Anda di halaman 1dari 14

Journal Reading

HALAMAN JUDUL
Pathophysiology and Treatment of Discogenic and
Radicular Lower Back Pain

Oleh:

Aufa Muhammad Nadhif, S. Ked 04054822022036


Assyifa Rachmadina, S. Ked 04054822022079
Frilla Adhany Marsya, S. Ked 04054822022104
Wiena Nadella Praja, S. Ked 04054822022110
M Khairul Kahfi Pasaribu, S. Ked 04054822022145
Nurunnisa Arsyad, S. Ked 04054822022132
Ully Febra Kusuma, S. Ked 04054822022026
Pembimbing:

dr. Jalalin, Sp.KFR

DEPARTEMEN REHABILITASI MEDIK


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020

HALAMAN PENGESAHAN

Journal reading
Judul:

Pathophysiology and Treatment of Discogenic and Radicular Lower


Back Pain

Linqiu Zhou*, Eric K Holder and Hannah P Leahy

Oleh:

Aufa Muhammad Nadhif, S. Ked 04054822022036


Assyifa Rachmadina, S. Ked 04054822022079
Frilla Adhany Marsya, S. Ked 04054822022104
Wiena Nadella Praja, S. Ked 04054822022110
M Khairul Kahfi Pasaribu, S. Ked 04054822022145
Nurunnisa Arsyad, S. Ked 04054822022132
Ully Febra Kusuma, S. Ked 04054822022026

Telah diterima dan disetujui untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 13 Mei
s.d. 20 Mei 2020

Palembang, 15 Mei 2020

ii
dr. Jalalin, Sp.KFR

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah, karena berkah dan
rahmatnya journal reading dengan judul “Pathophysiology and Treatment of
Discogenic and Radicular Lower Back Pain” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ilmiah ini dibuat demi memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Departemen Rehabilitasi Medik RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang.

Penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada dr. Jalalin, Sp.KFR,


karena bimbingannya ilmiah ini menjadi lebih baik. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan ilmiah ini. Oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulisan yang lebih baik di
masa yang akan datang.

Palembang, 14 Mei 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
JURNAL.................................................................................................................5
A. Anatomi dan fungsi diskus vertebralis..........................................................5
B. Patofisiologi degenerasi diskus dan hipertrofi sendi facet............................6
C. Tatalaksana non-operatif dari nyeri punggung diskogenik dan radikular.....7
D. Latihan penguatan otot inti lumbar...............................................................8
E. Penurunan berat badan..................................................................................8
F. Kesimpulan...................................................................................................9
TELAAH KRITIS................................................................................................10
I. Population...................................................................................................10
II. Intervetion...................................................................................................10
III. Comparison.................................................................................................10
IV. Outcome......................................................................................................10
V. Validity........................................................................................................11
VI. Importancy..................................................................................................11
VII. Applicability................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

v
Patofisiologi dan Tatalaksana Nyeri Punggung Bawah Diskogenik
dan Radikuler
Linqiu Zhou*, Eric K Holder and Hannah P Leahy

Kata Kunci: Nyeri punggung bawah; degenerasi lumbar; herniasi lumbar;


radikulopati lumbar; injeksi epidural transforamen. Nyeri punggung bawah dapat
terjadi pada 80% populasi manusia dan insiden kejadiannya terus meningkat (1).
Faktanya, nyeri punggung bawah adalah alasan umum terbanyak ketiga untuk
orang-orang datang ke dokter (2). Biaya perawatan untuk nyeri punggung di
Amerika Serikat bisa mencapai lebih dari 100 millar dollar (3), yang mana biaya
ini belum termasuk biaya tidak langsung hilangnya waktu bekerja. Dalam artikel
ini, kami akan menampilkan gambaran dasar mengenai patofisologi dan
tatalaksana nyeri punggung bawah.

Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah

A. Anatomi dan fungsi diskus vertebralis


Bayangkan diskus vertebralis adalah roda. Fungsi dan anatominya sama
berkorelasi dekat dengan komposisi dan kegunaan roda. Roda tersusun oleh karet
pada bagian luar dan dipenuhi oleh udara pada bagian dalam. Diskus vertebralis
memiliki membran luar yang terbentuk oleh fiber (annulus fibrosus) dan diisi oleh
substansi seperti jeli, bukan udara, yang disebut dengan nukleus pulposus. Fungsi
roda adalah untuk berputar dan sebagai bantalan. Diskus vertebralis juga berfungsi
sebagai bantalan, antara dua vertebral body dan membantu memfasilitasi
pergerakan, semacam sendi pintu. Bagian dari kolum spinal adalah vertebral body,
diskus vertebralis, sepasang permukaan sisi/facet, pedikula, lamina, prosesus
spinosus dan tranversus, semuanya yang dilapisi oleh otot dan ligamen untuk
penyangga. Yang paling penting adalah permukaan sisi/facet vertebra, yang dalam
keadaan normal berperan dalam menahan segmen lumbar bergerak maju terlalu
berlebihan.

6
7

B. Patofisiologi degenerasi diskus dan hipertrofi sendi facet


Puncak pertumbuhan tulang belakang manusia terjadi pada usia 30 tahun.
Setelah 30 tahun, jaringan, persendian, dan diskus vertebrae manusia mengalami
degenerasi. Gerakan menggeser atau memutar terlalu kuat yang terjadi secara
berulang dapat mempercepat degenerasi diskus, yang berujung pada robeknya
annulus fibrosus. Manuver tertentu dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada
intra-diskus. Dalam kondisi ini, nukleus pulposus akan didorong melalu annulus
fibrosus dan ruptur seperti pasta gigi. Herniasi nukleus pulposus paling sering
terjadi dalam ligamentum longitudinal posterior lateral, yang biasa disebut diskus
hernia parasentral. Bentuk herniasi ini dapat menyebabkan stenosis foraminal.
Selain itu, nukleus pulposus yang ruptur dapat memicu kaskade inflamasi. Setelah
ruptur, nukleus pulposus yang terdapat pada diskus vertebralis ekstravasasi dan
tubuh mengenalinya sebagai benda asing. Reaksi inflamasi ini mengiritasi saraf
dan menyebabkan radikulitis lumbal. Anulus fibrosus yang pecah menyebabkan
kekosongan pada ruang diskus di sekitarnya. Ujung saraf dari saraf sinus dapat
tumbuh ke dalam diskus melalui celah serat anulus. Ujung saraf yang diregenerasi
ini biasanya tidak memiliki selubung saraf dan oleh karena itu sangat peka
terhadap iritasi bahan kimia (misalnya peradangan) dan mekanis (misalnya
kekuatan geser dari diskus). Rasa sakit yang diakibatkan oleh ujung saraf
regenerasi ini disebut sebagai nyeri punggung diskogenik.

Ketika annulus fibrosus robek, gerakan normal engsel tulang belakang akan
berubah. Hal ini biasanya bermanifestasi sebagai peningkatan Gerakan halus
anterior dan posterior tulang belakang, kemudian mengiritasi akar saraf di
sekitarnya atau ujung saraf yang mengalami regenerasi menginduksi rasa sakit
lebih lanjut. Setiap gerakan tambahan dari vertebra dapat meningkatkan gaya
geser ke segmen diskus vertebra, yang dapat menyebabkan tekanan pada sendi
facet. Untuk mencegah gerakan diskus yang berlebihan di anterior
(spondylolisthesis), sendi facet akan secara bertahap berkompensasi melalui
perubahan osteoartritik dan hipertrofi. Sayangnya, hipertrofi sendi facet ini dapat
menekan akar saraf yang keluar dan berkontribusi memperburuk stenosis
foraminal. Hipertrofi ligamentum flavum hipertrofi adalah mekanisme
8

kompensasi lain dari degenerasi tulang belakang, tetapi juga dapat menyebabkan
stenosis foraminal (dan stenosis spinal). Stenosis foraminal adalah salah satu
penyebab utama radikulopati lumbar dan nyeri punggung bawah kronis. Jika
reaksi kompensasi ini gagal menstabilkan tulang belakang, pasien akhirnya dapat
mengalami spondylolisthesis dikemudian hari. Gerakan segmental ke depan dari
diskus dan facet dapat menarik/mereganggkan saraf dan dapat menyebabkan
kerusakan saraf yang sering terjadi pada radikulopati lumbar kronis. Perubahan
patofisiologis ini bersifat progresif sesuai usia atau penyakit itu sendiri. Nyeri
yang disebabkan oleh proses degeneratif ini dapat membatasi aktivitas pasien atau
toleransi saat berolahraga, yang dapat menyebabkan penambahan berat badan dan
beban tambahan pada tulang belakang, sehingga berujung menjadi lingkaran setan
(vicious cycle). Tujuan pengobatan adalah untuk memutus lingkaran setan ini,
meredakan rasa sakit, dan memperlambat degenerasi yang terjadi.

