Anda di halaman 1dari 6

Tatalaksana Gizi Kurang pada Balita

Perbaikan gizi sangat berkaitan dengan kemampuan menyediakan makanan di tingkat


keluarga. Faktor ini dipengaruhi oleh pendapatan, pelayanan kesehatan, pengetahuan dan pola asuh
yang diterapkan keluarga. Karena banyaknya faktor tersebut, maka penanggulangan masalah gizi
harus dilakukan dengan multi disiplin ilmu serta secara lintas lembaga dengan melibatkan organisasi
profesi, perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan, dan masyarakat itu sendiri. 1,2

Sebagai tenaga medis di fasilitas kesehatan tingkat pertama, maka penatalaksanaan balita
dengan gizi kurang dilakukan secara komprehensif dari promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Hal tersebut dapat dilaksanakan mulai dari pemberian akses pendidikan dan informasi pada remaja
putri sebagai calon ibu dan juga para ibu, sampai peningkatan akses pelayanan kesehatan dan gizi
yang berkelanjutan pada ibu dan anak.1,2

Langkah promotif dilakukan dengan memberikan edukasi pada masyarakat. Hal-hal yang
perlu diketahui masyarakat untuk mencegah kekurangan gizi pada anak diantaranya adalah:

 Edukasi mengenai sikap serta perubahan perilaku/budaya konsumsi pangan masyarakat ke


arah konsumsi pangan yang semakin beragam, bergizi seimbang, dan aman. Konsep “Empat
Sehat Lima Sempurna” yang dipopulerkan Bapak Gizi Indonesia, Prof. Poerwo Soedarmo
sekitar tahun 1952 sudah dikembangkan dan disempurnakan menjadi “Pedoman Gizi
Seimbang” (PGS). PGS menerapkan empat prinsip, yaitu:3
- Membiasakan makan makanan yang beraneka ragam
- Menjaga pola hidup bersih
- Pentingnya pola hidup aktif dan olah raga
- Pantau berat badan.

Pada PGS juga diperhatikan proporsi makanan dan kecukupan air mineral dalam asupan
makanan sehari-hari yang dikemas dalam gerakan “Isi Piringku”. 4
Gambar 2.x Ilustrasi “Isi Piringku” 4

