4.2. Analisis kelayakan Etik Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap fungsi kognitif dan ekspresi β-
amiloid di otak tikus
53
putih wistar model demensia Alzheimer. Manfaat praktis dari penelitian ini untuk
memberikan dasar acuan bagi uji klinis mengenai efektivitas pemberian ekstrak
daun katuk (Sauropus androgynus) terhadap pencegahan demensia Alzheimer dan
dapat menjadi agen untuk pencegahan kasus demensia Alzheimer bila terbukti
efektivitasnya melalui uji klinis. Hewan tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
digunakan sebagai objek penelitian disebabkan oleh kekerabatan genetik yang
cukup dekat dengan manusia serta memiliki sifat tenang dan mudah untuk
dipegang. Jumlah objek penelitian sebanyak 30 ekor. Tikus jantan diambil secara
homogen yaitu umur 3-4 bulan dengan berat badan 300-400 gram. Hewan ini
diperoleh dari Laboratorium Eureka, Palembang. Tikus jantan yang digunakan
merupakan tikus sehat dan belum belum pernah digunakan pada penelitian
sebelumnya. Makanan diberikan secara teratur, sementara minum diberikan secara
ad libitum, dikondisikan pada lingkungan dan perlakuan yang sama di Animal
House Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Tikus ditempatkan pada
kandang beralaskan serbuk kayu berukuran 45x35x20 cm yang ditutup dengan
kawat kasa. Tikus dijauhkan dari kontak langsung dengan sinar matahari, dengan
pengaturan siklus terang-gelap secara bergantian dalam 24 jam dan dikontrol
setiap hari. Suhu ruangan diatur berkisar 22-27°C, sementara kelembaban diatur
pada 50-60%. Semua tikus diambil secara acak dan dibagi menjadi 6 kelompok.
Masingmasing kelompok terdiri dari 5 tikus. Selanjutnya, masing-masing
kelompok diberi perlakuan sebagai berikut: a. Kelompok I (K1) : sebagai
kelompok normal, hanya diberikan CMC 0,5% (w/v) per oral setiap hari b.
Kelompok II (K2) : sebagai kontrol negatif, diberikan CMC 0,5% (w/v) dan
AlCl3 per oral per hari c. Kelompok III (K3) : sebagai kontrol positif, diberikan
vitamin B12 8,5 μg/kgBB dan AlCl3 per oral per hari d. Kelompok IV (K4) :
sebagai kelompok uji dosis I, diberikan ekstrak daun katuk dosis 75 mg/kgBB dan
AlCl3 per oral per hari
54
e. Kelompok V (K5) : sebagai kelompok uji dosis II, diberikan ekstrak daun katuk
dosis 150 mg/kgBB dan AlCl3 per oral per hari f. Kelompok VI (K6) : sebagai
kelompok uji dosis III, diberikan ekstrak daun katuk dosis 300 mg/kgBB dan
AlCl3 per oral per hari
Semua kelompok diberi perlakuan selama 28 hari berturut-turut. Pada hari ke-30,
tikus di-euthanasia dengan pemberian anestesi per inhalasi menggunakan
klorofom hingga tikus kehilangan kesadaran dengan cepat dan dilanjutkan proses
dekapitasi. Setelah tikus mati, tikus ditempatkan pada papan otopsi dengan perut
menghadap ke bawah, dilakukan pembedahan pada kepala tikus yang diawali
pembersihan rambut tikus, pelepasan kulit secara halus dari jaringan pelapis
dibawahnya sebelum akhirnya menemui tulang tengkorak yang kemudian dibuka.
Selanjutnya, dari rongga yang telah dibuat, otak tikus diambil untuk dilanjutkan
dengan pembuatan blok parafin yang akan diproses menjadi sediaan untuk uji
imunohistokimia guna menilai ekspresi β-amiloid. Setelah dilakukan
pembedahan, bagian tikus yang tidak digunakan dikubur di area animal house.