Anda di halaman 1dari 10

TRAUMA DADA

Penatalaksanaan
Definisi
a. Nyeri biasanya berkurang
Trauma thorax adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan benturan pada dinding dada yang dengan analgetik oral, seperti
mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, difragma ataupun isi mediastinal. : Hidrokodon atau kodein
dengan kombinasinya aspirin
atau asetaminofen setiap 4
jam
b. Blok nervus interkostalis
dapat digunakan untuk
Klasifikasi mengatasi nyeri berat akibat
Pemeriksaan Penunjang fraktur iga.
Trauma tembus c. Pengikatan dada yang kuat
Etiologi Manifestasi Klinik 1. Radiologi : foto thorax a. Luka Tembak tidak dianjurkan karena dapat
(AP). b. Luka Tikam / Tusuk membatasi pernapasan.
Penyebab utama cedera pada 1. Nyeri pada tempat trauma, 2. Gas darah arteri (GDA), Sabuk iga yang mudah
dada antara : bertambah pada saat inspirasi. mungkin normal atau Trauma tumpul
dilepas, dikaitkan dengan
 kecelakaan kendaraan 2. Pembengkakan lokal dan menurun. a. Kecelakaan kendaraan
bermotor
Velcro dapat memberikan
bermotor, misalnya krepitasi yang sangat palpasi. 3. Torasentesis : menyatakan
b. Jatuh rasa nyaman, tetapi pasien
sepeda motor atau mobil. 3. Pasien menahan dadanya dan darah/cairan
c. Pukulan pada dada harus diingatkan tentang
 Pukulan benda-benda bernafas pendek. serosanguinosa. perlunya bernapas dalam dan
tumpul pada dada, atau 4. Dyspnea, takipnea 4. Hemoglobin : mungkin panjang secara periodic
akibat terjatuhnya juga 5. Takikardi menurun. untuk mencegah hipoaerasi,
dapat menyebabkan 6. Tekanan darah menurun. 5. Pa Co2 kadang-kadang Komplikasi retensi secret, dan
cedera dada nonpenetrasi. 7. Gelisah dan agitasi menurun. pnemounia.
 Luka penetrasi umumnya 8. Kemungkinan cyanosis. 6. Pa O2 normal / menurun. 1. Kontusio
diakibatkan oleh tusukan 9. Batuk mengeluarkan sputum 7. Saturasi O2 menurun 2. Fraktur kosta .
senjata tajam atau luka bercak darah. (biasanya). 3. Flail chest
akibat tembakan. 10. Hypertympani pada perkusi di 8. Toraksentesis : menyatakan 4. Pneumothoraks
atas daerah yang sakit darah/cairan,
WOC TRAUMA DADA

Tension pneumothorak  pada selang dada 


Penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan 
Penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa pelonggaran balutan  Trauma tajam, Trauma tumpul
Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga,ruptur oleh trauma tembus
vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM 
Tusukan paru dengan prosedur invasif.
Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa Perpindaha energy kinetic dari objek
benda berat. 
penyebab trauma ke jaringan tubuh.
Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)
Energi kinetic ini dipengaruhi oleh
Pukulan daerah thorax dan Fraktur tulang iga 
Tindakan medis (operasi) massa dan kecepatan objek tersebut.
Perpindahan energy yang besar
menyebabkan kerusakan/trauma pada
jaringan tubuh.
Trauma dada: Abnormalitas rangka dada yang disebabkan
beturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka
Diskontinuitas Perubahan status
dada, pleura paru-paru, difragma ataupun isi mediastinal.
jaringan kesehatan yang
memberikan ancaman
Mengenai dinding dada Ansietas kematian
Merangsang
reseptor nyeri
Fraktur clavikula/ Fraktur costae paru Kerusakan
sternum pleura paru
sederhana Kerusakan
Nyeri akut multiple organ lain Kerusakan Udara tertahan
Gang. Pergerakan jaringan paru dilapisan pleura
dinding dada Proses
inflamasi Fail chest
Ginjal, hepar,
Torak bergerak Nyeri organ lain sederhana Pneumo
asimetris dan tak thorak
Pernafasan Fragmen tl. Patah
terkoordinasi meruksak tension
terbatas perdarahan Kolap paru
jaringan sekitar
Membatasi
Gerakan Hipovolemia Tek. Udara Gangguan
batuk efektif
pernafasan Atelektasis dlm pleura ekspansi
buruk Patahan tulang meningkat paru
Akumulasi Destruksi menusuk paru
sekret kapiler dalam Kompresi paru Gangguan
Pola nafas rongga dada menigkat oksigenasi
tidak efektif Bersihan jalan Pneumothorak hipoxia
napas tidak tertutup
efektif hematothorak Aliran darah
Gagal nafas
cetral menurun
Perdarahan <20% Perdarahan pada Hypoxia
dari vol. darah rongga pleura Hipovolemia arterial
Penurunan perfusi perifer pada
Paru kolaps Penurunan Difusi o2 da co2
kulit, otot, lemak, tulang dengan
fungsi alveoli menurun pada
PH arteri normal
membrane alveoli
Ekspansi paru turun Gangguan
Kedinginan, hipotensi pertukaran gas
postural, takikardi, kulit Perfusi perifer tidak Nafas cepat
lembab, pucat efektif dan pendek Pola nafas tidak efektif

