LP Ketuban Pecah Dini
LP Ketuban Pecah Dini
A. DEFINISI
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya
membran ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2003). Ketuban
pecah dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu
proses infeksi dan peradangan dimulai di ruangan yang berada diantara amnion
korion (Constance Sinclair, 2010). Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan
37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam
sebelum waktunya melahirkan.
B. ETIOLOGI
Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas, maka
preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi(Mochtar,
2002).Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
servik(Saifudin, 2000).Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini
antara lain :
1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis
selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas
ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini.
C. KLASIFIKASI
Menurut POGI tahun (2014), KPD diklasifikasikan menjadi 2 kelompok,
yaitu, KPD preterm dam KPD aterm.
1. KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti dengan
vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada usia <37
minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah pecahnya
ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu,
sedangkan KPD preterm saat umur kehamilan ibu anatara 34 sampai kurang
dari 37 minggu minggu.
2. KPD Aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang
terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+ )
pada usia kehamilan ≥ 37 minggu.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-
hal berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersama-
sama dengan hipermotilitas Rahim
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu
dini.Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar
sudah pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau
kecil.
E. PATHWAY
Kala 1 persalinan
His yang
Gangguan pada kala
berulang
1 persalinan
Peningkatan
kontraksi &
Kanalis Infeksi Serviks
pembukaan Kelainan
servikalis genetalia inkompet
serviks uteri letak
selalu en
janin atau
terbuka
sungsang
akibatbatnya
Mengiritasi Proses
kelainan
biomekani Dilatasi
nervus serviks uteri
k bakteri berlebi
pudendalis (abortus & Tidak ada
mengeliua han
riwayat bagian
rkan enzim serviks
kuretase) terendah
Stimulus preteolitik
yang
nyeri menutupi
Selaput
Mudahnya pintu atas
ketuban
pengeluaran panggul yang Selaput
menonjol
Nyeri air ketuban menghalangi ketuban
& mudah
akut tekanan mudah
pecah
terhadap pecah
membran
bagian bawah
Ansietas
Risiko infeksi
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering.
Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang
mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan
terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan
yang disampaikan pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang
menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah air ketuban, diantaranya tes ferning
dan nitrazine tes.Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban
pecah dini dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks
posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan
bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan
infeksi asenden dan persalinan prematuritas.
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat
dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.
H. PENATALAKSANAAN
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi
dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh
karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci
sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam
rahim.Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam
merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur
kehamilan, makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu
terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg. Sebagai
gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru
sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu
sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga
kematangan paru janin dapat terjamin(Manuaba, 2009).
I. KOMPLIKASI
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko
infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD premature
sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada
korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat
terjadi pada KPD.Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD
Praterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD praterm ini terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 23 minggu.
1. Infeksi intrauterine
2. Tali pusat menumbung
3. Prematuritas
4. Distosia.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas atau biodata klien
Tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluar cairan dari vagina
b. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kelamin atau abortus
c. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat abortus di keluarga pasien, atau juga kelahiran prematur
e. Riwayat psikososial
Riwayat klien biasanya cemas dengan keadaannya
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan
dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien KPD biasanya nafsu makannya menurun
c. Pola aktifitas
Pada klien KPD tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada
klien KPD didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan
dan nyeri.
d. Pola istirahat dan tidur
Pada klien KPD terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena
nyeri yang mengganggu.
e. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
f. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya.
h. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi penurunan frekuensi seksual pada saat hamil
i. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres
sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya pembesaran kelenjar tiroid, karena
adanya proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mamae dan papila mamae.
g. Abdomen
Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, bentuk perut: memanjang,
adanya linea alba/nigra, adanya strie albican/livide, adanya kelainan ata
tidak, adanya pergerakan pergerakan janin atau tidak
h. Genitalia
Keluar keputihan
i. Anus
Tidak ada luka
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k. Tanda-tanda vital
Tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko infeksi kondisi terkait ketuban pecah dini(00004)
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi (00132)
3. Ansietas berhubungan dengan ketuban pecah dini (00146)
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
KPD (00126)
C. INTERVENSI KPERAWATAN
Diagnosa 1 : Risiko infeksi (00004)
NOC : Keparahan Infeksi: Baru lahir (0708)
Kode Indikator S S
A T
0708 01 Ketidak stabilan suhu 3 5
070808 Hipertensi 3 5
070815 Distensi abdomen 3 5
070821 Menangis kuat 3 5
070834 Peningkatan sel darah putih 3 5
Keterangan :
1. Berat
2. Besar
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC : Kontrol Infeksi (6540)
1. Alokasikan kesesuian luas ruang
2. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk pasien
3. Ganti peralatan perawatan per pasien
4. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
5. Gunakan kateterisasi intermiten untuk mengurangi kejadian infeksi
DAFTAR PUSTAKA