C. Tatalaksana non-operatif dari nyeri punggung diskogenik dan


radikular
Saat periode awal setelah terjadinya nyeri punggung belakang akut dan
radikulopati lumbar yang berakibat dari degenerasi diskus vertebralis ataupun
herniasi nukleus pulposus, tujuan terapinya yaitu mengatasi dan memperingan
nyeri. Berdasarkan patofisiologi yang telah dijelaskan sebelumnya, iritasi akar
saraf yang disebabkan oleh herniasi nukleus pulposus atau juga peradangan dapat
diredakan dengan injeksi epidural transforamen. Injeksi epidural transforamen
yang presisi akan menghantarkan anastesi lokal dan steroid langsung ke akar saraf
yang sedang mengalami peradangan, sehingga nyeri berkurang, peradangan
mereda, dan pembengkakan yang mengecil. Terapi ini dapat secara signifikan
mengurangi durasi nyeri dan langsung menghilangkan nyeri secara seketika. Oleh
karena itu, pasien dapat melakukan terapi latihan penguatan otot-otot lumbar
ketika sedang diterapi injeksi ini, serta dapat kembali menjalankan aktivitasnya
sehari-hari dan bekerja. Jika injeksi epidural terkontraindikasi, maka dapat
digantikan dengan obat-obatan oral seperti NSAID, steroid oral, atau obat-obatan
opiod supaya nyeri berkurang. Obat-obatan yang dikonsumsi oral dapat digunakan
berdampingan dengan terapi injeksi epidural
9

D. Latihan penguatan otot inti lumbar


Seperti yang kita ketahui, pengobatan patah tulang adalah pengobatan yang
dilakukan secara fiksasi internal atau eksternal dengan pengecoran atau prosedur
bedah. Prinsip ini bisa digunakan untuk pengobatan non-operatif seperti penyakit
degeneratif lumbar/tulang belakang. Dalam tatalaksana penyakit degeneratif ini
dilakukan dengan gerakan mikro yang mana mirip dengan tatalaksana pada
fraktur yang tidak stabil. Setelah menghilangkan rasa sakit yang akut, latihan
penguatan inti lumbar sangat penting untuk memulihkan gerakan fungsional. Otot
inti yang menguat (otot lumbar dan otot perut) dapat berfungsi sebagai gips
(penahan) untuk menstabilkan kolom lumbar dan untuk mencegah degenerasi dan
rekurensi penyakit lebih lanjut. Selain itu dapat mencegah terjadinya intervensi
bedah seperti fusi lumbar. Latihan penguatan inti lumbar ini termasuk berenang,
yang dapat ditoleransi dengan baik bahkan dalam fase akut karena di bawah air
tubuh manusia kurang terpengaruh oleh kekuatan gravitasi dan berenang biasanya
dilakukan dalam posisi terekstensi, yang membantu membangun otot paraspinal.
Pada fase akut, berenang cenderung kurang menyakitkan daripada penguatan inti
modalitas lainnya. Biasanya pasien mungkin lebih suka latihan berjalan sebagai
mode penguatan inti. Seperti yang kita tahu, saat tumit kaki menginjak tanah dan
mulai berjalan maka terdapat reaksi yeng mengirimkan kekuatan ke betis, paha
depan, otot gluteal dan otot-otot punggung secara keseluruhan untuk
meningkatkan otot-otot inti lumbar. Latihan berjalan mungkin lebih baik setelah
dilakukan injeksi epidural. Setelah pasien melewati fase akut, dia seharusnya
didorong untuk menjalani latihan penguatan inti lumbar seperti membungkuk
(menunduk), memperpanjang tulang lumbal, dan berputar di bawah pengawasan.
latihan lain seperti yoga juga dapat dilakukan untuk meningkatkan otot inti.

E. Penurunan berat badan


Telah terdokumentasikan dengan baik bahwa kelebihan berat badan dapat
meningkatkan tekanan pada diskus dan melemahkan otot-otot inti lumbar. Karena
itu, pengurangan berat badan juga penting untuk mencegah sakit punggung pada
pasien yang kelebihan berat badan.
10

F. Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, memahami patofisiologi segmen lumbar dapat
memandu perawatan nyeri punggung bawah dan dapat mempersingkat lamanya
perawatan, secara efektif memotong biaya medis dan yang lebih penting dapat
mengurangi penderitaan pasien sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien.
11

TELAAH KRITIS
I. Population
Pada penelitian ini, dibahas mengenai pasien atau orang-orang yang
memiliki masalah nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah dapat terjadi
pada 80% populasi manusia dengan insidensi yang terus meningkat. Nyeri
punggung belakang dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu herniasi nukleus
pulposus dan stenosis foraminal. Kedua hal tersebut dapat mengiritasi saraf dan
juga meregangkannya sehingga terjadi inflamasi dan nyeri.