Cidera pada epicard jantung Trauma dada Pembuluh darah

Diafragma jantung paru


Darah terkumpul di
epicard
Rupture diafragma Temponade jantung hematothorak

Gangguan pengisian
Herniasi isi abdomen ke rongga Henti jantung hipoxia
ventrikel
dada

Gangguan sirkulasi sistemik Gangguan oksigenasi Gagal nafas


Ekspansi difragma
terganggu

Hipovolemia
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT TRAUMA DADA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
1.         Keluhan utama
Apa yang menjadi alasan pasien datang ke RS atau tempat pelayanan kesehatan. Biasanya
pasien dengan fraktur mengeluh nyeri didaerah yang mengalami fraktur.
2.       Riwayat Keluhan Utama
Apa yang menjadi penyebab keluhan utama, yang memberatkan dan meringankan, seberapa
berat keluhan dirasakan, seberapa sering terjadinya, lokasi keluhan serta apakah terjadi
mendadak atau bertahap. Biasanya pasien merasa nyeri pada saat mobilitas, pada daerah
fraktur.
3.       Riwayat Kesehatan yang dulu
Keadaan yang dapat berhubungan dengan dihadapi pasien saat ini, seperti keadaan umum
kesehatan yang berupa penyakit-penyakit yang pernah dialami.
4.     Riwayat Kesehatan Keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga diperlukan untuk menelusuri kemungkinan adanya
kecenderungan berhubungan dengan faktor ginetik, namun fraktur tidak ada hubungan dengan
herediter karena faktornya hanya kecelakaan.
5.     Riwayat Psikososial
Mengkaji situasi lingkungan, separti kebiasaan hidup pasien, pola aktivitas, keadaan mental
pasian. Bisanya pasien dengan fraktur marasa kurang percaya diri, karena adanya perubahan
status kesehatan.

 PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem Pernapasan.
a. Sesak napas 
b. Nyeri, batuk-batuk
c. Terdapat retraksi klavikula/dada
d. Pengambangan paru tidak simetris
e. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
f. Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani,hematotraks (redup)
g. Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang
h. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
i. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. 
j. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas
2. Sistem Kardiovaskuler
a.  Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
b. Takhikardia, lemah
c. Pucat, Hb turun /normal
d. Hipotensi.
3. Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan.
2. Sistem Perkemihan : Tidak ada kelainan.
3. Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan.
4. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
a. Kemampuan sendi terbatas 
b. Ada luka bekas tusukan benda tajam
c. Terdapat kelemahan
d. Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
7. Sistem Endokrine :
a. Terjadi peningkatan metabolisme 
b. Kelemahan.
8. Sistem Sosial / Interaksi : Tidak ada hambatan.
9. Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

