Anda di halaman 1dari 9

P : Alopecia Areata

I : Lotion Clobetasol
C : White Squill
O : Efficacy

1
Intisari
Alopesia areata merupakan penyakit radang kronis yang ditandai dengan rambut
rontok dengan bercak bulat atau oval dari kerontokan rambut non jaringan parut. Sejak dulu
kala,Urginea Maritima (White Squill) digunakan untuk perawatan rambut rontok dalam
pengobatan tradisional di Iran. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkam efikasi lotion
Clobetasol dan Ekstrak Squill dalam pengobatan alopecia areata dengan Randomized,
double-blind clinical trial. Dari 42 pasien diacak menjadi 2 kelompok. Kedua kelompok
menerima lotion squill dan Clobetasol topikal dua kali sehari selama 12 minggu. Evaluasi
klinis berupa ukuran patch (schablone 1x1 cm2), jumlah rambut tumbuh dan jumlah rambut
terminal yang dilakukan setiap 2 minggu. Pertumbuhan kembali rambut terminal dievaluasi
menggunakan semi-quantitative regrowth score (RGS) (0: tidak ada pertumbuhan kembali, 1:
pertumbuhan 25-50%, 3: pertumbukan 51-75%, 4: pertumbuhan >75%). Terdapat perbedaan
yang signifikan antara RGS4 pada 2 kelompok setelah 2 dan 3 bulan pengobatan (p<0.05).
Pada akhir masa tindak lanjut, tingkat pertumbuhan rambut rata-rata meningkat secara
signifikan dari 6,5 menjadi 11,3 pada kelompok squill (p = 0,031) dan meningkat secara
signifikan pada kelompok Clobetasol (p=0,001). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
tingkat pertumbuhan rambut rata-rata pada 2 kelompok setelah perawatan 3 bulan (p=0,969).
Lotion ekstrak U.maritima 2% menunjukan efek yang baik pada 45% pasien dengan patch
alopesia areata dan menunjukan moderat efek dalam pertumbuhan rambut terminal.

Pendahuluan
Alopesia Areata (AA) merupakan penyakit radang kronis yang menyerang anak-anak
dan orang dewasa yang ditandai dengan bercak bulat atau oval dari kerontokan rambut non
jaringan parut. Alopesia areata dapat mengenai laki-laki maupun perempuan dan sebagian
besar pada usia kurang dari 30 tahun. Banyak pilihan terapi yang digunakan oleh dokter kulit,
seperti kortikosteroid topical dan intralesi, minoxidil topical, imunoterapi topical, psoralen-
UVA irradiation dan agen imunosupresive seperti metotreksat dan siklosporin, tetapi tidak
ada yang bersifat kuratif atau preventif. Penyakit ini merupakan penyakit autoimun dan
banyak faktor yang berperan dalam perkembangan AA seperti genetic, keadaan atopic,
tekanan emosional, agen infeksi dan faktor neurologis.
Saat ini, obat dan tanaman tradisional telah tersedia dan diperjualbelikan secara
komersil dalam berbagai bentuk dosis sediaan di pasaran untuk pengobatan. Oleh karena itu
penting untuk melakukan uji efektivitas dan uji toksikologi pada obat herbal.

