi kulit,
Peringatan
porfiria, hindari pada menyusui, kurangi dosis (lebih baik
hindari) pada gangguan faal ginjal
Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR)
Instruksi pada pasien

Klorpromazin
tab salut 25 mg (HCl) btl/klg 1000 tab
Bentuk sediaan Inj. im. 25 mg/ml (HCl) btl/ktk 100 amp @ 1 ml
Inj. im 5 mg/ml (HCl) ktk 100 amp @ 2 ml
oral : skizofrenia dan psikosis lain, mania, tetapi tambahan jangka
pendek pada ansietas berat, agitasi psikomotor, eksitasi dan
perilaku kekerasan dan impulsive yang berbahaya, dosis awal 25
mg 3 kali sehari atau 75 mg malam hari yang disesuaikan denagn
responnya. Dosis penunjang biasanya 75-300 mg mg/hari (akan
tetapi sampai dosis 1g/hari mungkin diperlukan pada kasus
psikosis). USIA LANJUT atau debil sepertiga sampai setengah dosis
dewasa. ANAK (skizo-prenia dan autisme) 1-5 tahun 500mcg/kg
Dosis setiap 4-6 jam (maksimal 40mg/hari;6-12 tahun sepertiga sampai
setengah dosis dewasa (75mg/hari). Cegukan yang sulit diobati;25-
50mg 3-4 kali sehari.
Injeksi i.m. yang dalam (untuk pengobatan gejala akut) 25-50 mg
setiap 6-8 jam. ANAK : 1-5 tahun 500 mcg/kg tiap 6-8 jam
(maksimal 75 mg/hari). Rektal sebagai supositoria : 100 mg tiap 6-8
jam
Farmakologi / Indikasi lihat pada dosis; antiemetic, penggunaan prabedah
koma karena depresan SSP, depresi sumsum tulang, hindari pada
Kontraindikasi
feokromositoma, gangguan hati dan ginjal berat
risiko toksisitas meningkat dengan obat-obat mielosupresif
khususnya klozapin, tidak boleh digunakan bersama dengan obat
yang potensial memnyebabkan agranulositosis, seperti
Interaksi obat karbamazepin, kotrimoksazol, kloramfenikol, sulfinamida,
analgetik pirazolon seperti azapropazon, penisilamin, atu
sitotoksika; juga dihindari klozapina dengan antipsikotik depot
kerja panjang (mempunyai potensi mielosupresif)
antiemetik dapat diresepkan hanya ketika penyebab mintah
diketahui atau sebaliknya terjadi penundaan diagnosis terutama
pada anak-anak. Antiemetic tidak diperlukan dan kadang
berbahaya ketika penyebabnya dapat disembuhkan, seperti
diabetes ketoasidosis atau overdosis digoksin atau antiepilepsi.
Penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler, penyakit
Peringatan
pernapasan, parkinsonisme, epilepsy, infeksi akut, hamil,
menyusui, gangguan ginjal dan hati, riwayat sakit kuning,
leucopenia, hipotiroidisme, miastenia gravis, hipertrofi prostat,
glaucoma sudut sempit, hati-hati pada usia lanjut, hindari
pemutusan obat tiba-tiba, setelah injeksi intra muscular pasien
harus tetap tiduran selam 30 menit
Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR) gejala ekstra pyramidal, tardive dyskinesia, hipotermia
(kadang0kadang panas), mengantuk, apatis, pucat, mimpi buruk,
insomnia, depresi, agitasi, perubahan pola EEG, kejang, gejala anti
muskarinik yang terdiri atas : mulut kering, hidung tersumbat,
konstipasi, kesulitan buang air kecil, dan pandangan kabur; gejala
kardiovaskular meliputi : hipotensi, takikardi dan aritmia. Terjadi
perubahan EKG, pengaruhi edokrin seperti : gangguanmenstruasi,
galaktore,ginekomasti, impotensia dan perubahan berat badan.
Terjadi reaksi sensitivitas seperti : agranulositosis, leucopenia,
leukositosis, dan anemia hemolitik, fotosensitisasi, sensitisasi
kontak dan ruam, sakit kuning dan perubahan fungsi hati, sindrom
neuroleptik maligna; sindrom menyerupai lupus eritemamatosus
Instruksi pada pasien

46. SALURAN CERNA

Antihemoroid DOEN
konmbinasi antara :
Bismuth subgalat 150 mg (sebagai bahan pelembut)
Heksaklorofen 2,5 mg (sebagai antiseptik)
Lidokain 10 mg (bahan aktif)
Seng oksida 2g (sebagai pelicin)

