HALAMAN JUDUL
FASCIITIS PLANTARIS
Oleh:
Fasciitis Plantaris
Oleh:
Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 13 Mei s.d.
20 Mei 2020
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan, karena berkah dan
rahmatnya laporan kasus berjudul “Fasciitis Plantaris” ini dapat diselesaikan
dengan baik. Laporan kasus ini dibuat demi memenuhi salah satu syarat dalam
mengikuti ujian kepaniteraan klinik senior di Departemen Rehabilitasi Medik
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Ernie, Sp.KFR
karena bimbingannya laporan kasus ini menjadi lebih baik. Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini. Oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk penulisan yang
lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................7
BAB II STATUS PASIEN.....................................................................................8
2.1 Identitas....................................................................................................8
2.2 Anamnesis................................................................................................8
2.3 Pemeriksaan Fisik.....................................................................................8
2.4 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................17
2.5 Resume...................................................................................................17
2.6 Evaluasi...................................................................................................17
2.7 Diagnosis Klinis......................................................................................17
2.8 Program Rehabilitasi..............................................................................17
2.9 Terapi Medikamentosa...........................................................................18
2.10 Prognosis..............................................................................................18
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................19
3.1 Anatomi..................................................................................................19
3.2 Definisi...................................................................................................21
3.3 Epidemiologi..........................................................................................22
3.4 Faktor Risiko..........................................................................................22
3.5 Etiologi...................................................................................................23
3.6 Patofisiologi............................................................................................23
3.7 Manifestasi Klinis...................................................................................25
3.8 Diagnosis Klinis.....................................................................................25
3.9 Diagnosis Banding..................................................................................25
3.10 Tatalaksana...........................................................................................26
3.11 Komplikasi............................................................................................34
3.12 Prognosis..............................................................................................34
BAB IV ANALISIS KASUS................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................36
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Tulang Penyusun Pedis dan Arcusnya.................................................19
Gambar 2. Otot-otot Intrinsik Pedis.......................................................................20
Gambar 3. Inflamasi pada Fascia Plantaris............................................................21
Gambar 4. Gambaran Mikroskopis Normal dan Patologis....................................24
Gambar 5. a. Foto Polos, menunjukkan calcaneal spur; b. USG fascia plantar.....26
Gambar 6. a. CT scan pedis, terdapat penebalan fascia; b. MRI pedis..................27
Gambar 7. Teknik Taping......................................................................................30
Gambar 8. Latihan Mendorong Dinding untuk Stretching (peregangan)..............30
Gambar 9. Naik Tangga dan Berdiri di Papan Miring...........................................31
Gambar 10. Macam-macam Cara Stretching.........................................................31
Gambar 11. Night Splints.......................................................................................32
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Diagnosis Banding Fasciitis Plantaris......................................................27
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Fascia plantaris adalah jaringan ikat berbentuk pita yang berorigo di tulang
kalkaneus dan berinsersio pada tendon kaki depan dan phalang proksimal,
berfungsi menopang dan membentuk arkus longitudinal kaki juga sebagai
bantalan kejut terhadap tekanan yang diberikan ke kaki. Fasciitis plantaris
merupakan inflamasi yang terjadi pada fascia plantar. Inflamasi tersebut dapat
terjadi karena degenerasi akibat robekan-robekan halus karena penggunaan yang
berlebihan dan repetitif.1 Penyebab fasciitis plantaris bersifat multifaktorial,
diantaranya adalah anatomis, biomekanik dan faktor lingkungan.2
7
8
Terapi konservatif yang bisa dilakukan adalah beristirahat dan modifikasi aktifitas
sehari hari. Terapi lain adalah dengan menggunakan es yang diaplikasikan kekaki
yang dirawakan nyeri. Obat-obatan pereda nyeri seperti NSAID, dapat digunakan
walau hanya memberikan efek yang sementara. Kombinasi terapi lain yaitu
dengan terapi latihan peregangan, ortotik dan night splints, injeksi plantar dan
juga ESWT. Terapi yang baik dan cepat dapat membuat nyeri semakin cepat
hilang. Secara umum, prognosis dari fasciitis plantaris adalah baik, namun tidak
berarti terapi yang adekuat bisa diabaikan.1,7,8
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 Identitas
a. Nama : Ny. AP
b. Umur : 41 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Pegawai Bank
e. Alamat : Boom Baru, Palembang
f. Agama : Islam
g. Status Nikah : Menikah
h. Pemeriksaan : 13 Mei 2020
2.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama
Nyeri pada telapak kaki kanan terutama tumit yang memberat sejak 1
bulan yang lalu.
b. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh sering merasa nyeri pada
telapak kaki sebelah kanan terutama di bagian tumit. Nyeri dirasakan tidak
menjalar. Nyeri dirasakan pada pagi hari setelah bangun tidur dan pertama
kali menapakkan kaki, dan juga setelah melakukan aktivitas panjang. Nyeri
dirasakan dirasakan cukup berat (4 dari skala 0-10), dan terasa tumpul.