1. Pengkajian Primer
a.    AIRWAY
Trauma laring dapat bersamaan dengan trauma thorax. Walaupun gejala klinis yang ada kadang tidak jelas,
sumbatan airway karena trauma laring merupakan cidera laring yang mengancam nyawa. Trauma pada
dada bagian atas, dapat menyebabkan dislokasi ke area posterior atau fraktur dislokasi dari sendi
sternoclavicular. Penanganan trauma ini dapat menyebabkan sumbatan airway atas. Trauma ini diketahui
apabila ada sumbatan napas atas (stridor), adanya tanda perubahan kualitas suara dan trauma yang luas
pada daerah leher akan menyebabkan terabanya defek pada regio sendi sternoclavikula. penanganan trauma
ini paling baik dengan reposisi tertutup fraktur dan jika perlu dengan intubasi endotracheal.
b.    BREATHING
Dada dan leher penderita harus terbuka selama dilakukan penilaian breathing dan vena-vena leher.
Pergerakan pernapasan dan kualitas pernapasan pernapasan dinilai dengan diobservasi, palpasi dan
didengarkan. Gejala yang terpenting dari trauma thorax adalah hipoksia termasuk peningkatan frekuensi
dan perubahan pada pola pernapasan, terutama pernapasan yang dengan lambat memburuk. Sianosis adalah
gejala hipoksia yang lanjut pada penderita. Jenis trauma yang mempengaruhi breathing harus dikenal dan
diketahui selama primary survey.
c.    CIRCULATION
Denyut nadi penderita harus dinilai kualitas, frekuensi dan keteraturannya. Tekanan darah dan tekanan nadi
harus diukur dan sirkulasi perifer dinilai melalui inspeksi dan palpasi kulit untuk warna dan temperatur.
Adnya tanda-tanda syok dapat disebebkan oleh hematothorax masif maupun tension pneumothorax.
Penderita trauma thorax didaerah sternum yang menunjukkan adanya disritmia harus dicurigai adanya
trauma miokard.
2.    Pengkajian Sekunder – Pemeriksaan Head to Toe sesuai dengan pengkajian gawat darurat
a.    Riwayat
1)    Pneumothoraks:
-     Kemungkinan asimptomatik (pada pneumothoraks kecil)
-     Nyeri dada pleuritik yang tajam dan mendadak
-     Nyeri yang memburuk akibat pergerakan dada, bernafas, dan batuk
-     Nafas pendek
2)    Hemotoraks:
-     Baru mengalami trauma
-     Baru menjalanim pembedahan thoraks
-     Penyakit metastasis
b.    Temuan pemeriksaan fisik
1)    Pneumotoraks:
-     Gerakan dinding dada asimetris
-     Overekspansi dan kekakuan pada area yang terkena
-     Kemungkinan sianosis
-     Emfisema subkutan
-     Hiperesonans pada area yang terkena
-     Penurunan atau tidak ada suara nafas pada sisi yang terkena
-     Penurunan taktil fremitus pada area yang terkena.
2)    Hemotoraks:
-    Takipnea, warna kulit gelap
-    Diaphoresis
-    Hemoptysis
-    Gelisah
-    Ansietas
-    Sianosis
-    Stupor
-    Bagian yang terkena dapat meluas dan kaku
-    Bagian yang tidak terkena dapat meluas ketika nafas terengah-engah
-    Bunyi redup pada bagian yang terkena
-    Penurunan atau tidak adanya suara nafas pada bagian yang terkena
-    Gejala terkait dengan trauma tumpul takikardia
-    Hipotensi.
c.    Pemeriksaan diagnostic
1)    Laboratorium
a)    Pneumotoraks: analisis gas darah arteri menunjukkan hipksemia (normal: 75 – 100 mmHg)
b)    Hemotoraks:
-       Analisis cairan pleura menunjukkan hematocrit serum >50% (normal: pria 40 – 50%, wanita 35 – 46%)
-       Analisa gas darah arteri menunjukkan peningkatan parsial karbondioksida dan penurunan tekanan parsial
oksigen
-       Kadar hemoglobin serum dapat mengalami penurunan (normal: pria 13,5 – 18g/dL; wanita 12 – 16g/dL)
tergantung pada darah yang hilang.
2)    Pencitraan
-       Pneumotoraks: foto thoraks menunjukkan udara di rongga pleura dan kemungkinan pergeseran
mediastinum
-       Hemotoraks: foto thoraks dan CT-scan toraks menunjukkan adanya hemotoraks dan perluasannya serta
membantu evaluasi terapi.
3)    Prosedur diagnostic
-       Pneumotoraks: Oksimetri nadi menunjukkan penurunan saturasi oksigen
-       Hemotoraks: Torakosentesis menunjukkan adanya darah atau cairan serosanguinosa.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas, deformitas dinding dada, deformitas tulang dada
ditandai dengan :
Data mayor : dyspnea, penggunaan otot bantu pernapasan, pola napas abnormal, pernapasan pursed-
lip, pernapasan cuping hidung
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d hipersekresi jalan napas, sekresi yang tertahan ditandai dengan :
Data mayor : Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing dan atau
ronchi
Data minor : dyspnea, sulit bicara, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah,
pola napas berubah
3. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolus-kapiler ditandai dengan :
Data mayor : dyspnea, PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, bunyi napas menurun
Data minor : pusing, sianosis, gelisah, kesadaran menurun, pola napas abnormal, napas cuping hidung
4. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif ditandai dengan :
Data mayor : frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, TD meningkat, turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urin menurun, hematocrit meningkat
Data minor : merasa lemah, mengeluh haus, status mental berubah, suhu tubuh meningkat, BB turun
tiba - tiba
5. Perfusi perifer tidak efektif b/d kekurangan volume cairan ditandai dengan :
Data mayor : pengisian kapiler > 3 detik, nadi perifer menurun, akral teraba dingin, warna kulit pucat,
turgor kulit menurun
Data minor : parastesia, nyeri ekstremitas, edema
6. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik ditandai dengan :
Data mayor : mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat,
sulit tidur
Data minor : TD meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah

PR
1. Fail chest disebabkan karena adanya benturan pada dinding dada yang menyebabkan
fraktur costae yang multipel (terjadi patahan tulang iga) sehingga terjadi fail chest.
2. Tension pneumothorax merupakan kondisi di mana udara yang terkumpul pada rongga
pleura tidak dapat keluar, tetapi udara dari dinding dada dan paru-paru terus masuk ke
rongga tersebut, sehingga akan menekan bukan hanya paru-paru, melainkan juga jantung.
3. Patofisiologi syok kardiogenik pada pasien tension pneumothorax yaitu saat terjadi
tekanan pada dinding dada yang menyebabkan fraktur tulang dada sehingga
menyebabkan pergeseran pada mediastinum yang kemudian menekan vena kava anterior
dan superior yang menggangu proses kerja jantung (jantung tidak mampu memompa
darah keseluruh tubuh) sehingga muncul gejala penurunan tekanan darah, denyut nadi
cepat namun lemah, sesak napas, dan ujung kaki serta tangan dingin dan terjadilah syok
kardiogenik yang membuat pasien mengalami penurunan kesadaran.
INTERVENSI KEPERAWATAN

N RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa Rasional
o Tujuan/Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
1. Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan NIC : Monitor Pernapasan
(SDKI)(D.0005) selama 3 x 24 jam diharapkan pola napas Aktivitas keperawatan :
Berhubungan dengan : efektif. 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 1. Memudahkan ekspansi dada /ventilasi dan mobilisasi
 Hambatan upaya napas NOC : Status Pernapasan secret
 Deformitas dinding dada  Dipertahankan pada level ... 2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan 2. Meningkatkan pola pernafasan spontan yang optimal
 Deformitas tulang dada  Ditingkatkan kelevel … nafas buatan sehingga memaksimalkan pertukaran oksigen dan
 1= Sangat berat karbondioksida didalam paru
Ditandai dengan :  2= Berat 3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara 3. Penurunan area ventilasi menunjukkan adanya
Data Mayor :  3= Cukup tambahan atelectasis, dimana bunyi nafas adventisius
 Dyspnea  4= Ringan menunjukkan kelebihan cairan, tertahannya sekresi atau
 Penggunaan otot bantu  5= Tidak ada infeksi
pernapasan Dengan Kriteria Hasil : 4. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan 4. Pada kebanyakan kasus, jumlah aliran harus sama atau
keseimbangan lebih dari jamlah yang dimasukkan kebutuhan evaluasi
 Fase ekspirasi memanjang  Penggunaan otot bantu napas
lebih lanjut
 Pola napas abnormal  Sianosis
5. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea 5. Pembersihan jalan nafas dan meningkatkan
Data Minor :  Dispnea saat istirahat
kenyamanan
 Ortopnea  Dispnea dengan aktivitas ringan 6. Pertahankan jalan napas paten 6. Mempertahankan ventilasi yang maksimal
 Pernapasan pursed lip  Pernapasan cuping hidung 7. Monitor aliran oksigen 7. Menunjukkan kebutuhan oksigen pasien
 Pernapasan cuping hidung  Fase ekspirasi memanjang 8. Observasi adanya tanda hipoventilasi 8. Dapat menetukan peningkatan upaya pernafasan
 Tekanan ekspirasi menurun  Pola napas abnormal 9. Monitor TD, nadi, suhu dan RR 9. Dapat menunjukkan intervensi selanjutnya