2
Urginea Maritima (White Squill) merupakan tanaman dari family Liliaceae. U. maritima
adalah tanaman asli di wilayah mediterania dan juga tumbuh di Afrika Utara dan India.
Investigasi fitokimia telah melaporkan bahwa cardiac steroid (bufadienolides) adalah
konstituen utama dari umbi U.Maritima. Glikosida yang paling penting dari bufoduenolide
adalah scillaren A, sekitar dua pertiga dari total jumlah glikosida dan squill yang
mengandung aglikon yang disebut sebagai scillaridin A. Selain itu glikosida jantung lainya
seperti glucoscillin A dan proscillaridin A diisolasi dari U. maritima. Senyawa lain seperti
anthocyanin, flavonoid dan polisakarida terdeteksi dalam squill. Ini juga mengandung
flavonoid sinistrin (karbohidrat yang mirip dengan inulin) dan karbohidrat terkait. Kalsium
oksalat juga ada dan kristal asikular dengan mudah menembus kulit ketika digunakan dan
menyebabkan iritasi hebat.
Squill telah digunakan sebagai produk diuretic dan kardiotonik dalam pengobatan
tradisional dan juga telah digunakan dalam obat batuk sirup. Senyawa dari squill menunjukan
adaya efek insektisida.
Dalam studi uji klinis, efek jantung dari metilproscillillindin glikosida jantung dari
squill telah di selidiki. Dua kelompok pasien dengan penyakit jantung coroner menerima 1
mg metilproscillaridin atau placebo untuk menguji efek ionotropic dari metilproslillaridin.
Hasilnya menunjukkan efek ionotropic glikosida yang positif pada pasien. Dahulu, Squill
telah digunakan untuk pengobatan rambut rontok di Iran. Dalam pengobatan tradisional Iran,
squill dengan borax digiling dan diletakan sementara di tempat yang mengalami kebotakan.
Penggunaan squill di tempat yang mengalami kebotakan membuat kemerahan pada
permukaan kulit dan melanjutkan pertumbuhan rambut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efek terapi lotion Clobetasol
propionate 0,05% dan ekstrak squll di alopesia areata dalam uji randomized, double-blind
clinical trial.

Bahan dan Metode


Persiapan Ekstrak
Umbi Urginea maritima dikumpulkan dari Khozestan, Iran. Ekstraksi alcohol adalah
metode yang baik untuk mengisolasi konstituen polar dan semipolar. Ekstrak hidroalkolik
dari U. maritima telah disiapkan untuk mengevaluasi efeknya pada alopesia areata. Umbi
Squill akan ditumbuk menjadi bubuk halus. Ekstrak hydroalkohol dari umbi U. maritima
disiapkan dengan metode maserasi menggunakan etanol selama 48 jam pada suhu kamar,
setelah itu semua supernatant akan disaring melalui kertas saring (Whatman no.4), larutan
3
yang disaring dari U. maritima dikonsentrasikan oleh evaporator berputar dan di liphopilized
dalam system pengering beku pada suhu <40 derajat celcius. Ekstrak disimpan pada suhu 4
derajat celcius sampai diperlukan. Ekstrak quill pekat dilarutkan dalam etilen glikol untuk
mendapatkan larutan squill 2%. Lotion clobetason propionate 0,05% diperoleh dari
perusahaan farmasi Behvarzan di Iran. Lotion squill atau Clobetasol di berikan dalam botol
dan digunakan untuk pasien.
Kedua lotion memiliki bentuk, pengemasan dan pelabelan yang sama dan dibagikan
pada kelompok 1 dan 2. Dokter meresepkan lotion kepada pasien berdasarkan jumlah label.
Dokter dan pemberi lotion tidak mengetahui isi dari botol. Apoteker adalah satu-satunya
orang yang tau mengenai isi dari botolnnya apakah itu squill atau Clobetasol lotion.