Bentuk sediaan
Dosis Suppositoria: 2 gram
Menghentikan perdarahan akut.
Farmakologi / Indikasi
Depresi miokard yang berat, porfiria.
Kontraindikasi
Amfetamin : efek lidokain dapat meningkat dengan adanya
amfetamin
Interaksi obat - Fenobarbital : efek lidokain dapat berkurang dengan
adanya fenobarbital

Dosis lebih rendah pada gagal jantung kognesif , pada gagal hati
Peringatan dan setelah bedah jantung, pasien usia lanjut

Farmakokinetika Absorbsi
Onset, dosis bolus tunggal: 45-90 detik. Durasi 10-20 menit
Distribusi
Vd 1,1-2,1 L/kg tergantung pada kondisi pasien. Akan
meningkat pada pasien CHF dan gangguan ginjal.
Metabolisme
Sebagian besar terjadi di hati (90%), metabolit aktif MEGX
dan GX yang jika terakumulasi dapat menyebabkan gangguan pada
system saraf pusat.
Ekskresi
K el terjadi selama 7-30 menit

Pusing, kesemutan atau mengantuk, hipotensi dan bradikardia,


Adverse Drug Reaction (ADR) hipersensitivitas.

Instruksi pada pasien

Ekstrak Beladon
Bentuk sediaan
Dosis Serbuk inj : 0,5 mg/ml; tablet 10 mg, 20 mg
Farmakologi / Indikasi antimuskarinik
Kontraindikasi glaucoma sudut sempit.
Interaksi obat Catatan : banyak obat mempunyai efek anti muskarinik;
pemakaian bersama dua atau lebih obat yang demikian dapat
meningkatkan efek samping seperti mulut kering, retens urin, dan
konstipasi; pemberian bersama juga dapat membuat bingung pada
pasien usia lanjut; interaksi tidak selalu terjadi pada antimuskarinik
yang digunakan secara inhalasi.
Alkohol : efek sedative hiosin ditingkatkan
Analgetik : efek antimuskarinik ditingkatkan dengan nefopam
Antidepresan : meningkatkan efek samping antimuskarinik dengan
trisiklik dan MAOI
Antihistamin : meningkatkan efek samping antimuskarinik.
usia lanjut : retensi urin, pembesaran prostate, takikardi,
gangguan fungsi jantung, ileus paralitik, colitis ulseratif, dan
Peringatan stenosis pilorik; mungkin dapat memperburuk gastroesofagus;
kehamilan dan menyusui.

Farmakokinetika
mulut kering dengan kesulitan menelan dan haus, dilatasi pupil
dengan kehilangan akomodasi dan sensitivitas terhadap cahaya,
Adverse Drug Reaction (ADR) tekanan intraokuler naik, muka merah, kulit erring, bradikardi
diikuti takikardi, palpitasi dan aritmia, sulit berkemih dan
konstipasi; jarang terjadi demam, konvulsi, dan ruam.
Instruksi pada pasien
-

Oralit (Oral Rehidrasi)

Serbuk 100 bungkus @ bungkus untuk 200 ml air. Oralit


berisi : 0,70 g natrium klorida; 0,30 g kalium klorida; 0,58
Bentuk sediaan
trinatrium sitrat dihidrat; 4 g glukosa anhidrat

Dosis PO 1900-2850 ml (2-3 kali/hari). Berikan secukupnya


untuk mensuplay kehilangan air dan kebutuhan harian.
Dosis Anak. Tergantung perkiraan kehilangan cairan dan
elektrolit yang hilang. PO untuk dehidrasi ringan (3-5%) 50
ml/kg oralit untuk mengantikan kehilangan cairan terus
menerus (10ml/kg untuk diare dan karena muntah) lebih dari 4
hari. Periksa keadaan pasien tiap 2 jam. PO untuk dehidrasi
sedang (6-9%) 100 ml/kg oralit untuk mengantikan kehilangan
cairan terus menerus lebih dari 4 hari. Periksa keadaan pasien
tiap jam. Dehidrasi akut (lebih dari 10%) pergantian cairan
secara IV direkomendasikan
Dosis Geriatri. Dosis yang lebih rendah mungkin
dibutuhkan karena berkaitan dengan panurunan fungsi ginja
Kondisi Lain. Aturlah pemasukkan cairan berdasarkan
keadaan cairan dan elektrolit. Ketika elektrolit berisi makanan
dimasukkan ke dalam tubuh, aturlah pemasukkan elektrolit
tersebut.

Oralit mensuplai natrium, klorida, kalium, dan air untuk


mencegah atau menggantikan kehilangan cairan ringan hingga
Farmakologi / Indikasi sedang (5-10 % dehidarasi) pada diare ketika untuk sementara
makanan dan minuman tidak dapat masuk ke tubuh.