 Tekanan inspirasi menurun  Pernapasan pursed lip 10. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit 10. Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan
 Tekanan inspirasi menurun yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
 Tekanan ekspirasi menurun pada tingkat seluler
 Bradipnea
 Takipnea
2. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama NIC : Manajemen jalan napas
jalan napas b.d mukus 3 x 24 jam, diharapkan bersihan jalan napas
berlebihan, terpanjan asap, teratasi. Aktivitas keperawatan:
benda asing dalam jalan 1. Monitor status pernapasan sebagaimana mestinya 1. Jalan napas yang tidak paten dapat mengakibatkan tidak
napas, sekresi yang tertahan, NOC: status pernapasan : kepatenan jalan adekuatnya ventilasi yang menyebabkan frekuensi
perokok pasif, perokok napas meningkat, irama tidak teratur
2. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk 2. Batuk efektif memaksimalkan pengeluaran secret
Batasan karakteristik :  Dipertahankan pada … melakukan batuk atau menyedot lendir sehingga pasien tidak merasa kelelahan, suction dapat
Tidak ada batuk, suara napas Ditingkatkan pada … dilakukan untuk membersihkan secret pada jalan napas
tambahan, perubahan pola napas, buatan, secret yang tertahan, atau pasien tidak sadar
1= deviasi berat dari kisaran normal
perubahan frekuensi napas, 3. Auskultasi suaran napas, 3. Suara nafas yang abnormal menunjukkan lokasi adanya
2= deviasi yang cukup berat dari kisaran
sianosis, kesulitan verbalisasi, secret pada area lobus paru.
normal
penurunan bunyi napas, dispnea,
3= deviasi sedang dari kisaran normal
sputum dalam jumlah yang NIC : Fisioterapi dada
4= deviasi ringan dari kisaran normal
berlebihan, batuk tidak efektif, 1.Kenali ada tidaknya kontraindikasi dilakukannya 1. PPOK eksaserbasi akut, pneumonia tanpa produksi
5= tidak ada deviasi dari kisaran normal
ortopnea, gelisah, mata terbuka fisioterpai dada pada pasien sputum berlebih, kanker paru, edema serebri,
Dengan kriteria hasil:
lebar. osteoporosis merupakan kontraindikasi dari pemberian
 Bersihan jalan napas
fisioterpai dada
1/2/3/4/5 2.Lakukan fisioterapi dada minimal 2 jam setelah 2. fisioterapi dada yang diberikan sesaat setelah makan
 Frekuensi pernapasan makan dapat meningkatkan resiko refluk makanan dari lambung
dan mengaibatkan aspirasi.
1/2/3/4/5 3.Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan fisioterapi dada 3. Inform consent sebelum tindakan meningktakan
 Irama pernapasan kepercayaan pasien terhadap prosedur tindakan
1/2/3/4/5 4.Monitor status respirasi 4. Sesak dapat terjadi pada pasien jika posisi postural
drainage terlalu lama dipertahankan
 Kedalaman inspirasi
5.Tentukan segmen paru yang berisi sekret berlebih 5. Menentukan posisi dalam melakukan fisioterapi dada
1/2/3/4/5 6.Lakukan fisioterpai dada 6. Fisioterapi dada memanfaatkan gravitasi dan geratan
 Kemampuan untuk mengeluarkan secret dalam mengeluarkan secret
7.Instruksikan pasien untuk mengeluarkan secret 7. Membantu pasien dalam menghemat energi saat
1/2/3/4/5
dengan napas dalam mengeluarkan secret sehingga pasien tidak kelelahan
8. Monitor kemampuan pasien setelah dan sebelum 8. Perubahan suara napas menunjukkan fisioterpai dada
berhasil dilakukan

