Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

“ Mengidentifikasi Sumber-Sumber Masalah Penelitian Keperawatan ”

Oleh :
Kelompok 4 B-11 A

1. Ni Kadek Rai Widiastuti (183222922)


2. Ni Kadek Sintha Yuliana Sari (183222923)
3. Ni Kadek Yopi Anita (183222924)
4. Ni Ketut Ari Pratiwi (183222925)
5. Ni Ketut Nanik Astari (183222926)
6. Ni Ketut Vera Parasyanti (183222927)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2019

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “ Mengidentifikasi Sumber-Sumber Masalah Penelitian Keperawatan ” ini
tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas dari Metodologi
Penelitian.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak
yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa sumber
lainnya sehingga tugas ini bias terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat
memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Om Santih, Santih, Santih Om                                                 

         

Denpasar, 20 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii


DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................1
1.3 Tujuan ..............................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Instrument Penelitian........................................................................................3
2.2 Mengembangkan Instrument Penelitian............................................................8
2.3 Mengkaji dan Menilai Instrument...................................................................10
2.4 Memilih Alat Pengumpulan Data....................................................................12
2.5 Uji Validitas Instrument..................................................................................18
2.6 Theory Related Validity dan Criterio Related Validity..................................22
2.7 Uji Reliabilitas Instrument..............................................................................23
2.8 Homogenitas...................................................................................................28

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ....................................................................................................31
3.2 Saran ................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan penelitian adalah suatu cara dalam memproleh pengetahuan atau
memecahkan permasalahan yang dihadapi, dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis,
dan menempuh langkah-langkah tertentu. Dalam penelitian dibidang apapun pada
umumnya langkah-langkah itu mempunyai kesamaan, walaupun dalam beberapa hal
sering terjadi pelaksanaannya dimodifikasi oleh peneliti yang bersangkutan sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Penelitian itu sendiri berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata re yang
berarti lagi atau kembali dan search yang berarti mencari atau menguji secara cermat dan
hati-hati untuk mencoba dan membuktikan. Secara bersama-sama dua kata tersebut
(Research) berarti studi atau penyelidikan yang dilakukan secara hati-hati, sistematis,
sabar dalam satu bidang pengetahuan, yang dilakukan untuk menemukan fakta atau
prinsip.
Penelitian sering dideskripsikan sebagai suatu proses investigasi yang dilakukan
dengan aktif, tekun, dan sistimatik, yang bertujuan untuk menemukan,
menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Penyelidikan intelektual ini menghasilkan
suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu peristiwa, tingkah laku, teori,
hukum, serta membuka peluang bagi penerapan praktis dari pengetahuan tersebut.
Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang
mendorong penelitian untuk melakukan penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi
yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi
dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian
merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui
sesuatu. Keinginan untuk memproleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan
kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa saja jenis-jenis instrument penelitian?
b) Bagaimana mengembangkan instrument penelitian?
c) Bagaimana cara mengkaji dan menilai instrument?
1
d) Bagaimana memilih alat pengumpulan data?
e) Bagaimana cara uji validitas instrument?
f) Bagaimana theory related validity dan criterio related validity?
g) Bagaimana cara menguji reliabilitas instrument?
h) Apa yang dimaksud dengan homofenitas?
i) Apa yang dimaksud dengan ekuivalensi dan analisis item?

1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui jenis-jenis instrument penelitian.
b) Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan instrument penelitian.
c) Untuk mengetahui cara mengkaji dan menilai instrument.
d) Untuk mengetahui cara memilih alat pengumpulan data.
e) Untuk mengetahui cara uji validitas instrument.
f) Untuk mengetahui theory related validity dan criterio related validity.
g) Untuk mengetahui cara menguji reliabilitas instrument.
h) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan homofenitas?
i) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ekuivalensi dan analisis item?

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai metodologi penelitian.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa yang nantinya ilmu tersebut dapat dipahami dan
diaplikasikan dalam tugas laporan akhir

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Instrument Penelitian


Instrumen merupakan suatu alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif.
Dengan masing-masing pengertian kata tersebut di atas maka instrumen penelitian
adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki
suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-
data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau
menguji suatu hipotesis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian  instrumen adalah alat yg
dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh pekerja teknik, alat-
alat kedokteran, optik, dan kimia), perkakas, sarana penelitian (berupa seperangkat tes
dan sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan.
Instrumen Penelitian merupakan langkah penting dalam pola prosedur
penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang
diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan data, misal
metode wawancara yang instrumennya pedoman wawancara. Metode angket atau
kuesioner, instrumennya berupa angket atau kuesioner. Metode tes, instrumennya
adalah soal tes, tetapi metode observasi, instrumennya bernama chek-list.
Instrumen Penelitian pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena
mengevaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang
diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan
sebelumnya oleh peneliti.
Dalam hal ini terdapat dua macam alat evaluasi yang dapat dikembangkan
menjadi instrumen penelitian, yaitu test dan non-test, antara lain sebagai berikut :
a) Bentuk Instrument Test
Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang
dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan
kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-