Dapat terjadu muntah, adinamik ileus, obstruksi


intestinal, perfosrasi lambung, difungsi renal (Anuria, oliguria),
Kontraindikasi
malabsorpsi monosakarida

Interaksi obat
Gunakan penggantian cairan secara parenteral untuk
ketidakseimbangan elektrolit karena kehilangan cairan akut
(10-15% berat badan), tidak mampu diberi cairan secara oral,
Peringatan
gangguan lambung dan muntah yang parah. Kesalahan dalam
melarutkan serbuk oralit yang akhirnya berakibat buruk.

Farmakokinetika
Hypernatremis, hyperkalemia, dan gangguan asam basa
kadang dapat terjadi, khususnya gagal ginjal atau jika terjadi
Adverse Drug Reaction (ADR)
kesalahan dalam pelarutan serbuk oralit

Instruksi pada pasien Oralit tidak digunakan untuk menggantikan cairan pada
diare jangka panjang atau diae akut. Larutkan serbuk oralit
dalam air, jangan campur dengan jus buah atau susu. Jika
diperlukan tambahan cairan, minumlah air atau non elektroli
lainnya yag beriai cairan untuk menghilangkan rasa haus.
Catatan
Untuk mencegah dehidrasi sedini mungkin, akibat diare
atau menjaga hidrasi setelah penggantian cairan secara
parenteral pada dewasa dan anak, dibutuhkan 90 mEq/L
natrium. Untuk bayi yang tidak sadar kehilangan cairan lebih
banyak, disarankan 50-60 mEq/L natrium. Alternatif,
konsentrasi natrium yang lebih besar mungkin diperlukan
dengan perbandingan 2 : 1 bebas air. Jika muntah jangan
hindari penggantian cairan, berikan 1 sendok kecil melalui
mulut pada anak yang sering muntah untu mengatasi
dehidrasi.

Antasida kombinasi (alumunium hidroksida 200mg, magnesium hidroksida 200mg)


Bentuk sediaan Serbuk, tablet, kaplet, sirup, suspensi
Diberikan saat gejala-gejala muncul atau diperkirakan akan
muncul, lazimnya diantara waktu makan dan sebelum tidur, 4
Dosis kali sehari atau lebih
Dosis tambahan mungkin diperlukan yakni sampai interval
setiap jam. Pemberian dosis lazim 10ml, 3 atau 4 kali sehari
Farmakologi / Indikasi Dyspepsia, hiperfosfatemia
Kontraindikasi hipofosfatemia
Interaksi antasida dan absorben : antasida menurunkan
Interaksi obat
absorbsi diflunisal
Pemberian bersama obat-obat lain dihindari karena mungkin
dapat mengganggu absorbs obat yang lain. Selain itu,
Peringatan
antasida mungkin dapat merusak salut enteric yang
dirancang untuk mencegah pelarutan obat dalam lambung
Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR)
Instruksi pada pasien

DIMENHIDRINAT
Bentuk sediaan Tablet 50 mg
Dosis Pediatri
2-5 tahun : 12,5-25 mg setiap 6-8 jam, maksimum 75
mg/hari
6-12 tahun : 25-50 mg setiap 6-8 jam, maksimum 150
mg/hari
Dewasa : 50-100 mg setiap 4-6 jam, tidak boleh melebihi 400
mg/hari
Farmakologi / Indikasi
Porfiria akut, serangan asma akut, bayi prematur, gagal
Kontraindikasi
jantung berat
Interaksi obat
Hamil, glaucoma sudut sempit, retensi urin, hipertrofi prostat,
Peringatan
epileps
Farmakokinetika
Mengantuk, gangguan psikomotor, sakit kepala efek
antimuskarinik (retensi urin, mulut kering, penglihatan kabur
Adverse Drug Reaction (ADR) dan gangguan saluran cerna), ruam, reaksi fotosensitivitas,
palpitasi, aritmia, reaksi hipersensitivitas, bronkospasme,
angiodema, anafilaksis
Instruksi pada pasien

47. SALURAN NAFAS

Aminofilin ( anti asma )


Bentuk sediaan
Oral 100-300 mg, 3-4 kali sehari sesudah makan
Dosis

obstruksi jalan nafas reversible, asma kaut berat


Farmakologi / Indikasi

Kontraindikasi
Interaksi obat
Penyakit jantung, hipertensi, hipertirodisme, tukak
lambung, gangguan hati ( kurangi dosis ), epilepsi,
Peringatan
kehamilan dan menyusui, usia lanjut, demam