Nyeri dirasakan hampir setiap hari, semakin berat ketika banyak aktivitas,
dan berkurang jika beristirahat. Pasien mengoleskan balsam didaerah yang
dirasakan nyeri, sedikit berkurang, namun muncul kembali.
1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan semakin berat dan tidak kunjung
hilang. Nyeri menjalar, kearah depan kaki. Nyeri dikatakan bernilai 6 dari
skala 0-10. Nyeri dirasakan pada pagi hari, saat menginjakkan kaki pertama
kali setelah bangun tidur, aktivitas yang panjang, juga menapakkan kaki
sesaat setelah duduk/istirahat yang lama. Nyeri dirasakan setiap hari. Pasien
juga mengeluhkan bengkak dan kemerahan pada daerah sekitar tumit.
9
10
e. Riwayat Kebiasaan
Pasien berolahraga setiap hari minggu berlari keliling kompleks kurang
lebih 30 menit
Riwayat merokok disangkal
f. Riwayat Pekerjaan
g. Riwayat Pengobatan
Perhatian : Baik
b. Saraf-saraf otak
c. Kepala
1. Bentuk : Normal
2. Ukuran : Normocephali
3. Posisi
Mata : Normal, simetris
Hidung : Normal, simetris
Telinga : Normal, simetris
Mulut : Normal
Wajah : Simetris
Gerakan abnormal : Tidak ada
d. Leher
1. Inspeksi : Simetris, deformitas (-)
2. Palpasi : Nyeri tekan (-), pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
g. Trunkus
1. Inspeksi
Simetris : Simetris
14
Sensorik
Protopatik Normal
Proprioseptik Normal
Vegetatif Tidak ada kelainan
3. Neurologi
2.5 Resume
Ny. AP, perempuan berusia 41 tahun, seorang pegawai bank, datang dengan
keluhan nyeri pada telapak kaki kanan terutama tumit yang memberat sejak 1
bulan yang lalu. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh sering merasa nyeri
pada telapak kaki sebelah kanan terutama di bagian tumit. Nyeri dirasakan tidak
menjalar. Nyeri dirasakan pada pagi hari setelah bangun tidur dan pertama kali
menapakkan kaki, dan juga setelah melakukan aktivitas panjang. Nyeri dirasakan
dirasakan cukup berat (4 dari skala 0-10), dan terasa tumpul. Nyeri dirasakan
hampir setiap hari, semakin berat ketika banyak aktivitas, dan berkurang jika
beristirahat. Pasien mengoleskan balsam didaerah yang dirasakan nyeri, sedikit
berkurang, namun muncul kembali. 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan semakin
berat dan tidak kunjung hilang. Nyeri menjalar, kearah depan kaki. Nyeri
dikatakan bernilai 6 dari skala 0-10. Nyeri dirasakan pada pagi hari, saat
menginjakkan kaki pertama kali setelah bangun tidur, aktivitas yang panjang, juga
menapakkan kaki sesaat setelah duduk/istirahat yang lama. Nyeri dirasakan setiap
hari. Pasien juga mengeluhkan bengkak dan kemerahan pada daerah sekitar tumit.
20
Dari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan nyeri tekan pada regia plantar pedis
dextra, dan terdapat penurunan range of motion pada sendi ankle, karena pasien
merasa kesakitan. Ditemukan juga eritema dan bengkak/edema pada area plantar
pedis dextra. Dari hasil tes provokasi yaitu tes windlass, didapatkan hasil positif
ketika dilakukan tes. Disarankan untuk melakukan foto pedis bilateral AP/lateral.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat disimpulkan pasien menderita
fasciitis plantaris dextra.
2.6 Evaluasi
No. Level ICF Kondisi saat ini Sasaran
1 Struktur dan Nyeri di telapak kaki Mengurangi nyeri pada
fungsi tubuh kanan. telapak kaki kanan.
2 Aktivitas Pasien tidak mampu Mengurangi nyeri pada
berjalan dengan nyaman telapak kaki kanan pasien
karena ketika kaki kanan sehingga dapat
diinjakkan pasien merasa beraktivitas dengan baik
nyeri sehingga dan nyaman dalam
mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari.
pasien.
3 Partisipasi Pasien merasa tidak Mengurangi keluhan nyeri
nyaman ketika rasa nyeri pasien sehingga dapat
muncul, sehingga pasien beraktivitas dengan
lebih sering beristirahat nyaman.
dan menghentikan
aktivitasnya.