 Edukasi mengenai cara pemberian makan kepada anak yang benar. Selama ini masih banyak
kesalahan pada cara pemberian makanan kepada anak sehingga banyak orang tua atau
pengasuh yang mengeluh bahwa anaknya susah makan. Oleh karena itu perlu edukasi
mengenai basic feeding rules. Basic feeding rules adalah pedoman atau aturan dasar praktik
pemberian makan dengan tujuan menyusun jadwal makan yang terstruktur dan membantu
anak untuk dapat melatih regulasi makan internalnya. Berikut penjelasan aturannya: 5
- Pemberian makan anak dilakukan secara teratur dan sesuai jadwal. Sebaiknya diberikan
interval 3-4 jam. Diantara interval makan ini, usahakan untuk tidak memberi makanan
kecil, jus, ataupun susu kepada anak. Jika anak merasa haus dapat diberikan air putih saja.
Hal ini dimaksudkan agar anak dapat memahami rasa lapar dan memotivasi anak untuk
makan di waktu selanjutnya.
- Setiap kali memberi makan, dimulai dulu dengan porsi kecil dan secara bertahap
memberikan porsi tambahan ketika anak sendiri yang memintanya. Hal ini akan
membantu anak menjadi tertarik terhadap proses pemberian makan, dan mencegah anak
menjadi bosan ataupun merasa kenyang dulu akibat melihat porsi makannya yang besar.
Melalui pembelajaran ini, anak akan belajar untuk makan hingga ia merasa kenyang.
- Anak diajarkan untuk tetap duduk. Begitu juga dengan orang tua atau pengasuh yang
memberi makan agar tetap duduk bersama hingga anak selesai makan.
- Sebaiknya tidak menawarkan tiga jenis makanan yang berbeda setiap kali makan.
- Waktu makan sebaiknya tidak lebih dari 30 menit, walaupun jika anak hanya makan
sedikit atau tidak sama sekali. Apabila anak lapar, maka anak akan belajar untuk
mengetahui jumlah makanan yang dia inginkan saat waktu makan selanjutnya.
- Memberi pujian pada kemampuan anak untuk belajar makan sendiri, tetapi tidak
berlebihan. Namun, jangan memuji atau mencela jumlah makanan yang dimakan oleh
anak karena jumlah makanan anak tergantung pada kebutuhan fisiologis masing-masing.
- Tidak dibenarkan memberi anak sesuatu yang dapat mengalihkan perhatiannya selama
proses pemberian makan, seperti mainan, buku, dan televisi. Apabila perhatian anak
teralih, maka anak tidak akan memperhatikan rasa lapar ataupun rasa kenyangnya.
- Sebaiknya tidak memberi anak makanan sebagai hadiah, imbalan, penenang, ataupun
bentuk perhatian terhadap anak. Makanan manis dan permen dapat diberikan sebagai
makanan penutup jika anak menginginkannya.
- Melarang anak jika anak membuat makanannya sebagai mainan dan anak mengobrol
selama makan. Waktu untuk berbicara dan bermain disediakan diluar waktu makan
- Jika anak beranjak dari kursi makan, membuang makanan atau peralatan makan, dan
berperilaku tidak sebagaimana mestinya, dapat diberikan satu kali peringatan. Apabila
anak tetap meneruskannya atau tidak mau menurut, anak diberikan “time out”.
 Edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku masyarakat yang belum
menerapkan PHBS merupakan faktor penyebab tidak langsung dari tingginya angka gizi
kurang di Indonesia. Materi edukasi mengenai PHBS yang dapat diberikan kepada
masyarakat diantaranya adalah sanitasi dan penyediaan air bersih, kebiasaan cuci tangan
dengan sabun, buang air besar di jamban, tidak merokok dan memasak di dalam rumah,
sirkulasi udara dalam rumah yang baik, ruangan dalam rumah terkena sinar matahari dan
lingkungan rumah yang bersih.6

Langkah preventif dilakukan mulai dari masa pra hamil dan masa hamil. Saat ini sudah
digencarkan langkah preventif dengan membagikan suplemen zat besi kepada para remaja putri yang
sudah akil baligh, yakni ditandai dengan menstruasi. Pemberian ini ditargetkan pada remaja putri di
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat.
Pemberian zat besi pada remaja putri dimaksudkan untuk mencegah anemia zat besi. 7

Langkah preventif juga dilakukan pada ibu hamil saat kunjungan kehamilan. Saat ini sudah
dilaksanakan program K4, yakni kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal empat
kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar pasangan, dan minimal 1 kali memeriksakan diri ke
dokter. Pemberian zat besi diberikan terutama pada trimester kedua, dimana pada masa ini mulai
terjadi proses hemodilusi pada ibu hamil. Sehingga perlu diberikan suplemen zat besi untuk mencegah
anemia zat besi pada ibu hamil.8

Langkah kuratif dan rehabilitasi dilakukan oleh berbagai pihak mulai dari petugas kesehatan,
kader, dan ibu dengan anak yang mengalami gizi kurang. Rangkaian kegiatan tersebut dapat
dilaksanakan pada pos gizi. Pendekatan pos gizi adalah suatu kegiatan dimana kader dan ibu balita
yang mengalami kurang gizi mempraktekkan berbagai prilaku baru dalam hal memasak, pemberian
makanan, kebersihan dan pengasuhan anak dalam rangka memulihkan status gizi anak. Berat dan
tinggi badan anak dicatat dan diplotkan ke kartu menuju sehat (KMS). Hasil pengamatan
dilaksanakan oleh kader. Pelaporan dan penganganan kasus gizi dilakukan oleh penanggungjawab
bidang gizi di puskesmas.9

Kegiatan Pos Gizi yang terdiri dari:9

 Pemulihan gizi, yaitu dengan pemberian makanan tambahan yang berkalori tinggi selama
dua minggu
 Pendidikan gizi bagi orang tua atau pengasuh anak, yakni diberikan pengetahuan
mengenai status gizi, kebersihan, penyiapan makanan, proporsi dan variasi makan, serta
cara pemberian makan kepada anak yang benar
 Pemantauan praktik pemberian makanan di masing-masing rumah anak dengan gizi
kurang.