Farmakokinetika
Adverse Drug Reaction (ADR) - Saluran cerna : mual, muntah, nyeri epigastrik,
hematemesis, diare
- SSP : sakit kepala, iritabilitas, gelisah, insomnia,
refleks berlebihan, kejang otot, kejang umum
klonik, dan tonik
- Kardiovaskular : palpitasi, takikardi, ekstrasistol,
muka merah, hipotensi, kegagalan sirkulasi,
aritmia ventrikel
- Saluran napas : takipne
- Ginjal : diuresis meningkat
- Kulit : urtikaria
- Lain-lain : alopesia, hiperglikemia, kelainan ADH
( akibat etilendiamin )

Instruksi pada pasien

BECLOMETHASONE
Bentuk sediaan
 inhalasi oral
anak : 1-2 inhalasi 3-4 kali / hari
dewasa : 2 inhalasi 3-4 kali / hari
 inhalasi aqueous
anak dan dewasa : 1-2 inhalasi 2 kali / hari, total
Dosis
dosis 168-336 mcg/hari
 intranasal
anak : 1 inhalasi 3x sehari
dewasa : 2 inhalasi 2-4x sehari

 inhalasi oral, sebagai perawatan dan treatment


profilaksis dari asma
 nasal aerosol, untuk pengobatan simptomatik rinits
Farmakologi / Indikasi
seasonal atau perineal, dan untuk mencegah polip
setelah pembedahan.

Kontraindikasi ibu hamil (faktor risiko C), sudah menderita asma


(astmaticus), dan hipersensitiv terhadap beclomethason
atau komponen yang terdapat di formulasi.

Interaksi obat
Peringatan
Farmakokinetika
 SSP, yaitu agitasi, depresi, sakit kepala, gangguan
mental, pusing
 Dermatologik, yaitu atropi, urtikaria, angioedema,
pruritus, purpura
 GI, yaitu mulut, hidung, dan kerongkongan terasa
kering, kehilangan indra perasadan pembau, terasa
mual
 Ocular, yaitu katarak, glaukoma
Adverse Drug Reaction (ADR)
 Pernapasan, yaitu batuk, faringitis, sinusitis,
paradoxical bronkospasm
Overdosis / simptom toksikologi
Ada rasa terbakar dan terjadi iritasi di mukosa nasal,
infeksi Candida pada faring dan intranasal, sakit kepala,
radang di hidung, epistaxis

Instruksi pada pasien

DEKSAMETASON
 Tablet 0,5 mg, kaleng 1000 tablet
 Injeksi i.v. 5 mg/ml (sebagai natrium
Bentuk sediaan
fosfat) ktk 100 ampul @ 1 ml

Dosis  dosis total harian tergantung pada penyakit dan


respon pasien. Tidak dianjurkan untuk pemberian selingan
karena durasinya panjang. Dosis PO, IM, IV akut, penyakit
alergi self-limited, penyakit alergi eksaserbasi kronis : 4-8
mg pada hari pertama dalam satu dosis, ditingkatkan
setelah 5 hari; pemberian dosis tambahan dalam 2 dosis
terbagi selama 3 hari, satu kali sehari selama 2 hari, lalu
dihentikan.

Farmakologi / Indikasi
 infeksi jamur sistemik, pemberian vaksin virus
hidup pada pasien imunosupresif, penggunaan IM pada
Kontraindikasi
idiopathic thrombocytopenic purpura.

 : efeknya meningkat bila diberikan bersamaan


dengan azole antifungi, estrogen, antasid. Efeknya
Interaksi obat menurun bila diberikan bersamaan dengan
aminoglutethimide, warfarin.

 hati-hati bila diberikan untuk pasien hipotiroid,


Peringatan sirosis, hipertensi, CHF, ulcerative colitis, tromboembolik.

konsentrasi serum tidak secara langsung berhubungan dengan


efek terapinya. Setelah pemberian oral, 78 ± 14% diabsorpsi, dan
68% terikat oleh protein plasma. Vd-nya 0.82 ± 0.22 L/kg. Obat ini

Farmakokinetika dieliminasi dengan metabolisme utama di hati, sekitar 2.6 ± 0.6%


bentuk molekul terekskresi melalui urin. Waktu paruh pada pria 3.5
± 0.87 jam, sedang pada wanita 2.4 ± 0.16 jam.

 rasa gatal dan terbakar bisa terjadi setelah


pemberian secara IV; edema, hipertensi, aritmia, jerawat,
Adverse Drug Reaction (ADR) pruritus, hepatomegali, katarak, glaukoma, osteoporosis,
hiperlipidemia, peptik ulcer, mual.
Instruksi pada pasien