Catatan: ICF International Clasification of Function (WHO 2002)
b. Okupasi Terapi
Latihan kekuatan otot” pedis dan terapi beban
Latihan mendorong dinding (stretching), menaiki tangga, dan berdiri di
papan miring
c. Ortotik Prostetik
1. Ortotik : Night splints, taping kaki kanan, ankle foot
orthosis
(sepatu khusus)
2. Prostetik : Tidak ada
3. Alat bantu ambulasi: Tidak ada
d. Terapi Wicara
1. Afasia : Tidak dilakukan
2. Disartria : Tidak dilakukan
3. Disfagia : Tidak dilakukan
e. Sosial Medik
Edukasi keluarga untuk memberikan motivasi dan membantu penderita
dalam menjalani terapi, serta mengevaluasi kegiatan pasien, supaya lebih
sesuai dan mengurangi nyerinya
f. Edukasi
Mengistirahatkan kedua kaki ketika gejala timbul
Tidak memaksakan berjalan jauh yang berlebihan saat timbul nyeri
Meninggikan kaki saat tidur (elevasi)
2.10 Prognosis
1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad sanam : dubia ad bonam
3. Ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
Tulang-tulang di pedis disusun oleh dua arkus yang ditopang oleh ligamen
dan tendon. Arkus tersebut menopang berat tubuh, mendistribusikan berat tersebut
ke jaringan lunak dan keras di pedis, serta menyediakan gerakan pada saat
berjalan. Arkus tersebut tidak kaku, namun bisa bergerak sedikit sesuai dengan
beban yang ditumpukan padanya9. Pergelangan pedis (tarsal) dibentuk oleh tujuh
tulang tarsal, yaitu talus, calcaneus, cuboideus, navicularis, cuneiform medial,
intermedia, dan lateralis. Tulang lainnya yang menyusun pedis adalah tulang
metatarsal dan phalanges10.
Arcus longitudinal memiliki dua bagian, dimana kedua tersebut disusun
oleh tulang tarsal dan metatarsal dan membentuk lengkungan dari depan ke
belakang pedis. Arkus transversal ada pada bagian antara medial dan lateral pedis,
dan dibentuk oleh tulang navicularis, cuneiformis (3 tulang), dan basis dari kelima
metatarsal9. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1. Tulang Penyusun Pedis dan Arcusnya. Sumber: Tortora GJ, Derrickson B. Principle of
Anatomy & Physiology. 15th ed. Wiley; 2017.
23
24
Gambar 2. Otot-otot Intrinsik Pedis. Sumber: Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF.
Fundamentals of Anatomy & Physiology. 9th ed. Pearson; 2012.
25
Plantar fascia adalah pita lebar jaringan ikat yang menyangga arkus pedis.
Serabut ditengahnya tebal, dengan serabut yang lebih tipis pada bagian lateral dan
medialnya. Fascia ini menempel pada tuberkel medial dari tulang calcaneus dan
bercabang menjadi lima serabut yang menempel pada basis periosteum phalanx
proksimal jari-jari kaki dan kepala metatarsal. Serabut plantar fascia juga menyatu
pada dermis, ligamentum transversum metatarsal, dan selubung musculus flexor 11.
Pada kasus fasciitis plantaris, terdapat inflamasi pada fascia plantar, yang
menyebabkan nyeri di plantar pedis1. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 3. Inflamasi pada Fascia Plantaris. Sumber: Luffy L, Grosel J, Thomas R, So E. Fasciitis
plantaris: A review of treatments. J Am Acad Physician Assist. 2018;31(1):20–4. 1
3.2 Definisi
Fasciitis plantaris adalah degenerasi plantar fascia sebagai hasil dari
mikrotrauma berulang dari fasia yang mengarah ke reaksi inflamasi 3. Fasciitis
plantaris juga disebut sebagai nyeri tumit plantar, heel spur syndrome, atau
sindrom tumit nyeri12. Fasciitis plantaris adalah enthesopati (kelainan atau cedera
di lokasi perlekatan ligamen atau tendon ke tulang) dari asal plantar fasia pada
tuberkulum medial calcaneus. Hal ini menyebabkan radang jaringan tebal yang
menciptakan lengkungan kaki. Fasciitis plantaris diawali karena adanya lesi pada
soft tissue disisi tempat perlekatan plantar apporoneosis yang letaknya dibawah
dari tuberositas calcaneus13.
26
3.3 Epidemiologi
Data epidemiologi fasciitis plantaris pada populasi global secara nominal
tidak diketahui. Di Australia berdasarkan studi yang dilakukan secara acak
terhadap 3206 subyek dilaporkan sejumlah pasien yang memiliki keluhan nyeri di
tumit dengan prevalensi sebesar 3,6%. Studi yang dilakukan di Amerika Utara
pada subyek dewasa dengan usia diatas 65 tahun didapatkan data sedeikitnya 7%
penderita dengan bengkak di bawah tumit. Selain itu diperkirakan 1 miliar
kunjungan pasien ke dokter per tahun di Amerika Serikat dengan diagnosis dan
terapi untuk fasciitis plantaris5.
Fasciitis plantaris sering terjadi pada usia 40 – 70 tahun dengan insiden
tertinggi pada usia 45 – 64 tahun, tetapi pada seseorang yang mempunyai kelainan
bentuk kaki (abnormal foot) yaitu telapak kaki datar (flat foot) bisa terjadi pada
usia kurang dari 40 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita4.
populasi atletik, penyebab utama adalah peregangan dan kontraksi fascia plantar
yang repetitif.4 Fleksibilitas otot plantar kaki yang kurang dan lemah juga
berkontribusi menyebabkan peregangan fascia secara berlebihan, sehingga
meningkatkan risiko terjadinya fasciitis plantaris14.
