Anda di halaman 1dari 5

JURUSAN TEKNIK MESIN Hal : 1

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

BAB I
SISTEM SATUAN

Pendahuluan
Fisika adalah suatu studi sistematis mengenai sifat-sifat dasar alam semesta ini. Di
dalam fisika dapat dipelajari berbagai gejala alam, penyebab terjadinya, akibatnya
maupun pemakaiannya. Bidang ilmu ini sudah berkembang sangat jauh dan
memasuki hampir semua bidang kehidupan kita.
Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir seluruh kegiatan yang kita lakukan sehari-
hari dapat dipandang sebagai proses fisika, mulai dari bangun, berjalan, belajar
sampai kembali ke rumah untuk beristirahat. Pergantian musim, beredarnya bulan
mengelilingi bumi, sistem tata surya, dan alam semesta merupakan bagian dari
fisika. Demikian pula dengan bertiupnya angin, merambatnya bunyi dan cahaya.
Banjir, gunung berapi, pergeseran lempeng benua dan lainnya juga bagian dari
fisika.

Kadang kala dirasakan bahwa tiadanya motivasi untuk mempelajari fisika adalah
kurangnya pengetahuan untuk melihat keterkaitan materi yang dipelajari dengan
kehidupan sehari-hari. Pemahaman mengenai keterkaitan ini dapat amat
membantu dalam menumbuhkan minat untuk belajar fisika dengan lebih serius.

Hasil Belajar
 Mahasiswa mampu membandingkan besaran pokok dan besaran turunan serta
dapat memberikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari
 Mahasiswa mampu menerapkan satuan besaran pokok dalam sistem
internasional

Kriteria Penilaian
Kemampuan mengukur dan membedakan besaran dimensi dan satuan.

Sistem Satuan
JURUSAN TEKNIK MESIN Hal : 2
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Sumber Pustaka
Arthur Beiser, 1992, Physics, Addison-Wesley Publishing Company, Reading,
Massachusette, Fifth Edition.
Tim Jurusan Fisika ITB,1998, Fisika Dasar I Mekanika dan Termodinamika,
Jurusan Fisika Institut Teknologi Bandung, Bandung, Edisi ke 3.

1.1 Sistem Satuan dan Besaran Dasar


Fisika amat erat berkaitan dengan pengukuran. Pengukuran memerlukan satuan
dan merupakan proses perbandingan dengan suatu acuan. Jika dinyatakan bahwa
tinggi seseorang adalah 100 cm, hal ini berarti tinggi orang tersebut adalah 100
kali suatu satuan, yaitu cm. Hasil tiap pengukuran dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu besarnya (nilai 100) dan satuannya (yaitu cm).
Disebabkan munculnya berbagai bidang dalam fisika yang tidak serempak
menyebabkan timbulnya berbagai satuan yang berbeda-beda untuk besaran yang
sama. Contoh yang mudah diingat misalnya untuk energi seperti kalori, joule, erg,
Btu (British thermal unit), kWh, hph dan lain-lain. Mengingat perlu adanya
komunikasi antar satuan besaran-besaran yang digunakan maka diadakanlah
pertemuan internasional untuk menyeragamkan penggunaan satuan. Sistem satuan
yang kemudian berhasil dirumuskan disebut sebagai Sistem International (SI).
Di dalam SI dikenal terdapat tujuh besaran dasar berdimensi dan dua besaran
tambahan tidak berdimensi. Satuan besaran dasar ditentukan melalui definisi
sedangkan satuan besaran lain (disebut juga besaran turunan) diperoleh melalui
besaran-besaran dasar.
Lalu bagaimana bila ingin menyatakan besaran-besaran yang lebih kecil atau lebih
besar dari satuan besaran-besaran dasar seperti dalam tabel 1.1?
Faktor-faktor pengali atau pembagi dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut
sehingga penulisannya tidak menjadi terlalu panjang atau rumit. Dimisalkan jika
hasil suatu pengukuran adalah 1,56 x 10-3 A, maka hasil ini dapat lebih singkat
apabila dinyatakan dalam 1,56 mA.

Sistem Satuan
JURUSAN TEKNIK MESIN Hal : 3
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Tabel 1.1. Besaran-besaran dasar dan tambahan.

Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor pengali dan pembagi tersebut dapat dilihat
pada tabel 1.2.
Tabel 1.2. Awalan faktor pengali dan pembagi SI.

Sistem Satuan
JURUSAN TEKNIK MESIN Hal : 4
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

1.2 Besaran Turunan


Besaran turunan dapat diperoleh dengan menggunakan definisi operasional
jabaran tersebut. Misalnya, untuk kecepatan, dengan definisi operasionalnya
adalah perpindahan dibagi waktu maka besarannya adalah [L][T] –1 dengan
satuannya dalam SI adalah m/s.
1.3 Konversi Satuan
Aturan konversi adalah
1. Satuan dalam persamaan diperlakukan sama seperti halnya kuantitas aljabar
dan dapat dikalikan serta dibagi dengan sesamanya.
2. Mengalikan atau membagi suatu kuantitas dengan 1 tidak mengubah nilainya.

Apabila diketahui bahwa laju suatu mobil adalah 20 km/jam, tentukanlah lajunya
dalam m/s. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kedua aturan di atas dan
pengetahuan bahwa

dapat dilakukan konversi dengan tidak mengubah nilai laju, yaitu

Rangkuman
Dalam pengukuran suatu dimensi benda dibutuhkan adanya besaran dan satuan.
Mengingat perlu adanya komunikasi antar satuan besaran-besaran yang digunakan
maka diadakanlah pertemuan internasional untuk menyeragamkan penggunaan

Sistem Satuan
JURUSAN TEKNIK MESIN Hal : 5
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

satuan. Sistem satuan yang kemudian berhasil dirumuskan disebut sebagai Sistem
International (SI). SI dikenal terdapat tujuh besaran dasar berdimensi dan dua
besaran tambahan tidak berdimensi.

Soal-soal
1. Kecepatan sebuah kapal adalah 22 m/s, ekspresikan dalam km/jam?
Jawab: 80 km/jam
2. Gerak suatu piston pada mesin diesel adalah 2,11 liter, dimana 1 liter = 1000
cm3. Ekspresikan volume ini dalam inci kubik ? (1 inci = 2.54 cm).
Jawab: 129 inci3
3. Jarak dua buah kota adalah 402 mil, berapakah apabila dinyatakan dalam km?
(1 km = 0.621 mil)
Jawab: 648 km
4. Molar adalah mol zat terlalur dibagi volum larutan, tentukan dimensi dari
molar?
Jawab: [N] [L]–3
5. Apakah 1 N = 1 kg m/s 2 ? Buktikan dengan menunjukkan dimensi dari
masing-masing satuannya.
Jawab: sama, yaitu [M] [L] [T]–2
6. Tentukanlah mana yang benar untuk perioda suatu bandul yaitu T = 2p (L/g) ½
atau T = 2p (g/L)½ dengan melakukan analisa terhadap dimensi dari L dan g?
Jawab: T = 2p (L/g)½
7. Jarak 1 detik-cahaya adalah sama dengan 3 x 108 m, apabila jarak bumi ke
bulan adalah 1,3 detik-cahaya, nyatakanlah jarak tersebut dalam km?
Jawab: 390.000 km

Sistem Satuan

Anda mungkin juga menyukai