Efedrin

Bentuk sediaan
Beri 1-2 tetes ke dalam tiap lubang hidung sampai 3-4 kali
Dosis per hari bila dibuthkan

Farmakologi / Indikasi Kongesti nasal

Wanita menyusui. Dilaporkan terdapat gangguan tidur dan


Kontraindikasi
iritabilitas

Efek hipotensi pada penggunaan dengan adrenergic neurone


blockers. Efedrin meningkatkan metabolism.resiko hipertensi
ketika diberikan dengan MAOI, moclobemide, antipsikotik,
doxapram. Pencegahan penggunaan efedrin pada anak-anak
ketika dengan pemberian hypertensive effect of
sympathomimetics antagonised by antipsychotics. increased
Interaksi obat risk of hypertension when sympathomimetics given with
doxapram. Peningkatan resiko ergotisme ketika
simpatomimetik deiberikan dengan ergotamine dan
methysergide. Resiko hipertensi ketika vasokonstriktor
simpatomimetik diberikan dengan oksitosin (karena
peningkatan efek vasopressor)

Peringatan Pada penderita hipertiroidisme, diabetes mellitus, penyakit


jantung iskemia, hipertensi, memiliki peluang terajdinya
angle-closure glaucoma, orang tua, kehamilan meningkatkan
detak jantung pada pemberian efedrin secara parenteral;
dapat menyebabakn retsnesi urin akut pada hipertrofi prostat.
Hindari pemakaian berlebihan atau berkepanjanagan; hati-
hati pada bayi di bawah usia 3 bulan (tidak terbukti ada
gunanya- bila timbul iritasi, jalan nasal dapat menyempit).
Farmakokinetika
nausea, vomiting, anorexia; tachycardia (sometimes
bradycardia), arrhythmias, nyeri bagian jantung, hipertensi
dengan vasokonstriksi, hipotensi dengan vasodikatasi,
dizziness dan flushing; dyspnoea; sakit kepala, kecemasan,
Adverse Drug Reaction (ADR) restlessness, gelisah, psychoses, insomnia, tremor; kesulitan
pada micturition, retensi urin; berkeringat, hipersaliva;
perubahan kadar gula darah; angle-closure glaucoma sangat
jarang terjadi

Dianjurkan bila kekuatan tidak disebutkan, harus


Instruksi pada pasien
diberikan tetes 0,5%

EPINEFRIN
Bentuk sediaan

Dosis  Neonatal: kardiak arrest (iv, intratrakeal :0,01-0,03 mg/kg)


 Anak-anak:
- bronkodilator: sc:10 mcg/kg, suspensi (0,025
mg/kg/dosis)
- brakikardi: iv 0,01 mg/kg setiap 3-5 menit kalau
diperlukan maksimum 1mg/10 ml, intratrakeal 0,1
mg/kg setiap 3-5 menit (dosis 0,2 mg/kg mungkin
akan efektif)
- asistol: iv: dosis pertama 0,01 mg/kg , dosis
subsekuen 0,01 mg/kg, dosis tinggi 0,02 mg/kg
mungkin akan efektif diulang 3-5 menit
- intratrakeal: 0,1mg/kg, dosis tinggi 0,2 mg/kg
mungkin akan efektif
- hipersensitivitas: sc: 0,01 mg/kg setiap 15 menit
untuk dua dosis kemudian setiap 4 jam jika
diperlukan (single dosis tidak keluar 0,5 mg)
- Refraktori hipotensi: infusi iv 0,1-1 mcg/kg/menit,
titrasi dosis hingga diperoleh efek yang diinginkan,
nebuliser 0,25-0,5 ml dari 2,25% larutan resemik
epinefrin dalam 3 ml normal saline
 Dewasa :
- asistol: iv: dosis pertama 1 mg setiap 3-5 menit
- intratrakel: 1mg (walaupun dosis optimal tidak
diketahui, dosis 2-2,5 kali dari dosis iv mungkin
diperlukan)
- bronkodilator: im, sc: 0,1-0,5 mg setiap 10-15
menit hingga 4 jam
- hipersensitivitas: im, sc: 0,3-0,5 mg setiap 15-20
menit jika kondisi memerlukan, jika terjadi
hipotensi 0,1mg iv lambat 5-10 menit yang diikitu
infusi kontinyu 1-10 mcg/menit
- simpatomimetik bradikardi: iv infusi 1-10
mcg/menit, titrasi hingga diperoleh dosis yang
diperlukan
- refraktori hipotensi: kontinyu iv infusi 1 mcg/menit
dengan range 1-10 mcg/menit, titrasi dosis hingga
diperoleh efek yang diperlukan.