3.5 Etiologi
Penyebab fasciitis plantaris sering tidak jelas dan bersifat multifaktorial.
Ada beberapa faktor penyebab pada kasus fasciitis plantaris. Beberapa faktor
tersebut antara lain yaitu faktor anatomi, faktor biomekanik, dan faktor
lingkungan. Contoh pada faktor anatomi termasuk arkus yang rendah atau pes
planus, arkus yang tinggi atau pes cavus, dan tekanan tubuh yang berlebih atau
obesitas. Pada faktor biomekanik termasuk tightness pada tendon achilles,
kelemahan flexor plantar fascia. Pada faktor lingkungan bisa disebabkan oleh
trauma, dan aktivitas yang berlebih. Tingginya insiden fasciitis plantaris di pelari
disebabkan oleh microtrauma berulang16.
3.6 Patofisiologi
Fascia plantaris merupakan jaringan kolagen seperti tendon yang terletak di
sepanjang tungkai sampai telapak kaki. Dalam keadaan normal, fascia plantaris
bekerja seperti shock-absorbing bowstring yaitu menyangga lengkung dalam kaki.
Akan tetapi, jika tegangan pada serabut-serabut tersebut terlalu besar, maka dapat
terjadi robekan kecil di serabut-serabut tersebut1.
Pada waktu kita berjalan, semua berat badan kita bertumpu pada tumit yang
kemudian tekanan ini akan disebarkan ke plantar fascia. Sehingga ligamen plantar
fascia tertarik ketika kaki melangkah. Apabila kaki berada dalam posisi baik maka
tegangan yang ada tidak menyebabkan masalah, tetapi apabila kaki berada pada
posisi yang salah atau adanya tekanan yang berlebih maka plantar fascia akan
tertarik secara berlebihan, menjadi tegang dan terasa sakit ringan yang akhirnya
menyebabkan inflamasi (plantar fascitis)1. Gambaran mikroskopis plantar fascia
normal dan patologis dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.
28
Pembuluh darah baru terbentuk dengan cepat dan banyak yang bertujuan
untuk mengaliri daerah yang mengalami peradangan tersebut, namun pembuluh
darah tersebut abnormal dan imatur, sehingga tidak dapat memberi aliran darah
yang baik. Hiperplasia sel, aliran darah yang sedikit, dan ketidakseimbangan
jumlah kolagen menyebabkan terjadinya penebalan pada fascia plantaris yang
menimbulkan nyeri17.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan muskuloskeletal menyeluruh dari kedua ekstremitas bawah
harus dilakukan. Pendekatan pertama untuk mendiagnosis PF adalah palpasi
tuberkulum medial kalkaneus dan bagian proksimal plantar fascia. Untuk
diagnosis diferensial, uji dorsofleksi pasif pergelangan kaki, dan tes
dorsofleksi/eversi pergelangan kaki dapat dilakukan untuk mengevaluasi tarsal
tunnel syndrome. Selain itu, tes Windlass dapat dilakukan untuk mengevaluasi
pembebanan plantar fascia, meskipun tes ini ditandai dengan sensitivitas rendah.
Manipulasi ini akan memicu rasa sakit pada subjek.19
3. Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan diagnostik direkomendasikan ketika pasien menderita nyeri tumit
persisten setelah 4-6 bulan pendekatan konservatif (lihat di bawah) atau dalam
kasus gejala atau tanda atipikal. Radiografi polos, magnetic resonance imaging
(MRI), ultrasonografi diagnostik (AS), studi konduksi saraf dan pemindaian
tulang dapat dilakukan untuk diagnosis banding.20
Radiografi polos dapat mengesampingkan lesi tulang atau fraktur stres dan
dapat membantu menentukan kronisitas relatif penyakit (Gambar 5a). Ultrasound
dapat membantu dalam diagnosis dengan menetapkan ketebalan fasia plantar dan
adanya robekan fasia (Gambar 5b).21
5a 5b
6a 6b
3.10 Tatalaksana
Fasciitis plantaris paling baik diobati secara konservatif, lalu pembedahan
pada kasus yang sulit sembuh. Perawatan membutuhkan penggunaan beberapa
modalitas, edukasi pasien, dan waktu. Perbaikan bertahap dan dapat memakan
waktu hingga satu tahun23.
1. Konservatif
Pengobatan konservatif fasciitis plantaris ditujukan untuk mengatasi
komponen inflamasi yang menyebabkan ketidaknyamanan dan faktor biomekanik
yang menyebabkan gangguan. Edukasi pasien sangat penting. Pasien harus
33
mengerti penyebab dari rasa sakit termasuk faktor biomekanik. Perawatan awal
harus mengatasi inflamasi lokal, kelainan mekanik yang mendasarinya, dan
kesalahan dalam latihan. Karena fasciitis plantaris dilihat sebagai sindrom
penggunaan berlebihan, istirahat relatif harus menjadi pengobatan lini pertama
baik atlet dan non-atlet23.