3
soal tes yang terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis
variabel yang diukur.
Berdasarkan sasaran dan objek yang diteliti, terdapat beberapa macam tes,
yaitu: a) tes kepribadian atau personality test, digunakan untuk mengungkap
kepribadian seseorang yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas, disiplin,
kemampuan, bakat khusus, dan sebagainya, b) tes bakat atau aptitude test, tes ini
digunakan untuk mengetahui bakat seseorang, c) tes inteligensi atau intelligence
test, dilakukan untuk memperkirakan tingkat intelektual seseorang, d) tes sikap
atau attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap orang dalam
menghadapi suatu kondisi, e) tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk
menggali minat seseorang terhadap sesuatu, f) tes prestasi atau achievement test,
digunakan untuk mengetahui pencapaian seseorang setelah ia mempelajari
sesuatu.
Bentuk instrumen ini dapat dipergunakan salah satunya dalam mengevaluasi
kemampuan hasil belajar siswa di sekolah dasar, tentu dengan memperhatikan
aspek aspek mendasar seperti kemampuan dalam pengetahuan, sikap serta
keterampilan yang dimiliki baik setelah menyelesaikan salah satu materi tertentu
atau seluruh materi yang telah disampaikan.
b) Bentuk Instrumen Angket atau Kuesioner
Angket atau Kuesioner adalah metode pengumpulan data,
instrumennya disebut sesuai dengan nama metodenya. Bentuk lembaran
angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk
memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia alami dan
ketahuinya. Bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam,
seperti:
1) kuesioner terbuka, responden bebas menjawab dengan kalimatnya
sendiri, bentuknya sama dengan kuesioner isian.
2) kuesioner tertutup, responden tinggal memilih jawaban yang telah
disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda.
3) kuesioner langsung, responden menjawab pertanyaan seputar dirinya.
4) kuesioner tidak langsung, responden menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan orang lain.
5) check list, yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal
membubuhkan tanda check pada kolom jawaban yang tersedia.
4
6) skala bertingkat, jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan
bertingkat, biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang
dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju terhadap pernyataannya.
Setelah bentuk kuesioner ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
membuat pertanyaan dengan mempertimbangkan jumlah pertanyaan agar tidak
terlalu banyak atau terlalu sedikit, yang penting disesuaikan dengan indikator
yang ditetapkan. Kemudian tidak menanyakan hal yang tidak perlu semisal
nomor telp responden yang jelas tidak akan di oleh dalam penelitian.
Dalam menata tampilan pada lembar kuesioner, perlu diperhatikan hal-
hal yang berkaitan dengan keindahan, kemudahan mengisi, dan kemudahan
memeriksa jawaban. Oleh karena itu diperlukan kreativitas untuk membuat
tampilan kuesioner menjadi enak dibaca, seperti penggunaan garis-garis dan
kotak pada hal-hal yang dianggap penting, penggunaan warna-warna dan
hiasan, serta meletakkan kelompok pertanyaan tentang identitas pengisi,
pengantar, dan pertanyaan inti pada tempat yang berbeda.
Bentuk tes seperti ini dapat saudara laksanakan salah satunya ketika
menyelesaikan tugas akhir terkait dengan bidang garapan ke SD an
diantaranya membuat laporan tugas akhir penyelesaian studi seperti skripsi.
c) Bentuk Instrumen Interviu
Suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer)
untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer) dinamakan
interviu. Instrumennya dinamakan pedoman wawancara atau inter view guide.
Dalam pelaksanaannya, interviu dapat dilakukan secara bebas artinya
pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada terwawancara tanpa harus
membawa lembar pedomannya. Syarat interviu seperti ini adalah
pewawancara harus tetap mengingat data yang harus terkumpul.
Lain halnya dengan interviu yang bersifat terpimpin, si pewawancara
berpedoman pada pertanyaan lengkap dan terperinci, layaknya sebuah
kuesioner. Selain itu ada juga interviu yang bebas terpimpin, dimana
pewawancara bebas melakukan interviu dengan hanya menggunakan pedoman
yang memuat garis besarnya saja.
Kekuatan interviu terletak pada keterampilan seorang interviewer
dalam melakukan tugasnya, ia harus membuat suasana yang tenang, nyaman,
dan bersahabat agar sumber data dapat memberikan informasi yang jujur. Si
5
interviewer harus dibuat terpancing untuk mengeluarkan informasi yang
akurat tanpa merasa diminta secara paksa, ibaratnya informasi keluar seperti
air mengalir dengan derasnya.
Tes ini sangat tepat dilakukan oleh peneliti yang ingin mendapatkan
informasi terkini terkait dengan berbagai kejadian, seperti ketika seorang guru
sekolah dasar ingin mendapatkan gambaran menyeluruh tentang keinerja salah
seorang guru di sekolah tertentu, maka lakkukan dengan wawancara
diantaranya dengan kepala sekolah, dengan teman sejawat serta wawancara
dilakukan dengan sebagian siswa yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan guru terkait.
d) Bentuk Instrumen Observasi
Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk
mendapatkan data. Jadi observasi merupakan pengamatan langsung dengan
menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau
perlu dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat
berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman
suara.
Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa
digunakan dalam observasi sitematis dimana si pelaku observasi bekerja
sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis
kegiatan yang kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati. Sebagai
contoh, observasi yang dilakukan di sebuah sekolah, objek yang akan diamati
ditulis dalam pedoman tersebut secara berurutan dalam sebuah kolom yang
akan di tally, isi daftarnya adalah berbagai peristiwa yang mungkin terjadi di
sekolah tersebut seperti: kepala sekolah memberi pengarahan kepada guru-
guru, guru piket mengisi materi pada kelas yang pengajarnya berhalangan
hadir, petugas administrasi mengisi buku induk siswa, penjaga sekolah
memelihara peralatan kebersihan sekolah, murid-murid berseragam rapih, dan
sebagainya. Bekerja dengan pedoman pengamatan seperti ini dinamakan
sistem tanda (sign system), data yang didapatkan berupa gambaran singkat
(snapshot) mengenai situasi warga sekolah dalam suatu hari tertentu.
Ada lagi satu bentuk instrumen observasi yang dinamakan category
system, yaitu sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel. Hal
6
yang diamati terbatas pada kejadian-kejadian yang termasuk dalam kategori
variabel, di luar itu, setiap kejadian yang berlangsung tidak diamati atau
diabaikan saja. Contoh, pengamatan terhadap kinerja kepala sekolah, maka
kejadian yang diamati dan ditally adalah kepala sekolah datang ke sekolah
tepat waktu, kepala sekolah mengamati proses belajar mengajar, kepala
sekolah membuat rancangan program peningkatan kualitas guru dan murid,
dan sebagainya. Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa kepala sekolah
tersebut memiliki kinerja yang baik atau buruk.
Selain bentuk instrumen berupa pedoman pengamatan, terdapat juga
instrument observasi dalam bentuk tes yang digunakan untuk mengamati
aspek kejiwaan. Kemudian bentuk kuesioner yang diberikan kepada responden
untuk mengamati aspek-aspek yang ingin diselidiki, dan rekaman gambar serta
rekaman suara yang digunakan sebagai penyimpan sumber data, dimana
sumber data dapat diamati lebih lama bahkan berulang-ulang sesuai
kebutuhan.
e) Bentuk Instrumen Skala Bertingkat atau Rating Scale
Bentuk instrumen dengan skala bertingkat lebih memudahkan peneliti
untuk mengetahui pendapat responden lebih mendalam tentang variabel yang
diteliti. Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat
berskala. Yang harus diperhatikan dalam pembuatan rating scale adalah
kehati-hatian dalam membuat skala, agar pernyataan yang diskalakan mudah
diinterpretasi dan responden dapat memberikan jawaban secara jujur.
Untuk mengantisipasi ketidakjujuran jawaban dari responden, maka
perlu diwaspadai beberapa hal yang mempengaruhinya. Menurut Bergman dan
Siegel dalam Suharsimi (2002) faktor yang berpengaruh terhadap
ketidakjujuran jawaban responden adalah a) persahabatan, (b) kecepatan
menerka, (c) cepat memutuskan, (d) jawaban kesan pertama, (e) penampilan
instrumen, (f) prasangka, (g) halo effects, (h) kesalahan pengambilan rata-rata,
dan (i) kemurahan hati.
f) Bentuk Instrumen Dokumentasi
Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman
dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari
datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan
datanya. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas
7
gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup menuliskan
tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list, peneliti
memberikan tally pada setiap pemunculan gejala.
Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan
menggunakan pendekatan analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam
penelitian untuk mencari bukti-bukti sejarah, landasan hhukum, dan peraturan-
peraturan yang pernah berlaku. Subjek penelitiannya dapat berupa buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, bahkan
benda-benda bersejarah seperti prasasti dan artefak.
2.2 Mengembangkan Instrument Penelitian
Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian.
Hal ini karena perolehan suatu informasi atau data relevan atau tidaknya, tergantung
pada alat ukur tersebut. Oleh karena itu, alat ukur penelitian harus memiliki validitas
dan reliabilitas yang memadai. Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan
penelitian dan tidak akan bisa digunakan pada penelitian lain. Kekhasan setiap obyek
penelitian membuat seorang peneliti harus merancang sendiri instrumen yang akan
digunakannya. Susunan instrumen untuk setiap penelitian tidak selalu sama dengan
penelitian yang lain. Hal ini disebabkan karena setiap penelitian mempunyai tujuan
dan mekanisme kerja yang berbeda-beda.
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti adalah mengkaji secara
teoritik tentang substansi yang akan diukur. Peneliti harus menentukan defenisi
konseptual kemudian definisi operasional. Selanjutnya definisi operasional ini
dijabarkan menjadi indikator dan butir-butir. Menurut Tim Pusisjian (1997/1998), ada
enam langkah untuk mengembangkan instrumen alat ukur, yaitu:
a. Menyusun spesifikasi alat ukur termasuk kisi-kisi dan indikator.
b. Menulis pertanyaan.
c. Menelaah pertanyaan.
d. Melakukan uji coba.
e. Menganalisis butir instrument.
f. Merakit instrument dan memberi label.
Spesifikasi alat ukur ini mencakup: tujuan pengukuran, kisi-kisi instrumen,
skala pengukuran, dan panjang instrumen. Oleh karenanya dalam menentukan
spesifikasi alat ukur berarti menentukan tujuan instrumen, mengembangkan kisi-kisi
instrumen, menentukan skala pengukuran, dan menentukan panjang instrumen.
8
Di depan telah dikemukakan bahwa ada dua macam instrumen, yaitu
instrumen untuk tes dan nontes. Oleh karenanya, perlu dibedakan antara kisi-kisi
instrumen untuk tes dan kisi-kisi instrumen nontes. Secara rinci penyusunan kisi-kisi
keduanya adalah sebagai berikut.
1) Kisi-kisi Instrumen /Tes
Setelah tujuan tes ditetapkan, kegiatan berikuimya adalah menyusun kisi-kisi
tes. Kisi-kisi ini padadasarnya merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi
soal yang akan ditulis. Kisi-kisi berisi tentang tujuan, standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok, dan penilaian yang berisi bentuk dan jenis
tagihan. Standar kompetenssi dijabarkan menjadi kompetensi dasar, kompetensi
dasar dipecah menjadi beberapa iindikator, dan dari indikator inilah dibuat
butir-butir instrumen. Ada tiga langkah yang harus dipenuhi untuk menulis kisi-
kisi, yaitu: 1) memilih standar kompetensi dasar, (2) memilih kompetensi dasar,
(3) menulis indikator, dan (4) menentukan bentuk tes. Secara garis besar, ada
dua bentuk tes yang banyak digunakan oleh guru, yaitu bentuk obyektif dan
bentuk uraian atau nonobyektif. Sudah barang tentu, masing-masing bentuk tes
memiliki kelebihan dan kekurangan.
2) Kisi-kisi Instrumen nontes
Penyusunan instrumen nontes didahului dengan penentuan definisi konseptual,
kemudian dijabarkan lagi kedefinisi operasional. Dari definisi operasional ini
kemudian dijabarkan menjadi beberapa indikator yang selanjutnya dijabarkan
menjadi butir-butir instrumen. Seperti yang telah dijelaskan di muka, instrumen
nontes ini dibedakan menjadi dua, yaitu skala, angket, dan inventori. Skala
digunakan untuk mengukur konstruk atau konsep psikologis seperti: sikap,
minat, motivasi, pendapat, dan trait lainnya, sedangkan angket digunakan untuk
mengukur fakta, atau yang dianggap fakta seperti: pendidikan terakhir, jumlah
anggota, penghasilan setiap bulan, dll. Sementara itu, inventori digunakan untuk
mengungkap kepemilikan benda nyata, seperti: jumlah kursi, jumlah meja, dll.
Secara ringkas, hubungan antara tujuan, metode dan instrumen yang digunakan
pada Tabel berikut.