Kategori terapetik sebagai αβ-agonis, digunakan untuk


bronkospasma, reaksi anafilaksis, cardiac arrest, manajemen
glaukoma, ditambahkan pada anestesi lokal untuk menurunkan
Farmakologi / Indikasi absorpsi sistemik, meningkatkan durasi aksi, dan menurunkan
toksisitas anestesi lokal.

Kontraindikasi Hipersensitif terhadap epinefrin atau salah satu komponen pada


formulasi, kardiak aritmia, single closure glaukoma.
 Peningkatan efek/toksisitas:
Peningkatan kardiak iritabilitas jika diberikan bersama
dengan halogenasi anestesi inhalasi, agen β/α bloking

Interaksi obat  Penurunan efek:


Pengurangan bronkodilasi dengan βbloker, menurunkan
efek antihipertensi dari metildopa atau guanetidin

Penggunaan dengan peringatan pada pasien geriatri, pasien


dengan diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, penyakit tiroid,
arteriosklerosis serebral, penyakit Parkinson. Penggunaan melalui
iv infusi dapat menyebabkan kematian, perdarahan, atau kardik
Peringatan
aritmia. Secara inhalasi merupakan jalur pemberian yang tidak
disukai.

 Onset: bronkodilasi (sc 5-10 menit, inhalasi 1menit,


konjungtiva instilasi 1 jam)
 Puncak efek: konjungtiva instilasi 4-8 jam
 Durasi: konjungtiva inetilasi:okular 12-24 jam
 Distribusi: melintasi plasenta, memasuki air susu
 Metabolisme: mencapai neuron adrenergik dan
Farmakokinetika
dimetabolisme oleh MAO dan katekol-o-metiltransferase,
metabolisme hepatik
 Ekskresi: urin(sebagai metabolit inaktif, metanefrin,
derivatif asam mandelat sulfat atau hidroksi, dalam jumlah
kecil sebagai unchanged drug)

Adverse Drug Reaction (ADR)  Kardiovaskular: takikardi (parenteral), meningkatkan


denyut jantung, hipertensi, pucat, nyeri dada,
meningkatkan konsumpsi oksigen myokardial, kardiak
aritmis, kematian secara tiba-tiba, angina, vasokontriksi.
 SSP: gugup, cemas, sakit kepala, sakit kepala karena
cahaya, insomnia.
 Gastrointestinal: mual, muntah, serostomia, tenggorokan
kering.
 Genitourinari: retensi urin akut pada pasien dengan
penyumbatan empedu.
 Neuromuskular dan skeletal: lemah, gemetar
 Okular: sakit mata, reaksi alergi, iritasi okular
 Renal: penurunan aliran darah yang menuju ke ginjal
 Respiratori: bersin, dispnea
 Miscelaneus: diaforesis meningkat

Instruksi pada pasien

DEKSTROMETORFAN

Bentuk sediaan

Dosis anjuran untuk dewasa adalah 15 - 30 mg, 3-4 kali


sehari; pada anak-anak 6-12 tahun: 6,75 mg di berikan
Dosis sampai 4 kali sehari dan bayi lebih dari 1 tahun: 3,5 mg
diberikan sampai 4 kali sehari.

Farmakologi / Indikasi Untuk meredakan batuk (antitusif)


menekan refleks batuk dengan aksi langsung pada pusat
batuk di medulla. Dekstrometorfan memiliki potensi antitusif
lebih tinggi daripada kodein tetapi tidak menyebabkan adiksi,
tidak bersifat analgesic, sedikit atau tidak ada depresi CNS
dan tidak ada aksi ekspektoran.
Dekstrometorfan jangan digunakan pada pasien yang sedang
Kontraindikasi mendapat obat penghambat monoarnin oksidase (MAOI),

: jika diberikan dengan MAO inhibitor dapat menyebabkan


Interaksi obat nausea, hipotensi, dan koma. Dengan selegeline dapat
menyebabkan confusion dan koma.

Pemberian dekstrometorfan dapat disertai pelepasan histamin


dan harus diberikan dengan hati-hati pada anak-anak yang
mempunyai kelainan atopik. Dekstrometorfan harus
digunakan dengan hati-hati pada pasien yang mengalami
sedasi, agitasi dan pasien yang harus tidur berbaring.
Peringatan
Dekstrometorfan harus diberikan dengan hati-hati pada
pasien dengan penyakit hati, karena metabolismenya sangat
luas dalam hati.
Ibu menyusui

Onset: < ½ hari, durasi : 3-6 hari, t1/2 eliminasi : 11 jam,


Farmakokinetika ekskresi melalui urin, 7-10% melalui feces.