Langkah angkah penanganan konservatif dapat dikategorikan sebagai
berikut: Teknik penggunaan taping, penggunaan sepatu athletic, Stretching
(Peregangan) dan Straigthening (Pelurusan) Penunjang Arch (bentuk kaki) dan
Orthotics, Night Splints, obat antiinflamasi, Iontophoresis dan Corticosteroid
Injections.
a. Teknik penggunaan taping
Penggunaan teknik taping untuk mengurangi rasa sakit akibat fasciitis
plantaris. Rasa sakit secara signifikan dapat dikurangi dengan perlindungan
pembatasan pergerakan kaki.24
Penempatan tape strip ukuran 1,5-inch. Putari metatarsal, tutupi areal medial
dan pinggiran kaki lateral.
Gunakan tape ukuran 1 inch. Mulai dari metatarsal kepala ke lima, diikuti
dengan sekeliling lateral kemudian putari calcaneous dan silangi ke posisi
mula-mula
Ulangi langkah diatas, mulai dan akhiri pada kepala metatarsal pertama
Alternatif bentuk silang 3 kali setiap posisi.
Tutup permukaan plantar dengan 1,5-inch tape.
Akhiri dengan menutupi seluruh permukaan tape dengan 2 lapis tape lagi.
Penggunaan sepatu athletik
34
d. Night Splints
Penggunaan night splints pada gambar (orthosis) pada malam hari dan
mempertahankan kaki pada sudut 90 derajat atau lebih dari pergelangan kaki telah
digunakan sebagai terapi tambahan pada fasciitis plantaris. Balut gips ini
mencegah kontraksi fascia plantar saat pasien tidur. Berdasarkan penelitian pada
pasien yang diterapi dengan balut gips, 83% pasien mengatakan rasa sakitnya
menghilang. Faktor biomekatik yang menyebabkan gerakan pronator abnormal
yang menekan bagian medial fascia plantar harus dihilangkan. Latihan
peregangan dilakukan pada kedua kaki selama 6¬8 minggu, lalu dievaluasi
Kembali.25,26
e. Agen antiinflamasi
Es adalah lini pertama anti-inflamasi pengobatan untuk fasciitis plantaris,
terutama untuk atlet. Icing harus dilakukan setelah menyelesaikan latihan,
peregangan, dan penguatan, dan perawatan ini dapat diterapkan melalui pijat es,
penangas es, atau es, sebagai berikut6:
Untuk es pijat, pasien membeku air dalam cangkir kertas atau polystyrene
kecil dan kemudian menggosok es di atas tumit yang menyakitkan,
menggunakan gerakan melingkar dan tekanan moderat selama 5-10 menit.
Untuk penangas es, pad dangkal diisi dengan air dan es, dan pasien
membasahi tumit selama 10-15 menit, untuk mencegah cedera dingin,
neoprene penutup kaki harus digunakan, atau jari kaki harus dijauhkan dari
air es
Untuk kompres es, es hancur ditempatkan dalam kantong plastik dibungkus
handuk, kemudian diterapkan selama 15-20 menit, penggunaan es hancur
memungkinkan paket yang akan dibentuk untuk kaki, sehingga
meningkatkan bidang kontak (sekantong biji jagung beku dikemas
dibungkus handuk adalah alternatif yang baik).
f. Injeksi kortikosteroid
Injeksi kortikosteroid harus dihindari pada awal terapi fasciitis plantaris.
Kortikosteroid hanya digunakan sebagai terapi tambahan pada fasciitis plantaris
kronik. Setelah melakukan kontrol biomekanik. Injeksi ini dapat menyebabkan
hilangnya lapisan lemak jika digunakan tidak benar. 3 ml NSAID yang dicampur
dengan 1% lidokain, 0,5% marcaine, dan 1 ml triamcinolone (40 mg per mL)
diinjeksikan sekitar processus medual tuberositas calcaneus. Pengunaan
radiografik digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui tempat injeksi.8
38
2. Pembedahan/Operatif
Untuk kasus yang sulit sembuh, rujuk untuk pelepasan fasia secara
pembedahan yang terbatas dengan dekompresi saraf lokal dengan atau tanpa
eksisi heel spur. Aplikasi bedah harus dipertimbangkan hanya ketika semua yang
lain perawatan gagal dalam kasus PF. Metode yang digunakan adalah plantar
fasciotomy parsial terbuka atau tertutup. Plantar fasciotomy adalah pendekatan
populer di mana hingga setengah dari fasia dilepaskan dalam beberapa kasus.
Metode terbuka membutuhkan 3 cm hingga 6 cm sayatan pada medial plantar
untuk melepaskan fasia. Reseksi saraf dan diseksi kalkanealis juga dilakukan
selama prosedur ini. Endoskopi digunakan untuk melepaskan fasia di tempat
metode tertutup. Dalam metode ini, reseksi tonjolan kalkaneus tidak dilakukan.
Menurut hasil penelitian sebelumnya, keduanya jenis pengobatan dilaporkan
memiliki manfaat yang sama. Tingkat keberhasilan dalam metode bedah adalah
sekitar 70% hingga 90%. Durasi penyembuhan setelah operasi ini dapat berkisar
dari beberapa minggu hingga beberapa bulan6,27.