Peserta Pos Gizi yang lulus adalah peserta yang berat badan akhir sesi Pos Gizi mengalami
status gizi normal, atau peserta yang mengalami kenaikan berat badan mencapai ≥ 400 gram per bulan
selama dua bulan berturut-turut.9

Salah satu kegiatan Pos Gizi adalah pemulihan gizi dengan pemberian makanan tambahan
(PMT). PMT terdapat dua jenis PMT pemulihan dan PMT penyuluhan. Keduanya memiliki tujuan
yang sama, yakni untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita. 10

PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sekaligus sebagai
pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau
bahan makanan lokal. PMT pemulihan hanya dikonsumsi oleh balita gizi kurang dan gizi buruk dan
sebagai tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti makanan utama. 10
Gambar 2.x PMT Pemulihan Balita10

Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yaitu berupa
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 – 23 bulan, dan makanan
tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan berupa makanan keluarga. 10

PMT Penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan kepada balita yang disediakan
oleh kader posyandu. Tujuan PMT Penyuluhan adalah sebagai sasaran penyuluhan kepada orang tua
balita tentang makanan kudapan yang baik diberikan untuk balita, sebagai sarana untuk membantu
mencukupi kebutuhan gizi balita, dan sebagai sarana untuk menggerakkan peran serta masayarakat
dalam mengatasi masalah kekurangan gizi pada anak. 10
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-
2015. Diunduh dari: https://www.bappenas.go.id/files/4613/5228/2360/ran-pg-2011-2015.pdf
pada tanggal 1 Mei 2020
2. Elan Satriawan. Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024. Diunduh dari:
http://www.tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis%202018/Sesi
%201_01_RakorStuntingTNP2K_Stranas_22Nov2018.pdf pada tanggal 1 Mei 2020
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman
Gizi Seimbang
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Leaflet Isi Piringku. Diunduh dari:
http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/LEAFLET-ISI-
PIRINGKU-ilovepdf-compressed_1011.pdf pada tanggal 1 Mei 2020
5. Chatoor I. Diagnosis and treatment of feeding disorders, in infant, toddlers, and young
children. Washington DC: Zero to three; 2009.
6. Julius WD, Zuraida R, Saftarina R. Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dan status
kesehatan dengan status gizi balita pada rumah tangga miskin di kabupaten Way Kanan. Med
Jou o Lampung Univ. 2014,3(6): 161-69
7. Permatasari, Tyas, et al. Efektifitas program suplementasi zat besi pada remaja putri di kota
bogor. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Universitas Hasanuddin. Maret 2018, 14(1):
1-8
8. Tanberika FS, Rokhanawati D. Hubungan frekuensi antenatal care dengan berat bayi lahir
rendah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2009. Diunduh dari:
http://digilib.unisayogya.ac.id/1648/1/NASKAH%20PUBLIKASI_FAJAR.pdf pada tanggal 1
Mei 2020
9. Aulia N. Penilaian Kebermanfaatan Program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2010. Diunduh dari:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1270/1/NI%27MATUAULIA-
FKIK.PDF pada tanggal 1 Mei 2020
10. Izwardy D. Padat Karya Tunai Desa (PKTD) Pendidikan Gizi Pemberian Tambahan Makanan
Lokal Bumil Dan Balita Serta Konsep Pendidikan Gizi-PMBA Melalui Dana BOK 2019.
Diunduh dari:
http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_60248a365b4ce1e/files/FINAL-
PAPARAN-PKTD_-KEBIJAKAN-KESMAS-2019_20-OKT-2018_1187.pdf pada tanggal 1
Mei 2020

Anda mungkin juga menyukai