Evidance Base
1. Batuk efektif dan napas dalam 1. Untuk menurunkan kolonisasi dalam sekret pasien post
op
2. Fisioterapi Dada 2. Fisioterapi dada dapat membantu perbaikan frekuensi
napas
3. Penerapan Batuk efektif dan Fisioterapi dada 3. Adanya peningkatan pengeluaran sekret
4. Posisi semi Fowler 4. Memaksimalkan ventilasi mengurangi sesak
5. Terapi Nebulizer 5. Mengencerkan sputum
3. Gangguan pertukaran gas Setelah diberikan intervensi keperawatan selama NIC : Terapi Oksigen
Penyebab 3.x 24 jam maka diharapkan hambatan petukaran 1.Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea dengan 1.Rongga mulut dengan tambahan alat bantu napas harus
Perubahan membran alveolus- gas teratasi. tepat selalu dibersihkan dan diganti untuk mencegah
kapiler NOC : Status pernapasan : pertukaran gas terjadinya infeksi dan cedera mukosa
Gejala :  Ditingkatkan pada … 2.Pertahankan kepatenan jalan napas 2.Mempertahan kan ventilasi
□ dispnea 1= deviasi berat dari kisaran normal 3.Berikan oksigen tambahan\ 3.Membantu memaksimalkan ventilasi udara yang masuk
□ hiperkapnia/hiperkarbia 2= deviasi yang cukup berat dari kisaran keparu
□ hipoksemia normal 4.Monitor aliran oksigen 4.aliran yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
□ takikardia 3= deviasi sedang dari kisaran normal menurunkan kondisi pasien
□ kadar karbondioksida 5.Monitor kerusakan kulit terhadap adanya gesekan 5.perangkat oksigen tanpa perawatan dapat mengakibatkan
abnormal 4= deviasi ringan dari kisaran normal perangkat oksigen kerusakan kulit dan mukosa
□ pH arteri abnormal 5= tidak ada deviasi dari kisaran normal 6. Pertahankan kepatenan jalan napas 6. Mempertahan kan ventilasi
□ bunyi nafas tambahan 7.Posisikan pasien untuk mendapatkan ventilasi yang 7. Posisi semi fowler menggunakan gaya gravitasi untuk
Dengan kriteria hasil: adekuat membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan
 Pertukaran Gas 1/2/3/4/5 dari abdomen pada diagfragma
 saturasi oksigen 1/2/3/4/5 8.Monitor keseimbangan ph arteri PaCO2 dan HCO3 8. ph arteri PaCO2 dan HCO3 Menunjukkan status
 hasil rontgen dada 1/2/3/4/5 keseimbangan asam basa
9. Monitor status neurolog 9. penurunan kesadaran merupakan salah satu tanda
gangguan oksigenasi
10.Posisikan pasien 10.Posisi semi fowler menggunakan gaya gravitasi untuk
membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan
dari abdomen pada diagfragma
11. Anjurkan pernapasan lambat dan dalam 11. Meningktakan ventilasi yang efektif sehingga tidak
terjadi kelelahan
12. beri obat yang meningkatkan patensi jalan napas 12. Bronkodilator dapat diberikan untuk membantu ventilasi
dan pertukaran gas dengan efek vasodilatasi saluran napas

Evidance Base
1. Pemberian posisi semifowler 1. adalah satu cara membantu mengurangi sesak
2. Pursed Lips Breathing 2. Merupakan terapi meniup
3. Posisi condong kedepan 3. Dapat meningkatkan kondisi pernapasan pasien
4. Pemberian terapi penggunaan kipas angin 4. Dapat menurunkan sensasi dispnea contoh pasien
kanker
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DENGAN TRAUMA DADA

Disusun Oleh :
ARI CAHYA RAMADHAN,S.Tr.Kep
P05120419015

Megetahui ,
Preceptor Akademik

(Ns. Rahma Annisa, M.Kep)

POLITEKNIK KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai