Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 PERNAPASAN PARADOKSI


Gerakan pernapasan di mana dinding dada bergerak dalam pada
inspirasi dan ekspirasi keluar, di kebalikan dari gerakan normal. It may be seen
in children with respiratory distress and patients with chronic airways
obstruction. Ini dapat dilihat pada anak dengan distres pernapasan dan pasien
dengan obstruksi saluran napas kronis. Crush injuries of the chest can lead to a
severe degree of paradoxical breathing. Menghancurkan cedera dada dapat
menyebabkan tingkat parah pernapasan paradoks.
Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan dimana dinding paru-
paru bergerak secara berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan
pada keadaan atelektasis.
Arti dari bahasa yang ada di dalam pernapasan paradoksial:
a. Atelektasis
Adalah suatu kondisi di mana bagian dari paru-paru menjadi pengap
dan runtuh. Salah satu penyebab dari paru-paru yang pengap ini adalah asap
rokok.
Gejala
Gejala tergantung pada berapa banyak dari paru-paru yang terlibat.
Seseorang mungkin tidak menyadari atelektasis jika hanya sebagian kecil dari
paru-paru yang dipengaruhi. Tetapi, jika sebagian besar paru-paru yang terlibat,
seseorang mungkin memiliki gejala-gejala berikut:
 sesak napas
 kelelahan
 demam
 nyeri dada pada sisi yang terkena
 sianosis, warna biru di kulit menunjukkan bahwa jaringan kekurangan
oksigen

1
Pencegahan
Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin dapat mengurangi risiko
mengalami kondisi ini dengan berolahraga secara teratur dan dengan tidak
merokok atau menghirup asap.

GOLDEN DIAGNOSIS
Gerakan paradoksal dari dinding dada pada saat bernafas spontan.

DEFINISI
 Adalah area toraks yang "melayang" (flail) oleh sebab adanya fraktur
iga multipel berturutan ≥ 3 iga, dan memiliki garis fraktur ≥ 2
(segmented) pada tiap iganya.
 Akibatnya adalah: terbentuk area "flail" yang akan bergerak
paradoksal (kebalikan) dari gerakan mekanik pernapasan dinding dada.
Area tersebut akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak keluar
pada ekspirasi.
 Flail chest dapat diperburuk oleh kontusio pulmonal.

ETIOLOGI
Flail chest berkaitan dengan trauma thorax. Biasanya sering disebabkan
oleh trauma tumpul pada thorax, misalnya akiabt kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh dari ketinggian, tindak kekerasan, atau benturan dengan energi
yang besar.

2
PATOFISIOLOGI

Trauma kompresi anteroposterior


dari rongga thorax

Lengkung iga akan lebih


melengkung lagi ke arah lateral

Fraktur iga
Krepitasi Saat inspirasi, rongga
multipel
segmental dada mengembang
(Flail Chest)
Adanya segmen yang mengambang Gerakan fragmen costa yang
(flail) patah  menimbulkan
gesekan antara ujung fragmen
Gangguan pergerakan dinding
dengan jaringan lunak sekitar
dada
Gerakan nafas
Stimulasi
paradoksal
saraf
Fungsi ventilasi
menurun Nyeri dada

Kompensasi: O2 ↓, CO2↑
Takikardi

Sesak nafas Saturasi O2 ↓

Sianosis

MANIFESTASI KLINIS
 Awalnya mungkin tidak terlihat, karena splinting (terbelat) dengan
dinding dada.
 Gerakan paradoksal segmen yang mengambang  saat inspirasi ke
dalam, ekspirasi ke luar. Gerakan ini tidak terlihat pada pasien dengan
ventilator.

3
 Sesak nafas
 Krepitasi iga, fraktur tulang rawan
 Takikardi
 Sianosis
 Os menunjukkan trauma hebat
 Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala, abdomen,
ekstremitas).

DIAGNOSIS
1. Anamnesis
 Gejala: nyeri dada, sesak nafas
 Riwayat benturan yang keras yang mengenai dinding dada

2. Pemeriksaan fisik
 Airway
- look  benda2 asing di jalan nafas, fraktur tulang wajah, fraktur
laring, fraktur trakea
- listen  Dapat bicara, ngorok, berkumur-kumur, stridor

4
- feel

 Breathing
- Look  pergerakan dinding dada asimetris, warna kulit, memar,
deformitas, gerakan paradoksal.
- Listen  vesikular paru, suara jantung, suara tambahan
- Feel  krepitasi, nyeri tekan
 Ciculation
- Tingkat kesadaran
- Warna kulit
- Tanda-tanda laserasi
- Perlukaan eksternal
 Disability
- Tingkat kesadaran
- Respon pupil
- Tanda-tanda lateralisasi
- Tingkat cedera spinal
 Exposure

3. Pemeriksaan penunjang
 Rontgen standar
- Rontgen thorax anteroposterior dan lateral dapat menentukan
jumlah dan tipe costae yang fraktur.
- Pada pemeriksaan foto thoraks pasien dewasa dengan trauma
tumpul toraks, adanya gambaran hematotoraks, pneumothoraks
atau kontusio pulmo menunjukkan hubungan yang kuat dengan
gamabran fraktur costa.