3. Pencegahan
Pendidikan adalah sarana yang paling penting untuk mencegah fasciitis
plantaris. Instruksikan atlet dengan fasciitis plantaris untuk pemanasan cukup
sebelum memulai aktivitas, terus peregangan program, dan es turun setelah
aktivitas. Pasien mungkin perlu untuk mengurangi berjalan mereka sementara,
kemudian, mereka dapat melanjutkan tingkat sebelumnya aktivitas mereka pada
kebijaksanaan dokter dan terapis fisik.
Istirahat sangat penting untuk pengobatan fasciitis plantaris. Ini termasuk
kegiatan modifikasi atau tingkat relatif istirahat, istirahat total mungkin tidak
praktis, terutama bagi individu yang lebih aktif dan bagi mereka yang
pekerjaannya membutuhkan berdiri. Latihan alternatif atau menghindari kegiatan
akan meningkatkan tingkat keberhasilan menghilangkan rasa sakit dan kepatuhan
pasien.23,27
40
3.11 Komplikasi
Pada kasus fasciitis plantaris sering berkembang menjadi heel spur. Spur
pada tulang berkembang karena fascia plantaris yang mengalami injuri kemudian
mengalami inflamasi sehingga tumit menerima beban lebih banyak dan dalam
waktu yang lama akan menyebabkan deposit kalsium pada tumit sehingga
menimbulkan pertumbuhan abnormal pada tulang tumit11.
3.12 Prognosis
Riwayat alami fasciitis plantaris sering sembuh sendiri dan sembuh pada
80% pasien dengan-dalam 1-4 tahun terlepas dari perawatannya.7 Hal yang
membuat pasien membutuhkan penanganan medis adalah iritasi atau rasa sakit
yang melumpuhkan pada saat serangan. Untuk itu, uji coba terapi konservatif
disarankan sebelum perawatan yang lebih invasif.8
BAB IV
ANALISIS KASUS
Ny. AP, perempuan berusia 41 tahun, seorang pegawai bank, datang dengan
keluhan nyeri pada telapak kaki kanan terutama tumit yang memberat sejak 1
bulan yang lalu. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh sering merasa nyeri
pada telapak kaki sebelah kanan terutama di bagian tumit. Nyeri dirasakan tidak
menjalar. Nyeri dirasakan pada pagi hari setelah bangun tidur dan pertama kali
menapakkan kaki, dan juga setelah melakukan aktivitas panjang. Nyeri dirasakan
dirasakan cukup berat (4 dari skala 0-10), dan terasa tumpul. Nyeri dirasakan
hampir setiap hari, semakin berat ketika banyak aktivitas, dan berkurang jika
beristirahat. Pasien mengoleskan balsam didaerah yang dirasakan nyeri, sedikit
berkurang, namun muncul kembali. 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan semakin
berat dan tidak kunjung hilang. Nyeri menjalar, kearah depan kaki. Nyeri
dikatakan bernilai 6 dari skala 0-10. Nyeri dirasakan pada pagi hari, saat
menginjakkan kaki pertama kali setelah bangun tidur, aktivitas yang panjang, juga
menapakkan kaki sesaat setelah duduk/istirahat yang lama. Nyeri dirasakan setiap
hari. Pasien juga mengeluhkan bengkak dan kemerahan pada daerah sekitar tumit.
Pasien mengaku minum obat pereda nyeri seperti parasetamol, namun keluhan
masih datang kembali. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu.
Pasien merupakan pegawai bank yang bekerja selama 8 jam sehari menggunakan
sepatu tinggi karena kewajiban dari kantor. Pasien memiliki kebiasaan
berolahraga setiap hari minggu dengan lari mengelilingi kompleks kurang lebih
30 menit.
Pemeriksaan fisik menunjukan keadaan umum tampak sakit sedang, dan
kesadaran compos mentis. Tanda vital didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg,
nadi 80 x/menit, respirasi 18x/menit suhu 36,7°C. Skala nyeri NPRS= 6. IMT
pasien = 25,5 (0verweight). Antalgik gait (+). Pada pemeriksaan fisik kepala,
leher, thorax, abdomen, trunkus, anggota gerak atas dalam batas normal. Namun
pada pemeriksaan anggota gerak bawah didapatkan nyeri tekan (+) pada plantar
pedis kanan dan terdapat penurunan range of motion pada sendi ankle, karena
41
42
pasien merasa kesakitan. Ditemukan juga eritema dan bengkak/edema pada area
plantar pedis dextra. Dari hasil tes provokasi yaitu tes windlass, didapatkan hasil
positif ketika dilakukan tes. Disarankan untuk melakukan foto pedis bilateral
AP/lateral. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka ditegakkan
diagnosis kerja berupa fasciitis plantaris dextra.