9
Tujuan untuk Metode Instrumen yang
mengungkapkan digunakan
Perilaku, kebiasaan, Observasi, wawancara Lembar observasi,
keterampilan mendalam lembar penilaian, catatan
peneliti sendiri.
Potensi termasuk di Tes, perintah Soal tes, lembar perintah
dalamnya untuk kerja mengerjakan dilengkapi dengan
lembar observasi/lembar
penilaian.
Afektif : motivasi, sikap, Wawancara, survei Pedoman wawancara,
minat, kesukaan, dll skala.
Data pribadi, data nyata Wawancara, survey Angket, inventori
Data yang lalu, data Dokumentasi Daftar dokumentasi
sekunder

2.3 Mengkaji Dan Menilai Instrument


Syarat utama instrumen yang baik adalah valid dan reliabel. Validitas suatu
alat ukur adalah sejauh mana alat ukur itu mampu mengukur apa yang seharus-nya
diukur, sedangkan syarat utama lainnya adalah instrumen itu harus reliabel.
Sebenarnya reliabilitas itu mengacu pada konsistensi pengukuran, yaitu bagaimana
skor tes atau hasil penilaian yang lain tetap (tidak berubah, sama) dari satu
pengukuran ke pengukuran yang lain. Sebuah instrumen dikatakan baik jika
memenuhi dua kriteria sebagai berikut :
a) Valid
Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan
suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Analoginya misalnya meteran yang valid dapat digunakan
untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur
panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.
Jadi hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.

b) Reliable

10
Reliable adalah keajekan (konsistensi) alat pengumpul data/ instrumen dalam
mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliabel maksudnya instrumen yang
jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama. Meteran dari karet yang digunakan untuk mengukur panjang
merupakan contoh alat ukur yang tidak reliabel. Sebagian besar langkah - langkah
yang dilakukan dalam suatu proses penelitian adalah dengan mengumpulkan
informasi. Informasi tersebut bisa didapat baik secara langsung (data primer) maupun
tidak langsung (data sekunder, tersier, dsb). Jadi hasil penelitian dikatakan reliable
jika terdapat kesamaan data pada waktu yang berbeda.

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliable dalam pengumpulan


data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliable. Jadi instrumen
yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian
yang valid dan reliable. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrument
yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi
valid dan reliable. Karena hal tersebut masih dipengaruhi oleh kondisi obyek yang
diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan
data. Oleh karena itu, peneliti harus mampu mengendalikan dan menggunakan
instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti.

Instrumen yang reliable belum tentu valid. Misalnya meteran yang putus
dibagian ujungnya, bila digunakan berkali – kali akan menghasilkan data yang sama
(reliable) tetapi selalu tidak valid, karena instrument tersebut sudah rusak. Reliabilitas
instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrument. Oleh karena itu,
walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliable, tepi pengujian reliabilitas
instrumen perlu dilakukan, untuk menambah keakuratan data. Selain itu Kriteria lain
Instrumen yang baik adalah Kekuatan penelitian bisa diketahui dari validitas baik
internal maupun eksternalnya.

 Validitas internal adalah keyakinan terhadap hubungan sebab akibat atau pengaruh
dalam desain penelitian yang dilakukan.
 Validitas Eksternal adalah berkenaan dengan kemampuan digeneralisasinya hasil
penelitian pada lingkungan, orang, atau peristiwa lain.

2.4 Memilih Alat Pengumpulan Data

11
Alat pengumpulan data adalah alat bantu yang di pilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis
dan dipermudah olehnya. Alat pengumpul data adalah alat yang digunakan untuk
merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut
psikologis. Atibut-atribut psikol ogis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi
atribut kognitif dan atribut non kognitif. Metode pengumpulan data ialah teknik atau
cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Metode (cara
atau teknik) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda,
tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan,
ujian (tes), dokumentasi dan lainya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau
gabungan tergantung dari masalah yang dihadapi.
Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian, dilakukan dengan metode
tertentu sesuai dengan tujuannya. Dalam proses pengumpulan data tentu diperlukan
sebuah alat atau instrumen pengumpul data. Alat pengumpul data dapat dibedakan
menjadi dua yaitu pertama alat pengumpul data dengan menggunakan metode tes dan
metode non tes.
1. Pengumpulan Data dengan Metode Tes
Tes merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh informasi
tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin seseorang, dengan
menggunakan pengukuran (measurement) yang menghasilkan suatu deskripsi
kuantitatif tentang aspek yang diteliti. Keunggulan metode ini adalah lebih akurat
karena tes berulang-ulang direvisi dan instrument penelitian yang objektif. Sedangkan
kelemahan metode ini adalah hanya mengukur satu aspek data, memerlukan jangka
waktu yang panjang karena harus dilakukan secara berulang-ulang, dan hanya
mengukur keadaan siswa pada saat tes itu dilakukan. Adapun jenis-jenis tes, yaitu:
a. Tes Intelegensi
Tes kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berpikir, terutama
berkaitan dengan potensi untuk mencapi taraf prestasi tertentu dalam belajar di
sekolah (Mental ability Test; Intelegence Test; Academic Ability Test; Scholastic
Aptitude Test). Jenis data yang dapat diambil dari tes ini adalah kemampuan
intelektual atau kemampuan akademik.

b. Tes Bakat
12
Tes kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil
dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional tertentu atau bidang
pekerjaan tertentu, lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan intelektual (Test
of Specific Ability; Aptitude Test ). Kemampuan khusus yang diteliti itu
mencakup unsur-unsur intelegensi, hasil belajar, minat dan kepribadian yang
bersama-sama memungkinkan untuk maju dan berhasil dalam suatu bidang
tertentu dan mengambil manfaat dari pengalaman belajar dibidang itu.
c. Tes Minat
Tes minat, mengukur kegiatan-kegiatan macam apa paling disukai seseorang. Tes
macam ini bertujuan membantu orang muda dalam memilih macam pekerjaan
yang kiranya paling sesuai baginya (Test of Vocational Interest).
d. Tes Kepribadian
Tes kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat
kognitif, seperti sifat karakter, sifat temperamen, corak kehidupan emosional,
kesehatan mental, relasi-relasi social dengan orang lain, serta bidang-bidang
kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri. Tes Proyektif,
meneliti sifat-sifat kepribadian seseorangmelalui reaksi-reaksinya terhadap suatu
kisah, suatu gambar atau suatu kata.
e. Tes Perkembangan Vokasional
Tes vokasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal kesadaran
kelak akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan (vocation); dalam
memikirkan hubungan antara memangku suatu jabatan dan cirri-ciri
kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan social-ekonomis; dan dalam menyusun
serta mengimplementasikan rencana pembangunan masa depannya sendiri.
Kelebihan tes semacam ini meneliti taraf kedewasaan orang muda dalam
mempersiapkan diri bagi partisipasinya dalam dunia pekerjaan (career maturity).
f. Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Tes yang mengukur apa yang telah dipelajari pada berbagai bidang studi, jenis
data yang dapat diambil menggunakan tes hasil belajar (Achievement Test) ini
adalah taraf prestasi dalam belajar.
2. Pengumpulan Data dengan Metode Non Tes
Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya bila dipadukan dengan
data-data yang dihasilkan dengan menggunakan tehnik yang berbeda, berikut

13
disajikan alat pengumpul data dalam bentuk non tes. Adapun jenis-jenis metode non
tes, yaitu:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan
data dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan observasi, diantaranya :
a) Memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati, baik yang
umum maupun yang khusus. Kegiatan yang umum maksudnya yaitu segala
sesuatu yang terjadi di dalam kelas harus diamati dan dikomentari serta dicatat
dalam catatan lapangan. Sedangkan observasi kegiatan khusus, maksudnya ialah
observasi tersebut hanya memfokuskan pada kegiatan khusus yang terjadi di
dalam kelas, seperti kegiatan tertentu atau praktik pembelajaran tertentu.
b) Menentukan kriteria yang diamati, dengan terlebih dahulu mendiskusikan ukuran-
ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan.
Langkah-langkah observasi yaitu :
Dalam melaksanakan observasi ada beberapa langkah/ fase utama yang
harus ditempuh, antara lain :
a) Pertemuan Perencanaan
Dalam menyusun rencana observasi perlu diadakan pertemuan bersama untuk
menentukan urutan kegiatan observasi dan menyamakan persepsi antara
observer (pengamat) dan observee (yang diamati) mengenai fokus
permasalahan yang akan diamati.
b) Observasi Kelas
Dalam fase ini, observer mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan
data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut,
baik yang terjadi pada siswa maupun situasi di dalam kelas.
c) Diskusi Balikan
Pada fase ini, guru sebagai peneliti bersama dengan pengamat mempelajari
data hasil observasi untuk dijadikan catatan lapangan dan mendiskusikan
langkah-langkah selanjutnya. Kegiatan ini harus dilaksanakan dalam situasi
saling mendukung (mutually supportive) serta didasarkan pada informasi yang
diperoleh selama observasi.

14
b. Angket atau kuesioner (questionnaire)
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia
memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan
penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan
responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak
sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Disamping itu pula
responden mengetahui informasi tertentu yang diminta.
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau
alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertnyaan-pertanyaan
yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebiasaan
untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan presepsinya. Kuesioner
merupakan metode penelitian yang harus dijawab responden untuk menyatakan
pandangannya terhadap suatu persoalan. Sebaiknya pertanyaan dibuat dengan bahasa
sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan maksud yang
jelas.
Penggunaan kuesioner sebagai metode pengumpulan data terdapat beberapa
keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan yang akan diajukan pada responden dapat
distandarkan, responden dapat menjawab kuesioner pada waktu luangnya, pertanyaan
yang diajukan dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya dapat dipercaya
dibandingkan dengan jawaban secara lisan, serta pertanyaan yang diajukan akan lebih
tepat dan seragam
Angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a) Angket terbuka; (angket tidak berstruktur) ialah angket yang disajikan dalam
bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan
kehendak dan keadaannya.
Contoh 1:
Pertanyaan terbuka angket terbuka:
Pendidikan apa saja yang pernah saudara ikuti? Tulislah dengan sebenarnya,
dimana dan tahun berapa lulusnya.