5
 EKG
 Monitor laju nafas, analisis gas darah
 Pulse oksimetri

DIAGNOSIS BANDING

PENATALAKSANAAN
a. Primary survey
1) Airway dengan kontrol servikal
Penilaian:
 Perhatikan patensi airway (inspeksi, auskultasi, palpasi)
 Penilaian akan adanya obstruksi

Management:
 Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line
immobilisasi
 Bersihkan airway dari benda asing.
 Memasang airway definitif  intubasi endotrakeal

2) Breathing dan ventilasi


Penilaian
 Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan kontrol
servikal in-line immobilisasi
 Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
 Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan
terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak,
pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.
 Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
 Auskultasi thoraks bilateral

6
Management:
 Menempatkan os dengan posisi terlentang atau dekubitus sehingga
segmen yang mengambang tadi terletak menempel pada tempat
tidur.
 Pemberian ventilasi adekuat, oksigen dilembabkan.
 Kontrol nyeri dan membantu pengembangan dada:
- Pemberian analgesia  Morphine Sulfate, Hidrokodon
atau kodein yang dikombinasi dengan aspirin atau
asetaminofen setiap 4 jam.
- Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi
nyeri berat akibat fraktur costae
 Stabilisasi area flail chest.
- Ventilator
- Stabilisasi sementara dengan menggunakan towl-clip
traction, atau pemasangan firm strapping
- Pada pasien dengan flail chest tidak dibenarkan melakukan
tindakan fiksasi pada daerah flail secara eksterna, seperti
melakukan splint/bandage yang melingkari dada, oleh
karena akan mengurangi gerakan mekanik pernapasan
secara keseluruhan.
 Pemasangan WSD  sebagai profilaksis/preventif pada semua
pasien yang dipasang ventilator.

3) Circulation dengan kontol perdarahan


Penilaian
 Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
 Mengetahui sumber perdarahan internal
 Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus.

7
Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda
diperlukannya resusitasi masif segera.
 Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
 Periksa tekanan darah

Management:
 Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal (balut &
tekan)
 Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel
darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, golongan darah dan
cross-match serta Analisis Gas Darah (BGA).
 Beri cairan kristaloid 1-2 liter yang sudah dihangatkan dengan tetesan
cepat. Klo os tidak syok, pemberian cairan IV harus lebih berhati-
hati.
 Pemasangan kateter urin untuk monitoring indeks perfusi jaringan.

4) Disability
 Menilai tingkat kesadaran memakai GCS
 Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi
tanda-tanda lateralisasi.

5) Exposure/environment
 Buka pakaian penderita
 Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan temapatkan pada
ruangan yang cukup hangat.

b. Tambahan primary survey


 Pasang monitor EKG
 Kateter urin dan lambung
 Monitor laju nafas, analisis gas darah

8
 Pulse oksimetri
 Pemeriksaan rontgen standar
 Lab darah

c. Resusitasi fungsi vital dan re-evaluasi


Re-evaluasi penderita
 Penilaian respon penderita terhadap pemberian cairan awal
 Nilai perfusi organ (nadi, warna kulit, kesadaran, dan produksi
urin) serta awasi tanda-tanda syok.

d. Secondary survey
1) Anamnesis  AMPLE dan mekanisme trauma
2) Pemeriksaan fisik

 Kepala dan maksilofasial


 Vertebra servikal dan leher
 Thorax
 Abdomen
 Perineum
 Musculoskeletal
 Neurologis
 Reevaluasi penderita

e. Terapi definitif
Fiksasi internal dengan menyatukan fragmen-fragmen yang terpisah
dengan operatif
Indikasi Operasi (stabilisasi) pada flail chest:
1. Bersamaan dengan Torakotomi karena sebab lain (cth: hematotoraks
masif, dsb)
2. Gagal/sulit weaning ventilator

9
3. Menghindari prolong ICU stay (indikasi relatif)
4. Menghindari prolong hospital stay (indikasi relatif)
5. Menghindari cacat permanen
Tindakan operasi adalah dengan fiksasi fraktur iga sehingga tidak
didapatkan lagi area "flail".

f. Rujuk
 Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena
keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih
memungkinkan untuk dirujuk.
 Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan, dan kebutuhan penderita
selama perjalanan serta komunikasikan dnegan dokter pada pusat rujukan
yang dituju.

PROGNOSIS
Dubia

KOMPLIKASI
 Gagal napas, sebagai akibat adanya ineffective air movement, yang
seringkali diperberat
oleh edema/kontusio paru, dan nyeri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Http://yogiiiskndar220408.blogspot.co.id//2013/10/fail-chest-trauma-
thorax.html?=1

https://books.google.co.id/books?html- pernapasan-paradoksial

11

Anda mungkin juga menyukai