Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PLN (Perusahaan Listrik Negara), merupakan salah satu Badan Usaha Milik

Negara yang memberikan pelayanan kepada calon pelanggan dan masyarakat

dalam penyediaan jasa yang berhubungan dengan penjualan tenaga listrik satu-

satunya di Indonesia. Peningkatan kebutuhan listrik melonjak dengan tinggi dan

cepat, khususnya kebutuhan listrik bagi rumah tangga dan diiringi pula dengan

tingkat kepuasan masyarakat menjadi lebih tinggi lagi sebagai akibat dari

pendapatan masyarakat yang maju dan modern.

Pelangggan yang tersebar diberbagai tempat, menimbulkan kendala tersendiri dalam

penyaluran atau distribusi sampai ke tempat konsumen, dalam hal ini perlu

penanganan teknis tersendiri, yang disesuaikan dengan kebutuhan listrik dan letak

geografis suatu daerah. Pelayanan merupakan unsur yang sangat penting di dalam

usaha meningkatkan kepuasan konsumen. Pada dasarnya posisi pelayanan ini

merupakan faktor pendukung terhadap aktivitas pemasaran jasa PLN. Untuk itu

PLN memberikan perhatian khusus kepada kegiatan pelayanan dalam hal

pemenuhan kebutuhan listrik pelanggan agar dalam pelaksanaannya dapat

memuaskan pelanggannya. Pelayanan yang diberikan memenuhi permintaan

pelanggan, maka pelanggan akan merasa puas dan bila jasa pelayanan berada

dibawah tingkat yang diharapkan, pelanggan akan merasa kurang atau tidak puas.

1
Pelanggan yang merasa tidak puas terhadap kualitas atau pelayanan yang diberikan,

maka dengan sendirinya akan menceritakan kepada orang lain sebagai komplain

atas ketidakpuasannya yang nantinya akan merugikan pihak PLN itu sendiri.

Pertambahan penduduk dapat memicu terjadinya peningkatan kebutuhan

energi listrik, tetapi hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan penyediaan tenaga

listrik, dimana kapasitas daya terpasang masih tetap sementara kebutuhan

masyarakat semakin meningkat dan berbagai kegiatan pendukungnya. Hal ini dapat

dikatakan bahwa ketergantungan dalam pemakaian tenaga listrik sangat tinggi,

tidak hanya untuk kebutuhan penerangan tetapi juga untuk mendukung kegiatan

ekonomi. Maka dari itu akibat yang ditimbulkan adalah seringnya terjadi

pemadaman aliran listrik oleh PLN, terutama pada saat beban puncak. Hal ini

disebabkan oleh akibat pemakaian beban yang melebihi daya kapasitas yang

tersedia.

Kebutuhan listrik terus meningkat setiap tahunnya, karena itu diperlukan

waktu yang tidak sedikit untuk membangun suatu pembangkit tenaga listrik. Para

perencana sistem juga harus dapat melihat kemungkinan-kemungkinan

perkembangan sistem tenaga listrik dari tahun ke tahun yang akan datang. Maka

dari itu diperlukan pengembangan industri listrik yang meliputi perencanaan

pembangkitan, sistem kontrol dan proteksi, serta sistem transmisi dan distribusi

listrik yang akan disalurkan hingga sampai pada konsumen. Dikarenakan jumlah

investasi yang besar dan jangka waktu pembangunan yang lama pada pusat-pusat

tenaga listrik dibandingkan pembangunan industri yang lain maka perlu diupayakan

2
agar dapat memenuhi kebutuhan tenaga listrik tepat pada waktunya. Dengan kata

lain pembangunan bidang kelistrikan harus dapat mengimbangi kebutuhan tenaga

listrik yang akan terus meningkat tiap tahunnya. Oleh karena itu, untuk

menyalurkan tenaga listrik secara andal dan berkesinambungan diperlukan suatu

jaringan transmisi yang diharapkan dapat melayani setiap gardu yang akan di

suplai-nya. Mengingat besarnya peran transmisi dibidang penyaluran energi listrik

ke pelanggan, maka jaringan transmisi dituntut harus senantiasa dapat melayani

dalam hal ini menyalurkan daya yang dihasilkan dari pusat pembangkit kepada

setiap gardu induk, dibuatlah suatu jalur interkoneksi transmisi antar pembangkit di

seluruh pulau sumatera khususnya dengan istilah “Tol Listrik Sumatera” yang

menghubungkan disetiap pusat pembangkit dan gardu induk besar dari Aceh hingga

ke Lampung yang disalurkan melalui jaringan transmisi SUTET 275 KV yang

salah satunya adalah seksi jalur transmisi SUTET 275 KV Simangkuk-Sarulla di

Propinsi Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka perumusan masalah

yang dapat diambil oleh penulis adalah bagaimana cara untuk mengetahui proses

dari kegiatan pembangunan jaringan transmisi PLN khususnya dibidang penarikan

konduktor penghantar jaringan pada SUTET 275 KV Simangkuk-Sarulla.

3
1.3 Tujuan Kerja Praktek

1. Tujuan Umum

a. Sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah kerja praktek yang wajib

ditempuh bagi mahasiswa program S1 jurusan Teknik Elektro Universitas

Pembangunan Pancabudi.

b. Memantapkan dan meningkatkan serta memperluas keterampilan dan ilmu

pengetahuan yang membentuk kemampuan mahasiswa serta bekal untuk

memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan program studi yang dipilih.

c. Menimbulkan dan memantapkan sikap profesionalisme yang diperlukan

mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan bidangnya.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan keandalan sistem kelistrikan khususnya di propinsi Sumatera

Utara

b. Interkoneksi sistem kelistrikan demi keandalan sistem serta evakuasi daya

yang dihasilkan dari sumber energi murah yang ada di pulau Sumatera.

c. Salah satu pelaksanaan program pemerintah Republik Indonesia yakni

program listrik 11.000 MW (2008) dan “Tol Listrik Sumatera” sebagai salah

satu point penting dari program litrik 35.000 MW (2014).

4
1.4 Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, penyusunan laporan dibatasi pada:

Kegiatan dilakukan hanya untuk mengetahui bagaimana proses pembangunan

jaringan transmisi SUTET 275 KV Simangkuk-Sarulla terkhusus pada proses

penarikan penghantar “Stringing” dari persiapan hingga finishing.

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja

Waktu pelaksanaan praktek kerja adalah dimulai pada bulan Maret 2019 hingga

November 2019.

1.6 Metodologi Kerja Praktek

Untuk melaksanakan dan menunjang keberhasilan kerja praktek yang akan

dilakukan, penulis dalam, mencari data atau informasi yang dibutuhkan dengan

cara-cara sebagai berikut:

1. Wawancara

Yaitu prosedur pengumpulan data yang diakukan dengan cara tanya jawab atau

wawancara secara lisan maupun tulisan dengan pihak yang terkait,dalam hal ini

5
yakni para karyawan/i maupun pihak kontraktor pada saat proses pekerjaan

dilapangan.

2. Observasi

Penulis melakukan pengamatan secara langsung atau tinjauan langsung ke

lapangan, penulis melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti,

yang meliputi pengamatan terhadap cara-cara menyelesaikan item pekerjaan di

setiap proses pekerjaan dilapangan.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Tujuan pembuatan sistematika penulisan adalah untuk mempermudah penulis

dalam penyusunan laporan kerja praktek. Adapun sistematika penulisan terdiri

dari:

Bab I Pendahuluan

Bab ini bertujuan menguraikan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan kerja

Praktek, Batasan Masalah, Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek,

Metodolgi Kerja Praktek dan Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teori

Pada bab ini penulis akan menguraikan secara singkat tentang teori-teori

yang berhubungan dengan judul.

Bab III Gambaran Umum Perusahaan

6
Berisi pembahasan mengenai sejarah singkat, visi dan misi dan ruang

lingkup pekerjaan di PT PLN (Persero) secara umum dan PT PLN (Persero) Unit

Pelaksana Jaringan Proyek Jaringan Sumatera 1 Medan.

Bab IV Pembahasan

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang tahapan-tahapan pekerjaan

yang harus dilakukan dalam penarikan jaringan transmisi 275 KV Simangkuk-

Sarulla.