II. Intervetion
Pada penelitian ini dijelaskan mengenai beberapa pilihan untuk terapi non
operatif nyeri punggung bawah. Terapi tersebut yaitu injeksi epidural, steroid oral,
dan latihan otot lumbar. Pada injeksi epidural, dilakukan injeksi anastesi lokal dan
steroid pada epidural transforamina tulang belakang. Pada penelitian ini dijelaskan
bahwa injeksi tersebut dapat menurunkan durasi nyeri dan menghilangkan nyeri
secara cepat. Setelah terapi tersebut, dilakukan terapi latihan otot-otot lumbar,
karena saat terapi tersebut nyeri yang dirasakan minimal. Terapi lumbar dilakukan
untuk menguatkan otot-oto penyangga lumbar sehingga dapat menguatkan
pinggang sehingga menopang tulang belakang dan mengurangi nyeri yang terjadi.
Terapi tambahan yang dapat diberikan yaitu terapi oral NSAID, steroid, dan
opioid untuk nyeri supaya berkurang. Terapi oral dapat dilakukan berdampingan
dengan terapi lainnya. Selain itu, terapi yang berbeda dan bisa mengurangi nyeri
punggung yaitu terapi penurunan berat badan.

III. Comparison
Tidak ada perbandingan terapi pada jurnal ini

IV. Outcome
Dalam studi ini dijelaskan bahwa setelah melakukan beberapa terapi yang
dianjurkan dan telah dijelaskan dapat memahami mekanisme terjadinya nyeri
tulang belakang, mempersingkat waktu perawatan, dan memotong biaya yang
12

keluar, dengan harapan mengurangi nyeri punggung belakang dan mengurangi


penderitaan pasien, sehingga kualitas hidup pasien meningkat.

V. Validity
a. Apakah fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian?
Sudah sesuai, dalam tujuan penelitian tercantum untuk memahami
patofisiologi dan terapi untuk nyeri punggung bawah. Pada pembahasan
jurnal dibahas dan dijelaskan secara detail mengenai anatomi, patofisiologi,
dan terapinya
b. Apakah peneliti mengambil metode yang tepat dalam menjawab
pertanyaan?
Iya, dalam menjawab pertanyaan dan tujuan penelitian, peneliti
memaparkan secara mendasar patofisiologi dan terapi yang ada untuk nyeri
punggung belakang.
c. Apakah data/isi yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian?
Iya sesuai, dimana tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui
patofisiologi, terapi, sehingga bisa menurunkan biaya penanganannya.
Dalam jurnal dijelaskan patofisiologi, terapi, dan manfaat-manfaat yang
didapatkan jika melakukan terapi dengan sesuai dan adekuat, sehingga
tujuan dapat tercapai.

VI. Importancy
a. Apakah penelitian ini penting?
Iya penelitian ini penting karena dapat membantu dan membimbing
klinisi dalam mengelola pasien pasien dengan keluhan nyeri punggung
bawah.

VII. Applicability
a. Apakah penelitian ini dapat diterapkan?
Dapat diterapkan, karena dijelaskan secara rinci dan jelas, mengingat
populasi didunia yang menderita hal yang sama banyak sehingga dapat
diterapkan dan menjadi acuan terapi klinis.
13

Kesimpulan: Jurnal ini Valid, Important, dan Applicable sehingga layak untuk
digunakan sebagai referensi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Freburger JK, Holmes GM, Agans RP, Jackman AM, Darter JD, Wallace
AS, et al. The rising prevalence of chronic low back pain. Arch Intern Med.
2009;
2. St. Sauver JL, Warner DO, Yawn BP, Jacobson DJ, McGree ME, Pankratz
JJ, et al. Why patients visit their doctors: Assessing the most prevalent
conditions in a defined American population. Mayo Clin Proc. 2013;
3. Katz JN. Lumbar disc disorders and low-back pain: Socioeconomic factors
and consequences. In: Journal of Bone and Joint Surgery - Series A. 2006.

14

Anda mungkin juga menyukai