No Tingkat pendidikan Tempat Tahun kelulusan


1
2
3

15
4
5
Contoh 2:
1. Bagaimana pendapat Saudara tentang dibentuknya Dewan Sekolah?
2. Apakah Saudara pernah mengikuti Prajabatan tingkat nasional? Jika Pernah,
bagaimana komentar saudara?
Keuntungan angket terbuka :
a. Bagi responden: Mereka dapat mengisi sesuai dengan keinginan yang sesuai
dengan keadaan yang dialaminnya.
b. Bagi peneliti: akan mendapat data yang bervariasi, bukan hanya yang sudah
disajikan karena sudah diasumsikan oleh peneliti.
b) Angket Tertutup (Angket berstruktur) ialah angket yang disajikan dalam bentuk
sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang
sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tandan silang (X)
atau tanda checlist ( √)
Contoh: cara memberikan tanda silang (x)
1. Apakah saudara pernah mempraktekkan materi Prajabatan tingkat nasional
yang menunjang tugas di kantor saudara?
a. Pernah b. Tidak pernah
2. Jika pernah, materi apa saja yang saudara praktekkan?
a. Kertas kerja Perorangan (KKP)
b. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
c. Sistem Informasi Manajemen (SIM)
d. Simulasi dan Kertas Kerja Tema (KKT)
e. Simulasi dan kertas kerja angkatan (KKA)
3. Apakah saudara termasuk dosen yang aktif menulis?
a.Ya b. Tidak
Jika ya, sudah berapa buku yang saudara tulis dan terbitkan pertahun?
a. 2 – 5 buku b. 11 – 15 buku
c.6 – 10 buku d. 16 – 20 buku

c. Wawancara

16
Wawancara informasi merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk
memperoleh data dan informasi dari siswa secara lisan. Proses wawancara dilakukan
dengan cara tatap muka secara langsung dengan siswa. Selama proses wawancara
petugas bimbingan mengajukan pertanyaan, meminta penjelasan dan jawaban dari
pertanyaan yang diberikan dan membuat catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan
kepadanya. Secara garis besar aa dua macam pedoman wawancara, yaitu:
1. Pedoman wawasan tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya
memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara
sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih
banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi
jawaban responden. Jenis interviu ini cocok untuk penilaian khusus.
2. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara
terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan
tanda (check) pada nomor yang sesuai. Pedoman wawancara yang banyak
digunakan adalah bentuk “semi structured”. Dalam hal ini maka mula-mula
interviewer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian
satu per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan
demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan
keterangan yang lengkap dan mendalam.
d. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,gambar
maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai),
dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis,
padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan
atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang
dilaporkan dalam penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen
tersebut.
Metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak
tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap,
belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi
benda mati. Dalam menggunakan metode dokumentasi ini peneliti memegang check-
17
list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel
yang dicari, maka peneliti tinggal membubuhkan tanda check atau tally di tempat
yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam
daftar variabel peneliti dapat menggunakan kalimat bebas.
e. Otobiografi
Otobiografi merupakan karangan yang dibuat oleh siswa mengenai riwayat
hidupnya sampai pada saat sekarang. Riwayat hidup itu dapat mencakup keseluruhan
hidupnya dimasa lamoau atau hanya beberapa aspek kehidupannya saja. Keunggulan
metode ini adalah di samping menceritakan kejadian-kejadian dimasa lalu terungkap
pula pikiran dan perasaan subjektif tentang kejadian tersebut, menolong Konselor
memahami kehidupan batin siswa dan membantu siswa menyadari garis besar riwayat
perkembangannya sampai sekarang, berunsur subjektifitas sehingga siswa
menggambarkan duniaini, dilihat dari sudut pandang sendiri (internal frame of
reference). Sedangkan kelemahan metode ini adalah unsur subjektifitas juga
menimbulkan kesulitan bagi interpretasi, karena siswa cenderung melebihkan-
lebihkan kebaikan atau kelemahan sendiri dan menilai peranan orang lain secara berat
sebelah dan memerlukan waktu yang lama.
2.5 Uji Validitas Instrument
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau
kesahhan suatu alat ukur. Validitas berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur.Sebuah instrument dinyatakan valid jika
instrument itu mampu mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan
kondisi tertentu.Dengan kata lain secara sderhana dapat dikatakan bahwa sebuah
instrument dianggap valid jika instrument itu benar-benar dapat dijadikan alat untuk
mengukur apa yang akan di ukur.Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dalam
memilih alat ukur yang valid.Alat ukur yang valid adalah alat ukur yang tidak
menyulitkan peneliti sendiri atau orang lain.
Instrument yang valid harus memiliki validitas internal dan eksternal.
1. Validitas Internal
Instrument yang mempunyai validitas internal adalah bile criteria yang ada
dalam instrument secara rasional telah mencerminkan yang diukur.validitas internal
dikembangkan menurut teori yang relevan.Misalnya mau mengukur kinerja pegawai
maka isntrumen dikembangkan dari teori-teori tentang kinerja. Jenis validitas internal
antara lain :
18
a. Validitas subjektif
Validitas subjectif adalah jenis validitas yang criteria sepenuhnya ditentukan
berdasarkan pertimbangan peneliti,baik pertimbangan nalar maupun keilmuannya
Contoh :
Jika peneliti mengukur kecepatan membaca sekelompok siswa,dia dapat
menggunakan instrument berupa sebuah teks yang panjangnya 100
kata.Sebenarnya ini sulit dipertimbangkan secara objektif karena mungkin 200
kata iti sedikit,maka mengapa tidak 250 kata atau 500 kata.jadi peneliti secara
subjektif mengangap instrumen itu valid adanya.
b. Validitas Isi
Validitas Isi adalah validitas yang merujuk pada sejauh mana sebuah instrument
penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut
tujuan tertentu.Validitas ini semata-mata dilakukan atas dasar pertimbangan
peneliti dalam makna juga mengandung unsure subjektif tetapi instrumen yang
dibuat mengacu pada isi yang dikehendaki.
Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi
instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Secara teknis, pengujian
validitas isi dan konstruksi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi
instrumen atau matrik pengembangan instrumen. Untuk menguji validitas butir-
butir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka
selanjutnya diujicobakan dan dianalisis dengan analisis item atau uji pembeda.
Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen
dengan skor total dan uji pembeda dilakukan dengan menguji signifikansi
perbedaan antara 27% skor kelompok atas dan 27% skor kelompok bawah.
Contoh :
Jika peneliti ingin mengukur kompetisi dosen perawat dalam mengajar dikelas
,dia dapat mengembangkan instrumennya secara cermat dengan berpedoman pada
konsep pendidikan berdasarkan kompetensi(PCBK), terutama untuk point yang
langsung merujuk kompetensi mengajar dikelas. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun instrument penelitian yang memenuhi
criteria validitas isi yaitu:
1) Instrument yang dibuat harus dalam lingkup materi dan ranah yang
dikehendaki