Bab V Kesimpulan

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari

hasil kerja praktek penulis.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Jaringan Transmisi

Saluran Transmisi adalah merupakan media yang digunakan untuk

mentransmisikan tenaga listrik dari Generator Substation/Pembangkit Listrik sampai

distribution Station hingga sampai pada consumer penguna listrrik. Tenaga listrik di

transmisikan oleh suatu bahan konduktor yang mengalirkan tipe Saluran Transmisi

Listrik. Pada sistem tenaga Listrik jarak antara pembangkit dengan beban yang

cukup jauh sehingga akan menimbulkan adanya penurunan kualitas tegangan yang

diakibatkan pada saluran yang mengalami drop tegangan. Dengan demikian sebuah

saluran transmisi harus memiliki berbagai komponen untuk menjaga kualitas listrik

hingga sampai kepada konsumen.

2.2 Jenis Saluran Transmisi

Berdasarkan kapasitas yang disalurkan, saluran transmisi dibagi menjadi 3 bagian

yaitu:

2.2.1.Saluran Udara Tegangan Tinggi

8
Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30 kV sampai 150

kV. Konfigurasi jaringan pada umunya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit

adalah terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat penghantar. Biasanya

jaingadilengkapi dengan 3 phasa (2 sirkuit) dilengkapi dengan kawat tanah pada

atasnya yang bertujuan sebagai penangkal petir agar tidak menyambar mengenai

kawat penghantar sehingga mengganggu sistem jaringan. Apabila kapasitas daya

yang disalurkan dari pembangkit sangat besar, maka penghantar pada masing-

masing phasa terdiri dari dua hingga empat kawat (Double atau Quardraple) dan

berkas konduktor disebut dengan istilah Bundle Conductor.

2.2.2 Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)

Pada umunya saluran transmisi di Indonesia digunakan pada pembangkit

dengan kapasitas 500 kV. Tujuannya adalah agar drop tegangan dari penampang

kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif

dan efisien. Saluran Transmisi 500 kV biasanya terdiri dari 4 kawat penghntar

disetiap phasanya (Quardraple) hal ini dilakukan karena biasanya jaringan 500 kV

digunakan untuk mengalirkan daya yang sangat besar dari pusat pembangkit dan

menempuh jarak yang sangat jauh kepada gardu induk tujuan.

2.2.3 Saluran Kabel Tegangan Tinggi

Saluran kabel bawah tanah (underground cable), saluran transmisi yang

menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kategori

saluran seperti ini adalah favorit untuk pemasangan didalam kota, karena berada

9
dibawah tanah maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah

terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun tetap memiliki

kekurangan, antara lain mahal dalam instalasi dan investasi serta sulitnya menemui

titik gangguan dan perbaikannya.

2.3 Komponen pada Saluran Transmisi

Saluran transmisi terdiri dari:

2.3.1 Konduktor

Kawat konduktor ini digunakan untuk menghantarkan listrik yang

ditransmisikan.Kawat konduktor untuk saluran tegangan tinggi ini selalu tanpa

pelindung/isolasi pada bagian luarnya, hanya menggunakan isolasi udara.

Jenis konduktor yang dipakai

a. Tembaga (Cu)

b. Alumunium (Al)

c. Baja/Steel

Jenis konduktor yang sering dipakai adalah jenis alumunium dengan campuran baja.

Jenis-jenis penghantar Alumunium

10
a. AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya

terbuat dari alumunium. Konduktor ini memiliki luas penampang mulai dari 15 mm2

dengan konstruksi maksimal 126 kabel pada konduktor.

Fitur dasar konduktor AAC adalah:

1. Daya dukung arus tinggi

2.Cocok untuk jalur voltage rendah dan sedang di perkotaan.

3. Resistansi korosi yang baik

4. Ideal untuk digunakan di daerah pesisir

2.3.1.a Gambar konduktor AAC

b. AAAC (All-Alumunium Alloy Conductor), yaitu konduktor yang seluruhnya

terbuat dari campuran alumunium. Konduktor AAAC memiliki luas penampang 15

mm2 sampai 1700 mm2 dengan kontruksi maksimum 126 kabeel pada konduktor.

Fitur dasar konduktor AAAC adalah:

1. Memiliki kekuatan terhadap beban beban yang berat

11
2. Karakteristik peluruhan yang baik

3. Sifat listrik yang lebih baik

4. Daya tahan korosi yang sangat baik

5. Lebih ringan daripada ACSR, dengan kerugian yang lebih rendah dan ketahanan

korosi yang sangat baik.

Konduktor AAAC terbuat dari campuran alumunium-magnesium-silicon

berkekuatan tinggi.

2.3.1.b Gambar konduktor AAAC

c. ACSR (Alumunium Conductor Steel-Reinforced) yaitu, konduktor penghantar

yang terbuat dari alumunium dan berinti baja sebagai penahan mekanis. Konduktor

ACSR memiliki luas penampang mulai dari 15 mm2 sampai dengan 1750 mm2

dengan kontruksi maksimum 126 kabel dengan berbagai kombinasi campuran

alumunium dan baja.

Fitur dasar konduktor ACSR adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan tarik tinggi

12
2. Memiliki aifat lebih lentur

3. Desain ekonomis

4. Cocok untuk aplikasi jarak jauh yang melibatkan rentang panjang

Konduktor bertali konsentris dengan satu atau lebih lapisan kawat alumunium yang

terdapat pada inti kawat baja galvanis.

2.3.1.c Gambar ACSR

d. ACAR (Alumunium Conductor Alloy Reinforced) yaitu, kawat penghantar

alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.

e. ACCC (Alumunium Conductor Composite Core) yaitu konduktor yang terbuat

dari alumunium yang diperkuat dengan komposit carbon pada intinya sebagai

penahan mekanisnya. Kelebihan jenis konduktor ini ialah dapat menghantarkan arus

hampir dua kali lebih banyak daripada konduktor jenis ACSR dengan ukuran dan

berat yang sama, membuatnya populer untu perkuatan jalur transmisi tenaga listrik

yang ada tanpa perlu mengubah menara dan isolator yang ada.

13
2.3.1.e Gambar ACCC

Selain penghematan tenaga kerja dan material, peningkatan tersebut dapat

diakukan sebagai operasi “pemeliharaan dan perbaikan” tanpa proses perizinan

yang panjang dan memerlukan untuk konstruksi baru. Ini dilakukan dengan

mengganti inti baja dalam kabel ACSR yakni baja dengan serat karbon dan kaca

yang lebih ringan. Anggota kekuatan komposit ini memberikan beberapa

keuntungan:

Dapat menghantarkan daya yang lebih besar, hal ini dapat dilakukan oleh kabel

ACCC karena urat kabel ACCC berbentuk trapesium sehingga bulatan konduktor

terisi penuh tanpa ada ruang kosong diantara urat-urat konduktor.

Lebih ringan. Berat yang dimimalisir dapat digunakan untuk banyak konduktor

alumunium. Kabel ACCC menggunakan untaian trapesium untuk memasukkan

lebih banyak alumunium kedalam kabel yang sama. Alumuium lebih lembut, anil

sepenuhnya dapat digunakan untuk konduktor. Kabel ACSR menggunakan

alumunium murni no-anil yang kuat secara komersial yang berkontribusi terhadap

kekuatan tarik kabel dan meningkatkan penurunan dan penarikan dibawah beban

14
es, tetapi memiliki konduktivitas listrik sekitar 3% lebih sedikit dan membatasi

suhu operasi maksimum.

Kekurangan kabel ACCC adalah mahalnya biaya yang berkisar antara 2,5 hingga 3

kali dari biaya ACSR, selain itu kabel ACCC sangat rentan apabila tidak ditangani

dengan hati-hati saat proses aplikasi maka sewaktu-waktu dapat putus.

Alumunium anil sangat lembut dan membuat konduktor ACCC sangat rentan

terhadap kerusakan permukaan.

f. ACFR/CFCC (Alumunium Conductor Carbon-Fiber Reinforced)

Juga termasuk tipe Bare Conductor (konduktor telanjang) yng digunakan untuk

over-head conductor dan masuk dalam kategori HTLS (High Temperature Low

Sag). Disebut HTLS karena kemampuannya untuk beroperasi pada suhu tinggi

(bisa mencapai 150o C) serta andongan/sag yang lebih kecil dibandingkan

overhead conductor seperti ACSR.