Desain penelitian dan Kelompok Sasaran

4
Penelitian ini merupakan randomized double-blind yang dilakukan selama 12 minggu
dan data dikumpulkan dan dianalisis. Penenlitian ini menerima persetujuan etik dari komite
etik Ahvaz Jundishapur Univesitas Ilmu Kedokteran (IRCT201206039937N1), dan semua
peserta memberikan persetujuan secara tertulis. Semua orang tua dari peserta remaja
memberikan persetujuan tertulis. Keamanan dari ekstrak lotion 1%, 2% dan 5% diuji dengan
melihat iritasi kulit pada kulit normal 25 sukarelawan sehat. Akhirnya, ekstrak squill lotion
2% yang dipilih untuk penelitian ini.
42 pasien dengan alopesia areata yang hadir di Rumah Sakit Imam Khomeini, Ahvaz,
provinsi Khouzestan, Iran antara Februari 2011 - Februari 2012 dilibatkan dalam penelitian
ini. Gambar 1 menunjukan diagram alur peserta melalui setiap tahap Randomized trial.
Kriteria inklusi : pasien berusia diatas 5 tahun dengan diagnosis AA kulit kepala dan
setidaknya 25% rambut rontok karena AA. Kriteria Ekslusi : penggunaan Digoxin, kalsium
atau Quinidine, gagal jantung, ginjal, disfungsi hati, kehamilan, menyusui, penggunaan
ramuan obat lain atau pengobatan apapun untuk alopecia areata dalam 1 bulan terahir.
42 pasien diacak menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 (n=22) menerima lotion squill topical
untuk 2 kali sehari (pagi dan malam) dan kelompok 2 (n=20) menerima lotion Clobetasol.
Lotion squill atau Clobetasol dioleskan pada patch alopesia selama 12 minggu. Pengacakan
dilakukan dengan menggunakan pengacakan blok. Pasien sample tidak mengetahui obat apa
yang dia terima dan menandatangani persetujuan tertulis sebelum memulai penelitian.
Evaluasi klinis termasuk menilai ukuran patch (menggunakan 1x1 cm2 schablone),
jumlah rambut yang tumbuh dan jumlah rambut terminal (dihitung menggunakan lensa) yang
dilakukan setiap 2 minggu. Pertumbuhan kembali rambut kasar terminal dievaluasi setiap 2
minggu yang dievaluasi menggunakan semi-quantitative regrowt score (RGS) (0: tidak ada
pertumbuhan rambut kembali,1: pertumbuhan <25%, 2: pertumbuhan 25-50%, 3:
pertumbuhan 51-75%, 4: pertumbuhan >75%).

Analisis data
Analisis telah dilakukan dengan menggunakan statistic deskriptif seperti mean dan
standar deviasi dan statistic analitik seperti, paired sample t-test, mann Whitney menggukan
SPSS. Paired sample t-test digunakan untuk membandingkan RGS pada minggu ke 4,8,12
yang terdistribusi normal. Metode chi-square digunakan untuk analisis gender.

Hasil

5
Kedua kelompok dicocokkan dalam hal usia (P=0,146) dan jenis kelamin (P=0,139).
Ada 6 perempuan (27,27%) dan 16 laki-laki (72,72%) pasien berusia 31,1812,4 pada
kelompok squill dan 6 perempuan (30%) dan 14 laki-laki (70%) berusia 26,758,5 pada
kelompok Clobetasol. Demografi peserta ditunjukan pada table 1. Dalam kelompok squill
dua pasien di keluarkan dan akhirnya 40 pasien menyelesaikan penelitian.Usia pasien dalam
kelompok squill adalah 9-52 tahun dan dalam kelompok Clobetasol adalah 11-38 tahun.
Tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara usia atau jenis kelamin pada kelompok
perawatan dan kontrol (p>0,05).

Durasi rata-rata penyakit AA adalah 2,902,1 dan 2,112,1 bulan pada kelompok
squill dan clobetason, dan didapatkan hasil bahwa durasi rata-rata penyakit pada dua
kelompok tidak signifikan secara statistic (P=0,278). Riwayat keluarga yang positif dari
penyakit ini masing-masing 25,5% dan 20% pada kelompok perlakuan dan kontrol. Kedua
kelompok tidak berbeda secara signifikan dalam riwayat keluarga (P=0,085).
Jumlah patch alopesia pada awal kelompok clobetason adalah 31 dan 17 patch (56%)
berada di area janggut 14 kasus (46%) di kulit kepala. Pada kelompok squill, jumlah patch
adalah 40, termasuk 27 tambahan (60%) di daerah janggut dan 13 patch (40%) di kulit
kepala. 1 pasien memiliki lessi di janggut dan kulit kepala.
Regrowth score (RGS) setelah 1,2 dan 3 bulan pengobatan dalam kelompok squill dan
Clobetasol ditunjukan pada table 2. Hasil RGS menunjukan bahwa tidak ada perbedaan
signifikan antara RGS dalam 2 kelompok setelah pengobatan 1 bulan (P>0,05). Sementara
itu, pada akhir bulan kedua peningkatan RGS4 pada kelompok squill signifikan
dibandingankan kelompok Clobetasol (P=0,000).
Pada kelompok squill, pada ahir bulan ketiga pengobatan 9 patch (30%) pada 6 pasien
RGS = 0, 10 patch (33%) pada pasien RGS = 13, 5 patch (16,6%) pada 4 pasien RGS = 2, 3
patch (10%) pada 3 pasien RGS = 3 dan 7 patch (23,3%) pada pasien 6 RGS = 4 dilaporkan.
Pada kelompok Clobetasol setelah pengobatan 3 bulan terlihat bahwa 3 patch (9,8%) pada 3