19
2) Untuk instrument test yang dimaksudkan mengukur prestasi belajar
siswa,instrument harus dibuat berdasarkan materi yang benar-benar
diajarkan
3) Instrument yang dibuat perbagian hanya memuat satu focus saja.
c. Validitas Kriteria
Validitas Kriteria adalah validitas yang merujuk kepada hubungan antara satu
variable dengan variable lain.
Contoh :
Seorang peneliti ingin mengadakan penyelidikan mengenai hubungan antara skor
test bakal skolastik dengan indeks prestasi kumulatif akper.dalam konteks ini
penliti ingin mengetahui validitas dari instrumen test bakal skolastik dikaitkan
dengan criteria luarnya,yaitu indeks prestasi kumulatif akper.
d. Contruct Validity
Kontruksi dimaksudkan untuk melihat kaitan antara dua gejala atau lebih yang
dapat diukur secara langsung.Untuk menguji validitas konstruksi digunakan
pendapat para ahli ( judgment experts) setelah sebelumnya instrumen tersebut
dikonstruksi aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu.
Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka
telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti. Langkah selanjutnya
yaitu melakukan uji coba instrumen kepada sampel dari mana populasi diambil.
Jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Setelah data
ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis
faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam satu
faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Berikut ini adalah
contoh menguji validitas konstruksi dengan analisis factor :
Data Prestasi Kerja Pegawai
No. Skor factor 1 untuk Jml 1 Skor factor 2 untuk butir no: Jml Jml
Resp. butir no: (X1) 2 Total
(X2) (Y)
1 2 3 1 2 3 4
1. 3 4 3 10 3 3 2 4 12 22
2. 4 3 2 9 4 3 4 4 15 24
3. 1 2 1 4 3 2 1 2 8 12
4. 3 3 3 9 4 4 3 3 14 23
5. 2 2 4 8 3 1 2 1 7 15

20
Berdasarkan table tersebut telah dihitung bahwa korelasi antara jumlah factor
1 (X1) dengan skor total (Y) = 0,85 dan korelasi antara jumlah factor 1 (X 2)
dengan skor total (Y) =0,94.Karena koefisien korelasi kedua factor tersebut
diatas 0,3,maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja
merupakan konstruksi yang valid untuk variable prestasi kerja pegawai.
Contoh :
Seorang penliti ingin melakukan penelitian mengenai “profil Kompetensi dasar
Guru Bidang studi etika keperawatan” dengan tiga focus penlaahan yaitu
kompetensi professional,komptensi pribadi dan kompetensi social.Maka peneliti
membuat instrumen penelitian berupa angket.Untuk menguji validitas maka
dilakukan uji coba angket kepada sekelompok guru yang berada diluar sampel
namun memiliki karakteristik yang di asumsikan sama dengan kelompok
sampel.Untuk mengetahui validitas angket tersebut digunakan rumus kolerasi
momen produk dari pearson.
2. Validitas Eksternal
Instrumen yang memiliki validitas eksternal bila criteria dalam instrument
disusun berdasarkan luar atau fakta-fakta empiris yang telah ada.maka validitas
eksternal instrument dikembangkan dari fakta empiris.penelitian yang mempunyai
validitas eksternal bila hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel lain,hasil
penelitian itu dapat digeneralisasikan.Misalnya mau mengukur kinerja
sekelompok pegawai maka tolak ukur yang digunakan didasarkan pada tolak ukur
yang telah ditetapkan dikpegawaan itu.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas :
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid.
Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya,
yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari
siswa yang bersangkutan.
1. Faktor yang berasal dari dalam tes
a. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat
mengurangi validitas tes
b. Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrument evaluasi, tidak terlalu
sulit.
c. Item tes dikonstruksi dengan jelas.

21
d. Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang
diterima siswa.
e. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu
kurang atau terlalu longgar.
f. Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel
g. Jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi siswa
2. Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes.
a. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban
dalam situasi tergesa-gesa
b. Adanya kecrangan dalam tes sehingga tidak membedakan antara siswa
yang belajar dengan melakukan kecurangan.
c. Pemberian petunjuk dari dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada
semua siswa.
d. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.
e. Siswa tidak dapat memngikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
f. Adanya joki (orang lain bukan siswa) yang masuk dalam menjawab item
tes yang diberikan
3. Faktor yang berasal dari jawaban siswa
Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak
valid, karena dipengaruhi oleh jawaban siswa dari pada interpretasi item-item
pada tes evaluasi (Sukardi, 2008).
2.6 Theory Related Validity dan Criterio Related Validity
Validitas berdasarkan kriteria theory related validity dan criterion-related
validity merupakan sebuah ukuran validitas yang ditentukan dengan cara
membandingkan skor-skor tes dengan kinerja tertentu pada sebuah ukuran luar.
Ukuran luar ini seharusnya memiliki hubungan teoritis dengan variabel yang di ukur
oleh tes itu. Misalnya, tes intelijensi mungkin berkorelasi dengan rata-rata nilai
akademis. Validitas criteria (criterion-related validity) terpenuhi jika pengukuran
membedakan individu menurut suatu criteria yang dharapkan diprediksi. Hal tersebut
bisa dilakukan dengan menghasilkan validitas konkuren (concurrent validity) atau
validitas predictive (predictive validity). Validitas konkuren dihasilkan jika skala
membedakan individu yang diketahui berbeda, yaitu mereka harus menghasilkan
skor yang berbeda pada instrument, sedangkan validitas predictive menunjukkan
kemampuan instrument pengukuran untuk membedakan orang dengan referensi pada
22
suatu criteria masa depan (Sekaran, 2006). Dengan demikian, perbedaan antara
concurrent validity dengan predictive validity adalah waktu pengujian, dimana
concurrent validity diambil dalam waktu yang sama (atau kurang lebih sama),
sedangkan predictive validity dilakukan beberapa saat (dalam periode waktu tertentu)
setelah terlebih dahulu dahulu skor hasil tes diperoleh.
a. Kelemahan Validitas Kriteria
Groth-Marnat (2010) memberikan penjelasan bahwa “metode Contruct
Validity dikembangkan sebagian untuk mengoreksi ketidak-adekuatan dan kesulitan
yang dialami dengan pendekatan content dan pendekatan criterion. Bentuk-bentuk
awal validitas isi terlalu banyak mengandalkan pada judgement subjektif, sementara
validitas criterion terlalu restriktif dalam bekerja dengan ranah-ranah atau struktur
konstrak-konstrak yang diukur. Validitas criterion memiliki kesulitan lain dalam arti
bahwa sering kali tidak ada kesepakatan dalam menetapkan kritera luar yang
adekuat”.
2.7 Uji Reliabilitas Instrument
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau diandalkan. Reabilitas Instrumen adalah adanya suatu kesamaan
hasil apabila pengkuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang
berbeda. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat
ukur yang sama. Alat ukur dikatakan reliable jika menghasilkan hasil yang sama
meskipun dilakukan pengukuran berkali-kali.
Ada dua pendekatan terhadap reabilitas,yaitu:
1. Reabilitas menunjukkan banyaknya variasi atau perbedaan yang diharapkan pada
perangkat pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap suatu objek
2. Reabilitas pengukuran juga menunjukkan kapasitas insividu mempertahankan
posisi relatifnya dalam kelompok
Ada beberapa cara pengukuan yang dapat dipakai untuk melihat reabilitas dalam
pengumpulan data dalam bidang keperawatan,yaitu :
1. Prinsip Stabilitas
Yaitu mempunyai kesamaan bila dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang
berbeda
2. Ekuivalen
Artinya pengukuran memberikan hasil yang sama pada kejadian yang sama
23
3. Homogenitas
Artinya instrument yang dipergunakan harus mempunyai isi yang sama.
Pengujian reabilitas instrument dapat dilakukan dengan cara internal dan eksternal
yaitu :
1. Secara eksternal
a. Metode tes ulang(test-retest)
Yaitu suatu alat tes memiliki reabilitas yang tinggi jika digunakan pada waktu
yang berbeda namun mendapatkan hasil yang sama atau mendekati
sama.caranya adalah dengan mencobakan instrumen beberapa kali pada
responden.