Dekstrometorfan kadang-kadang menyebabkan sedikit rasa


Adverse Drug Reaction (ADR) kantuk, pusing dan gangguan saluran cerna.

Instruksi pada pasien

KODEIN

Bentuk sediaan Injeksi, garam fosfat : 15 mg/mL (2 mL); 30 mg/mL (2 mL)


Solutio, Oral, garam fosfat :15 mg/5 mL (5 mL, 500mL)
Tablet, lepas lambat : 50 mg, 100 mg, 150 mg, 200mg.
Tablet, garam fosfat : 30 mg, 60 mg
Tablet, garam sulfat : 15 mg, 30 mg, 60 mg

PO atau SC untuk efek antitusif. 10 – 20 mg setiap 4 – 6


jam, dengan dosis maksimum 120 mg/hari.
Populasi Khusus. Dosis Pediatri. PO untuk efek antitusif.
1 – 1,5 mg/kg/hari pada dosis terbagi setiap 4 – 6 jam sesuai
kebutuhan. Dosis alternatif menurut usia. 2 – 6 tahun : 2,5 – 5
mg setiap 4 – 6 jam, dengan dosis maksimum 30 mg/hari; 7 –
Dosis 12 tahun : 5 – 10 mg setiap 4 – 6 jam, dengan dosis
maksimum 60 mg/hari; > 12 tahun : sama seperti dosis
dewasa. Dosis Geriatri. Sama seperti dosis dewasa. Kondisi
lainnya. Pengurangan dosis awal, pada pasien yang lemah /
kurang bertenaga atau pada pasien dengan hipoksia atau
hiperkapnia.

. Terapi nyeri ringan hingga menengah; antitusif pada dosis


Farmakologi / Indikasi rendah.

Kontraindikasi

Inhibitor CYP2D6 yang poten (misalnya: kuinidin, fluosetin)


dapat menghapuskan / meniadakan perubahan menjadi
Interaksi obat
morfin dan meningkatkan efek farmakologis dari kodein.

Peringatan

Farmakokinetika . Onset dan Durasi. PO onsetnya 15 – 30 menit; durasinya 4


– 6 jam. Nasib Obat. Ketersediaan sistemik kira-kira 40%
tetapi dengan range yang lebar (12 – 84 %), serta
menggambarkan variabilitas yang besar terhadap aktivitas
enzim hepar. Sebanyak 7% dari obat berikatan dengan protein
plasma.Vd-nya 2.6 ± 0.3 L/kg; Cl-nya 0.66 ± 0.12 L/jam/kg.
Dimetabolisme di hepar menjadi kodein-6-glukuronida,
mengalami N-demetilasi menjadi norkodein dan O-demetilasi
menjadi morfin oleh CYP2D6. Kodein-6-glukuronida adalah
metabolit mayor sedangkan norkodein dan morfin adalah
metabolit minor, masing-masing kira-kira 10% dari dosis
awal. Akumulasi morfin dapat terjadi pada pengulangan
pemberian dengan rasio AUC morfin : kodein yaitu 0,29 : 1.
Ekskresi urin terutama dalam bentuk inaktif; dimana 3–16 %
berada dalam bentuk excreted unchanged. t1/2 2.9 ± 0.7 jam.

Sedasi, pusing, nausea, vomiting, konstipasi dan depresi


pernafasan sering terjadi. Dose-related signs dari intoksikasi
adalah miosis, mengantuk, menurunkan laju dan kedalaman
respirasi, bradikardi dan hipotensi. Efek samping yang
tergantung dosis, pada anak-anak adalah mengantuk, ataksia,
Adverse Drug Reaction (ADR)
miosis, dan muntah pada dosis 3 – 5 mg/kg/hari dan depresi
respirasi pada dosis > 5 mg/kg/hari. Karena glukuronidasi
hepar pada bayi belum sempurna, maka bayi paling besar
kemungkinan mengalami efek samping.

Instruksi pada pasien Obat ini dapat menimbulkan kantuk. Sehingga perlu
diperhatikan pada penggunaan saat menyetir,
mengoperasikan mesin, atau kegiatan lainnya yang
membutuhkan kesiagaan mental. Dihindari penggunaan
bersamaan dengan alkohol dan obat lainnya yang dapat
menimbulkan kantuk secara berlebihan. Penggunaan obat
jangka panjang dapat menyebabkan konstipasi, dan
penggunaan bersamaan dengan pelunak tinja ataupun laksatif
dapat membantu. Ketergantungan, dapat terjadi pada
penggunaan jangka panjang dan penghentian tiba-tiba, tetapi
hal ini dapat diatasi dengan cara mengurangi dosis secara
perlahan saat obat tidak lagi dibutuhkan. Dosis yang Hilang.
Jika Anda lupa meminum satu dosis, minumlah obat sesegera
mungkin. Tetapi apabila kelalaian ini hampir mendekati saat
minum dosis berikutnya, minumlah hanya satu dosis. Jangan
meminum dosis dobel ataupun ekstra.