6
pasien RGS = 0, 12 patch (39,2%) pada 8 pasien RGS = 1 , 6 patch (19,6%) pada 5 pasien
RGS = 2, 9 patch (29%) pada 8 pasien dan 3 patch (9,6%) pada 3 pasien RGS = 4.
Didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara RGS 4 dalam 2 kelompok
setelah pengobatan 3 bulan (P<0,05)
Tingkat pertumbuhan rambut terminal rata-rata pada awal studi adalah 0,85 dan 0,95
dan setelah 4 minggu pengobatan adalah 2,1 dan 3,6 pada kelompok Clobetasol dan squill
masing-masing. Pada bulan pertama terapi squill secara signifikan lebih efektid daripada
Clobetasol (p = 0,000).

Tingkat pertumbuhan rambut rata-rata meningkat secara signifikan dari 3,6 menjadi
6,5 pada kelompok squill (p=0,009); dan juga meningkat secara signifikan dari 2,1 menjadi
10,3 pada kelompok Clobetasol (p=0,004) setelah 2 bulan pengobatan. Pada masa ahir tindak
lanjut, tingkat pertumbuhan rambut rata-rata meningkat secara signifikan dari 10,3 manjadi
17,9 pada kelompok Clobetasol (p=0,001). Tidak ada perbedaan signifikan antara tingkat
pertumbuhan rambut rata-rata dalam 2 kelompok setelah perawatan 3 bulan (P=0,969).
Tingkat pertumbuhan rambut vellus di patch alopesia pada garis dasar setelah 1,2 dan
3 bulan pengobatan adalah 10%, 60%, 65% dan 73%, masing-masing meningkat secara
signifikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya (p<0,05).
Tingkat pertumbuhan vellus di patch alopesia pada garis dasar setelah 1,2 dan 3 bulan
pengobatan pada kelompok clobeasol adalah 4%, 45%, 56% dan 72%, masing-masing yang
meningkat secara signifikan ketika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (p<0,05). Tidak
ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pertumbuhan rambut dalam 2 kelompok setelah
perawatan 3 bulan (p=0,754).
Ukuran rata-rata area yang terpengaruh berkurang dari 974,45 menjadi 766,29 pada
kelompok squill dan 985,35 menjadi 725,95 pada kelompok Clobetasol. Semua perbedaan
yang diamati antara kelompok-kelompok perlakuan ini tidak signifikan (p>0,05). Pada
kelompok squill, gatal pada 2 pasien (10%) dan sensasi terbakar 4 pasien (20%) diamati.
Pada kelompok Clobetasol, iritasi ringan pada 8 pasien (40%) dilaporkan.
7
Pada ahir bulan ketiga keperawatan, kepuasan pasien dengan pengobatan berdasarkan
pendapat pribadi pasien dalam pilihan saya tidak puas, kepuasan relative, saya sangat puas
telah terdata. Kepuasan sebagian dan lengkap dari kelompok Clobetasol lebih tinggi dari
squill. Perbedaan pendapat ini tidak signifikan secara statistic (P=0,836)
Pada pasien dengan riwayat keluarga positif (PFH) AA dievaluasi RGS<2 setelah 3
bulan pengobatan dengan squill, sedangkan pada kelompok Clobetasol, pasien dengan FPH
AA, RGS adalah 50% < 2 dan 50% >2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara efek PFH
dalam 2 kelompok setelah pengobatan 3 bulan (p=0,107)