MJii
Rumus : Irk=
J

Irk :Indeks Reabilitas Kasar


M :Data matriks
Jii :Jumlah jawaban pada garis diagonal
J :Jumlah jawaban seluruhnya
Contoh soal :
PENELITIAN II
YA TIDAK JUMLAH
YA 10 50 60
PENELITIAN I
TIDAK 60 40 20
70 10 80

Jawaban :
MJii 10+40
Irk= = = 0,62 = 62%
J 80
Sebagai patokan kasar dapat ditentukan ukuran indeks reabilitas sebagai berikut :
< 0,59 : Reabilitas rendah
0,60-0,89 :Reabilitas sedang
0,90-1,00 :Reabilitas tinggi

b. Equivalent

24
Instrument yang reliable adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda,tetapi
maksudnya sama.Misalnya pertanyaan 1 :Berapa tahun pengalaman kerja anda
dilembaga ini? Akan equivalen dengan pertanyaan 2 : Tahun berapa anda
mulai bekerja dilembaga ini?
Pengujian reabilitas dengan cara ini cukup dilakukan sekali,tetapi
instrumennya ada dua pada responden yang sama,waktu yang sama dan
instrumen berbeda.Reabilitas dihitung dengan cara mengkolerasikan antara
data instrument satu dengan data instrument yang dijadikan equivalen.Bila
kolerasi positif dan signifikan maka intrumen dapat dinyatakan reliabel.
c. Gabungan
Pengujian reliabel ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrument yang
equivalen beberapa kali kepada responden yang sama.Pengujian ini gabungan
dari metode tes ulang dengan equivalent dan selanjutnya dikolerasikan secara
silang.

Instrumen equivalen

Skor data instrument Skor data instrument


Pengujian I
pertama kedua

Pengujian II
Skor data instrument Skor data instrument
pertama kedua

Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda akan dapat dianalisi
enam koefisien reabilitas dan semuanya positif dan signifikan,maka dapat
dinyatakan bahwa instrument tersebut reliabel.
d. Metode Paralel
Metode pengujian memiliki dua bentuk,yaitu:
1) Dua orang peneliti yang berbeda dengan alat ukur yang sama untuk
mengukur variable yang sama dengan menggunakan responden dan waktu
yang sama pula.Reabilitas instrument ditentukan berdasarkan nilai kolerasi
(rxy) dari dua jenis data.
Contoh :
Data yang diperoleh oleh peneliti A dengan peneliti B dikolerasikan dan
hasil dari yang dikolerasikan ini disebut dengan koefisien keserataan.
25
2) Peneliti tunggal menggunakan dua alat ukur yang berbeda untuk mngukur
variable yang sama.Istilah waktu yang sama ini lebih tepat dikatakan
berurutan,mengingat tidak mungkin responden mengerjakan dua buah
instrumen pada waktu yang sama persis pula.Pada penelitian ini peneliti
dapat mengajukan dua pertanyaan dengan titik tekan berbeda secara
gradual.Hasil atau skor yang diperoleh dari penelitian pertanyaan pertama
dikolerasikan dengan pertanyaan kedua yang selanjutnya dijadikan ukuran
instrument memenuhi criteria reabilitas atau tidak
2. Secara internal
Pengujian reabilitas dengan internal konsistensi dilakukan dengan cara
mencobakan instrument sekali saja,kemudian yang diperoleh dianalisis dengan
teknik tertentu.hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reabilitas
instrument.Pengujian dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut:
a. Metode belah dua
Metode ini dilakukan dengan jalan memilih satu instrument kedalam dua
bagian yang sama banyaknya,bagian yang pertama memuat skor dari unsure-
unsur pokok bernomor ganjil dan bagian kedua memuat skor dari unsure-unsur
pokok yang bernomor genap.
Rumus Spearmen-brown
Rxy = 2 r ½ ½
1+ r ½ ½

Ket : rxy : indeks reabilitas instrument


r½½ : Nilai r pearson dari pokok genap dan pokok ganjil.
Contoh :
- Rxy antara total skor pokok genap dan ganjil
- Jika r ½ ½ sudah diketahui untuk mengubah kolerasi menjadi indeks
reabilitas
r ½ ½ = 0,928
rxy = 2r½½
1+ r ½ ½
( 2 ) (0 , 928)
= = 0,963
1+ 0 ,928
b. Metode kesamaan rasional

26
Metode ini dikembangkan oelh Kuder-Richardson dengan titik tekan
kesamaan semua butir soal yang ada pada instumen tes,baik ranah maupun
tingkat kesukarannya.Artiny metode ini hanya dimaksudkan untuk mengukur
reabilitas yang mempunyai satu sifat.
Rumus :
T ∝ x 2 T (T −E)
Rxx =
∝ x 2(T−1)
Ket :
Rxx :Reabilitas secara keseluruhan
T :jumlah item soal
∝ :Variasi skor
E :Skor rata-rata
Contoh :
Seorang guru sekolah perawat menyelenggarakan tes hasil belajar mata
pelajaran etika keperawatan kepada siswanya.Jumlah pokok tes sebanyak 60
buah.Berdasarkan hasil pengolahan sementara diketahui x rata-ratanya 50 dan
galat baku 52.Tentukan reabilitas secara keseluruhan!
Jawab :
T ∝ x 2 T (T −E)
Rxx =
∝ x 2(T−1)