2.3.1.f Gambar ACFR

15
2.4 Isolator

Isolator adalah bahan yang tidak bisa atau sulit melakukan perpindahan muatan

litrik. Dalam bahan isolator, valensi elektronnya terikat kuat pada atom-atomnya.

Bahan-bahan ini dipergunakan dalam alat-alat elektronika sebagai isolator, atau

penghambat mengalirnya arus listrik. Isolator berguna pula sebagai penopang beban

atau pemisah antara konduktor tanpa membuat adanya arus mengalir keluar atau

antara konduktor. Istilah ini juga dipergunakan untuk menamai alat yang digunakan

untuk menyangga kabel transmisi listrik pada tiang listrik.

Beberapa bahan, seperti kaca, kertas atau teflon merupakan bahan isolator yang

sangat bagus. Beberapa bahan sintetis masih cukup bagus dipergunakan sebagai

isolator kabel. Contohnya plastik atau karet. Bahan-bahan ini mudah dipilih sebagai

isolator kabel karena mudah dibentuk dan diproses sementara masih bisa

menyumbat aliran listrik pada voltase menengah. Beberapa bahan adalah isolator

yang baik dan dapat dirincikan dengan resistivitas tinggi contohnya :

Jenis bahan Tahanan (Ohm)

Kaca 1012

Mika 9x1013

Kuarsa (Menyatu) 5x1014

Secara singkat isolator juga disebut dielektrik atau non-konduktor, adalah

bahan yang menahan aliran arus listrik. Isolator juga digunakan untuk melindungi

16
kita dari efek berbahaya dari listrik yang mengalir melalui konduktor. Atom-atom

mereka memiliki ikatan elektron yang rapat yang tidak bergerak diseluruh materi.

Karena elektron statis dan dan tidak bisa bebas berkeliaran, arus tidak dapat dengan

mudah dilewati. Selain melindungi kehilangan arus, isolator membuat arus listrik

lebih fisien dengan memusatkan aliran.

Zat yang tidak bisa menghantarkan arus listrik disebut bahan isolator atau

dielektrik. Contoh umum termasuk sebagian besar gas,porselen,gelas,plastik dan air

suling. Isolator pada saluran transmisi harus mempunyai kekuatan mekanik yang

tinggi, selain itu harus mempunyai nilai resistivitas yang tinggi guna memperkecil

arus bocor yang terjadi. Tidak mudah keropos dan tahan terhadap masuknya gas-gas

ataupun cairan-cairan kedalam bahan isolator dan tidak dapat dipengaruhi oleh

perubahan suhu.

2.4.1 Bahan-bahan Isolator

2.4.1a Isolator Porselen

Porselen berasal dari tanah liat yang mengandung alumunium silikat,

kemudian alumunium silikat ini direksikan denganplastik kaolin, felspar, kwarsa

dan campuran ini dipanaskan pada tempat pembakaran dengan suhu yang diatur.

Komposisi bahan bakunya adalah: 50% tanah liat, 25% felspar dan 25% kwarsa.

Isolator yang dihasilkan harus keras, permukaannya harus licin dan bebas dari sifat

17
perembesan. Kehalusan pada bahan permukaan akan membebaskan isolator dari

jejak air. Sifat menyerap pada bahan isolator akan menurunkan kekuatan dielektrik,

dan adanya kotoran ataupun gelembung udara di dalam bahan isolator juga akan

mengurangi kekuatan dielektrik.

Jika bahan isolasi diproduksi pada suhu yang rendah maka sifat mekaniknya

akan menjadi lebih baik, tetapi bahan tersebut bersifat menyerap air dan ketika

bahan tersebut digunakan, kondsinya mungkin akan lebih buruk. Sebaliknya jika

bahan isolasi diproduksi pada suhu yang lebih tinggi, sifat menyerapnya akan

berkurang, tetapi bahan isolasi tersebut akan menjadi rapuh. Jadi di dalam membuat

isolator perlu dirancang sedemikian rupa antara kekuatan dielektrik, sifat rembesan

terhadap air dan suhu tempat pengeringannya. Secara mekanis isolator porselen

meiliki kekuatan dielektrik sekitar 60.000 V/cm, tekanan dan kekuatan regangannya

adalah 70.000 kg/cm2 dan 500 kg/cm2.

2.4.1a Gambar isolator porselen

18
2.4.1b Isolator Kaca/Gelas

Seringkali gelas digunakan sebagai bahan isolasi. Gelas diproduksi dengan proses

penguatan yaitu dipanaskan dulu lalu didinginkan. Isolator yang terbuat dari bahan

kaca ini memilikki beberapa keunggulan sbagai berikut:

-Kekuatan dielektriknya tinggi berkisar 140 kV/cm.

-Dengan pemanasan yang tepat akan diperoleh resistivitas yang tinggi.

-Koefisien muai panasnya yang rendah.

-Karena kekuatan dielektriknya yang sangat tinggi, maka isolator gelas memiliki

bentuk yang lebih sederhana dan bahkan dapat digunakan satu lapis sbagai bahan

isolator.

-Bersifat transparan (lebih jelas dibandingkan porselen), sehingga sedikit

cacat,ketidak-murnian gelembung udara, retak-retak, kotoran-kotoraan lain dapat

dideteksi dengan mudah dan bersifat homogen.

-Daya rentangnya lebih besar dari porselen.

Kekurangan dari isolator gelas antara lain:

-Uap-uap air mudah mengembun di sepanjang permukaan isolator, sehingga hal ini

dapat menyebabkan penumpukan kotoran-kotoran pada permukaan isolator dan

mempercepat terjadinya arus bocor.

19
2.4.1.b Gambar isolator kaca

-Pada tegangan yang lebih tinggi, gelas titik dapat dituang (casting) dalam bentuk

atau model yang tidak beraturan, karena pendingin yang tidak teratur akan

menyebabkan terjadinya kegentingan-kegentingan didalam isolator dan keadaan ini

dapat mempercepat terjadinya arus bocor.

2.4.1c Isolator Polymer

Isolator polimer adalah isolator yang terbuat dari beberapa sususnan monomer yang

membentuk suatu isolator. Isolator polymer biasanya terbuat dari bahan dasar

rubber dengan bahan pengisi filler silicon. Isolator polymer memiliki beberapa

keunggulan dibandingkan dengan isolator porselen maupun kaca yang diantaanya

adalah sebagai berikut:

1. Bobot mekaniknya ringan

2. Perawatannya mudah

20
3. Tahan polusi dan intensitas hujan yang tinggi karena bahannya terbuat dari

hidrofobik dipermukaannya.

4. Waktu pembuatan yang lebih singkat dibandingkan dengan isolator porselen,

namun tidak mengurangi performansinya.

5. Tidak terdapat lubang karena pembuatan,karena sifat polimer yang berbeda

dengan porselen dalam hal pembuatannya. Maka memungkinkan tidak terjadinya

tembus internal.

Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh isolator polymer adalah:

1. Penuaan/Degradasi pada permukaannya (surface agging), stress yang disebabkan

antara lainkarena korona, radiasi UV atau zat kimia dapat menyebabkan reaksi

kimia pada permukaan polymer. Sehingga dapat merusak permukaan polymer

(penuaan) yang dapat menghilangkan sifat hidrofobiknya.

2. Mahal, bahan penyusun polymer lebih mahal dibandingan deengan porselen

ataupun gelas.

3. Kekuatan mekaniknya yang kecil, isolasi polymer biasanya tidak mampu untuk

menyokong dirinya sendiri. Oleh karenanya, dalam instalasi dibutuhkan peralatan

lain seperti jacket (oversheath) sebagai penyokongmya.

4. Kompabilitas material, produk polymer mempunyai interface lebih dari satu

sumbu bergantung pada fungsi dan designnya. Apabila terdapat banyak interface

21
menyebabkan pengaruh penting pada perekatannya. Oleh karena itu harus diketahui

dengan jelas sebelum menggunakan isolator polymer, sebab dapat menimbulkan

korosi atau retakan apabila formulasinya tidak sesuai.