Pembahasan
Penelitian ini merupakan studi pertama yang menentukan kemanjuran lotion topical
ekstrak squill dalam pengobatan alopecia areata dalam randomized, double-blind clinical
trial.
Pada ahir penelitian, jumlah patch tidak berkurang pada kelompok Clobetasol
sementara menurun 17% pada kelompok ukuran squill. Ukuran rata-rata daerah yang terkena
secara signifikan menurun 21% dan 26% setelah pengobatan 3 bulan dengan squill dan
Clobetasol, masing-masing bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok-
kelompok perlakuan ini (p> 0,05).
Pertumbuhan kembali rambut kasar terminal >50% dengan RGS=3 dan 4 terlihat di
33,3% pacth (45% pasien) dan 38,6% patch (55% pasien) setelah masing-masing 3 bulan
perawatan dengan squill dan Clobetasol. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara RGS =
3, 4 dalam dua kelompok setelah pengobatan 3 bulan (p>0,05). Sementara itu, jumlah patch
dengan pertumbuhan terminal 100% dalam kelompok squill lebih dari kelompok Clobetasol
(15% vs 9%)
Dalam penelitian sebelumnya, efek dari beberapa tanaman keluarga Liliaceae dalam
pengobatan AA diselidiki .Dalam satu penelitian, kemanjuran ekstrak bawang putih topical
dalam pengobatan AA dipelajari. Hasilnya menunjukan semua pasien (100%) merespons
perawatan ini, dibandingkan dengan penelitian terbaru, ekstrak squill menunjukan respons
yang lebih rendah daripada ekstrak bawang putih. Jadi, ekstrak bawang putih topical adalah
pengobatan topical yang efisien dan cepat untuk penyakit AA.
Dalam uji klinis lain, efek kombinasi krim betamethasone valerate pada AA
dipelajari. Hasil penelitian menemukan bahwa gel bawang putih topical secara signifikan
meningkatkan efikasi bethamethasone cream dalam pengobatan AA.

8
Menurut uji klinis, jus bawang (Allium cepal), bisa menjadi pengobatan topical yang
efektif untuk AA. Dalam studi ini, 23 pasien dengan menggunakan jus bawang bombai
topical 2 kali sehari selama 2 bulan. Setelah 6 minggu perawatan, pertumbuhan kembali
rambut diamati pada 20 pasien (86,9%), sehingga jus bawang lebih efektif daripada ekstrak
squill.
Pada kelompok squill, gatal pada 2 pasien (9,09%) dan sensasi terbakar 4 pasien
(18,18%) diamati. Kelompok iritasi ringan pada kelompok clobetasol pada 8 pasien (40%)
dilaporkan. Penggunaan tanaman obat telah tumbuh di seluruh dunia, sementara ada
kesenjangan antara penggunaan tradisional dan obat berbasis bukti (evidence based
medicine), sehingga perlu lebih banya evaluasi dan uji klinis dari ramuan ini pada objek
manusia. Hasil studi dapat digunakan untuk industry baru.
Kesimpulanya, lotion 2% pada ekstrak umbi U. maritima menunjukan efek yang baik
pada 45% pasien dengan patch alopesia areata dan menunjukan efek moderat pada
pertumbuhan kembali rambut terminal. Tetapi bukti dari penelitian ini tidak cukup untuk
merekomendasikan lotion squill sebagai pengobatan topical AA dan dalam penelitian baru-
baru ini, keuntungan dari ini untuk perawatan konvensional dengan lotion Clobetasol 0,05%
tidak terbukti. Karena ini adalah penelitian kecil, keamanan dan kemanjuran squill perlu di
konfirmasi pada populasi AA yang jauh lebih besar. Juga, disarankan untuk menyelidiki efek
konsentrasi ekstrak squill yang berbeda pada pasien alopesia areata

Anda mungkin juga menyukai