Anda di halaman 1dari 4

Pengobatan Lini Pertama Prolaps Organ Panggul dan Penghentian Penggunaan Pessarium

Abstrak

Pendahuluan : Tujuan utama penelitian ini untuk mengetahui persentasi wanita yang memilih
watchful waiting (observasi), penggunaan pessarium, atau operasi sebagai pengobatan utama
untuk prolapse organ panggul. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab
penghentian penggunaan pessarium.

Metode : Tinjauan grafik retrospektif dilakukan pada 794 pasien yang dirujuk dengan POP di
pusat uroginekologi tersier di Rumah Sakit Universitas Aalborg Denmark periode 1 Januari 2014
hingga 31 Desember 2015. Data yang dicatat: usia, BMI, penggunaan pessarium sebelumnya,
jumlah paritas, persalinan pervaginam, operasi caesar, riwayat histerektomi sebelumnya, operasi
prolaps dan operasi inkontinensia, merokok, menopause, status seksual dan stadium POP-Q di
tiga kompartemen vagina. Perawatan pessarium dievaluasi setelah 3 bulan. Kunjungan
tambahan, alasan penghentian dan pengobatan sekunder juga dicatat.

Hasil : Pengobatan lini pertama adalah operasi pada 50% pasien, observasi pada 33% pasien,
dan penggunaan alat pencegah kehamilan pada 17% pasien. Karakteristik yang terkait dengan
memilih operasi daripada pessarium adalah usia <65 tahun, operasi prolaps sebelumnya, prolaps
di kompartemen anterior atau posterior, dan stadium POP-Q> 2. Karakteristik yang terkait
dengan memilih observasi dibandingkan pemasangan pessarium adalah usia <65 tahun dan
prolaps di kompartemen posterior. Sebanyak 33% pasien menghentikan penggunaan pessarium
dalam 3 bulan pertama. Penghentian dikaitkan dengan usia <65 tahun, riwayat histerektomi
sebelumnya, operasi panggul, dan kunjungan tambahan. Nyeri atau ketidaknyamanan adalah
penyebab utama penghentian.

Kesimpulan

Studi ini menunjukkan bahwa 50% dari pasien yang dirujuk dengan POP dirawat dengan
pengobatan konservatif (obeservasi dan penggunaan pessarium) dan dengan demikian lebih
banyak wanita yang mungkin dapat dirawat di perawatan primer.
Pendahuluan

Prolaps Organ Pelvis merupakan kondisi yang sering terjadi pada wanita, beberapa studi
menyatakan 30-40% wanita dewasa menderita POP. POP dapat menyebabkan gejala urinarius,
defekasi, dan seksual, serta nyeri dan ketidaknyamanan. Terdapat tiga pilihan ttatalaksana pada
POP yaitu observasi ketat, penggunaan pessarium, dan tindakan operasi. Observasi ketat
disuplementasikan dengan latihan otot dasar panggul, mengurangi berat badan, estrogen, dan
konseling. Keuntungan menggunakan pessarium adalah efek yang cepat serta merupakan
tindakan non invasive, sementara kerugiannya adalah ketidaknyamanan pada pasien dan
kebutuhan untuk control. Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terdapat komplikasi
atau rekurensi POP. Pessarium tipe cincin dan Gellhorn merupakan tipe pessarium
yang paling sering digunakan di Denmark. Pedoman nasional untuk tatalaksana POP di Dermak
mengindikasikan bahwa pessarium dinilai seefektif dengan tindakan pembedahan, dan oleh
karena itu, direkomendasikan tatalaksana konservatif.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
distribusi tatalaksana lini pertama POP pada pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit Danish. Tujuan
keduanya adalah untuk mengetahui tingkat penghentian penggunaan pessarium dalam 3 bulan,
dan hal-hal yang berkaitan dengan penghentian tersebut.

METODE

Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan wanita menderita POP yang
ditatalaksana di Rumah Sakit Aalborg periode 1 Januari 2014- 31 Desember 2015.

Data pada penelitian ini diambil dari rekam medis, database nasional, dan Danish
Urogynecological Database (DugaBase). Pasien yang dirujuk ke Danish tertiary center
(uroginekologi) di Rumah Sakit Aalborg termasuk dalam penelitian sesuai dengan kode
diagnosis untuk POP. Pasien yang tereksklusi apabila tujuan dari rujukan adalah untuk
mengganti pessarium, bila pengobatan prolaps tidak diketahuim dan bila kunjungan lebih awal
dibandingkan saat periode penelitian dilakukan. Sejumlah 449 pasien tereksklusi pada penelitian
ini.
Data demografi dasar, faktor risiko POP , dan beberapa karakteristik yang berkaitan
dengan pilihan tatalaksana. Karakteristik tersebut diantaranya, usia < 65 tahun / ≥ 65 tahun, BMI
<25/ BMI ≥ 25, riwayat penggunaan pessarium, lahir pervaginam, riwayat c-sectio, riwayat
histerektomi, riwayat operasi prolapse, riwayat operasi inkontinensia, merokok, dan menopause.
The Pelvic Organ Prolapse Quantification System (POP-Q) digunakan untuk menilai derajat
keparahan POP secara objektif. POP dikategorikan menjadi 3 kompartemen vagina (anterior,
apical, dan posterior).

Untuk mengetahui karakterisitik yang berhubungan dengan penggunaan pessarium yang


berlanjut atau berhenti setelah 3 bulan, baik dari tipe pessarium dan jumlah kunjungan dalam 3
bulan dicatat. Setelah kurang lebih 3 bulan, pasien berkunjung kembali dan menentukan apakah
mereka melanjutkan penggunaan pessarium atau tidak. Bila pasien memilih untuk tidak
melanjutkan penggunaan pessarium, alasannya dicatat. Alasan tersebut terbagi menjadi, ekspulsi
pessarium, erosi, perdarahan, nyeri/ tidak nyaman, inkontinensia urin, obstipasi, dan alasan
lainnya. Pilihan kedua setelah memutuskan untuk tidak melanjutkan penggunaan pessarium juga
dicatat, baik melakukan observasi ketat ataupun tindakan pembedahan.

Semua data merupakan data kategorik dan disajikan dalam bentuk persentase, baik tabel
tatalaksana lini pertama, dan tabel penggunaan pessarium yang berlanjut maupun terhenti. Data
hilang akibat status menopause diperhitungkan dengan mempertimbangkan wanita berusia ≥ 60
tahun, dan wanita ≤ 40 tahun. 16 dari 794 wanita tidak melahirkan pervaginam, oleh karena itu
jumlah kelahiran dan kelahiran pervaginam dibagi menjadi 0-1 kelahiran dan ≥2. Uji chi square
dilakukan pada masing-masing variabel dan kaitannya dengan jenis tatalaksana. Variabel idak
digunakan dalam analisis regresi bila nilai yang hilang untuk >10 % wanita. Regresi logistic
multinomial dilakukan dengan tatalaksana lini pertama sebagai variabel terikat dan penggunaan
pessarium sebagai referensi. Kategori yang signifikan secara statistic dalam uji chi square dan
didukung oleh literature dapat mempengaruhi pilihan tatalaksana dimasukkan sebagai variabel
independen, yaitu usia, riwayat penggunaan pessarium sebelumnya, riwayat persalinan
pervaginam, riwayat operasi prolapse sebelumnya, dan POP-Q. Regresi logistic biner dilakukan
dengan variabel dependen sebagai referensi. Variabel independen yaitu usia, riwayat operasi
panggul, dan kunjungan tambahan. Hasil dari keduanya dinyatakan sebagai odds ratio (OR)
dengan nilai p dan CI 95%. Nilai p <0,05 dinilai signifikan secara statistic. Manajemen daa dan
analisis statistic menggunakan software SPSS, versi 25.

Badan Perlindungan Data Denmark menyetujui penelitian ini (2017). Karena penelitian
ini tidak melakukan eksperimen pada manusia, sehingga tidak membutuhkan persetujuan dari
Riset Kesehatan Komite Etik.

Anda mungkin juga menyukai