Fasciitis plantaris adalah degenerasi plantar fascia sebagai hasil dari
mikrotrauma berulang dari fasia yang mengarah ke reaksi inflamasi. Kondisi ini
disebabkan karena olahraga atau gerakan repetitif. Dari anamnesis didapatkan
bahwa perempuan yang berusia 41 tahun. Berdasarkan kepustakaan fasciitis
plantaris lebih sering terjadi wanita yang berusia sekitar 40 – 70 tahun dengan
insiden tertinggi pada usia 45 – 64 tahun. Pasien memiliki IMT=25,5 yang masuk
dalam kategori overweight. Berdasarkan faktor risiko PF yang paling berperan
adalah dorsofleksi yang terbatas, indeks massa tubuh obesitas (70%), dan orang-
orang yang menghabiskan waktunya bekerja dalam posisi berdiri dan membawa
beban berat. Dorsofleksi yang terbatas/berkurang menyebabkan kaki overpronasi
(81-86%), menyebabkan beban tertumpu pada fascia plantar. keluhan utama pada
pasien adalah nyeri pada telapak kaki kanan terutama tumit yang memberat sejak
1 bulan yang lalu. Diketahui pula nyeri dirasakan semakin berat dan tidak kunjung
hilang. Nyeri menjalar, kearah depan kaki. Nyeri dirasakan pada pagi hari, saat
menginjakkan kaki pertama kali setelah bangun tidur, aktivitas yang panjang, juga
menapakkan kaki sesaat setelah duduk/istirahat yang lama. Nyeri dirasakan setiap
hari. Pasien juga mengeluhkan bengkak dan kemerahan pada daerah sekitar tumit.
Secara patofisiologi, mekanisme nyeri fasciitis plantaris diawali dengan
adanya lesi pada jaringan lunak disisi tempat perlengketan plantar aponeurosis
yang letaknya dibawah dari tuberositas calcaneus atau pada fascia plantar bagian
medial calcaneus akibat dari penekanan dan penguluran yang berlebihan. Hal
tersebut menimbulkan nyeri pada fascia plantar dan terjadilah fasciitis plantaris.
Tubuh awalnya merespon dengan proses peradangan. Sel-sel yang disebut dengan
fibroblast membuat serat kolagen baru yang bertujuan untuk menghilangkan
ketidakseimbangan yang disebabkan oleh cedera. Namun, semakin lama proses
peradangan berkurang dan serat kolagen mulai mengendur dan terurai kemudian
43
pecah dan menjadi terfragmentasi. Pada saat bersamaan serat kolagen terlepas dan
kemudian pecah, fibroblast membesar untuk memproduksi serat kolagen yang
lebih banyak. Tetapi, serat kolagen yang terurai atau terfragmentasi jumlahnya
lebih banyak dibandingkan dengan serat kolagen yang baru terbentuk. Pembuluh
darah baru terbentuk dengan cepat dan banyak yang bertujuan untuk mengaliri
daerah yang mengalami peradangan tersebut, namun pembuluh darah tersebut
abnormal dan imatur, sehingga tidak dapat memberi aliran darah yang baik.
Hiperplasia sel, aliran darah yang sedikit, dan ketidakseimbangan jumlah kolagen
menyebabkan terjadinya penebalan pada fascia plantaris yang menimbulkan nyeri.
Pasien juga mengalami kesulitan untuk berjalan dan aktivitas kerja menjadi
terganggu. Berdasarkan kepustakaan bahwa rasa nyeri pada medial calcaneus
akibat plantar fascitis saat beraktivitas akan menyebabkan pasien membatasi
gerakannya sehingga pasien menjadi hipomobile. Akibat membatasi gerakan
ankle saat beraktivitas membuat pasien mengalami kesulitan saat akan memasuki
fase mid stance saat berjalan akibat fase midstance yang hilang untuk mengurangi
nyeri pasien mengatasi dengan berjalan menjinjit menumpukan beban tekanan
pada ujung – ujung jari kaki. Peningkatan zat iritan akibat nyeri yang timbul juga
akan menyebabkan konduktifitas saraf menurun sehingga koordinasi
intermuscular pada otot mengalami penurunan, akibatnya gerakan menjadi tidak
efisien dan efektif yang berdampak terhadap keseimbangan saat berjalan dan
fungsional ankle menurun. Sehingga menjadi antalgik gait. Pada pemeriksaan
fisik, status generalis dalam batas normal pasien tampak sakit sedang, status
pemeriksaan pada ekstremitas bawah, didapatkan edema minimal pada regio
plantar dan calcaneus dextra, dan tidak ada deformitas, pada palpasi didapatkan
nyeri tekan (+) plantar pedis dan calcaneus dextra, dan tidak terdapat diskrepansi
tulang.
Pada pasien ini tidak mengalami komplikasi, hal ini dilihat dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik yaitu masih dapat berjalan walaupun mengalami kesulitan,
keadaan umum dan tanda vital dalam batas normal, bengkak pada kaki yang
minimal, tidak terdapat gangguan saraf, kelemahan otot dan deformitas pada
tulang dan pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Komplikasi pada kasus
44
fasciitis plantaris sering berkembang menjadi heel spur. Spur pada tulang
berkembang karena fascia plantaris yang mengalami injuri kemudian mengalami
inflamasi sehingga tumit menerima beban lebih banyak dan dalam waktu yang
lama akan menyebabkan deposit kalsium pada tumit sehingga menimbulkan
pertumbuhan abnormal pada tulang tumit. Namun pada pasien tidak didapatkan
tanda-tanda tersebut.