Sirop Timi Majemuk


Bentuk sediaan
Dewasa : 1 sendok makan 3 x sehari

Anak-anak (6 – 12 thn) : 3 x sehari 2 sendok @ 3ml

Dosis Anak-anak (1 – 5 thn) : 3 x sehari 1 sendok @ 3ml

Anak-anak ( di bawah 1 thn) : 3 x sehari ½ sendok @ 3ml

Infeksi saluran pernafasan atas untuk batuk dengan kongesti lender (member efek
ekspektoran, dyspepsia, gastritis, asma, bronchitis, pertusis, laryngitis, tonsillitis,
dysmenorrheal, gingivitis

Timi adalah ekstrak tumbuhan yang berkhasiat karminatif, antiseptik, dan banyak
Farmakologi / Indikasi
digunakan dalam kombinasi obat batuk

Kontraindikasi untuk pasien yang menderita enterocolitis, gangguan jantung, dan


selama kehamilan
Kontraindikasi

Interaksi obat
Hati-hati pada penderita yang memerlukan kewaspadaan dalam pekerjaan seperti
mengendarai kendaraan bermotor, menjalankan mesin.
Peringatan
Farmakokinetika

Mual, muntah, sakit kepala, konvulsi, inflamasi, gastralgia, dizziness, hyperemia, iritasi
membrane mukosa, koma
Adverse Drug Reaction (ADR)

Instruksi pada pasien

GLISERIL GUAIAKOLAT
Bentuk sediaan Sirup 25 mg/5 ml
Tablet 100 mg
Dosis - Anak : <2 tahun: 12 mg/kg/hari dibagi
dalam 6 dosis; 2-5 tahun; 50-100 mg
tiap 4 jam(tidak boleh lebih dari 600
mg/hari); 6-11 tahun: 100-200 mg tiap
4 jam (tidak boleh lebih dari 1,2 g/hari)
- Anak>12 tahun dan Dewasa: 200-400
mg tiap 4 hari maximum 2,4 gram/hari

Farmakologi/Indikasi Ekspektoran
Kontraindikasi Hipersensitif
Peringatan Batuk menetap bersama merokok, asma dan
ampisema
Adverse drug reaction Drowsiness, headache, rash.nausea
Farmakokinetik - Absorpsi :diabsorpsi dengan baik
- Metabolisme: 60% hepatic
- T1/2 elm: ~1 jam
- Ekskresi: urin (unchanged drug dan
metabolit)
Interaksi Obat - Peningkatan :toksisitasnya meningkat
dengan adanya disulfiram, MAO
inhibitor, metronidazole, dan
procarbazine
- Penurunan : -
Informasi untuk Pasien Diminum dengan sejumah besar air, jika batuk
berlangsung terus sampai seminggu disertai
demam, rash, atau sakit kepala terus menerus
harus konsultasi ke dokter

OBH
Bentuk sediaan sirup
Dosis  Mikstur Ammonia dan Ipecacuanha, BP
Dosis: 10-20 ml, 3-4 kali/hari
 Simple Linctus, BP
Dosis: 5-10 ml, 3-4 kali/hari
 Simple Linctus Pediatric , BP
Dosis anak-anak: 5-10 ml, 3-4 kali/hari
Farmakologi/Indikasi  Sebenarnya efek ekspektoransi dari obat yan dipromosikan
sebagai ekspektoran tidak lebih baik dari pada plasebo. Asumsi
bahwa dosis sub emetik ekspektoran seperti amonium klorida,
ipecacuanha dan squill dapat meningkatkan ekspektorasi adalah
salah.
 Obat batuk demulcent mengandung sirup atau gliserol dan
beberapa psaien percaya bahwa preparat semacam ini dapat
mengatasi batuk kering iritatif. Preparat seperti simple linctus
mempunyai keuntungan tidak mahal. Simple linctus pediatric
terutama berguna untuk anak-anak, dan tersedia juga jenis yang
bebas gula. Obat batuk kombinasi seperti yang dijual di pasaran,
rasionalitasnya masih diragukan

Kontraindikasi
Peringatan
Adverse drug reaction
Farmakokinetik
Interaksi Obat
Informasi untuk Pasien

Anda mungkin juga menyukai