( 60 ) .52−60.(60−50)
=
52(60−1)

1500−600
= = 0,66
1475
c. Rumus KR 21
K m( k−M )
Ri =
(k −1)
1 { k st2 }
Ket :
K :jumlah item dalam instrument
M : Mean skor total
St2 :Varians total
d. Analisis varians Hoyt (Anova Hoyt)

27
MKe
Ri = 1-
Mks

Ket :
Mke :Mean kuadrat kesalahan
Ri :Reabilitas instrument
MKs :Mean kuadrat antara subject
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas Instrument :
Koefisien reliabilitas dapat dipengaruhi oleh waktu penyelenggaraan tes-retes.
Interval penyelenggaraan yang terlalu dekat atau terlalu jauh, akan mempengaruhi
koefisien reliabilitas. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi reliabilitas
instrument evaluasi di antaranya sebagai berikut:
1. Panjang tes, semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item
materi pembelajaran diukur.
2. Penyebaran skor, koefisien reliabelitas secara langsung dipengaruhi oleh
bentuk sebaran skor dalam kelompok siswa yang di ukur. Semakin tinggi
sebaran, semakin tinggi estimasi koefisien reliable.
3. Kesulitan tes, tes normative yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa,
cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah.
4. Objektifitas, yang dimaksud dengan objektif yaitu derajat dimana siswa
dengan kompetensi sama, mencapai hasil yang sama.
2.8 Homogenitas
Uji homogenitas merupakan uji perbedan antara dua atau lebih populasi.
Semua karakteristik populasi dapat bervariasi antara satu populasi dengan yang lain.
Dua di antaranya adalah mean dan varian (selain itu masih ada bentuk distribusi,
median, modus, range, dll).
Penelitian yang selama ini baru menggunakan mean sebagai tolak ukur
perbedaan antara dua populasi. Para peneliti belum ada yang melakukan pengujian
atau membuat hipotesis terkait dengan kondisi varian diantara dua kelompok. Padahal
ini memungkinkan dan bisa menjadi kajian yang menarik. Misalnya saja sangat
memungkinkan suatu treatmen tidak hanya mengakibatkan perbedaan mean tapi juga
perbedaan varian. Jadi misalnya, metode pengajaran tertentu itu cocok untuk anak-
anak dengan kesiapan belajar yang tinggi tapi akan menghambat mereka yang
kesiapan belajarnya rendah. Ketika diberikan pada kelas yang mencakup kedua

28
golongan ini, maka siswa yang memiliki kesiapan belajar tinggi akan terbantu
sehingga skornya akan tinggi, sementara yang kesiapan belajarnya rendah akan
terhambat, sehingga skornya rendah. Nah karena yang satu mengalami peningkatan
skor sementara yang lain penurunan, ini berarti variasi dalam kelompok itu makin
lebar. Sehingga variansinya akan membesar.
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians skor yang diukur
pada kedua sampel memiliki varians yang sama atau tidak. Populasi-populasi dengan
varians yang sama besar dinamakan populasi dengan varians yang homogen,
sedangkan populasi-populasi dengan varians yang tidak sama besar dinamakan
populasi dengan varians yang heterogen.
Faktor-faktor yang menyebabkan sampel atau populasi tidak homogen adalah
proses sampling yang salah, penyebaran yang kurang baik, bahan yang sulit untuk
homogen, atau alat untuk uji homogenitas rusak. Apabila sampel uji tidak homogen
maka sampel tidak bisa digunakan dan perlu dievaluasi kembali mulai dari proses
sampling sampai penyebaran bahkan bila memungkinkan harus diulangi sehingga
mendapatkan sampel uji yang homogen.
Menguji Homogenitas Varians Populasi
Untuk melakukan uji homogenitas data tersebut.Ada dua macam uji
homogenitas untuk menguji kehomogenan dua atau lebih variansi yaitu :
1. Uji Harley Pearson
Uji ini digunakan untuk menguji ukuran dengan cuplikan yang sama (n yang
sama ) untuk tiap kelompok, misalkan kita mempunyai dua populasi normal dengan
varians σ 12 dan σ 22, akan diuji mengenai uji dua pihak untuk pasangan hipotesis nol
H 0 dan tandingannya H 1 :

H0 : σ 21=σ 22
{
H1 : σ 21 ≠ σ

Berdasarkan sampel acak yang masing-masing secara independen diambil dari


populasi tersebut. Jika sampel dari populasi kesatu berukuran n 1dengan varians s21

dan sampel dari populasi kedua berukuran n 2dengan varians s22 maka untuk menguji
hipotesis di atas digunakan statistik.

2. Uji Bartlett

29
Uji ini digunakan untuk menguji ukuran dengan cuplikan yang sama maupun
tidak sama (n yang sama maupun n yang berbeda) untuk tiap kelompok.
Untuk menguji kesamaan beberapa buah rata-rata, dimisalkan populasinya
mempunyai varians yang homogen, yaitu σ 12=σ 22=…=σ 2k . Demikian untuk menguji

kesamaan dua rata-rata, telah dimisalkan σ 12=σ 22, akan diuraikan perluasannya yaitu
untuk menguji kesamaan k buah (k≥2) buah populasi berdistribusi independen dan
normal masing-masing dengan varians σ 12 , σ 21 , … , σ 2k . Akan diuji hipotesis :

H 0 : σ 21=σ 22=…=σ 2k
{
H 1 : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku

Berdasarkan sampel-sampel acak yang masing-masing diambil dari setiap


populasi.Metode yang akan digunakan untuk melakukan pengujian ini adalah
dengan uji Bartlett. Kita misalkan masing-masing sampel berukuran n 1 , n1 , … , n k
dengan data Y ij (i=1,2 , … , kdanj=1,2 , … , n k ).

BAB III

30
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Instrumen Penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk melakukan
sesuatu. Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif.
Dengan masing-masing pengertian kata tersebut di atas maka instrumen penelitian
adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki
suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-
data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau
menguji suatu hipotesis.
Dalam hal ini terdapat dua macam alat evaluasi yang dapat dikembangkan
menjadi instrumen penelitian, yaitu test dan non-test, antara lain sebagai berikut :
bentuk instrument test, bentuk instrument angket atau kuesioner, bentuk instrument
interviu, bentuk instrument observasi, bentuk instrument Skala Bertingkat atau Rating
Scale, bentuk instrument dokumentasi.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
akan lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan tentang Sumber-
Sumber Masalah Penelitian Keperawatan dapat terus di kembangkan dan diterapkan
dalam bidang Metodologi Penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
31
Aedi, Nur. 2010. Instrument Penelitian Dan Pengumpulan Data. Bandung. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Anonim. 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Erdiansyah,Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk  Ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba humanika.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.
Kartono, Kartini.2009. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju
Mantra, I.B. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta Pustaka
Pelajar.
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sugiono.2 009. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfa Beta .
Sumadi Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

32

Anda mungkin juga menyukai