Penatalaksanaan pada fasciitis plantaris paling baik diobati secara
konservatif, lalu pembedahan pada kasus yang sulit sembuh. Perawatan
membutuhkan penggunaan beberapa modalitas, edukasi pasien, dan waktu.
Perbaikan bertahap dan dapat memakan waktu hingga satu tahun. Injeksi
kortikosteroid harus dihindari pada awal terapi fasciitis plantaris. Kortikosteroid
hanya digunakan sebagai terapi tambahan pada fasciitis plantaris kronik, setelah
melakukan kontrol biomekanik. 3 ml NSAID yang dicampur dengan 1% lidokain,
0,5% marcaine, dan 1 ml triamcinolone (40 mg per mL) diinjeksikan sekitar
processus medual tuberositas calcaneus. Es adalah lini pertama anti-inflamasi
pengobatan untuk fasciitis plantaris, terutama untuk atlet. Selain itu dilakukan
latihan-latihan kekuatan otot dan terapi beban seperti Latihan mendorong dinding
(stretching), menaiki tangga, dan berdiri di papan miring. Bila pasien dianggap
tidak berespon dengan terapi konservatif, maka perlu dipertimbangkan tindakan
operatif.
Karena pasien merupakan pegawai bank yang bekerja selama 8 jam sehari
menggunakan sepatu tinggi maka dilakukan edukasi kepada pasien mengenai
penyakit dan rencana perawatan yang akan diberikan. Pasien diberikan edukasi
untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan seperti berjalan jauh, berdiri dalam
waktu yang lama dan mengurangi pemakaian sepatu tinggi. Istirahat juga sangat
penting untuk pengobatan fasciitis plantaris. Selain itu diberikan latihan alternatif
sehingga meningkatkan tingkat keberhasilan terapi dan menghilangkan rasa sakit.
Latihan tersebut berupa terapi okupasi yaitu latihan kekuatan otot pedis, terapi
beban, dan mendorong dinding, menaiki tangga, dan berdiri di papan miring. Pada
malam hari, diberikan night splints, saat siang hari menggunakan taping dan
sepatu khusus untuk sementara hingga gejala ringan. Pasien juga diberikan
45
obat”an pereda nyeri yaitu natrium diklofenak 2 x 50 mg, dan terapi es 3x sehari
15-20 menit.
DAFTAR PUSTAKA
46
47
17. Gariani K, Waibel FWA, Viehöfer AF, Uçkay I. Plantar fasciitis in diabetic
foot patients: Risk factors, pathophysiology, diagnosis, and management.
Diabetes, Metab Syndr Obes Targets Ther. 2020;13:1271–9.
18. Roxas M. Plantar fasciitis: Diagnosis and therapeutic considerations.
Alternative Medicine Review. 2005.
19. Thompson J V., Saini SS, Reb CW, Daniel JN. Diagnosis and management
of plantar fasciitis. Journal of the American Osteopathic Association. 2014.
20. Neufeld SK, Cerrato R. Plantar Fasciitis: Evaluation and Treatment. J Am
Acad Orthop Surg [Internet]. 2008 Jun;16(6):338–46. Available from:
http://content.wkhealth.com/linkback/openurl?
sid=WKPTLP:landingpage&an=00124635-200806000-00006
21. Malliaropoulos N, Crate G, Meke M, Korakakis V, Nauck T, Lohrer H, et
al. Success and Recurrence Rate after Radial Extracorporeal Shock Wave
Therapy for Plantar Fasciopathy: A Retrospective Study. Biomed Res Int.
2016;2016.
22. Monteagudo M, Maceira E, Garcia-Virto V, Canosa R. Chronic plantar
fasciitis: Plantar fasciotomy versus gastrocnemius recession. Int Orthop.
2013;37(9):1845–50.
23. Weiss LD, Weiss J, Pobre T. Oxford American Handbook of Physical
Medicine and Rehabilitation. 1st ed. New York: Oxford University Press;
2010.
24. Podolsky R, Kalichman L. Taping for plantar fasciitis. J Back
Musculoskelet Rehabil. 2015;28(1):1–6.
25. Mizel MS, Marymont J V., Trepman E. Treatment of plantar fasciitis with a
night splint and shoe modification consisting of a steel shank and anterior
rocker bottom. Foot Ankle Int. 1996;17(12):732–5.
26. Mcpoil TG, Martin RL, Cornwall MW, Wukich DK, Irrgang JJ, Godges JJ.
Heel pain - Plantar fasciitis: Clinical practice guidelines linked to the
international classification of function, disability, and health from the
Orthopaedic Section of the American Physical Therapy Association. J
Orthop Sports Phys Ther. 2008;38(4):1–19.
27. Cornwall MW, McPoil TG. Plantar fasciitis: Etiology and treatment. J
Orthop Sports Phys Ther. 1999;29(12):756–60.