2.4.1.c Gambar isolator polymer

Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Isolator jenis pasak

2. Isolator jenis pos-saluran

3. Isolator jenis gantung

22
2.5 Infrastruktur

Infrastruktur adalah sarana yang digunakan saluran transmisi sebagai media

penyaluran. Secara umum ada dua jenis penyaluran (infrastruktur dari saluran

transmisi) yaitu saluran udara dan saluran bawah laut.

2.5.1 Tower Transmisi

Tiang penyangga saluran transmisi terdapat pada saluran udara dimana energi listrik

yang dihantarkan melalui kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai

media isolasi antar kawat penghantar maupun ke tanah. Dan untuk menyanggah

kawat-kawat saluran transmisi dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi

manusia, hewan dan lingkungan sekitarnya. Kawat-kawat penghantar tersebut

dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa disebut dengan

menara/tower. Dimana antara kawat penghantar dan menara disekat oleh isolator

agar daya listrik yang dihantarkan tidak masuk ke tanah.

Menurut konstruksinya, Menara listrik dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

2.5.2 Tower Lattice

Lattice Tower  merupakan jenis tower transmisi yang konstruksinya menggunakan

susunan baja profil yang berukuran kecil, sehingga dalam pengerjaan atau

pembangunan tower menjadi lebih mudah. Tower jenis ini biasanya dirancang untuk

ketinggian 20 – 120 meter. Berdasarkan susunan atau konfigurasi penghantarnya

lattice tower dibedakan menjadi 2 yakni :

23
I. Konstruksi Delta

2.5.2.1 Tower delta

Konstruksi lattice tower jenis Delta digunakan untuk mentransmisikan energi listrik

dalam konfigurasi penghantar single circuit dengan dua buah earth wire. Konstruksi

tower jenis ini biasanya digunakan untuk mentransmisikan tegangan 220 kV – 500

kV karena pada konstuksi jenis ini pengaruh akibat mutual induktansi antar

penghantar dapat diperkecil karena menggunakan single circuit dengan jarak antar

penghantar yang cukup jauh. Konstruksi dari tower ini juga sangat efektif untuk

menahan beban kabel yang berat.

24
II. Konstruksi Piramida

2.5.1.2 Tower konstruksi

Piramida

Konstruksi piramida

digunakan untuk

mentransmisikan energi

listrik dalam konfigurasi

penghantar double sirkuit. Konstruksi ini terdiri dari dua jenis yakni double circuit-

single earth wire dan double circuit-double earth wire.

2.5.3 Tower Tubular Steel Pole

2.5.3 Tower steel pole

Tubular steel pole tower adalah tiang baja berongga berbeuntuk sisi poligonal.

Memiliki konstruksi baja belahan berbentuk setengah atau sepertiga lingkaran

bergantung pada diameter yang kemudian melalui proses-proses penyatuan dan

25
penyambungan dengan pengelasan khusus. Tower jenis ini kurang efisien jika

digunakan untuk saluran transmisi karena dibutuhkan keahlian dan ketelitian khusus

dalam pemasangan serta lokasi tower harus berada didekat jalan, karena tower ini

terdiri dari bagian-bagian yang cukup besar sehingga menyulitkan pekerjaan bila

berada jauh dari jalan.

2.5.4 Concrete Pole Tower

Adalah tower transmisi dengan konstruksi berupa beton. Tower jenis ini biasanya

berjenis tower H dan tower I seperti gambar berikut:

2.5.4 Concrete steel pole

Tower ini memiliki konfigurasi pengantar single-circuit dan doublr circuit. Tower

ini sering digunakan di daerah perkotaan karena tidak membutuhkan lahan yang

banyak dan juga biayanya yang lebih murah dibandingkan dengan steel pole.

2.5.5 Wooden Pole Tower

26
Wooden pole tower adalah tower transmisi dengan konstruksi berupa kayu. Tower

jenis ini biasanya berjenis H an tower I seperti terlihat pada gambar berikut:

2.5.5 Gambar Wooden Pole Tower

Tower ini memiliki konfigurasi penghantar single dan double circuit. Tower ini

jarang digunakan karena daya tahan tiang ini tidak terlalu bagus dan sangat

tergantung kepada cuaca (pelapukan). Tower jenis ini biasanya digunakan sebagai

tower sementara selama masih ada pembangunan tower lattice.

2.5.6 Menurut fungsinya, Tower transmisi dibagi menjadi 7 jenis yaitu:

2.5.6.a Dead End Tower

Dead end tower yaitu tiang akhir yang berlokasi di dekat gardu induk, tower ini

hampir sepenuhnya menanggung bebang tarikan. Biasanya konstruksi tiang yang

digunakan adlah tianglattice delta.

27
2.5.6.a Gambar Dead End tower

2.5.6.b Section Tower

Section tower yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan

sejumlah tower penyangga lainnya karena alasan kemudahan pembangunan

(penarikan kawat) umumnya mempunyai sudut belok yang kecil. Biasanya

konstruksi tiang yang digunakan adalah tiang lattice tipe delta.

2.5.6.b Gambar Section Tower

28
2.5.6.c Suspension Tower

Suspension tower yaitu tower penyangga,tower ini hampir sepenuhnya menanggung

gaya berat, umumnya tidak mempunyai sudut belokan. Biasanya konstruksi tiang

yang digunakan adalah tiang lattice tipe piramid atau zig-zag.

2.5.6.c Gambar Tower Suspension

2.5.6.d Tension Tower

Tension tower adalah tower penegang, tower ini menganggung gaya tarikan yang

lebih besar daripada gaya beban berat, umumnya mempunyai sudut belokan.

Biasanya konstruksi tiang yang digunakan adalah tiang lattice tipe piramida.

29
2.5.6.d Gambar Tower Tension

2.5.6.e Transposision Tower

Transposision tower adalah tower tension yang difungsikan sebagai tempat untuk

melakukan perubahan posisi phasa guna memperbaiki impedansi saluran transmisi.

Tower transposisi digunakan apabila jarak jalur transmisi dari ujung ke ujung

minimal 200 km dan di bangun di tengah-tengah jalur.

2.5.6.e Gambar Tower Transposisi

2.5.6.f Gantry Tower

Yaitu tower yang berbentuk

portal digunakan pada

persilangan antara dua

saluran transmisi. Tiang ini dibangun dibawah saluran existing.

30
2.5.6.f Gambar Gantry Tower

2.5.6.g Combined Tower

Combined tower yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi yang

berbeda tegangan operasinya.

31
2.5.6.g Gambar Tower Combine

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah PT PLN (Persero)

Berawal diakhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai

ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri. Antara

tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan Belanda

tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukantentara Jepang di

awal Perang Dunia II.

32
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus

1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh

para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang

bersama-sama dengan pimpinan KNI pusat berinisiatif menghadap Presiden

Soekarnou untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah

Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan

Listrik dan Gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan

kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW

Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-LN

(Badan Pimpinan Umum Listirk Negara) yang bergerak dibidang listrik,gas dan

kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua)

perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga

listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas

diresmikan.

Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status Perusahaan

Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan

sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas

menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.

Seiring dengan kebijakan pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor

swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status

PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan

33
juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga

sekarang.

Visi

Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan

Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.

Misi

a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada

kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitaskehidupan

masyarakat.

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

Motto

Listrik untuk kehidupan yang lebih baik

Maksud dan Tujuan Perseroan

Untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum

dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan

34
melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka

rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsp-prinsip Perseroan

Terbatas.

Alamat

PT PLN (Persero) Kantor Pusat Jalan Trunojoyo Blok M-I No 135 Kebayoran

Baru, Jakarta 12160, Indonesia Telp : 021-7251234, 7261122 fax : 021-7221330

3.2 Sejarah Singkat PT PLN (PERSERO) Unit Induk Pembangunan Sumatera

Bagian Utara

Listrik mulai dikenal di Indonesia pada akhir abad ke-19 yaitu pada masa

Pemerintahan Belanda. Pada saat itu, penyediaan tenaga listrik di Indonesia dikuasai

oleh beberapa perusahaan, salah satunya adalah OGEM (Overzeese Gase dan

Electritiest Maathapy) yang merupakan perusahaan listrik swasta Belanda yang

berpusat di negara Belanda, sedangkan di Indonesia berpusat di Batavia atau dikenal

Jakarta pada saat ini.

Sejarah kelistrikan di Indonesia dimulai pada tahun 1893 di daerah Batavia

atau Jakarta sekarang. Tiga puluh tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di

Medan. Sentralnya dibangun dipertapakan kantor PLN cabang Medan yang

sekarang berada di jalan Listrik No. 12 Medan, dibangun oleh OGEM (Overzesee

Gas dan Electritiest Maathapy), yaitu salah satu perusahaan swasta Belanda.

35
Kemudian menyusul pembangunan listrik di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan

1924, Tebing Tinggi 1927, Sibolga 1928, Berastagi 1928, Tarutung 1929, Tanjung

Balai 1931, Labuhan Bilik 1936 dan Tanjung Tiram 1937.

Pada masa penjajahan Jepang, perusahaan listrik berada ditangan Jepang

dengan mendatangkan tenaga ahli dari Jepang, tetapi Jepang hanya mengambil alih

pengelolaan listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan

perluasan jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi menjadi Perusahaan Listrik

Sumatera dan Perusahaan Listrik Jawa yang disesuaikan.

Sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945

dikumandangkan, maka kesatuan aksi karyawan listrik di seluruh tanah air

mengambil alih Perusahaan Listrik dari tangan Jepang. Pengambilalihan itu selesai

bulan Oktober 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia dalam

hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Mengenang peristiwa ambil alih tersebut,

maka pada tanggal 27 Oktober ditetapkan sebagai Hari Listrik Nasional. Sejak

tahun 1955 di Medan berdiri perusahaan listrik distribusi cabang Sumatera yang

dikepalai oleh R.Sukarno.

Dengan dikeluarkannya UU. No. 58 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi,

nama OGEM dinasionalisasikan pada tanggal 31 Januari 1958 dengan nama PGLN

(Perusaan Gas dan Listrik Negara) tahun 1959 berubah menjadi Perum Listrik

Negara Distrik Cabang Sumatera Utara yang kemudian dirubah lagi menjadi

Exploitasi I tahun 1961 sesuai dengan PP No. 67 tahun 1961. Dengan

36
dikeluarkannya keputusan Direksi PLN No. 09/DIR/LN/1966 kemudian PLN

Exploitasi I Sumatera Utara menjadi Exploitasi II pada tahun 1966 di Sumatera

Utara dibentuk PLN Pembangunan yang berada dibawah pengawasan PLN

Exploitasi II.

Pada tahun 1966 PLN mengalami perubahan lagi dari Perusahaan Negara

menjadi PERUM sesuai dengan UU No. 9/Tahun 1969, Untuk menanggulangi dan

mengimbangi peningkatan permintaan akan kebutuhan tenag listrikoleh masyarakat

di Sumatera Utara., maka Perusahaan Umum Listrik untuk memenuhi permintaan

listrik masyarakat sehingga pada tahun 1975, dengan terbitnya Peraturan Menteri

PUTL No. 13/PRT/75 tanggal 8 September 1975, maka diadakan reorganisasi pada

PLN Exploitasi II Sumatera Utara Jaringan Sumatera pada tahun 1975 dan begitu

juga dengan pembangunan dirubah menjadi PLN Proyek Induk Pembangkit dan

Jaringan Sumatera Utara dan Aceh pada tahun yang sama.

Kemudian pada tahun 1994 terjadi perubahan nama dari Perusahaan Umum

Listrik Negara Proyek Induk Sumatera Utara menjadi PT PLN (Persero) Proyek

Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara dan Aceh dengan surat Keputusan

Direksi PT PLN (Persero) No. 058/K/024/DIR/1994. Kemudian di tahun 2006

menjadi PT PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara,

Aceh dan Riau berdasarkan keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.

032.K/DIR/2006. Kemudian di tahun 2013 berubah kembali menjadi PT PLN

(Persero) Unit Induk Pembangunan II berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN

(Persero) No. 166.K/DIR/2013, pada tahun 2016 PT PLN (Persero) Unit Induk

37
Pembangunan II kembali berubah menjadi PT PLN (Persero) Unit Induk

Pembangunan Sumatera bagian Utara berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN

(Persero) No.044. P/DIR/2016 dan terbaru Susunan Organisasi dan Formasi Jabatan

PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara sesuai

Peraturan Direksi Nomor. 0109.P/DIR/2018.

3.3 Visi, Misi dan Motto

PT PLN (Persero) Unit Induk Pembanguna Sumatera Bagian Utara adalah Unit

usaha PT PLN (Persero) yang bergerak di Bidang Pembangunan Gardu Induk (GI)

dan Jaringan Transmisi (TL) di wilayah Sumatera Utara dan Aceh yang

berkomitmen untuk memenuhi keinginan dan memenuhi persyaratan pelanggan dan

Stakeholder.

1. Visi

- Menjadi Unit Induk Pembangunan Jarinagan kelas dunia

2. Misi

a. Menjalankan bisnis manajemen konstruksi infrastruktur ketenagalistrikan yang

berorientasi pada Biaya, Mutu dan Waktu.

b. Menciptakan pemimpin yang berintegritas, berkarakter dn layak dipercaya untuk

bangsa Indonesia.

38
3. Values

a. Saling percaya (Mutual Trust)

b. Integritas (Integrity)

c. Peduli (Care)

d. Pembelajar (Contunious Learning)

e. Trust

f. Commitment

g. Fun

4. Motto

We Trust Our People (We TOP)

STRUKTUR ORGANISASI PT PLN (PERSERO) UNIT INDUK

PEMBANGUNAN SUMATERA BAGIAN UTARA

GENERAL MANAGER

SRM SRM OPERASI DAN SRM KEUANGAN SRM PENTANAHAN


PERENCANAAN KONSTRUKSI DAN SDM DAN KOMUNIKASI

39
PJ. DALK3L
MUPPJ ACEH

UNIT
MUPPJS 1 PELAKSANA PJ. LAKSDAL I
PROYEK
MUPPJS 2 PJ. RENDAL I

3.3. Profil PT PLN (Persero) UPPJS 1 Medan

PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Proyek Jaringan Sumatera 1 Medan merupakan

sebuah unit yang dibawahi oleh Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara

yang dimana unit ini membidangi kepada hal-hal yang berorientasi pada

pembangunan-pembangunan Jaringan Transmisi dan Gardu Induk yang ruang

lingkup kerjanya meliputi di hampir seluruh Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera

Utara.

40
STRUKTUR ORGANISASI PT PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA

PROYEK JARINGAN SUMATERA 1

MANAGER UPP JS 1
EKO SUKMAWANTO

MANAGER BAGIAN TEKNIK MANAGER BAGIAN PERTANAHAN


ANTON MARLINDO ANDI RIZKY
41
SEKSI KEUANGAN DAN
ADMINISTRASI
LISA SIMORANGKIR

URUSAN PELAKSANA PENGADAAN

URUSAN PELAKSANA K3L


DEDI AFRIZAL

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Stringing

Stringing adalah proses pemasangan kawat penghantar (konduktor) pada jalur

transmisi tegangan tinggi maupun ekstra tinggi yang meliputi proses persiapan

seperti penempatan mesin puller dan tensioner,pemasangan insulator set hingga

proses penarikan dan finishing.

42
4.2 Tahapan Persiapan

Sebelum melakukan penarikan atau stringing ada beberapa tahapan yang

harus dilakukan,tahapan ini bertujuan agar pada saat proses penarikan tidak

mengalami kesulitan dan sebagai pengamanan baik terhadap para teknisi maupun

terhadap keamanan konstruksi,diantaranya adalah;

4.2.1 Tahapan Pesiapan

Tahapan persiapan adalah tahapan yang sangat penting dalam melakukan

proses stringing karena pada tahapan ini segala kegiatan penarikan direncanakan

secara matang dalam proses ini yakni:

a.Survey Lokasi

Survey lokasi bertujuan untuk mengetahiu gambaran atau kontur lingkungan

dilapangan sehingga dapat mengetahui dan mempersiapkan segala keperluan yang

akan dibutuhkan kedepannya saat penarikan nanti, selain itu survey lokasi juga

bertujuan untuk mengetahui keadaan sosial setempat mengenai kegiatan yang akan

dilakukan di jalur transmisi tersebut bilamana masih ada permasalahan mengenai

pembebasan tapak dan jalur yang belum diselesaikan oleh PLN.

b.Pemasangan Insulator Set

Pemasangan Insulator Set dilakukan setelah kita mengetahui kebutuhan

material string-set yang kita ketahui baik secara jumlahnya maupun spesifikasi

kegunaannya,karena pada tower tension maupun suspension memiliki kebutuhan

43
material yang berbeda. Pemasangan Insulator dapat dilakukan secara manual yakni

dilakukan penaikan oleh beberapa orang menggunakan tali tambang maupun

menggunakan tenaga mobil.

4.2.1.b Pemasangan Insulator set

c.Pemasangan Montage Roll

Montage roll adalah roda-roda yang berputar atau yang biasa kita kenal

dengn nama katrol namun memiliki ukuran diameter yang lebih besar dan lebih kuat

untuk menahan beban tarikan maupun beban tekanan saat penarikan. Pemasangan

scape roll pada tower suspension diletakkan diujung bawah Insulator set yang

tergantung sedangkan pada tower sudut/tension digantung langsung pada cross arm.

Biasanya pemasangan scape roll dipaketkan dengan item pekerjaan pemasangan

insulator set.

44
4.2.1.c Pemasangan roll pada suspension set

d.Pemasangan Scaffolding/Stegger

Scaffolding/stegger adalah sejenis rangkaian bangunan yang biasanya

terbuat dari batang bambu yang dirangkai melalui ikatan sehingga dapat

menyanggah,menghalangi maupun melindungi objek yang dibawahnya agar tidak

dapat dirusak maupun terganggu akibat aktivitas penarikan. Scaffolding dipasang

karena pada saat penarikan, kawat mengalami keadaan yang tidak stabil yakni naik

dan turun yang diakibatkan gaya tarik-ulur antar mesin puller dan tensioner. Objek

yang biasa dilindungi oleh scaffolding adalah jaringan tegangan menengah ataupun

rendah, perumahan dan bangunan penduduk yang dilintasi pilot wire/kawat

penghantar, jalan raya dan fasilitas umum lainnya.

45
e.Penarikan Pilot wire/ Eret-eret

Pilot wire adalah tali tambang berdiameter 16-18mm yang biasanya ditarik

oleh para teknisi dari tower satu ke arah tower lain dan dimasukkan kedalam scape

roll yang telah terpasang yang selanjutnya apabila telah tersambung dari ujung titik

penarikan ke ujung section penarikan akan ditarik oleh mesin puller yang

selanjutnya diganti dengan seling anti-twist 11 mm,14mm dan 16mm dan

selanjutnya digunakan untuk menarik konduktor.

Penarikan pilot wire biasanya dilakukan secara manual,namun apabila

terdapat kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan secara manual

seperti: crossing jalan raya, crossing sungai berbahaya, jurang, crossing jaringan

listrik tegangan tinggi dan pepohonan maupun hutan yang tidak dapat

ditebang,maka penarikan pilot wire dapat dilakukan dengan bantuan Drone yang

diikatkan tali tambang 5mm dilokasi tersebut.

f.Pemasangan Schoor Cross Arm dan Body Tower

Schoor adalah penahan kostruksi tower dari gaya tarikan maupun gaya tekan

yang berlebih di jalur penarikan, biasanya schoor dipasang di cross arm pada tower

yang berada di puncak bukit sehingga terjadi beban pikul yang berat di tower

tersebut, selain itu schoor juga dipasang pada jarak antar tower yang terlalu panjang.

Schoor tower juga wajib dipasang yakni pada tower yang berada di depan mesin

puller dan tensioner karena disanalah beban tarikan dan beban tekan yang paling

46
besar terjadi. Schoor cross arm dipasang pada ujung sayap tower dan diikat di ketiak

atasnya yang kemudian dikencangkan dengan cara diputar antar seling terebut,

sedangkan schoor body dipasang diujung cross arm dan kemudian diujung seling

lainnya diikatkan pada beban berupa batang pohon kelapa yang dikubur sedalam

dua meter yang berjarak sekurang-kurangnya dua kali dari tinggi tower.

4.2.1.f Penggalian untuk schoor body tower

4.2.1.f Pemasangan schoor tanah dan schoor traves

47
g.Penempatan mesin Puller dan Tensioner

Setelah mensurvey lokasi dan melakukan berbagai persiapan-persiapan

penarikan maka pelaksana menempatkan mesin tensioner dan/atau puller di ujung

section penarikan. Penempatan mesin haruslah memiliki beberapa kriteria yaitu:

1.Akses menuju lokasi yang dapat dijangkau oleh kendaraan berat.

2.Luas dan rata sehingga dapat memudahkan pekerjaan.

3.Aman dan jauh dari aktivitas warga guna menghindari kebisingan.

4.2.1.g Penempatan Tensioner

Selain dari beberapa kriteria diatas, penempatan mesin puller/tensioner haruslah

berjarak sekurang-kurangnya 2 kali dari tinggi tower yang berada didepannya. Hal

48
ini dilakukan agar mengurangi sudut beban yang terlalu tajam sehingga tower tidak

mengalami gaya tekan kebawah yang terlalu berat demi keamanan tower.

4.3 Tahapan Penarikan

Tahapan ini adalah tahap kedua dari proses stringing dimana setelah semua

kegiatan persiapan telah selesai dilaksanakan, dimulai dari penarikan tambang/pilot

wire yang telah tersambung antara ujung tensioner dan puller dilanjutkan dengan

penarikan seling 12mm dan disambung dengan seling bigbone 16mm. Setelah

semua tower telah terpasang seling bigbone 16mm, maka selanjutnya diujungnya

disambung dengan konduktor yang ujungnya dihubungkan dengan swivle yang

mana alat ini berfungsi sebagai peredam gaya putar saat penarikan guna

menghindari kawat penghantar terputus.

Sebelum proses penarikan berlangsung ketua pelaksana telah merancang

skema penarikan yang mengacu pada jarak antar span tower yang terdapat di

material schedule. Hal ini dilakukan untuk menentukan titik jatuhnya midspan joint

atau yang disebut dengan sambungan antar ujung konduktor agar tidak berada di

titik-itik yang tidak direkomendasikan yaitu diantaranya:

1. Midspant joint berada di dekat Tension Clamp <70 m

2. Berada diatas perumahan, sungai besar, jalan besar dan jaringan listrik.

49
4.3.a Midspan joint

Skema inilah yang biasa disebut dengan istilah “Drum Schedule” yakni perhitungan

jarak antar span tower dibandingkan dengan panjang satuan konduktor per haspel-

nya, sehingga dapat diketahui jumlah midspan joint yang akan digunakan dan

dimana titik jatuhnya midspan joint tersebut. Pada drum schedule biasanya panjang

total konduktor yang akan ditarik per section akan dilebihkan sebesar 1 hingga 2,5%

guna menghindari patahnya sayap tower saat penarikan disebabkan kabel yang

terlalu ketat sehingga menambah beban tekanan.

4.

3.b Drum schedule

Pada saat penarikan berlangsung diharuskan pada setiap tower yang memiliki sudut

belokan dijaga oleh satu sampai dua orang untuk menjaga jalannya tarikan guna

50
menghindari terselipnya tali tambang ataupun konduktor kedalam montage roll

sehingga dapat merusakkan tower atau bahkan rusaknya konduktor saat penarikan

berlangsung. Selain untuk menjaga agar tidak terselip saat penarikan berlangsung,

para penjaga juga bertugas mengawasi dan bahkan dapat mengatur ritme penarikan

sesuai kebutuhan tergantung situasi dan kondisi yang terjadi saat penarikan

berlangsung. Para penjaga tidak boleh lalai baik dalam mengawasi dan

mengabarkan kepada teman diseberang dan kepada kedua operator agar terjalin

komunikasi yang baik. Berikut adalah kejadian yang terjadi akibat miss-

communication antar penjaga dan operator:

51
4.1.2.c Kerusakan Cross Arm dan kerusakan konduktor

Selain menjaga keamanan pada sisi tarikan penjaga juga bertugas sebagai pembuka

joint protector atau pelindung joint agar tidak mengalami kebengkokan saat

melewati montage roll. Penjaga dapat membuka joint protector pada saat tarikan

dinyatakan hampir selesai dimana ujung konduktor sudah melewati tower terakhir

yang berada didepan mesin puller. Ketika semua phasa telah selesai dilakukan

penarikan sekaligus juga wire GSW dan OPGW nya maka proses finishing dapat

dimulai.

52
4.2 Tahap Finishing

Setelah selesai melakukan penarikan, maka tahap selanjutnya adalah proses

finishing. Proses finishing adalah proses penyelesaian penarikan dan perapian kawat

penghantar sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Diantaranya adalah:

1. Press Cantol
2. Sagging
3. Clamping
4. Formed OPGW
5. Pemasangan Spacer/ vibration damper
6. Pemasangan Jumper Penghantar

4.2.1 Press Cantol

Press cantol adalah tahapan pertama yang dilakukan dalam proses finishing,

dinamakan press cantol karena kegiatan ini adalah melakukan pemotongan dan

pengepresan terhadap kawat penghantar di tower tension yang selanjutnya

konduktor dipindahkan diujung insulator set. Pada proses ini biasanya dilakukan

oleh tim yang beranggotakan sekurang-kurangnya 8 orang dengan alat-alat

sebagai berikut:

53
1. Camelong

Adalah alat yang berfungsi sebagai pemegang/penggigit konduktor agar dapat

ditarik menuju insulator dan dipotong. Besar camelong disesuaikan dengan

diameter konduktor yang terpasang, selanjutnya pada pengaitnya camelong

dihubungkan dengan scape roll dan tirfor.

4.2.1.1 Camelong

2. Scape roll

Adalah katrol kecil yang berkekuatan tinggi sebagai penghubung antara

camelong dan sling tirfor untuk meredam gaya gesekan sehingga pengetatan

kawat penghantar tidak terlalu berat.

54
4.2.1.2 Scape roll

3. Tirfor

Adalah alat untuk menarik beban secara manual yang berbentuk tabung pipih

yang didalamnya terdapat sling. Tirfor digunakan dengan cara di gerakkan pada

stangnya secara terus-menerus.

4.2.1.3 Tirfor

4. Mesin press

Alat yang terpenting didalam pekerjaan press cantol yang berfungsi sebagai

penghimpit alumunium konduktor maupun inti baja sehingga konduktor dapat

disatukan dengan tension clamp yang selanjutnya dikaitkan pada insulator.

55
4.2.1.5 Mesin press

5. Ground local

Ground local adalah sebagai pengaman para teknisi dari ancaman tegangan yang

terdapat pada konduktor, sehingga teknisi tidak khawatir akan ancaman induksi.

Biasanya para teknisi menggunakan beberapa urat penghantar yang tidak terpakai

lagi sebagai ground local yang diikatkan pada ujung sayap tower dan diujung

penghantar.

6. Shackle

Shackle adalah alat bantu pengait antara mata sling dengan pengait obyek

tertentu dan terbuat dari bahan steel, shackle berfungsi menghubungkan sling

dengan pengait obyek berbentuk lingkaran maka untuk menghubungkannya

haruslah menggunakan shackle.

56
4.2.1.6 Shackle

7. Sling pengait

Berupa sling steel yang pada kedua ujungnya dibentuk lingkaran, berfungsi

sebagai pengait peralatan kepada tower.

4.2.1.7 Sling pengait

57
4.2.2 Sagging
Setelah selesai dilakukan press cantol pada tower tension yang berada di

depan tower tension lainnya. Sagging adalah proses pengencangan konduktor

sehingga lendutan konduktor mencapai pada titik yang telah ditentukan dan pada

beban yang sesuai dengan kontrak. Proses sagging sejatinya menyerupai dengan

press cantol yakni memotong dan mengaitkan ujung konduktor kepada ujung

insulator, namun khusus pada proses sagging konduktor ditarik menggunakan tirfor

hingga titik terendah pada lendutan konduktor mencapai pada level yang telah

ditentukan. Untuk mendapatkan level yang diinginkan, para teknisi sebelumnya

harus mengetahui dan melihat sagging schedule dan material schedule, para teknisi

harus mencari jarak terpanjang antar tower yang dilakukan sagging dan selanjutnya

mengetahui suhu rata-rata daerah tersebut dan selanjutnya memutuskan berapa level

konduktor yang seharusnya dicapai. Pada span terpanjang yang dilakukan sagging

biasanya terdapat satu orang yang melakukan pengamatan dengan menggunakan

teropong khusus sagging dan didepannya dipasang bowplank sebagai penanda level

konduktor yang digunakan untuk mengamati apakah level kawat penghantar telah

sesuai dengan schedule atau tidak yang selanjutnya pengamat akan menginfokan

kepada tim sagging menggunakan alat komunikasi.

58
4.2.2 Sagging schedule dan kegiatan sagging

4.2.3 Clamping
Clamping adalah proses pemindahan kawat penghantar yang semula berada

pada montage roll kepada suspension clamp yang berada diujung insulator

suspension set. Clamping dilakukan setelah proses sagging selesai dan idealnya

dilakukan setelah satu hari proses sagging agar konduktor telah mencapai pada

posisi yang tetap dan tidak berubah-ubah lagi. Clamping idealnya dilakukan oleh

tim yang terdiri dari minimal 6 orang yang masing-masing bertugas sebagai

pengantar peralatan dari bawah keatas tower. Berikut adalah peralatan yang

digunakan untuk melakukan clamping.

59
1. Tackle/Chain block
Chain block adalah alat pengangkat manual sederhana menggunakan pulley

(roll), roda gerigi (gear), rantai (chain) dan pengait (hook block). Alat ini relatif

kecil dan cocok untuk berbagai jenis pengangkatan. Beban pengangkatan chain

block dapat beragam mulai dari 0,5 ton hingga 10 ton.

4.2.3.1 Chain block

2. Shackle
3. Webbing sling
Adalah penahan beban yang terbuat dari kain yang berkekuatan tinggi yang pada

ujungnya terdapat jahitan berbentuk lingkaran penuh agar dapat dikaitkan pada

suatu benda.

60
4.2.3.4 Webbing sling 4.2.3.5 Clamping

61
4.2.4 Formed OPGW
OPGW (Optic Ground Wire) adalah sejenis kawat yang letaknya berada diatas

semua phasa dan berdampingan dengan GSW, berfungsi sebagai kawat pengaman

jaringan dari gangguan petir dan sebagai penghubung komunikasi antar gardu induk

pada jaringan transmisi. Pada proses formed opgw tidak dlakukan pemutusan karena

didalam opgw terdapat serabut optik yang tidak boleh terputus, sehingga untuk

melakukan pengencangan,kawat opgw ditahan dengan link opgw set.

Alat yang dibutuhkan adalah :

1. Chain block

2. Shackle

3. Formed OPGW

4.2.4 Kegiatan formed OPGW

4.2.5 Pemasangan Spacer dan Damper

62
4.2.5.a Spacer double conductor

b. Spacer triple konduktor


Berbentuk segitiga sama sisi berfungsi mengapit tiga buah konduktor.

4.2.5.b Spacer triple conductor

c. Spacer quardraple
Berbentuk persegi yang tiap sisinya sama panjang, berfungsi mengapit empat
buah konduktor.

63
4.2.5.c Spacer quardraple

Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pemasangan spacer:

a. Tali Tambang : Tali yang berdiameter 16 mm digunakan sebagai alat transportasi

material dari bawah ke atas tower.

b. Lori : Adalah sejenis kendaraan berupa keranjang yang meiliki 4 buah roda

diatasnya yang bisa dinaiki oleh manusia ketika berada diatas kawat penghantar.

4.2.5.d Keranjang spacer

4.2.5.e Kegiatan pemasangan spacer

4.2.6 Pemasangan jumper penghantar

64
Jumper adalah konduktor yang menghubungkan penghatar yang sebelumnya

terputus pada tower tension yang pada tiap ujungnya dipress dan diapit oleh

terminal jumper yang mana sebelumnya panjang jumper telah dilakukan

pengukuran dengan panjang yang sesuai dengan jarak aman penghantar ke body

tower.

Tahap-tahap melakukan pemasangan jumper:

1. Persiapan Alat

Berikut beberapa alat yang harus disiapkan ketika akan melakukan


pemasangan jumper adalah:
a. Konduktor sepanjang 22 m di setiap phasanya
b. Gergaji besi
c. Lakban
d. Mesin press
2. Pengukuran panjang konduktor
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan panjang konduktor yang dibutuhkan

dilapangan secara rill dengan cara mengukur menggunakan tali tambang

3. Pengepresan

Pengepresan dilakukan setelah mendapatkan ukuran sebenarnya pada kedua

ujung konduktor dengan terminal jumper.

65
4.2.6 Pemasangan jumperan

4.3 Tahap Pemeriksaan dan Pengujian

Setelah selesai melakukan semua pekerjaan finishing, maka Pihak PT PLN

(Persero) Unit Pelaksana Proyek Jaringan Sumatera I mengajukan surat

permohonan pemeriksaan jaringan transmisi yang baru saja diselesaikan kepada

PT PLN (Persero) Pusat Sertifikasi (PUSERTIF) Pusat agar dapat diterbitkan

Surat Rekomendasi Laik Bertegangan (RLB) dan Surat Uji Coba Pembebanan

serta Sertifikat Laik Operasi (SLO).

Berikut adalah beberapa pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan terhadap

jaringan transmisi sebelum dilakukan energize:

4.3.1 Final Check

66
Final check adalah pemeriksaan akhir yang dilakukan oleh pihak PUSERTIF

yang sebelumnya telah dilakukan secara internal oleh pihak pelaksana proyek,

tujuannya untuk memastikan bahwa didalam jaringan transmisi tidak terdapat

kecacatan, kekurangan dan ketidakcocokan material terpasang dengan material

schedule. Hal-hal yang diperhatikan pihak PUSERTIF dalam melakukan final

check adalah sebagai berikut:

a. Isolator

Dalam pemeriksaan terkait kelayakan isolator adalah; Tidak boleh terdapat cacat

fisik terhadap kepingan isolator berupa luka maupun terpecah, isolator tidak

boleh kotor karena dapat mempengaruhi tahanan isolasi dan tidak terdapat

ground temporer sisa pekeerjaan sebelumnya.

b. Konduktor

Dalam pemeriksaan konduktor ada beberapa hal yang diperhatikan antara lain;

Konduktor tidak boleh terdapat kecacatan berupa putus urat, mekar dan benda

asing yang terdapat pada konduktor.

c. String set

Tidak boleh ada kekurangan baut, pen, maupun ketidaksesuaian material seperti;

shackle, clevis, u bolt, yoke dan lain sebagainya.

67
d. Midspan Joint

Pada midspan joint yang menjadi perhatian adalah; Tidak boleh terdapat didekat

tower tension atau minimal berjarak 70 meter dari tension clamp, tidak boleh

berada diatas jalur kereta api, jalan raya, pemukiman umum dan sungai besar

serta midspan joint tidak boleh cacat berupa bengkok dan pengepresan yang

kurang sempurna yang dapat mengakibatkan timbulnya panas didaerah tersebut

disaat pengoperasian.

e. Tension Clamp

Tension clamp adalah berupa terminal yang berfungsi sebagai penghubung

konduktor dengan isolator string set melalui pengepresan bertekanan tinggi. Hal

yang diperhatikan pada saat melakukan pengecekan adalah tidak terdapat

kekurangan berupa pengepresan yang kurang dan kebengkokan yang dapat

mengakibatkan berkurangnya kekuatan mekanis yang terdapat pada tension

clamp.

f. Arching horn

Arching horn atau tanduk api adalah material yang terdapat pada string set yang

berbentuk berupa tanduk terdapat pada dua sisi yakni sisi penghantar (hot) dan

sisi tanah yang terdapat didekat cross arm (cool). Hal yang diperhatikan adalah

arching horn tidak boleh miring (asimetris) antara sisi hot dan cool, tidak boleh

bengkok dan tidak boleh kendor.

68
g. Spacer dan Vibration Damper

Spacer dan damper tidak boleh kurang dari yang telah ditentukan didalam

material schedule, karena jumlah spacer dan damper telah dihitung berdasarkan

long-span tiap-tiap tower serta tidak boleh kendor yang mungkin bisa terlepas

sewaktu-waktu.

h. ROW (Right of Way)

Right of Way adalah jalur atau jarak bebas yang diijinkan di daerah SUTT dan

SUTET. Jarak bebas disini meliputu daerah radius disekitar konduktor dengan

ketentuan standar PLN yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral No. 2 Tahun 2019 tentang perubahan atas Peraturan Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18 Tahun 2015 tentang Ruang Bebas dan

Jarak Bebas Minimum Pada Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi dan Saluran

Udara Tegangan Tinggi Arus Searah untuk Penyaluran Tenaga Listrik yaitu;

A. Jarak Bebas Minimum Vertikal dari Konduktor pada SUTT,SUTET dan

SUTTAS

No Lokasi SUTT SUTET SUTTAS


66 150 275 500 250 500
kV kV kV kV kV kV
(m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 Lapangan terbuka atau 7,5 8,5 10,5 12,5 7,0 12,5
daerah terbuka a)
2 Daerah dengan keadaan
terterntu:

69
-Bangunan,Jembatan b) 4,5 5,0 7,0 9,0 6,0 9,0
-Tanaman/tumbuhan,hutan,
perkebunan b) 4,5 5,0 7,0 9,0 6,0 9,0

-Jalan,jalan raya/rel kerta 8,0 9,0 11,0 15,0 10,0 15,0


api a)
12,5 13,5 15,0 18,0 13,0 17,0
a)
-Lapangan umum

-SUTT lain, SUTM,SUTR, 3,0 4,0 5,0 8,5 6,0 7,0


saluran udara komunikasi,
antena dan kereta gantung b)
-Titik tertinggi tiang kapal 3,0 4,0 5,0 8,5 6,0 10,0
pada kedudukan air
pasang/tertinggi pada lalu
lintas air b)
Tabel 4.3.1.h jarak bebas minimum
menurut PerMen No. 2 tahun 2019
*Catatan

a) Jarak bebas vertikal dihitung dari konduktor ke permukaan bumi atau permukaan jalan/rel

b) Jarak minimum bebas vertikal dihitung dari konduktor ke titik tertinggi/terdekat.

i. Struktur Tower

Struktur tower yang menjadi perhatian adalah tower yang tidak sesuai dengan

standard, dalam hal ini terdapat kegagalan konstruksi baik pada saat pembuatan

pondasi maupun pada saat ereksi, seperti: Tiang utama tower (common body) yang

bengkok dan meliuk-liuk serta kekurangan bracing.

4.3.2.b. Pengujian

Terdapat dua pengujian yang harus dilakukan terhadap jaringan transmisi yaitu:

70
a. Test Tahanan Isolasi

Tahanan Isolasi adalah tahanan yang terdapat diantara dua kawat saluran

(kabel) yang disolasi satu sama lain atau tahanan antara satu kawat saluran

dengan tanah (ground) dengan menggunakan alat yang biasanya disebut denga

“Megger” (MegaOhm).

4.2.3.b Pengujian tahanan isolasi

b. Test Pentanahan (Ground)

Sistem pentahanan merupakan salah satu faktor prnting dalam usaha

pengamanan dan perlindungan sistem tenaga listrik saat terjadi gangguan yang

disebabkan oleh arus lebih dan tegangan lebih. Pada saat terjadi gangguan di

sistem tenaga listrik, adanya sistem pentanahan menyebabkan arus gangguan

dapat cepat dialirkan ke dalam tanah dan disebarkan ke segala arah.

71
4.3.2.b Pengujian pentanahan tower

72
BAB V

KESIMPULAN

Proses stringing merupakan serangkaian proses penarikan kawat penghantar pada

saluran transmisi yang dimulai dari pekerjaan konstruksi, yaitu dimulai dari tahap

perencanaan dan pemetaan jalur, pekerjaan konstruksi dimulai dari pekerjaan sipil

(pondasi) dan erection dan dilanjutkan dengan proses penarikan yang melalui

tahapan seperti: Persiapan, penarikan, finishing dan tahap final check serta

pengujian.

73

Anda mungkin juga menyukai